Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur atas segala kenikmatan berupa kesehatan dan kemampuan untuk dapat
menyelesaikan tugas strategi belajar mengajar dengan judul “Hubungan Kualitas Tenaga
Kerja dan Budaya Masyarakat Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” ini, sehingga
dapat terlaksana dan berjalan lancar hingga tahap akhir presentasi. Dalam penyelesaian
makalah ini tidak luput dari kontribusi banyak pihak dengan adanya kerja sama dan saling
membantu dalam kelompok mampu mempercepat penyelesaian makalah ini. Tidak lupa pula
kami ucapkan permohonan maaf apabila dalam penulisan dan penyususnan makalah ini
terdapat salah kata dan kekurangan lainnya.

Oleh karena itu kami menerima segala kritik dan saran untuk membangun pribadi
yang lebih baik lagi dan belajar dari kesalahan agar penulisan makalah selanjutnya akan lebih
baik lagi. Semoga dengan tulisan ini mampu memberikan manfaat dan tambahan
pengetahuan bagi pembaca.

17 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR
ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN:
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................2
1.3 TUJUAN........................................................................................................................2
1.4 MANFAAT....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN:
2.1 HAKIKAT TENAGA KERJA DI INDONESIA...........................................................3
2.2 KONSEP DASAR BUDAYA DI
INDONESIA.............................................................4
2.3 PRASYARAT BUDAYA UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN............5
2.4 HAKIKAT PEMBANGUNAN EKONOMI..................................................................6
2.5 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
PERMASALAHANNYA..................................7
2.6 FAKTOR PENENTU PERTUMBUHAN
EKONOMI..................................................8
2.7 HUBUNGAN KUALITAS TENAGA KERJA &
BUDAYA........................................9
BAB III PENUTUP:
3.1 KESIMPULAN............................................................................................................11
3.2 SARAN.........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini Indonesia menghadapi masalah ketenagakerjaan yang sangat serius sejak
terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1990. Krisis ekonomi membuat
banyak perusahaan skala kecil sampai dengan skala menengah mengalami kesulitan
beroperasi, bahkan tidak sedikit yang harus ditutup. Krisis politik yang berbuntut dengan
goncangan keamanan dalam negeri, meningkatnya budaya manipulasi dan suap, serta
ketidaksempurnaan pelaksanaan dan penegakan hukum, menyebabkan resiko
berinvestasi di Indonesia mengalami peningkatan.
Pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi akan menimbulkan berbagai masalah dan
hambatan bagi uapaya-upaya pembangunan yang dilakukan di negara berkembang. Hal
ini dikarenakan pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan cepatnya
pertambahan jumlah tenaga kerja, sedangkan kemampuan negara berkembang dalam
menciptakan kesempatan kerja baru sangat terbatas.
Peranan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi akan mempengaruhi
pendapatan nasional. Faktor yang terpenting dari tenaga kerja adalah kualitas. Jika
kualitas tenaga kerja lebih baik maka akan terjadi peningkatan produksi. Tenaga kerja itu
sifatnya heterogen baik dilihat dari segi umur, jenis kelamin, kemampuan kerja,
kesehatan, pendidikan, keahlian dan lain sebagainya, oleh karena itu diperlukan
perencanaan tenaga kerja guna mendukung pembangunan nasional Indonesia (manpower
planning).
Pengaruh budaya terhadap kinerja suatu perekonomian masih menjadi suatu asumsi
yang mengikat dalam analisis ilmu ekonomi. Hal ini terkait dengan kesulitan ilmu
ekonomi untuk memahami peranan budaya itu sendiri. Selain itu juga karena sulitnya
mengkuantifikasi variabel budaya seperti dalam selera dan kebiasaan seseorang. Akan
tetapi, dalam perkembangan yang terakhir, para ekonom mulai mengakui bahwa budaya
memang berpengaruh terhadap kinerja ekonomi. Namun, ada bagian dari budaya yang
tidak dapat dijelaskan atau sebaiknya tidak dijelaskan oleh ilmu ekonomi (Casson, 1993).
Sehingga dalam makalah ini yang berjudul “Hubungan Kualitas Tenaga Kerja dan
Budaya Masyarakat Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” dapat dijadikan
rujukan untuk menambah wawasan pembaca khususnya masyarakat dalam meningkatkan

1
dan lebih memperhatikan unsur tenaga kerja dan budaya di Indonesia demi menunjang
kemajuan pertumbuhan ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa hakikat tenaga kerja di indonesia?
1.2.2 Bagaimana konsep dasar budaya di indonesia?
1.2.3 Apa prasyarat budaya untuk pembangunan berkelanjutan?
1.2.4 Apa hakikat pembangunan ekonomi?
1.2.5 Bagaimana pertumbuhan ekonomi dan permasalahannya berlangsung?
1.2.6 Apa faktor penentu pertumbuhan ekonomi?
1.2.7 Bagaimana hubungan kualitas tenaga kerja dan budaya masyarakat terhadap
pertumbuhan ekonomi di indonesia?

1.3 Tujuan
1.1.1 Untuk mengetahui hakikat tenaga kerja di indonesia
1.1.2 Untuk mengetahui konsep dasar budaya di indonesia
1.1.3 Untuk mengetahui prasyarat budaya untuk pembangunan berkelanjutan
1.1.4 Untuk mengetahui hakikat pembangunan ekonomi
1.1.5 Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dan permasalahannya berlangsung
1.1.6 Untuk mengetahui faktor penentu pertumbuhan ekonomi
1.1.7 Untuk mengetahui hubungan kualitas tenaga kerja dan budaya masyarakat
terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk menerapkan pengetahuan yang didapatkan dari pembahasan hubungan
kualitas tenaga kerja dan budaya masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
1.4.2 Menambah wawasan mengenai hubungan kualitas tenaga kerja dan budaya
masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
1.4.3 Sebagai bahan informasi dalam menambah wawasan bagi pembaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tenaga Kerja di Indonesia
Menurut Sasana Tahun (2009) menyatakan tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia
adalah minimum 10 tahun, tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau penduduk
yang sudah berusia 10 tahun keatas tergolong tenaga kerja.

Tenaga kerja terdiri atas dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau
mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari
pekerjaan. Tenaga kerja merupakan salah satu input penting dalam proses produksi yang
bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah
tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan
dan sedang tidak mencari pekerjaan, yaitu orang-orang yang kegiatannya sekolah menerima
pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjaanya.

Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja
yang tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja yang tersedia maka akan
menyebabkan semakin meningkatnya total produksi di suatu negara, dimana salah satu
indikator untuk melihat perkembangan ketenagakerjaan di Indonesia adalah Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah
menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur sebagai presentase
penduduk dalam kelompok umur 34 tersebut, yaitu membandingkan jumlah angkatan kerja
dengan jumlah tenaga kerja.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spirirtual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, dan negara. Sehingga dapat dikatakan pendidikan merupakan suatu
modal utama seseorang untuk mendapatkan pekerjaan. Seseorang yang memiliki pendidikan
tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang

3
yang tidak berpendidikan. Jadi, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula
pendapatan yang diterima.

Dalam penelitian sebelumnya yang dijadikan acuan, tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sasana Tahun (2009) menyatakan, tenaga kerja memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti semakin
tinggi tenaga kerja di suatu daerah, semakin tinggi pula produksi yang akan dihasilkan
sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

Tingkat Pendidikan merupakan salah satu modal penting bagi sumber daya manusia
untuk meningkatkan produksi daerah. Penelitian mengenai tingkat pendidikan ini sudah
pernah dilakukan oleh Ravi (2010). Hasil penelitian mengatakan bahwa tingkat pendidikan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Jadi, semakin tinggi
tingkat pendidikan yang ditamatkan seseorang, semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi
yang dicapai.

2.2 Konsep Dasar Budaya


Dalam terminologi ilmu ekonomi, budaya itu sendiri didefinisikan dalam kerangka
bahwa perilaku seorang individu adalah melakukan optimisasi untuk mencapai kondisi
keseimbangan ekonomi. Kondisi keseimbangan inilah, yang kemudian dipandang sebagai
refleksi nilai dan beliefs pemimpin kelompok di mana individu tersebut berasal. Hal ini perlu
karena dalam membahas budaya dalam ilmu ekonomi diasumsikan bahwa seorang individu
merupakan bagian dari sebuah grup yang memiliki pemimpin dan pemimpin tersebut
membangun budaya grup tersebut (Casson, 1991). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa budaya dari suatu kelompok sangat dipengaruhi oleh nilai dan beliefs pemimpin
kelompok tersebut.

Budaya itu sendiri didefinisikan sebagai subjektivitas kolektif (Casson, 1992).


Subjektivitas mempunyai dua arti dalam ilmu ekonomi. Teori nilai subjektif (The Subjective
Theory of Value) menekankan bahwa preferensi seorang individu tidak dapat diukur dan
secara tidak langsung hanya tercermin dalam perilaku individu tersebut. Sebagai contoh,
apabila seseorang lebih sering memakan soto daripada sate (perilaku), maka kemungkinan
kita dapat menyimpulkan bahwa orang tersebut lebih menyukai soto daripada sate
(preferensi). Penggunaan kedua dari subjektivitas adalah dalam konteks probabilitas. Tanpa
adanya informasi tentang frekuensi relatif, seorang individu akan semata-mata mengaitkan

4
probabilitas personalnya pada suatu kejadian. Probabilitas ini tidak dapat diukur, tetapi ketika
individu tersebut memaksimumkan expected utilitynya, maka perubahan dalam perilakunya
dapat dikaitkan dengan perubahan probabilitas subjektifnya. Kedua konsep subjektivitas ini
sering digunakan karena preferensi atau beliefs yang menjadi dasar tindakan seseorang tidak
dapat langsung diobservasi. Selain itu, subjektivitas juga sering dikaitkan dengan
individualitas sehingga sering ditekan kan bahwa preferensi dan beliefs antarindividu
berbeda-beda.

2.3 Prasyarat Budaya untuk Pembangunan Berkelanjutan


Pada bagian ini dibahas mengenai karakteristik kunci dari suatu budaya yang
mempengaruhi kinerja ekonomi suatu kelompok. Bagian pertama adalah perbedaan antara
science dan moral. Dalam masyarakat yang lebih maju, moralitas dikaitkan dengan legitimasi
dari tujuan, sedangkan science menjelaskan pilihan dari sarana-sarana yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam masyarakat yang lebih tradisional, kadang kala
perbedaan antara kedua hal tersebut kurang jelas.

Sebagai contoh agama dalam masyarakat tradisional, kadangkala mencampuradukkan


antara segala sesuatu yang memang terjadi dengan segala sesuatu yang seharusnya terjadi.
Sebagai contoh adalah kadang kala mengaitkan suatu kejadian buruk yang menimpa
seseorang dengan ketidaktaatan orang tersebut kepada Tuhan. Alam dipandang sebagai
anthropomorphically, dan dipahami bukan dari sisi scientific law, tetapi dipahami sebagai
manifestasi dari relevant spirit.

Hal ini tidak berarti bahwa masyarakat maju merupakan masyarakat yang sekuler,
karena kemungkinan mereka masih memiliki agama yang membedakan secara jelas antara
science dan moral. Sebagai contoh dalam agama yang monotheistic, Tuhan yang dimiliki
tidak lagi mengintervensi kehidupan mereka dari hari ke hari. Di pihak lain science dapat
digunakan untuk memahami hukum alam, sedangkan masyarakat mendasari aturan moral
berdasarkan agama yang dianut (Casson, 1992). Perbedaan antara science dan moral ini akan
menyebabkan pembangunan ekonomi melalui perkembangan teknologi sehingga
memungkinkan masyarakat berproduksi tidak sekedar hanya untuk memenuhi kebutuhan
sendiri (subsistence level).

5
Hal itu berarti bahwa pada saat kepemilikan material lebih tinggi, maka standar
kehidupan masyarakat akan semakin meningkat. Dengan demikian dari kacamata moralitas,
kebutuhan untuk mencuri atau melakukan korupsi agar tetap hidup akan semakin menurun.

Dorongan untuk mencapai standar kehidupan yang lebih tinggi ini akan mengarahkan
masyarakat menjadi masyarakat tekanan tinggi (high tension society), yaitu suatu masyarakat
yang secara terus menerus berusaha untuk meningkatkan kapabilitasnya. Atau dengan kata
lain, masyarakat tersebut tidak pernah merasa puas dengan pencapaian yang telah
dihasilkannya.

Hal ini sering dibandingkan dengan masyarakat tekanan rendah (low tension
society), yaitu apabila telah menyelesai kan suatu permasalahan, mereka akan
beristirahat, sampai permasalahan berikutnya muncul. Perbedaan yang paling penting
antara kedua masyarakat ini adalah perbedaan pandangan terhadap tekanan (aggression).
Pada masyarakat tekanan tinggi (high tension society), tekanan lebih dapat diterima,
karena hal itu akan mendorong pencapaian standar kehidupan yang lebih tinggi.
Sebaliknya pada masyarakat tekanan rendah (low tension society), tekanan lebih
dipandang sebagai gangguan. Oleh karena itu, masyarakat tekanan tinggi (high tension
society) dapat dipandang sebagai karakteristik kunci dari suatu budaya untuk mendukung
pembangunan ekonomi.

2.1 Pembangunan Ekonomi


Pembangunan ekonomi adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Pembangunan
ekonomi juga bisa didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan
pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang disertai oleh
perbaikan sistem kelembagaan (Ernita, 2013). Pembangunan yang berorientasi pada
peningkatan pendapatan per kapita biasanya dilakukan di negara-negara sedang
berkembang (developing countries) dengan tujuan untuk memecahkan masalah-masalah
pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan di negara-negara sedang
berkembang tersebut.
Menurut Ernita (2013) menyatakan bahwa pembangunan adalah kenyataan fisik
sekaligus keadaan mental (state of mind) dari suatu masyarakat yang telah melalui
kombinasi tertentu dari proses sosial, ekonomi, dan lembaga untuk mewujudkan

6
kehidupan yang lebih baik. Untuk mencakup kehidupan yang lebih baik tersebut,
pembangunan di semua masyarakat setidaknya harus memiliki tiga tujuan berikut:
1. Peningkatan ketersediaan dan perluasan distribusi barang-barang kebutuhan hidup
yang pokok seperti makanan, tempat tinggal, kesehatan, dan perlindungan.
2. Peningkatan standar hidup yang bukan hanya berupa peningkatan pendapatan tetapi
juga ketersediaan lapangan pekerjaan yang lebih banyak, pendidikan yang lebih baik,
serta perhatian lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan kemanusiaan. Secara
keseluruhan, hal-hal ini tidak hanya dapat meningkatkan kesejahteraan yang bersifat
materi tetapi juga menumbuhkan harga diri individu dan bangsa.
3. Perluasan pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi individu dan bangsa secara
keseluruhan, yang tidak hanya membebaskan mereka dari kungkungan sikap
menghamba dan perasaan bergantung kepada orang dan negara-negara lain tetapi juga
dari berbagai faktor yang menyebabkan kebodohan dan kesengsaraan.

2.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Permasalahannya


Menurut Gurluk (2009), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam
jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang
ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau
dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi,
institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan yang ada. Gurluk
juga mengemukakan bahwa ada setidaknya enam karakteristik atau ciri proses
pertumbuhan ekonomi yang ditemui di hampir semua negara yang sekarang telah
menjadi negara maju (developed countries) atau wilayah maju apabila berbicara dalam
konteks ekonomi regional. Enam karakteristik proses pertumbuhan ekonomi menurut
Kuznets tersebut antara lain :
1. Tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
2. Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi.
3. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi.
4. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi.
5. Adanya kecenderungan negara-negara yang mulai atau yang sudah maju
perekonomiannya untuk berusaha menambah bagian-bagian dunia lainnya sebagai
daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru.
6. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar
sepertiga bagian penduduk yang ada.

7
Gurluk (2009) menjelaskan bahwa dalam analisis makroekonomi, pertumbuhan
ekonomi memiliki dua segi pengertian yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi digunakan
untuk menggambarkan suatu perekonomian telah mengalami perkembangan ekonomi
dan mencapai taraf kemakmuran yang lebih tinggi. Namun terdapat pula definisi lainnya
yaitu pertumbuhan ekonomi bertujuan untuk menggambarkan permasalahan ekonomi
yang dihadapi oleh suatu negara atau suatu wilayah dalam jangka panjang. Masalah
pertumbuhan ekonomi ini sendiri dibagi menjadi tiga aspek, yaitu :

1. Aspek yang bersumber dari perbedaan antara tingkat pertumbuhan potensial yang
dapat dicapai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya tercapai.
Investasi yang dilakukan saat ini dapat menambah persediaan barang-barang modal
di masa yang akan datang sehingga potensi suatu negara atau wilayah untuk
menghasilkan barang dan jasa akan bertambah pula. Kemajuan teknologi,
pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan produktivitas mereka juga dapat
menambah produksi barang dan jasa. Selanjutnya, kenaikan faktor-faktor tersebut
tidak selalu meningkatkan pertumbuhan ekonomi ke taraf potensialnya. Sebaliknya,
yang terjadi adalah pertumbuhan ekonomi yang lambat, pengangguran yang makin
besar, serta masalah di luar masalah ekonomi (sosial, pilitik, pertahanan dan
kemanan) yang bertambah rumit pula.
2. Aspek selanjutnya adalah meningkatkan potensi pertumbuhan itu sendiri. Ketika
suatu negara atau wilayah memerlukan pertumbuhan PDB sejumlah tertentu untuk
mengurangi permasalahan pengangguran yang terjadi, namun pada kenyataannya
pertumbuhan PDB yang tercapai tidaklah sesuai dengan yang direncanakan dan akan
berakibat pada terjadinya permasalahan pengangguran tidak dapat teratasi, sehingga
negara atau wilayah tersebut perlu memikirkan cara-cara untuk mempercepat laju
pertumbuhan ekonominya.
3. Aspek yang terakhir adalah mengenai keteguhan pertumbuhan ekonomi yang
berlaku dari satu tahun ke tahun yang lainnya. Pergerakan pertumbuhan ekonomi
yang dihadapi suatu negara atau wilayah sifatnya selalu fluktuatif. Ada akalanya
berkembang pesat, dan ada kalanya berjalan lambat bahkan lebih rendah dari tahun
sebelumnya.

2.3 Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi

8
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB tanpa memandang bahwa
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa
memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya. Pertumbuhan ekonomi
menunjukkan adanya perluasan atau peningkatan dari PDB potensial/output dari suatu
negara. Ada empat faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi :
a. Sumber daya manusia
Kualitas input tenaga kerja, atau sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
bagi keberhasilan ekonomi. Hal ini dikarenakan dalam suatu proses produksi, peran
sumber daya manusia sangat vital yaitu sebagai tenaga kerja yang bertugas
mengombinasikan atau mengolah beberapa faktor produksi dalam kegiatan
menghasilkan barang dan jasa. Selain itu, sumber daya manusia juga berperan dalam
penciptaan teknologi baru dan modern untuk mendukung pekerjaan dan
mongoptimalkan hasil produksi.
b. Sumber daya alam
Faktor produksi kedua adalah tanah.Tanah yang dapat ditanami merupakan faktor
yang paling berharga. Selain tanah, sumber daya alam yang penting antara lain
minyak-minyak, gas, hutan, air, tambang dan bahan-bahan mineral lainnya.
c. Pembentukan modal
Untuk pembentukan modal, diperlukan pengorbanan berupa pengurangan konsumsi,
yang mungkin berlangsung selama beberapa puluh tahun. Pembentukan modal
modal dan investasi ini sebenarnya sangat dibutuhkan untuk kemajuan cepat di
bidang ekonomi.
d. Perubahan teknologi dan inovasi
Salah satu tugas kunci pembangunan ekonomi adalah memacu semangat
kewiraswastaan. Perokonomian akan sulit untuk maju apabila tidak memiliki para
wiraswastawan yang bersedia menanggung resiko usaha dengan mendirikan
berbagai pabrik atau fasilitas produksi, menerapkan teknologi baru, mengadapi
berbagai hambatan usaha, hingga mengimpor berbagai cara dan teknik usaha yang
lebih maju.

2.4 Hubungan Kualitas Tenaga Kerja dan Budaya Masyarakat Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Membahas mengenai ketenagakerjaan, tentu saja tidak dapat terlepas dari sebuah
pembangunan,karena ketengakerjaan dan pembangunan memiliki hubungan yang sangat

9
erat. Pada tahun 2015 berdasarkan Laporan Indeks Pembangunan Manusia 2015 yang
dikeluarkan Badan PBB Urusan Program pembangunan (UNDP) menyatakan bahwa
Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami kemajuan. Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Indonesia menempati peringkat ke 110 dari 187 negara, dengan nilai
indeks 0,684. Jika dihitung dari sejak tahun 1980 hingga 2014, berarti IPM Indonesia
mengalami kenaikan 44,3 persen. Ada 4 (empat) indikator yang digunakan untuk
mengukur IPM Indonesia tahun 2014, yakni angka harapan hidup sebesar 68,9, harapan
tahun bersekolah 13,0, rata-rata waktu sekolah yang sudah dijalani oleh orang berusia 25
tahun ke atas sebesar 7,6 dan pendapatan nasional bruto per kapita.
Berdasarkan data di atas, bahwa penyerapan terhadap tenaga kerja sudah mengalami
kenaikan sehingga hal tersebut dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia
meskipun belum secara signifikan. Pemerintah Indonesia dan masyarakat harus selalu
bergotong-royong guna meningkatkan pembangunan Indonesia. Salah satu caranya
adalah dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena dengan semakin
baiknya kualitas dan mutu sumber daya manusia Indonesia maka sumber daya manusia
tersebut akan lebih mampu mengelola dan mengoptimalkan sumber daya alam yang
melimpah jumlahnya.
Dari pembahasan di atas, bahwa ketenagakerjaan memiliki hubungan yang sangat
erat dengan proses pembangunan di Indonesia. Sudah saatnya pemerintah Indonesia
untuk mengupayakan perbaikan mutu para tenaga kerja yaitu dengan memberikan
pendidikan yang layak dengan mengubah sistem pendidikan yang lebih baik, selain itu
juga harus banyak dikembangkan tempat-tempat untuk pelatihan kerja agar para tenaga
kerja bisa mengasah kemampuannya terlebih dahulu sebelum terjun ke dunia kerja yang
sebenarnya, sehingga dengan pelatihan yang cukup seorang tenaga kerja sudah akan siap
jika suatu saat mendapatkan pekerjaan dan terjun langsung ke dunia kerja.
Selain itu, pemerataan jumlah penduduk juga harus lebih gencar dilakukan, karena
dalam realitasnya adalah persebaran penduduk di Indonesia tidak merata, sebab sebagian
besar penduduk di Indonesia berada di Pulau Jawa, sehingga banyak pengangguran atau
tenaga kerja yang tidak atau belum memiliki pekerjaan. Oleh karena itu, harus ada upaya
dari Pemerintah untuk melakukan perpindahan penduduk dari Pulau Jawa ke pulau-
pulau besar di Indonesia lainnya, supaya persebaran penduduk lebih merata serta
penduduk tersebut dapat digunakan untuk mengelola sumber daya alam yang ada di
pulau-pulau besar tersebut,dengan begitu sumber daya alam akan dapat digunakan secara
optimal dan akan menghasilkan keuntungan yang besar untuk bangsa Indonesia.

10
11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan ekonomi,
manusia, sosial budaya, dan politik, untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil,
dan makmur. Dalam melaksanakan pembangunan nasional, perluasan lapangan kerja dan
peningkatan kualitas tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat
penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Masalah yang banyak dihadapi oleh
negara-negara berkembang yaitu laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat sehingga
menjadi masalah pokok dalam pembangunan ekonomi. Pengaruh pertambahan penduduk
ini terlihat pada pengadaan kebutuhan-kebutuhan pokok secara total harus ditambah
terutama pengadaan pangan dan mengakibatkan naiknya angkatan kerja.
Dari pembahasan di atas juga terlihat bahwa variabel budaya memiliki peranan yang
cukup signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Apabila
dikaitkan dengan Indonesia maka diperlukan pemimpin yang sangat kuat untuk dapat
memimpin Indonesia, karena tingkat heterogenitas masyarakat Indonesia. Oleh karena
itu, diperlukan pemimpin yang sangat kuat, agar implementasi nilai-nilai luhur tersebut
dapat dilakukan. Hal itu penting karena dari pembahasan di atas, terlihat pentingnya
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam pancasila, seperti toleransi, keadilan,
kebersamaan, dan sebagainya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi karena dapat
mengurangi biaya transaksi yang terjadi.
3.2 Saran
Perlu dilakukannya peningkatan pendidikan terhadap tenaga-tenaga kerja di negara-
negara berkembang, yaitu dengan melakukan inovasi pendidikan dalam semua aspek.
Peningkatan kualitas tenaga kerja yang direalisasikan melalui peningkatan mutu
pendidikan dapat menjadi solusi dalam melaksanakan pembangunan ekonomi.
Dalam hal budaya masyarakat, diperlukannya perangkat hukum yang baik agar
dapat menjamin keadilan dan hak kepemilikan. Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan
karena hak kepemilikan tanpa keadilan akan menghambat pertumbuhan ekonomi, karena
dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan yang tinggi dalam perekonomian.
Sebaliknya, keadilan tanpa hak kepemilikan, juga tidak mungkin karena konsep keadilan
itu sendiri bersifat abstrak. Oleh karena itu, dapat di interpretasikan beraneka ragam di
samping itu dapat mendorong menjadi perekonomian sosialis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Casson, Mark. 1991. Economics of Business Culture: Game Theory, Transaction Costs, and
Economics Performance. Oxford: Clarendon Press

Casson, Mark. 1992. Cultural Determinants of Economic Performance. Journal of


Comparative Economics. Vol. 17. pp. 418. – 442.

Casson, Mark. 1993. Enterpreneurship and Business Culture. In J. Brown and M.B. Rose,
eds. ,Enterpreneurship, Networks and Modern Business,pp.30. – 54. Manchester:
Manchester University Press.

Ernita, Dewi, Syamsul Amar dan Efrizal Syofyan. 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi,
Investasi, dan Konsumsi di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi, Vol. 1, No. 2.

Gurluk, Serkan. 2009. Economic Growth, Industrial Pollution and Human Development in
the Mediterranean Region. Ecological Economics, 68, pp 2327-2335.

Ravi, Dwi Wijayanto. 2010. Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran
terhadap Kemiskinan. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang (tidak
dipublikasikan).

Sasana, Hadi. 2009. Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Antar Daerah
dan Tenaga Kerja Terhadap Kesejahteraan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah
dalam Era Desentralisasi Fiskal. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 16, No. 1,
Hal.50-69.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional

13

Anda mungkin juga menyukai