Anda di halaman 1dari 19

KONFLIK INDIA-PAKISTAN DALAM PERSENGKETAAN KASHMIR PASCA

KEMERDEKAAN ANAK BENUA (SUB-KONTINEN)

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Sejarah Asia Selatan
yang dibina oleh Ibu Drs. Yuliati, M.Pd

Oleh:
Pendidikan Sejarah Off-D
Alvina Rahmawati 140731600818
Bagus Wahyu Priyamono 140731605033
M. Fatkhul Munir 140731604148
Nadya Afiqma Wahda 140731602960
Novi Triandari 140731602929

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Februari 2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasca pendudukan Inggris di India sejak abad ke XVII M, India mengalami
berbagai perubahan pada sendi-sendi kehidupan masyarakatnya. Pada bidang sosial telah
terjadi diskriminasi yang menyudutkan kaum Muslim yang hidup di India, yang
menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial berkelanjutan antar generasi. Hal ini terlihat
dari perlakuan Inggris yang lebih mementingkan kepentingan kaum Hindu daripada kaum
Muslim. Akses-akses kaum Muslim untuk mendapatkan pendidikan yang layak, agaknya
lebih dibatasi oleh Pemerintah Kolonial Inggris. Hingga mengakibatkan dominasi kaum
terpelajar Hindu yang nantinya akan mewarnai perjalanan politik di daerah koloni. Hal
tersebut kelak yang menjadi alasan timbulnya sentimen kelompok Muslim-Hindu di
daerah kolonial Inggris yang nantinya akan ditunjukkan melalui terbentuknya dua partai
besar yang mempengaruhi kepentingan politik di anak benua. Dua partai yang
berpengaruh tersebut adalah Partai Indian National Congress (Partai Kongres, yang
mewakili komunitas Hindu) dan Partai Muslim League (Liga Muslim, yang mewakili
komunitas Islam) (Suwarno, 2012:175).
Sejak disahkannya Undang-Undang Kemerdekaan India (The Indian
Independence Bill) pada 1 Juli 1947 oleh Parlemen Inggris, anak benua kemudian dibagi
menjadi dua dominion merdeka, yakni India dan Pakistan yang dilaksanakan pada 14-15
Agustus 1947 (Suwarno, 2012:181). Dengan terbentuknya dua dominion tersebut
sebenarnya Inggris berupaya untuk menekan konflik kepentingan antara Partai Kongres
dan Liga Muslim. Pembagian tersebut juga diperuntukkan bagi kebebasan rakyat dalam
menjalani kehidupan beragama. Namun, dengan dibentuknya dua dominion yang berlatar
religi tersebut memunculkan konflik kepentingan baru dalam hal politik, yakni
penguasaan wilayah yang berpotensi menguntungkan. Sejak dibagi menjadi dua wilayah
itulah kemudian India dan Pakistan menjadi saling berebut wilayah kekuasaan. Hal ini
pula yang menjadi awal mula konflik di Kashmir, wilayah yang terletak di rangkaian
Pegunungan Himalaya.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan konflik persengketaan Kashmir?
2. Bagaimana kronologi jalannya persengketaan Kashmir?
3. Siapa saja tokoh yang berpengaruh pada persengketaan Kashmir?

2
4. Apa saja usaha-usaha yang dilakukan untuk meredam persengketaan Kashmir?
5. Bagaimana pengaruh konflik persengketaan terhadap kehidupan masyarakat
Kashmir?
C. Tujuan
1. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan konflik persengketaan Kashmir.
2. Mendeskripsikan kronologi jalannya persengketaan Kashmir.
3. Menjelaskan tokoh yang berpengaruh pada persengketaan Kashmir.
4. Mendeskripsikan usaha-usaha yang dilakukan untuk meredam persengketaan
Kashmir.
5. Menganalisis pengaruh konflik persengketaan terhadap kehidupan masyarakat
Kashmir.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Penyebab Konflik di Kashmir


Konflik yang terjadi antara India dan Paskistan terutama tentang persengketaan
Kashmir disebabkan oleh beberapa faktor, yakni:
1. Faktor Politik
Konflik Kashmir berawal ketika inggris meninggalkan India, kemudian
menyerahkan kedaulatannya kepada kedua negara sehingga menjadikan kedua negara
tersebut menjadi negara merdeka meskipun keduanya sama-sama masih berstatus sebagai
dominion. Pada Agustus 1947, anak benua dibagi oleh Inggris menjadi dua negara
merdeka India dan Pakistan, hal ini karena perbedaan yang ada dari organisasi perjuangan
Partai Kongres (mewakili komunitas Hindu) dan Liga Muslim (mewakili komunitas
Muslim).
Posisi Pakistan sepertinya ingin menjadi The Mother Land bagi kaum muslim
yang tersingkir dari India, akibat tindakan politik golongan Hindu. Oleh karena itu,
Pakistan menginginkan Kashmir menjadi negeri yang kuat dalam bidang politik, ekonomi
dan militer. Sementara itu, dalam bidang militer, Pakistan telah memiliki kekuatan yang
cukup luar biasa dibandingkan dengan negara-negara Asia Selatan lainnya. Hal ini pula
yang menyebabkan Amerika Serikat beserta sekutunya dan Rusia merasa berkepentingan
untuk menundukkan kekuatan Pakistan di Asia (Santoso, 2007). Sehingga dengan
bergabungnya Kashmir ke Pakistan, membuat negara-negara adikuasa di dunia
memandang Pakistan sebagai cikal bakal negara dengan kekuatan militer yag patut
disegani, yang nantinya mengakibatkan semakin sempitnya ruang gerak negara-negara
adikuasa (terutama Amerika Serikat) untuk mengendalikan laju kehidupan dunia.
Kashmir yang memiliki wilayah rangkaian Pegunungan Himalaya, juga memiliki
arti penting bagi India yaitu sebagai basis pertahanan dimana sebenarnya wilayah
Khasmir berbatasan dengan negara-negara besar. Dengan menguasai wilayah Kashmir
maka kekuatan pertahanan India terhadap Pakistan dan Cina utamaya, akan semakin
menguat. Karena posisi Kashmir yang menjadi salah satu pintu masuk negara-negara
perbatasan ke India. Begitu juga sebaliknya bagi Paskistan, yakni untuk pertahanan
kekuatan militer Pakistan.
2. Faktor Ekonomi
Bagi India dan Pakistan, Kashmir merupakan wilayah yang meiliki arti penting
dalam hal ekonomis. Apabila Kashmir dikuasai oleh India sungai-sungai yang melewati

4
Kashmir bisa dibendung dan ini bisa mengakibatkan pertanian disekitaran anak sungai
Indus bisa mati. Ekonomi India bisa berjalan dengan lancar apabila Khyber-pass
dikuasainya. Ini berarti distribusi produk-produk ke Rusia, Asia Tengah dan Afganistan
lebih mudah.
Begitu juga bagi Pakistan, Kashmir memiliki arti penting dalam bidang
perekonomian dan kemakmuran bagi masyarakat Pakistan, khususnya di wilayah
Pakistan barat. Jika saja Kashmir jatuh ke tangan negara lain, dapat dipastikan bahwa 19
juta hektar area persawahan yan terdapat di Pakistan barat akan terancam (Suwarno,
2012). Dengan banyaknya sungai yang berhulu di Kashmir akan sangat membantu proses
irigasi dan pengairan bagi pertanian di wilayah Kashmir, juga di wilayah-wilayah baik
Pakistan maupun India yang dialiri oleh sungai yang berhulu di Kashmir.
Kashmir dikenal juga dengan sebutan “Surga Dunia”, karena keindahan alamnya
yang mempesona. Kekayaan alam Kashmir ini sedikitnya memberikan pemasukan devisa
sekitar 400 juta dolar per tahun dari para wisatawan (Santoso, 2007). Hal ini juga
meningkatkan daya jual dari Kashmir yang bisa menunjang income bagi negara yang
menjadi penggabungan Kashmir nantinya.
3. Faktor Religi
Latar belakang religi atau agama begitu mendominasi persengketaan Kashmir.
Kashmir memiliki penduduk yang mayoritas beragama Muslim, sedangkan Kashmir
dipimpin oleh seorang Hindu yang bernama Maharaja Hari Singh. Pasca kemerdekaan
dan terbentuknya dua negara di anak benua India, Pakistan dan India. Hari Singh memilih
bergabung ke India karena ingin mempertahankan kekuasaannya di Kashmir tanpa
persetujuan rakyatnya. Hal ini seperti yang ditulis oleh Soepratignyo (1994:49) jika
Maharaja Kashmir, Hari Singh, meminta perlindungan atas negaranya kepada India
dengan mengabungkan Kashmir kepada India pada 24 Oktober 1947. Selain itu, bagi
agama Hindu, Kashmir adalah tempat yang bersejarah. Jhati orang India selalu terikat
olehnya. Kashmir adalah tanah yang indah sekali dan kaya, Nehru sendiri adalah
keturunan brahmana dari Kashmir (Soepratignyo, 1994:48).
4. Faktor Geografis
Hampir semua sumber-sumber sungai-sungai di Pakistan terletak di Kashmir.
Bangunan-bangunan pengairan Pakistan tergantung dari padanya. Letak Kashmir sangat
strategis bagi Pakistan. Geografis Kashmir merupakan tanah hulu dari Pakistan. Semua
lembah disela-sela bukit-bukit menuju Pakistan. Semua jalan maupun hubungan-
hubungan lain hanya menuju ke Pakistan. Jika musuh menduduki Kashmir berarti

5
Pakistan terbuka baginya. (Soepratignyo, 1994:48). Letak Kashmir strategis bagi India.
New Delhi letaknya didekatnya. Satu-satunya jalan masuk India dari barat laut (dari Rusia
atau Asia Tengah dan Afganistan), ialah melalui Khyber-pass dan Kashmir penting untuk
menguasai jalan itu.

B. Kronologi Konflik Kashmir


Bibit konflik India Pakistan bermula pada tahun 1941, yaitu ketika Gulab Singh
dan penggantinya menguasai Kashmir. Dan pada sensus tahun 1941, wilayah Kashmir
memiliki jumlah penduduk sebesar 4.021.698 orang, serta 3.101.247 diantaranya adalah
beragama Muslim. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pada wilayah yang bergejolak di
Kashmir, 94% penduduknya beragama Muslim (Hadi, 2011).
Kashmir terletak di India Utara, dimana pada masa pemerintahan Maharaja Hari
Singh, wilayah tersebut dibagi menjadi 4 provinsi. Provinsi-provinsi yang dimaksud
adalah Azad Kashmir (Northern Areas), Kashmir Valley, Jammu, dan Ladakh. Setelah
kekuasaan dari Maharaja Hari Singh berakhir, wilayah tersebut dibagi lagi menjadi
beberapa bagian. Azad Kashmir lebih memilih untuk memplokamirkan diri menjadi salah
satu bagian dari negara Pakistan, sebagian wilayah dari Ladakh yang bernama Aksai Chin
diduduki oleh Cina, sedangkan sisanya berupa Kashmir, Jammu, dan Ladakh menjadi
bagian dari negara India.
Dari wilayah-wilayah yang masuk ke India dibagi lagi menjadi beberapa distrik.
Jammu dibagi menjadi 6 distrik, Kashmir menjadi 6 distrik, serta wilayah Ladakh menjadi
2 distrik. Ladakh merupakan sebuah wilayah dimana hampir seluruh bagian wilayahnya
adalah pegunungan dan berpenduduk jarang, dari wilayah teresbut ada 79% penduduk
mayoritas Islam dan sebagian sisanya adalah kaum minoritas Buddha yang tinggal di
perbatasaa-perbatasan dengan Tibet. Daerah Kashmir, merupakan daerah yang terletak di
lembah dengan penduduk mayoritas Muslim (93% dari jumlah penduduk) dan terkenal
karena mata penacaharian penduduknya rata-rata adalah petani yang masuk dalam
golongan masyarakat paling miskin serta tertindas di India. Selanjutnya adalah Jammu,
wilayah yang memiliki tanah subur di bagian timur serta tanah bebatuan pada wilayah
bagian barat. Mayoritas masyarakat dari distrik Jammu adalah Muslim sebanyak 53%
dari keseluruhan penduduk. Sisanya adalah pemeluk agama Hindu dan Sikh.
Pada tahun 1941 rakyat Kashmir bangkit melawan kekuasaan Penguasa Kashmir.
Hal ini dipicu oleh sikap penguasa yang terkenal dengan kekejamannya, terutama pada
saat proses penumpasan pemberontakan yang terjadi pada tahun 1931. Kemudian pada

6
tahun 1932, Sheikh Abdullah membentuk sebuah partai politik di Kashmir yang dikenal
dengan the Jammu & Kashmir Muslim Conference (yang kemudian dirubah namanya
menjadi National Conference pada tahun 1939).
Dan pada akhirnya, pada tahun 1934, penguasa Kashmir melunak sehingga beliau
memberi kesempatan kapada rakyat untuk berdemokrasi namun secara terbatas, yaitu
dengan didirikannya DPR. Namun, rakyat tetap bersikeras untuk tetap memperjuangkan
keinginannya, yaitu keinginan untuk lepas dari kekuasaan Penguasa Kashmir. Kemudian
berdasarkan instrument pembagian India, penguasa wilayah diberikan pilihan untuk
menentukan kemana mereka akan bergabung, ke India atau Pakistan. Namun, mereka
disarankan untuk menjadi wilayah tersendiri, hal ini sesuai dengan mempertimbangankan
wilayah geografi dan masalah etnik.
Perang India-Pakistan, merupakan perang yang terjadi sejak bulan Agustus 1947,
perang ini terjadi antara India dengan Pakistan. Peristiwa ini memiliki empat kejadian
perang, tiga diantranya merupakan perang utama dan yang lainya merupakan perang kecil
yang terjadi dianyara kedua Negara. Tiap kasus perang yang terjadi, penyebab utamanya
ialah perebutan wilayah Kashmir, kecuali perang yang terjadi antara India-Pakistan pada
tahun 1971 yang disebabkan oleh masalah wilayah Pakistan Timur.
Perang India-Pakistan yang pertama terjadi pada tahun 1947. Perang tersebut
ditandai oleh Pakistan merebut 1⁄ wilayah Kashmir (Pakistan mengklaim Kashmir
3

sebagai wilayahnya) dengan bantuan Pashtun. Hindu dan Sikhs dihilangkan dari Kashmir
Pakistan. India membalas dengan mengirim pasukan ke Gurdaspur.
Sultan Hari Singh, pemimpin wilayah Kashmir kala itu, membuat Standstill
Agreement dengan Pakistan untuk menjamin keberlangsungan hubungan perdagangan,
perjalanan, dan komunikasi. Namun, ketika akan mengadakan perjanjian yang sama
dengan India, Pakistan memutuskan hubungan tersebut dan melakukan invasi ke
Kashmir. Untuk menghadapi Pakistan, Hari Singh meminta bantuan India dan
menadatangani Instrument of Accession pada 26 Oktober 1947, yang berisi kesepakatan
untuk menjadi bagian dari negara India (Matondang, 2014).
Permintaan pengabungan ini karena di Kashmir telah terjadi pemberontakan-
pemberontakan bersenjata, lalu India mengirimkan pasukan bersenjata dan berhasil
mengusir pemberontak keluar India Pakistan memprotes pendudukan militer India
terhadap Kashmir tersebut, karena pakistan juga menginginkan daerah Kashmir masuk
kedalam wilayahnya. Gubernur Jenderal Lord Mountbatten menerima penggabungan itu

7
dengan syarat bila keadaan telah pulih akan dimintakan persetujuan rakyat melalui
plebisit (Suwarno, 2012:183).
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi pada 13 Agustus 1948,
yang membagi Jammu dan Kashmir menjadi dua wilayah, untuk Pakistan dan India. Pada
tahun 1952, India memberikan hak khusus kepada Kashmir untuk menggunakan symbol-
simbol tertentu di wilayahnya, termasuk memasang bendera. Di dalam Perjanjian Delhi
yang disepakati pada tahun 1952, Sadari Riyasat dipilih oleh parlemen India dan disetujui
Presiden India. Hal ini menunjukkan mendorong Pakistan melakukan serangan pada
tahun 1965.
Perang India-Pakistan kedua terjadi pada tahun 1965, dimana pasukan Pakistan
berusaha memasuki teritori Kashmir India untuk memicu pemberontakan oleh Kashmir.
Rencana ini gagal dan penyusup dapat ditemukan, sehingga India membalas hal ini.
Perang ini diakhiri dengan gencatan senjata, dan India dapat merebut sedikit teritori
Pakistan. Perang kedua ini dihentikan pada tahun 1966 dengan diadakannya Perundingan
Tashkent. Tetapi lima tahun kemudian yakni di tahun 1971 mereka kembali bertempur,
kali ini karena sengketa soal wilayah Pakistan Timur. Saat terjadi perang saudara antara
Pakistan Barat dan Timur, India terlibat karena diketahui memberi dukungan penuh
kepada Pakistan Timur. Perang berakhir dengan kemerdekaan Pakistan Timur yang
berubah nama menjadi Bangladesh pada tanggal 26 Maret 1971. Hal itulah yang menjadi
faktor kedua yang memperburuk hubungan kedua Negara yakni campur tangan India
terhadap masalah internal Pakistan. Peperangan tahun 1971 tersebut kemudian mereda
setelah diadakannya Perjanjian Simla di Ibukota negara bagian Punjab, Simla pada 2 Juli
1972.
Perang India-Pakistan tahun 1999, juga disebut "Perang Kargil". Tentara Pakistan
dan beberapa pemberontak Kashmir merebut pos tentara India. India membalas dan
merebut kembali pos itu. Tekanan internasional terhadap Pakistan membuatnya mundur.
Perang berakhir dengan India merebut Kargil dan isolasi diplomatik Pakistan.
Amerika Serikat sebagai negara adidaya, memiliki tingkat pressure yang sangat
kuat, sehingga mampu menundukkan mantan Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif.
Dalam pernyataanya, Nawaz Sharif menjanjikan akan menarik pasukan Pakistan dari
wilayah Kashmir. Tentu saja pernyataan Sharif tersebut mendapat tanggapan keras, baik
dari para pejuang Kashmir maupun dari masyakat Pakistan. Dus, akhirnya Nawaz Sharif
terguling dalam sebuah kudeta tak berdarah yang dipimpin Jenderal Pervez Musharraf,
pertengahan Oktober 1999.

8
Menghadapi berkuasanya militer di Pakistan, India semakin menguatkan
pasukannya di Kashmir. Mereka mengantisipasi makin gencarnya dukungan Pakistan
terhadap pejuang Kashmir. Sementara, Jenderal Pervez Musharraf dalam sebuah
wawancara dengan BBC hanya menyatakan pasukannya cuma berjaga-jaga di perbatasan
untuk mengantisipasi gerakan dari pasukan India.
Pada awal Abad 21 Masehi, India menyerang Kashmir untuk melawan teroris
yang diduga memasuki wilayah Kashmir. Selain itu, India juga mengira bahwa Pakistan
membantu teroris memasuki wilayah Kashmir. Pada Maret 2003, teroris, yang diduga
bekerja sama dengan Pakistan, membunuh 24 orang beragama Hindu. Peristiwa tersebut
nyaris membuat perang nuklir terjadi antara India dan Pakistan. Konflik Kashmir semakin
meruncing ketika pada tahun 2004, Bharatiya Janata Party (BJP) menyatakan bahwa India
adalah negara Hindu.
Berbagai upaya penyelesaian telah dilakukan namun sangat sulit mencari
penyelesaian konflik karena begitu kompleksnya permasalahan. Faktor primordial
menyebabkan masing-masing pihak cendrung bersikap irasional, apalagi konflik tersebut
diperburuk dengan campur tangan negara-negara besar seperti AS, China dan Rusia yang
kepentingannya bertolak belakang bagi penyelesaian konflik tersebut (Dharmawan, tt).

C. Tokoh Yang Berpengaruh Dalam Persengketaan Kashmir


Beberapa tokoh yang berperan dalam konflik India-Pakistan, utamanya dalam
persengketaan Kashmir, antara lain sebagai berikut.
1. Sheikh Mohammad Abdullah
Pendiri organisasi politik yang bernama Yammu and
Kashmir National Conference pada tahun 1938. Organisasi
politik ini mempersiapkan suatu program seperti
pembaharuan-pembaharuan politik dan rancangan ekonomi
dalam naskah undang-undang dasar. Gerakan ini juga
menginginkan suatu negara sendiri yang bebas dari
kekuasaan Maharaja Hari Singh. Untuk menghindari suatu
konflik, pada bulan agustus 1947 Maharaja Hari Singh
membuat suatu standstill agreement dengan Pakistan, yaitu
suatu persetujuan dimana kepengurusan mengenai jalan
Gambar 2.1 Sheikh
kereta api, jawatan pos, dan beacukai diurus oleh pemerintah. Mohammad Abdullah

9
Meskipun nanti akhirnya Hari Singh tidak menepati janji dan membuat keadaan menjadi
lebih tambah kacau hingga saat ini.
2. Maharaja Hari Singh
Beliau adalah raja yang menguasai wilayah
kepangeranan di anak benua India, yaitu di daerah lembah
Himalaya yang disebut dengan Kashmir. Dia adalah Hindu,
meskipun penduduknya mayoritas adalah Muslim. Akar
permasalahan yang ada pada Kashmir hingga kini adalah
kecondongan dia untuk lebih mendekat kepada India
daripada Pakistan. Hari Sigh tidak mempertimbangkan
aspek geo-sosial masyarakatnya yang mayoritas Muslim.
Akibatnya di Kashmir banyak sekali diskriminasi yang
diterima pihak Muslim. Selanjutnya mengakibatkan

Gambar 2.2 Maharaja pemberontakan-pemberontakan dari rakyatnya sendiri.


Hari Singh
3. Gubernur Jenderal Mounbatton
Ia merupakan raja muda India terakhir sekaligus gubernur jenderal India pertama.
India berdiri sebagai republic yang merdeka saat
pemerintahan ada ditangannya pada tahun 1950. Dia
bersama dengan perdana menteri Nehru menyatakan
bahwa penggabungan Kashmir adalah bersifat
sementara. Pernyataan itu maksudnya adalah masa
depan Kashmir akan ditentukan sesuai dengan
kehendak rakyat negara itu melalui peblisit. Tetapi
menurut Mountbatton, peblisit itu dapat dilaksanakan
apabila keamanan, hukum, dan tata tertib telah normal
kembali. Gambar 2.3 Gubernur
Jenderal Mounbatton
4. Jawaharlal Nehru
Nehru merupakan perdana menteri India yang pertama yang dipilih oleh partai
kongres India. Dia dijuluki pandit Nehru (pandit dalam bahasa sansekerta berarti
‘sarjana’, ‘guru). Dia bersama dengan Mountbatton mendatangi pertemuan antara
gubernur jenderal dan para perdana menteri India dan Pakistan. Dia juga yang akhirnya

10
tidak menyetujui peblisit mengenai pembagian Kashmir
antara India dengan Pakistan. Inilah yang memicu
peperangan antara kedua negara tersebut hingga kini.

5. Liaquat Ali khan


Beliau merupakan
perdana menteri pertama
Gambar 2.4 Jawaharlal Pakistan sekaligus tangan
Nehru
kanan Ali Jinnah dalam
memperjuangkan Pakistan dan hak-hak rakyat Kashmir
yang mayoritas muslim. Dialah yang berusaha melobi
perdana menteri Nehru untuk menyelesaikan pembagian
India dan Kashmir secara baik-baik, namun Nehru malah
menyerahkan persoalan tersebut kepada PBB. Gambar 2.5 Liaquat Ali
Khan
D. Usaha-usaha Yang Dilakukan Untuk Meredam Persengketaan Kashmir
Upaya adanya proses penyelesaian konflik dari kedua negara sebenarnya sudah
mulai dilakukan sejak pertama kali konflik diantara keduanya berlangsung. Dimulai dari
konflik pada akhir bulan Agustus bersambung ke awal bulan September terjadi
pemberontakan di provinsi Poonch dan puncaknya pada 24 oktober 1947, dimana terjadi
keresahan sosial berupa tindakan pemecatan pada tentara-tentara yang berasal dari
masyarakat Poonch dan kemudian menggantikannya dengan tentara yang berasal dari
warga masyarakat Hindu dan Sikh.
Sebelumnya, pada tanggal 21 Oktober 1947, Sheikh Abdullah telah memberikan
imformasi kepada media massa dan pers yang terdapat di New Delhi yang menyatakan
bahwa masyarakat dai wilayah Kashmir menyatakan diri untuk merdeka sebelum adanya
penggabungan namun orang-orang Pathan yang sudah bersenjata lengkap telah menyerbu
ibu kota Kashmir sehingga tepat tanggal 26 Oktober 1947. Hari Singh memilih untuk
meminta bantuan dari India untuk mempertahankan Srinagar. Untuk meredakan konflik
dan menghindari adanya konflik yang berkepanjangan, maka pemerintahan Pakistan
mengambil inisiatif untuk mengadakan pertemuan antara gubernur jenderal dan para
Perdana Menteri baik dari pihak India maupun Pakistan. Pertemuan teresbut diadakan di
Lahore pada tanggal 1 November 1947. Dari pertemuan antara kedua belah pihak didapat
kesepakatan mengenai ide sebuah plebisit di bawah pengawasan badan PBB.

11
Menindaklanjuti ide plebisit, maka pada desember 1947, kepala staf gubernur jenderal
India brnama Lord Ismay berhasil merumuskan persoalan dan menyatukan pendapat dari
kedua belah pihak dengan bantuan dari V.P Menon dan Mohammad Ali yang nantinya
akan diajukan dalam pertemuan-pertemuan di New Delhi sebagai tindak lanjut
penyelesaian konflik. Secara garis besar, rumusan persoalan teresbut berisi mengenai:
a. Pakistan akan berusaha untuk membujuk anggota pemberontakan pasukan dari Azad
Kashmir guna menghentikan perang dan penyerang lain dari suku-suku bangsa yang
ikut berperang di dalamnya untuk mengundurkan diri dari wilayah Kashmir.
b. India akan menarik kemabali induk pasukannya, dan yang tertinggal hanya kekuatan
kecil guna tetap menjaga keamanan.
c. PBB akan diminta untuk mengirimkan suatu komisi yang fungsinya untuk
mengadakan sebuah plebisit dan memberikan jalan tengah serta nasehat kepada pihak
india, pakistan, dan kashmir.
d. Plebisit haruslah benar-benar bebas dan adil. Maka, untuk menindaklanjutinya
tahanan-tahanan politik haruslah dibebaskan, para pengungsi dikembalikan ke tempat
asalnya dan hukum sudah seharusnya di tegakkan. Pembicaraan tersebut akhirnya
tercipta pada tanggal 11 desember 1947.
Namun nyatanya, ide plebisit tersebut tidak pernah telaksana. Kemudian, ada juga
penyelesaian konflik berupa perundingan-perundingan inter-dominion yang paling
berhasil diantara beberapa konferensi adalah justru perundingan yang dilakukan oleh para
pegawai sipil dan ahli tehnik daripada yang dilakukan oleh para mentri dari kedua belah
pihak. Dari kesepakatan yang di dapat adalah adanya peraturan yang sudah disepakati
bersama, demikian pula mengenai adanya pemeriksanaan atas penumpang dan
pengangkutan-pengangkutan barang. Ada juga kelonggaran-kelonggaran bersama untuk
membetulkan alat-alat kereta api yang sedang berjalan telah diatur. Kemudian ada pula
kesepakatan mengenai pemberian bahan-bahan mentah oleh Pakistan pada India dan
barang-barang pabrik oleh India ke Pakistan tidaklah berjalan dengan buruk, namun
secara keseluruhan apa yang telah disepakati sesuai dengan yang diharapkan.
Selanjutnya, ada juga Konferensi Calcutta pada April 1948. Pada pertemuan
antara kedua negara dimana saling bertemu dan yang menjadi delegasi dari pihak Pakistan
adalah Ghullam Muhammad. Dalam rundingan tersebut, telah ditetapkan beberapa pokok
politik yang penting, yaitu disetujuinya kaum minoritet-minoritet dari kedua belah pihak
dominion untuk mendapatkan hak politik, kebudayaan, ekonomi, dan keagamaan yang
penuh dan kewajiban untuk saling menjaga kaum minoritas masing masing terletak pada

12
pemerintahan dominion dimana mereka menetap, dan selanjutnya akan didirikan badan-
badan minoret provinsi yang bertujuan untuk menjaga kepentingan mereka. Perdana
Mentri dan sekretaris kepala dari setiap bagian akan mengadakan sidang setiap bulannya
guna membicarakan masalah-masalah minoret. Setiap dominion juga harus berjanji akan
menghambat propaganda yang menganjurkan pergabungan antara india dan pakistan atau
bagian-bagiannya.
Kegagalan dalam melaksanakan plebisit justru semakin membuat Kashmir terus
bergolak hingga 1977. Selama jangka waktu 1954-1977 hubungan antara kedua negara
tersebut terus bergolak, bahkan tidak pernah sepi dari aksi demonstrasi, pemogokan,
maupun aksi boikot, bahkan seringkali disertai dengan adanya aksi teror maupun sabotase
dan kekerasan. Bahkan, di tahun 1965 persoalan mengenai Kashmir mengakibatkan
kembalinya perang terbuka antara kedua negara. Namun, perang teresbut berakhir dengan
dicapainya sebuah kesepakatan antara India-Pakistan yang menyatakan akan ditariknya
semua pasukan bersenjata dari kedua belah pihak dengan waktu paling lambat 25 februari
1966. Persetujuan teresbut juga berisi mengenai dibaginya wilayah Kashmir menjadi 2
bagian. Bagian yang pertama adalah Azad Kashmir dan Northern Territory menjadi
wilayah dari Pakistan, sedangkan bagian yang kedua meliputi Kashmir Valley, Jammu,
dan Ladakh di bawah kekuasaan India.
Untuk menghentikan peperangan yang terjadi antara India dan Pakistan di wilayah
Kashmir, PBB mengirimkan utusannya yang bernama Sir Owen Dixon. Naskah
kesepakatan, yang dibawa oleh Dixon, dinamai Dixon Plan. Di dalam naskah kesepakatan
itu dinyatakan bahwa jalan terbaik untuk penyelesaian konflik Kashmir adalah
referendum. Namun, naskah tersebut ditolak oleh India dan Pakistan. Pada kesempatan
yang lain, PBB mengirimkan Frank Graham dan Gunhar Jarring untuk menyampaikan
hal yang sama. India dan Pakistan kembali menolak perjanjian tersebut.
Pada tahun 1972, Pakistan dan India menyepakati Perjanjian Shimla. Kedua
negara bersepakat untuk melakukan negosiasi bilateral dalam keadaan damai dan
menghormati Line of Control yang dibentuk pada Desember 1971 (Matondang, 2014).
Setelah itu, memasuki era tahun 1977 dimana konflik menjadi sedikit mereda.
Meredanya konflik tersebut terjadi selama rentang waktu 7 tahun, yaitu antara tahun
1977-1984. Redanya konflik yang terjadi juga ada hubungannya dengan adanya
Perjanjian Simla yang ditandatangani oleh pihak India dan Pakistan pada tahun 1972
dimana dalam perjanjian didalamnya terdapat salah satu poin yang menyatakan bahwa
adanya pembagian wilayah Kashmir serta konflik mengenai Kashmir akan diselesaikan

13
oleh kedua belah pihak sendiri. Faktor lain yang menyebabakan konflik sedikit mereda
adalah adanya keyakinan bahwa demokrasi akan berjalan di Jammu dan Kashmir dimana
tuntutan rakyat Kashmir akan terpenuhi lewat prosedur yang demokratis. Keyakinan
tersebut tumbuh berkat adanya pemilu tahun 1977 yang menandai berakhirnya
pemerintahan darurat Indira Gandhi, AJKNC meraih kemenangan di Jammu dan Kashmir
dengan mengalahkan partai-partai nasional yang besar. Keyakinan rakyat Jammu dan
Kashmir hamper kembali meningkat ketika tahun 1983 partai Kongres kalah dalam
pemilu lokal di Jammu dan Kashmir. Faktor domestik lainnya yang menunjang
meredanya konflik adalah kepemimpinan politik di tangan sipil yang berlangsung baik
dan jujur serta tidak banyak dicampuri pemerintah pusat New Delhi. Kondisi politik ini
menjadi iklim yang baik bagi sector ekonomi dan perdagangan, khususnya pariwisata
yang menjadi andalan Jammu dan Kashmir. Konsekuensinya adalah warga Jammu dan
Kashmir bisa menikmati kemajuan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup.
Setelah melewati masa redanya konflik, selama 57 tahun mulilah terjadi kemelut
kembali. Bahkan, kemelut tersebut justru mengganggu kemajuan hubungan antar kedua
negara yang mana keduanya sama-sama tergabung dalam organisasi SAARC (South
Asian Association of Regional Cooperation). Kemelut tersebut dapat teratasi dengan
adanya kesepakatan gencatan senjata awal tahun 1949, menyusul perang pertama pada
tahun 1947, hubungan antara kedua negara kembali memburuk. Ketegangan mencapai
klimaks pada September 1965 ketika pasukan India dan Pakistan kembali dikerahkan ke
medan perang. Kesepakatan damai akhirnya ditandatangani pada tahun 1966, tetapi lima
tahun kemudian, tahun 1971 mereka kembali bertempur, kali ini karena sengketa soal
wilayah Pakistan Timur, yang kemudian menjadi Bangladesh. Perdamaian terjadi lagi
pada tahun 1972, yang diikuti masa tenang yang relatif panjang, hingga dilakukannya
berbagai kegiatan uji coba rudal nuklir di kedua negara, yang dimulai pada dekade 1990-
an. Tahun 1985 Negara-negara di Asia Selatan, membentuk organisasi internasional
regional Asia Selatan atau SAARC ( South Asian Association of Regional Cooperation),
dimana India dan Pakistan adalah anggota dari organisasi ini. Dan konflik yang terjadi
antara India dan Pakistan menjadi agenda SAARC untuk ikut membantu
menyelesaikannya yaitu sebagai mediator dari India dan Pakistan.
Berlanjut pada tahun 2004 dimana kedua negara mengadakan perundingan
melalui wakil-wakilnya. Sebelumnya, selama 2 tahun berturut-turut dari kedua belah
pihak negara tidak mau saling bertegur sapa antara satu sama lain. Sampai akhirnya pada
tanggal 3 Januari, Perdana Menteri India yang bernama Atal Behari Vajpayee mulai

14
melangkah menuju kursi perdamaian. Memang resminya dari datangnya perdana menteri
india adalah untuk menghadiri KTT tahunan dari SAARC di Islamabad, namun tujuan
sebenarnya adalah lebih condong untuk memulai kembali usaha perdamaian antara
keduanya yang mana pada pertemuan terakhir dari kedua negara di tahun 2001 tidak
menemui titik temu sama sekali.
Tanggal 5 Januari, Perdana Mentri Vajpayee dan Presiden Pakistan Pervez
Musharraf melakukan pertemuan bilateral. Ini merupakan pertemuan historis, yang
merupakan langkah awal dimulainya kembali usaha perdamaian di antara kedua negara
utama di Asia Selatan. Pertemuan ini membuahkan kejutan yang menyegarkan, yaitu
berupa kesepakatan di antara kedua pemimpin untuk memulai dialog menyeluruh.
Vajpayee dan Musharraf juga sama-sama berkeyakinan bahwa proses perundingan itu
pada akhirnya juga akan menyelesaikan konflik Kashmir, yang sudah berlangsung selama
lebih dari setengah abad dan merupakan sumber utama perselisihan antara India dan
Pakistan yang sama-sama bersenjata nuklir.

E. Pengaruh Konflik Persengketaan Terhadap Kehidupan Masyarakat Kashmir


Dengan adanya konflik Kashmir yang terjadi sebenarnya adalah bermula dari
pembagian anak Benua India oleh pemerintahan Inggris menjadi dua Negara Dominion,
yaitu India dan Pakistan. Dalam hal ini yang pastinya ada beberapa hal yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan Masyarakat yang ada pada saat itu. Setelah terjadinya
integrasi, konflik India dan Pakistan bukan berarti sengketa antara keduanya selesai.
Namun, sengketa tersebut terjadi dan semakin meningkat seperti sengketa India dan
Pakistan memperebutkan Kashmir dan sama-sama dan sama-sama mengakui bahwa
Kashmir adalah bagian dari wilayah mereka. Dalam sengketa tersebut sama-sama ingin
memperebutkan dan melakukan tindakan supaya mendapatkan Kashmir. Akan tetapi
justru tindakan yang di lakukan tidak menemukan titik terang akan status Kashmir, malah
berjuang pada konflik berkepanjangan dan perang. Seperti ketika keduanya melakukan
tindakan yang merupakan ancaman bagi kedua pihak (India - Pakistan), ditutupnya
saluran sumber air oleh India yang telah lama di gunakan oleh masyarakat Pakistan untuk
kehidupan pertaniannya dengan cara membangun sejumlah kanal dan hidroelektrik
sehingga mengurangi jumlah air yang di alirkan ke daerah pertanian Pakistan. Sehingga
dapat menghambat kehidupan pertanian sekaligus sumber pokok dalam kehidupan
mereka.

15
Selain itu pula persengketaan Kashmir juga membawa dampak buruk bagi
psikologi anak dan wanita. Mereka selalu diliputi oleh rasa ketakutan yang luar biasa,
karena lingkungan mereka tidak menjamin akan keselamatan mereka. Konflik Kashmir
juga berujung pada kematian ribuan masyarakat tak berdosa yang menjadi korban
peperangan India-Pakistan. Tindakan-tindakan semacam ini akan membentuk trauma
tersendiri bagi masyarakat Kashmir.
Pemerintah India (Hindu) telah melakukan pemusnahan terhadap bangsa Kashmir
secara sistematis melalui penculikan, penahanan, penyiksaan, pemerkosaan,
pembunuhan, pembakaran dan pengrusakan. Berdasarkan sumber yang dapat dipercaya,
antara Januari 1990 sampai Desember 1992, 26.000 orang Kashmir yang terbunuh oleh
tentara India, 60.000 orang yang terluka ringan dan berat. Selain itu, sekitar 4000 lebih
wanita diperkosa, 200 wanita meinggal, 1700 orang dibakar hidup-hidup, 9000 rumah
dibakar dan dihancurkan, serta 40.000 orang dipenjarakan di kamp-kamp yang didirikan
di berbagai tempat di Kashmir (Santoso, 2007).
Perlakuan India terhadap kaum Muslim Kashmir, tak ubahnya seperti perlakukan
Israel terhadap kaum muslim Palestina, yakni represif total. Kampanye anti kelompok
Islam semakin meningkat di seluruh India. “Usir, Bakar dan Bunuh” dan “India orang
Hindu” adalah semboyan setiap orang Hindu di India yang ditujukan kepada golongan
muslim. Target mereka adalah ingin memusnahkan kelompok-kelompok muslim dari
wilayah itu (Santoso, 2007).
Dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM), kebebasan masyarakat Kashmir dalam
menjalankan kegiatan keagamaan sangat dibatasi bahkan ditentang, karena mayoritas dari
mereka beragama Islam. Hal ini pula yang menjadikan masyarakat memiliki ruang gerak
yang sangat sempit dalam mengekspresikan diri mereka untuk melaksanakan upacara
keagamaan yang sewajarnya. Dihancurkannya infrastruktur mereka sebagai fasilitas
kehidupan, menjadikan hidup mereka semakin tertekan. Karena kurangnya fasilitas dan
bantuan menyebabkan taraf hidup masyarakat Kashmir jauh dari garis kelayakan.

16
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akar permasalahan konlik India-Pakistan dalam persengketaan Kashmir bermula
dari pembagian subcontinent dalam dua wilayah yang masing-masing diduduki oleh
kaum Islam dan Hindu, yakni India sebagai tempat bermukimnya kaum Hindu dan
Pakistan sebagai tempat kaum Islam. Wilayah Kashmir dinilai menjadi wilayah yang
saling menguntungkan oleh kedua belah pihak, hingga menyebabkan wilayah Kashmir
menjadi wilayah yang saling diperebutkan oleh India dan Pakistan. Kashmir yang
mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, memiliki pemimpin Hindu yang
bernama Hari Singh. Dan oleh karena itu, konflik Kashmir bermula.
Peperangan yang berlangsung antara tahun 1947 hingga 1972 menyebabkan
wilayah Kashmir begitu bergejolak. Usaha delegasi penyelesaian konflik terus-menerus
dilakukan oleh pihak ketiga seperti PBB dan SAARC, disamping itu pula tindakan-
tindakan penyelesaian konflik juga diupayakan oleh tokoh-tokoh pembesar India maupun
Pakistan. Namun, upaya-upaya tersebut masih belum menunjukkan meredanya konflik.
Akibat dari peperangan yang terus menerus meletus di wilayah Kashmir menyebabkan
trauma tersendiri bagi warganya. Rusaknya bangunan dan kematian ribuan masyarakat
akibat perang adalah bukti bahwa persengketaan Kashmir merupakan bentuk konflik
yang sangat pelik.
B. Saran
Dengan begitu kerasnya konflik yang terjadi antara India-Pakistan, utamaya
dalam persengketaan Kashmir, membuat dunia Internasional begitu miris menyaksikan
kekejaman yang terjadi di Kashmir. Upaya-upaya penyelesaian Konflik Kashmir secara
bilateral dan damai ataupun secara arbitrasi diharapkan dapat dijalankan dengan baik agar
persengketaan yang begitu berlarut-larut dapat terselesaikan dengan baik hingga tak lagi
menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

17
DAFTAR RUJUKAN

Musidi, B. (Ed). 2012. India: Sejarah Ringkas Dari Prasejarah Sampai Terbentuknya
Bangladesh. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Soepratignyo. 1994. Sejarah Negara-Negara Asia Selatan Abad X-XX Masehi. Malang:
IKIP Malang.
Suwarno. 2012. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Symonds, Richard. 1950. Pembinaan Pakistan (volume 2). Terjemahan Sjafi’i R. Batuah.
1951. Jakarta: Balai Pustaka.
Dharmawan, Boy. Tt. Konflik India-Pakistan: Sengketa Wilayah Kashmir Tahun 1972-
1998. (Online), (http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=75333&lokasi-
=lokal), diakses 16 Februari 2015.
Hadi, Yasir M. 2011. Latar Belakang, Proses, dari Konflik Antara India dengan Pakistan
Hingga Saat Ini. (Online), (http://pensa-sb.info/wp-
content/uploads/2011/01/LATAR-BELAKANG-PROSES-DARI-KONFLIK.pdf),
diakses 16 Februari 2015.
Lestari, Dwi. 2011. Konflik Kashmir India dan Pakistan. (Online),
(http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/07/konflik-kashmir.html), diakses 9
Februari 2015.
Matondang, Erlinda. 2014. Analisis Konflik Kashmir. (Online),
(https://www.academia.edu/10779862/Analisis_Konflik_Kashmir), diakses 16
Februari 2015.
Santoso, Agus. 2007. Konflik Berkepanjangan di Kashmir. (Online),
(https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad
=rja&uact=8&ved=0CEUQFjAF&url=https%3A%2F%2Fagusmupla.files.word
press.com%2F2007%2F10%2Fkonflik-berkepanjangan-di-
kashmir.doc&ei=CYfhVLLIJJSouQS8poDoAQ&usg=AFQjCNH5FS4RjLqSjsMyk
oPD6ocndq6poA&sig2=7RWtfKccx88xotGrXhofqg&bvm=bv.85970519,d.c2E),
diakses 16 Februari 2015.
Sujatmoko, I. 2011. Seberkas Sejarah. (Online), (http://pendidikan
4sejarah.blogspot.com/2011/07/konflik-kashmir-html?m=1), diakses tanggal 17
Februari 2015.
Wikipedia. 2014. Liaquat Ali Khan. (Online),
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Liaquat_Ali_Khan), diakses 17 Februari 2015.
Wikipedia. 2015. Jawaharlal Nehru. (Online),
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Jawaharlal_Nehru), diakses 17 Februari 2015.

18
Wikipedia. 2014. Louis Mountbatton. (Online), (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Louis
_Mountbatton), diakses 17 februari 2015.

19

Anda mungkin juga menyukai