Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGARUH INOVASI TERHADAP USAHA KECIL DAN MENENGAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Ekonomi
Indonesia

Dosen pengampu:

Novy Anggraini, MM

Disusun oleh:

Kelompok II

Dzaniah Agistiani 2230821008

Hilmi Lisnawati 2230821010

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

FAKULTAS ADMINISTRASI DAN HUMANIORA

ADMINISTRASI BISNIS

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehediram yang mahakuasa yang telah memberi saya
kemudahan dan presisi dalam menyelesaikan kertas ini tgepat waktu. Saya
bersyukur kepada allah atas limpahnya perkenan-nya yang sehat, perkenan
jasmani maupun akal yang sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Pengaruh inovasi terhadap usaha kecil dan menegah”

Dari makalah ioni saya harap tugas ini akan memeberikan suau tambahan
ilmu bagi para pembacanya serta dapat dijadikan referensi bacaan dan menjadi
panduan dalam ilmu pengetahuan. Saya menyadari bahwa dari makalah ini masih
terdapat beberapa kesalahan sehingga didalamnya masih terdapat kesalaham. Oleh
karena itu, saya tidak menutup kritik serta saran dari para pembaca terhadap tugas
ini sehingga dapat memenuhi segala bentuk kesalahan dan kekurangan pada
makalah ini, Terima Kasih.

Sukabumi, 10 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan masalah ..................................................................................................4
C. Tujuan .....................................................................................................................4
BAB II ............................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN............................................................................................................... 5
A. Kemampuan Inovasi dan Kepemimpinan Kewirusahaan ...................................5
B. Kemampuan Inovasi dan Kinerja Bisnis ..............................................................7
C. Cara Menciptakan UKM Inovatif .......................................................................10
BAB III ............................................................................................................................ 15
PENUTUP....................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan .....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

UsahaKecil dan Menengah (UKM) memainkan peran penting bagi


negara, jelas dalam pembangunan keuangan dan modern di suatu negara.
Agar usaha kecil dan menengah (UKM) lokal berkembang dan memenuhi
permintaan pelanggan, mereka harus berinovasi. Tugas otoritas publik
adalah mengarahkan para visioner bisnis dalam membangun bisnis agar
dapat berjalan dengan baik. Inovasi, pemasaran, produk teknologi, dan
manajemen keuangan adalah beberapa masalah yang sering dihadapi para
homepreneur dan berdampak pada kinerja mereka.

Menurut Tengeh (2011), Usaha Kecil dan Menengah (UKM)


merupakan salah satu dari sekian banyak bisnis yang saat ini menjadi
sorotan yang tahan lama sebagai kebijakan ekonomi bagi bangsa.
Pemerintah Kecil dan Menengah (UKM) Inggris sangat siap untuk
menanggapi krisis jika bergabung dengan organisasi yang lebih besar;
Selain itu, sejumlah anggota UKMy juga bersiap menghadapi krisis.
Konsep ini berpotensi lebih mudah beradaptasi dan fleksibel dari jumlah
pelanggan yang lebih banyak karena faktor eksternal atau internal.

Kehadiran UKM di Indonesia dapat membantu meningkatkan


perekonomian Indonesia, terbukti dengan adanya krisis tahun 2017–2018.
UKM di Indonesia memberikan kontribusi sebesar 62,57 persen terhadap
PDB Indonesia (Produk Domestik Bruto), naik dari 60,34 persen pada
tahun 2016 dan 57 persen pada tahun 2017. 84% pada tahun 2015 (Bank
Indonesia, 2018). Menurut Munandar (2016), tidak demikian halnya jika
perhatian publik tertuju pada sektor perunggasan Indonesia. Menurut
Smith dan Reece (1999), istilah "keberhasilan ganda perusahaan"
didefinisikan sebagai "operasi kemampuan perusahaan" untuk tujuan
mencegah penyebaran identitas Amerika Serikat. Pendapat lain menurut

1
Wibowo (2008) adalah produk kerja yang memiliki kaitan dengan tujuan
organisasi yang strategis dan memberikan kontribusi ekonomi. Hal ini
didasarkan tentang Resource Advantage Theory of Competition (RAT)
76), dan Kemampuan Dinamis DC Teece.

Dalam hal keunggulan kompetitif, rata-rata kompetitif, atau kerugian


kompetitif, sumber daya perusahaan akan mempengaruhi posisi pasarnya,
menurut teori RAT. Presentasi moneter suatu organisasi akan dipengaruhi
oleh posisi pasarnya, apakah itu tidak tertandingi, normal atau kurang ideal
dibandingkan dengan organisasi lain di industri serupa. Dalam
menciptakan keunggulan bersaing tersebut diperlukan strategi inovasi agar
perusahaan dapat bersaing dalam lingkungan yang dinamis. Agar dapat
secara proaktif melakukan reposisi untuk mengatasi ancaman dan peluang
yang lebih baru, organisasi harus dapat terus melihat dan menangkap
peluang, serta secara berkala mengubah aspek budaya organisasi. Salah
satu cara untuk mewujudkannya adalah melalui inovasi.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan keunggulan


kompetitif, usaha kecil dan menengah (UKM) membutuhkan kesempatan
guna menciptakan sesuatu yang baru. Usaha kecil dan menengah (UKM)
memiliki harapan memperoleh pengetahuan baru dan mengembangkan
produk baru untuk mendapatkan akses ke pasar dan pelanggan baru di
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa inovasi berfungsi sebagai
fondasi di mana organisasi dibangun dan mempertahankannya (Hurley et
al., 1998).

Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya diukur dari


kinerjanya. Eksekusi adalah konsekuensi dari karya yang memiliki
kekuatan bidang yang serius untuk pengembangan barang, pengembangan
proses dan pengembangan administrasi sebagai penanda untuk
memperkirakan kemajuan pameran yang sebenarnya. Sejauh mana
perusahaan mampu memenuhi persyaratan dasarnya untuk bertahan hidup

2
dapat memberikan wawasan tentang kinerjanya secara keseluruhan.
Kapasitas untuk mengadaptasi atau mengubah konsep baru menjadi proses
atau produk baru adalah inovasi. Keberhasilan operasi usaha kecil dan
menengah (UKM) terkait erat dengan sejumlah inovasi produk, proses,
dan layanan. Inovasi dalam produk sama pentingnya, dan produk
pengusaha harus inovatif. Pengusaha harus merancang produknya sesuai
dengan preferensi pelanggan agar dapat diterima oleh pasar karena inovasi
digunakan untuk memenuhi permintaan.

Perusahaan sekarang menawarkan berbagai macam produk, dan


masing-masing memiliki kelebihan yang disesuaikan dengan persyaratan
tertentu. Sebagai konsumen, mereka akan memilih produk yang menarik
minat mereka dengan lebih hati-hati. Kemudian, para pelaku bisnis akan
berlomba-lomba untuk meningkatkan produk yang mereka hasilkan agar
pelanggan tertarik, dan perbaikan produk dilakukan untuk membuat
pelanggan datang kembali.

Proses memperkenalkan kegiatan sehari-hari atau metode produksi


baru dikenal sebagai inovasi proses. Perubahan dalam metode perusahaan
dalam memproduksi atau memberikan layanan dikenal sebagai inovasi
proses. Sejauh mana UKM mendapatkan keunggulan kompetitif melalui
inovasi layanan didefinisikan sebagai inovasi dimensi ketiga (Storey DJ et
al , 2016).

Pengusaha UKM memproduksi berbagai barang berkualitas tinggi. Ini


karena mereka ingin bersaing di pasar. Meski pelaku bisnis ini berada di
level UKM, namun mereka mempertimbangkan kualitas dan sudut
pandang kualitas sebelum produk yang mereka hasilkan akan diiklankan.
Kondisi pasar yang kompetitif merupakan hal yang tidak lepas dari
perhatian. Agar diminati di pasar, mereka harus bersaing satu sama lain
dan dengan perusahaan besar. Pembenaran bagi pengelola uang UKM
yang mempertimbangkan perspektif kualitas dan kualitas jelas salah

3
satunya karena kesadaran mereka terhadap pembeli dan calon klien yang
lebih khusus sebelum melakukan pilihan pembelian.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana kemampuan dan kepemimpinan kewirausahaan pada


usaha kecil dan menengah?
2. Bagaimana kemampuan inovasi dan kinerja bisnis pada usaha kecil
dan menengah?
3. Bagaimana cara menciptakan usaha kecil dan menengah inovatif?

C. Tujuan

1. Untuk menganalisa bagaimana kemampuan dan kepemimpinan


kewirausahaan pada usaha kecil dan menengah.
2. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan inovasi dan kinerja
bisnis pada usaha kecil dan menengah.
3. Untuk mengetahui cara menciptakan usaha kecil dan menengah
inovatif.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kemampuan Inovasi dan Kepemimpinan Kewirusahaan

Modal sosial secara fundamental mempengaruhi batas peningkatan UKM.


Dalam hal ini, keterkaitan tersebut menunjukkan bahwa UKM dengan modal
sosial yang kuat dapat meningkatkan kemampuan inovasinya. Dampak modal
sosial dapat didefinisikan sebagai pengembangan lingkungan yang inovatif
(Dakhli & Clercq, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan harus
berinteraksi dengan lingkungannya daripada berinovasi sendiri. Sebagai
organisasi formal dan informal, modal sosial sangat penting untuk
mendukung perkembangan organisasi, antara lain. Pertama-tama,
pembangunan sangat bergantung pada penyediaan informasi, khususnya di
bidang inovasi tinggi di mana hal ini benar adanya. Ikatan yang mengikat
individu di dalam dan di antara bisnis membentuk jaringan. Pertukaran
informasi difasilitasi, dibantu, dan dipercepat oleh ikatan ini, seperti halnya
biaya pencarian informasi.

Kedua, jaringan menciptakan efek sinergis dengan menyatukan ide,


keahlian, dan pendanaan yang saling melengkapi. Konsep dan ide kreatif
dihubungkan oleh jaringan. Selain daripada itu, jaringan menurut
Abrahamson & Rosenkopf (1997), membantu dan mempercepat penyebaran
inovasi selain memfasilitasi inovasi itu sendiri. Sebuah studi oleh Jafri et al.
(konsisten dengan temuan ini. Harjanti (2017), Huang dan Chen (2017), dan
Prihadyanti (2010) memaparkan bahwa proporsi sosial, mental, dan dasar
modal sosial secara tegas mempengaruhi batas kemajuan.

Pelaku usaha UKM juga harus mampu memanfaatkan teknologi untuk


memanfaatkan peluang dan persaingan pasar karena kemajuan teknologi saat
ini memegang peranan yang sangat penting dalam persaingan usaha.
Akibatnya, sebagian besar kepemimpinan wirausaha UKM harus diberikan

5
oleh orang-orang muda dengan gelar sarjana, yang akan mendorong UKM ini
untuk berinovasi.

Karena mereka lahir di era milenial, para pemimpin muda yang


berpendidikan saat ini memiliki kemampuan teknologi yang lebih besar. Ini
adalah kabar baik bagi usaha kecil dan menengah (UKM), yang umumnya
menggunakan inovasi dalam pekerjaannya. Pemanfaatan perangkat elektronik
seperti e-business, email, website, dan e-commerce, serta pemanfaatan
teknologi dalam kegiatan R&D dan produksi, merupakan contoh penerapan
teknologi yang dapat dimanfaatkan UKM. Salah satu cara usaha kecil dan
menengah (UKM) menggunakan teknologi untuk mendukung operasional
bisnis mereka adalah melalui penggunaan media sosial dan e-commerce
dalam promosi penjualan. Melalui inovasi bisnis yang terus menerus, Di era
yang serba tidak pasti saat ini, UKM dengan pemimpin wirausaha dapat
dengan cepat menerapkan strategi perusahaan. Menurut Fontana dan Musa
(2017), contoh inovasi organisasi antara lain penciptaan organisasi bisnis
yang produktif dan efisien melalui pengembangan metode produksi yang
lebih sesuai dengan tuntutan pasar, kewirausahaan yang adaptif, dan
kreativitas organisasi. Hal ini sejalan dengan temuan Shin dan Zhou (2007)
dan Bagheri (2017) yang menemukan bahwa kepemimpinan berdampak
positif terhadap inovasi organisasi di sektor UKM.

Modal sosial yang dimiliki UKM tidak menjamin pertumbuhan bisnis


yang cepat. Hubungan yang dimiliki perusahaan dengan pelanggannya sangat
penting untuk kinerjanya karena kesuksesan perusahaan bergantung pada
mereka. Tidak ada dampak signifikan pada setiap dan semua aspek modal
sosial kognitif, relasional, atau struktural. bisnis dan kepercayaan di antara
UKM dengan tujuan yang sama untuk memperluas bisnis mereka.

Kepemimpinan yang mengakui bagaimana informasi dapat dipecah dan


digunakan untuk menciptakan konteks sosial yang mendorong pengembangan
nilai dan pemecahan masalah di UKM dianggap sebagai kepemimpinan

6
kewirausahaan. Strategi yang berfokus pada eksplorasi digunakan oleh para
pemimpin wirausaha untuk menetapkan batasan dan tanggung jawab yang
sulit.

Pengabdian penting untuk pengembangan bisnis baru yang menghasilkan


penciptaan harga diri. Agar bisnis UKM dapat terus beroperasi, proses
penciptaan nilai ini sangatlah penting. Saat ini, banyak pengusaha muda di
Indonesia dan negara-negara lain yang aktif merintis dan mengembangkan
usaha kecil dan menengah. Mayoritas usaha kecil dan menengah dipimpin
oleh pengusaha muda berusia antara 20 dan 40 tahun. Penelitian Dush et al.
(2012) menemukan bahwa kepemimpinan wirausaha muda telah berhasil
mendorong persaingan ekonomi dan meningkatkan pembangunan daerah
dalam beberapa tahun terakhir. Kepemimpinan wirausaha kaum muda jarang
dipelajari secara rinci, dan kebijakan serta program sering bertujuan untuk
bersifat universal.

Saat ini, organisasi tampaknya mengembangkan orang yang memiliki


semua kapasitas dan kemampuan yang diperlukan untuk membantu bisnis
tidak disebut sebagai "bisnis". Temuan penelitian ini konsisten dengan
temuan Mgeni (2015) dan Matzler et al. 2008), dan Jagdale dan Bhola (2014),
yang mengidentifikasi area kekuatan dalam hubungan antara inisiatif
kewirausahaan dan pelaksanaan bisnis UKM. Dengan kata lain, kepemilikan
UKM atas kepemimpinan wirausaha akan berdampak lebih besar pada kinerja
UKM.

B. Kemampuan Inovasi dan Kinerja Bisnis

Kinerja bisnis secara signifikan dipengaruhi oleh kapasitas inovasi. Usaha


kecil dan menengah (UKM) memiliki potensi untuk mengembangkan
kemampuan inovasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses dan
produk baru yang lebih inovatif daripada yang ditawarkan oleh pesaing untuk
meningkatkan kinerjanya, baik secara finansial maupun non finansial.

7
Calantone dkk. menyatakan bahwa (2002) pelaksanaan bisnis UKM dalam
menghadapi persaingan saat ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan.

Agar usaha kecil dan menengah (UKM) menjadi lebih kreatif, mereka
harus mampu menerapkan metode baru dalam prosedur bisnis mereka.
Contoh dari metode ini termasuk bekerja sama dengan pihak ketiga untuk
mendapatkan informasi baru, membangun budaya peningkatan berkelanjutan
dalam organisasi, menentukan kualitas bahan baku produksi, dan proses
manufaktur yang sudah menggunakan teknologi mesin. Jika dibandingkan
dengan bisnis non-inovatif lainnya, mereka yang memiliki kemampuan
inovasi tinggi dapat membantu bisnis merespons dengan cepat peluang bisnis
yang ada dan memanfaatkan peluang produk dan pasar baru.

Investor dapat terus memberikan konsep inovatif dan kemampuan


beradaptasi kepada usaha kecil dan menengah melalui kegiatan
pengembangan, bahkan dalam persaingan yang ketat. Hal ini dilakukan
dengan maksud untuk mengurangi dampak risiko dan tantangan yang
dihadapi UKM akibat persaingan yang ketat. Temuan hasil penelitian ini
sejalan dengan Calantone et al. (Bowen et al. (2001), Jiménez & Valle
(2011), dan 2011), 2010), yang menunjukkan bahwa kapasitas inovasi
merupakan persyaratan penting untuk meningkatkan kinerja dan nilai
perusahaan.

Melalui kapabilitas inovasi, modal sosial memiliki dampak tidak langsung


terhadap kesuksesan bisnis. Artinya, pelaku usaha akan memiliki kapasitas
inovasi yang lebih besar akibat memiliki modal sosial yang kuat, sehingga
memungkinkan pelaku usaha memberikan dampak yang signifikan terhadap
kinerja UKM. Selain itu, Kapasitas inovasi bertindak sebagai mediator yang
komprehensif antara bagaimana modal sosial mempengaruhi kinerja
perusahaan dan pada akhirnya, kemampuan inovasi yang diperoleh UKM
melalui modal sosial berperan dalam peningkatan efisiensi mereka. Menurut

8
Cainelli et al., 2004) bisnis yang berinovasi lebih produktif dan efektif
daripada yang tidak.

Rajapathirana & Hui (2018) mengatakan bahwa usaha kecil menengah


(UKM) Akan lebih mudah untuk menemukan inovasi yang ada untuk inovasi
produk, proses, dan administrasi. Perkembangan Resource Based View
Theory dan Resource Advantage Theory, yang menjelaskan bagaimana bisnis
dapat memanfaatkan sumber daya organisasi untuk menciptakan persaingan
yang kompetitif, mendorong kapasitas inovasi sebagai mediator antara modal
sosial dan kinerja bisnis.

Jika dibandingkan dengan variabel moneter berguna lainnya, modal sosial


organisasi merupakan aset penting yang tidak akan pernah didevaluasi (non-
depreciable). Modal sosial biasanya bersifat dinamis, sehingga
memungkinkan untuk mendorong inovasi UKM dan meningkatkan kinerja
keuangan dan non-keuangan mereka. Belum pernah ada penelitian yang
melihat bagaimana kapabilitas inovasi berperan sebagai mediator antara
modal sosial dan kinerja bisnis. Namun, Tjahjadi dan Soewarno (2018)
menemukan bahwa kapasitas pengembangan berlangsung sebagai perantara
antara dampak kemampuan kemajuan pada berbagai faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan bisnis dan dampak administrasi gabungan posisi
sehubungan dengan pelaksanaan perusahaan baru Indonesia.

Pengaruh mediasi kapabilitas inovasi terhadap kinerja bisnis menunjukkan


bahwa kepemimpinan wirausaha memiliki pengaruh tidak langsung terhadap
kinerja. Ini menunjukkan bahwa inisiatif giat yang menarik dapat
membangun batas pengembangan organisasi, akibatnya memperluas
pelaksanaan bisnis UKM dan bekerja sebagai perantara penuh antara dampak
administrasi dan pelaksanaan bisnis.

Penggunaan Asset Based Hypothesis, Asset Benefit, dan Dynamic


Capacity sebagai premis hipotesis di tengah persaingan global yang luar biasa
dewasa ini, penelitian ini sangat cocok diterapkan pada bidang usaha kecil

9
dan menengah. Strategi utama yang harus ditekankan oleh usaha kecil dan
menengah adalah menambah nilai untuk mendapatkan keunggulan kompetitif
dengan mengembangkan sumber daya dan kemampuan untuk inovasi
organisasi. Pemimpin pemilik usaha kecil dan menengah harus kreatif, berani,
dan proaktif. Ini dapat digunakan sebagai modal oleh bisnis untuk
meningkatkan kemampuan inovasi mereka. Salah satu kualitas penting yang
harus dimiliki usaha kecil dan menengah (UKM) adalah kemampuan untuk
menciptakan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi terkini. Pemimpin
atau pengusaha muda dilibatkan dalam pengelolaan UKM.

C. Cara Menciptakan UKM Inovatif

Perusahaan dan organisasi tidak dapat maju atau berkembang tanpa


inovasi. Agar organisasi maju dan berkarya, organisasi harus diawasi secara
nyata. Ini disebut kemajuan para eksekutif. Pengelolaan inovasi dalam suatu
perusahaan, mulai dari tahap perencanaan hingga tahap implementasi,
merupakan subyek dari manajemen inovasi. Manajemen inovasi perusahaan
akan memungkinkan perusahaan untuk berhasil di pasar dan berkembang di
masa depan. Usaha kecil dan menengah (UKM) dapat meningkatkan
kapasitas inovasi mereka dengan bantuan manajemen inovasi.

Alat yang diperlukan untuk mengawasi proses inovasi di banyak UKM


masih kurang. Akibatnya, UKM harus memodifikasi beberapa aspek
perkembangan mereka dalam kerangka kerja dan siklus dewan untuk
memastikan bahwa kemajuan yang berkepanjangan dan pencapaian yang
kejam dapat dicapai. Dalam hal beradaptasi terhadap perubahan, inovasi
menjadi pusat perhatian. Karena biaya modal, usaha kecil dan menengah
biasanya sulit menerapkan inovasi yang dikembangkan oleh perusahaan
besar.

Namun, UKM harus terus berinovasi di berbagai bidang, termasuk inovasi


layanan, produk, dan proses. Agar usahanya dikenal oleh pasar, UKM harus
bersedia menonjol dari keramaian dengan menonjolkan individualitasnya. Ini

10
sama saja dengan membuat jebakan bagi perusahaan untuk jatuh dengan
asumsi Anda berusaha memenuhi satu titik tanpa mengeksplorasi potensi
yang ada atau menemukan potensi baru. Oleh karena itu, UKM yang inovatif
membutuhkan manajemen yang efektif. Selama pertumbuhan UKM, sejumlah
masalah signifikan sering muncul. Hasil UKM bergantung pada administrasi
yang terampil dari asosiasi pembangunan. Keterampilan manajerial yang
tidak memadai dan kurangnya sumber daya keuangan menghambat
pertumbuhan UKM dalam ekonomi pasar. UKM sering menghadapi dua
masalah ini di pasar ekonomi. Padahal, UKM membutuhkan bantuan dari
luar, terutama dalam bentuk natura.

Imajinasi dan kemajuan dalam bisnis adalah dua hal yang harus dimiliki
dan diciptakan dalam seorang pengelola uang untuk kemajuan. Karena
kreativitas itu sendiri yang melahirkan inovasi, keduanya sering dianggap
saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Kapasitas untuk
menghasilkan konsep baru dan perspektif baru tentang isu dan peluang
dianggap sebagai kreativitas. Sedangkan inovasi adalah kapasitas untuk
menerapkan solusi yang dihasilkan secara kreatif untuk masalah dan peluang
untuk perbaikan atau peningkatan. Perspektif baru seseorang terhadap suatu
masalah adalah hasil kreativitas. Penting untuk dicatat bahwa mengubah pola
pikir seseorang membutuhkan waktu dan tidak terjadi dalam semalam. Dalam
bukunya "The Art of Thought", Graham Wallas mengklaim bahwa ada empat
tahapan dalam proses kreatif, yaitu:

1. Tahap Persiapan: Pelajari tentang gaya berpikir orang lain dan


kumpulkan data dan informasi untuk mempersiapkan diri dalam
pemecahan masalah.
2. Individu untuk sementara melarikan diri dari masalah selama Tahap
Inkubasi, saat pengumpulan informasi berhenti. Dia tidak
merenungkan masalah ini dengan sengaja, namun "merenungkan" itu
di wilayah pra-sadar.

11
3. Tahap "Wawasan" atau "Aha Erlebnis", juga dikenal sebagai "Tahap
Penerangan", adalah saat munculnya inspirasi atau konsep baru.
4. Tahap Verifikasi adalah saat ide atau kreasi baru diuji dengan dunia
nyata. Ini membutuhkan pemikiran dasar dan terfokus. Proses
konvergensi juga dikenal sebagai pemikiran kreatif harus muncul
setelah proses divergensi.

Usaha kecil dan menengah (UKM) dapat mendorong kemajuan dalam


asosiasi dan, khususnya, fokus pada pengembangan untuk bekerja dengan
pengembangan yang lebih cepat dan mencapai tujuan bisnis mereka.
Akibatnya, kami membutuhkan alat untuk menentukan sejauh mana UKM
telah berinovasi. Perusahaan dapat menggunakan alat penilaian inovasi
untuk memperluas wawasan mereka dan mendapatkan pemahaman inovasi
yang lebih dalam. Kemampuan pengembangan yang layak di UKM
bergantung pada tujuh aspek, menurut Nada et al. (2012).

1. Agenda dan Sasaran Strategis Usaha Kecil dan Menengah (UKM)


harus menetapkan sasaran strategis dan metrik pemantauan yang
mudah dipahami untuk manajemen inovasi yang efektif. UKM
harus mulai menetapkan agenda inovasi mereka dan memilih posisi
target untuk membangun landasan inovasi yang kokoh.. Strategi
go-to-market saat ini dan visi inovasi UKM harus diselaraskan, dan
kesenjangan harus ditemukan.
2. Budaya dan Kepemimpinan Kepemimpinan dan budaya UKM
berkontribusi pada penciptaan "iklim kreativitas". Matriks inovasi,
insentif, struktur inkubasi, dan proses memunculkan ide merupakan
aspek penting. Sementara beberapa usaha kecil dan menengah
(UKM) masih menganut status quo, mayoritas UKM masih hanya
meletakkan dasar untuk lingkungan yang lebih inovatif.
3. Asosiasi dan usaha bersama sangat penting untuk usaha kecil dan
menengah (UKM) untuk mencapai keunggulan. Keahlian yang
lebih besar dapat menguntungkan bisnis. Pemimpin harus mendidik

12
manajer dan karyawan tentang pentingnya kemitraan dan
kolaborasi agar UKM menjadi inovatif dan kolaboratif. Usaha kecil
dan menengah (UKM) harus membuka jalur kolaborasi, seperti
bergabung dengan sistem dukungan kelompok dan berpartisipasi
dalam forum terbuka, untuk mencari peluang berkolaborasi dengan
sumber bisnis eksternal untuk menemukan konsep baru.
Universitas, taman teknologi, organisasi non-pemerintah, dan
inkubator semuanya dapat bekerja sama.
4. Bisnis dan Pengembangan UKM memiliki basis informasi
pengembangan dan menggunakannya selama menjalankan bisnis
sehari-hari, namun sebagian besar dari mereka mungkin akan
melibatkan pengembangan sebagai pelaksanaan, bukan sebagai
bagian pembentuk sistem. Mengintegrasikan bisnis dan teknologi
secara lebih komprehensif menjadi semakin nyata bagi UKM.
UKM harus memahami keselarasan bisnis dan teknologi saat ini
untuk membangun landasan bagi integrasi yang lebih kuat. UKM
juga harus secara formal memasukkan pengetahuan teknologi ke
dalam upaya inovasi mereka, baik sebagai sumber ide dan peluang
maupun sebagai wahana inovasi, untuk mendukung lingkungan
bisnis saat ini secara lebih efektif.
5. Interaksi Kemajuan Pengembangan adalah cara paling umum untuk
menciptakan pemikiran yang inovatif dan memanfaatkannya
dengan baik dengan cara yang menghasilkan uang, yang dibuktikan
dengan jumlah pelanggan yang puas. Untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan, Proses inovasi yang efektif akan membantu orang
menjadi lebih kreatif dan mewujudkan ide-ide baru. Akibatnya,
bisnis dapat menggunakan inovasi sebagai prosedur komprehensif
yang dimasukkan ke dalam strategi bisnis mereka. Ini termasuk
kebijakan perusahaan, interaksi dengan pasar, penelitian, teknologi,
dan sumber daya yang tersedia.

13
6. Nilai-nilai inti harus diperkuat dalam organisasi inovatif UKM
dimana inovasi dihargai dan perubahan dapat dipertahankan
dengan berbagai ide kreatif yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan inovasi. Selain itu, analisis manajemen
risiko perlu dilakukan untuk menjamin bahwa konsep baru tidak
akan merugikan bisnis.
7. Learning Association and Information Pengurus Usaha kecil dan
menengah (UKM) harus terus memperoleh pengetahuan dari
organisasi lain yang telah maju atau berkembang. Agar UKM
tumbuh dan maju, mereka perlu bekerja sama. Karena usaha kecil
dan menengah (UKM) kekurangan sumber daya yang diperlukan
untuk bersaing dengan perusahaan besar, berkolaborasi dengan
perusahaan besar akan membantu UKM dalam mempelajari
manajemen strategis dari perusahaan besar. Teknologi, pemasaran,
pengembangan produk, dan distribusi adalah contoh dari
pengetahuan ini. Informasi yang telah diperoleh harus dikelola
dengan cara yang akan membantu kemajuan UKM.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Modal sosial secara tidak langsung berkontribusi terhadap peningkatan
kinerja usaha UKM. Selanjutnya, keberhasilan bisnis UKM secara
signifikan dipengaruhi oleh kepemimpinan kewirausahaan yang
dimediasi baik secara langsung maupun melalui penggunaan kapasitas
inovasi. Sementara itu, konsekuensi dari dampak langsung
pengembangan kapasitas dari modal sosial dan faktor otoritas perintis
menunjukkan bahwa kemajuan organisasi UKM secara langsung
dipengaruhi oleh modal sosial dan administrasi yang aktif.
2. UKM meleset dari proses pengembangan yang tepat. Terlepas dari
kenyataan bahwa perubahan menuntut UKM untuk mengembangkan
bisnis mereka sesuai perubahan, UKM seringkali terjerat dalam
karakteristik masa lalu. Akibatnya, buatlah seperangkat prosedur dan
pedoman untuk mengarahkan kegiatan inovatif dari pembuatan ide ke
implementasi terstruktur. Salah satu pendekatannya adalah dengan
mengusahakan sesuatu yang sedang populer namun tetap menjunjung
tinggi nilai-nilai fundamental UKM dengan memasukkan konsep-
konsep baru. Perpaduan ini bisa menjadi keunggulan UKM yang paling
up to date. Selain itu, kesabaran adalah aset penting yang dibutuhkan
UKM untuk mengembangkan konsep baru dengan terus belajar dari
kesalahan dan berani mengambil risiko.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aidis, R., & Estrin, S. (2007). Entrepreneurship in Emerging Markets : Which


Institutions Matter? University Business, 44(December).
Bagheri, A. (2017). i The impact of entrepreneurial i leadership on innovation
work behavior and opportunity recognition in hightechnology SMEs. The
Journal of High i Technology Management Research, 28(2), 159-166.
Bowen, F. E., Rostami, M., & Steel, P. (2010). Timing is everything: A meta -
analysis of the relationships between organizational performance and
innovation. Journal of Business Research, 63(11), 1179–1185.
Cainelli, G., Evangelista, R., & Savona, M. (2004). Cainelli, Evangelista, Savona
- 2004 - The impact of innovation on economic performance in services.
The Service Industry Journal, 24(1), 1–11.
Calantone, R. J., Cavusgil, S. T., & Zhao, Y. (2002). Learning orientation, firm
innovation capability, and firm performance. Industrial Marketing
Management, 31(6), 515-524.
Dakhli, M., & De Clercq, D. (2004). Human capital, social capital, and
innovation: A multi-country study. Entrepreneurship and Regional
Development, 16(2), 107–128.
Harjanti, D., & Noerchoidah, N. (2017). The effect of social capital and
knowledge sharing on innovation capability. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, 19(2), 72-78.
Hurley, R. F., & Hult, G. T. M. (1998). Innovation, market orientation, and
organizational learning: an integration and empirical examination. Journal
of Marketing, 62(3), 42-54.
Jiménez-Jiménez, D., & Sanz-Valle, R. (2011). Innovation, organizational
learning, and performance. Journal of Business Research, 64(4), 408–417.
Munandar, A. (2016). The strategy development and competitive advantage of
micro small medium enterprise business institution toward regional
development. AdBispreneur, 1(2), 103–112.
Smith, T. M., & Reece, J. S. (1999). The relationship of strategy, fit, productivity,
and business performance in a services setting. Journal of Operations
Management, 17(2), 145–161
Storey, C, Cankurtartaran, P, Papastathopoulou, P. (2016). Success Factors for
service innovation. Journal of Product Innovation Management, 33(5),
527– 548.
Tengeh, R. (2011). A Business Framework for the Effective Start-Up and
Operation of African Immigrant-Owned Business in the Cape Town
Metropolitan Area, South Africa. The Cape Peninsula University of
Technology.

16

Anda mungkin juga menyukai