PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah ilmu yang mempelajari tata berbahasa secara lisan
maupun tulisan. Dalam hal lisan, contohnya kegiatan berbicara seperti Mc, presenter,
pembawa acara, pembawa radio dan sebagainya. Sedangkan dalam hal tulisan,
contohnya penulisan ilmiah seperti pembuatan makalah, karya tulis, proposal, skripsi,
tesis, dan disertasi. Saat membuat penulisan ilmiah diperlukan perencanaan karangan
yang bertujuan mempersiapkan proses awal mengarang sampai dengan penulisan
akhir.
Perencanaan karangan merupakan tahap awal yang dilakukan oleh seorang
pengarang untuk mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan
pembatasan masalah, mengamati objek yang ditulis, dan menuangkan gagasannya
dari awal penulisan hingga akhir penulisan. Perencanaan karangan penting dibuat agar
karangan dapat terstruksur dengan baik, menarik para pembaca dan mudah dipahami.
Jika perencanaan karangan tidak dibuat maka pengarang akan mengalami kesulitan
dalam penulisan, apalagi dalam penulisan karangan formal seperti makalah penelitian,
skripsi, tesis dan disertasi, atau karangan ilmiah lainnya menuntut beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi. Untuk memudahkan pembuatannya, maka
diperlukan perencanaan karangan yang terdiri atas beberapa tahapan penulisan.
Oleh karena itu, melihat pentingnya pembuatan perencanaan karangan
sebelum membuat karangan, maka tim penulis tertarik untuk membahas perencanaan
karangan lebih lanjut dalam makalah ini. Dengan memperhatikan cara pembuatan
perencanaan karangan yang benar untuk memudahkan saat pembuatan karangan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan - permasalahan yang muncul
adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan perencanaan karangan?
2. Tahapan apa saja yang harus dilakukan dalam membuat perencanaan karangan?
3. Bagaimana cara membuat karangan yang baik dan benar?
BAB II
PEMBAHASAN
2. MEMBATASI TOPIK
Seorang penulis harus membatasi topik yang akan digarapnya. Setiap penulis harus
betul- betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit danterbatas atau sangat
khusus untuk digarap, sehingga tulisannya dapat terfokus.
Pembatasan topik sekurang-kurangnya akan membantu pengarang dalam beberapa
hal:
Pembatasan memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan dan
kepercayaan, karena topik itu benar-benar diketahuinya. Pembatasan dan penyempitan
topik akan memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang lebih intensif
mengenai masalashnya. Dengan pembatasan itu penulis akan lebih mudah memilih
hal-hal yang akan dikembangkan.
Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan mempergunakan cara sebagai
berikut:
a. Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
b. Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu
masih
dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topik
pertama tadi.
c. Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
d. Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau
tidak.
Demikian dilakukan secara berulang sampai diperoleh sebuah topik yang sangat
khusus dan
cukup sempit.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah adalah tulisan singkat berupa pertanyaan yang biasanya terletak di
awal laporan atau proposal dan biasanya terletak setelah latar belakang yang
dijelaskan dalam laporan tersebut. Rumusan masalah digunakan untuk menjelaskan
masalah atau isu yang dibahas dokumen tersebut kepada para pembaca. Secara umum,
suatu rumusan masalah akan menggarisbawahi fakta-fakta dasar dari masalahnya,
menjelaskan alasan masalah itu penting, dan menentukan solusi secepat dan
selangsung mungkin. Rumusan masalah sering digunakan di dunia bisnis untuk
kepentingan perencanaan tapi dapat juga diperlukan dalam situasi akademis sebagai
bagian dari laporan yang bergaya seperti laporan atau proyek tulisan.
Adapun langkah – langkah dalam membuat suatu rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Menulis Rumusan Masalah Sendiri. Jelaskan keadaan “ideal”. Ada
banyak cara yang berbeda untuk menulis rumusan masalah — beberapa
sumber referensi merekomendasikan untuk langsung membahas masalah itu
sendiri, sementara sumber lainnya merekomendasikan memberikan konteks
latar belakang terlebih dahulu agar masalah (dan solusinya) lebih mudah
untuk dipahami oleh pembaca. Jika Anda begitu tidak yakin bagaimana
harus memulai, pilihlah opsi kedua. Walaupun keringkasan adalah sesuatu
yang harus ditujukan oleh setiap tulisan yang praktis, pemahaman yang baik
lebih penting lagi. Mulailah dengan menjelaskan
bagaimana seharusnya hal-hal bekerja. Sebelum Anda menyebutkan
masalah Anda, jelaskan dalam beberapa kalimat bagaimana berlangsungnya
hal-hal jika tidak ada masalah.
2. Pertanggungjawabkan pernyataan Anda. Tidak peduli berapa banyak
uang yang Anda klaim dikuras masalah Anda terhadap perusahaan Anda,
jika Anda tidak dapat mempertanggungjawabkan klaim Anda dengan bukti
yang masuk akal, Anda mungkin tidak dianggap serius. Segera setelah
Anda mulai membuat klaim spesifik tentang seberapa serius masalah Anda,
Anda harus mulai mendukung pernyataan Anda dengan bukti. Dalam
beberapa kasus, ini mungkin dari penelitian Anda sendiri, dari data dari
penelitian atau proyek terkait, atau bahkan dari sumber pihak ketiga
terkemuka.
3. Usulkan solusi. Ketika Anda sudah menjelaskan apa masalahnya
dan mengapa begitu penting, lanjutkan menjelaskan bagaimana Anda
mengusulkan untuk mengurusnya. Seperti dengan pernyataan awal dari
masalah Anda, penjelasan solusi Anda harus ditulis agar sejelas dan
seringkas mungkin. Tetaplah pada konsep-konsep besar, penting, konkret
dan tinggalkan rincian kecil untuk nanti — Anda akan memiliki banyak
kesempatan untuk masuk ke setiap aspek kecil dari solusi yang Anda
usulkan dalam badan proposal Anda.
4. Jelaskan manfaat dari solusi. Sekali lagi, sekarang Anda sudah
memberitahu pembaca Anda apa yang harus dilakukan soal masalah ini, ide
yang sangat baik adalah menjelaskan mengapa solusi ini adalah ide yang
baik. Karena bisnis selalu berusaha untuk meningkatkan efisiensi dan
mendapatkan lebih banyak uang, Anda akan ingin fokus terutama pada
dampak keuangan dari solusi Anda — biaya yang mana yang akan
terkurangi, bentuk-bentuk baru dari pendapatan yang bagaimana yang akan
dihasilkan, dan sebagainya. Anda juga bisa menjelaskan manfaat non-nyata,
seperti kepuasan pelanggan yang meningkat, tetapi penjelasan total tidak
boleh lebih panjang dari beberapa kalimat untuk satu paragraf.
5. Simpulkan dengan meringkas masalah dan solusi. Setelah Anda telah
mempresentasikan visi ideal untuk perusahaan Anda, mengidentifikasi
masalah yang menhalangi Anda dari mencapai idealisme ini, dan
menyarankan solusi, Anda hampir selesai. Yang tersisa untuk dilakukan
adalah menyimpulkan dengan ringkasan argumen utama Anda yang
memungkinkan Anda dengan mudah transisi ke dalam tubuh utama dari
proposal Anda. Tidak perlu untuk membuat kesimpulan ini lagi daripada
yang seperlunya — cobalah untuk menyatakan, hanya dalam beberapa
kalimat, inti dasar dari apa yang telah dijelaskan dalam pernyataan masalah
Anda dan pendekatan yang Anda niatkan untuk diambil dalam badan
artikel.
6. Ingat “lima W”. Rumusan masalah harus seinformatif mungkin dengan
kata-kata sesedikit mungkin, tetapi tidak harus menyelidiki rincian kecil.
Jika Anda pernah ragu-ragu tentang apa yang harus disertakan dalam
rumusan masalah Anda, ide yang cerdas adalah mencoba untuk menjawab
lima W (siapa/who, apa/what, di mana/where,
kapan/when, dan mengapa/why), plus bagaimana/how. Mengatasi lima W
memberikan pembaca Anda pengetahuan tingkat dasar yang baik untuk
memahami masalah dan solusi tanpa merantau ke tingkat detail yang tidak
perlu.
7. Selalu mengoreksi kesalahan. Ini merupakan keharusan untuk semua
bentuk tulisan yang serius — tidak ada draft pertama sepanjang sejarah
yang tidak bisa memperoleh keuntungan dari mata yang hati-hati dan dari
pengkoreksi yang baik. Setelah Anda menyelesaikan rumusan masalah
Anda, bacalah dengan cepat. Apakah “alurnya” tampak benar? Apakah
menyajikan ide-idenya dengan koheren? Apakah tampaknya teratur dengan
logis? Jika tidak, buat perubahan ini sekarang. Saat Anda akhirnya puas
dengan struktur rumusan masalah Anda, periksa ejaan, tata bahasa, dan
kesalahan format.
1. Bersifat orisinil, belum ada atau belum banyak orang lain yang meneliti
masalah tersebut.
2. Dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan terhadap
masyarakat.
3. Dapat diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
4. Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang lain terhadap masalah
tersebut.
5. Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
6. Bersifat etis, artinya tidak bertentangan atau menyinggung adat istiadat,
ideologi, dan kepercayaan agama.
7. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
8. Rumusan masalah harus jelas, padat, dan dapat dipahami oleh orang lain.
9. Rumusan masalah harus mengandung unsure data yang mendukung
pemecahan masalah penelitian.
10. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat kesimpulan
sementara (hipotesis).
11. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.
Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau
dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi
ada dan dapat dilakukan.
2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian.
Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang
dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan.
3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan
oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh
peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang
tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah
peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data
yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
4. Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti
menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi
populasi dan sampel penelitian.
C. TUJUAN PENULISAN
a. Tesis
Tesis adalah rumusan singkat yang mengantdung tema dasar dari sebuah karangan
bila ada sebuah tema karangan yang dominan. Tesis sama dengan sebuah kalimat
utama dalam paragraph. Oleh sebab itu, tesis tidak diperkenankan lebih dari satu
kalimat. Dengan kalimat tesis penulis dapat menentukan bahan yang akan menjadi
tulisan. Tesis digunakan jika penulis ingin mengembangkan gagasan yang berupa
tema seluruh tulisan.
Ciri-ciri tesis yang baik :
(1). Berisi gabungan rumusan topik;
(2). Penekanan topik sebagai suatu pengungkapan pikiran;
(3). Pembatasan dan ketetapan rumusan;
(4). Berupa kalimat lengkap terdapat subjek dan predikat (objek);
(5). Menggunakan kata khusus dan denotative (lugas);
(6). Berupa pernyataan positif – bukan kalimat tanya, bukan kalimat seru dan bukan
kalimat negative;
(7). Dapat mengarahkan, mengembangkan, dan mengendalikan penulisan;
(8). Dapat diukur dan dibuktikan kebenarannya;
Contoh dari perumusan tema, tujuan karangan, kalimat tesis, dan rumusan judul :
Tema : Meningkatkan penjualan sepatu buatan dalam negeri
Tujuan : Untuk menunjukkan bahwa sepatu buatan dalam negeri dapat diupayakan
agar lebih diminati oleh konsumen.
Tesis : Sepatu buatan dalam negeri dapat ditingkatkan penjualannya dengan
menambah daya saing agar lebih diminati konsumen
Judul : Sepatu Lokal, Kenapa Tidak?
1. Observasi (Pengamatan)
Sebuah penelitian salah satu tujuannya adalah untuk memberi solusi dari suatu
permasalahan yang terjadi. Untuk menemukan masalahnya, perlu melakukan
pengamatan awal terlebih dahulu terhadap fenomena yang terjadi, misalnya di bidang
kesehatan. dapat melakukan pengamatan ke sebuah klinik ataupun ke rumah sakit lalu
mencatat setiap proses-proses yang terjadi.
2. Menemukan permasalahan
4. Menentukan topik
Setelah menentukan topik, tentukan tujuan penulisan. Tujuan penulisan ini sangat
penting dirumuskan karena menggambarkan keinginan peneliti memperoleh jawaban
atas permasalahan yang dibahas. Tujuan menjadi penentu arah dalam penulisan kita
sehingga judul karya tulis yang kita pilih harus mewakili tujuan penelitian.
6. Menentukan manfaat
Setelah tujuan tercapai, pikirkanlah manfaat apa yang akan diperoleh oleh orang lain
setelah tujuan kita tercapai. Pastikan penelitian dan tulisan kita bermanfaat untuk
orang lain.
7. Menulis judul
Setelah semuanya ditentukan dan dipikirkan, maka mulailah menulis judul karya
tulis. Menulis judul karya tulis harus memerhatikan beberapa hal di bawah ini:
Langsung
Judul karya ilmiah ditulis secara langsung pada pokok permasalahan dan tidak
bertele-tele.
Penggunaan diksi yang dipilih berbeda dengan diksi tulisan populer lainnya. Diksi
yang diperoleh merupakan diksi yang ilmiah namun tetap dapat dipahami
pembaca.
Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas ini yang dapat
dimanipulasikan untuk memperoleh akibat dari variabel bebas yang diberlakukan.
Misalnya dalam penelitian pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tinggi tanaman,
maka pengaruh cahaya menjadi variabel bebasnya sehingga dapat dilakukan
penelitian terhadap tanaman yang diberikan cahaya dan tanaman yang tidak diberikan
cahaya. Kita akan memperoleh akibat dari pemberlakuan variabel bebas ini.
b. Variabel terikat
Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadiakibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat tidak dimanipulasi,
melainkan diamati variasinya sebagai hasil yang dari variabel bebas. Sesuai contoh
sebelumnya, yaitu penelitian pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman maka variabel
terikat penelitian ini adalah tinggi tanaman
c. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dapat dipengaruhi oleh faktor
luar yang tidak diteliti. Misalkan jenis tanaman yang dipilih untuk melakukan
penelitian cahaya dipilih jenis tanaman yang sama, misalkan tanaman kacang hijau.
Maka variabel control dari penelitian ini adalah jenis tanaman.
Setelah memerhatikan variabel penelitian, maka dapat menyertakan tiga variabel ini
dalam penulisan judul karya tulis ilmiah
Teks ilmiah akademik memiliki karakteristik, yang isi garis besarnya dipilih menjadi
empat jenis (Tarigan,1994), yaitu:
a) Isinya meninjau sebuah hasil penelitian.
b) Isinya menggunakan aturan mengimplementasikan suatu teori
c) Isinya membantah, menyempurnakan mengimplementasikan suatu penelitian
d) Isinya berupa penyajian suatu hipotesis
e) Bahasanya bersifat denotative, objektif, tidak berprasangka, tanpa penelitian atau
pendapat pribadi, sistematis, kritis, dan didasarkan pada suatu penilaian hubungannya
dengan sebuah teori.
Yang termasuk teks ilmiah akademik, yaitu buku teks, buku referensi, buku modul
dan lain-lain.
a. Karakteristik pemilihan buku teks
Ada beberapa langkah yang yang dapat ditempuh dalam menentukan karakteristik
pemilihan buku teks, antara lain sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan membaca, tentuanya tujuan kita dalam membaca buku teks
yaitu memperoleh ilmu pengetahuan atau untuk studi.
2) Menentukan informasi fokus apa yang ingin kita peroleh dari buku tersebut. Kita
harus membaca daftar isi agar informasi fokus yang kita cari dapat dengan mudah
dicari atau ditemukan.
3) Sebelum membaca buku teks kita harus membaca kata pengantar, pendahuluan,
ataupun abstraknya sehingga kita tau materi apa yang ada di dalam buku teks tersebut
dan apakah materi tersebut sesuai dengan tingkat keterbacaan pembaca.
4) Pilihlah buku teks yang memiliki wacana yang tidak terlalu sulit dipahami tetapi
juga tidak terlalu mudah. Sehingga siswa terpacu daya pikirnya (Tarigan,1994)
b. Karakteristik pemilihan buku referensi
Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam menentukan karakteristik
pemilihan buku referensi, antara lain sebagai berikut:
1) Pilihlah buku yang dianjurkan guru atau dosen
2) Carilah sumber bacaan buku lain yang masih satu tema dengan induk yang masih
satu cabang ilmu.
3) Carilah bahan bacaan yang memiliki penjelasan yang lebih terperinci, yang
menjabarkan materi pada buku induk dengan lebih jelas
4) Carilah lebih dari satu buku referensi. Agar pemahaman dan pengetahuan kita
terhadap suatu ilmu atau materi dapat lebih luas, dan kita dapat menguji hipotesis-
hipotesis yang berada pada induk (Tarigan, 1994)
2. Bacaan Sastra
Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta
śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar
śās-yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu.
Sastra adalah karya yang bersifat imajinatif yang menonjol unsur estetikanya
dengan media bahasa yang khas (konotatif) yang fungsi utamanya adalah dapat
menyenangkan dan berguna untuk orang lain. Sedangkan Bacaan sastra ialah suatu
bahan bacaan yang berisi ekspresi, pikiran, perasaan, ide, pandangan hidup, dan lain-
lain yang disajikan dalam bentuk yang indah melalui media bahasa.
Sastra terbagi menjadi dua macam, yaitu sastra imajinatif dan sastra nonimajinatif
(Tarigan, 1994). Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Sastra imajinatif
Sastra imajinatif ialah bahan bacaan yang isinya ditulis berdasarkan daya khayal sang
pengarang. Karakteristik sastra imajinatif ialah:
a) Bahasanya konotatif (bukan bahasa sesungguhnya, memiliki makna/arti lebih dari
satu
b) Penulisannya diilhami dari kisah nyata yang diproses atau diimajinasikan sehingga
timbul ide penulisan yang kreatif dan indah.
c) Memiliki nilai-nilai estetik yang meliputi uniti, harmoni, balance, dan right imasses
(Tarigan, 1994)
Berikut penjelasan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca buku
ilmiah :
1. Memanfaatkan indeks untuk menemukan konsep penting
Buku ilmiah biasanya mencantumkan indeks yang berisi kata-kata yang mengacu
pada konsep-konsep yang dianggap penting. Indeks dapat membantu pembaca dalam
menemukan pembahasan dan penjelasan konsep-konsep tersebut dalam buku dengan
cepat. Dengan memanfaatkan indeks, kita tidak perlu menghabiskan waktu yang
cukup lama untuk mencari informasi tentang konsep-konsep yang ingin diketahui.
2. Menetukan konsep-konsep penting (pandangan ahli, hasil penelitian, dan teori)
untuk bahan menulis.
Setiap tulisan tentu diperlukan pandangan para ahli, hasil penelitian yang mendukung,
dan teori-teori baru yang dianggap penting. Dalam buku ilmiah, kita perlu memahami
dan mengenali konsep-konsep ini agar konsep-konsep tersebut dapat bermanfaat bagi
tulisan kita.
3. Menentukan dan menandai bagian-bagian yang dikutip.
Sebuah buku biasanya memuat uraian dan pembahasan yang panjang. Oleh karena itu,
kita perlu menandai dan menetukan bagian-bagian yang dianggap penting dalam
tulisan kita. Bagian-bagian ini mungkin akan dikutip dalam tulisan kita, dalam artian
setiap kutipan harus ditulis nama pengarang, tahun, dan halaman yang dikutip.
Contoh: Sudarma ( 2013: 10) mengatakan bahwa guru sebgai pendidik maksudnya
adalah posisi sosial guru benar-benar hanya berada dalam ruangan ukuran 8x8 m.
4. Menentukan implikasi dari bagian/sumber yang dikutip.
Dalam mengutip bagian dari sebuah buku, kita perlu memahami memahami
impikasinya. Kita harus mampu menghubungkan relevansi bagian yang kita kutip
dengan isu tulisan yang akan kita hasilkan . kutipan-kutipan yang ada dalam tulisan
kita harus fungsional, yaitu mendukung isi tullisan secara keseluruhan.
Tulisan yang dikutip harus dipertimbangkan secara matang mengenai implikasinya.
Kalau secara kebetulan mengutip pendapat orang lain dan bertolak belakang dengan
padangan kita selaku penulis, tentu perlu diberikan penjelasan yang tepat mengapa
tulisan itu dikutip.
5. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip.
Dalam megutip pernyataan yang ada dalam sebuah artikel, kita perlu secara jelas
meletakkan posisi kita. Apakah kita bersikap netral, menyetujui atau tidak menyetujui
pernyataan yang akan kita kutip?
Setiap pandangan yang dikutip , seseorang yang menggunakan kutipan itu dalam
tulisannya perlu memberikan suatu kesimpulan dan pendapat sendiri mengenai
konsep yang ditawarkan. Bukan menyalin begitu saja konsep orang lain, melainkan
ikut memberi koreksi dan penjelasan khusus mengenai pandangan orang lain yang
dikutip dalam tulisan kita.
E. Kerangka Karangan
1. menentukan topik
2. menyusun kerangka
3. mengumpulkan bahan tulisan
4. mengembangkan kerangka
5. menyunting.
6. Tahap Penyuntingan
Tahap revisi ini bertujuan untuk memeriksa kembali tulisan yang telah jadi
ataupun memperbaiki berbagai kesalahan dan kekurangan dalam karya tulis. Yang
direvisi dari karangan yang telah dibuat meliputi :
a) Penyuntingan Naskah (data), data baru yang ditemukan memungkinkan untuk
dilakukan penambahan ataupun penggantian data.
b) Penyuntingan Materi (pendapat baru), seringkali setelah menulis karangan penulis
menemukan ide dan pendapat baru yang lebih baik dari pendapat lama sehingga perlu
dilakukan revisi.
c) Penyuntingan Bahasa (ketikan), dalam penulisan karangan hendaknya melakukan
pengeditan ulang terhadap bahan yang akan disajikan karena bahan tersebut harus
sesuai dengan bahasa diksi, alinea dan kalimat. Contohnya: Penulisan kutipan yang
benar, penulisan kata serapan yang sesuai EYD.
7. Petunjuk Praktis
Berikut merupakan beberapa cara untuk membuat kerangka karangan :
Awali tulisan dengan merujuk pada judul
Hindari mengawali tulisan dengan kutipan.
Tuliskan sumber kutipan dengan jelas (nama akhir penulis, tahun, dan
halaman).
Hindari melakukan plagiasi.
Gunakan referensi yang mutakhir.
Hindari bersikap ragu (mis. penggunaan kata mungkin, barangkali, dan
sejenisnya).