Anda di halaman 1dari 23

PRODUKTIVITAS DAN MOTIVASI

Dosen Pengajar : Desak Ayu Sri Bhegawati, SE., M.Si

Oleh kelompok 4

1. Ni Luh Ayu Sri Suryaningsih 1902622010468 / 11


2. Ni Putu Fitri Ardiani 1902622010469 / 12
3. Ni Made Devi Mariyani 1902622010470 / 13

J Akuntansi Malam

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI AKUNTANSI

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Pada pembahasan ini kami akan menyampaikan materi dari Kewirausahaan mengenai
“Produktivitas dan Motivasi”, sebelumnya kami ucapan terimakasih kepada Ibu
Dosen yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini pada mata kuliah
Kewirausahaan dan tak lupa pula ucapan terima kasih kami ucapkan kepada teman-
teman yang telah mendukung untuk penyelesaian makalah ini. Makalah ini
menjelaskan tentang Pengertian Produktivitas, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas dan Pengertian Motivasi beserta Teori-teori Motivasi yang merupakan
salah satu materi yang dipelajari dalam mata kuliah Kewirausahaan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasanya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki, oleh sebab
itu kami mohon maaf bagi para audiens dan pembaca khususnya. Semoga makalah ini
memberikan banyak manfaat kepada para pembacanya. Selanjutnya, demi
kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan segala masukan dan saran yang sifatnya
membangun.

Sukawati, 19 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................................4
2.1 Pengertian Produktivitas................................................................................................4
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas...........................................................5
2.3 Pengertian Motivasi.......................................................................................................6
2.3.1 Fungsi Motivasi........................................................................................................7
2.3.2 Faktor-faktor yang mendorong timbulnya Motivasi................................................8
2.3.3 Jenis-jenis/kelompok Motivasi................................................................................9
2.4 Teori-teori Motivasi......................................................................................................10
2.5 Contoh Kasus dalam Motivasi Kerja.......................................................................16
BAB III.....................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................18
3.2 Saran......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kewirausahaan mengalami perkembangan yang cukup pesat di berbagai
negara. Kewirausahaan tidak hanya berperan dalam meningkatkan output dan
pendapatan per kapita, namun melibatkan pengenalan atau penerapan perubahan
dalam struktur bisnis maupun masyarakat (Slamet et.al, 2014). Kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan ikut memiliki andil dalam mendorong
praktikpraktik kewirausahaan yang pada akhirnya memunculkan berbagai
penemuanpenemuan produk dan jasa baru bagi konsumen. Hal ini tentunya
membuka peluang kerja baru, membuka pasar baru, dan dalam jangka panjang
akan mampu menciptakan pertumbuhan usaha di berbagai sektor. Di negara yang
sedang berkembang, usaha-usaha yang banyak tumbuh di masyarakat umumnya
tergolong sebagai usaha kecil. Fakta ini menunjukkan bahwa usaha kecil
merupakan mayoritas kegiatan masyarakat yang memberikan kontribusi
signifikan terhadap penciptaan pendapatan penduduknya. Beberapa fakta tersebut
antara lain: 40% dari volume bisnis di banyak negara dilakukan oleh usaha kecil,
75% dari perkerjaan baru dihasilkan oleh sektor usaha kecil, usaha kecil
menyumbang bagian tersebar dari penjualan di sektor manufaktur, dan hampir di
semua negara usaha kecil adalah tempat lahirnya kewirausahaan. Namun
demikian, terdapat juga fakta bahwa 50% dari usaha kecil gagal pada dua tahun
pertama dan manajemen yang buruk adalah penyebab tersebar kegagalan usaha
kecil (Daryanto 2013,p.2).
Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi juga ditentukan oleh dinamika
perekonomian daerah, sedangkan perekonomian daerah pada umumnya di
hasilkan dari kegiatan ekonomi berskala kecil dan menengah. Memang
keberadaan pengusaha kecil dan menengah merupakan proses awal

1
perkembangan industrialisasi di daerah, tapi kenyataannya di lapangan, masih
banyak kendala yang dihadapi oleh usaha kecil dan menengah. Menurut
Prawiranegara dalam Suryanita (2006,p.5) kendala intern yang dihadapi oleh
pengusaha kecil yaitu kualitas SDM yang masih rendah, lemahnya akses dan
pengembangan pangsa pasar, lemahnya struktur pemodalan, terbatasnya
penguasaan teknologi, lemahnya organisasi dan manajemen, serta terbatasnya
jaringan usaha dan kerjasama dengan pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Untuk
menghadapi kendala tersebut, seorang pengusaha harus memiliki pondasi yang
kuat sebelum mendirikan dan menjalankan usahanya. Seorang pengusaha harus
memiliki orientasi kewirausahaan untuk menghadapi persaingan dan tekanan
pasar yang terus meningkat (Kaur and Mantok , 2015).
Produktivitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi
proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan
produktivitas berarti meningkatkan kesejahteraan dan mutu perusahaan. Oleh
sebab itu perlu dilakukan suatu pengukuran di perusahaan yang bertujuan untuk
mengetahui tolak ukur produktivitas yang telah dicapai dan merupakan dasar dari
perencanaan bagi peningkatan produktivitas di masa yang akan datang.
Perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur maupun jasa akan menghasilkan
suatu keluaran dan keluaran tersebut belum tentu memenuhi kepuasan konsumen,
baik dalam hal jumlah, mutu, pelayanan maupun perbandingan antar hasil yang
didapat dengan sumber-sumber yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan
produk ataupun jasa tersebut. Peningkatan keluaran (ouput) harus diikuti dengan
pemanfaatan masukan (input) tepat guna untuk memperoleh keuntungan yang
besar.
Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang
mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. Seringkali
orang berpendapat bahwa motivasi kerja dapat ditimbulkan apabila mendapatkan
imbalan yang baik, dan adil, namun kenyataan meskipun sudah diberi imbalan
yang baik tetapi pekerjaannya belum maksimal. Setiap manusia tentu mempunyai

2
dasar alas an mengapa seseorang bersedia melakukan jenis kegiatan atau
pekerjaan tertentu, mengapa orang yang satu bekerja dengan giat, sedangkan yang
lain biasa saja. Semua ini ada dasar dan alannya yang m,endorong seseorang
bekerja seperti itu, atau dengan kata lain pasti ada motivasinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian Produktivias dalam Kewirausahaan?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Produktivitas?
3. Bagaimana pengertian Motivasi dalam Kewirausahaan?
4. Teori-teori apa saja yang terdapat dalam Motivasi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan penulisan makalah ini untuk melaksanakan tugas mata kuliah
Kewirausahaan.
2. Untuk menjelaskan pengertian Produktivias dan Motivasi.
3. Menjelaskan faktor Produktivitas dan teori-teori Motivasi.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Produktivitas
Pada dasarnya, kata Produktivitas adalah kata serapan yang diambil dari bahasa
Inggris, yaitu Productivity. Namun, Productivity itu sendiri adalah gabungan dari dua
kata yang digabung menjadi satu, yaitu product dan activity. arti Produktivitas adalah
suatu bentuk aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu produk barang atau
jasa. Sedangkan arti Produktivitas secara umum adalah kemampuan setiap orang,
sistem atau suatu perusahaan dalam menghasilkan sesuatu yang diinginkan dengan
cara memanfaatkan sumber daya secara efektif dan juga efisien.

Pengertian Produktivitas (Productivity) menurut para Ahli berikut ini beberapa


definisi atau Pengertian Produktivitas menurut beberapa ahli :

 Pengertian Produktivitas menurut Daryanto (2012:41), Produktivitas adalah


sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah barang
dan atau jasa yang diproduksi) dengan sumber (jumlah tenaga kerja, modal,
tanah, energi, dan sebagainya) untuk menghasilkan hasil tersebut.
 Pengertian Produktivitas menurut Handoko (2011:210), Produktivitas adalah
hubungan antara masukan-masukan dan keluaran-keluaran suatu sistem
produktif. Dalam teori, sering mudah untuk mengukur hubungan ini sebagai
rasio keluaran dibagi masukan. Bila lebih banyak keluaran diproduksi dengan
jumlah masukan sama, produktivitas naik. Begitu juga, bila lebih sedikit
masukan digunakan untuk sejumlah keluaran sama, produktivitas juga naik.
 Pengertian Produktivitas menurut Smith dan Wekeley (1995), Produktivitas
adalah produksi atau output yang dihasilkan dalam satu kesatuan waktu untuk
input.

4
 Pengertian Produktivitas menurut Revianto (1985), Produktivitas adalah suatu
konsep yang menunjukan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan
waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk seorang tenaga kerja.
 Pengertian Produktivitas menurut Sinungan (2000), Produktivitas sebagai
hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan
masukan yang sebenarnya.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas


Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas sebuah
organisasi :

1. Faktor Teknis
Faktor Teknis adalah faktor yang meliputi penentuan lokasi, tata letak dan
ukuran pabrik atau mesin produksi yang tepat, penggunaan mesin dan
peralatan yang benar, teknis penelitian dan pengembangan serta penerapan
komputerisasi dan otomatisasi pada produksi yang bersangkutan. Jika
perusahaan menggunakan teknologi terbaru dengan tepat, maka produktivitas
akan semakin tinggi.
2. Faktor Produksi
Faktor Produksi adalah faktor yang meliputi perencanaan, pengkordinasian
dan pengendalian produksi, penggunaan bahan baku yang berkualitas baik
serta penyederhanaan dan standarisasi proses produksi. Jika semua faktor
produksi dapat berjalan dengan baik maka akan meningkatkan produktivitas.
3. Faktor Organisasi
Faktor Organisasi adalah faktor berkaitan dengan jenis organisasi yang
digunakan, pendefinisian dengan jelas otoritas dan tanggung jawab setiap
individu dan departemen serta pembagian kerja dan spesialitas terhadap
pekerjaan yang dilakukan.
4. Faktor Personil

5
Faktor Personil merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi
Produktivitas sebuah organisasi. Individu atau tenaga kerja yang tepat harus
ditempatkan di posisi yang tepat pula. Tenaga kerja yang lulus seleksi harus
diberi pelatihan dan pengembangan yang tepat serta memberikan kondisi dan
lingkungan kerja yang baik. Individu yang telah menjadi karyawan ini harus
termotivasi dengan baik, baik secara finansial maupun motivasi non-finansial.
Keamanan pekerjaan, kesempatan memberikan saran atau pendapat dan
kesempatan untuk dipromosi juga secara langsung mempengaruhi
produktivitas kerja suatu organisasi.
5. Faktor Financial (Keuangan)
Keuangan merupakan darah dari sebuah bisnis, oleh karena itu harus terdapat
perencanaan dan pengendalian keuangan yang baik terhadap keuangan atau
modal kerja. Penggunaan modal atau pemborosan keuangan harus dihindari.
Manajemen harus memperhitungkan dengan baik pengembalian atas modal
yang mereka investasikan. Keuangan yang yang dikelola dengan baik akan
meningkatkan produktivitas suatu perusahaan atau organisasi.
(sumber:ilmumanajemenindustri.com)

2.3 Pengertian Motivasi


Kata motivasi berasal dari Bahasa Latin, yaitu motive yang berarti dorongan, daya
penggerak, atau kekuatan yang terdapat dalam diri organisasi yang menyebabkan
organisasi itu bertindak atau berbuat. Selanjutnya, diserap dalam bahasa Inggris, yaitu
motivation berarti pemberian motif, penimbulan motif, atau hal yang menimbulkan
dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. W.H. Haynes dan J.L. Massie
dalam Manulang (2001: 165) mengatakan, “Motive is a something within the
individual which incities him to action.” Pengertian ini senada dengan pendapat The
Liang Gie yang menyatakan bahwa motif atau dorongan batin adalah dorongan yang
menjadi pangkal seseorang untuk melakukan sesuatu atau bekerja.

6
Kata motivasi atau motivation berarti pemberian motif, penimbulan motif, yang
menimbulkan dorongan, atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Motivasi dapat
pula berarti sebagai faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara
tertentu. Menurut Hasibuan (1996: 72), motivasi mempersoalkan cara mendorong
gairah kerja bawahan, agar mereka bekerja keras dengan memberikan semua
kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi.

Robbins (1996: 198) mendefinisikan motivasi sebagi kesediaan untuk mengeluarkan


tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan-tujuan organisasi yang dikondisikan oleh
kemampuan upaya untuk memenuhi kebutuhan individual. Menurut Wahjosumidjo
(1984: 50), motivasi merupakan proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara
sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri sesorang. Proses
psikologi timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang yang disebut
intrinsic dan extrinsic. Faktor di dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian,
sikap, pengalaman, dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau
ke masa depan, sedangkan faktor dari luar diri seseorang dapat ditimbulkan oleh
berbagai faktor lain yang sangat kompleks. Sekalipun demikian, baik pada faktor
ekstrinsik maupun faktor instrinsik, motivasi timbul karena adanya rangsangan.

Dengan demikian, motivasi dapat dipahami sebagai keadaan dalam diri individu yang
menyebabkan mereka berperilaku dengan cara yang menjamin tercapainya suatu
tujuan. Motivasi menerangkan cara orangorang berperilaku seperti yang mereka
lakukan. Semakin wirausahawan mengerti perilaku anggota organisasi, semakin
mampu mereka memengaruhi perilaku tersebut dan membuatnya lebih konsisten
dengan pencapaian tujuan organisasional.

2.3.1 Fungsi Motivasi


Setiap wirausahawan memiliki motivasi, meskipun dalam bentuk yang berbeda.
Motivasi dapat diartikan sebagai sumber penggerak bagi setiap wirausahawan untuk
melakukan tindakan agar tujuan dan harapan dapat tercapai. Wirausahawan sebagai

7
subjek dalam pembahasan ini, diharapkan memiliki motivasi yang tinggi dalam
menyelesaikan setiap tanggung jawabnya. Sardiman (1990) mengemukakan, pada
prinsipnya motivasi mempunyai tiga fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, dalam arti motivasi penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan oleh wirausahawan;
b. Berfungsi sebagai penentu arah perbuatan. Dengan demikian, motivasi dapat
memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya;
c. Menyeleksi perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi untuk
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan tersebut.

2.3.2 Faktor-faktor yang mendorong timbulnya Motivasi


Motivasi merupakan salah satu penyebab keberhasilan wirausahawan tingkat akhir
dalam menyelesaikan tugasnya. Semakin besar motivasi, semakin besar pula
kesuksesan pencapaian tujuan. Setiap wirausahawan mempunyai program tugas yang
wajib diselesaikan dengan baik dan dengan tugas-tugas tersebut, wirausahawan
menjadi lebih paham dan menguasai ilmu sesuai dengan tujuan dan harapan yang
bersangkutan. Dengan demikian, tujuan dan harapan wirausahawan mendapatkan
hasil yang bernilai serta bermanfaat dapat tercapai.

Menurut Herzberg (1969: 76), faktor-faktor pendorong (motivation faktors) disebut


juga sebagai faktor penyebab kepuasan (satisfier). Seseorang akan mendapat
kepuasan apabila faktor. faktor tersebut dapat dipenuhi. Adanya kepuasan menambah
semangat atau gairah baru untuk melaksanakan suatu aktivitas. Jika faktor-faktor
kepuasan tidak terpenuhi, tidak akan ada tingkatan gairah dan semangat kerja.
Menurut Hoy dan Cecil (1978: 113), motivator utama manusia untuk melaksanakan
aktivitas adalah adanya harapan. Lebih lanjut, Hoy dan Cecil mengemukakan tiga

8
faktor yang menentukan tinggi-rendahnya motivasi, yaitu harapan, valence, dan
peralatan.

a. Harapan, yaitu keinginan atau keyakinan bahwa suatu usaha yang dilakukan
pasti akan berhasil.
b. Valence, yaitu tingkat ikatan, keterlibatan, keikutsertaan batiniah seseorang
terhadap suatu aktivitasnya atau dapat dikatakan mempunyai kepedulian
terhdap usaha yang sedang dilaksanakan.
c. Peralatan/kebutuhan, yaitu pendukung, alat, kemampuan yang dimiliki
seorang guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan uraian di atas, wirausahawan harus selalu memiliki motivasi yang tinggi
dan konsep diri yang lebih positif dalam menjalani kehidupan, meskipun motivasi
dan konsep diri setiap individu (wirausahawan) memiliki bentuk yang berbeda-beda.
Dengan motivasi dan konsep diri, setiap tugas yang diterimanya, baik tugas pribadi
maupun tugas sosial, serta semua kebutuhan dan harapan sebelumnya dapat tercapai.
Dengan kata lain, tujuan yang dicita-citakannya dapat dicapai.

2.3.3 Jenis-jenis/kelompok Motivasi


Motivasi menyelesaikan tugasnya pada wirausahawan program S1 dapat timbul, baik
dari dalam diri maupun dari luar individu. Hal ini sejalan dengan pendapat Davies
(1978) yang membagi motivasi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

a. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang mengacu pada faktor-faktor dari


dalam diri individu, baik dalam tugas maupun bagi diri wirausahawan. Bagi
wirausahawan tingkat akhir yang sedang menyelesaikan tugas, motivasi
intrinsik sangat berguna dalam memecahkan setiap persoalan yang akan
timbul pada saat menyelesaikan tugasnya. Motivasi intrinsik biasanya berupa
kepuasan terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan setiap tanggung
jawab ataupun harga diri di hadapan orang lain terhadap setiap kemampuan
yang dimilikinya. Pada umumnya, teori pendidikan modern juga

9
menggunakan motivasi intrinsik sebagai pendorong aktivitas pengajaran dan
dalam pemecahan soal.
b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang mengacu pada factor-faktor dari luar
dan telah ditetapkan pada tugas ataupun pada diri peserta didik
(wirausahawan) oleh dosen atau orang lain. Motivasi ekstrinsik berupa
penghargaan, pujian, hukuman, atau celaan yang dapat meningkatkan atau
mengurangi kreativitas wirausahawan tingkat akhir dalam menyelesaikan
tugasnya.

2.4 Teori-teori Motivasi


1. Teori Hierarki Kebutuhan
Teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow merupakan teori motivasi
yang paling populer dalam bidang administrasi dan manajemen, meskipun ada
beberapa kritik terhadap teori ini. Teori hierarki kebutuhan menjelaskan
bahwa setiap manusia memiliki tingkatan kebutuhan yang sama namun dalam
kadar yang berbeda. Setiap tingkatan kebutuhan manusia yang secara
berurutan dipenuhi, maka kebutuhan pada tingkat berikutnya akan menjadi
dominan. Maslow membagi kebutuhan manusia dalam lima tingkatan, yakni :
1) Faali (fisiologis): antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian
dan perumahan), seks dan kebutuhan ragawi lainnya.
2) Keamanan : antar lain keselamatan dan perlindungan terhadap
kerugian fisik dan emosional.
3) Sosial : mencakup kasih saying, rasa dimiliki, diterima baik, dan
persahabatan.
4) Penghargaan : mencakup faktor rasa hormat internal seperti harga diri,
otonomi dan prestasi; dan faktor hormat eksternal seperti status,
pengakuan, dan perhatian.

10
5) Aktualisasi diri : dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu,
pertumbuhan, mencapai potensialnya dan pemenuhan diri (Robbins,
1996 : 199- 200).
2. Teori Motivasi dari Howthorne
1) Kebutuhan dihargai sebagai manusia ternyata lebih penting dalam
meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja karyawan
dibandingkan dengan kondisi fiisik lingkungan kerja.
2) Sikap karyawan dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi baik di dalam
maupun di luar lingkungan tempat kerja.
3) Kelompok informal di lingkungan kerja berperan penting dalam
membentuk kebiasaan dan sikap para karyawan.
4) Kerjasama kelompok tidak terjadi begitu saja, tetapi harus
direncanakan dan dikembangkan.
3. Teori X dan Teori Y
Teori X dan Y dari Douglas Mc Gregor menjelaskan tentang pandangan yang
berbeda mengenai manusia dalam organisasi (Robbins, 1996;
Handayaningrat,1995). Teori X merupakan pandangan tradisional, dimana
melihat perilaku manusia dalam lingkungan pekerjaan yang telah membudaya.
Pada dasarnya Teori X melihat manusia dalam organisasi dari sisi negatif,
merupakan pengandaian bahwa karyawan tidak menyukai pekerjaan, lari dari
tanggung jawab dan harus dipaksa agar menunjukkan prestasi. Menurut teori
X beranggapan bahwa :
1) Pada umumnya manusia tidak suka bekerja, malas dan bila mungkin
akan menghindari pekerjaan. Hal ini tertanam kuat dalam setiap diri
individu.
2) Karena tidak menyukai pekerjaan, malas, maka manusia itu harus
dipaksa, diawasi, dikendalikan, dibina, bahkan diancam dengan sanksi
atau hukuman agar dapat melaksanakan usaha, bergerak dalam
mencapai tujuan.

11
3) Pada umumnya manusia dalam organisasi ingin menghindarkan diri
dari tanggung jawab, memiliki sedikit ambisi, sehingga mereka lebih
senang dibina, diarahkan
4) Kebanyakan manusia menghendaki keamanan dalam segala hal.

Teori Y merupakan kebalikan dari teori X, merupakan cara pandang


manusia yang lebih modern, melihat manusia dari sisi positif. Teori Y
beranggapan bahwa :

1) Manusia sebagai anggota organisasi pada dasarnya menyukai dan


menikmati pekerjaan. Mereka tidak memiliki beban karena bekerja
sama halnya seperti bermain, istirahat.
2) Manusia dapat mengendalikan dirinya sehingga tidak perlu diawasi,
dan mereka dapat memberikan pelayanan terhadap tujuan organisasi.
Mereka akan menepati janji sehingga tidak perlu ada sanksi.
3) Rata-rata manusia dapat belajar menerima dengan baik, bahkan
mengusahakan tanggung jawab.
4) Manusia dalam organisasi memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan inovatif, memiliki imajinasi yang tinggi, cakap dan kreatif
dalam memecahkan masalah-masalah dalam organisasi.
5) Dalam lingkungan kehidupan industri modern, potensi intelektual
mereka pada umumnya hanya dimanfaatkan oleh organisasi sebagian
saja.

Dari hal tersebut di atas, kita bisa melihat bahwa teori Y lebih bersifat
dinamis, karena menunjukkan kemungkinan pertumbuhan dan
pengembangan pada diri individu. Ia menekankan perlunya penyesuaian
yang selektif.

4. Teori Pola A & Pola B (Chris Argyris)


1. Teori A

12
Beranggapan bahwa setiap orang atau individu tidak punya perasaan, tidak
terbuka, suka menolak eksperimen dan tidak mau menolong orang lain.
2. Teori pola B
Beranggapan bahwa setiap orang memiliki perasaan, ada tenggang rasa,
bersifat terbuka, mau melakukan eksperimen dan mau menolong orang
lain.
Argyris menyatakan walaupun pola A sama dengan teori X, dan pola B
sama dengan teori Y. Namun tidak selalu demikian. Dalam keadaan
tertentu pola A bisa berhubungan dengan teori Y, pola B bisa
berhubungan dengan teori X, dengan cara demikian dapat timbul manajer-
2 yang memiliki kombinasi XA, XB atau YA dan YB.
5. Teori Motivasi - hygiene
Teori motivasi – hygiene atau teori dua faktor dari Herzberg menjelaskan
tentang elemen-elemen pekerjaan yang menentukan kepuasan seseorang
dalam bekerja (Indrawijaya, 2002). Herzberg mengaitkan ketidakpuasan
pegawai dengan faktor lingkungan, dan kepuasan dikaitkan dengan pekerjaan
itu sendiri. Faktor lingkungan (hygiene factors) adalah keseluruhan faktor
yang menyebabkan ketidakpuasan, namun jika faktor ini tidak ada, tidak akan
menimbulkan kepuasan kerja. Faktor lingkungan tidak memberikan motivasi,
tetapi dapat menimbulkan ketidakpuasan. Faktor ini tidak meningkatkan
prestasi kerja, tetapi bisa menurunkan prestasi kerja. Faktor ini sering disebut
faktor pemeliharaan (maintenance factors), seperti kebijakan organisasi,
supervisi, hubungan dengan atasan dan rekan kerja, lingkungan pekerjaan baik
fisik maupun non fisik.
Faktor pekerjaan itu sendiri. Faktor ini tidak menimbulkan ketidakpuasan bila
tidak ada, tetapi kehadirannya dapat menimbulkan kepuasan kerja dan
meningkatkan prestasi kerja pegawai. Faktor ini sering disebut faktor
pendorong (motivator) atau faktor pemuas, seperti prestasi, penghargaan,
pekerjaan yang menyenangkan, tanggung jawab, pengembangan, peningkatan.

13
6. Teori Ekspektasi / Harapan (Lewin Dan Vroom)
Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Lewin dan dilanjutkan oleh teori
motivasi Vroom. Teori ini mendasarkan pemikirannya pada dua asumsi:
1) Manusia biasanya meletakkan nilai kepada sesuatu yang diharapkan
dari hasil karyanya, oleh karena itu ia mempunyai urutan kesenangan
(preference) diantara sekian banyak hasil yang ia harapkan. Artinya
ada sesuatu yang dia harapkan.
2) Selain mempertimbangkan hasil yang dicapai, juga
mempertimbangkan keyakinan orang tersebut bahwa yang
dikerjakannya itu akan memberikan sumbangan terhadap tercapainya
tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, Vroom mengusulkan suatu teori tentang


motivasi: Motif seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan adalah fungsi nilai dan
kegunaan dari setiap hasil yang mungkin dapat dicapai atau ekspektasi dengan
persepsi kegunaan suatu perbuatan dalam usaha tercapainya hasil tersebut.

7. Teori Motivasi Model Porter dan Lawyer


Model dan Lawyer ini dideskripsikan sebagai berikut : “Bahwa upaya
(kekuatan dari motivasi dan energi yang dicurahkan) tergantung pada nilai
imbalan serta probabilitas untuk memperoleh imbalan itu. Persepsi upaya dan
probabilitas imbalan itu sebaliknya dipengaruhi juga oleh hasil penampilan
sesungguhnya (actual performance).”
Jelas bahwa bila seseorang tahu dia mampu mengadakan suatu tugas atau
pemah mengerjakannya maka, dia memiliki perkiraan yang lebih baik
mengenai upaya yang dibutuhkan dan mengetahui lebih baik probabilitas
imbalannya. Penampilan sesungguhnya dalam suatu pekerjaan ditentukan oleh
upaya yang dicurahkan serta dipengaruhi oleh kemampuan untuk
melaksanakan dan persepsinya tentang tugas. Setelah imbalan dianggap
seimbang, maka terjadilah kepuasan. Model motivasi Porter dan Lawyer ini

14
lebih kompleks dari teori motivasi lainnya, tetapi jelas memberi gambaran
yang lebih lengkap dari sistem motivasi. Dalam organisasi bisnis, para
wirausahawan harus menilai struktur imbalan dengan hati-hati melalui
perencanaan yang teliti, dan uraian yang jelas tentang tugas-tugas.
8. Teori Prestasi dari McClelland
Ada korelasi positif antarkebutuhan berprestasi dengan prestasi dan sukses
pelaksanaan (David McClelland: 1961). Ia mengemukakan bahwa usahawan,
ilmuwan, dan profesional mempunyai tingkat motivasi prestasi di atas rata-
rata. Orang yang berorientasi prestasi mempunyai karakteristik tertentu yang
dapat dikembangkan, yaitu:
a) menyukai pengambilan risiko yang layak sebagai fungsi keterampilan,
menyukai tantangan, dan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil
yang dicapai;
b) mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan prestasi yang layak
dan menghadapi risiko yang sudah diperhitungkan;
c) mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang yang telah
dikerjakan;
d) mempunyai keterampilan dalam perencanaan jangka Panjang dan
memiliki kemampuan organisasional.
9. Teori Z (William G.Ouchi)
William G. Ouchi (1982) yakin bahwa produktivitas adalah masalah
organisasi sosial, dengan kata lain merupakan masalah memimpin organisasi.
Produktivitas merupakan masalah bekerja dengan koordinasi, dengan
perasaan menyatu antara lembaga dan individu, dan juga antar individu
sendiri, untuk jangka panjang tidak terbatas.
Pelajaran pertama dari teori Z ini ialah; bahwa produktivitas dan kepercayaan
saling bergandengan. Karakteristik organisasi tipe Z:
a) Mengharapkan pekerja akan bekerja untuk seumur hidup di perusahaan
tersebut.

15
b) Bekerja dengan penuh rasa intim, seperti sebuah "clan" (paguyuban).
c) Tipe Z penuh dengan sistem informasi serba modern dan memiliki sistem
pembukuan mutakhir, tetapi sistem pengawasan yang tegas secara
eksplisit tidak ada.
d) Keputusan diambil secara kolektif.
e) Semua keputusan diambil berdasarkan kenyataan juga sangat
memperhatikan apakah keputusan itu sesuai atau tidak.
f) Perusahaan tipe Z tidak terlalu menekankan terhadap pentingnya laba.
Tapi kenyataan perusahaan tipe Z cepat maju dan lebih besar labanya.
Tipe Z tidak menetapkan "laba" sebagai tujuan terakhir, tidak menetapkan
laba sebagai ukuran, tetapi laba adalah sebagai imbalan terhadap
perusahaan yang telah melayani konsumen secara baik dan besar, yang
telah memberi hidup yang layak pada karyawannya.
g) Sifat egalitarian adalah prinsip yang dianut oleh tipe Z.
Egalitarian yang dimaksudkan ialah masing-masing orang dapat membuat
kebijaksanaan dan bekerja otonom, tanpa pengawasan ketat, karena
mereka dipercaya. Hal ini ada hubungannya dengan teori X dan Y dari
Douglas Mc. Gregor dan teori Argyris. Pengawasan dapat menunjang
dalam teori Y hanya bila pengawas percaya pada pekerja, bahwa para
pekerja itu akan mengambil kebijaksanaan sendiri tidak terlepas dari
tujuan umum perusahaan. Oleh sebab itu ada hubungan antara teori Y ini
dengan prinsip egalitarian
h) Mengutamakan pengawasan atas kualitas melalui apa yang disebut QCC
(Quality Control Circle), Quality Control (QC) berasal dari Inggris dan
dikembangkan di Amerika, kemudian dikembangkan di Jepang tahun
1950.

Di negara Barat Quality Control dilakukan oleh tenaga ahli, sedangkan di


Jepang dilakukan oleh semua buruh, mulai dari pekerjaannya sendiri, seperti

16
tukang sapu memperhatikan pekerjaan menyapunya, apakah sudah bersih,
sampai kepada tenaga ahli yang lebih tinggi.

2.5 Contoh Kasus dalam Motivasi Kerja


Perusahaan Listrik Negara (PLN) Cabang Kabupaten Mendung Kelabu dihadapkan
pada persoalan tingkat ketidakhadiran pegawai yang cukup tinggi. Pada hari setiap
Senin dan Jumat kurang lebih 26% pegawai tidak masuk kerja. Berdasarkan hasil
rapat yang diikuti oleh para pimpinan PAM tersebut, hal ini sudah membudaya dan
sulit diperbaiki sebab banyak karyawan yang mempunyai pekerjaan tambahan di luar
kantor. Basuki sebagai Kabag Kepegawaian, baru saja mengikuti pelatihan mengenai
pengembangan sumberdaya manusia pada salah satu perguruan tinggi ternama.
Setelah mengikuti pelatihan, Basuki terinspirasi untuk mengadakan perubahan dalam
manajemen kepegawaian. Karena setelah dianlisis secara ekonomi, tingkat
ketidakhadiran pegawai ini dapat merugikan perusahaan 1 juta Rupiah per minggu.
Basuki yakin, dengan perubahan ini akan dapat mengurangi kerugian.

Basuki mengajukan rencana untuk menyelesaikan masalah ini kepada atasannya,


Kepala Cabang PLN, yang bernama Badjuri. Rencana Basuki adalah sebagai berikut:

Setiap hari Jumat pukul 15.00 diadakan undian yang akan ditarik setiap minggu.
Kartu absen semua pegawai yang bekerja penuh mentaati jam kerja pada minggu itu
akan dimasukkan ke dalam kotak undian. Setiap minggu 2 orang pemenang akan
mendapatkan hadiah berupa Voucher Rp 500.000,- Pada setiap akhir bulan juga akan
diadakan undian bulanan dimana pegawai yang tidak pernah absen saja yang akan
diikutkan dalam undian. Undian bulanan menyediakan hadiah bagi satu pemenang
berupa Voucer seharga 1 juta Rupiah.

Setelah menyimak rencana Basuki dan mengadakan kalkulasi keuangan dengan


Kabag keuangan, Badjuri sebagai Kepala Cabang menyetujui rencana ini, dan
langsung diimplementasikan pada bulan berikutnya. Setalah berjalan selama empat
bulan, diadakan evaluasi terhadap tingkat ketidakhadiran pegawai. Hasilnya berkat

17
kebijakan tersebut tingkat ketidakhadiran per minggu hanya sekitar 2 persen. Tetapi
kemudian muncullah suatu persoalan. Beberapa pegawai datang tapi tidak jelas
melakukan pekerjaan apa, beberapa pegawai memaksakan diri untuk datang ke kantor
walaupun dalam keadaan sakit yang perlu istirahat, sehingga memungkinkan terjadi
penularan terhadap pekerja yang sehat.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam Produktivitas
dan Motivasi, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pada umumnya, kata produktivitas ini seringkali dikaitkan dengan kegiatan


produktivitas produksi dalam dunia kerja. Produktivitas juga sering kali digunakan
dalam kegiatan sehari-hari manusia pada umumnya. Berdasarkan apa yang sudah
dibahas di atas, bisa kita pahami bahwa arti produktivitas pada suatu perusahaan akan
sangat tergantung pada performa dan berbagai elemen lainnya secara keseluruhan.

Seperti yang sudah disebutkan diatas, faktor finansial adalah faktor utama yang
mampu mempengaruhi produktivitas. Untuk itu, jika Anda ingin meningkatkan
produktivitas perusahaan atau bisnis.

Motivasi merupakan dorongan untuk bertindak terhadap serangkaianproses perilku


manusia dengan mempertimbangkan arah intensitas dan ketekunanpada pencapaian
tujuan. Sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasimeliputi unsur
membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukan intensitas,bersifat terus-terusan
dan adanya tujuan.

Ada beberapa proses yang dapat menimbulkan motivasi seseorang yaitu diawali
dengan adanya kebutuhan yang belum terpenuhi, adanya pencarian cara-cara untuk
memuaskan kebutuhan, kemudian perilaku yang mengarah padatujuan, evaluasi

18
prestasi, imbalan atau hukuman, kepuasan, dan kembali lagi padakebutuhan yang
belum terpenuhi. Motivasi memiliki hubungan erat dengan organisasi. Hal ini
dikarenakan apabila anggota organisasi memiliki motivasi yang tinggi untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditetapkan maka organisasi tersebut
akan lebih mudahuntuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

3.2 Saran
Masalah yang sering dihadapi oleh organisasi antara lain adalah rendahnya
produktivitas karyawan. Pengaruh motivasi terhadap produktivitas perlu dikaji lebih
lanjut melalui berbagai riset. Berbagai teori motivasi diharapkan dapat dijadikan
sebagai sarana untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawannya. Manager
sebaiknya dapat memahami teori-teori motivasi yang kemudian diaplikasikan dalam
lingkungan kerja mereka. Dengan memahami teori-teori motivasi diharapkan
manager dapat mengaplikasikannya untuk memperbaiki dan meningkatkan
memotivasi karyawan yang kemudian akan berdampak pada peningkatan
produktivitas mereka.

19
DAFTAR PUSTAKA
Steaven, Bobby. dkk. 2014. Peningkatan Produktivitas Usaha Melalui Motivasi.
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Triguna Dharma
Medan.file:///E:/PENINGKATAN_PRODUKTIVITAS_USAHA_MELALUI
.pdf (diakses pada tanggal 18 September 2021)

Marliani, Lina.“ MOTIVASI KERJA DALAM PERSPEKTIF DOUGLAS MC


GREGOR” file:///E:/2254-7736-1-PB.pdf (diakses pada tanggal 18 September
2021)

Rusdian, H.A. 2014. KEWIRAUSAHAAN Teori dan Praktik. Bandung: CV


PUSTAKA SETIA.

Humasptpn1. 2018. Pengertian Produktivitas dan Faktor-faktor yang mempengaruhi


Produktivitas. http://ptpn1.co.id/artikel/pengertian-produktivitas-dan-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-produktivitas (diakses pada tanggal 21 September
2021)

20

Anda mungkin juga menyukai