Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya sebuah startup di sebuah negara memiliki dampak positif secara


langsung dan tidak langsung bagi perekonomian di suatu negara. Ketika sebuah startup
tumbuh dan berkembang dengan baik maka dampak yang dihasilkan juga akan semakin besar
diantaranya adalah tersedianya lapangan kerja baru, menurunkan tingkat kesenjangan
ekonomi, tingkat kriminalitas menurun, tekanan sosial menurun, membantu akselerasi
pertumbuhan perekonomian, meningkatnya aksesbilitas masyarakat, dan banyak manfaat
lainnya. Tercatat pada akhir tahun 2013, pengguna internet di Indonesia mencapai 71,19 juta
dan pada awal tahun 2014 angka ini naik menjadi 82 juta dari 250 juta jiwa total keseluruhan
penduduk (APJII, 2013). Berdasarkan data tersebut pengembangan e-commerce atau bisnis
online di Indonesia sangat mungkin untuk dilakukan.

Hingga pada tahun 2012 mulai bermunculan banyak ecommerce di Indonesia seperti
TokoBagus dan Berniaga. Perkembangan e-commerce di Indonesia dari tahun 2012 hingga
tahun 2016 memiliki pertumbuhan yang cukup bagus, walaupun dari segi jumlah penjualan
masih sangat rendah. Data dari lembaga riset bisnis dan pasar global ICD juga memprediksi
bahwa pasar e-commerce di Indonesia akan tumbuh 42% dari tahun 2012 hingga tahun 2015.
Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia (14%), Thailand (22%),
dan Filipina (28%) (Mitra, 2016). Seiring dengan pertumbuhan e-commerce besar dari
investor luar negeri seperti raksasa Lazada dan Zalora, Berrybenka, Tokopedia, Bilna,
Saqina, VIP Plaza, Ralali dan masih banyak lagi; saat ini setiap tahun bahkan setiap bulan
banyak founder (pemilik) startup baru bermunculan.

Menurut website berita teknologi dan gaya hidup modern dailysocial.net, sekarang ini
terdapat setidaknya lebih dari 1500 startup lokal yang ada di Indonesia (Anonim, 2016).
Pada Tahun 2014 menurut data statistik berbagai sumber, jumlah startup yang bisa bertahan
melewati 18 Bulan pertamanya hanyalah 20%, banyak pelajaran yang didapatkan oleh setiap
startup, begitu juga para VC yang turut andil dalam membangun dan membesarkan sebuah
startup, biasanya ketika VC menemukan kegagalan pada sebuah startup ia tidak akan
mengulanginya di startup lainnya sehingga dalam logika seharusnya angka kegagalan startup
dapat mengecil setiap tahunnya namun sayangnya yang terjadi adalah sebaliknya, kini setiap
startup yang lahir memiliki resiko besar untuk gagal.
Menurut Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo,
hanya 1 dari 10 start-up yang berhasil, bahkan di Sillicon Valley. Secara global angka The
Valley of Death success rate 10% itu bagus, beberapa malah bilang 5%. Jadi dari 10 start-up
yang dibina, belum tentu ada satu yang berhasil.Besarnya resiko kegagalan ini mencapai
angka hingga 90% yang artinya diantara 10 startup yang lahir hanya akan menyisakan 1
startup yang akan bertahan. Hal inilah yang kadang membuat nyali seorang startup founder
ciut sebelum memulai, bahkan tidak jarang banyak diantara mereka yang mundur ketika
menghadapi kegagalan meskipun setiap tahunnya masih terus bermunculan Startup baru yang
membawa ide solutif untuk permasalahan yang di Indonesia ada saat ini.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti pada Tahun 2017 yang
dilakukan dengan CEO CodeInk Hiro Whardana, kegagalan dalam sebuah startup bukanlah
suatu hal yang bernilai mutlak. Menurut Hiro yang pernah merasakan jatuh bangun dalam
membangun sebuah startup, sebuah startup bisa dikatakan gagal ketika foundernya
memutuskan untuk menutup dan tidak lagi memiliki keinginan untuk melanjutkannya sama
sekali. Sebagai seorang startup founder, Ia percaya bahwa gagal tidaknya sebuah startup
adalah sebuah hal yang relative, bisa jadi bagi seseorang Ia gagal, bisa jadi bagi orang
lainnya ia berhasil. Namun satu hal yang pasti kegagalan pada sebuah startup biasanya
merupakan turn back point yang menentukan apakah ia akan belajar atau ia akan berakhir
mati.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka yang menjadi pokok
permasalahan adalah untuk mengetahui bagaimana proses startup Perusahaan Spring dann
faktor yang mempengaruhi kegagalannya

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan penulisan ini adalah
untuk mengetahui bagaimana proses startup Perusahaan Spring kegagalannya
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Startup

Pada dasarnya Startup adalah pengimplementasian dari Bussiness plan dimana segala
sesuatu yang telah direncanakan dan diproyeksikan dalam rencana bisnis dituangkan dan
direalisasikan dalam bentuk startup. Menurut Paul Graham: “Startup is a company designed
to grow fast” (Paul Graham, 2012). Hal inilah yang membedakan Startup dengan perusahaan
biasa yaitu kemampuannya dalam melakukan ekspansi dalam waktu yang singkat. Tidak ada
satupun di dunia ini hal yang instant, walaupun sebuah mie instant sekalipun harus
mengalami proses memasak terlebih dahulu. Begitu juga dalam membuat startup dan
mengembangkannya, ada beberapa tahapan yang harus dilalui satu demi satu terlebih dahulu
diantaranya adalah :

a. Ideation: di tahap ini startup menggali permasalahn yang ada dan mencari solusi
permasalahan tersebut untuk dibentuk menjadi sebuah produk yang dapat digunakan oleh
calon penggunanya.
b. Market Validation: Pada tahap ini sebuah startup dapat menguji apakah permasalahan
yang sebelumnya ditemukan adalah masalah yang sesungguhnya, apakah solusinya
adalah hal yang sudah tepat, apakah market mau menggunakan produk ini? Dalam
melakukan market validation ada beberapa cara bisa dengan menggunakan survey, beta
testing, dan lain sebagainya
c. Minimum Viable Product: Setelah Anda mengetahui solusi yang sesungguhnya
dibutuhkan oleh para pengguna dan fitur yang memang benar-benar dibutuhkan dan
bermanfaat biasanya startup akan meluncurkan produknya dengan fitur minimalis agar
memudahkan pengguna untuk lebih nyaman dan mudah dalam menggunakannya
d. Product Market Fit: Setelah melakukan beberapa tahapan akan sampai sebuah startup
pada tahap produk Market Fit dimana pasar dapat menerima dengan baik produk yang
ada dan startup sudah cukup stabil untuk diduplikasi untuk wilayah yang lebih luas.
e. Scale Up: merupakan tahapan ketika sebuah startup sudah dapat melebarkan jangkauan
layanannya, di tahap ini lah biasanya para investor mendapatkan keuntungan.
2.2 Profil Perusahaan Spring

Perusahaan Sprig adalah aplikasi seluler yang memungkinkan pengguna menemukan dan
memesan makanan sehat dan mengirimkannya dalam jangka waktu minimal. Semua bahan
yang digunakan dalam makanan ini bersumber dari lokal, berkelanjutan, dan musiman.
Perusahaan Sprig diluncurkan oleh Morgan Springer, Neeraj Berry, Matt Kent, dan Gagan
Biyani pada April 2013 dan berpusat di San Francisco, Amerika Serikat. Sprig berbasis di
San Fransisco, dan memiliki konsep "food on-demand." Sprig memasak sendiri apa yang
diminta pelanggan sekaligus mengantarkan makanan tersebut ke tempat mereka.

Profil Spring
industri e-commerce paltforms, kuliner
kantor pusat san fransisco, pantai barat, amerika serikat
tanggal didirikan 1 april 2013
pendiri gagan biyani, matt kent, morgan springer, neeraj beery
status operasi tutup
email support@eatspring.com

2.3 Sejarah Perusahaan Spring


Perusahaan Sprig didirikan pada 1 April 2013 oleh Gagan Biyani, Matt Kent, Morgan
Springer, Neeraj Berry Didirikan pada 2013, Sprig berhasil hidup lebih lama dari yang lain
termasuk Spoonrocket, layanan lain yang berbasis di San Francisco yang menutup operasi
tahun lalu. Biyani mengatakan kepada San Francisco Business Times awal bulan ini bahwa
Sprig barubaru ini melihat ukuran pesanan rata-rata meningkat sebesar 30% dan sedang
dalam proses membangun kerangka kerja untuk tumbuh lebih besar. "Pengiriman makanan
seringkali mengenai kenyamanan atau kualitas, tetapi kami sengaja tidak melakukan apa-apa
sehingga kami dapat fokus pada keduanya," kata CEO Sprig Gagan Biyani pada saat itu,
seraya menambahkan bahwa baru sekarang perusahaan memperluas menu dari tiga kali
makan. hingga lebih dari 40 item. "Ketika kami membangun kembali operasi kami, kami
membuatnya lebih skalabel." Namun, seperti banyak orang lain dalam pencarian mereka
untuk skala, Sprig akhirnya mengambil lebih dari yang bisa dikunyah. Startup terakhir
mengumpulkan uang pada tahun 2015 dengan pra-penilaian $ 110 juta, menurut Crunchbase.
Ini telah mengumpulkan lebih dari $ 56 juta dalam pendanaan, dan investor terbesarnya
termasuk accel, social capital dan greylock partners.
2.4 Fitur yang ditawarkan Perusahaan Spring
Perusahaan Spring menampilkan menu rotasi harian dari makanan musiman,
berkelanjutan, dan lezat yang dirancang dan dibuat oleh koki yang berbakat. Dengan
beberapa ketukan, server Sprig yang dipekerjakan mampu mengantarkan pesanan ke pelosok
penjuru dalam keadaan cuaca apapun. Koki lokal yang dipekerjakan juga menggunakan
bahan-bahan musiman yang segar untuk membuat hidangan dengan gaya khas tersendiri,
yang membawa beraneka ragam ke menu harian konsumen. Beberapa pilihan dari hidangan
yang tersaji adalah menu utama, sisi, salad, dan camilan. Terdapat juga minuman dan
makanan untuk anak-anak yang sehat. Pelanggan bisa langsung memesan makanan lewat
situs web Sprig. Kalau sedang berada di luar rumah, pelanggan juga bisa memakai aplikasi
Apple iOS untuk memesan makanan yang akan diantar ke rumah/apartemen sesuai jadwal
yang sudah disetujui. Sambil mengembangkan usaha dengan hanya mengandalkan situs web
dan aplikasi iOS, tim teknisi Sprig masih sedang menyiapkan aplikasi yang dijalankan oleh
sistem operasi untuk perangkat lainnya, termasuk google android.
2.5 Perbandingan dengan Startup Sejenis
Spring Communal Kitchen
- Pengguna Sprig Bisa Memesan Berbagai - Pengguna Communal Kitchen juga bisa
Macam Makanan Dan disajikan sesuai mengintip harga menu dan melihat
dengan Keinginan Konsumen restoran mana yang direkomendasikan
- Sprig menghadirkan panduan informasi oleh teman mereka.
kuliner berisikan ulasan, panduan, dan - Commual Kitchen menyediakan daftar
juga rekomendasi restoran mana saja yang restoran, rekomendasi, berikut ulasan
kepada para penggunanya. Bedanya, yang disajikan dalam bentuk tulisan blog.
aplikasi ini hadir khusus untuk
memberikan layanan informasi panduan
wisata kuliner di kota Solo, Jawa Tengah.

2.6 Penyebab Penutupan Perusahaan Startup Spring


San Francisco's Sprig, ditutup pada Mei 2017 setelah membakar sekitar $ 57 juta.
Perusahaan teknologi gagal lainnya yang mencoba menyiapkan dan mengirim makanan
termasuk Maple, Spoonrocket, Bento dan Pronto. Wawancara dengan orang dalam di
Munchery dan Sprig mengungkapkan bahwa mata para pendiri lebih besar daripada perut
mereka. Mereka memiliki visi tetapi eksekusi yang salah. Mereka tidak memiliki pengalaman
industri makanan, yang menyebabkan pemborosan yang mahal. Konsumen memanfaatkan
penawaran promosi tetapi tidak pernah menjadi pelanggan tetap. “Pada hari pertama saya tiba
di sana, saya berjalan dan mendapatkan tanah itu, dan berkata, 'Ini tidak akan bertahan lama;
ini sangat salah kelola, '”kata Amy Machnak, yang bekerja sebagai manajer konten di Sprig
selama dua tahun, menulis deskripsi hidangan yang lezat seperti filem salmon Atlantik
panggang dengan kentang yang ditumbuk lobak lobak.Mendaratkan piring-piring itu di piring
lebih sulit daripada menulis tentangnya."Mereka tidak menurunkan logistik," kata Machnak.
Munchery dan para pendiri dan anggota dewan tidak menanggapi permintaan komentar.
Pascal Rigo, seorang koki terkenal yang disewa Sprig sebagai petugas pengalaman
pelanggan utamanya, memiliki pandangan yang lebih diplomatis. "Idenya sangat menarik dan
proposisi besar," katanya. “Tapi tidak hanya Sprig tetapi semua orang dalam kategori ini
yang ingin memproduksi dan mengirimkan makanan mereka sendiri kepada pelanggan
mengalami kesulitan. Ini sangat rumit. Anda bisa menjadi perusahaan makanan yang baik
atau perusahaan pengiriman yang baik, tetapi saya tidak berpikir ada yang bisa melakukan
keduanya. ” Seperti halnya banyak startup, semua dukungan modal ventura adalah pedang
bermata dua. Itu mendorong Sprig untuk mencari pertumbuhan besarbesaran sehingga bisa
bergegas ke Wall Street untuk infus tunai yang lebih besar dan bagi investornya untuk
menguangkan.
Daya tarik penawaran umum perdana yang mempesona mendorongnya untuk mengejar
pertumbuhan dengan segala cara, bahkan ketika mulai menyadari bahwa banyak pelanggan
akan memesan hanya ketika mereka mendapat promosi khusus yang disubsidi. "Mereka
mengejar setiap jalan untuk meletakkan sesuatu di depan pelanggan dengan harapan mereka
membeli," kata seorang koki terkenal yang berja di Sprig selama hampir dua tahun, dan
meminta untuk tidak disebutkan namanya untuk menghindari membakar jembatan di kaitan
erat dunia kuliner. "Itu lebih dari putus asa daripada yang direncanakan dan strategis."Rigo,
yang bergabung dengan Munchery pada akhir 2015, meninggalkan perusahaan setelah hanya
lima bulan. Sprig Resmi Ditutup 26 May 2017 Berbagai strategi telah dicoba untuk
menyejahterakan karyawan, mulai dari pengadaan tipping, serta pengikatan karyawan secara
full-time di mana sebagian besar perusahaan startup menggunakan karyawan kontrak.
Akhirnya, hal ini membuat Sprig gulung tikar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada penjelasan sebelumnya sudah dipaparkan hasil penelitian di lapangan mengenai
pentingnya kegagalan untuk usaha rintisan. Maka dari penjelasan diatas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: 1. Setiap startup pasti pernah mengalami kegagalan 2. Alasan
gagalnya sebuah startup ada berbagai macam namun umumnya terjadi karena kesalahan
founder yang gagal dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada atau menciptakan solusi
yang memang dibutuhkan oleh pasar. 3. Bootstrapping maupun mendapatkan investasi
bukanlah acuan untuk gagal atau tidaknya sebuah startup karena setiap startup memiliki
kondisi dan kebutuhan yang berbeda-beda. 4. Tidak ada indikator kegagalan yang mutlak,
kegagalan mutlak terjadi ketika sang founder memutuskan untuk berhenti. Kegagalan dapat
diukur apabila diawal sudah terdapat goals yang diset.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan penulis diatas maka, saran yang dapat di
berikan adalah sebagai berikut: 1. Dalam membuat startup mengidentifikasi permasalahan
adalah hal yang paling utama karena pada dasarnya membuat startup adalah menciptakan
sebuah solusi untuk sebuah permasalahan. Akar permasalahan yang sesungguhnya atau bisa
juga dilakukan market validation kepada banyak user dan mendengarkan feedback user untuk
perbaikan produk yang sedang dikembangkan, dengan memahami permasalahan dengan
benar maka solusi yang dihasilkan menjadi lebih mudah diciptakan. 2. Perencanaan yang
tepat akan memperkecil kemungkinan timbulnya kegagalan kegagalan di saat merintis sebuah
usaha karena hal ini dapat mencegah timbulnya permasalahan teknis maupun non teknis di
dalam menjalankannya. 3. Perlunya Mindset Grit yang dimiliki founder dalam menjalankan
sebuah startup karena permasalahan akan selalu ada di saat menjalankan sebuah startup.
Tanpa adanya ketahanan maka akan susah untuk para founder dalam mencari solusi untuk
bisa menghadapi segala permasalahan yang ada tak hanya itu startup founder juga harus
selalu sadar bahwa dalam menjalankan startup seseorang hidup dan bertumbuh. 4. Innovasi
adalah kewajiban yang harus selalu dilakukan startup founder baik saat menghadapi
kegagalan atau untuk melakukan pengembangan produk.
DAFTAR PUSTAKA
Blank, S., 2013. Why The Lean Start-Up Changes Everything. Harvard Business Review.
California: Sage, Thousand Oaks.
Department of Education U.S. (2013). Promoting Grit, Tenacity, and Perseverence: Critical
Factors for Success in the 21st Century: Office of Educational Technlogy.
Duckworth, A. L., Peterson. C. Matthews. M. D., & Kelly. D. R. (2007). Grit: Perseverance
and passion for long term goals. Journal of Personality and Social Psychology, 92, 1087-
1101.
Duckworth, Angela Lee (2005). A Dissertation in Psychlogy; Intellegence is not Enough:
Non-IQ perdictiors for Achievement
Faisal, S. (2003). Pengumpulan dan Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif. Dalam Burhan
Bungin (ed.). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Gaffney,S.dkk,2014.Lean Startup Methodologyfor Enterprises How Established Companies
Can Leverage Lean Startup methodology for Sustaining and Disruptive innovation,
California: UC Berkeley Engineering Leadership White Paper.
Ghosh, S., 2012. Venture Capital Secret: 3 Out of 4 Start-Ups Fail. The Wall Street Journal.
Mitchell, R. C., 2010. Strategic and Critical Thinking, California: CSUN Edu.
Nasscom, 2014. India -The Fastest Growing and3rd Largest Start-Up Ecosystem Globally:
NASSCOM Startup Report 2014. [Online] Available at: http://www.nasscom.in
[Accessed 31 Juli 2021].
Ries, E., 2011. The Lean Startup. New York: Crown Business.
Samuelson, Paul. A & Nordhaus, William D. 1997. Mikroekonomi. Jakarta: Erlangga
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai