Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SIKLUS BISNIS
Diajukan untuk memenuhi tugas ekonomi makro
Mata Kuliah : Ekonomi Makro
Dosen Pengampu : Lia Amaliawiati S.E., M.Si.

Disusun Oleh :
Yudea Putri Andrianti 40222100226
Gilang Tresna Nurmahmud 40222100411
Yohanes Dahli Agustin Simbolon 40222100142
Lina Hasna Nur Aliyyah 40222100204

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIDYATAMA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Kami mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen mata kuliah.. yang telah
memberikan tugas makalah ini sehingga kami dapat memahami bagaimana proses siklus bisnis di Indonesia
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 29 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................4
1.3 TUJUAN PENELITIAN...................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI.....................................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN SIKLUS BISNIS.....................................................................................5
2.2 TEORI SIKLUS BISNIS..................................................................................................5
2.3 TAHAP TAHAP DALAM SIKLUS BISNIS....................................................................7
BAB III...........................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.............................................................................................................................9
2.1 SIKLUS BISNIS PEREKONOMIAN PADA MASA PANDEMI...................................9
2.2 STRATEGI PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI FLUKTUASI
PEREKONOMIAN SAAT PANDEMI......................................................................................10
2.3 ANALISIS SOLUSI UNTUK MENANGANI FLUKTUASI EKONOMI PADA MASA
PANDEMI..................................................................................................................................11
BAB III.........................................................................................................................................13
PENUTUP....................................................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Analisis Proses Bisnis adalah Kajian yang dilakukan untuk mengetahui urutan
pelaksanaan dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan
menggunakan berbagai sumber daya. Analisis proses bisnis umumnya melibatkan pemetaan
proses dan subproses di dalamnya hingga tingkatan aktivitas atau kegiatan. (Dizadmin, 2019).
Dunia bisnis saat ini menuntut setiap perusahaan untuk lebih fleksibel, lebih inovatif, dan lebih
profesional. Seperti kita ketahui bersama bahwa setiap bisnis pasti “diatur” dan “dioperasikan”
oleh suatu himpunan proses bisnis. Hal inilah yang menyebabkan tingkat kesuksesan suatu bisnis
akan sangat dipengaruhi dari seberapa baiknya manajemen siklus hidup (lifecycle) dari proses-
proses yang ada di perusahaan tersebut. Perusahaan yang mampu menciptakan, mengontrol,
merubah, dan memperbaiki setiap proses bisnisnya dengan mudah dan fleksibel akan mempunyai
kemampuan untuk tetap berada di barisan terdepan dalam persaingan.
Dengan sistem Business Process Management (BPM) maka diharapkan akan menjawab
masalah-masalah di atas. Dengan sistem BPM, maka otomasi suatu proses bisnis akan dapat
dilakukan secara cepat. Selain itu, kendali terhadap proses yang terotomasi yang selama ini
masih dipegang oleh bagian IT, akan menjadi milik dari pihak manajemen sepenuhnya, pihak
yang memang lebih tepat untuk hal tersebut. Sebuah solusi sistem BPM yang lengkap akan men-
support seluruh fase dari Process Lifecycle yaitu mulai dari Definisi Proses, Eksekusi & Kontrol
Proses, hingga Monitoring dan Perbaikan Proses. Process Lifecycle ini berbentuk suatu loop
tertutup dimana setelah fase terakhir, proses akan selalu dapat berulang ke fase pertama kembali.
Dukungan terhadap full process lifecycle seperti ini tentunya akan sangat membantu perusahaan
dalam usaha dalam peningkatan kualitas proses bisnisnya yang berkesinambungan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa masalah-masalah yang berkenaan dengan siklus bisnis yang ada di Indonesia?
2. Bagaimana pemerintah mengatasi masalah siklus bisnis tersebut?
3. Bagaimana solusi terbaik untuk mengatasi masalah masalah pada tahap ini?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang berkenaan dengan siklus bisnis yang ada di
Indonesia
2. Untuk mengetahui bagaimana pemerintah mengatasi masalah siklus bisnis tersebut
3. Untuk mengetahui bagaimana solusi terbaik untuk mengatasi masalah masalah pada
tahap ini
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN SIKLUS BISNIS


Siklus bisnis (business cycle) merupakan keadaan yang menunjukkan fluktuasi ekonomi
suatu negara yang tercermin pada tingkat PDB riil suatu negara pada satu periode tertentu.
Menurut Samuelson & Nordhaus (2004) siklus bisnis adalah fluktuasi ekonomi pada total output
nasional, pendapatan, dan ketenagakerjaan, biasanya berlangsung selama periode 2 hingga 10
tahun, yang ditandai oleh kontraksi atau ekspansi yang tersebar luas pada kebanyakan sektor
ekonomi. Dalam siklus bisnis (business cycle) terdapat beberapa fase, menurut Sukwiaty, Jamal,
& Sukamto (2009) siklus bisnis terbagi dalam 4 fase yaitu depresi (depression), pemulihan
(recovery), kemakmuran (prosperity), dan resesi (resession). Siklus bisnis terjadi karena
beberapa faktor yaitu faktor shock perekonomian dalam negeri dan shock perekonomian luar
negeri. Kedua shock terbagi antara faktor endogen dan eksogen dalam ekonomi. Faktor endogen
mencakup keadan ekonomi dan kebijakan yang diterapkan pada suatu negara. Faktor eksogen
seperti tingkat harga minyak dunia, adanya pemilihan umum pada negara tersebut.
Ada banyak teori yang dapat digunakan dalam menjelaskan siklus bisnis (business cycle).
Namun ada beberapa teori yang umummya digunakan para ekonom untuk menjelaskan apa yang
menjadi penyebab terjadinya siklus bisnis (business cycle) ini seperti: teori monetary business
cycle, teori real business cycle, dan teori keynes business cycle. Beberapa teori inilah yang
banyak menjadi acuan dan sorotan para ekonom dalam memahami gejala siklus bisnis.

2.2 TEORI SIKLUS BISNIS


1. Teori Real Business Cycle
Pendekatan yang digunakan kaum klasik dalam siklus bisnis (business cycle) terutama
disebabkan oleh shock yang terjadi pada sisi penawaran agregat (aggregat supply) bukan karena
perubahan permintaan agregat (aggregat demand). Guncangan produktifitas atau inovasi pada
satu sektor dapat menyebar dan menyebabkan resesi dan inflasi. Dalam teori klasik, dimana
kaum klasik mendikotomikan sektor riil dan sektor moneter atau yang disebut dikotomi klasik
(dychotomi classic). Dikotomi klasik adalah dimana sektor moneter tidak berpengaruh terhadap
sektor riil. Mereka mempercayai uang itu bersifat netral sehingga kebijakan-kebijakan moneter
yang dikeluarkan pemerintah tidak berpengaruh terhadap kesempatan kerja yang ada maupun
tingkat output perekonomian. Rational expectation merupakan dasar teoritis mengenai dugaan
bahwa kebijakan moneter tidak memiliki pengaruh yang berarti pada siklus bisnis. Dalam
pandangan penganut klasik bahwa peningkatan penawaran tenaga kerja untuk produksi
merupakan hal mendasar yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Dan sektor tenaga kerja
merupakan sektor yang paling produktif dalam peningkatan akumulasi kapital. Penganut teori
new klasik mempercayai bahwa variabel variabel riil yang berpengaruh sangat besar tehadap
perekonomian. New Klasik menganggap bahwa variabel nominal tidak memengaruhi variabel
riil dan guncangan teknologi (technology shock) lebih berdampak pada fluktuasi variabel riil
siklus bisnis (Ratih, 2016).
2. Teori Keynes Business Cycle
Para penganut teori keynes mematahkan teori klasik dimana pada saat terjadi resesi, teori
klasik tidak dapat menjelaskan bagaimana perekonomian dapat menyesuaikan keadaan secara
otomatis. Yang berasumsi bahwa penawaran dan permintaan akan menuju titik keseimbangannya
(equilibrium) dalam mekanisme pasar tanpa adanya intervensi dari pemerintah. Menurut Minsky
(1986, hal. 111) teori neoklasik tidak dapat menjelaskan siklus bisnis dengan krisis biasa yang
terjadi dari hasil operasi internal ekonomi. New keynes merupakan kelanjutan teori yang sudah
ada yaitu Keynes. New Keynes masih mengikuti teori teori lama Keynes yang menyesuaikan
keadaan perekonomian sekarang. Menurut para pengikut teori ini tidak ada dikotomi antara
sektor riil dan sektor moneter.
3. Teori Monetary Business Cycle
Menurut Gustiani (2011, hal. 33) Teori moneter dalam siklus bisnis (Monetary Business
Cycle) menekankan pentingnya sektor moneter dalam mempengaruhi siklus bisnis (business
cycle). Teori moneter menghubungkan siklus binis (business cycle) dengan ekspansi dan
kontraksi uang dan jumlah 20 kredit, moneter merupakan faktor utama terjadinya fluktuasi dalam
permintaan agregat Samuelson & Nordhaus (2004). Teori Keynes dan moneter memiliki
kesamaan yang terletak pada anggapan bahwa uang merupakan faktor eksogen yang
mempengaruhi output. Belajar dari keadaan dimana krisis keuangan dapat menyebabkan
fluktuasi pada siklus bisnis (business cycle). Pentingnya menjaga stabilitas keuangan dalam hal
ini juga berdampak pada kestabilan siklus bisnis. Menurut Milton Friedman (1968) dalam Detzer
& Herr (2014) mengatakan bahwa uang dapat menjadi faktor fundamental yang mempengaruhi
ekonomi riil. Menurut Alamsyah, et al (2014, hal. 3) krisis keuangan tahun 2008 mengubah
pandangan banyak ekonom dimana perilaku sektor keuangan sangat berpengaruh pada kegiatan
sektor riil.
4. Teori Mundell Fleming
Model Mundell Fleming merupakan model perekonomian yang mengasumsikan
perekonomian terbuka. Model ini memberikan cakupan yang lebih luas pada model PDB jangka
pendek (Mankiw, 2006, hal. 327). Teori ini menjelaskan bahwa sistem nilai tukar yang diadopsi
oleh suatu negara menentukan perilaku ekonomi negara tersebut. Dari asumsi yang paling
mendasar dan penting dalam teori Mundell Fleming yaitu perekonomian terbuka kecil (small
open economy) dengan mobilitas modal sempurna. Asumsi yang digunakan ini menggambarkan
bahwa tingkat suku bunga domestik dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dunia. Apabila tingkat
suku bunga domestik mengalami kenaikan maka aliran modal luar negeri akan masuk ke dalam
negeri (capital inflow), hal ini akan akan mendorong tingkat suku bunga domestik kembali turun
menuju tingkat suku bunga dunia. Sebaliknya disaat tingkat suku bunga mengalami penurunan
maka aliran modal luar negeri akan keluar (capital outflow).

2.3 TAHAP TAHAP DALAM SIKLUS BISNIS


1. Permulaan (Startup)
Tahap permulaan atau startup adalah fase terjadinya pengembangan atau inisiasi bisnis
terjadi di mana perusahaan mulai membuat produknya atau melayani target audience-nya. Tahap
ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu proses penelitian atau riset pasar dan pencarian dana
yang terjadi sebelum perusahaan secara resmi dimulai. Di samping juga berencana meluncurkan
dan menginisiasi penciptaan produk atau layanan (product launch). Atau dengan kata lain, tahap
startup ini meliputi waktu perencanaan bisnis, dari sebelum perusahaan diluncurkan hingga
mencapai tingkat stabilitas kritis pertama. Selama awal tahap ini, pendiri perusahaan membuat
produk prototipe atau pilot, lalu mencoba menjualnya, mengumpulkan dan mengevaluasi umpan
balik, dan mencari investor potensial atau sumber pembiayaan. Karakteristik Tahap Startup
Tujuan utama bisnis adalah memperoleh sumber dana dalam pembiayaan operasional bisnis.
Sebab, pendapatan bisnis akan rendah sedangkan biaya pengeluaran perusahaan tinggi. Pemilik
bisnis akan membuat semua keputusan besar, dan bahkan dalam usaha UKM/UMKM, pemilik
bisnis akan melakukan banyak peran. Mulai dari merancang materi strategi pemasarannya
sendiri, mengelola akun media sosial sendiri (social media marketing), membuat produk atau
menjalankan layanan pelanggan, dan menangani pembukuan (financial statement atau report).
Prioritas utama pada tahap ini adalah membangun reputasi brand, value proposition, dan menarik
pelanggan (customer onboarding) sehingga terjadi transaksi penjualan dengan pelanggan.
2. Pertumbuhan (Growth)
Selama tahap ini, perusahaan telah mulai menghasilkan pendapatan yang konsisten dan
arus kas meningkat (dampak dari sales cycle yang stabil). Ini adalah saat yang tepat untuk
mendefinisikan kembali tujuan bisnis, mengatur ulang kinerja internal perusahaan, memperkuat
strategi pemasaran, dan mulai mengeksplorasi kemitraan atau partnership dan komunitas bisnis
(community management). Selain itu, budaya perusahaan juga mulai sepenuhnya terbentuk.
Karakteristik Tahap Growth Penjualan bisnis mulai bertambah (incremental sales) dan meningkat
(sales growth). Perusahaan memiliki tim sales force hingga customer relation yang lebih
profesional untuk memberikan pesan perusahaan secara maksimal kepada pelanggan (brand
messaging). Dengan begitu, perusahaan dapat memperkuat hubungan dengan pelanggan yang
sudah ada (relationship marketing) dan mengeksplorasi hubungan baru dengan mitra dan
pelanggan prospek (leads). Tujuan utama pada tahap ini adalah meningkatkan profit dan brand
management. Perusahaan juga berusaha mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar (brand
extension) dan memantapkan posisinya di pasar (brand positioning).
3. Pendewasaan (Maturity)
Pada tahap maturity, penjualan dan profit mulai menurun namun lebih stabil. Sebab,
bisnis perusahaan berjalan sesuai dengan model bisnis dan peraturan yang jelas (brand guideline)
dan memiliki pelanggan loyal. Di samping akan semakin banyak potensi munculnya pendatang
baru sebagai kompetitor bisnis. Kendati demikian, perusahaan yang ingin berkembang secara
berkelanjutan (sustainable growth) akan meningkatkan jangkauan pemasaran produk mereka,
memperkenalkan layanan baru, atau mungkin memasuki pasar yang berbeda. Itulah yang
menyebabkan terwujudnya tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility)
yang baru dan berkualitas.
4. Decline atau Exit
Tahap decline adalah fase terakhir dalam siklus hidup bisnis yang mungkin menjadi akhir
perjalanan bisnis karena semua penjualan, profit, dan arus kas menurun. Semua itu bisa terjadi
ketika perusahaan tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang berubah. Atau karena
perusahaan telah kehilangan keunggulan kompetitifnya di pasar. Namun, bisa saja tahapan ini
menjadi awal yang baru bagi perusahaan karena bisnis akan dihadapkan oleh dua pilihan. Yaitu
memperluas bisnis ke titik penemuan kembali, atau keluar sepenuhnya dari industri. Baik dengan
menjual perusahaan atau dengan menyerahkan kendali penuh kepada pemegang bisnis eksekutif.
Jika keputusan dibuat untuk mempertahankan perusahaan, pemilik bisnis akan melakukan
beberapa strategi. Seperti branding, membuat kemasan baru, atau produk yang didefinisikan
ulang (brand refresh). Demikian informasi yang bisa inMarketing bagikan kepada Anda tentang
siklus hidup bisnis yang penting dalam pengelolaan perusahaan yang optimal. Anda bisa
temukan informasi bermanfaat lainnya seputar digital marketing dan perencanaan bisnis moder
di blog kami.
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 SIKLUS BISNIS PEREKONOMIAN PADA MASA PANDEMI


Salah satu shock yang secara signifikan mengganggu tren perkembangan
perekonomian global adalah pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh
negara-negara di dunia harus terdistraksi oleh pandemi yang disebabkan oleh virus Covid-
19 dengan berbagai varian. Pandemi ini dirasakan oleh semua negara di dunia dan menjadi
salah satu krisis yang terbesar. Betapa tidak, pandemi yang awalnya merupakan krisis
kesehatan tersebut sudah menjalar menjadi krisis ke berbagai aktivitas manusia termasuk
sosial dan ekonomi. Dari sisi sosial, kebutuhan manusia untuk berinteraksi dan
bersosialisasi terganggu akibat pembatasan yang dilakukan masing-masing negara. Dari sisi
ekonomi, pembatasan aktivitas membuat sumber pencaharian sebagian masyarakat
berkurang bahkan terhenti. Hal ini tentu saja melemahkan permintaan barang dan jasa.
Dari sisi produksi juga tidak jauh berbeda. Pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah
membuat aktivitas produksi barang dan jasa menjadi lesu. Kombinasi di antara
permintaan dan penawaran ini menggambarkan beratnya dampak Covid-19 terhadap
perekonomian (Guerrieri et al., 2022; Mankiw, 2020c).
Di tataran global, pandemi Covid-19 memberi dampak terhadap pertumbuhan
ekonomi dunia yang negatif, masif, dan dalam jangka waktu lama (Yeyati & Filippini,
2021). Menurut data World Economic Outlook dari International Monetary Fund (2020),
pada tahun 2018 perekonomian dunia tumbuh 3,5% dan melambat menjadi 2,8% pada tahun
2019. Covid-19, yang terdeteksi pertama kali di China dan kemudian menyebar ke negara
lain pada awal 2020, secara serta merta membuat perekonomian dunia tahun 2020
terkontraksi hingga -3,1% (International Monetary Fund, 2021). Jangka waktu dampak
pandemi Covid-19 ini cukup panjang. Menurut catatan International Monetary Fund (2022),
pada tahun 2021 perekonomian dunia mulai pulih dengan tumbuh sebesar 6,0%, namun kembali
melambat di tahun 2022 yang hanya diproyeksikan tumbuh 3,2%. Dunia pun juga masih
pesimis di tahun 2023 dimana IMF memproyeksikan perekonomian global hanya tumbuh
2,7%. Output perekonomian yang masih lesu juga dibayangi oleh inflasi yang cukup tinggi
sehingga rentan terjadi stagflasi. Di tahun 2022, tingkat kenaikan harga diperkirakan
sebesar 8,8% dan sedikit menurun di tahun 2023 dimana inflasi diperkirakan 6,5%.
Pandemi Covid-19 tidak hanya terjadi di negara dengan segregasi tertentu.
Dampaknya dirasakan oleh negara kaya maupun berkembang. Menurut catatan International
Monetary Fund (2021), negara maju (advanced economics) mengalami kontraksi dimana terjadi
pertumbuhan negatif sebesar -4,5% pada tahun 2020. Di sisi lain, negara berkembang
(emerging market and developing economies), termasuk Indonesia di dalamnya, juga mencatat
pertumbuhan negatif yaitu -2,1%. Tahun 2021, perekonomian menunjukkan pemulihan di
mana negara maju tumbuh positif 5,2% dan negara berkembang tumbuh 6,6%. Namun di
tahun 2022 dan 2023 kedua kategori perekonomian tersebut sama-sama diproyeksikan lesu
kembali akibat masih adanya pandemi Covid-19 dan situasi geopolitik yang belum stabil. Di
tahun 2022, negara maju diproyeksikan tumbuh 2,4% dan tahun 2023 tumbuh 1,1%
sedangkan negara berkembang diproyeksikan tubuh 3,7% baik di tahun 2022 maupun
tahun 2023. Datatersebut menunjukkan, walaupun telah terjadi pemulihan ekonomi
namun perkembangannya belum berada pada level sebelum pandemi.
Fluktuasi perekonomian dan perdagangan juga terjadi di Indonesia. Konsumsi
rumah tangga turun sejalan dengan adanya resesi akibatCovid-19 (Suryahadi et al., 2020).
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (2021b), konsumsi rumah tangga turun sebesar
2,63% dan investasi perusahaan turun 4,95% dibanding periode sebelumnya. Walaupun
konsumsi pemerintah naik 1,94%, secara umum Covid-19 menekan output perekonomian.
Covid-19 menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia dimana pada 5 tahun periode
sebelum Covid-19 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai sekitar 5%, namun pada
tahun 2020 terkontraksi dan mencatat pertumbuhan minus sebesar -2,07% (Badan Pusat
Statistik, 2021b). Menurut catatan Badan Kebijakan Fiskal (2022), pada tahun 2021
perekonomian Indonesia dapat tumbuh 3,7% dan pada tahun 2022 diproyeksikan dapat tumbuh
lebih cepat yaitu pada rentang 5,1%-5,4%. Nilai dan volume perdagangan Indonesia juga
terdampak Covid-19. Badan Pusat Statistik (2021a) melaporkan nilai ekspor Indonesia
pada tahun 2020 mengalami penurunan -2,61% sedangkan volume ekspornya turun 11,31%.
Dari sisi ekspor juga mengalami hal serupa. Nilai impor turun 17,34% dan volume impor juga
turun 6,61% dibandingkan periode sebelum Covid-19.
Suatu keadaan fluktuasi perekonomian di sekitar tren jangka panjang inilah
yang disebut dengan business cycle atau dalam paper ini disebut siklus bisnis (Hodrick &
Prescott, 1997; Lucas, 1977). Di dalam teori business cycle, penyimpangan perekonomian
dari tren ini disebabkan oleh faktor riil selain faktor fundamental penentu output
perekonomian, yaitu human capital, capital, dan technology. Adanya shock terhadap
perekonomian akan menyebabkan perubahan permintaan dan penawaran agregat yang
menyebabkan fluktuasi jangka pendek (Mankiw, 2020a). Fluktuasi jangka pendek ini juga
merupakan definisi dari siklus bisnis. Di dalam siklus bisnis, terdapat periode dimana
perekonomian berada di atas tren, namun di periode lain akan berada di bawah tren.
Periode perekonomian di bawah tren ini sering disebabkan oleh shock yang berasal dari
penurunan permintaan agregat maupun penawaran agregat. Salah satu yang sangat mungkin
menjadi penyebab adalah pandemi Covid-19

2.2 STRATEGI PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI FLUKTUASI


PEREKONOMIAN SAAT PANDEMI
Dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19 ini, Pemerintah mengambil
beberapakebijakan (Dhyaksa, 2020) yaitu : dukungan terhadap bidang kesehatan, insentif
bulanantenaga medis, perlindungan sosial, tarif listrik, menaikkan anggaran kartu pra kerja,
pemulihan ekonomi, antisipasi defisit APBN, nasabah KUR dapat keringanan angsuran, bidang
non fiskal, refokusing dan relokasi belanja, menyiapkan Perpu. Sesuai denganPeraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No.1/2020, pemerintahmemiliki kewenangan
untuk melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas APBNdimana anggaran untuk
pengeluaran tersebut masih belum atau tidak cukup tersedia.Pemerintah juga memiliki
kewenangan untuk menentukan proses dan metode pengadaan barang dan jasa serta melakukan
penyederhanaan mekanisme dan simplifikasi dokumen pada bidang keuangan negara. Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) No. 43/2020, diatur bahwa alokasi dana untuk penaganan pandemi
Covid-19 dialokasikan dalam daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) kementerian dan
lembaga (K/L). Kegiatan dalam penanganan pandemi Covid-19 ini dilakukan berdasarkan
alokasi dalam DIPA dan biladalam kondisi mendesak, pejabat perbendaharaan dapat melakukan
tindakan yang berakibat pengeluaran atas APBN yang dananya tidak tersedia ataupun tidak
cukuptersedia.
Adapun, pengeluaran dengan kondisi mendesak ini hanya dapat dilakukan
untukkegiatan penanangan Covid-19 berupa obat-obatan, alat kesehatan, sarana dan
prasaranakesehatan, sumber daya manusia, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan
penangananCovid-19 . Keputusan pemerintah mengalokasikan anggaran besar untuk wabah
Covid-19 relatif tidak jauh berbeda dengan negara-negara maju yang mencatat kasus positif
dankematian akibat korona tertinggi di dunia. Anggaran penanggulangan pandemi Covid-19dan
sektor terdampak yang dialokasikan Pemerintah Indonesia termasuk besar. PDBnasional yang
berkisar Rp 15.000 triliun, Indonesia berani menganggarkan sekitar Rp 400triliun. Presiden Joko
Widodo mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang atau Perppu untuk
menambah alokasi belanja dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2020. Aturan
ini terbit pada tanggal 31 Maret 2020. Pemerintahmemproyeksikan peningkatan pembiayaan
anggaran menjadi Rp. 852,9 Triliun karenadampak pandemi Covid-19 Angka tersebut naik Rp.
547 Trilun dari AnggaranPendapatan dan Belanja (APBN) 2020. Defisit APBN melebar 5,07%
dari PDB.Pembiayaan invetasi juga bertambah. Dari minus 74,2 triliun menjadi minus 229,3
triliun.(Katadata.co.id, 2020).

2.3 ANALISIS SOLUSI UNTUK MENANGANI FLUKTUASI EKONOMI PADA


MASA PANDEMI
Menurut kelompok kami ada beberapa cara untuk menangani fluktuasi ekonomi selama pandemi,
ada beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan:
1. Stimulus Ekonomi: Pemerintah dapat mengimplementasikan paket stimulus ekonomi
untuk mendukung sektor-sektor yang terdampak. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan bantuan keuangan langsung kepada individu, pelaku usaha kecil dan
menengah, serta sektor-sektor yang terkena dampak langsung dari pandemi. Stimulus
tersebut dapat membantu meningkatkan daya beli dan mengurangi dampak negatif pada
perekonomian.
2. Kebijakan Moneter: Bank sentral dapat menerapkan kebijakan moneternya, seperti
menurunkan suku bunga untuk mendorong pinjaman dan investasi. Penurunan suku
bunga dapat merangsang konsumsi dan investasi, yang pada gilirannya dapat membantu
menghidupkan kembali perekonomian yang lesu.
3. Dukungan Pekerja: Pemerintah dapat memberikan dukungan kepada pekerja yang
terdampak, seperti dengan memberikan tunjangan pengangguran, subsidi gaji, atau
program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan. Langkah ini dapat membantu
mengurangi dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh PHK dan pengangguran.
4. Penyediaan Fasilitas Pinjaman dan Kredit: Bank-bank dapat bekerja sama dengan
pemerintah untuk menyediakan fasilitas pinjaman dan kredit dengan syarat yang lebih
fleksibel kepada pelaku usaha. Hal ini akan membantu mereka dalam memenuhi
kebutuhan likuiditas dan menjaga kelangsungan operasional mereka.
5. Diversifikasi Ekonomi: Pemerintah dapat mendorong diversifikasi sektor ekonomi untuk
mengurangi ketergantungan pada sektor yang paling terdampak. Ini dapat melibatkan
stimulus untuk sektor-sektor baru yang menunjukkan potensi pertumbuhan, serta
pengembangan infrastruktur dan kebijakan yang mendukung pertumbuhan sektor-sektor
tersebut.
6. Kolaborasi Internasional: Kerjasama antar negara dan lembaga internasional sangat
penting dalam menangani fluktuasi ekonomi global yang disebabkan oleh pandemi.
Negara-negara dapat bekerja sama dalam mengembangkan solusi bersama, berbagi
informasi dan pengalaman, serta memberikan bantuan jika diperlukan.
7. Investasi dalam Kesehatan dan Sistem Keamanan: Investasi jangka panjang dalam sistem
kesehatan dan keamanan dapat membantu mengurangi dampak pandemi di masa depan.
Ini termasuk meningkatkan kapasitas tes dan pelacakan, memperkuat infrastruktur
kesehatan, dan mengembangkan sistem peringatan dini untuk menghadapi ancaman
serupa di masa mendatang
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pandemi Covid-19 menjadi salah satu shock perekonomian terbesar di dunia,
termasuk Indonesia. Meskipun PDB riil kuartalan Indonesia meningkat hingga hampir tiga kali
lipat di periode 2000-2022, dalam rentang periode yang lebih sempit terjadi fluktuasi
ekonomi dimana fluktuasi terbesar disebabkan oleh pandemi Covid-19. Dampak pandemi
ini lebih signifikan dibandingkan shock lain seperti krisis global subprime mortgage,
geopolitik, dan fluktuasi harga komoditas.Dengan dekomposisi PDB riil menjadi
komponen tren dan fluktuasi jangka pendek menggunakan HP Filter, siklus bisnis
perekonomian Indonesia bisa teramati. Di masa pandemi Covid-19, resesi dan pemulihan
ekonomi Indonesia memiliki bentuk W (W-Shaped). Kontraksi ekonomi mulai terjadi di
kuartal I tahun 2020 dan berlanjut menjadi resesi di kuartal III.
Proses pemulihan ekonomi berlangsung selama 1,5 tahun. Lamanya pemulihan
ini karena dalam proses pemulihan, Indonesia menghadapi tantangan baru varian Delta
sehingga kembali terjadi resesi.Tahun 2022, tantangan perekonomian kembali dihadapi
Indonesia Tantangan tersebut berasal dari munculnya varian Omicron, perang Rusia dan
Ukraina, inflasi global, volatilitas harga komoditas, dan pengetatan kebijakan moneter di
negara maju terutama Amerika Serikat. Tantangan ini membuat fase ekspansi
perekonomian tidak berlangsung lama dan cenderung kembali mengalami
terkontraksi.Dengan mengetahui fase di dalam siklus bisnis, pemerintah dapat mengambil
peran yang tepat. Sesuai teori ekonomi makro, saat perekonomian resesi pemerintah bisa
mengambil kebijakan fiskal yang ekspansif dan melonggarkan kebijakan moneter. Sebaliknya,
saat perekonomian sedang panas dan ekspansi, pemerintah bisa menggunakan pendekatan
kebijakan fiskal yang kontraktif atau pengetatan kebijakan moneter.
DAFTAR PUSTAKA

Warsito, T. (2022). Siklus Bisnis Perekonomian Indonesia di Masa Pandemi COVID-19. Journal
on Education, 5(1), 866-877.
Abdul Hakim, S. E. Fluktuasi Ekonomi.
Fajar, M. (2017). Analisis spektral siklus bisnis Indonesia. Working Paper.
Kurniati, Y., & Yanfitri, Y. (2010). Dinamika industri manufaktur dan respon terhadap siklus
bisnis. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 13(2), 135-168.
ADHIDHARMA, G. (2013). ANALISIS SIKLUS BISNIS DAN INDIKATOR EKONOMI
PENDAHULU INDONESIA TAHUN 2000: Q2 –2012: Q3 (Doctoral dissertation,
Universitas Gadjah Mada).
Adila, F. (2020). Analisis Kebijakan Fiskal Sektor Minyak dan Gas terhadap Siklus Bisnis
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai