Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

“PROSES KEWIRAUSAHAAN”

Disusun oleh:

Kelas N 2E , Kelompok: 4

Pandhu Eko Wicaksono (15)


Fitriyah Nur Anggraeni (16)
Astrie Novia Rizqi Rachmadani (17)
Ihdinashaqul Haifandhyaksa Zera Putra (18)
Fauzi Aulia Firdausi (19)
Paramitha Dewi Yasmin (20)
Tinanda Alvis Fahrizal (21)
Kumala Ayu Wijaya (22)

PROGRAM STUDI D III ADMINISTRASI BISNIS

DEPARTEMEN BISNIS & HOSPITALITY

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah kewirausahaan yang
berjudul “PROSES KWIRAUSAHAAN” dengan tepat waktu. Kami
mengucapkan terima kasih kepada ibu Susilowati, S.Sos, M.AB selaku
pengampu mata kuliah Kewirausahaan, dan pihak terkait yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar


pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan pembaca untuk
member kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Malang, 16 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................................. iv
PENDAHULUAN........................................................................................................................... iv
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. iv
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................... iv
1.3 Tujuan.................................................................................................................................. iv
BAB II.................................................................................................................................................. v
PEMBAHASAN TEORI................................................................................................................. v
2.1 Proses Kewirausahaan................................................................................................... v
2.2 Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Kewirausahan...................ix
2.3 Fungsi dan Peran Kewirausahaan............................................................................xi
2.4 Ide dan Peluang Wirausaha......................................................................................xvi
2.4.1 Sumber Peluang Potensial..............................................................................xviii
2.4.2 Analisis SWOT Usaha Analisis SWOT............................................................xx
BAB III........................................................................................................................................... xxii
STUDI KASUS DAN PEMBAHASANNYA.........................................................................xxii
3.1. Studi Kasus.....................................................................................................................xxii
3.2. Pembahasan Studi Kasus.........................................................................................xxii
3.2.1. Pemecahan Kasus...............................................................................................xxii
3.2.2. Analisis Kasus.......................................................................................................xxii
3.2.3. Rekomendasi Solusi...........................................................................................xxii
BAB IV.......................................................................................................................................... xxiii
PENUTUP....................................................................................................................................xxiii
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................xxiii
4.1.1. Kesimpulan Pembahasan Teori..................................................................xxiii
4.1.2. Kesimpulan Pembahasan Studi Kasus.....................................................xxiii
4.2 Saran................................................................................................................................ xxiii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. xxiv

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewirausahaan adalah keterampilan kreatif dan inovatif yang
digunakan sebagai dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang
sukses. Sesuatu yang dinilai baru dan berbeda adalah nilai tambah produk
dan jasa. Hal ini dapat menjadi sumber keunggulan yang dapat dimanfaatkan
sebagai peluang. Oleh karena itu semangat kewirausahaan mampu untuk
menambah nilai pasar dengan memproses pengelolaan sumber daya dengan
cara baru dan berbeda.
Pada akhir dekade ini semakin banyak mahasiswa muda yang
memiliki usaha sendiri. Mereka didukung oleh kemajuan tekhnologi dan
kemudahan mendapat informasi. Sudah banyak mahasiswa yang berhasil
menjalankan usahanya dengan baik. Menurut Praag (2003), semakin muda
usia pebisnis, maka semakin besar peluang untuk sukses dalam suatu usaha
yang dijalankannya. Berwirausaha merupakan suatu hal yang sangat perlu
dilakukan oleh masyarakat indonesia saat ini. Berwirausaha dapat menjadi
solusi atas masalah pengangguran dan kemiskinan yang angkanya masih
tinggi di negara kita. Pada tahun 2016 tercatat jumlah penduduk miskin di
Indonesia mencapai 28,01 juta jiwa atau 10,86% dari seluruh penduduk
Indonesia. (BPS, 2016). Sedangkan pengangguran pada tahun 2016
berjumlah 7,02 juta orang atau 5,5% dari seluruh warga negara Indonesia.
Kewirausahaan dikatakan sangat penting karena dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi secara umum di suatu negara. Peran kewirausahaan
dalam perkembangan ekonomi meliputi lebih dari sekedar peningkatan
output dan pendapatan per kapita, didalamnya juga mencakup prakarsa dan
penetapan perubahan dalam struktur bisnis dan masyarakat (Hisrich et
al.,2008).
Dengan mempelajari proses kewirausahaan dapat memberi peran
penting dan tentunya memiliki fungsi yang mendorong implementasi
pertumbuhan suatu bisnis. Kita dapat menelaah tentang kewirausahaan
dengan mempelajari banyak hal, salah satunya faktor penyebab keberhasilan
maupun kegagalan dalam usaha. Selain itu, kita dapat menilai ide apa yang
cocok untuk digunakan dan bagaimana peluang usahanya. Orang yang
melakukan kegiatan kewirausahaan disebut juga wirausahawan. Mereka
memiliki motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait
dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.
Namun, banyak yang masih harus dipelajari dan ditelaah lebih lanjut
tentang kewirausahaan secara lebih mendetail. Pada makalah ini dijelaskan
tentang proses, faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan, fungsi dan
peran, ide dan peluang mengenai kewirausahaan.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini rumusan masalah yang akan dibahas antara lain :

1. Bagaimana proses dalam kewirausahaan ?

2. Apa saja faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan Wirausaha ?

3. Apa saja fungsi dan peran Wirausaha ?

4. Bagaimana ide dan peluang Wirausaha ?

1.3 Tujuan
Tujuan yang diharapkan tercapai setelah membaca makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui proses yang terjadi dalam kewirausahaan.

2. Untuk mengetahui faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan dalam


wirausaha.

3. Untuk mengetahui fungsi dan peran wirausaha.

4. Untuk mengetahui ide dan peluang dalam wirausaha.


BAB II

PEMBAHASAN TEORI

2.1 Proses Kewirausahaan


Proses kewirausahaan, diawali dengan suatu aksioma, yaitu
adanya tantangan. Dari tantangan tersebut, timbul gagasan, kemauan
dan dorongan untuk berinisiatif, yang tidak lain adalah dengan
berpikir kreatif dan bertindak inovatif, sehingga tantangan tersebut,
dapat diatasi dan diselesaikan. Jika tidak ada tantangan, maka seorang
wirausaha tidak akan kreatif dan begitu juga sebaliknya, tidak akan
ada daya kreatif wirausaha, jika tidak ada tantangan. Semua tantangan
pasti memiliki risiko, yaitu kemungkinan untuk berhasil atau tidak
berhasil. Oleh sebab itu, wirausaha adalah seseorang yang berani
menghadapi risiko dan menyukai tantangan (Hastuti et al., 2020).
Memang pada awalnya, ide kreatif dan inovatif wirausaha, bermula
dari proses imitasi (peniruan) dan duplikasi, tetapi kemudian
berkembang menjadi proses pengembangan dan pada akhirnya,
berujung pada proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda
(inovasi). Tahap proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda
itulah, yang disebut sebagai Tahap Kewirausahaan. Tahap inovasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari pribadi
maupun lingkungan. Faktor pribadi yang memicu kewirausahaan
adalah motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai pribadi, pendidikan
dan pengalaman. Sedangkan, faktor pemicu yang berasal dari
lingkungan adalah peluang,

model/peran dan aktivitas.

Menurut Carol Noore dalam Suryana (2009), proses


kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi dipicu oleh
faktor pribadi, lingkungan dan sosiologi. Faktor individu yang memicu
kewirausahaan adalah pencapaian locus of control, toleransi,
pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan,
pengalaman, usia, komitmen dan ketidakpuasan. Faktor pemicu yang
berasal dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktivitas, pesaing,
inkubator, sumber daya dan kebijakan pemerintah, sedangkan faktor
pemicu yang berasal dari lingkungan sosial meliputi keluarga, orang
tua dan jaringan kelompok. Sama seperti pada tahap perintisan,
pertumbuhan kewirausahaan sangat bergantung pada kemampuan
pribadi, organisasi, dan lingkungan. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan adalah pesaing,
pelanggan, pemasok, dan lembaga-lembaga keuangan yang akan
membantu pendanaan. Faktor yang berasal dari pribadi adalah
komitmen, visi, kepemimpinan dan kemampuan manajerial,
sedangkan faktor yang berasal dari organisasi adalah kelompok,
struktur, budaya dan strategi. Model proses kewirausahaan terdiri
dari langkah-langkah sebagai berikut:

1. Proses Inovasi: Beberapa faktor personal yang mendorong


inovasi adalah keinginan berprestasi, adanya sifat penasaran,
keinginan menanggung risiko, faktor pendidikan dan faktor
pengalaman. Adanya inovasi yang berasal dari diri seseorang
akan mendorong mencari pemicu ke arah memulai usaha.
Sedangkan faktor-faktor environment mendorong inovasi
adalah adanya peluang, pengalaman dan kreativitas.

2. Proses Pemicu: Faktor personal yang memicu seseorang untuk


terjun ke dunia bisnis adalah:

a Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang.


b Adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak ada
pekerjaan
lain.
c Dorongan karena faktor usia.
d Keberanian menanggung resiko.
e Komitmen atau minat yang tinggi terhadap bisnis.
Faktor-faktor environment yang mendorong menjadi pemicu
bisnis adalah:
a Adanya persaingan dalam dunia kehidupan.
b Adanya sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan.
c Kebijaksanaan pemerintah.
Faktor-faktor sociologicalsebagai pemicu serta pelaksanaan
bisnis adalah :
a Adanya hubungan-hubungan atau relasi-relasi dengan orang
lain.
b Adanya tim yang dapat diajak kerjasama dalam berusaha.
c Adanya dorongan dari orang tua untuk membuka usaha.
d Adanya bantuan famili dalam berbagai kemudahan.
e Adanya pengalaman dalam dunia bisnis sebelumnya.
3. Proses Pelaksanaan: Faktor personal yang mendorong
pelaksanaan dari sebuah bisnis adalah:
a Adanya seorang wirausaha yang sudah siap mental secara
total.
b Adanya manajer pelaksana sebagai tangan kanan, pembantu
utama.
c Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis.
d Adanya visi, pandangan yang jauh ke depan guna mencapai
keberhasilan.
4. Proses Pertumbuhan: Proses pertumbuhan ini didorong oleh
faktor organisasi antara lain :
a Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha sehingga
semua rencana dan pelaksanaan operasional berjalan
produktif.
b Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang
kompak.
c Adanya struktur dan budaya organisasi yang sudah
membudaya.
d Adanya produk yang dibanggakan, atau keistimewaan yang
dimiliki.Sedangkan faktor environment yang mendorong
implementasi dan pertumbuhan bisnis adalah sebagai berikut :
a Adanya unsur persaingan yang cukup menguntungkan.
b Adanya konsumen dan pemasok barang yang kontinu.
c Adanya bantuan dari pihak investor bank yang memberikan
fasilitas keuangan.
d Adanya sumber-sumber yang tersedia, yang masih bisa
dimanfaatkan.
e Adanya kebijaksanaan pemerintah yang menunjang berupa
peraturan bidang ekonomi yang menguntungkan.

Proses Kewirausahaan (Bygrave dalam Alma, 2011)

Menurut Bygrave (1996), proses kewirausahaan diawali


dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti
pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-
faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian,
implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi
wirausaha yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari individu, seperti locus of control, toleransi,
nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal
dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model peran,
aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi
kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan,
organisasi dan keluarga. Faktor-faktor pemicu Proses Kewirausahaan
ditentukan oleh Property right, competency incentives, and
environment. Sedangkan dalam implementasinya perlu
memperhatikan aspek-aspek melakukan wirausaha, antara lain :
1. Mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan, dan
jenis usaha yang pernah dilakukan
2. Pembiayaan : pendanaan jumlah dan sumber-sumber dana
3. SDM : tenaga kerja yang dipergunakan
4. Kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha
5. Organisasi : pembagian kerja di antara tenaga kerja yang
dimiliki
6. Kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka panjang,
proses manajerial (POAC)
7. Pemasaran : lokasi dan tempat usaha
Tahap-tahap pertumbuhan kewirausahaan ditandai dengan
ciri-ciri proses pertumbuhan kewirausahaan meliputi :
a Tahap imitasi dan duplikasi; Pada tahap awal pertumbuhan
seorang wirausahawan cenderung melakukan imitasi yaitu
meniru inovasi yang berhasil dari para Innovative
entrepreneur kemudian baru dikembangkan dengan cara
duplikasi (penggandaan). Dengan demikian tahap ini disebut
dengan Immiative entrepreneurship, dimana produk yang
dihasilkan baik berupa barang atau jasa cenderung sama tapi
dengan merek yang berbeda.
b Tahap duplikasi dan pengembangan; Pada tahap ini sering
disebut dengan Fabian entrepreneurship, sikap yang teramat
hati-hati dan skeptical tetapi segera melaksanakan peniruan
peniruan menjadi hal yang nyata. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kehilangan posisi relative pada industry yang
bersangkutan. Namun dalam prakteknya, pada tahap ini diikuti
dengan inovasi-inovasi yang relatif kecil atau
sederhana sesuai permintaan pasar. Dengan demikian pada
tahap duplikasi dan pengembangan ini akan menciptakan
produk (barang atau jasa) yang sama dengan kualitas serta
merek berbeda.
c Tahap menciptakan sesuatu yang baru dan beda; Pada tahap
ini disebut dengan Innovative Entrepreneurship dengan cara
beresksperimentasi secara agresif, trampil mempraktekkan
disertai transpormasi yang atraktif. Produk yang dihasilkan
berupa produk baru.

2.2 Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Kewirausahan


Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh
faktor eksternal maupun internal. Menurut Sujuti Jahja (2007), faktor
internal yang berpengaruh adalah kemauan, kemampuan dan kelemahan.
Sedangkan faktor yang berasal dari eksternal diri adalah kesempatan atau
peluang. Kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai kepribadian
wirausaha, yaitu nilai keberanian menghadapi risiko, sikap positif dan
optimis, keberanian mandiri dan memimpin serta kemauan belajar dari
pengalaman

Beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan


usaha barunya yaitu :

1. Tidak kompeten dalam manejerial. Tidak kompeten atau tidak


memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan
faktor penyebab utama yang membuat usahanya kurang berhasil.

2. Kurang berpengalaman. Baik dalam kemampuan teknik,


kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan
mengorganisasikan, keterampilan mengelola sumberdaya manusia,
maupun kemampuan mengintegrasikan operasi usaha.

3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar usaha berhasil


dengan baik faktor yang paling utama dalam keuangan adalah
memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara
cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat
operasional usaha dan mengakibatkan usaha tidak lancar.

4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari


suatu kegiatan, sekali gagal dalam melakukan perencanaan maka akan
mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.

5. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis


merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang
tidak strategis dapat mengakibatkan usaha sukar beroperasi karena
kurang efisien.

6. Kurangnya pengawasan. Pengawasan erat hubungannya dengan


efisiensi dan efektifitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan
tidak efisien dan tidak efektif.

7. Sikap kurang sungguh-sungguh dalam melaksanakan wirausaha.


Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan
usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah
hati, kemungkinan gagal menjadi besar.

8.Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi


kewirausahan. Wirausaha yang kurang siap dalam menghadapi dan
melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil.
Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila
berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap
saat.

Faktor penyebab lain sehingga terjadi kegagalan dalam berwirausaha yaitu :

1. Pendapatan tidak menentu. Baik dalam tahap awal maupuntahap


pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan untuk terus
memperoleh pendapatan yang berkesinambungan. Dalam
kewirausahaan, sewaktu waktu bisa rugi dan untung. Kondisi yag
tidak menentu dapat membuat seseorang mundur dari kegiatan
berwirausaha.

2. Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi


usaha baru sangatlah tinggi. Menurut Wirasasmita (1998), tingkat
mortalitas/kegagalan usaha kecil di indonesia mencapai 78%.
Kegagalan investasi mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan
wirausaha. Bagi seorang wirausaha, kegagalan sebaiknya dipandang
sebagai pelajaran berharga.

3. Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja
sendiri mulai dari pembelian, pengolahan, penjualan dan pembukuan.
Waktu yang lama dan keharusan bekerja keras dalam berwirausaha
mengakibatkan orang yang ingin menjadi wirausaha menjadi mundur.
Ia kurang terbiasa dalam menghadapi tantangan. Wirausaha yang
berhasil pada umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang
harus dihadapi dan ditekuni.

4. Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya mantap.


Kualitas yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan
mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha,
misalnya pedagang yang kualitas kehidupannya tidak meningkat,
maka akan mundur dari usaha dagangnya dan masuk keusaha lain.

Keberhasilan berwirausaha sangat tergantung pada beberapa faktor yaitu


Kemauan, Kemampuan, Peluang dan Kesempatan. Sedangkan faktor
penyebab keberhasilan dipengaruhi oleh perilaku para wirausahawan. Ada
beberapa kategori perilaku, antara lain. :

1. Innovating Entrepreneurship; Bereksperimentasi secara agresif,


trampil mempraktekkan, transformasi atraktif

2. Imitative Entrepreneurship; Meniru inovasi yang berhasil dari para


Innovating Entrepreneur.
3. Fabian Entrepreneurship; Sikap yang teramat berhati-hati dan
sikap skeptikal tetapi yang segera melaksanakan peniruan-peniruan
menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak melakukan hal tersebut,
mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang
bersangkutan.

4. Drone Entrepreneurship; Drone = malas. Penolakan untuk


memanfaatkan peluang-peluang untuk melaksanakan
perubahanperubahan dalam rumus produksi sekalipun hal tersebut
akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen
lain.

5. Parasitic Entrepreneurship, dalam konteks ilmu ekonomi disebut


sebagai Rent-seekers (pemburu rente)

2.3 Fungsi dan Peran Kewirausahaan


Fungsi dan peran wirausaha, dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu :
secara mikro dan secara makro. Secara Mikro Secara mikro, wirausaha
memiliki dua peran, yaitu sebagai penemu (innovator) dan perencana
(planner). Sebagai penemu, wirausaha menemukan dan menciptakan sesuatu
yang baru, seperti produk, teknologi, cara, ide, organisasi dan lain
sebagainya. Sebagai perencana, wirausaha berperan merancang tindakan dan
usaha baru, merencanakan strategi usaha yang baru, merencanakan ide-ide
dan peluang dalam meraih sukses, menciptakan organisasi perusahaan yang
baru dan lain sebagainya. Secara Makro Secara makro wirausaha berperan
sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu perekonomian suatu bangsa. Di
amerika serikat, eropa barat, dan negara-negara di Asia, kewirausahaan
menjadi kekuat-an ekonomi negara tertentu, sehingga negara-negara itu
menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari penemuan ilmiah,
penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi rekayasa
telah menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam produk barang dan jasa-jasa
yang berskala global, yang merupakan hasil dari proses dinamis wirausaha
yang dinamis. Bahkan para wirausahalah yang berhasil menciptakan
lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Peranan wirausaha
melalui usaha kecilnya tidak diragukan lagi, karena:

a Usaha kecil dapat memperkokoh pereko-nomian nasional melalui


berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi,
fungsi penyalur, dan pemasar bagi hasil produk-produk industri
besar.

b Usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam


menyerap sumber daya yang ada, dapat menyerap tenaga kerja lokal,
sumber daya lokal, dan meningkatkan sumber daya manusia menjadi
wirausaha-wirausaha yang tangguh.

c Usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan


nasional, alat pemerataan berusaha, dan pemerataan pendapatan,
karena jumlahnya tersebar baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Konsep berikutnya yang harus kita pertegas adalah “fungsi kewirausahaan”.


Fungsi kewirausahaan adalah kegiatan yang harus dilaksanakan oleh seorang
wirausaha dalam merealisasikan tugas-tugas pokoknya. Menurut pusat
latihan koperasi dan pengusaha kecil (Puslatkop dan PK) yang diedit oleh
Salim Siagian dan Asfahani (1955) fungsi yang paling pokok dari
kewirausahaan ada 2, yaitu

1. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil risiko


tentang tujuan dan sasaran perusahaan serta pasar yang akan
dilayani.

2. Mencari dan menciptakan terobosan-terobosan baru, terobosan


baru dalam mendapatkan masukan atau input, serta mengolahnya
menjadi barang dan jasa yang menarik dan memasarkan barang dan
jasa tersebut untuk memuaskan langganan dan sekaligus memperoleh
keuntungan.
Masih menurut Puslatkop dan PK, dalam melaksanakan peran dan fungsinya,
lazimnya wirausaha yang baik, dianggap dan diakui sebagai pionir-pionir
pengembangan usaha yang menciptakan lapangan kerja, menghasilkan
barang dan jasa yang lebih baik, yang lebih bermanfaat serta melakukan
pengembangan dan akumulasi sumber daya modal, sumber daya manusia,
dan sarana teknologi. Jadi, wirausaha yang baik adalah mereka yang
berperan dan berfungsi untuk meningkatkan dan sekaligus memperkuat
bangsa dan negara. Dengan mencermati pengertian peran dan fungsi
kewirausahaan di atas dapat disimpulkan bahwa antara peran dan fungsi
kewirausahaan terdapat hubungan pengertian yang tidak dapat dipisahkan.
Di mana istilah fungsi merujuk pada jenis kegiatan atau tugas yang
dilaksanakan, sedangkan istilah peran merujuk kepada aktor atau pelaku
yang mengemban tugas tersebut. Bertolak dari dasar pemikiran, seperti di
atas maka pembahasan kita tentang peran dan fungsi kewirausahaan ini,
akan kami bahas secara bersamaan. Dan beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli terdapat sejumlah peran dan fungsi
kewirausahaan di antaranya peran selaku inovator yang kegiatannya
mencari dan melakukan tugas-tugas pembaruan, peran selaku perencana
yang kegiatannya meliputi penyusunan sebuah rencana sebagai pedoman
untuk pengoperasian usaha; peran selaku penanggung risiko yang
kegiatannya, meliputi berkenaan dengan usahanya; peran selaku pemimpin
yang kegiatannya melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan; peran selaku
pengambil keputusan yang harus melaksanakan tugas-tugas pengambilan
keputusan baik keputusan yang sifatnya rutin, adaptif maupun keputusan
yang sifatnya inovatif; dan peran selaku penghubung di mana seorang
wirausaha harus bisa menumbuhkan suasana hubungan yang harmonis baik
di dalam perusahaan maupun dengan pihak lain di luar perusahaan.

Selanjutnya, marilah kita memfokuskan perhatian untuk membahas peran


dan fungsi wirausaha tersebut satu demi satu.

1. Peran dan Fungsi selaku Inovator Peter F. Drucker (1985) mengungkapkan


bahwa peran pokok dari seorang wirausaha adalah melakukan inovasi.
Menurutnya inovasi adalah alat spesifik wirausaha. Suatu alat untuk
memanfaatkan perubahan sebagai peluang bagi bisnis yang berbeda atau
jasa yang berbeda. Dalam menjalankan perannya sebagai inovator, wirausaha
secara sengaja mencari sumber inovasi, mencermati perubahan, dan gejala
yang menunjukkan adanya peluang untuk inovasi yang berhasil, dan mereka
berusaha mengetahui serta menerapkan prinsip inovasi yang dijadikan
sebagai inti pokok disiplin.

a Menganalisis peluang. Dalam melakukan inovasi yang bertujuan dan


sistematis, seorang wirausaha memulainya dengan menganalisis
peluang.

b Konseptual dan perseptual. Karena inovasi bersifat konseptual dan


perceptual maka seorang wirausaha

2. Peran dan Fungsi Selaku Penanggung Risiko Meredeith (1996)


mengungkapkan bahwa “para wirausaha merupakan pengambil risiko yang
sudah diperhitungkan. Mereka bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha
menghindari situasi berisiko rendah karena tidak ada tantangannya dan
menjauhi situasi risiko tinggi karena mereka ingin berhasil. Para wirausaha
berperan sebagai pengambil risiko yang realistik, yaitu suatu situasi yang
berisiko dan menantang, tetapi dapat dicapai. Mereka mendapatkan
kepuasan besar dalam melaksanakan tugas-tugas yang sukar dengan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Dalam peran selaku
penanggung risiko juga mengandung pengertian bahwa seorang wirausaha
waktu mengambil keputusan, harus siap menanggung risiko jika dampak dari
keputusan yang diambilnya itu tidak sesuai dengan harapan. Para wirausaha,
yang berada pada manajemen tingkat puncak dalam struktur organisasi,
mereka bersedia menerima perubahan, mencoba berbagai alternatif dan
mengembangkan inovasi, mengembangkan produk yang sudah ada,
menciptakan produk-produk baru, mengembangkan teknik-teknik produksi
yang inovatif dalam mengejar keuntungan usaha. Para wirausaha yang berani
mengambil risiko dan inovatif ini biasanya menjadi tokoh dalam bisnis.
Mereka mempunyai gagasan-gagasan dan berupaya mengombinasikan
sumber-sumber ekonomi yang ada untuk merealisasikan gagasan mereka.

3. Peran dan Fungsi Selaku Pemimpin Salah satu peran penting dari seorang
wirausaha adalah berperan selaku pimpinan. Menurut Robert L. Swidggett
(dalam Kouzes dan Posner 1987), wirausahawan yang sukses membawa
Kollorgen Corporation di Amerika, salah satu tugas utama wiraswasta dalam
perannya sebagai pemimpin adalah to create a vision. Selaku pemimpin dia
akan mengerahkan seluruh sumber daya yang ada termasuk orang-orang
yang bekerja untuk organisasinya ke arah tertentu. Dalam situasi persaingan
yang semakin tajam dan adanya gelombang perubahan yang semakin
unpredictable keharusan memiliki suatu visi yang jelas merupakan sesuatu
yang tidak bisa ditawar-tawar. Melihat kecenderungan sekarang, keharusan
memiliki visi dan misi ini tidak hanya dirasakan oleh lembaga-lembaga bisnis
yang profitoriented, tetapi juga dirasakan oleh organisasi-organisasi
pemerintah, rumah sakit, yayasan dan lembaga pelayanan sosial lainnya
serta lembaga pendidikan. Sebuah visi adalah suatu gambaran mental
tentang keadaan dan kemungkinan masa depan yang diharapkan dari suatu
organisasi. Selaku pemimpin, seorang wirausaha juga memiliki peran sebagai
berikut.

a Menjelaskan hasil apa yang dituntut.

b Memastikan bahwa setiap orang memahami perannya.

c Memahami bagaimana kesesuaian setiap tugas tertentu dalam


organisasi dan tujuan-tujuannya.

d Merencanakan bagaimana tugas itu harus dilaksanakan.

e Menentukan sumber daya yang dibutuhkan.

f Mengalokasikan setiap sumber daya yang sesuai.

g Memastikan bahwa proses dan struktur organisasi sesuai dengan


tugas tersebut h Memantau kemajuan pelaksanaan tugas.
i Menilai hasil dan meninjau kembali proses secara keseluruhan.

4. Peran dan Fungsi Selaku Penghubung Salah satu aspek lainnya yang harus
dimainkan oleh seorang wirausaha adalah melaksanakan peran sebagai
penghubung. Peran penghubung ini bisa berupa melakukan hubungan
dengan orang-orang yang di perusahaan/organisasi tempat ia bekerja
maupun dengan orang atau pihak lain yang berada di luar organisasi. Kita
mengetahui bahwa cukup banyak badan-badan pemerintah yang mengatur,
mengawasi, dan menawarkan bantuan untuk pengusaha nasional terlebih-
lebih bagi pengusaha kecil. Dengan kepiawaian seorang wirausaha maka
keberadaan badan-badan tersebut dapat didayagunakan untuk membantu
dan memaksimumkan keuntungan bisnis. Sebagai contoh, selama
Pemerintahan Orde Baru, tumbuh dan berkembangnya perusahaan-
perusahaan nasional keturunan Cina di Indonesia adalah tidak lepas dari
kemampuan mereka dalam melakukan peran hubungan dengan pihak luar
terutama badan badan pemerintah dan pemegang kendali kekuasaan.
Misalnya, Liem Sioe Liong (Sudono Salim), yang berjaya sebagai penanam
saham terbesar pada berikut ini.

a PT. Waringin yang bergerak di sektor perdagangan;

b PT. Unicor Prima, PT. Indo Mobil Utama yang bergerak di sektor otomotif;

c PT. Bogasari, yang bergerak di bidang pangan (tepung),

d PT. Indocement, bergerak di bidang penyediaan bahan bangunan (semen);

e PT. Mega, pada bidang ekspor dan impor cengkih;

f Bank Central Asia, di bidang perbankan.

Terlepas dari pergunjingan sebagian pihak tentang praktik-praktik bisnis


yang dijalankannya, tetapi saudara Sudono Salim telah membuktikan
semangat kewirausahaannya dalam mengelola kerajaan bisnis di tanah air. Di
samping itu seorang wirausaha juga harus mampu menjalin hubungan baik
dengan pelanggan. Pelanggan adalah segala-galanya. Oleh sebab itu,
pelanggan harus ditempatkan di atas semua kepentingan. Zikmund dan
D’amico (1989). Mengatakan bahwa The consumer or customer should be
seen as the fulcrum (konsumen atau pelanggan harus dilihat sebagai titik
tumpu). Maksudnya bahwa setiap upaya yang kita lakukan dari mulai
perencanaan produk atau jasa yang akan kita sediakan, organisasi yang kita
bangun, strategi pemasaran yang kita tempuh, semuanya harus
diorientasikan pada kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam
menjalankan peran dan fungsinya sebagai penghubung, seorang wirausaha
juga harus pintar dalam menjalin hubungan baik dengan para pemasok
(suppliers), para wirausaha lain, para profesional, seperti bankir, konsultan
manajemen, agen asuransi, pengacara, dan pihak lain yang dapat
meningkatkan kemajuan usaha yang dikelola.

2.4 Ide dan Peluang Wirausaha


Fokus utama dalam mengembangkan kewirausahaan harusnya
ditekankan pada penciptaan nilai tambah untuk meraih keunggulan daya
saing (competitive advantage) melalui pengembangan kemampuan khusus
(kewirausahaan) sehingga perusahaan kecil tidak lagi mengendalikan
strategi kekuatan pasar melalui monopoli dan fasilitas pemerintah. Seorang
wirausahawan dapat menambahkan nilai suatu barang dan jasa melalui
inovasi. Keberhasilan wirausahawan dicapai apabila wirausahawan
menggunakan produk, proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk
menggali perubahan. Oleh sebab itu, inovasi merupakan instrument penting
untuk memberdayakan sumber-sumber yang ada agar menghasilkan suatu
yang baru dan menciptakan nilai. Wirausahawan dapat menciptakan nilai
dengan cara mengubah semua tantangan menjadi peluang melalui ide-idenya
dan pada akhirnya menjadi pengendali usaha (busines driven) dan
pengendali pasar (market driven).

Inti dari proses kewirausahaan adalah mengidentifikasi peluang,


karena kekuatan yang mendorong kesuksesan perusahaan start-up terdiri
dari tiga macam, yaitu: peluang, tim, dan sumber daya. Proses kewirausahaan
diawali bukan dari ketersediaan uang, strategi, network, tim ataupun
rencana bisnis, melainkan dari adanya peluang. Peluang yang berpotensi
tinggi terkadang memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada
ketersediaan sumber daya atau tim pada saat itu.

Kreativitas sering kali muncul dalam bentuk ide-ide untuk


menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru. Ide dapat digerakkan secara
internal melalui perubahan cara-cara/metode yang lebih baik untuk
melayani dan memuaskan pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya
(produk dan jasa baru). Banyak wirausahawan yang berhasil bukan
berdasarkan ide sendiri tetapi berdasarkan hasil pengamatan dan penerapan
ide-ide lain. Agar ide-ide yang potensial menjadi peluang bisnis riil, maka
wirausahawan harus mencari dan mengindentifikasi sumber-sumber
potensial peluang bisnis tersebut. kegiatan mengindentifikasi merupakan
upaya awal dari wirausahawan untuk dapat masuk ke pasar. Dengan
kegiatan indentifikasi ini, wirausahawan akan dapat mengetahui tingkat
persaingan, strategi industri, tujuan pesaing, menilai kekuatan dan
kelemahan pesaing, dan mengestimasi pola persaingan.

Ketangguhan kewirausahaan sebagai penggerak perekonomian,


terletak pada kreasi baru untuk menciptakan nilai secara terus-menerus.
Wirausaha dapat menciptakan nilai, dengan cara mengubah semua tantangan
menjadi peluang, melalui ide-ide dan akhirnya dapat menjadi pengendali
usaha. Semua tantangan dapat menjadi peluang, apabila terdapat inovasi,
misalnya ketika menciptakan permintaan melalui penemuan baru. Dengan
penemuan baru, para pengusaha, dapat mengendalikan pasar dan akhirnya
dapat membawa konsumen kepada produsen. Dengan demikian, produsen
tidak lagi bergantung pada konsumen, seperti falsafah pemasaran yang
bersifat konvensional.

Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha, dapat


menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu
menciptakan nilai potensial di pasar, sekaligus dapat menjadi peluang usaha.
Dalam mengevaluasi ide, maka wirausaha perlu mengidentifikasi dan
mengevaluasi semua risiko yang mungkin terjadi, dengan cara :
1. Mengurangi kemungkinan risiko, melalui melalui strategi yang
proaktif.

2. Menyebarkan risiko pada aspek yang paling mungkin.

3. Mengelola risiko yang mendatangkan nilai atau manfaat.

Ada tiga risiko yang dapat dievaluasi, yaitu :

1. Risiko pasar atau persaingan: Risiko ini terjadi, akibat adanya


ketidakpastian pasar. Pada hakikatnya, ketidakpastian pasar terjadi,
akibat dari berbagai faktor, seperti : lingkungan ekonomi, teknologi,
demografi dan sosial politik.

2. Risiko finansial: Risiko ini terjadi, akibat rendahnya hasil penjualan


dan tingginya biaya

3. Risiko teknik: Risiko ini terjadi, akibat adanya kegagalan teknik.


Menurut Zimmerer (1996), kreativitas seringkali muncul dalam
bentuk ide, untuk menghasilkan barang dan jasa baru. Ide bukanlah
peluang dan tidak akan muncul, apabila wirausaha tidak mengadakan
evaluasi dan pengamatan secara terus-menerus. Banyak ide yang
betul-betul asli, akan tetapi sebagian besar peluang tercipta ide adalah
ketika wirausaha memiliki cara pandang baru terhadap ide yang lama.
Pertanyaannya, bagaimana ide tersebut dapat menjadi peluang?
Terdapat beberapa jawaban atas pertanyaan ini, di antaranya:

1. Ide dapat digerakkan secara internal, melalui perubahan cara


cara/metode yang lebih baik, untuk melayani dan memuaskan
pelanggan, dalam memenuhi kebutuhannya.

2. Ide dapat dihasilkan, dalam bentuk produk dan jasa baru.

3. Ide dapat dihasilkan, dalam bentuk modifikasi pekerjaan yang


dilakukan atau dari cara melakukan suatu pekerjaan. Hasil dari ide-
ide tersebut, secara keseluruhan adalah perubahan dalam bentuk
arahan atau petunjuk bagi perusahaan atau kreasi baru, tentang
barang yang dihasilkan perusahaan. Banyak wirausaha yang berhasil
bukan atas ide sendiri, tetapi dari hasil pengamatan dan penerapan
ide-ide dari orang lain, sehingga dapat dijadikan peluang.

2.4.1 Sumber Peluang Potensial


Agar ide-ide potensial, dapat menjadi peluang bisnis yang riil, maka
wirausaha, harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang
secara terus-menerus. Proses penjaringan ide disebut proses
screening, yang merupakan suatu cara terbaik, untuk menuangkan ide
potensial menjadi produk dan jasa riil. Adapun langkah dalam
penjaringan ide, dapat dilakukan sebagaimana dijelaskan berikut.

1. Menciptakan produk baru dan berbeda

Ketika ide dimunculkan secara riil atau nyata, misalnya daiam bentuk
barang dan jasa baru, maka produk dan jasa tersebut, harus berbeda
dengan produk dan jasa yang ada di pasar. Selain itu, produk dan jasa
tersebut, harus menciptakan suatu nilai bagi pembeli atau
penggunanya. Agar berguna, maka barang dan jasa, harus bernilai bagi
konsumen, baik bagi pelanggan maupun bagi konsumen potensial
lainnya. Oleh karena itu, wirausaha harus benar-benar mengetahui
perilaku konsumen di pasar. Daiam mengamati perilaku pasar, paling
sedikit ada dua unsur pasar, yang perlu diperhatikan yaitu :

a) permintaan terhadap barang/jasa yang dihasilkan,

b) waktu penyerahan dan waktu permintaan barang/jasa. Dengan


demikian, jelaslah bahwa wirausaha yang sukses, perlu menciptakan
produk dan jasa yang unggul, sehingga dapat memberikan nilai
kepada konsumen. Misalnya, apakah produk-produk barang dan jasa
tersebut, dapat meningkatkan efisiensi bagi pemakainya? Berapa
besarnya? Apakah perbaikan dalam efisiensi dapat diketahui juga oleh
pembeli potensial? Berapa persen target yang ingin dicapai dari
segmentasi pasar tersebut? Pertanyaan-pertanyaan tersebut, penting
dalam menciptakan peluang
2. Mengamati pintu peluang

Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki pesaing,


misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru,
pengalaman keberhasilan dalam mengembangkan produk baru,
dukungan keuangan dan keunggulan- keunggulan yang dimiliki
pesaing di pasar. Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi
pasar, dapat dievaluasi dengan mengamati kelemahan kelemahan dan
risiko pesaing, dalam menanamkan modal barunya. Untuk mengetahui
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh pesaing, serta untuk
mengetahui peluang yang dapat kita peroleh, maka ada beberapa
pertanyaan penting, yaitu :

1. Pertanyaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing,


dalam mengembangkan produk, meliputi :

a Bagaimana kemampuan teknik yang dimiliki pesaing, dalam


mengembangkan produk, jika dibandingkan dengan
kemampuan teknik yang kita miliki?

2. Pertanyaan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan pesaing,


tentang kapabilitas dan sumber-sumber yang dimiliki, yang meliputi :

a Sejauh mana kemampuan dan kesediaan pesaing, untuk


melakukan investasi dalam mengembangkan produk baru dan
produk awal?

3. Pertanyaan untuk menentukan, apakah pintu peluang ada atau


tidak, yang meliputi :

a Sejauh mana kecepatan perusahaan, membawa produk ke


pasar, sehingga dapat mendahului pesaing?

4. Analisis produk dan proses produksi secara mendalam. Analisis ini


sangat penting, untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas produk
yang dihasilkan memadai atau tidak. Berapa biaya yang dikeluarkan
untuk membuat produk tersebut? Apakah biaya yang kita keluarkan
lebih efisien, dari biaya yang dikeluarkan oleh pesaing?

5. Menaksir biaya awal, yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha
baru. Dari mana sumbernya dan untuk apa digunakan? Berapa yang
diperlukan untuk operasi, perluasan dan biaya lainnya?

6. Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi, misalnya risiko


teknik, finansial dan pesaing. Risiko pesaing adalah kemampuan dan
kesediaan pesaing, untuk mempertahankan posisinya di pasar. Risiko
pesaing meliputi pertanyaan :

a Kemungkinan kesamaan dan keunggulan produk apa yang


dikembangkan pesaing?

b Tingkat keberhasilan apa yang telah dicapai oleh pesaing dalam


mengembangkan produknya?

2.4.2 Analisis SWOT Usaha Analisis SWOT


(Strength=S, Weakness=W, Opportunities=O, dan Threats=T) telah
menjadi salah satu alat analisis yang berguna dalam dunia usaha. Sebelum
bisnis baru dimulai sebaiknya terlebih dahulu dilakukan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunities, dan Threats). Analisis SWOT dapat
membantu untuk mengidentifikasi cara untuk meminimalkan pengaruh
kelemahan sambil memaksimalkan kekuatan dalam bisnis. Analisis SWOT
biasanya digunakan oleh wirausaha untuk lebih mengetahui serta dapat
mengukur kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya dibandingkan
pesaingnya.

Analisis SWOT merupakan metode dasar yang banyak dipakai


perusahaan untuk menganalisis permasalahan dari kekuatan, kelemahan,
kesempatan, dan ancaman dari lingkungan. Analisis SWOT dilakukan dengan
melakukan survei internal tentang kekuatan dan kelemahan, serta survei
eksternal untuk ancaman dan peluang (kesempatan). Analisis SWOT bersifat
deskriptif dan terkadang akan sangat subyektif. Analisis SWOT adalah suatu
metoda penyusunan strategi perusahaan atau organisasi yang bersifat satu
unit bisnis tunggal. SWOT itu sendiri merupakan singkatan dari strength (S),
Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T) yang artinya kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman atau kendala, dimana yang secara
sistematis dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor luar (O dan
T) dan faktor di dalam perusahaan (S dan W).

Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen


perusahaan yang secara sistematis dapat membantu dalam usaha
penyusunan suatu rencana untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka
pendek maupun tujuan jangkan panjang. Menurut Rangkuti (1998) analisis
SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada hubungan
atau interaksi antara unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan,
terhadap unsurunsur eksternal yaitu peluang dan ancaman.

Tahap awal proses penetapan strategi adalah menaksir kekuatan,


kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang dimiliki organisasi. Analisis
SWOT memungkinkan organisasi memformulasikan dan
mengimplementasikan strategi utama sebagai tahap lanjut pelaksanaan dan
tujuan organiasasi, dalam analisis SWOT informasi dikumpulkan dan
dianalisa. Hasil analisa dapat menyebabkan dilakukan perubahan pada misi,
tujuan, kebijaksanaan, atau strategi yang sedang berjalan.
BAB III

STUDI KASUS DAN PEMBAHASANNYA


3.1. Studi Kasus
Tuan A ingin memulai bisnis makanan siap saji yang sehat dan ramah
lingkungan dengan konsep yang berbeda dari yang sudah ada di pasaran.

3.2. Pembahasan Studi Kasus


Sebagai seorang pengusaha, Tuan A memiliki ide untuk membuka bisnis
makanan cepat saji di daerah yang strategis. Dia memilih untuk fokus pada
makanan cepat saji sehat dan menggunakan bahan-bahan organik untuk
menarik pelanggan yang peduli dengan kesehatan.
Tuan A melakukan studi pasar dan menemukan bahwa ada banyak peluang
bisnis di daerah tersebut. Dia juga menemukan beberapa pesaing yang sudah
ada, tetapi karena Tuan A menawarkan makanan sehat dan organik, dia
percaya bisnisnya akan memiliki nilai tambah yang dapat menarik pelanggan.
Tuan A melakukan penelitian untuk menentukan menu yang tepat untuk
bisnisnya. Dia juga mencari pemasok bahan-bahan organik berkualitas yang
dapat diandalkan untuk menjaga kualitas makanan yang dihasilkan. Selain
itu, dia mempertimbangkan faktor-faktor penting lainnya seperti lokasi toko
dan biaya sewa.
Setelah menentukan menu dan pemasok, Tuan A memulai proses perekrutan
karyawan dan melatih mereka tentang standar kualitas makanan dan
layanan pelanggan. Dia juga memastikan bahwa toko dipersiapkan dengan
baik dan dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan untuk
mempersiapkan makanan yang diinginkan pelanggan.
Selama proses pembukaan toko, Tuan A mempromosikan bisnisnya dengan
berbagai cara, termasuk media sosial, iklan di surat kabar lokal, dan promosi
khusus untuk pelanggan baru. Dia juga menawarkan layanan pengiriman dan
pesan antar untuk menjangkau pelanggan yang lebih luas.
Setelah toko dibuka, Tuan A terus memperbaiki bisnisnya dengan
memperhatikan umpan balik pelanggan dan menyesuaikan menu dan
layanan sesuai dengan permintaan pelanggan. Dia juga memperluas
jangkauan toko dengan membuka cabang baru di daerah-daerah yang
memiliki potensi bisnis yang tinggi.

3.2.1. Pemecahan Kasus


Tuan A sebagai pengusaha makanan cepat saji sehat menghadapi beberapa
masalah dalam bisnisnya, antara lain:
 Persaingan pasar yang ketat: Tuan A harus bersaing dengan bisnis
makanan cepat saji lainnya yang sudah ada di daerah tersebut. Untuk
mengatasi masalah ini, dia dapat memperbaiki kualitas makanannya
dan menawarkan layanan yang lebih baik untuk menarik pelanggan
dan membedakan dirinya dari pesaing.
 Pemilihan lokasi yang kurang strategis: Lokasi toko sangat penting
untuk keberhasilan bisnis makanan cepat saji. Tuan A dapat
mengatasi masalah ini dengan melakukan riset pasar yang lebih
mendalam untuk menemukan lokasi yang lebih strategis dan menarik
pelanggan potensial.
 Biaya produksi yang tinggi: Penggunaan bahan-bahan organik dan
berkualitas tinggi dapat meningkatkan biaya produksi. Tuan A dapat
mengatasi masalah ini dengan mencari pemasok yang lebih murah
atau dengan menyesuaikan menu untuk meminimalkan biaya
produksi.
 Meningkatkan efisiensi operasional: Tuan A dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan teknologi modern untuk
meningkatkan efisiensi operasional, seperti menggunakan peralatan
canggih yang dapat mempercepat proses persiapan makanan dan
meminimalkan kesalahan.
 Pengembangan bisnis: Setelah toko berhasil, Tuan A dapat
mempertimbangkan untuk memperluas jangkauan bisnis dengan
membuka cabang baru di daerah yang berpotensi. Dia juga dapat
mempertimbangkan untuk menawarkan layanan pengiriman
makanan ke rumah atau kantor untuk menjangkau pelanggan yang
lebih luas.
Dalam mengatasi masalah-masalah tersebut, Tuan A perlu melakukan
riset pasar yang lebih mendalam, meningkatkan kualitas produk dan
layanan, memanfaatkan teknologi modern, dan membuat strategi
pemasaran yang efektif. Hal ini akan membantu Tuan A mengembangkan
bisnisnya dan memenangkan persaingan di pasar makanan cepat saji
yang semakin ketat.

3.2.2. Analisis Kasus


Tuan A sebagai pengusaha makanan cepat saji sehat telah memperlihatkan
banyak aspek kewirausahaan yang sukses dalam menjalankan bisnisnya.
Berikut adalah beberapa analisis terkait studi kasus Tuan A:
 Identifikasi pasar: Tuan A berhasil mengidentifikasi kebutuhan pasar
dan keinginan pelanggan untuk makanan cepat saji yang sehat dan
organik. Dia mengambil keuntungan dari pasar yang berkembang
dengan pesat dan menawarkan sesuatu yang berbeda dari pesaingnya.
 Inovasi dan kreativitas: Tuan A berhasil memperkenalkan inovasi
dalam bisnis makanan cepat saji dengan fokus pada makanan sehat
dan organik. Dia menciptakan nilai tambah bagi pelanggan yang
peduli dengan kesehatan dan lingkungan.
 Riset pasar: Tuan A melakukan riset pasar secara cermat dan
mendalam sebelum memulai bisnisnya. Dia mempelajari tren dan
kebutuhan pasar, serta memilih lokasi toko dengan hati-hati untuk
menjangkau pelanggan potensial.
 Manajemen operasional: Tuan A juga berhasil dalam manajemen
operasional, dengan memperhatikan kualitas bahan baku,
mempersiapkan toko dengan baik, melatih karyawan, dan
memastikan bahwa toko selalu bersih dan rapi.
 Pemasaran yang efektif: Tuan A juga memanfaatkan berbagai strategi
pemasaran yang efektif, termasuk media sosial dan promosi khusus,
untuk menarik pelanggan baru dan mempromosikan bisnisnya.

3.2.3. Rekomendasi Solusi


Berdasarkan analisis terhadap contoh studi kasus kewirausahaan Tuan A
Makanan Cepat Saji, berikut adalah beberapa rekomendasi solusi yang dapat
membantu Tuan A mengatasi masalah dan mengembangkan bisnisnya:
 Meningkatkan Kualitas Produk dan Layanan: Tuan A dapat
meningkatkan kualitas produk dan layanan dengan mencari bahan-
bahan berkualitas tinggi dan melakukan pengawasan ketat pada
proses produksi, mengajarkan karyawan untuk memberikan
pelayanan yang ramah dan memuaskan bagi pelanggan, dan selalu
memperhatikan umpan balik pelanggan dan menindaklanjuti masalah
yang terjadi.
 Menentukan Strategi Pemasaran yang Tepat: Tuan A perlu
menentukan strategi pemasaran yang tepat untuk menjangkau
pelanggan yang lebih luas. Dia dapat memanfaatkan media sosial dan
promosi khusus untuk menarik perhatian pelanggan, serta menjalin
kemitraan dengan pihak-pihak terkait seperti restoran dan kafe untuk
memperluas jangkauan pasar.
 Meningkatkan Efisiensi Operasional: Tuan A dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan teknologi modern dalam
operasinya seperti menggunakan peralatan canggih yang dapat
mempercepat proses persiapan makanan dan meminimalkan
kesalahan, serta mengadopsi sistem manajemen inventaris dan
pembelian yang efisien.
 Mempertimbangkan Ekspansi Bisnis: Setelah toko pertama berhasil,
Tuan A dapat mempertimbangkan untuk membuka cabang baru di
daerah yang berpotensi dan menawarkan layanan pengiriman
makanan ke rumah atau kantor untuk menjangkau pelanggan yang
lebih luas.
 Menjalin Kemitraan yang Berkelanjutan: Tuan A dapat menjalin
kemitraan yang berkelanjutan dengan pemasok dan pelanggan,
dengan cara memberikan kualitas yang baik dan memberikan harga
yang terjangkau. Hal ini akan membantu memperkuat hubungan dan
mempertahankan pelanggan serta meningkatkan keuntungan
bisnisnya.
Dengan menerapkan solusi di atas, Tuan A dapat mengatasi masalah dan
memperluas bisnisnya dengan cara yang efektif dan berkelanjutan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.1.1. Kesimpulan Pembahasan Teori
1. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau
peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang
kreatif dan innovatif. Oleh karena itu seoarang wirausahawan dalam
melalui sebuah proses untuk menuju kesuksesan harus menyiapkan
mental yang kuat, berani menanggung resiko, adanya inovasi dan
kreativitas.

2. Faktor-faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan kewirausahaan


sangat beragam, namun beberapa hal yang umumnya dianggap
penting dalam keberhasilan kewirausahaan meliputi keterampilan
manajemen yang baik, visi yang jelas dan strategi yang tepat,
kemampuan beradaptasi terhadap perubahan pasar, serta
kemampuan untuk membangun dan memelihara hubungan baik
dengan pelanggan dan mitra bisnis. Sedangkan, beberapa faktor
penyebab kegagalan kewirausahaan meliputi kurangnya pemahaman
pasar dan pelanggan, masalah keuangan, kurangnya manajemen yang
baik, dan kurangnya pengalaman atau keterampilan kewirausahaan
yang memadai. Oleh karena itu, penting bagi seorang wirausahawan
untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan, serta mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
meminimalkan risiko kegagalan dan meningkatkan peluang
keberhasilan dalam bisnis.

3. wirausaha yang baik adalah mereka yang berperan dan berfungsi


untuk meningkatkan dan sekaligus memperkuat bangsa dan negara.
Dengan mencermati pengertian peran dan fungsi kewirausahaan,
dapat disimpulkan bahwa antara peran dan fungsi kewirausahaan
terdapat hubungan pengertian yang tidak dapat dipisahkan. Di mana
istilah fungsi merujuk pada jenis kegiatan atau tugas yang
dilaksanakan, sedangkan istilah peran merujuk kepada aktor atau
pelaku yang mengemban tugas tersebut.

4. 1. Menciptakan produk baru dan berbeda.

Ketika ide diwujudkan, misalnya dalam bentuk barang atau jasa baru,
produk dan jasa tersebut harus bersaing dengan produk dan jasa yang
sudah ada di pasar. Produk dan jasa tersebut harus menciptakan nilai
bagi pelanggannya. Agar berguna, barang dan jasa harus bernilai bagi
pelanggan. Oleh sebab itu wirausaha harus benar-benar mengetahui
prilaku konsumen di pasar. Dalam mengamati prilaku pasar, paling
sedikit ada dua unsur yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan.

b. Waktu penyerahan dan waktu permintaan barang atau jasa.

2. Mengamati pintu peluang.

Kewirausahaan harus mengamati segala potensi yang dimiliki


pesaing, misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk
baru, dukungan keuangan, dan keunggulan lain yang dimiliki pesaing.
Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar dapat
dievaluasi dengan mengamati kelemahan dan risiko dalam
menanamkan modal barunya.

3. Analisa produk dan proses produksi.

Analisa ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan


kualitas produk yang dihasilkan sudah memadai. Berapa biaya yang
kita keluarkan untuk membuat produk tersebut, Apakah biaya yang
kita keluarkan lebih efesien dari pada biaya yang dikeluarkan pasaing.

4. Menaksir biaya awal, yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha
baru.
5. Memperhitung resiko yang mungkin terjadi, misalnya resiko teknik,
finansial, dan pesaing Resiko persaing adalah kemampuan dan
kesedian kesediaan pesaing untuk mempertahankan posisinya di
pasar. Resiko pesaing meliputi:

a. Kemungkinkan kesamaan dan keunggulan produk apa yang


dikembangkan pesaing b. Ringkat keberhasilan apa yang telah dicapai
oleh persaing dalam mengembangkan produk yang diperkenalkannya.

c. Seberapa jauh dukungan keuangan persaingan bagi pengembangan


produk yang diperkenalkannya

d. Apakah perusahaan baru cukup kuat untuk mengatasi serangan-


serangan pesaaing

4.1.2. Kesimpulan Pembahasan Studi Kasus


Berdasarkan contoh studi kasus kewirausahaan Tuan A Makanan Cepat Saji,
dapat disimpulkan bahwa memulai bisnis tidaklah mudah, terutama dalam
industri yang sudah sangat kompetitif seperti industri makanan cepat saji.
Tuan A menghadapi berbagai masalah seperti penjualan yang rendah,
persaingan yang ketat, karyawan yang kurang terlatih, dan pengelolaan
inventaris yang tidak efisien.

Namun, dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti kualitas produk


dan layanan, strategi pemasaran, efisiensi operasional, ekspansi bisnis, dan
menjalin kemitraan yang berkelanjutan, Tuan A dapat mengatasi masalahnya
dan mengembangkan bisnisnya secara berkelanjutan.

Kesimpulannya, untuk menjadi pengusaha sukses, dibutuhkan usaha dan


dedikasi yang tinggi serta kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan pasar dan persaingan yang ketat. Selain itu, pengusaha harus
dapat mengidentifikasi dan mengatasi masalah dengan cepat dan efektif
untuk memastikan kesinambungan bisnis.
4.2 Saran
1. Kewirausahaan adalah keterampilan kreatif dan inovatif yang
digunakan sebagai dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari
peluang sukses. Sesuatu yang dinilai baru dan berbeda adalah nilai
tambah produk dan jasa. Hal ini dapat menjadi sumber keunggulan
yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang. Oleh karena itu semangat
kewirausahaan mampu untuk menambah nilai pasar dengan
memproses pengelolaan sumber daya dengan cara baru dan berbeda.
Dengan mempelajari proses kewirausahaan dapat memberi peran
penting dan tentunya memiliki fungsi yang mendorong implementasi
pertumbuhan suatu bisnis. Kita dapat menelaah tentang
kewirausahaan dengan mempelajari banyak hal, salah satunya faktor
penyebab keberhasilan maupun kegagalan dalam usaha. Selain itu,
kita dapat menilai ide apa yang cocok untuk digunakan dan
bagaimana peluang usahanya.
Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut juga
wirausahawan. Mereka memiliki motivasi dan emosi yang sangat
terkait dengan nilai nilai sebagai wirausahawan yang unggul. Namun,
banyak yang masih harus dipelajari dan ditelaah lebih lanjut tentang
kewirausahaan secara lebih mendetail. Pada makalah ini dijelaskan
tentang proses, faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan, fungsi
dan peran, ide dan peluang mengenai kewirausahaan.
2. Saran berdasarkan Studi Kasus adalah
 Fokus pada pengembangan produk baru yang inovatif: Tuan A
dapat mempertimbangkan untuk mengembangkan menu yang
lebih beragam dan unik, sehingga dapat menarik pelanggan
baru dan membedakan diri dari pesaing.
 Meningkatkan efisiensi operasional: Tuan A dapat
meningkatkan efisiensi operasional dengan mengotomatisasi
proses bisnis dan memanfaatkan teknologi yang tepat, seperti
aplikasi pemesanan online dan pembayaran digital.
 Mengikuti tren makanan sehat: Tuan A dapat
mempertimbangkan untuk menawarkan menu makanan sehat
atau ramah kesehatan untuk menarik pelanggan yang lebih
peduli dengan kesehatan.
 Meningkatkan citra merek: Tuan A dapat meningkatkan citra
merek dengan memperkuat identitas merek dan membuat
kampanye branding yang konsisten di seluruh media sosial dan
platform pemasaran lainnya.
 Memperkuat hubungan dengan pelanggan: Tuan A dapat
memperkuat hubungan dengan pelanggan dengan memberikan
pengalaman positif dan layanan pelanggan yang lebih baik,
seperti program loyalitas, program hadiah, atau acara spesial.
 Menjaga kualitas bahan baku: Tuan A harus memastikan
kualitas bahan baku yang digunakan dalam makanan cepat
sajinya agar memenuhi standar kesehatan dan keamanan yang
ketat.

Dengan menerapkan saran-saran di atas, Tuan A dapat meningkatkan


kinerja bisnisnya dan memenangkan persaingan di pasar makanan
cepat saji yang kompetitif.
DAFTAR PUSTAKA

Agung Purnomo, d. (2020). Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan


Tinggi dan Dunia Bisnis. Medan: Yayasan Kita Menulis.

14

Anda mungkin juga menyukai