Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah ilmu yang mempelajari tata berbahasa secara lisan
maupun tulisan. Dalam hal lisan, contohnya kegiatan berbicara seperti Mc, presenter,
pembawa acara, pembawa radio dan sebagainya. Sedangkan dalam hal tulisan,
contohnya penulisan ilmiah seperti pembuatan makalah, karya tulis, proposal, skripsi,
tesis, dan disertasi. Saat membuat penulisan ilmiah diperlukan perencanaan karangan
yang bertujuan mempersiapkan proses awal mengarang sampai dengan penulisan
akhir.
Perencanaan karangan merupakan tahap awal yang dilakukan oleh seorang
pengarang untuk mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan
pembatasan masalah, mengamati objek yang ditulis, dan menuangkan gagasannya
dari awal penulisan hingga akhir penulisan. Perencanaan karangan penting dibuat agar
karangan dapat terstruksur dengan baik, menarik para pembaca dan mudah dipahami.
Jika perencanaan karangan tidak dibuat maka pengarang akan mengalami kesulitan
dalam penulisan, apalagi dalam penulisan karangan formal seperti makalah penelitian,
skripsi, tesis dan disertasi, atau karangan ilmiah lainnya menuntut beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi. Untuk memudahkan pembuatannya, maka
diperlukan perencanaan karangan yang terdiri atas beberapa tahapan penulisan.
Oleh karena itu, melihat pentingnya pembuatan perencanaan karangan
sebelum membuat karangan, maka tim penulis tertarik untuk membahas perencanaan
karangan lebih lanjut dalam makalah ini. Dengan memperhatikan cara pembuatan
perencanaan karangan yang benar untuk memudahkan saat pembuatan karangan.

1.2  Rumusan  Masalah
       Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan - permasalahan yang muncul
adalah sebagai berikut :
1.    Apa yang dimaksud dengan perencanaan karangan?
2.    Tahapan apa saja yang harus dilakukan dalam membuat perencanaan karangan?
3.    Bagaimana cara membuat karangan yang baik dan benar?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perencanaan Karangan

Perencanaan karangan yaitu semua tahap persiapan penulisan. Dimana,


kegiatan menulis bukanlah suatu kegiatan yang kebetulan, melainkan memang telah
direncanakan. Dengan begitu, penulis benar-benar siap mengungkapkan gagasannya
melalui tulisan.

Secara teoritis, perencanaan karangan terdiri atas tiga tahapan, yaitu


prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Pada tahap prapenulisan, seorang
penulis dituntut untuk mempersiapkan bahan-bahan yang akan dijadikan tulisan.
Persiapan ini meliputi penentuan tema, topik, ataupun judul, tujuan penulisan,
masalah yang akan dibahas, teknik pengumpulan bahan atau teknik penelitian,
penentuan buku rujukan penyusunan kerangka karangan, dan sebagainya. Pada tahap
penulisan, penulis dituntut untuk mengembangkan kerangka yang sudah dibuat tadi.
Dengan kalimat, ungkapan, frase, kata-kata, penulis mengembangkan kerangka
tersebut menjadi paragraf subbab, bab, wacana, akhirnya menjadi karya tulis yang
utuh. Dan pada tahap pascapenulisan, penulis mengurangi segala kekeliruan dan
kekurangan yang mungkin timbul. Pada tahap ini, penulis juga dapat menambah
referensi dan merevisi penulisan yang telah diketik sehingga menjadi tulisan yang
sempurna. Tahap ini biasa disebut dengan tahap revisi.

2.2 Tahapan Pembuatan Perencanaan Karangan


Tahapan-tahapan pembuatan perencanaaan karangan adalah sebagai berikut:
Tahapan penulisan:
A. TOPIK
      Topik adalah berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat, dalam tulis
menulis bebarti
pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel.
1. MEMILIH TOPIK
Syarat topik yang baik,adalah :
a.Topik harus menarik perhatian penulis.
Topik yang menarik perhatian akan memotivasi pengarang penulis secara terus-
menerus mencari data-data untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya.Penulis akan didorong agar dapat menyelesaikan tulisan itu sebaik
baiknya. Suatu topik sama sekali tidak disenangi penulis akan
menimbulkankesalahan. Bila terdapat hambatan ,penulis tidak akan berusaha denngan
sekuat tenaga untuk mengumpulkan data dan fakta yang akan digunakan untuk
memecahka masalah.
b. Diketahui oleh penulis.
Penulis hendaklah mengerti atau mengetahui meskipun baru prinsip-perinsip
ilmiahnya.
Contoh:
• Mencari sumber-sumber data .
• Metode atau penerapan yang digunakan.
• Metode analisis yang akan digunakan.
• Buku-buku referensi yang digunakan.
c. Jangan terlalu baru,jangan terlalu teknis dan jangan terlalu kontroversial.
Bagi penulis pemula,topik yang baru kemungkinan belum ada referensinya dalam
kepustakaan.Topik yang terlalu teknis kemungkinan dapat menjebak penulis bila
tidak benar-benar menguasai bahan penulisannya.Topik yang kontroversial akan
menimbulkan kesulitan untuk bertindak secara objektif.
d. Bermanfaat.
Topik yang dipilih hendaknya bermanfaat. Ditinjau dari segi akademis dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat berguna dalam ehidupan sehari-hari
maupun dari segi praktis.
e. Jangan terlau luas.
Penulis harus membatasi topik yang akan ditulis.Setipa penulis harus betul-betul
yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan berbatas untuk digarap sehingga
tulisannya dapat terfokus.
f. Topik yang dipilih harus berada disekitar kita.
g. Topik yang dipilih harus yang menarik.
h. Topik yang dipilih ruang lingkup sempit dan terbatas.
i. Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif.
j. Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya. topik yang di pilih
jangan terlalu baru.
k. Topik yang dipilih memiliki sumber acuan.

2. MEMBATASI TOPIK
Seorang penulis harus membatasi topik yang akan digarapnya. Setiap penulis harus
betul- betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit danterbatas atau sangat
khusus untuk digarap, sehingga tulisannya dapat terfokus.
Pembatasan topik sekurang-kurangnya akan membantu pengarang dalam beberapa
hal:
Pembatasan memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan dan
kepercayaan, karena topik itu benar-benar diketahuinya. Pembatasan dan penyempitan
topik akan memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang lebih intensif
mengenai masalashnya. Dengan pembatasan itu penulis akan lebih mudah memilih
hal-hal yang akan dikembangkan.
Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan mempergunakan cara sebagai
berikut:
a. Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
b. Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu
masih
dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topik
pertama tadi.
c. Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
d. Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau
tidak.
Demikian dilakukan secara berulang sampai diperoleh sebuah topik yang sangat
khusus dan
cukup sempit.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah adalah tulisan singkat berupa pertanyaan yang biasanya terletak di
awal laporan atau proposal dan biasanya terletak setelah latar belakang yang
dijelaskan dalam laporan tersebut. Rumusan masalah digunakan untuk menjelaskan
masalah atau isu yang dibahas dokumen tersebut kepada para pembaca. Secara umum,
suatu rumusan masalah akan menggarisbawahi fakta-fakta dasar dari masalahnya,
menjelaskan alasan masalah itu penting, dan menentukan solusi secepat dan
selangsung mungkin. Rumusan masalah sering digunakan di dunia bisnis untuk
kepentingan perencanaan tapi dapat juga diperlukan dalam situasi akademis sebagai
bagian dari laporan yang bergaya seperti laporan atau proyek tulisan.

Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan


dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri baik hanya pada satu
variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini
peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain dan
mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain.
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda.
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk
hubungan yaitu: hubungan  simetris, hubungan kausal, dan interaktif.

Adapun langkah – langkah dalam membuat suatu rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Menulis Rumusan Masalah Sendiri. Jelaskan keadaan “ideal”. Ada
banyak cara yang berbeda untuk menulis rumusan masalah — beberapa
sumber referensi merekomendasikan untuk langsung membahas masalah itu
sendiri, sementara sumber lainnya merekomendasikan memberikan konteks
latar belakang terlebih dahulu agar masalah (dan solusinya) lebih mudah
untuk dipahami oleh pembaca. Jika Anda begitu tidak yakin bagaimana
harus memulai, pilihlah opsi kedua. Walaupun keringkasan adalah sesuatu
yang harus ditujukan oleh setiap tulisan yang praktis, pemahaman yang baik
lebih penting lagi. Mulailah dengan menjelaskan
bagaimana seharusnya hal-hal bekerja. Sebelum Anda menyebutkan
masalah Anda, jelaskan dalam beberapa kalimat bagaimana berlangsungnya
hal-hal jika tidak ada masalah.
2. Pertanggungjawabkan pernyataan Anda. Tidak peduli berapa banyak
uang yang Anda klaim dikuras masalah Anda terhadap perusahaan Anda,
jika Anda tidak dapat mempertanggungjawabkan klaim Anda dengan bukti
yang masuk akal, Anda mungkin tidak dianggap serius. Segera setelah
Anda mulai membuat klaim spesifik tentang seberapa serius masalah Anda,
Anda harus mulai mendukung pernyataan Anda dengan bukti. Dalam
beberapa kasus, ini mungkin dari penelitian Anda sendiri, dari data dari
penelitian atau proyek terkait, atau bahkan dari sumber pihak ketiga
terkemuka.
3. Usulkan solusi. Ketika Anda sudah menjelaskan apa masalahnya
dan mengapa begitu penting, lanjutkan menjelaskan bagaimana Anda
mengusulkan untuk mengurusnya. Seperti dengan pernyataan awal dari
masalah Anda, penjelasan solusi Anda harus ditulis agar sejelas dan
seringkas mungkin. Tetaplah pada konsep-konsep besar, penting, konkret
dan tinggalkan rincian kecil untuk nanti — Anda akan memiliki banyak
kesempatan untuk masuk ke setiap aspek kecil dari solusi yang Anda
usulkan dalam badan proposal Anda.
4. Jelaskan manfaat dari solusi. Sekali lagi, sekarang Anda sudah
memberitahu pembaca Anda apa yang harus dilakukan soal masalah ini, ide
yang sangat baik adalah menjelaskan mengapa solusi ini adalah ide yang
baik. Karena bisnis selalu berusaha untuk meningkatkan efisiensi dan
mendapatkan lebih banyak uang, Anda akan ingin fokus terutama pada
dampak keuangan dari solusi Anda — biaya yang mana yang akan
terkurangi, bentuk-bentuk baru dari pendapatan yang bagaimana yang akan
dihasilkan, dan sebagainya. Anda juga bisa menjelaskan manfaat non-nyata,
seperti kepuasan pelanggan yang meningkat, tetapi penjelasan total tidak
boleh lebih panjang dari beberapa kalimat untuk satu paragraf.
5. Simpulkan dengan meringkas masalah dan solusi. Setelah Anda telah
mempresentasikan visi ideal untuk perusahaan Anda, mengidentifikasi
masalah yang menhalangi Anda dari mencapai idealisme ini, dan
menyarankan solusi, Anda hampir selesai. Yang tersisa untuk dilakukan
adalah menyimpulkan dengan ringkasan argumen utama Anda yang
memungkinkan Anda dengan mudah transisi ke dalam tubuh utama dari
proposal Anda. Tidak perlu untuk membuat kesimpulan ini lagi daripada
yang seperlunya — cobalah untuk menyatakan, hanya dalam beberapa
kalimat, inti dasar dari apa yang telah dijelaskan dalam pernyataan masalah
Anda dan pendekatan yang Anda niatkan untuk diambil dalam badan
artikel.
6. Ingat “lima W”. Rumusan masalah harus seinformatif mungkin dengan
kata-kata sesedikit mungkin, tetapi tidak harus menyelidiki rincian kecil.
Jika Anda pernah ragu-ragu tentang apa yang harus disertakan dalam
rumusan masalah Anda, ide yang cerdas adalah mencoba untuk menjawab
lima W (siapa/who, apa/what, di mana/where,
kapan/when, dan mengapa/why), plus bagaimana/how. Mengatasi lima W
memberikan pembaca Anda pengetahuan tingkat dasar yang baik untuk
memahami masalah dan solusi tanpa merantau ke tingkat detail yang tidak
perlu.
7. Selalu mengoreksi kesalahan. Ini merupakan keharusan untuk semua
bentuk tulisan yang serius — tidak ada draft pertama sepanjang sejarah
yang tidak bisa memperoleh keuntungan dari mata yang hati-hati dan dari
pengkoreksi yang baik. Setelah Anda menyelesaikan rumusan masalah
Anda, bacalah dengan cepat. Apakah “alurnya” tampak benar? Apakah
menyajikan ide-idenya dengan koheren? Apakah tampaknya teratur dengan
logis? Jika tidak, buat perubahan ini sekarang. Saat Anda akhirnya puas
dengan struktur rumusan masalah Anda, periksa ejaan, tata bahasa, dan
kesalahan format.
 

Rumusan Masalah Penelitian yang Baik


Rumusan masalah penelitian yang baik, antara lain:

1. Bersifat orisinil, belum ada atau belum banyak orang lain yang meneliti
masalah tersebut.
2. Dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan terhadap
masyarakat.
3. Dapat diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
4. Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang lain terhadap masalah
tersebut.
5. Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
6. Bersifat etis, artinya tidak bertentangan atau menyinggung adat istiadat,
ideologi, dan kepercayaan agama.
7. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
8. Rumusan masalah harus jelas, padat, dan dapat dipahami oleh orang lain.
9. Rumusan masalah harus mengandung unsure data yang mendukung
pemecahan masalah penelitian.
10. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat kesimpulan
sementara (hipotesis).
11. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.
 
Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau
dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi
ada dan dapat dilakukan.
2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian.
Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang
dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan.
3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan
oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh
peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang
tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah
peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data
yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
4. Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti
menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi
populasi dan sampel penelitian.

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ialah gambaran atau perencanaan menyeluruh yang akan


mengarahkan penulis dalam melakukan tindakan menyelesaikan tugasnya. Dengan
mengetahui tujuan, penulis akan dapat menentukan bahan tulisan, organisasi
karangan, dan sudut pandang. Ada dua cara menyatakan tujuan penulisan, yaitu :

a.       Tesis
Tesis adalah rumusan singkat yang mengantdung tema dasar dari sebuah karangan
bila ada sebuah tema karangan yang dominan. Tesis sama dengan sebuah kalimat
utama dalam paragraph. Oleh sebab itu, tesis tidak diperkenankan lebih dari satu
kalimat. Dengan kalimat tesis penulis dapat menentukan bahan yang akan menjadi
tulisan. Tesis digunakan jika penulis ingin mengembangkan gagasan yang berupa
tema seluruh tulisan.
Ciri-ciri tesis yang baik :
(1). Berisi gabungan rumusan topik;
(2). Penekanan topik sebagai suatu pengungkapan pikiran;
(3). Pembatasan dan ketetapan rumusan;
(4). Berupa kalimat lengkap terdapat subjek dan predikat (objek);
(5). Menggunakan kata khusus dan denotative (lugas);
(6). Berupa pernyataan positif – bukan kalimat tanya, bukan kalimat seru dan bukan
kalimat negative;
(7). Dapat mengarahkan, mengembangkan, dan mengendalikan penulisan;
(8). Dapat diukur dan dibuktikan kebenarannya;
Contoh dari perumusan tema, tujuan karangan, kalimat tesis, dan rumusan judul :
Tema : Meningkatkan penjualan sepatu buatan dalam negeri
Tujuan : Untuk menunjukkan bahwa sepatu buatan dalam negeri dapat diupayakan
agar lebih diminati oleh konsumen.
Tesis : Sepatu buatan dalam negeri dapat ditingkatkan penjualannya dengan
menambah daya saing agar lebih diminati konsumen
Judul : Sepatu Lokal, Kenapa Tidak?

D. JUDUL KARYA ILMIAH


Judul karya ilmiah pada dasarnya adalah perincian atau jabaran dari topik atau
judul merupakan nama yang diberikan untuk bahasan atau karangan, judul berfungsi
sebagai slogan promosi untuk menarik minat pembaca dan sebagai gambaran isi
karangan. Judul lebih spesifik dan sering menyiratkan permasalahan atau variable
yang akan dibahas.
Syarat judul yang baik :
a.       Sesuai dengan topik;
b.      Sesuai denga nisi karangan;
c.       Berbentuk frasa bukan kalimat;
d.      Singkat;
e.       Jelas;
f.       Menarik minat pembaca;

cara-cara dalam menulis judul karya tulis ilmiah:

1. Observasi (Pengamatan)

Sebuah penelitian salah satu tujuannya adalah untuk memberi solusi dari suatu
permasalahan yang terjadi. Untuk menemukan masalahnya, perlu melakukan
pengamatan awal terlebih dahulu terhadap fenomena yang terjadi, misalnya di bidang
kesehatan. dapat melakukan pengamatan ke sebuah klinik ataupun ke rumah sakit lalu
mencatat setiap proses-proses yang terjadi.
2. Menemukan permasalahan

Di dalam observasi yang dilakukan, perlu memiliki kepekaan melihat masalah.


Ketika dapat menemukan masalah, perlu mencatatnya. Karena bukan hal yang tidak
mungkin, dalam suatu proses akan terjadi banyak masalah. Kumpulkan setiap
permasalahan yang terjadi dan catat pula apa saja hal-hal yang mungkin menjadi
faktor pengaruhnya.

4. Menentukan topik

Setelah menemukan beberapa permasalahan di lapangan, barulah menentukan topik


apa yang akan dibahas sehingga memudahkan untuk fokus pada penelitian yang
sedang kerjakan.

5. Menentukan tujuan penulisan

Setelah menentukan topik, tentukan tujuan penulisan. Tujuan penulisan ini sangat
penting dirumuskan karena menggambarkan keinginan peneliti memperoleh jawaban
atas permasalahan yang dibahas. Tujuan menjadi penentu arah dalam penulisan kita
sehingga judul karya tulis yang kita pilih harus mewakili tujuan penelitian.

6. Menentukan manfaat

Setelah tujuan tercapai, pikirkanlah manfaat apa yang akan diperoleh oleh orang lain
setelah tujuan kita tercapai. Pastikan penelitian dan tulisan kita bermanfaat untuk
orang lain.

7. Menulis judul

Setelah semuanya ditentukan dan dipikirkan, maka mulailah menulis judul karya
tulis.  Menulis judul karya tulis harus memerhatikan beberapa hal di bawah ini:

 Langsung

Judul karya ilmiah ditulis secara langsung pada pokok permasalahan dan tidak
bertele-tele.

 Diksi (Pilihan Kata)

Penggunaan diksi yang dipilih berbeda dengan diksi tulisan populer lainnya. Diksi
yang diperoleh merupakan diksi yang ilmiah namun tetap dapat dipahami
pembaca.

 Memerhatikan variabel penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel


penelitian terdapat beberapa jenis, yaitu:
a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas ini yang dapat
dimanipulasikan untuk memperoleh akibat dari variabel bebas yang diberlakukan.
Misalnya dalam penelitian pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tinggi tanaman,
maka pengaruh cahaya menjadi variabel bebasnya sehingga dapat dilakukan
penelitian terhadap tanaman yang diberikan cahaya dan tanaman yang tidak diberikan
cahaya. Kita akan memperoleh akibat dari pemberlakuan variabel bebas ini.

b. Variabel terikat

Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadiakibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat tidak dimanipulasi,
melainkan diamati variasinya sebagai hasil yang dari variabel bebas. Sesuai contoh
sebelumnya, yaitu penelitian pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman maka variabel
terikat penelitian ini adalah tinggi tanaman

c. Variabel kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dapat dipengaruhi oleh faktor
luar yang tidak diteliti. Misalkan jenis tanaman yang dipilih untuk melakukan
penelitian cahaya dipilih jenis tanaman yang sama, misalkan tanaman kacang hijau.
Maka variabel control dari penelitian ini adalah jenis tanaman.

Setelah memerhatikan variabel penelitian, maka dapat menyertakan tiga variabel ini
dalam penulisan judul karya tulis ilmiah

Tujuan karakteristik pemilihan bahan bacaan


Mempermudah seseorang dalam mengetahui atau memahami isi bacaan sesuai
dengan bacaannya dan memudahkan seseorang dalam mendapatkan suatu informasi
yang mereka butuhkan
Pada dasarnya bahan bacaan itu terbagi atas bacaan ilmiah dan bacaan sastra (Tarigan,
1994). Adapun penjelasan dari kedua jenis bacaan di atas adalah sebagai berikut:
1. Bacaan Ilmiah
Kata ilmiah diartikan sebagai bersifat ilmu atau memenuhi syarat ( kaidah) ilmu
pengetahuan, Bacaan ilmiah yaitu bacaan yang berisi ilmu pengetahuan atau
informasi yang ditulis dengan bacaan yang lugas, praktis, dan efisien.
Bacaan ilmiah terbagi atas dua macam (Tarigan, 1994), yaitu teks ilmiah populer dan
teks ilmiah akademik.
1) Teks ilmiah popular
ilmiah populer, yaitu teks yang ditulis dengan gaya bahasa populer (bahasa
media/bahasa jurnalistik) untuk dimuat di media massa (surat kabar, majalah, tabloid).
teks ilmiah ditulis lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah
populer karena bentuk dan isinya itu dapat mudah dipahami oleh pembaca dengan
menggunakan bahasa yang santai, padat, serta mudah dicerna oleh pembaca.

Teks ilmiah populer mempunyai karakteristik sebagai berikut:


a) isinya memuat keadaan orang lain, terutama yang menyangkut keberhasilan dan
penderitaan
b) sesuatu untuk meyakinkan diri sendiri, bahwa orang lain pun mempunyai masalah
seperti yang kita alami.
c) Isinya mengenai cara belajar
d) Isinya hanya sekedar ingin mengetahui atau untuk mengikuti tentang sesuatu,
bahasanya praktis, sebab efisien dan efektif
e) Struktur teks bacaan dimulai dengan kesimpulan atau sebagai “klimaks” dan
diakhiri dengan “perincian” (Tarigan, 1994)

Teks ilmiah populer biasanya terdapat pada majalah. kriteria pemilihan


majalah yaitu: kita harus menyesuaikan antara kondisi baca dengan keterbacaan.
Kondisi baca meliputi: tujuan membaca, informasi fokus, dan materi bacaan. Di
dalam membaca majalah memiliki beberapa tahap yaitu:
1) Kita harus menentukan tujuan membaca kita apakah untuk studi, bisnis, atau untuk
kesenangan. Jika membaca kita untk bisnis hendaknya kita memilih majalah yang
khusus berisi tentang informasi perbisnisan, jurnal, dan sebagainya.
2) Di dalam membaca majalah, yaitu: menentukan informasi fokus. Informasi yang
akan kita cari di dalam majalah tersebut dapat dengan mudah kita dapatkan dengan
cara membaca bagian depan buku, halaman kata pengantar, pendahuluan dan abstrak.
Setelah itu, penting sekali bagi kita membaca daftar isi untuk mengetahui secara cepat
dan tepat.
3) Penyesuaian materi bacaan. Dengan tingkat keterbacaan pembaca di dalam mencari
majalah tentunya harus di sesuaikan dengan kemampuan membaca seseorang dengan
materi bacaan hendaknya yang ringan, menghibur, dan tidak vulgar.
2) Teks ilmiah akademik
Teks ilmiah akademik adalah teks yang bisa ditulis oleh kalangan kampus perguruan
tinggi baik dosen maupun mahasiswa, karena dalam membuat sebuah teks ilmiah
akademik ini membutuhkan suatu hasil dalam sebuah penelitian.

Teks ilmiah akademik memiliki karakteristik, yang isi garis besarnya dipilih menjadi
empat jenis (Tarigan,1994), yaitu:
a) Isinya meninjau sebuah hasil penelitian.
b) Isinya menggunakan aturan mengimplementasikan suatu teori
c) Isinya membantah, menyempurnakan mengimplementasikan suatu penelitian
d) Isinya berupa penyajian suatu hipotesis
e) Bahasanya bersifat denotative, objektif, tidak berprasangka, tanpa penelitian atau
pendapat pribadi, sistematis, kritis, dan didasarkan pada suatu penilaian hubungannya
dengan sebuah teori.
Yang termasuk teks ilmiah akademik, yaitu buku teks, buku referensi, buku modul
dan lain-lain.
a. Karakteristik pemilihan buku teks
Ada beberapa langkah yang yang dapat ditempuh dalam menentukan karakteristik
pemilihan buku teks, antara lain sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan membaca, tentuanya tujuan kita dalam membaca buku teks
yaitu memperoleh ilmu pengetahuan atau untuk studi.
2) Menentukan informasi fokus apa yang ingin kita peroleh dari buku tersebut. Kita
harus membaca daftar isi agar informasi fokus yang kita cari dapat dengan mudah
dicari atau ditemukan.
3) Sebelum membaca buku teks kita harus membaca kata pengantar, pendahuluan,
ataupun abstraknya sehingga kita tau materi apa yang ada di dalam buku teks tersebut
dan apakah materi tersebut sesuai dengan tingkat keterbacaan pembaca.
4) Pilihlah buku teks yang memiliki wacana yang tidak terlalu sulit dipahami tetapi
juga tidak terlalu mudah. Sehingga siswa terpacu daya pikirnya (Tarigan,1994)
b. Karakteristik pemilihan buku referensi
Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam menentukan karakteristik
pemilihan buku referensi, antara lain sebagai berikut:
1) Pilihlah buku yang dianjurkan guru atau dosen
2) Carilah sumber bacaan buku lain yang masih satu tema dengan induk yang masih
satu cabang ilmu.
3) Carilah bahan bacaan yang memiliki penjelasan yang lebih terperinci, yang
menjabarkan materi pada buku induk dengan lebih jelas
4) Carilah lebih dari satu buku referensi. Agar pemahaman dan pengetahuan kita
terhadap suatu ilmu atau materi dapat lebih luas, dan kita dapat menguji hipotesis-
hipotesis yang berada pada induk (Tarigan, 1994)

2. Bacaan Sastra
Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta
śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar
śās-yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu.
Sastra adalah karya yang bersifat imajinatif yang menonjol unsur estetikanya
dengan media bahasa yang khas (konotatif) yang fungsi utamanya adalah dapat
menyenangkan dan berguna untuk orang lain. Sedangkan Bacaan sastra ialah suatu
bahan bacaan yang berisi ekspresi, pikiran, perasaan, ide, pandangan hidup, dan lain-
lain yang disajikan dalam bentuk yang indah melalui media bahasa.
Sastra terbagi menjadi dua macam, yaitu sastra imajinatif dan sastra nonimajinatif
(Tarigan, 1994). Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Sastra imajinatif
Sastra imajinatif ialah bahan bacaan yang isinya ditulis berdasarkan daya khayal sang
pengarang. Karakteristik sastra imajinatif ialah:
a) Bahasanya konotatif (bukan bahasa sesungguhnya, memiliki makna/arti lebih dari
satu
b) Penulisannya diilhami dari kisah nyata yang diproses atau diimajinasikan sehingga
timbul ide penulisan yang kreatif dan indah.
c) Memiliki nilai-nilai estetik yang meliputi uniti, harmoni, balance, dan right imasses
(Tarigan, 1994)

Pengertian Membaca Kritis untuk Menulis


Badan Pengembangan dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Bahasa dan Sastra
Universitas Negeri Makassar dalam bukunya, mengatakan bahwa kegiatan membaca
kritik untuk menulis pada dasarnya merupakan kegiatan membaca untuk mendapatkan
informasi yang relevan dan diperlukan untuk tulisan yang akan dikembangkan.
Dari pengertian membaca kritis di atas memberi pemahaman bahwa kegiatan
membaca kritis harus dikaitkan dengan informasi-informasi seperti apa yang hendak
kita masukkan ke dalam tulisan kita, apakah informasi yang bersifat umum, khusus,
atau informasi yang teperinci. Membaca kritis pada dasarnya mengajak kita untuk
tidak menerima begitu saja kebenaran informasi yang didapatkan. Kita diajak untuk
selalu bersikap skeptic, bertanya terus-menerus, dan berusaha mencari kebenaran dari
informasi yang didapat dengan cara melakukan pengujian. Pengujian itu dapat beupa
mencari informasi pada sumber-sumber yang lain. Oleh sebab itu, membaca kritis
memerlukan ketekunan dan kesabaran.

Ragam Membaca Kritis


Ragam membaca kritis sangat beragam bergantung pada jenis informasi seperti apa
yang dinginkan.Badan Pengembangan dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas
Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar dalam bukunya, membagi ragam
membaca kritis menjadi tiga ragam :
1. Membaca cepat/sekilas untuk mencari topik
Terkadang kita membaca bukan untuk mencari informasi yang rinci, melainkan kita
hanya ingin mengetahui apa yang dibicarakan dalam tulisan yang kita baca. Kita
membaca dengan cepat/sekilas dari awal hingga akhir. Kita tidak memfokuskan diri
pada bagian-bagian tertentu. Kita membaca dengan cepat /sekilas untuk mencari inti
persoalan yang dibahas dari suatu tulisan sehingga dari kegiatan membaca tersebut
kita dapat menentukan topik tulisan yang dibaca.
2. Membaca cepat untuk informasi khusus
Membaca cepat dapat dilakukan kalau kita menginginkan informasi khusus dari
sebuah tulisan. Dalam melakukan kegiatan ini perhatian kita hanya tertuju pada
bagian-bagian yang kita inginkan. Bagian-bagian terebut mengandung informasi yang
dibutuhkan. Sedangkan bagian-bagian yang tidak kita inginkan akan diabaikan atau
tidak kita perhatikan.
3. Membaca teliti untuk informasi rinci
Terkadang kita juga menginginkan informasi yang rinci tentang suatu hal, untuk
mendapatkan informasi tersebut kita akan melakukan kegiatan membaca dengan
memfokuskan bacaan pada bagian-bagian yang mengandung informasi yang ingin
diketahui secara rinci. Ketika sampai pada bagian yang dinginkan, kita membacanya
dengan teliti sampai kita benar-benar memahami informasi yang kita peroleh.
Sedangkan bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan tidak dibaca lebih lanjut.

Membaca Kritis Tulisan/Artikel Ilmiah


Artikel ilmiah merupakan salah satu bentuk karya ilmiah. Artikel ilmiah adalah karya
ilmiah yang dikhususkan untuk diterbitkan di jurnal ilmiah. Ada dua bentuk artikel
ilmiah, yaitu artikel konseptual--artikel yang diangkat dari gagasan atau ide penulis—
dan artikel penelitian–artikel yang diangkat dari hasil penelitan. Perbedaan kedua
jenis artikel tersebut terletak pada bagian isi (Elfriza :2013)
Istilah karya ilmiah adalah mengacu kepada sebuah karya tulis yang menyusun dan
menyajikan berdasarkan pada suatu kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Didalam
sebuah penulisan karya ilmiah, baik makalah maupun laporan penelitian biasanya
telah didasarkan pada suatu kajian ilmiah dan cara kerja yang ilmiah (Rizal :2012).
Badan Pengembangan dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Bahasa dan Sastra
Universitas Negeri Makassar dalam bukunya, menjabarkan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalm membaca tulisan/artikel ilmiah.
1. Menggali tesis /pernyataan masalah. Sebuah tesis biasanya diungkapkan dengan
sebuah kalimat pernyatan. Dengan mengenali tesis sebuah tulisan kita akan mudah
memahami isi tulisan dan menilai apakah penulisnya berhasil atau tidak dalam
membahas atau memecahkan masalah yang diajukan.
2. Meringkas butir-butir penting setiap artikel. Hali ini perlu dilakukan karena
ringkasan itu dapat dikembangkan untuk mendukung pernyataan yang kita
buat.dengan adanya ringkasan, kita juga tidak perlu lagi membaca artikel secara
keseluruhan kalau kita memerlukan informasi terentu dari artikel yang bersangkutan
3. Menyetir konsep-konsep peting (pandangan ahli, hasil penelitian, dan teori). Hal ini
perlu dilakukan untuk mendukung butir-butir penting pada tulisan kita. Dengan
memahami konsep-konsep penting dari sebuah tulisan ilmiah, kita juga dapat lebih
memahami konsep-konsep yang akan kita kembangkan dalam tulisan kita.
4. Menentukan bagian yang dikutip. Dalam mengutip bagian dari sebah tulisan ilmiah,
kita juga perlu memprthatikan relevansi bagian tersebutdengan tulisan kita. Butir-butir
yang dianggap tidak relevan tidak perlu dikutip.
5. Menentukan implikasi dari bagian/sumber yang dikutip. Dalam mengutip bagian
dari sebuah artikel, kita pelru menyadari implikasinya. Apakah kutipan itu
mendukung gagasan yang akan kita kembangkan dalam tulisan kita atau sebaliknya.
6. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip. Dalam mengutip pernyataan yang ada
dalam sebuah artikel, kiata perlu secara jelas meletakkan posisi kita. Apakah kita
bersikap netral, menyetujui, atau tidak menyetujui pernyataan yang kita kutip.

Membaca Kritis Tulisan /Artikel Populer


Menurut Pratama (2014), artikel Populer adalah suatu tulisan berisikan hasil kajian,
pandangan, dan argumentasi tentang Ilmu Pengetahuan yang sedang tren dan
disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Membaca kritis
tulisan/artikel populer berbeda dengan membaca tulisan/artikel ilmiah. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan untuk melakukan kegiatan ini, yaitu:
1. Mengenali persoalan pertama atau isu yang dibahas. Biasanya isu yang dibahas
dalam tulisan populer berkaitan dengan masalah sosial yang diminati masyarakat.
Sebagai contoh misalnya kasus yang tengah menimpa ketua KPK yakni Abraham
Samad.
2. Menentukan signifikasi/relevansi isu dengan tulisan yang akan dihasilkan.
Terkadang isu yang dibicarakan dalam sebuah tulisan tidak memiliki relevansi untuk
tulisan yang akan kita buat. Oleh karena itu, kita harus pandai menghubungkan
relevansi isu tulisan yang dibaca dengan isu tulisan yang kita buat.
3. Memanfaatkan isu artikel populer untuk bahan atau inspirasi dalam menulis. Isu
artikel populer dapat menjadi bahan atau inspirasi dalam menulis. Isu artikel populer
biasanya berkaitan dengan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
baik kehidupan dalam lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan
negara. Hal inilah yang menjadikan isu artikel populer lebih menarik dibanding isu
artikel ilmiah.
4. Membedakan isi artikel populer dengan isi artikel ilmiah dan buku ilmiah. Isi
artikel populer umumnya berbeda dengan isi artikel dan buku ilmiah. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa isu artikel populer berisi isu yang berkaitan
dengan masalah sosial yang sedang diminati masyarakat sedangkan artikel atau buku
ilmiah biasanya membahas hasil penelitian atau masalah yang tidak diminati
masyarakat. Artikel populer tidak mementingkan teori dan data sedangkan artikel dan
buku ilmiah mementingkan teori dan data karena dua hal tersebut mempunyai peranan
yang sangat penting.

Membaca Kritis Buku Ilmiah


Pada dasarnya, buku ilmiah sama dengan artikel ilmiah. Hal yang membedakan antara
keduanya adalah buku ilmiah memuat uraian atau pembahasan yang lebih panjang
dan lebih rinci tentang suatu isu ilmiah. Badan Pengembangan dan Sastra Indonesia
dan Daerah Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar dalam
bukunya,menguraikan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca buku ilmiah
sebagai berikut :
1. Memanfaatkan indeks untuk menemukan konsep pentig.
2. Menetukan konsep-konsep penting (pandangan ahli, hasil penelitian, dan teori)
untuk bahan menulis.
3. Menentukan dan menandai bagian-bagian yang dikutip.
4. Menentukan implikasi dari bagian/sumber yang dikutip.
5. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip.

Berikut penjelasan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca buku
ilmiah :
1. Memanfaatkan indeks untuk menemukan konsep penting
Buku ilmiah biasanya mencantumkan indeks yang berisi kata-kata yang mengacu
pada konsep-konsep yang dianggap penting. Indeks dapat membantu pembaca dalam
menemukan pembahasan dan penjelasan konsep-konsep tersebut dalam buku dengan
cepat. Dengan memanfaatkan indeks, kita tidak perlu menghabiskan waktu yang
cukup lama untuk mencari informasi tentang konsep-konsep yang ingin diketahui.
2. Menetukan konsep-konsep penting (pandangan ahli, hasil penelitian, dan teori)
untuk bahan menulis.
Setiap tulisan tentu diperlukan pandangan para ahli, hasil penelitian yang mendukung,
dan teori-teori baru yang dianggap penting. Dalam buku ilmiah, kita perlu memahami
dan mengenali konsep-konsep ini agar konsep-konsep tersebut dapat bermanfaat bagi
tulisan kita.
3. Menentukan dan menandai bagian-bagian yang dikutip.
Sebuah buku biasanya memuat uraian dan pembahasan yang panjang. Oleh karena itu,
kita perlu menandai dan menetukan bagian-bagian yang dianggap penting dalam
tulisan kita. Bagian-bagian ini mungkin akan dikutip dalam tulisan kita, dalam artian
setiap kutipan harus ditulis nama pengarang, tahun, dan halaman yang dikutip.
Contoh: Sudarma ( 2013: 10) mengatakan bahwa guru sebgai pendidik maksudnya
adalah posisi sosial guru benar-benar hanya berada dalam ruangan ukuran 8x8 m.
4. Menentukan implikasi dari bagian/sumber yang dikutip.
Dalam mengutip bagian dari sebuah buku, kita perlu memahami memahami
impikasinya. Kita harus mampu menghubungkan relevansi bagian yang kita kutip
dengan isu tulisan yang akan kita hasilkan . kutipan-kutipan yang ada dalam tulisan
kita harus fungsional, yaitu mendukung isi tullisan secara keseluruhan.
Tulisan yang dikutip harus dipertimbangkan secara matang mengenai implikasinya.
Kalau secara kebetulan mengutip pendapat orang lain dan bertolak belakang dengan
padangan kita selaku penulis, tentu perlu diberikan penjelasan yang tepat mengapa
tulisan itu dikutip.
5. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip.
Dalam megutip pernyataan yang ada dalam sebuah artikel, kita perlu secara jelas
meletakkan posisi kita. Apakah kita bersikap netral, menyetujui atau tidak menyetujui
pernyataan yang akan kita kutip?
Setiap pandangan yang dikutip , seseorang yang menggunakan kutipan itu dalam
tulisannya perlu memberikan suatu kesimpulan dan pendapat sendiri mengenai
konsep yang ditawarkan. Bukan menyalin begitu saja konsep orang lain, melainkan
ikut memberi koreksi dan penjelasan khusus mengenai pandangan orang lain yang
dikutip dalam tulisan kita.
E. Kerangka Karangan

1. Pengertian Kerangka Karangan


Kerangka karangan adalah rencana kerja yang mengandung ketentuan-
ketentuan tentang pembagian dan penyusunan gagasan yang memuat garis-garis besar
suatu karangan. Kerangka karangan merupakan rencana penulisan akan bersifat
konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran bagi target pembacanya.
Yang mempengaruhi kerangka karangan ini ialah tujuan dan bahan penulisan.
Menyusun kerangka pada hakikatnya membagi topik ke dalam subtopik dan
selanjutnya ke dalam sub-subtopik yang lebih kecil.
Fungsi kerangka karangan
1. Memudahkan pengendalian variabel,
2.Memperlihatkan pokok bahasan, sub-subbahasan karangan dan memberi
kemungkinan perluasan bahasan tersebut sehingga memungkinkan penulis
menciptakan suasana kreatif sesuai dengan variasi yang diinginkan.
3. Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik,
judul, masalah, tujuan, dan kalimat tesis,
4. Memudahkan penulis menyusun karangan secara menyeluruh,
5. Mencegah ketidaklengkapkan bahasan,
6. Mencegah pengulangan pembahasaan ide

2. Manfaat Kerangka Karangan


Manfaat kerangka karangan adalah:
a. Memudahkan penyusunan kerangka secara teratur sehingga karangan menjadi lebih
sistematis dan mencegah penulis dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik
atau judul.
b. Memudahkan penempatan antara bagian karangan yang penting dan yang tidak
penting.
c. Menghindari timbulnya pengulangan pembahasan.
d. Membantu mengumpulkan data dan sumber-sumber yang diperlukan.

3. Bentuk-bentuk kerangka karangan

1. Kerangka karangan berdasarkan perumusan teksnya


a. Kerangka kalimat
Kerangka kalimat mempergunakan kalimat deklaratif ( berita) yang lengkap untuk
merumuskan setiap topik, sub topik, maupun sub-sub topik.
Manfaat kerangka kalimat meliputi :
1). Ia memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan diuraikan,
serta perincian-rincian tentang topik itu.
2) .Perumusan topik-topik dalam tiap unit akan tetap jelas, walaupun telah lewat
bertahun-tahun.Penulis masih sanggup mengikuti rencana aslinya, walaupun baru
digarap bertahun-tahu kemudian.
3). Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapapun,
seperti bagi pengarangnya sendiri.
b. Kerangka topik
Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap.
Sesudah itu semua pokok,. baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok bawahan,
dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan
kalimat yang lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan mempergunakan kata atau
frasa. Sebab itu kerangaka topik tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka
kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila dibandingkan dangan kerangka
kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan antara kerangka karangan
itu dengan penggarapannya cukup lama.
c .Gabungan antara kerangka kalimat dan kerangka topik
Kerangka karangan yang menggabungkan antara kerangka kalimat dan
kerangka topik. Kerangka karangan yang mencakup kalimat berita dan dan sub-sub
bagian maupun pokok-pokok utama dan pokok-pokok bawahan.

4. Pola Kerangka Karangan


 Pola Alamiah
Pola Alamiah adalah suatu urutan kerangka karangan dengan keadaan nyata di alam
yang didasari tiga atau empat dimensi dalam kehidupan manusia atas-bawah,
melintang-menyeberang, sekarang-nanti, dulu-sekarang, timur-barat. Pola alamiah
dapat di bagi menjadi tiga bagian :
a. Urutan Berdasarkan Waktu (Kronologis)
Urutan kronologis adalah urutan yang didasarkan pada runtunan peristiwa atau
tahap-tahap kejadian berdasarkan kronologinya. Peristiwa yang satu dengan peristiwa
yang lain.
b. Urutan Ruang (Spasial) Yaitu urutan yang didasarkan pada ruang atau tempat. yang
biasanya digunakan dalam tulisan yang bersifat deskriptif.
c. Topik yang ada. Yaitu untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap pada
bagian-bagian tertentu.
1. Urutan waktu.
Bahan-bahan ditulis berdasar tahap kejadian. Setiap peristiwa hanya menjadi penting
dalam hubungannya dengan yang lain.
2. Berdasar urutan ruang.
Topik yang diuraikan berkaitan erat dengan ruang / tempat : dari kiri ke kanan, dari
timur ke barat, urutan geografis.
• Pola Logis
Merupakan unit-unit karangan berurutan sesuai pendekatan logika / pola pikir
manusia. Untuk susunan logis, dibagi berdasarkan :
1. Klimaks-Anti klimaks.
Anggapan bahwa posisi tertentu dari sebuah rangkaian merupakan posisi yang paling
penting. Terdiri dari dua :
1. Urutan klimaks = yang penting di akhir.
2. Urutan antiklimaks = yang penting di awal.
Model ini hanya efektif untuk menguraikan sesuatu yang berhubungan dengan hirarki
misalnya urutan pemerintahan.
2. Umum-Khusus.
a. Umum – khusus : Hal besar diperinci ke hal- hal yang lebih kecil atau bagian-
bagiannya.
Misalnya uraian tentang Indonesia, lalu suku-suku dan kebudayaannya.
b.Khusus – Umum : Hal lebih kecil atau bagian-bagiannya diperinci ke hal- hal yang
besar.
3. Sebab-Akibat.
a. Sebab ke akibat : masalah utama sebagai sebab, diikuti perincian akan akibat-
akibat yang mungkin terjadi.
Misal ; penulisan sejarah, berbagai persoalan sosial : kerusakan hutan, perubahan
cuaca global.
b. Akibat ke sebab : masalah tertentu sebagai akibat, diikuti perincian sebab-sebab
yang menimbulkannya.
Misal : Krisis multidimensi di Indonesia.
4. Urutan kausal.
Urutan kausal mencakup dua pola dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab
pola yang pertama disebut sebab. Pola selanjutnya disebut akibat.
5. Urutan pemecahan masalah
Urutan pemecahan masalah di mulai dari suatu masalah tertentu kemudian
berkembang menuju kesimpulan umum atau pemecahan suatu masalah tersebut.
Landasan pemecahan masalah terdiri atas tiga bagian :
1). Deskripsi : mengenai persoalan atau masalah
2). Analisa : mengenai sebab akibat sari persoalan
3). Alternatif : untuk jalan keluar suatu masalah
6. Urutan familiaritas.
Adalah mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal kemudian berangsur pindah
kepada hal-hal yang kurang di kenal.
7. Urutan akseptabilitas.
Adalah mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh pembaca
ataukah disetujui atau tidak

Macam-Macam Kerangka Karangan


1. Berdasarkan perincian.
a. Kerangka karangan sederhana/sementara (non-formal) Merupakan suatu alat bantu,
sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah.yang terdiri dari tesis dan pokok-
pokok utama.
b. Kerangka karangan formal. Kerangka karangan yang timbul dari pertimbangan
bahwa topik yang akan di garap bersifat sangat komplek atau suatu topik yang
sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.

2. Berdasarkan perumusan teks.


a. Kerangka kalimat.
Menggunakan kalimat deklaratif yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, sub
topik. Misalnya :
1). Pendahuluan
2). Latar belakang
3). Rumusan masalah
4). Tujuan.

Manfaat menggunakan kerangka kalimat :


1). Memaksa penulis untuk merumuskan topik yang akan diuraikan.
2). Perumusan topik-topik akan tetap jelas.
3). Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapapun,
seperti bagi pengarangnya sendiri
b. Kerangka topik
Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap
dan menggunakan kata atau frase. Kerangka lebih baik manfaatnya dari kerangka
topik, tetapi kelebihan kerangka topik adalah lebih jelas merumuskan hubungan-
hubungan kepentingan antar gagasan.
5. Tahap Penulisan

1. menentukan topik
2. menyusun kerangka
3. mengumpulkan bahan tulisan
4. mengembangkan kerangka
5. menyunting.

Idealnya topik yang dipilih itu memiliki:

(1) bermakna, artinya bermanfaat untuk memperluas wawasan atau pengetahuan


pembaca,
(2) menarik minat dan memicu semangat penulis semangat untuk
mengembangkannya,
(3) menarik dan merangsang pembaca, dan
(4) sudah dikenal penulis, tidak terlalu luas tetapi juga tidak terlalu terbatas.
Apabila topik sudah ditetapkan, kegiatan selanjutnya adalah menentukan tujuan
tulisan sebagai arah untuk mencari bahan, informasi, dan penyajiannya. Karya ilmiah
biasanya memuat tiga bagian, yaitu pendahuluan, tubuh karangan, dan penutup. Pada
jenis karya ilmiah tertentu terdapat beberapa bagian tambahan.
Pendahuluan biasanya memuat halaman judul, halaman pengesahan, halaman
persembahan / motto, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, arti
lambang, singkatan, dan abstrak (ringkasan). Nomor halaman bagian ini ditulis
dengan angka Romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya.) di kaki halaman. Tubuh tulisan
memuat pendahuluan, pembahasan utama, dan penutup. Masing-masing diberi judul.
Bab pertama biasanya diberi judul Bab I Pendahuluan. Bagian ini memuat
(1) Latar Belakang Masalah, (2) Ruang Lingkup/Batasan Masalah, (3) Tujuan, (4)
Metode, dan (5) Hasil, dan lain-lain. Bab kedua yang memaparkan landasan teoretis
diberi judul Bab II Landasan Teoretis, dan seterusnya. Bab terakhir diberi judul Bab
Penutup. Nomor halaman tubuh tulisan ditulis dengan angka 1, 2, 3, dan seterusnya di
kaki halaman.
Penutup karya ilmiah biasanya berupa daftar pustaka. Ada pula karya ilmiah yang
dilengkapi lampiran dan indeks. Sejalan dengan keterangan di atas, kerangka (outline)
karya ilmiah mencerminkan ketiga bagian itu. Di dalamnya terkandung pokok-pokok
pikiran yang disusun secara logis dan teratur. Salah satu modelnya disebut kerangka
topik. Kerangka model ini hanya memuat frase yang berisi butir-butir topik, subtopik,
dan sub-subtopik. Kerangka yang telah disusun selanjutnya dikembangkan menjadi
tulisan yang sebenarnya.

6. Tahap Penyuntingan
Tahap revisi ini bertujuan untuk memeriksa kembali tulisan yang telah jadi
ataupun memperbaiki berbagai kesalahan dan kekurangan dalam karya tulis. Yang
direvisi dari karangan yang telah dibuat meliputi :
a) Penyuntingan Naskah (data), data baru yang ditemukan memungkinkan untuk
dilakukan penambahan ataupun penggantian data.
b) Penyuntingan Materi (pendapat baru), seringkali setelah menulis karangan penulis
menemukan ide dan pendapat baru yang lebih baik dari pendapat lama sehingga perlu
dilakukan revisi.
c) Penyuntingan Bahasa (ketikan), dalam penulisan karangan hendaknya melakukan
pengeditan ulang terhadap bahan yang akan disajikan karena bahan tersebut harus
sesuai dengan bahasa diksi, alinea dan kalimat. Contohnya: Penulisan kutipan yang
benar, penulisan kata serapan yang sesuai EYD.

7. Petunjuk Praktis
Berikut merupakan beberapa cara untuk membuat kerangka karangan :
 Awali tulisan dengan merujuk pada judul
 Hindari mengawali tulisan dengan kutipan.
 Tuliskan sumber kutipan dengan jelas (nama akhir penulis, tahun, dan
halaman).
 Hindari melakukan plagiasi.
 Gunakan referensi yang mutakhir.
 Hindari bersikap ragu (mis. penggunaan kata mungkin, barangkali, dan
sejenisnya).

2.3 CARA MEMBUAT KARANGAN YANG BAIK DAN BENAR


Langkah-langkah menyusun karangan :
1. Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang
mendasari suatu karangan. Judul adalah kepala karangan. Misalkan tema cakupannya
lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada
penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
2. Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan, banyak cara
mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing - masing sesuai
juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan
tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah
dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
Berikut ini petunjuk – petunjuknya :
a. Catat hal penting semampunya.
b. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
c. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4. Membuat kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan
yang lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi,
atau uraian per bab. kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat
berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
Berikut fungsi kerangka karangan :
a. Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
b. Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan
c. Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting
Tahapan dalam menyusun kerangka karangan
a. Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram
yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul).
b. Mengatur urutan gagasan.
c. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.
d. Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis karena bila
terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan.
(karangan tidak mengalir).
5. Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadap
materi yang hendak ditulis. jika benar-benar memahami materi dengan baik,
permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata.

Anda mungkin juga menyukai