Anda di halaman 1dari 17

Evaluasi Pembelajaran dengan model Task Based Learning Untuk Siswa

SMA di Buleleng Bali Pada Pelajaran Ekonomi (Pengenalan Model


Koperasi)
ABSTRAK

Pembelajaran Ilmu sosial selalu menjadi proses yang menantang. Salah satu permasalahan
adalah kesulitan yang dialami murid dalam memahami konsep. Oleh karena itulah, perlu
dikenalkan metode lain dalam metode pembelajaran selain model konservatif. Pada studi
cross sectional ini, penulis melakukan penelitian pada sekelompok siswa SMA berusia 15-17
tahun dari kelas delapan di Buleleng Bali. Dalam eksperimen ini, penulis menggunakan
Task Based Learning(TBL). Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil antara kelas
kontrol dan kelas perlakuan. Meski demikian, model TBL ini membutuhkan waktu yang
lama untuk mengenalkan koperasi dan permasalahan di dalamnya sehingga perlu ada
metode pengajaran lainnya sebagai variasi untuk membantu pemahaman siswa sehingga
mereka dapat mengikuti pelajaran dengan lebih baik dan mengejar tuntutan materi.

Kata Kunci : Ilmu Sosial, Task Based Learning, Pendidikan Usia Dini, Indonesia

ABSTRACT

Teaching Social Sciences has always been a challenging process. One of the issues faced is
the difficulty students encounter in comprehending concepts. Therefore, it is essential to
introduce alternative methods in teaching besides conservative models. In this cross-
sectional study, the author researched a group of high school students around 15-17 years
old in Buleleng, Bali. In this experiment, the author employed Task-Based Learning (TBL).
The research results revealed different outcomes between the control and treatment groups.
Nevertheless, the TBL model requires a substantial amount of time to introduce the
cooperative and its related issues, prompting the need for other teaching methods as
variations to aid students' comprehension, enabling them to better engage in lessons and
meet the demands of the curriculum.

Keywords: Social Sciences, Task Based Learning, Early Education, Indonesia

PENDAHULUAN

Pembelajaran pengetahuan sosial pada anak SMA cukup menantang karena adanya

berbagai kesulitan yang terjadi. Kesulitan pertama yang terjadi adalah karena di usia SMA

ini anak sedang mengalami perkembangan fisik dan psikologis yang berlangsung dengan

cepat. Oleh karena perkembangan mereka sangat cepat, mereka tidak biasa dengan model

pembelajaran konvensional di dalam kelas yang hanya duduk dengan mendengarkan guru

berbicara. Jika mereka hanya berada pada posisi statis saja, kemungkinan mereka untuk

mengalami kebosanan cukup tinggi sehingga pengajaran tidak berjalan dengan efektif

sehingga materi tidak dapat diterima oleh murid. Fenomena ini sebenarnya umum ditemui
pada anak remaja, namun kita seringkali mengganggap hal tersebut sebagai kenakalan

remaja ketika hal tersebut sebenarnya adalah proses pembelajaran yang normal
(Qureshi et al., 2023)
.

Kesulitan yang kedua adalah tingkat konsentrasi siswa sangat terbatas


(Bjorklund, 2022)
. Remaja cenderung mudah terdistraksi karena berbagai hal. Mereka memiliki energi

yang jauh lebih besar dan belum mampu membagi kapan waktu untuk menggunakan

logika dan kapan waktu yang tepat untuk menggunakan imajinasi serta emosi. Di dalam

kondisi seperti ini, maka peran penting guru sangat dibutuhkan untuk mengarahkan siswa

agar tidak mudah terdistraksi. Meski demikian, ada masalah berikutnya yang harus

dihadapi yaitu kenyataan bahwa guru guru harus menghadapi kelas yang besar dengan

jumlah siswa yang banyak. Jumlah siswa yang banyak ini tidak bisa dihadapi dengan

pendekatan personal dan oleh karenanya perlu ada pendekatan khusus dan berbeda
(Dhani, 2020; Lubis, 2020; Shodiq & Qomar, 2022)
.

Yang ketiga adalah jumlah materi yang harus dipelajari. Jumlah materi yang harus

dipelajari cukup banyak sehingga perlu ada strategi khusus agar siswa dapat memahami

dan mengerti. Beberapa konsep pembelajaran adalah model abstrak yang harus dipecahkan

menjadi bagian bagian sederhana sehingga siswa lebih cepat memahami permasalahan yang

ada.

Untuk mengajarkan pemahaman materi ini, diperlukan waktu yang cukup panjang.

Di saat bersamaan, permasalahan berikutnya adalah selain membutuhkan waktu yang

panjang, diperlukan juga concept checking. Kita harus memastikan apakah murid yang

mengikuti pelajaran benar benar memahami konsep yang ada atau tidak. Ini juga yang

menjadi tantangan model model pengajaran lainnya seperti lewat pengajaran yang

menggunakan media digital (Haleem et al., 2022) .

Menilik tantangan tersebut, maka peneliti mengajukan penelitian dengan mencoba

mengenalkan konsep koperasi kepada remaja dengan menggunakan Task Based Learning.

Task Based Learning adalah konsep pengajaran dengan memperkenalkan murid murid pada

tugas tugas tertentu (Sibagariang et al., 2021) .

Lewat metode pembelajaran TBL, murid diajak untuk berkomitmen mengerjakan

satu tugas dan kemudian mencoba berkomunikasi dengan teman temannya serta

mendiskusikan bagaimana menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bersama. TBL


didasarkan pada kemampuan anak belajar dengan memanfaatkan kegiatan kinetik dan juga

berdasarkan experiences yang mereka alami. Lewat model inilah, kemudian murid bisa

memahami konsep dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata


(Ellis et al., 2019; Jajoo et al., 2022; Willis, 2021)
. Ekspetasi yang diharapkan dari metode TBL ini adalah siswa akan

lebih mudah memahami konsep abstrak. Selain itu siswa juga akan lebih menikmati proses

pembelajaran dan akan memiliki komitmen yang tinggi dalam pembelajaran TBL ini.

Penelitian akan dilakukan dengan membuat dua kelas yaitu kelas eksperimental dan

kelas kontrol. Masing masing dari kelas ini akan dibagi menjadi satu kelas eksperimental

dan satu kelas kontrol. Tiap kelas akan berisikan dua puluh lima anak dari sekolah sekolah

yang ada di Buleleng Bali. Selanjutnya, anak dari kelas kontrol akan menjadi patokan untuk

hasil belajar lewat metode konvensional sementara dari kelas eksperimental akan belajar

dengan menggunakan konsep TBL. Materi pelajaran yang diberikan sendiri adalah konsep

kerja koperasi.

Pemilihan tema koperasi sendiri didasarkan pada fakta bahwa koperasi adalah salah

satu bentuk badan usaha yang penting di Indonesia serta wajib dipahami oleh generasi

muda. Lewat tes ini, peneliti akan mencoba memahami bagaimana efektivitas dari TBL.

Penelitian ini sendiri merupakan penelitian dengan metode cross sectional pertama di

Buleleng yang akan diterapkan pada siswa SMA pada mata pelajaran ilmu sosial dengan

tema koperasi.

Untuk penentuan populasi akan diambil dari murid murid SMA unggulan di

Buleleng, Bali. Jumlah siswa SMA di Buleleng Bali adalah 30 SMA dengan total murid 14,629

orang. Sampel yang diambil adalah sekolah negeri yang berjumlah 17 . Dari total siswa

yang mengambil jurusan yaitu 7,250 siswa, diambil 1000 siswa yang tertarik dengan social

entrepreneurship. Dari 1000 orang yang tertarik dengan pelajaran koperasi dan pemikiran

ekonomi Mohammad Hatta adalah 200 orang. 200 ini kemudian yang bersedia untuk

menjadi obyek penelitian adalah 100. Penentuan kelas kontrol tidak terlalu sulit karena

waktunya pendek. Namun untuk kelas eksperimental hanya ada 25 yang bersedia

mengikuti program eksperimental karena waktu eksperimen yang panjang.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan melakukan komparasi

kelas eksperimental dan kelas kontrol yang kemudian dilanjutkan dengan survey pada kelas

kontrol dan kelas eksperimen untuk mendapatkan hasil dari efektivitas pembelajaran TBL.

Hasil dari survey kemudian diukur dengan metode analisa regresi linear sederhana untuk

menemukan bagaimana hasil dari TBL dengan hasil pembelajaran siswa.

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada sub-bab ini peneliti akan membahas terlebih dahulu konsep konsep yang ada di

dalam penelitian ini termasuk variabel independen dan dependen yang akan diukur.

Penjelasan mengenai konsep kemudian disambungkan dengan uji regresi linear sederhana

untuk menemukan hubungan dari pembelajaran dan juga hasil tes.

Konsep Task Based Learning

Task Based Learning adalah konsep pengajaran yang akan digunakan dalam penelitian

ini. Task Based Learning kerap disingkat sebagai TBL dan dalam penelitian ini istilah TBL

akan digunakan untuk mempermudah penulisan serta memudahkan

pemahaman
(Ardiansyah & Junaedi, 2020; Jajoo et al., 2022; Salwa, 2019; Sumardeni et al., 2023; Tri Romadona et a
. Dalam TBL ada beberapa unsur penting yang

harus diperhatikan. Unsur unsur penting dalam TBL adalah:

a. Main Task Tugas utama adalah hal utama yang harus diselesaikan oleh para

murid agar mereka bisa memahami konsep pembelajaran. Main Task yang digunakan

dalam penelitian ini adalah membuat koperasi sendiri yang akan dibuat di salah satu

desa yang lokasinya tepat di tengah lokasi para murid yang dilibatkan dalam

penelitian ini yaitu di Kecamatan Sukasada. Kelas eksperimen akan melakukan

proses pembangunan koperasi selama satu bulan.

b. Preparation Task pada tahap ini pengajar akan memberikan informasi dasar

mengenai bentuk dan format dari koperasi. Bentuk dan format koperasi ini

kemudian akan dibuatkan rancang bangun untuk selanjutnya akan dieksekusi dalam

waktu satu bulan ke depan.

c. Pengamatan Pada tahap ini pengajar akan mengamati bagaimana siswa siswa

bertindak. Apakah sudah sesuai dengan standar atau belum. Pengamatan ini

kemudian dilakukan secara berkala untuk memahami apakah murid murid benar
bisa menjalankan tugas ataupun tidak. Setelah dilakukan pengamatan, maka

pengajar melaksanakan tahap selanjutnya.

d. Refleksi Pada tahapan ini pengajar mencoba untuk menilik kembali bagaimana

proses yang sudah berlangsung. Apakah sudah sesuai? Apakah harapan untuk

melihat perkembangan siswa dapat terpenuhi atau tidak?

e. Hasil Pembelajaran Langkah selanjutnya adalah melihat hasil pembelajaran itu

sendiri. Apakah dengan proses pembelajaran kita dapat melihat hasil dari

pembelajaran atau tidak? Dengan hasil pembelajaran yang diukur dengan standar

standar yang ad akita dapat melihat apakah dengan demikian penerapan metode

TBL ini berjalan sesuai dengan harapan atau tidak.

Konsep Koperasi

Koperasi adalah bentuk badan usaha yang diperkenalkan oleh Wakil Presiden

Pertama yaitu Mohammad Hatta


(M. Nugroho et al., 2021; Rahayu et al., 2021; Syaiful et al., 2022)
. Konsep koperasi adalah suatu bentuk organisasi ekonomi di mana anggotanya

bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Dalam koperasi dikenal badan usaha yang berprinsip dari anggota, oleh anggota dan untuk

anggota. Dengan berbasis dasar konsep koperasi ini kemudian

1. Keanggotaan Terbuka dan Sukarela

 Koperasi terbuka untuk semua orang yang memenuhi syarat dan bersedia

untuk menjadi anggota tanpa memandang status ekonomi maupun identitas.

Ciri keterbukaan koperasi adalah unsur yang penting dalam pembentukan

koperasi. Dalam upaya pengamatan dan refleksi, unsur pemahaman pada

Pancasila menjadi salah satu hal yang terpenting dalam evaluasi


(Kian & Sabri, 2021; T. Nugroho, 2018)
. Jika mampu memenuhi unsur unsur Pancasila, maka

konsep keanggotaan ini berarti dipahami oleh murid murid yang mengikuti

pembelajaran.

2. Kendali Demokratis oleh Anggota:

 Setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam menentukan kebijakan

dan mengambil keputusan. Prinsip "satu anggota, satu suara" diterapkan.


Demokrasi dalam koperasi membedakan badan usaha ini daripada badan

badan usaha yang berbasis profit lainnya dimana pada model yang berbasis

profit penekanan dilakukan pada seberapa besar kepemilikan modal dan juga

ukuran ukuran yang nilainya adalah komersil dan kuantitatif. Koperasi

memberikan hak yang sama pada setiap orang dimana sistem one man one

vote diterapkan dengan cara seadil adilnya.

3. Otonomi dan Kemandirian:

 Koperasi adalah entitas mandiri yang dijalankan oleh anggotanya. Mereka

mengendalikan operasi dan mengambil keputusan berdasarkan kebutuhan

dan keinginan kolektif.

4. Pendistribusian Keuntungan untuk Kesejahteraan Anggota:

 Keuntungan atau surplus yang dihasilkan oleh koperasi dibagi kembali

kepada anggotanya berdasarkan kontribusi mereka terhadap koperasi.

Bagian ini dapat berupa dividen, rabat, atau investasi kembali.

5. Pengabdian kepada Komunitas:

 Koperasi berusaha untuk memberikan manfaat bagi masyarakat atau

komunitas di mana mereka beroperasi, tidak hanya bagi anggotanya.

6. Pendekatan Bisnis Jangka Panjang:

 Koperasi beroperasi dengan pandangan jangka panjang dan berusaha untuk

mempertahankan keberlanjutan usaha mereka (Widodo et al., 2022) .

Pemberdayaan Ekonomi: Koperasi dapat memberikan peluang ekonomi

kepada anggotanya dalam bentuk usaha bersama, pelatihan keterampilan,

dan akses ke sumber daya ekonomi yang mungkin sulit diakses secara

individu. Selanjutnya koperasi berfokus pada Penciptaan Lapangan Kerja.

Koperasi, terutama koperasi produksi atau usaha bersama, dapat

menciptakan lapangan kerja bagi anggota komunitas. Hal ini dapat

membantu mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan

pendapatan keluarga. Di tingkat berikutnya, koperasi melakukan berbagai

upaya untuk peningkatan akses ke sumber daya, koperasi dapat

memfasilitasi akses anggotanya ke sumber daya yang penting, seperti kredit,

modal usaha, dan teknologi. Ini dapat memperkuat kemampuan anggota


untuk berusaha secara mandiri. Tidak hanya itu saja, koperasi juga

melakukan pemberdayaan perempuan dan masyarakat marginal dimana

koperasi dapat memainkan peran penting dalam memajukan perempuan dan

kelompok masyarakat marginal dengan memberikan mereka akses ke

sumber daya, pelatihan, dan kesempatan ekonomi. Koperasi juga selanjutnya

melihat peluang pemberdayaan sosial dan kultural dimana Koperasi dapat

mempromosikan nilai-nilai sosial dan kultural dalam komunitas,

mendukung identitas lokal, dan memelihara kearifan lokal.

7. Etika dan Nilai-nilai Koperasi (Indahingwati & Ramadhani, 2021; SE, 2020; Zawawi, 2023)
:

 Etika koperasi mencakup prinsip-prinsip seperti kejujuran, keadilan,

kejuangan, dan solidaritas. Kejujuran adalah prinsip yang menuntut anggota

koperasi untuk bertindak secara jujur dan transparan dalam segala aspek

kegiatan koperasi. Hal ini meliputi kewajiban untuk memberikan informasi

yang benar dan akurat kepada anggota dan pihak-pihak terkait. Dimana

dalam hal ini anggota koperasi menekankan pentingnya untuk bersikap jujur

dalam sikap dan tindakan. Dalam koperasi sangat penting menggunakan

konsep keadilan dimana dalam Keadilan menekankan perlakuan yang adil

dan setara terhadap semua anggota koperasi. Ini berarti bahwa keputusan

dan alokasi sumber daya harus dilakukan tanpa diskriminasi atau juga

favoritisme. Solidaritas mengacu pada rasa persatuan dan dukungan

bersama di antara anggota koperasi. Ini menekankan pentingnya saling

mendukung dan bekerja sama untuk mencapai keberhasilan bersama.

Ketika murid mampu memahami konsep konsep ini, maka dianggap murid sudah

mampu memahami konsep usaha berdasarkan koperasi.

Pre- Test

Pre-Test dilakukan untuk melihat bagaimana murid murid memahami konsep dasar

koperasi. Beberapa pertanyaan yang ditekankan adalah (1) definisi koperasi, (2) sistem

berjalannya koperasi, (3) perbedaan koperasi dan korporasi, (4) prinsip prinsip dasar

koperasi, (4) sistem keorganisasian koperasi (5) cash-flow koperasi, (6) manfaat koperasi dan

(7) tujuan akhir koperasi.


Hasil dari pre-test adalah sebagai berikut di tiap indikator

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


1 4 9
2 10 3
3 9 8
4 1 5
5 3 8
6 7 8
7 7 5

Post-Test

Pada kelas kontrol, pemahaman mengenai koperasi diberikan hanya dalam waktu satu

minggu saja dengan menggunakan ketujuh indikator tersebut dengan nilai skala 1-10.

Pada akhir pembelajaran yang menggunakan konsep tradisional ini, ditemukan hasil

sebagai berikut:
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Rata Rata
1 7 7 7 4 4 4 8 6
2 5 1 0 8 6 7 2 4
3 6 2 5 2 3 3 7 4
4 7 4 4 7 1 5 4 5
5 5 4 5 4 8 6 5 5
6 5 5 5 1 7 4 4 4
7 6 8 6 6 2 7 0 5
8 6 4 4 3 3 6 2 4
9 4 2 2 1 3 5 4 3
10 7 3 8 4 5 6 1 5
11 5 8 7 2 8 4 5 5
12 6 7 4 7 4 2 1 5
13 4 6 4 7 2 7 3 5
14 5 5 5 6 6 6 0 5
15 6 0 4 1 0 5 7 3
16 4 2 8 1 7 1 5 4
17 3 6 1 2 2 2 5 3
18 5 5 7 2 5 1 0 4
19 6 6 4 1 4 0 6 4
20 7 2 4 7 5 2 6 5
21 5 7 5 5 3 3 4 5
22 7 3 0 5 7 5 8 5
23 5 4 5 7 6 7 8 6
24 7 6 4 1 5 3 5 4
25 6 2 7 1 7 3 7 5
Nilai Rata rata = 4

Pada perhitungan sebelumnya di kelas kontrol, nilai yang didapatkan adalah rata rata 6.

Justru terjadi penurunan nilai. Hal ini sebenarnya terjadi karena soal pada pre-test dan post-

test meski memiliki kesamaan indikator namun memiliki detail yang berbeda. Hal ini

menunjukkan bahwa memory based education tidak memiliki dampak yang baik.

Kelas Eksperimen

Sementara itu pada kelas eksperimen ditemukan hasil sebagai berikut:

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Rata Rata

1 7 4 7 7 5 7 7 6

2 4 7 7 7 7 7 7 7

3 7 5 7 9 7 8 7 7

4 4 6 7 7 7 9 7 7

5 10 7 7 10 7 6 7 8

6 5 7 8 7 5 7 6 6

7 5 3 7 8 3 7 7 6

8 5 9 5 7 9 7 7 7

9 7 4 6 7 5 7 9 6

10 5 5 7 7 3 8 7 6

11 7 7 7 8 4 7 7 7

12 7 6 7 7 8 7 7 7

13 6 7 5 7 5 3 4 5

14 6 7 10 7 8 7 7 7

15 7 6 7 7 5 7 7 7

16 7 7 10 7 10 5 7 8

17 6 7 7 10 7 10 7 8

18 7 5 6 7 7 4 8 6

19 6 10 7 4 5 7 8 7

20 7 7 7 7 6 7 7 7

21 7 6 4 6 4 3 4 5

22 7 7 7 7 10 7 5 7

23 4 5 7 7 5 7 7 6

24 4 5 9 7 7 7 7 7

25 3 4 7 7 10 7 7 6
Rata rata dari perhitungan tersebut adalah 7 artinya ada peningkatan dari nilai

sebelumnya di kelas eksperimen yaitu rata rata 5. Peningkatan terjadi meski telah dilakukan

perubahan soal yang menjadi lebih detail dan sulit. Sangat berbanding terbalik dengan kelas

kontrol. Proses berikutnya adalah survey subyektivitas siswa mengenai pembelajaran TBL

ini.

Pertanyaan yang diajukan harus memenuhi unsur unsur berikut dengan

menggunakan basis skala likert :

1. Motivasi Siswa

Apakah siswa termotivasi dengan model TBL?

Apakah siswa ingin penerapan TBL ini terus dilakukan?

Apakah siswa menyukai TBL dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya?

2. Kemampuan Presentasi

Apakah siswa kini dapat menjelaskan sistem koperasi dengan lebih baik?

Apakah siswa mengerti konsep ekonomi dasar?

Apakah siswa memahami kelebihan dan kekurangan sistem koperasi?

3. Kemampuan Analisa

Apakah siswa dapat menjelaskan permasalahan yang dihadapi?

Apakah siswa dapat mengajukan proposal untuk menyelesaikan masalah?

Apakah siswa dapat memahami kelebihan dan kesalahan mereka?

Perhitungan Hasil Survey

Model Summary
Adjusted R Std. Error of

Model R R Square Square the Estimate

1 .716a .512 .491 .76303

a. Predictors: (Constant), VAR00001


1. Model: Model ini adalah regresi linear sederhana, yang digunakan untuk

memahami hubungan antara satu variabel independen ( Hasil tes ) dan satu variabel

dependen (Survey Murid).

2. R (Koefisien Korelasi): Nilai R adalah koefisien korelasi antara variabel independen

dan variabel dependen. Dalam hal ini, R = 0.716, yang menunjukkan hubungan

positif antara variabel independen dan dependen. Semakin mendekati 1, semakin

kuat hubungan korelasi.

3. R Square (Koefisien Determinasi): Nilai R Square adalah koefisien determinasi.

Dalam kasus ini, R Square = 0.512, yang berarti sekitar 51.2% variasi dalam variabel

dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen (Hasil Tes ). Ini menunjukkan

sejauh mana model regresi mampu menjelaskan variasi dalam data.

4. Adjusted R Square (Koefisien Determinasi Terkoreksi): Adjusted R Square

memperhitungkan jumlah prediktor dalam model. Dalam hal ini, nilai Adjusted R

Square adalah 0.491. Nilai ini lebih konservatif dan menyesuaikan untuk

kompleksitas model. Nilai ini mendekati R Square dan lebih akurat ketika model

melibatkan lebih dari satu prediktor.

5. Std. Error of the Estimate (Kesalahan Standar Estimasi): Nilai ini adalah perkiraan

dari seberapa akurat model dalam memprediksi variabel dependen. Dalam hal ini,

nilai standar error estimasi adalah 0.76303. Semakin rendah nilai ini, semakin akurat

model dalam memprediksi data.

Dalam konteks ini, model ini memberikan indikasi bahwa variabel independen (Hasil

Tes) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Meskipun tidak selalu

menunjukkan kausalitas, model ini menyiratkan adanya hubungan yang penting antara

kedua variabel ini.

TES ANOVA

ANOVAa
Sum of

Model Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 14.049 1 14.049 24.131 .000b

Residual 13.391 23 .582

Total 27.440 24

a. Dependent Variable: hasil survey


b. Predictors: (Constant), hasil tes

Dalam analisis ini, kami menggunakan uji analisis varians (ANOVA) untuk menilai

signifikansi model regresi linier sederhana yang memprediksi variabel dependen yaitu hasil

survey berdasarkan prediktor tunggal yaitu hasil tes. Hasil dari uji ini menunjukkan bahwa

model regresi tersebut memiliki tingkat signifikansi statistik yang sangat tinggi, seperti yang

diindikasikan oleh nilai p yang sangat rendah (0.000).

Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara hasil tes

(prediktor) dan hasil survey (variabel dependen). Lebih tepatnya, model ini mampu

menjelaskan sebagian besar variasi dalam hasil survey, seperti yang ditunjukkan oleh

jumlah kuadrat regresi yang signifikan (14.049). Artinya, adanya hasil tes sebagai prediktor

memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjelaskan variasi dalam hasil survey.

Sebaliknya, jumlah kuadrat residual (13.391) menunjukkan variasi yang tidak dapat

dijelaskan oleh model. Namun, perbandingan antara jumlah kuadrat regresi dan jumlah

kuadrat residual menunjukkan bahwa model ini lebih baik daripada model yang sama

tanpa prediktor, dan hubungan antara hasil tes dan survey adalah hubungan yang

signifikan secara statistik.

Dalam konteks ini, hasil ini memberikan indikasi bahwa hasil tes adalah prediktor

yang penting dalam menjelaskan hasil survey, dan model regresi linier sederhana ini

memiliki signifikansi statistik yang tinggi dalam memahami hubungan antara keduanya.

HASIL TES NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz

ed Residual

N 25
Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. .74696226

Deviation

Most Extreme Absolute .220

Differences Positive .212

Negative -.220

Test Statistic .220

Asymp. Sig. (2-tailed) .003c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa distribusi dari data yang diuji

(25 observasi) sesuai dengan distribusi normal. Ini dapat dijelaskan dari beberapa indikator

dalam hasil uji tersebut:

1. Test Statistic (Statistik Uji): Nilai test statistic adalah 0.220. Statistik uji ini adalah

ukuran dari seberapa besar perbedaan antara distribusi data dan distribusi normal

yang diuji. Pada umumnya, jika nilai test statistik mendekati nol, maka ini

menunjukkan kesesuaian dengan distribusi normal.

2. Asymp. Sig. (2-tailed) (Signifikansi Asimptotik, dua ekor): Nilai signifikansi adalah

0.003. Ini adalah nilai p dari uji hipotesis. Pada tingkat signifikansi 0.05, jika nilai p

lebih kecil dari 0.05, maka hipotesis nol akan ditolak, dan akan menyimpulkan

bahwa data tidak berasal dari distribusi normal. Namun, dalam kasus ini, nilai p

sangat kecil (0.003), sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa data cenderung

terdistribusi normal.

3. Test distribution is Normal (Distribusi Uji adalah Normal): Hasil ini menyatakan

bahwa distribusi dari data yang diuji cenderung mengikuti distribusi normal. Ini

menunjukkan bahwa, berdasarkan statistik uji ini, tidak ada bukti kuat untuk

menolak asumsi bahwa data berasal dari distribusi normal.

PEMBAHASAN
Hasil dari survei menunjukkan beberapa kesimpulan yang sangat menarik. Pertama-

tama, disimpulkan bahwa semakin baik prestasi akademik siswa, semakin tinggi minat

mereka untuk menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis tugas (TBL). Hal ini

mengindikasikan bahwa kinerja yang baik secara akademik dapat memotivasi siswa untuk

lebih terlibat dan antusias dalam metode pembelajaran TBL. Selain itu, survei juga

menemukan bahwa TBL memberikan dampak positif terhadap pemahaman siswa. Mereka

tidak hanya sekadar menghafal informasi, tetapi benar-benar menyerap pengalaman dari

pembelajaran, yang pada akhirnya memungkinkan mereka untuk mengaplikasikan konsep

koperasi dengan lebih baik atau memahami masalah dan hambatan yang mungkin terjadi

dalam mendirikan koperasi.

Selanjutnya, survei juga mengungkapkan bahwa siswa yang terlibat dalam

pembelajaran TBL mendapatkan pengalaman tambahan dalam bidang kewirausahaan. Pada

jangka panjang, hal ini dianggap sangat menguntungkan bagi mereka dalam

mengembangkan keterampilan dan pembangunan business plan (Affandi et al., 2021) . Lebih

penting lagi, terlihat adanya peningkatan nilai empati di antara siswa yang terlibat dalam

metode pembelajaran ini. Mereka tidak hanya menjalankan bisnis demi keuntungan

finansial semata, tetapi juga dengan tujuan untuk memberikan manfaat yang lebih luas

kepada masyarakat (Nisa, 2022; Ramadhanti & Handayani, 2020; Zakka & Rizaldi, 2022) .

Keterampilan empati yang berkembang ini dianggap sebagai faktor kunci untuk

mempromosikan kebaikan bersama dan memberikan dampak positif dalam lingkungan

sekitar (Moudatsou et al., 2020) .

Namun, survei juga menunjukkan bahwa metode pembelajaran TBL membutuhkan

waktu yang cukup lama untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dan mencari pendekatan lain yang dapat memudahkan pengajaran

konsep-konsep terkait koperasi agar dapat diakses dengan lebih mudah oleh siswa. Dengan

demikian, hasil survei ini memberikan pandangan mendalam tentang manfaat dari

pendekatan TBL dalam konteks pembelajaran koperasi, sambil juga menyoroti pentingnya

penelitian dan pengembangan metode pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil survei menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan

pembelajaran berbasis tugas (TBL) sangat menguntungkan dalam proses pembelajaran. TBL
terbukti mampu memberikan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan metode

pembelajaran yang bersifat konservatif atau yang lebih mengandalkan proses penghafalan.

Siswa yang terlibat dalam TBL cenderung memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan

mampu menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dalam konteks nyata, khususnya dalam

tema koperasi.

Namun, terdapat catatan penting yang perlu dipertimbangkan. Meskipun TBL

memberikan manfaat yang signifikan dalam proses pembelajaran, metode ini terbukti

memakan waktu yang cukup lama, terutama dalam konteks pembelajaran koperasi. Oleh

karena itu, ada kebutuhan untuk mencari metode alternatif yang lebih efisien dan sederhana

untuk menangani tantangan-tantangan yang muncul dalam pembelajaran ini. Dengan

mengidentifikasi pendekatan yang lebih mudah namun tetap efektif, pembelajaran ilmu

sosial, termasuk studi tentang koperasi, dapat dilakukan dengan lebih baik dan lebih

produktif.

Dengan demikian, kesimpulan ini memberikan rekomendasi untuk terus

mempertahankan kegunaan TBL dalam proses pembelajaran, sambil juga mendorong untuk

mencari dan mengembangkan metode-metode pembelajaran yang lebih efisien untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran ilmu sosial. Ini adalah langkah positif untuk

memastikan bahwa siswa dapat memperoleh pemahaman mendalam tentang konsep-

konsep penting dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan lebih

baik.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, M. C., Rianti, I., Ghofuri, A., Sudharsono, M., & Sapruwan, M. (2021). Koperasi: Sebuah Alternatif
Strategi Perekonomian yang Berbasis Pancasila. Prosiding EMAS: Ekonomi Manajemen Akuntansi
Kewirausahaan, 1(1), 135–148.

Ardiansyah, A. S., & Junaedi, I. (2020). Tingkat kreativitas matematika siswa dalam menyelesaikan muliple
solution task setting challenge based learning ditinjau dari kemampuan matematika dan perbedaan
gender. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 3, 258–265.

Bjorklund, D. F. (2022). Children′ s thinking: Cognitive development and individual differences. Sage
publications.

Dhani, R. R. (2020). Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan,
9(1), 45–50.
Ellis, R., Skehan, P., Li, S., Shintani, N., & Lambert, C. (2019). Task-based language teaching: Theory and
practice. Cambridge University Press.

Haleem, A., Javaid, M., Qadri, M. A., & Suman, R. (2022). Understanding the role of digital technologies in
education: A review. Sustainable Operations and Computers, 3, 275–285.

Indahingwati, A., & Ramadhani, Y. C. (2021). PELATIHAN ETIKA BISNIS DAN PEMBUKUAN SEDERHANA
KOPERASI TOKO KELONTONG DI SURABAYA. Jurnal Kreativitas Dan Inovasi (Jurnal Kreanova), 1(2),
46–53.

Jajoo, A., Hu, Y. C., Lin, X., & Deng, N. (2022). A case for task sampling based learning for cluster job
scheduling. IEEE Transactions on Cloud Computing.

Kian, L., & Sabri, M. (2021). Internalisasi dan institusionalisasi kebijakan ekonomi Pancasila. Pancasila:
Jurnal Keindonesiaan, 1(1), 45–56.

Lubis, M. (2020). Peran Guru Pada Era Pendidikan 4.0. EDUKA: Jurnal Pendidikan, Hukum, Dan Bisnis, 4(2),
0–5.

Moudatsou, M., Stavropoulou, A., Philalithis, A., & Koukouli, S. (2020). The role of empathy in health and
social care professionals. Healthcare, 8(1), 26.

Nisa, M. K. (2022). Pengaruh Empati dan Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa untuk
Menjadi Wirausaha Sosial (Studi Kasus Mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah Unisma).

Nugroho, M., Astuti, F. Y., & Abdilah, L. Z. (2021). Pendidikan Dan Pelatihan Dasar Koperasi Bagi Usaha Kecil
Dan Menengah Desa Kertomulyo, Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Kita, 1(1), 1–6.

Nugroho, T. (2018). Ekonomi Pancasila Warisan Pemikiran Mubyarto. UGM PRESS.

Qureshi, M. A., Khaskheli, A., Qureshi, J. A., Raza, S. A., & Yousufi, S. Q. (2023). Factors affecting students’
learning performance through collaborative learning and engagement. Interactive Learning
Environments, 31(4), 2371–2391.

Rahayu, S., Yudi, Y., Jumaili, S., Rahayu, R., & Ridwan, M. (2021). Optimalisasi Pengelolaan Keuangan
Koperasi untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa. Jurnal Karya Abdi Masyarakat, 5(3), 372–
377.

Ramadhanti, S., & Handayani, T. (2020). Pembentukan Karakter Kerja Sama Siswa Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Entrepreneur. EKLEKTIK: Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Kewirausahaan, 3(2), 94–
102.

Salwa, A. (2019). Model Task-Based Learning Untuk Membangun Pembelajaran Mandiri Pada Tutorial
Online. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh, 20(1), 10–16.

SE, M. A. (2020). PENGARUH PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA DI
KOPERASI KANINDO SYARI’AH CABANG DAU MALANG JAWA TIMUR INDONESIA. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FEB, 8(2).

Shodiq, M. J., & Qomar, S. (2022). Pola Interaksi Sosial Anak dan Guru, Modal Pengetahuan dan Sosial
dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Sosial. Bidayatuna Jurnal Pendidikan Guru Mandrasah
Ibtidaiyah, 5(1), 63–80.
Sibagariang, D., Sihotang, H., & Murniarti, E. (2021). Peran guru penggerak dalam pendidikan merdeka
belajar di indonesia. Jurnal Dinamika Pendidikan, 14(2), 88–99.

Sumardeni, W., Astawa, I. B. M., & Maryati, T. (2023). Pengaruh Task-Based Learning Model terhadap
Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi Siswa dalam Pembelajaran IPS. Media Komunikasi FPIPS,
22(1), 80–92.

Syaiful, M., Bantun, S., Sari, J. Y., Daiona, A. I. B., & Novriadi, T. (2022). PENDIDIKAN DASAR KOPERASI
(DIKSARKOP) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN PERKOPERASIAN ANGGOTA KOPERASI
MAHASISWA. RESWARA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2), 751–756.

Tri Romadona, N. R., Amalia, A. R., & Sutisnawati, A. (2021). Analisis Karakter Tanggung Jawab Siswa Dalam
Menyelesaikan Tugas Berbasis Online Di Sekolah Dasar. Jurnal PGSD, 7(1), 45–49.

Widodo, Z. D., Purwaningrum, J. P., Purbasari, I., & Rini, G. P. (2022). Manajemen Koperasi dan UMKM.

Willis, J. (2021). A framework for task-based learning. Intrinsic Books Ltd.

Yulianto, A., Fatchan, A., & Astina, I. K. (2017). Penerapan model pembelajaran project based learning
berbasis lesson study untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, Dan Pengembangan, 2(3), 448–453.

Zakka, M. F. A., & Rizaldi, A. (2022). Eksistensi Koperasi yang Menjadi Tantangan di Era Revolusi Industri
4.0. JPSDa: Jurnal Perbankan Syariah Darussalam, 2(2), 138–148.

Zawawi, A. (2023). Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam dalam Meningkatkan Kepuasan Nasabah di
Koperasi Sunan Drajat Lamongan. Al-Muzdahir: Jurnal Ekonomi Syariah, 5(1), 10–16.

Anda mungkin juga menyukai