Pembelajaran Ilmu sosial selalu menjadi proses yang menantang. Salah satu permasalahan
adalah kesulitan yang dialami murid dalam memahami konsep. Oleh karena itulah, perlu
dikenalkan metode lain dalam metode pembelajaran selain model konservatif. Pada studi
cross sectional ini, penulis melakukan penelitian pada sekelompok siswa SMA berusia 15-17
tahun dari kelas delapan di Buleleng Bali. Dalam eksperimen ini, penulis menggunakan
Task Based Learning(TBL). Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil antara kelas
kontrol dan kelas perlakuan. Meski demikian, model TBL ini membutuhkan waktu yang
lama untuk mengenalkan koperasi dan permasalahan di dalamnya sehingga perlu ada
metode pengajaran lainnya sebagai variasi untuk membantu pemahaman siswa sehingga
mereka dapat mengikuti pelajaran dengan lebih baik dan mengejar tuntutan materi.
Kata Kunci : Ilmu Sosial, Task Based Learning, Pendidikan Usia Dini, Indonesia
ABSTRACT
Teaching Social Sciences has always been a challenging process. One of the issues faced is
the difficulty students encounter in comprehending concepts. Therefore, it is essential to
introduce alternative methods in teaching besides conservative models. In this cross-
sectional study, the author researched a group of high school students around 15-17 years
old in Buleleng, Bali. In this experiment, the author employed Task-Based Learning (TBL).
The research results revealed different outcomes between the control and treatment groups.
Nevertheless, the TBL model requires a substantial amount of time to introduce the
cooperative and its related issues, prompting the need for other teaching methods as
variations to aid students' comprehension, enabling them to better engage in lessons and
meet the demands of the curriculum.
PENDAHULUAN
Pembelajaran pengetahuan sosial pada anak SMA cukup menantang karena adanya
berbagai kesulitan yang terjadi. Kesulitan pertama yang terjadi adalah karena di usia SMA
ini anak sedang mengalami perkembangan fisik dan psikologis yang berlangsung dengan
cepat. Oleh karena perkembangan mereka sangat cepat, mereka tidak biasa dengan model
pembelajaran konvensional di dalam kelas yang hanya duduk dengan mendengarkan guru
berbicara. Jika mereka hanya berada pada posisi statis saja, kemungkinan mereka untuk
mengalami kebosanan cukup tinggi sehingga pengajaran tidak berjalan dengan efektif
sehingga materi tidak dapat diterima oleh murid. Fenomena ini sebenarnya umum ditemui
pada anak remaja, namun kita seringkali mengganggap hal tersebut sebagai kenakalan
remaja ketika hal tersebut sebenarnya adalah proses pembelajaran yang normal
(Qureshi et al., 2023)
.
yang jauh lebih besar dan belum mampu membagi kapan waktu untuk menggunakan
logika dan kapan waktu yang tepat untuk menggunakan imajinasi serta emosi. Di dalam
kondisi seperti ini, maka peran penting guru sangat dibutuhkan untuk mengarahkan siswa
agar tidak mudah terdistraksi. Meski demikian, ada masalah berikutnya yang harus
dihadapi yaitu kenyataan bahwa guru guru harus menghadapi kelas yang besar dengan
jumlah siswa yang banyak. Jumlah siswa yang banyak ini tidak bisa dihadapi dengan
pendekatan personal dan oleh karenanya perlu ada pendekatan khusus dan berbeda
(Dhani, 2020; Lubis, 2020; Shodiq & Qomar, 2022)
.
Yang ketiga adalah jumlah materi yang harus dipelajari. Jumlah materi yang harus
dipelajari cukup banyak sehingga perlu ada strategi khusus agar siswa dapat memahami
dan mengerti. Beberapa konsep pembelajaran adalah model abstrak yang harus dipecahkan
menjadi bagian bagian sederhana sehingga siswa lebih cepat memahami permasalahan yang
ada.
Untuk mengajarkan pemahaman materi ini, diperlukan waktu yang cukup panjang.
panjang, diperlukan juga concept checking. Kita harus memastikan apakah murid yang
mengikuti pelajaran benar benar memahami konsep yang ada atau tidak. Ini juga yang
menjadi tantangan model model pengajaran lainnya seperti lewat pengajaran yang
mengenalkan konsep koperasi kepada remaja dengan menggunakan Task Based Learning.
Task Based Learning adalah konsep pengajaran dengan memperkenalkan murid murid pada
satu tugas dan kemudian mencoba berkomunikasi dengan teman temannya serta
berdasarkan experiences yang mereka alami. Lewat model inilah, kemudian murid bisa
lebih mudah memahami konsep abstrak. Selain itu siswa juga akan lebih menikmati proses
pembelajaran dan akan memiliki komitmen yang tinggi dalam pembelajaran TBL ini.
Penelitian akan dilakukan dengan membuat dua kelas yaitu kelas eksperimental dan
kelas kontrol. Masing masing dari kelas ini akan dibagi menjadi satu kelas eksperimental
dan satu kelas kontrol. Tiap kelas akan berisikan dua puluh lima anak dari sekolah sekolah
yang ada di Buleleng Bali. Selanjutnya, anak dari kelas kontrol akan menjadi patokan untuk
hasil belajar lewat metode konvensional sementara dari kelas eksperimental akan belajar
dengan menggunakan konsep TBL. Materi pelajaran yang diberikan sendiri adalah konsep
kerja koperasi.
Pemilihan tema koperasi sendiri didasarkan pada fakta bahwa koperasi adalah salah
satu bentuk badan usaha yang penting di Indonesia serta wajib dipahami oleh generasi
muda. Lewat tes ini, peneliti akan mencoba memahami bagaimana efektivitas dari TBL.
Penelitian ini sendiri merupakan penelitian dengan metode cross sectional pertama di
Buleleng yang akan diterapkan pada siswa SMA pada mata pelajaran ilmu sosial dengan
tema koperasi.
Untuk penentuan populasi akan diambil dari murid murid SMA unggulan di
Buleleng, Bali. Jumlah siswa SMA di Buleleng Bali adalah 30 SMA dengan total murid 14,629
orang. Sampel yang diambil adalah sekolah negeri yang berjumlah 17 . Dari total siswa
yang mengambil jurusan yaitu 7,250 siswa, diambil 1000 siswa yang tertarik dengan social
entrepreneurship. Dari 1000 orang yang tertarik dengan pelajaran koperasi dan pemikiran
ekonomi Mohammad Hatta adalah 200 orang. 200 ini kemudian yang bersedia untuk
menjadi obyek penelitian adalah 100. Penentuan kelas kontrol tidak terlalu sulit karena
waktunya pendek. Namun untuk kelas eksperimental hanya ada 25 yang bersedia
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan melakukan komparasi
kelas eksperimental dan kelas kontrol yang kemudian dilanjutkan dengan survey pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen untuk mendapatkan hasil dari efektivitas pembelajaran TBL.
Hasil dari survey kemudian diukur dengan metode analisa regresi linear sederhana untuk
Pada sub-bab ini peneliti akan membahas terlebih dahulu konsep konsep yang ada di
dalam penelitian ini termasuk variabel independen dan dependen yang akan diukur.
Penjelasan mengenai konsep kemudian disambungkan dengan uji regresi linear sederhana
Task Based Learning adalah konsep pengajaran yang akan digunakan dalam penelitian
ini. Task Based Learning kerap disingkat sebagai TBL dan dalam penelitian ini istilah TBL
pemahaman
(Ardiansyah & Junaedi, 2020; Jajoo et al., 2022; Salwa, 2019; Sumardeni et al., 2023; Tri Romadona et a
. Dalam TBL ada beberapa unsur penting yang
a. Main Task Tugas utama adalah hal utama yang harus diselesaikan oleh para
murid agar mereka bisa memahami konsep pembelajaran. Main Task yang digunakan
dalam penelitian ini adalah membuat koperasi sendiri yang akan dibuat di salah satu
desa yang lokasinya tepat di tengah lokasi para murid yang dilibatkan dalam
b. Preparation Task pada tahap ini pengajar akan memberikan informasi dasar
mengenai bentuk dan format dari koperasi. Bentuk dan format koperasi ini
kemudian akan dibuatkan rancang bangun untuk selanjutnya akan dieksekusi dalam
c. Pengamatan Pada tahap ini pengajar akan mengamati bagaimana siswa siswa
bertindak. Apakah sudah sesuai dengan standar atau belum. Pengamatan ini
kemudian dilakukan secara berkala untuk memahami apakah murid murid benar
bisa menjalankan tugas ataupun tidak. Setelah dilakukan pengamatan, maka
d. Refleksi Pada tahapan ini pengajar mencoba untuk menilik kembali bagaimana
proses yang sudah berlangsung. Apakah sudah sesuai? Apakah harapan untuk
sendiri. Apakah dengan proses pembelajaran kita dapat melihat hasil dari
pembelajaran atau tidak? Dengan hasil pembelajaran yang diukur dengan standar
standar yang ad akita dapat melihat apakah dengan demikian penerapan metode
Konsep Koperasi
Koperasi adalah bentuk badan usaha yang diperkenalkan oleh Wakil Presiden
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Dalam koperasi dikenal badan usaha yang berprinsip dari anggota, oleh anggota dan untuk
Koperasi terbuka untuk semua orang yang memenuhi syarat dan bersedia
konsep keanggotaan ini berarti dipahami oleh murid murid yang mengikuti
pembelajaran.
Setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam menentukan kebijakan
badan usaha yang berbasis profit lainnya dimana pada model yang berbasis
profit penekanan dilakukan pada seberapa besar kepemilikan modal dan juga
memberikan hak yang sama pada setiap orang dimana sistem one man one
dan akses ke sumber daya ekonomi yang mungkin sulit diakses secara
7. Etika dan Nilai-nilai Koperasi (Indahingwati & Ramadhani, 2021; SE, 2020; Zawawi, 2023)
:
koperasi untuk bertindak secara jujur dan transparan dalam segala aspek
yang benar dan akurat kepada anggota dan pihak-pihak terkait. Dimana
dalam hal ini anggota koperasi menekankan pentingnya untuk bersikap jujur
dan setara terhadap semua anggota koperasi. Ini berarti bahwa keputusan
dan alokasi sumber daya harus dilakukan tanpa diskriminasi atau juga
Ketika murid mampu memahami konsep konsep ini, maka dianggap murid sudah
Pre- Test
Pre-Test dilakukan untuk melihat bagaimana murid murid memahami konsep dasar
koperasi. Beberapa pertanyaan yang ditekankan adalah (1) definisi koperasi, (2) sistem
berjalannya koperasi, (3) perbedaan koperasi dan korporasi, (4) prinsip prinsip dasar
koperasi, (4) sistem keorganisasian koperasi (5) cash-flow koperasi, (6) manfaat koperasi dan
Post-Test
Pada kelas kontrol, pemahaman mengenai koperasi diberikan hanya dalam waktu satu
minggu saja dengan menggunakan ketujuh indikator tersebut dengan nilai skala 1-10.
Pada akhir pembelajaran yang menggunakan konsep tradisional ini, ditemukan hasil
sebagai berikut:
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Rata Rata
1 7 7 7 4 4 4 8 6
2 5 1 0 8 6 7 2 4
3 6 2 5 2 3 3 7 4
4 7 4 4 7 1 5 4 5
5 5 4 5 4 8 6 5 5
6 5 5 5 1 7 4 4 4
7 6 8 6 6 2 7 0 5
8 6 4 4 3 3 6 2 4
9 4 2 2 1 3 5 4 3
10 7 3 8 4 5 6 1 5
11 5 8 7 2 8 4 5 5
12 6 7 4 7 4 2 1 5
13 4 6 4 7 2 7 3 5
14 5 5 5 6 6 6 0 5
15 6 0 4 1 0 5 7 3
16 4 2 8 1 7 1 5 4
17 3 6 1 2 2 2 5 3
18 5 5 7 2 5 1 0 4
19 6 6 4 1 4 0 6 4
20 7 2 4 7 5 2 6 5
21 5 7 5 5 3 3 4 5
22 7 3 0 5 7 5 8 5
23 5 4 5 7 6 7 8 6
24 7 6 4 1 5 3 5 4
25 6 2 7 1 7 3 7 5
Nilai Rata rata = 4
Pada perhitungan sebelumnya di kelas kontrol, nilai yang didapatkan adalah rata rata 6.
Justru terjadi penurunan nilai. Hal ini sebenarnya terjadi karena soal pada pre-test dan post-
test meski memiliki kesamaan indikator namun memiliki detail yang berbeda. Hal ini
menunjukkan bahwa memory based education tidak memiliki dampak yang baik.
Kelas Eksperimen
1 7 4 7 7 5 7 7 6
2 4 7 7 7 7 7 7 7
3 7 5 7 9 7 8 7 7
4 4 6 7 7 7 9 7 7
5 10 7 7 10 7 6 7 8
6 5 7 8 7 5 7 6 6
7 5 3 7 8 3 7 7 6
8 5 9 5 7 9 7 7 7
9 7 4 6 7 5 7 9 6
10 5 5 7 7 3 8 7 6
11 7 7 7 8 4 7 7 7
12 7 6 7 7 8 7 7 7
13 6 7 5 7 5 3 4 5
14 6 7 10 7 8 7 7 7
15 7 6 7 7 5 7 7 7
16 7 7 10 7 10 5 7 8
17 6 7 7 10 7 10 7 8
18 7 5 6 7 7 4 8 6
19 6 10 7 4 5 7 8 7
20 7 7 7 7 6 7 7 7
21 7 6 4 6 4 3 4 5
22 7 7 7 7 10 7 5 7
23 4 5 7 7 5 7 7 6
24 4 5 9 7 7 7 7 7
25 3 4 7 7 10 7 7 6
Rata rata dari perhitungan tersebut adalah 7 artinya ada peningkatan dari nilai
sebelumnya di kelas eksperimen yaitu rata rata 5. Peningkatan terjadi meski telah dilakukan
perubahan soal yang menjadi lebih detail dan sulit. Sangat berbanding terbalik dengan kelas
kontrol. Proses berikutnya adalah survey subyektivitas siswa mengenai pembelajaran TBL
ini.
1. Motivasi Siswa
2. Kemampuan Presentasi
Apakah siswa kini dapat menjelaskan sistem koperasi dengan lebih baik?
3. Kemampuan Analisa
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
memahami hubungan antara satu variabel independen ( Hasil tes ) dan satu variabel
dan variabel dependen. Dalam hal ini, R = 0.716, yang menunjukkan hubungan
Dalam kasus ini, R Square = 0.512, yang berarti sekitar 51.2% variasi dalam variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen (Hasil Tes ). Ini menunjukkan
memperhitungkan jumlah prediktor dalam model. Dalam hal ini, nilai Adjusted R
Square adalah 0.491. Nilai ini lebih konservatif dan menyesuaikan untuk
kompleksitas model. Nilai ini mendekati R Square dan lebih akurat ketika model
5. Std. Error of the Estimate (Kesalahan Standar Estimasi): Nilai ini adalah perkiraan
dari seberapa akurat model dalam memprediksi variabel dependen. Dalam hal ini,
nilai standar error estimasi adalah 0.76303. Semakin rendah nilai ini, semakin akurat
Dalam konteks ini, model ini memberikan indikasi bahwa variabel independen (Hasil
Tes) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Meskipun tidak selalu
menunjukkan kausalitas, model ini menyiratkan adanya hubungan yang penting antara
TES ANOVA
ANOVAa
Sum of
Total 27.440 24
Dalam analisis ini, kami menggunakan uji analisis varians (ANOVA) untuk menilai
signifikansi model regresi linier sederhana yang memprediksi variabel dependen yaitu hasil
survey berdasarkan prediktor tunggal yaitu hasil tes. Hasil dari uji ini menunjukkan bahwa
model regresi tersebut memiliki tingkat signifikansi statistik yang sangat tinggi, seperti yang
Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara hasil tes
(prediktor) dan hasil survey (variabel dependen). Lebih tepatnya, model ini mampu
menjelaskan sebagian besar variasi dalam hasil survey, seperti yang ditunjukkan oleh
jumlah kuadrat regresi yang signifikan (14.049). Artinya, adanya hasil tes sebagai prediktor
memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjelaskan variasi dalam hasil survey.
Sebaliknya, jumlah kuadrat residual (13.391) menunjukkan variasi yang tidak dapat
dijelaskan oleh model. Namun, perbandingan antara jumlah kuadrat regresi dan jumlah
kuadrat residual menunjukkan bahwa model ini lebih baik daripada model yang sama
tanpa prediktor, dan hubungan antara hasil tes dan survey adalah hubungan yang
Dalam konteks ini, hasil ini memberikan indikasi bahwa hasil tes adalah prediktor
yang penting dalam menjelaskan hasil survey, dan model regresi linier sederhana ini
memiliki signifikansi statistik yang tinggi dalam memahami hubungan antara keduanya.
ed Residual
N 25
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. .74696226
Deviation
Negative -.220
Hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa distribusi dari data yang diuji
(25 observasi) sesuai dengan distribusi normal. Ini dapat dijelaskan dari beberapa indikator
1. Test Statistic (Statistik Uji): Nilai test statistic adalah 0.220. Statistik uji ini adalah
ukuran dari seberapa besar perbedaan antara distribusi data dan distribusi normal
yang diuji. Pada umumnya, jika nilai test statistik mendekati nol, maka ini
2. Asymp. Sig. (2-tailed) (Signifikansi Asimptotik, dua ekor): Nilai signifikansi adalah
0.003. Ini adalah nilai p dari uji hipotesis. Pada tingkat signifikansi 0.05, jika nilai p
lebih kecil dari 0.05, maka hipotesis nol akan ditolak, dan akan menyimpulkan
bahwa data tidak berasal dari distribusi normal. Namun, dalam kasus ini, nilai p
sangat kecil (0.003), sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa data cenderung
terdistribusi normal.
3. Test distribution is Normal (Distribusi Uji adalah Normal): Hasil ini menyatakan
bahwa distribusi dari data yang diuji cenderung mengikuti distribusi normal. Ini
menunjukkan bahwa, berdasarkan statistik uji ini, tidak ada bukti kuat untuk
PEMBAHASAN
Hasil dari survei menunjukkan beberapa kesimpulan yang sangat menarik. Pertama-
tama, disimpulkan bahwa semakin baik prestasi akademik siswa, semakin tinggi minat
mereka untuk menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis tugas (TBL). Hal ini
mengindikasikan bahwa kinerja yang baik secara akademik dapat memotivasi siswa untuk
lebih terlibat dan antusias dalam metode pembelajaran TBL. Selain itu, survei juga
menemukan bahwa TBL memberikan dampak positif terhadap pemahaman siswa. Mereka
tidak hanya sekadar menghafal informasi, tetapi benar-benar menyerap pengalaman dari
koperasi dengan lebih baik atau memahami masalah dan hambatan yang mungkin terjadi
jangka panjang, hal ini dianggap sangat menguntungkan bagi mereka dalam
mengembangkan keterampilan dan pembangunan business plan (Affandi et al., 2021) . Lebih
penting lagi, terlihat adanya peningkatan nilai empati di antara siswa yang terlibat dalam
metode pembelajaran ini. Mereka tidak hanya menjalankan bisnis demi keuntungan
finansial semata, tetapi juga dengan tujuan untuk memberikan manfaat yang lebih luas
kepada masyarakat (Nisa, 2022; Ramadhanti & Handayani, 2020; Zakka & Rizaldi, 2022) .
Keterampilan empati yang berkembang ini dianggap sebagai faktor kunci untuk
waktu yang cukup lama untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dan mencari pendekatan lain yang dapat memudahkan pengajaran
konsep-konsep terkait koperasi agar dapat diakses dengan lebih mudah oleh siswa. Dengan
demikian, hasil survei ini memberikan pandangan mendalam tentang manfaat dari
pendekatan TBL dalam konteks pembelajaran koperasi, sambil juga menyoroti pentingnya
penelitian dan pengembangan metode pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
KESIMPULAN
pembelajaran berbasis tugas (TBL) sangat menguntungkan dalam proses pembelajaran. TBL
terbukti mampu memberikan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang bersifat konservatif atau yang lebih mengandalkan proses penghafalan.
Siswa yang terlibat dalam TBL cenderung memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan
mampu menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dalam konteks nyata, khususnya dalam
tema koperasi.
memberikan manfaat yang signifikan dalam proses pembelajaran, metode ini terbukti
memakan waktu yang cukup lama, terutama dalam konteks pembelajaran koperasi. Oleh
karena itu, ada kebutuhan untuk mencari metode alternatif yang lebih efisien dan sederhana
mengidentifikasi pendekatan yang lebih mudah namun tetap efektif, pembelajaran ilmu
sosial, termasuk studi tentang koperasi, dapat dilakukan dengan lebih baik dan lebih
produktif.
mempertahankan kegunaan TBL dalam proses pembelajaran, sambil juga mendorong untuk
memaksimalkan hasil pembelajaran ilmu sosial. Ini adalah langkah positif untuk
konsep penting dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, M. C., Rianti, I., Ghofuri, A., Sudharsono, M., & Sapruwan, M. (2021). Koperasi: Sebuah Alternatif
Strategi Perekonomian yang Berbasis Pancasila. Prosiding EMAS: Ekonomi Manajemen Akuntansi
Kewirausahaan, 1(1), 135–148.
Ardiansyah, A. S., & Junaedi, I. (2020). Tingkat kreativitas matematika siswa dalam menyelesaikan muliple
solution task setting challenge based learning ditinjau dari kemampuan matematika dan perbedaan
gender. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 3, 258–265.
Bjorklund, D. F. (2022). Children′ s thinking: Cognitive development and individual differences. Sage
publications.
Dhani, R. R. (2020). Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan,
9(1), 45–50.
Ellis, R., Skehan, P., Li, S., Shintani, N., & Lambert, C. (2019). Task-based language teaching: Theory and
practice. Cambridge University Press.
Haleem, A., Javaid, M., Qadri, M. A., & Suman, R. (2022). Understanding the role of digital technologies in
education: A review. Sustainable Operations and Computers, 3, 275–285.
Indahingwati, A., & Ramadhani, Y. C. (2021). PELATIHAN ETIKA BISNIS DAN PEMBUKUAN SEDERHANA
KOPERASI TOKO KELONTONG DI SURABAYA. Jurnal Kreativitas Dan Inovasi (Jurnal Kreanova), 1(2),
46–53.
Jajoo, A., Hu, Y. C., Lin, X., & Deng, N. (2022). A case for task sampling based learning for cluster job
scheduling. IEEE Transactions on Cloud Computing.
Kian, L., & Sabri, M. (2021). Internalisasi dan institusionalisasi kebijakan ekonomi Pancasila. Pancasila:
Jurnal Keindonesiaan, 1(1), 45–56.
Lubis, M. (2020). Peran Guru Pada Era Pendidikan 4.0. EDUKA: Jurnal Pendidikan, Hukum, Dan Bisnis, 4(2),
0–5.
Moudatsou, M., Stavropoulou, A., Philalithis, A., & Koukouli, S. (2020). The role of empathy in health and
social care professionals. Healthcare, 8(1), 26.
Nisa, M. K. (2022). Pengaruh Empati dan Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa untuk
Menjadi Wirausaha Sosial (Studi Kasus Mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah Unisma).
Nugroho, M., Astuti, F. Y., & Abdilah, L. Z. (2021). Pendidikan Dan Pelatihan Dasar Koperasi Bagi Usaha Kecil
Dan Menengah Desa Kertomulyo, Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Kita, 1(1), 1–6.
Qureshi, M. A., Khaskheli, A., Qureshi, J. A., Raza, S. A., & Yousufi, S. Q. (2023). Factors affecting students’
learning performance through collaborative learning and engagement. Interactive Learning
Environments, 31(4), 2371–2391.
Rahayu, S., Yudi, Y., Jumaili, S., Rahayu, R., & Ridwan, M. (2021). Optimalisasi Pengelolaan Keuangan
Koperasi untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa. Jurnal Karya Abdi Masyarakat, 5(3), 372–
377.
Ramadhanti, S., & Handayani, T. (2020). Pembentukan Karakter Kerja Sama Siswa Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Entrepreneur. EKLEKTIK: Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Kewirausahaan, 3(2), 94–
102.
Salwa, A. (2019). Model Task-Based Learning Untuk Membangun Pembelajaran Mandiri Pada Tutorial
Online. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh, 20(1), 10–16.
SE, M. A. (2020). PENGARUH PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA DI
KOPERASI KANINDO SYARI’AH CABANG DAU MALANG JAWA TIMUR INDONESIA. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FEB, 8(2).
Shodiq, M. J., & Qomar, S. (2022). Pola Interaksi Sosial Anak dan Guru, Modal Pengetahuan dan Sosial
dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Sosial. Bidayatuna Jurnal Pendidikan Guru Mandrasah
Ibtidaiyah, 5(1), 63–80.
Sibagariang, D., Sihotang, H., & Murniarti, E. (2021). Peran guru penggerak dalam pendidikan merdeka
belajar di indonesia. Jurnal Dinamika Pendidikan, 14(2), 88–99.
Sumardeni, W., Astawa, I. B. M., & Maryati, T. (2023). Pengaruh Task-Based Learning Model terhadap
Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi Siswa dalam Pembelajaran IPS. Media Komunikasi FPIPS,
22(1), 80–92.
Syaiful, M., Bantun, S., Sari, J. Y., Daiona, A. I. B., & Novriadi, T. (2022). PENDIDIKAN DASAR KOPERASI
(DIKSARKOP) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN PERKOPERASIAN ANGGOTA KOPERASI
MAHASISWA. RESWARA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2), 751–756.
Tri Romadona, N. R., Amalia, A. R., & Sutisnawati, A. (2021). Analisis Karakter Tanggung Jawab Siswa Dalam
Menyelesaikan Tugas Berbasis Online Di Sekolah Dasar. Jurnal PGSD, 7(1), 45–49.
Widodo, Z. D., Purwaningrum, J. P., Purbasari, I., & Rini, G. P. (2022). Manajemen Koperasi dan UMKM.
Yulianto, A., Fatchan, A., & Astina, I. K. (2017). Penerapan model pembelajaran project based learning
berbasis lesson study untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, Dan Pengembangan, 2(3), 448–453.
Zakka, M. F. A., & Rizaldi, A. (2022). Eksistensi Koperasi yang Menjadi Tantangan di Era Revolusi Industri
4.0. JPSDa: Jurnal Perbankan Syariah Darussalam, 2(2), 138–148.
Zawawi, A. (2023). Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam dalam Meningkatkan Kepuasan Nasabah di
Koperasi Sunan Drajat Lamongan. Al-Muzdahir: Jurnal Ekonomi Syariah, 5(1), 10–16.