Anda di halaman 1dari 39

EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN

DI KOTA SUKABUMI TAHUN 2014-2015

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh
Neneng Sri Fiqroh Albi
1730611047

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2017
EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN
DI KOTA SUKABUMI TAHUN 2014-2015

MAKALAH

PERSETUJUAN MAKALAH

Oleh:
Neneng Sri Fiqroh Albi
1730611047

Mei 2018
Disetujui Oleh:

Tanti Agustiani S,pd, M.Hum

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada wakunya. Karya tulis ilmiah in
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Penulisan makalah yang berjudul “Ekonomi Pembangunan Terhadap


Pengangguran di Kota Sukabumi tahun 2014-2015” ini, bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dan dampak dari pengangguran terhadap ekonomi
pembangunan masyarakat Sukabumi pada umumnya.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini tidak mungkin dapat


terwujud tanpa adanya bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama ibu dosen
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah yang disajikan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih.

Sukabumi, Mei 2018

Penulis

iii
ABSTRAK

Pengangguran secara umum merupakan istilah untuk orang yang tidak


bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terutama di Kota Sukabumi tentang
pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan
sumber daya dan potensi yang ada. Adanya pengangguran dikarenakan kurangnya
lapangan pekerjaan dan tidak hanya itu kurangnya pembekalan ilmu yang mereka
miliki juga menyebabkan seseorang menganggur. Minimnya ilmu yang mereka
miliki membuat sumber daya manusia yang ada menjadi kurang berkualitas,
padahal perusahaan-perusahaan besar sangat membutuhkan sumber daya manusia
yang berkualitas dalam upaya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi
mendorong pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi memperlancar
proses pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi suatu bangsa adalah
perjuangan yang harus dilakukan secara besar-besaran, sistematis dalam jangka
panjang untuk meningkatkan pertumbuhan taraf hidup yang lebih baik. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan


kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional dan juga menggambarkan perkembangan suatu
perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Menurut isi buku Sadono Sukirno (2008) pertumbuhan ekonomi
berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang
dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh sumber daya
manusia (SDM). Dalam hal ini, peran pemerintah sangat dibutuhkan agar angka
pengangguran dari tahun ke tahun dapat diminimalisir.

Kata Kunci : Pengangguran, Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan EkonomI

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii


KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
ABSTRAK...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 2
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................. 3
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................... 3
1.6 Manfaat Penelitian................................................................................. 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 4


2.1 Pengertian Pengangguran ...................................................................... 4
2.2 Penyebab Pengangguran ....................................................................... 5
2.3 Jenis-jenis Pengangguran ...................................................................... 5
2.3.1 Berdasarkan Sebab nya ............................................................... 5
2.3.2 Berdasarkan Jam Kerja ............................................................... 7
2.4 Dampak Pengangguran .......................................................................... 7
2.4.1 Berdasarkan Segi Ekonomi ........................................................ 7
2.4.2 Berdasarkan Segi Sosial............................................................. 7
2.4.3 Berdasarkan Aspek Ekonomi..................................................... 8
2.4.4 Berdasarkan Kegiatan Ekonomi ................................................ 9

v
2.5 Solusi Mengatasi Pengangguran ........................................................... 9
2.5.1 Berdasarkan Kesempatan Kerja ................................................. 9
2.5.2 Berdasarkan Angkatan Kerja ..................................................... 9
2.5.3 Berdasarkan Kualitas Kerja ....................................................... 10
2.5.4 Cara Mengatasi Pengangguran .................................................. 10
2.6 Tujuan dan Kebijakan Pemerintah ........................................................ 11
2.6.1 Tujuan Bersifat Ekonomi ........................................................... 11
2.6.2 Tujuan Bersifat Sosial ................................................................ 12
2.6.3 Kebijakan Pemerintah ................................................................ 13
2.6.4 Tindakan Pemerintah ................................................................. 15

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 16


3.1 Hasil ....................................................................................................... 16
3.2 Pembahasan ........................................................................................... 19
3.2.1 Masalah Pengangguran di Kota Sukabumi .............................. 19
3.2.2 Keadaan Pengangguran di Kota Sukabumi .............................. 21
3.2.3 Pengangguran mengakibatkan kemiskinan .............................. 22

BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 24


4.1 Kesimpulan............................................................................................ 24
4.2 Kritik dan Saran .................................................................................... 26

BAB V DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 28

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.1 TPAK dan TPT 2014 ..................................................................................... 16


Tabel 3.1.2 TPAK dan TPT 2015 ..................................................................................... 16
Tabel 3.1.3 Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan 2014 ........................................ 17
Tabel 3.1.4 Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan 2015 ........................................ 18
Tabel 3.2.3.1 Garis Kemiskinan dan Persentase Penduduk Miskin 2012-2016 ................. 23

vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengangguran di kota-kota berkembang seperti Sukabumi, dalam pembangunan
ekonomi di kota seperti ini pengangguran yang semakin bertambah jumlahnya merupakan
masalah yang lebih rumit dan lebih serius daripada masalah perubahan dalam distribusi
pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan rendah. Keadaan di
kota-kota berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukan bahwa pembangunan
ekonomi yang telah tercipta tidak sanggup mengadakan kesempatan kerja yang lebih cepat
daripada pertambahan penduduk yang berlaku. Oleh karena itu, masalah pengangguran yang
mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin bertambah serius.

Pengangguran terjadi disebabkan antara lain; yaitu karena jumlah lapangan kerja
yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja, kompetensi pencari kerja tidak sesuai
dengan pasar kerja dan kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja,
yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat
krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi,
hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain.

Masalah pengangguran akan menimbulkan dampak yang negatif bagi kelangsungan


hidup berbangsa dan bernegara. Dampak negatif dari pengangguran adalah kian beragamnya
tindakan kriminal, makin banyaknya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen, perdagangan
anak dan sebagainya. Hal ini sudah menjadi patologi sosial atau kuman penyakit sosial yang
menyebar bagaikan virus yang sulit di berantas. Penyakit sosial ini sangat berbahaya dan
menghasilkan korban-korban sosial yang tidak bernilai. Menurunnya kualitas sumber daya
manusia, tidak di hargainya martabat dan harga diri manusia yang merupakan korban sosial
dari penyakit sosial. Oleh karena itu, persoalan pengangguran ini harus secepatnya di
pecahkan dan dicari jalan keluarnya. Namun, perlu disyukuri karena kondisi ketenagakerjaan
di Sukabumi dalam satu tahun terakhir atau hingga tahun 2015 menunjukkan adanya sedikit
perbaikan. Hal ini digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang
bekerja serta menurunnya angka pengangguran. Pada tahun 2015 jumlah angkatan kerja

1
2

mencapai 62,81 persen orang naik 3,98 persen orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya
tahun 2014 yang sebesar 58,83 persen orang. Sedangkan penduduk yang bekerja juga terjadi
peningkatan, pada tahun 2015 mencapai 53,75 persen orang naik dari tahun 2014 sebesar
46,99 persen orang. Sementara itu, untuk jumlah pengangguran terbuka di Sukabumi pada
tahun 2015 mencapai 9,06 persen orang dari total angkatan kerja, mengalami penurunan
sekitar 2,78 persen orang jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya tahun 2014 yang
sebesar 11,84 persen. Naiknya jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2014-2015 ini
terutama di sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel menyerap tenaga kerja
terbesar di tahun 2014- 2015, yaitu 39,97 persen dari penduduk bekerja yang berkecimpung
di sektor ini. Sedangkan 17,45 persen penduduk bekerja di Kota Sukabumi bergerak sektor
jasa kemasyarakatan. Terbatasnya lahan pertanian di daerah perkotaan sepeti Sukabumi
berpengaruh pada proporsi penduduk yang bekerja di sektor pertanian, yaitu hanya 5,47
persen. Angkatan kerja di Kota Sukabumi didominasi oleh lulusan SLTA/sederajat, yaitu
mencapai 62.906 jiwa atau setara dengan 42,77 persen dari total angkatan kerja di tahun
2015. Sementara penduduk bekerja yang memiliki ijazah Diploma/Perguruan tinggi
merupakan yang terendah diantara keempat kelompok pendidikan, yaitu hanya 8,34 persen.

Pola pendidikan yang dimiliki penduduk bekerja juga berbanding lurus dengan
angkatan kerja, yaitu tertinggi adalah tamatan SLTA/sederajat dan terendah tamatan
Diploma/Perguruan tinggi. Apabila dibandingkan antara jumlah angkatan kerja dengan
penduduk bekerja maka terdapat celah yang terjadi. Celah atau gap tersebut dikenal dengan
istilah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Seperti yang telah diketahui bahwa TPT Kota
Sukabumi tahun 2015 sebesar 9,06 persen, dimana proporsi pengangguran terbuka terbesar
terjadi pada tingkat pendidikan SLTA/sederajat dan terendah dialami oleh tingkat pendidikan
Sekolah Dasar. Persaingan untuk memperoleh pekerjaan atau melakukan usaha untuk
tamatan SLTA/sederajat tampak cukup tinggi, hal ini terbukti dengan banyaknya angkatan
kerja yang memiliki latar belakang pendidikan tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah


1) Apa pengertian dari pengangguran ?
2) Apa yang menjadi masalah pengangguran di Sukabumi ?
3) Bagaimana keadaan pengangguran di Sukabumi ?
4) Bagaimana keadaan angkatan kerja dan kesempatan kerja ?
5) Apakah pengangguran mengakibatkan kemiskinan ?
3

6) Apa dampak pengangguran di Sukabumi terhadap pertumbuhan Ekonomi


ASEAN ?
7) Apa janji realisasi Industri untuk menyerap tenaga kerja ?

1.3 Pembatasan Masalah


1) Apa yang menjadi masalah pengangguran di Sukabumi ?
2) Bagaimana keadaan pengangguran di Sukabumi ?
3) Apakah pengangguran mengakibatkan kemiskinan ?
1.4 Rumusan Masalah
1) Apa yang menjadi masalah pengangguran di kota Sukabumi sehingga
pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan tertentu ?
2) Bagaimana keadaan pengangguran di Sukabumi pada tahun 2014-2015 ?
3) Ketika jumlah pengangguran di suatu negara ataupun kota bertambah apakah
akan mengakibatkan kemiskinan ?

1.5 Tujuan Penelitian


1) Untuk mengetahui seberapa besarnya pengangguran yang terjadi di Sukabumi.
2) Untuk mengetahui masalah dan keadaan pengangguran.
3) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menimbulkan terjadinya
pengangguran
4) Untuk mengetahui bagaimana sikap pemerintah dalam mengatasi pengangguran.

1.6 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1) Penulis
Karena dengan tugas ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi
penulis mengenai masalah pengangguran yang ada di negara kita yang semakin
tahun semakin meningkat jumlahnya.
2) Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui penyebab pengangguran serta dapat bertindak
langsung dalam upaya mengatasi masalah pengangguran.
3) Siswa
Siswa mendapat pengalaman serta gambaran dalam menyusun karya tulis
ilmiah.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengangguran

Pengangguran secara umum merupakan istilah untuk orang yang tidak bekerja
sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Seperti yang
diungkapkan oleh Payman J. Simanjuntak bahwa, “Pengangguran adalah orang yang tidak
bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua
hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan” . Selain
pengertian di atas Mankiw juga berpendapat bahwa pengangguran merupakan

Masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan


merupakan yang paling berat. Kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan
standar kehidupan dan rekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran
menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politis sering
mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan
kerja (Mankiw, 2006).
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Payman dan Mankiw, International Labor
Organization (ILO) memberikan definisi pengangguran yaitu:
1) Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk
usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima
pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan.
2) Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai buruh
karyawan dan pekerja mandiri (berusaha sendiri) yang selama periode tertentu
secara terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal, yang masih mencari
pekerjaan lain atau masih bersedia mencari pekerjaan lain/tambahan (BPS,
2001:4).
Sedangkan menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) menyatakan
bahwa:
1) Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35
jam per minggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia
menerima pekerjaan lain.

4
5

2) Setengah pengangguran sukarela adalah orang yang bekerja kurang dari 35


jam per minggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima
pekerjaan lain (BPS, 2000: 14).

2.2 Penyebab Pengangguran

Sebab-sebab terjadinya pengangguran terutama disebabkan oleh hal-hal sebagai


berikut:
1) Angkatan kerja yang terus meningkat jumlahnya dan pertumbuhan kesempatan
kerja tidak seimbang dengan pertumbuhan angkatan kerja.
2) Angkatan kerja yang sedang mencari kerja tidak dapat memenuhi persyaratan-
persyaratan yang diminta oleh dunia kerja.
3) Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja.
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada
kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
4) Struktur lapangan kerja tidak seimbang.
5) Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik
tidak seimbang. Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar
daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya,
belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan
yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga
kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
6) Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.
7) Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari
kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan
sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja
dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.

2.3 Jenis-jenis Pengangguran


2.3.1 Bila ditinjau dari sebab-sebabnya, pengangguran dapat digolongkan
menjadi 7, yaitu :
1) Pengangguran Friksional (Transisional)
6

Pengangguran ini timbul karena perpindahan orang-orang dari satu daerah ke


daerah lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain dan karena tahapan siklus
hidup yang berbeda.
Contoh:
 Perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, untuk
sementara menganggur.
 Berhenti dari pekerjaan yang lama, mencari pekerjaan yang baru yang
lebih baik.
2) Pengangguran Struktural
Pengangguran ini terjadi karena adanya perubahan dalam struktur perekonomian
yang menyebabkan kelemahan di bidang keahlian lain. Contoh: Suatu daerah
yang tadinya agraris (pertanian) menjadi daerah industri, maka tenaga bidang
pertanian akan menganggur.
3) Pengangguran Siklikal/Siklus atau Konjungtural
Pengangguran ini terjadi karena adanya gelombang konjungtur, yaitu adanya
resesi atau kemunduran dalam kegiatan ekonomi. Contoh: Di suatu perusahaan
ketika sedang maju butuh tenaga kerja baru untuk perluasan usaha. Sebaliknya
ketika usahanya merugi terus maka akan terjadi PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja) atau pemecatan.
4) Pengangguran Musiman (Seasonal)
Pengangguran musiman terjadi karena adanya perubahan musim. Contoh: pada
musim panen, para petani bekerja dengan giat, sementara sebelumnya banyak
menganggur.
5) Pengangguran Teknologi
Pengangguran ini terjadi karena adanya penggunaan alat–alat teknologi yang
semakin modern. Contoh, sebelum ada penggilingan padi, orang yang berprofesi
sebagai penumbuk padi bekerja, setelah ada mesin penggilingan padi maka
mereka tidak bekerja lagi.
6) Pengangguran Politis
Pengangguran ini terjadi karena adanya peraturan pemerintah yang secara
langsung atau tidak, mengakibatkan pengangguran. Misalnya penutupan Bank-
bank bermasalah sehingga menimbulkan PHK.
7

7) Pengangguran Deflatoir
Pengangguran deflatoir ini disebabkan tidak cukup tersedianya lapangan
pekerjaan dalam perekonomian secara keseluruhan, atau karena jumlah tenaga
kerja melebihi kesempatan kerja, maka timbullah pengangguran.

2.3.2 Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3


macam:
1) Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2) Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga
kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang
dari 35 jam selama seminggu.
3) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup
banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.

2.4 Dampak Pengangguran


2.4.1 Ditinjau dari segi ekonomi, pengangguran memiliki dampak sebagai
berikut:
1) Pengangguran secara tidak langsung berkaitan dengan pendapatan nasional.
Tingginya jumlah pengangguran akan menyebabkan turunnya produk domestik
bruto (PDB), sehingga pendapatan nasional pun akan mengalami penurunan.
2) Pengangguran akan menghambat investasi, karena jumlah tabungan masyarakat
ikut menurun.
3) Pengangguran akan menimbulkan menurunnya daya beli masyarakat, sehingga
akan mengakibatkan kelesuan dalam berusaha.

2.4.2 Ditinjau dari segi sosial, pengangguran bisa menimbulkan dampak


yang tidak kecil. Dampak yang ditimbulkan sebagai berikut:
1) Perasaan rendah diri; dan
2) Gangguan keamanan dalam masyarakat, sehingga biaya sosial menjadi
meningkat.
8

2.4.3 Untuk mengetahui dampak pengangguran terhadap perekonomian


kita perlu mengelompokkan pengaruh pengangguran terhadap dua aspek
ekonomi, yaitu:
1) Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian Suatu Kota dan Negara
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu kota dan negara pada dasarnya
adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi
agar stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu
kota relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena
pengangguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti
yang dijelaskan di bawah ini:
 Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat
memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi
karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil
(nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada
pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu,
kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
 Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional dari sektor
pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi
akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga
pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak
yang harus diterima dari masyarakat pun akan menurun. Jika
penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah
juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus
menurun.
 Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya
pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan
berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil
produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang
kalangan investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau
pendirian industri baru. Dengan demikian, tingkat investasi menurun
sehingga pertumbuhan ekonomi pun tidak akan terpacu.
9

2) Dampak Pengangguran Terhadap Individu yang Mengalaminya dan


Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang
mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
 Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian;
 Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan; dan
 Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik.

2.4.4 Apabila pengangguran dibiarkan tentunya akan berdampak negatif


terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Bila tingkat pengangguran tinggi
akan menyebabkan tingkat kemakmuran rendah, bahkan dapat
membahayakan stabilitas negara. Beberapa akibat pengangguran di
antaranya:
1) Terjadinya bahaya kelaparan;
2) Tingkat pertumbuhan ekonomi rendah;
3) Pendapatan perkapita masyarakat rendah; dan
4) Angka kriminalitas tinggi.

2.5 Solusi Mengatasi Pengangguran


2.5.1 Memperluas kesempatan kerja
Menurut Soemitro Djojohadikusumo, kesempatan kerja dapat
diperluas dengan dua cara, yaitu:
1) Pengembangan industri, terutama jenis industri yang bersifat padat karya
(yang dapat menyerap relatif banyak tenaga kerja).
2) Melalui berbagai proyek pekerjaan umum, seperti pembuatan jalan, saluran
air, bendungan dan jembatan.

2.5.2 Menurunkan jumlah angkatan kerja


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan jumlah angkatan kerja,
misalnya:
1) Program keluarga berencana;
2) Program wajib belajar; dan
3) Adanya pembatasan usia kerja minimum.
10

2.5.3. Meningkatkan kualitas kerja dari tenaga kerja yang ada, sehingga
mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan keadaan.
Banyak cara yang bisa dilakukan, seperti melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih
tinggi, kursus, balai latihan kerja, mengikuti seminar dan yang lainnya. Untuk itu perlu
diupayakan cara mengatasi pengangguran, antara lain sebagai berikut:
1) Meningkatkan mutu pendidikan;
2) Meningkatkan latihan kerja untuk memenuhi kebutuhan keterampilan sesuai
tuntutan industri modern;
3) Meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan;
4) Mendorong terbukanya kesempatan usaha-usaha informal;
5) Meningkatkan pembangunan dengan sistem padat karya; dan
6) Membuka kesempatan kerja ke luar negeri.

2.5.4 Adanya bermacam-macam pengangguran membutuhkan cara-cara


mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi,
yaitu sbb :
1) Cara mengatasi pengangguran struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
 Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
 Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor
yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
 Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong.
 Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.
2) Cara mengatasi pengangguran friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan
cara-cara sbb:
 Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri- industri
baru, terutama yang bersifat padat karya.
 Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk
merangsang timbulnya investasi baru.
 Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
11

 Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di


sektor agraris dan sektor formal lainnya.
 Pembukaan proyek- proyek umum oleh pemerintah, seperti
pembangunan jembatan, jalan raya, PLTA, PLTU, sehingga bisa
menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang
investasi baru dari kalangan swasta.
3) Cara mengatasi pengangguran musiman :
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
 Pemberian informasi cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
 Melakukan pelatihan di bidang ketrampilan lain untuk memanfaatkan
waktu ketika menunggu musim tertentu.
4) Cara mengatasi pengangguran siklus :
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
 Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
 Meningkatkan daya beli masyarakat.
2.6 Tujuan dan Kebijakan Pemerintah
2.6.1 Tujuan Bersifat Ekonomi
1) Menyediakan Lowongan Pekerjaan
Salah satu kebijakan ini merupakan usaha dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Dalam jangka panjang usaha mengatasi pengangguran
diperlukan karena jumlah penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan
pertambahan tenaga kerja yang terus-menerus. Maka untuk menghindari
masalah pengangguran yang semakin hari semakin serius, tambahan lowongan
pekerjaan yang cukup perlu disediakan dari tahun ke tahun. Dalam jangka
pendek pengangguran dapat menjadi bertambah serius, yaitu ketika berlaku
kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti itu
kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat.
Menghadapi keadaan yang seperti ini usaha-usaha pemerintah untuk mengatasi
pengangguran perlu ditingkatkan.
2) Meningkatkan Taraf Kemakmuran Masyarakat
Kenaikkan kesempatan kerja dan pengangguran sangat berhubungan dengan
pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan
kesempatan kerja menambah produksi nasional dan pendapatan nasional.
12

Perkembangan ini selanjutnya akan menambah kemakmuran masyarakat.


Ukuran kasar dari kemakmuran masyarakat adalah pendapatan per-kapita yang
diperoleh dengan cara membagikan pendapatan nasional dengan jumlah
penduduk. Dengan demikian, kesempatan kerja yang semakin meningkat dan
pengangguran yang semakin berkurang bukan saja menambah pendapatan
nasional tetapi juga meningkatkan pendapatan per-kapita. Melalui perubahan
ini kemakmuran masyarakat akan bertambah.
3) Memperbaiki Pembagian Pendapatan
Pengangguran yang semakin tinggi menimbulkan efek yang buruk kepada
kesamarataan pembagian pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak
memperoleh pendapatan. Maka semakin besar pengangguran, semakin banyak
golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Seterusnya,
pengangguran yang terlalu besar cenderung untuk mengekalkan atau
menurunkan upah golongan berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada
kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah akan semakin mudah
diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulkan bahwa usaha menaikkan
kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki
pembagian pendapatan dalam masyarakat.

2.6.2 Tujuan Bersifat Sosial dan Politik

1) Meningkatkan Kemakmuran Keluarga dan Kestabilan Keluarga


Ditinjau dari segi mikro, tujuan ini merupakan hal yang sangat penting.
Apabila kebanyakan anggota dalam suatu rumah tangga tidak mempunyai
pekerjaan, berbagai masalah akan timbul. Pertama, keluarga tersebut
mempunyai kemampuan yang terbatas untuk melakukan perbelanjaan. Maka
secara langsung pengangguran mengurangi taraf kemakmuran keluarga.
Seterusnya, pengangguran mengurangi kemampuan keluarga untuk membiayai
pendidikan anak-anaknya. “Droup-out” di sekolah-sekolah sangat
berhubungan erat dengan masalah kemiskinan. Efek psikologi ke atas rumah
tangga seperti merasa rendah diri, kehilangan kepercayaan diri dan
perselisihan dalam keluarga, merupakan masalah lain yang di timbulkan oleh
pengangguran.
2) Menghindari Masalah Kejahatan
13

Di satu pihak pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan


pendapatan. Akan tetapi di lain pihak, ketiadaan pekerjaan tidak akan
mengurangi kebutuhan untuk berbelanja. Sewa rumah harus dibayar.
Seringkali, apabila tiada tabungan dan sumber pendapatan lain, pengangguran
menggalakkan kegiatan kejahatan. Terdapat kaitan yang erat di antara masalah
kejahatan dan masalah pengangguran, semakin tinggi kasus kejahatan. Dengan
demikian, usaha mengatasi pengangguran secara tak langsung menyebabkan
pengurangan dalam kejahatan.
3) Mewujudkan Kestabilan Politik
Kestabilan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang diperlukan untuk
menaikkan taraf kemakmuran masyarakat memerlukan kestabilan politik.
Tanpa kestabilan politik tidak mungkin suatu negara dapat mencapai
pertumbuhan yang cepat dan terus-menerus. Pengangguran merupakan salah
satu sumber/ penyebab dari ketidakstabilan politik. Pengangguran
menyebabkan masyarakat tidak merasa puas dengan pihak pemerintah. Mereka
merasa pemerintah tidak melakukan tindakan yang cukup untuk masyarakat.
Dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya tinggi masyarakat
seringkali melakukan demonstrasi dan mengemukakan kritik ke atas
pemimpin-pemimpin pemerintah. Hal-hal seperti itu akan menimbulkan
halangan untuk melakukan investasi dan mengembangkan kegiatan ekonomi.
Sebagai akibatnya perkembangan ekonomi yang lambat semakin
berkepanjangan dan keadaan pengangguran semakin memburuk. Langkah
pemerintah untuk menghindari masalah ini perlu dilakukan.

2.6.3 Kebijakan Pemerintah


1) Kebijakan Fiskal
Kebijakan ini bisa dilakukan dengan mengurangi pajak dan menambah
pengeluaran pemerintah.
2) Kebijakan Moneter
Kebijakan ini bisa dilakukan dengan menambah penawaran uang, mengurangi/
menurunkan suku bunga dan menyediakan kredit khusus untuk sektor atau
kegiatan tertentu.
3) Kebijakan Segi Penawaran
14

Kebijakan ini bisa dilakukan dengan mendorong lebih banyak investasi,


memberi subsidi dan pengurangan pajak perusahaan serta pajak perorangan.
4) Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa
kewirausahan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan
teknis dan manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka panjang,
perluasan pasar serta pemberian fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara
mandiri dan handal bersaing di bidangnya.
5) Mendorong terbentuknya kelompok usaha bersama dan lingkungan usaha yang
menunjang dan mendorong terwujudnya pengusaha kecil dan menengah yang
mampu mengembangkan usaha, menguasai teknologi serta informasi pasar dan
peningkatan pola kemitraan UKM dengan BUMN, BUMD, BUMS dan pihak
lainnya.
6) Segera melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan-
kawasan, khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas
dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka
lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan.
Harapan akan berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) baik potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia.
7) Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan
penganggur. Seperti PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan
membangun lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan terdata dengan
baik dan mendapat perhatian khusus secara teknis dan rinci.
8) Segera menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu
banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik penanaman modal
asing maupun penanaman modal dalam negeri. Hal itu perlu segera dibahas
dan disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan iklim investasi yang
kondusif untuk menciptakan lapangan kerja.
9) Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan Sukabumi (khususnya
daerah-daerah yang belum tergali potensinya) dengan melakukan promosi-
promosi ke berbagai kota dan negara untuk menarik para wisatawan lokal dan
asing, mengundang para investor untuk ikut berpartisipasi dalam
pembangunan dan pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan yang
nantinya akan banyak.
15

10) Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki
keterkaitan usaha atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan
sinergi tersebut maka kegiatan proses produksi akan menjadi lebih efisien dan
murah karena pengadaan bahan baku bisa dilakukan secara bersama-sama.
11) Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk (meminimalisirkan
menikah pada usia dini) yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi
angkatan kerja baru atau melancarkan sistem transmigrasi dengan
mengalokasikan penduduk padat ke daerah yang jarang penduduk dengan
difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau peternakan oleh pemerintah.
12) Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri.
Perlu seleksi secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya
diupayakan tenaga-tenaga terampil. Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai
oleh pemerintah pusat dan daerah.
13) Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional
(Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas
pendidikan yang berorientasi kompetensi. Karena sebagian besar para
penganggur adalah para lulusan perguruan tinggi yang tidak siap menghadapi
dunia kerja.
2.6.4 Tindakan pemerintah dalam mengatasi pengangguran:
1) Mengurangi pajak;
2) Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat;
3) Memperbaiki pembagian pendapatan;
4) Menghindari masalah kejahatan; dan
5) Menambah keterampilan masyarakat seperti pelatihan sablon, las, komputer,
menjahit, mesin dan logam, pengolahan hasil pertanian serta pelatihan lainnya.
16
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
Tabel 3.1.1
Persentase Tingkat Partisipan Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Kota Sukabumi Tahun 2014

Indikator
Laki-laki Perempuan Rata-rata
Ketenagakerjaan
TPAK 77,4 41,58 58,83
TPT 11,29 12,31 11,84

Tabel 3.1.2
Persentase Tingkat Partisipan Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Kota Sukabumi Tahun 2015

Indikator
Laki-laki Perempuan Rata-rata
ketenagakerjaan
TPAK 81,86 43,38 62,81
TPT 8,39 10,34 9,06

Dari data di atas (tabel 3.1.1 dan 3.1.2) bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat
akan menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah utama yang timbul adalah perlunya
penyediaan lapangan pekerjaan karena dengan pertumbuhan penduduk yang cepat
mengakibatkan angkatan kerja yang cepat pula. Dengan pertumbuhan angkatan kerja yang
cepat ini akan terjadi masuknya sejumlah besar angkatan kerja ke dalam pasar kerja untuk
memperoleh kesempatan kerja (Liakip, 1983:1). Data-data di atas terlihat bahwa Pada tahun
2015 menunjukkan adanya sedikit perbaikan. Hal ini digambarkan dengan adanya
peningkatan kelompok penduduk yang bekerja serta menurunnya angka pengangguran. Pada
tahun 2015 jumlah angkatan kerja mencapai 62,81 persen orang naik 3,98 persen orang
dibandingkan dengan tahun sebelumnya tahun 2014 yang sebesar 58,83 persen orang.
Sedangkan penduduk yang bekerja juga terjadi peningkatan, pada tahun 2015 mencapai 53,75

16
17

persen orang naik dari tahun 2014 sebesar 46,99 persen orang. Sementara itu, untuk jumlah
pengangguran terbuka di Sukabumi pada tahun 2015 mencapai 9,06 persen orang dari total
angkatan kerja, mengalami penurunan sekitar 2,78 persen orang jika di bandingkan dengan
tahun sebelumnya tahun 2014 yang sebesar 11,84 persen.
Rumus :
TPAK = Jumlah Angkatan Kerja x 100%
Jumlah Penduduk 15 tahun ke atas
Rumus di atas mengidentifikasi besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif
secara ekonomi disuatu negara/wilayah. Interpretasi semakin tinggi TPAK menunjukkan
bahwa semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja (Labour Supply) yang tersedia untuk
memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Contoh: Jika TPAK 66% artinya
dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas, sebanyak 66 orang tersedia untuk memproduksi
pada periode tertentu. Selain TPAK, TPT memberikan indikasi besarnya penduduk usia kerja
yang termasuk dalam pengangguran. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase
pengangguran terhadap angkatan kerja.
Tabel 3.1.3
Jumlah Pencari Kerja menurut Tingkat Pendidikan di Kota Sukabumi tahun 2014

Bulan SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Total


Januari 23 21 154 4 - 202
Februari 7 85 144 7 151 394
Maret 3 10 31 2 21 67
April 42 104 164 11 24 345
Mei 66 144 158 11 24 403
Juni 91 195 256 52 60 654
Juli 35 26 49 13 9 132
Agustus 132 136 214 54 36 572
September 211 187 294 54 348 1.094
Oktober 15 36 66 19 85 215
November 158 30 66 19 85 358
Desember 27 60 162 11 173 433
Total 810 1.034 1.758 257 1.016 4.869
18

Tabel 3.1.4
Jumlah Pencari Kerja menurut Tingkat Pendidikan di Kota Sukabumi tahun 2015

Bulan SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Total


Januari 25 105 257 21 41 449
Februari 20 88 210 15 29 362
Maret 23 107 238 34 34 436
April 29 212 225 29 63 558
Mei 24 154 445 17 33 673
Juni 15 56 488 17 36 612
Juli 15 56 488 17 36 612
Agustus 24 161 584 37 63 869
September 18 104 374 55 58 609
Oktober 17 97 340 34 43 531
November 9 59 219 30 52 369
Desember 11 55 185 17 28 296
Total 230 1.254 4.053 323 516 6.376

Dalam tabel ini, tenaga kerja yang berpendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama
(SLTP) atau lebih rendah dikelompokkan sebagai angkatan kerja "kurang terdidik",
sementara tenaga kerja yang sekurang-kurangnya berhasil menyelesaikan sekolah menengah
umum atau kejuruan (SMU/SMK) dikategorikan sebagai angkatan kerja "terdidik".
Berdasarkan kategori ini, tampak bahwa proporsi tenaga kerja terdidik terus meningkat dari
1.758 orang menjadi 4.053 orang. Lebih jauh tabel diatas menunjukkan bahwa kenaikan ini
terjadi baik pada mereka yang tamat SMU/SMK maupun tamatan perguruan tinggi (termasuk
program diploma). Sebaliknya, penurunan proporsi tenaga kerja kurang terdidik didorong
oleh penurunan proporsi mereka yang hanya tamat sekolah dasar (SD) atau lebih rendah,
sementara proporsi mereka yang hanya tamat SLTP cenderung terus meningkat. Situasi ini
merupakan dampak dari kebijakan pemerintah di bidang pendidikan dasar dalam bentuk
pembebasan biaya untuk tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SLTP).
Untuk menyerap lebih banyak angkatan maka dapat dilakukan dengan cara berikut :
1) Memperluas dan membuka lapangan pekerjaan.
19

2) Bagi individu yang mampu (wiraswasta), membuka usaha baik skala kecil
maupun besar. Hal ini mampu memperkecil tingkat pengangguran dan
membuka lapangan pekerjaan baru.
3) Mengadakan bimbingan, penyuluhan dan keterampilan tenaga kerja,
menambah keterampilan, dan meningkatkan pendidikan.
Serta perlunya ada rekomendasi yaitu :
1) Pemerintah harus bisa mengeluarkan kebijakan yang bisa terciptanya lapangan
pekerjaan, serta menjalankan kebijakan yang konsisten tersebut dengan
sungguh-sungguh sampai terlihat hasil yang maksimal.
2) Pemerintah memberikan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kerja kepada
masyarakat untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya masing-masing untuk mengembangkan kompetensi
kerja guna meningkatkan kemampuan, produktifitas dan kesejahteraan.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Apa yang menjadi masalah pengangguran di Sukabumi
1) Masalah pengangguran secara umum:
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran sering
kali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah- masalah
sosial lainnya. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang
dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga
dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan
keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu
20

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah


menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di
mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit,
dilakukan oleh lebih banyak orang. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia
sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai
dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar, pendapatan
yang relative rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan
setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan pemborosan
sumber daya dan potensi yang ada menjadi beban keluarga dan masyarakat,
sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan
kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan
pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan
masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan
keresahan sosial dan kriminal, dan dapat menghambat pembangunan dalam
jangka panjang. Pembangunan bangsa Indonesia ke depan sangat tergantung
pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental serta
mempunyai ketrampilan dan keahlian kerja sehingga mampu membangun
keluarga yang bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan
yang tetap dan layak, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan
dan pendidikan anggota keluarganya. Dalam pembangunan nasional, kebijakan
ekonomi makro yang bertumpu pada sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter
harus mengarah pada penciptaan dan perluasan kesempatan kerja. Untuk
menumbuh kembangkan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri perlu
keberpihakan kebijakan termasuk akses, pendamping, pendanaan usaha kecil
dan tingkat suku bunga kecil yang mendukung. Kebijakan Pemerintah Pusat
dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota harus
merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk penciptaan dan
perluasan kesempatan kerja. Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran
(GNPP), Mengingat 70 persen penganggur didominasi oleh kaum muda, maka
diperlukan penanganan khusus secara terpadu program aksi penciptaan dan
perluasan kesempatan kerja khusus bagi kaum muda oleh semua pihak.
21

2) Masalah pengangguran secara khusus ( membahas tentang masalah


pengangguran di Sukabumi)
Pengaangguran di Sukabumi terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara
penyediaan tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja yang dampak
utamanya akan membengkaknya jumlah pengangguran dan masalah sosial
yang menyertainya. Selain kesempatan kerja yang terbatas juga permasalahan
rendahnya kualitas dan kuantitas angkatan kerja. Hal ini menunjukkan, bahwa
semua pihak belum memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang
berkualitas. Permasalahan ketenagakerjaan harus mendapat perhatian secara
menyeluruh dari berbagai pihak, yang tujuannya agar dapat dipecahkan
bersama-sama. Adapun penyebab timbulnya permasalahan tersebut di
antaranya masih kurangnya investasi yang masuk, kebijakan ketat dari
sejumlah negara maju dalam menerima ekspor negara berkembang, iklim
investasi yang belum kondusif, pasar global, berbagai regulasi dan birokrasi
yang kurang mendukung terhadap pengembangan usaha, serta adanya tekanan
kenaikan upah dalam kondisi dunia usaha yang masih lesu. Dalam pelaksanaan
pembangunan nasional tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang
penting, sebagai pelaku pembangunan sekaligus yang menerima manfaat dari
hasil pembangunan. Oleh karena itu, setiap warga khususnya pencari kerja
harus memiliki standar minimal, kualitas, dan kompetensi yang tepat, sesuai
dengan kebutuhan pasar kerja. Selain itu, setiap warga harus melatih
kemampuannya agar pengetahuan dan keterampilannya bisa meningkat,
terlebih pada saat ini dihadapkan dengan diberlakukannya ASEAN Economic
Community dan ASEAN-China Free Trade. Dikatakannya, para Pimpinan
ASEAN telah sepakat, untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA).

3.2.2 Bagaimana keadaan pengangguran di Sukabumi


1) Keadaan Pengangguran secara umum :
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain; yaitu karena jumlah lapangan
kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja juga kompetensi
pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya
informasi pasar kerja bagi para pencari kerja. Fenomena pengangguran juga
berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan
22

antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat


krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang
menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dll. Menurut
data BPS angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar 9,13 juta penganggur
terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang berpendidikan tinggi. Bila
dilihat dari usia penganggur sebagian besar (5.78 juta) adalah pada usia muda
(15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7 juta penganggur merasa tidak
mungkin mendapat pekerjaan (hopeless). Situasi seperti ini akan sangat
berbahaya dan mengancam stabilitas nasional. Masalah lainnya adalah jumlah
setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari jam kerja normal 35 jam
perminggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta orang. Sebagian dari mereka
ini adalah yang bekerja pada jabatan yang lebih rendah dari tingkat
pendidikan, upah rendah, yang mengakibatkan produktivitas rendah. Dengan
demikian, masalah pengangguran terbuka dan setengah penganggur berjumlah
38 juta orang yang harus segera dituntaskan.
2) Keadaan Pengangguran secara khusus :
Jumlah pengangguran angkatan kerja usia produktif di Kabupaten Sukabumi
masih tergolong tinggi. Dari jumlah penduduk yang tersebar di 47 kecamatan,
diperkirakan masih ada 24 persen atau sekitar 414.831 orang masih belum
beroleh pekerjaan. Dari data BPS Sakernas 2015 yang diolah Pusdatinaker
2015 lalu, diperkirakan 123.171 orang hanya menyelesaikan pendidikan di
tingkat sekolah dasar (SD). Sementara 191.334 orang hanya bersekolah sampai
sekolah menengah pertama (SMP). Dengan latar penddikan penduduk
Sukabumi yang masih terbilang rendah maka pemerintah memberikan
pelatihan berbasis kompetensi dan pelatihan berbasis masyarakat khususnya
pada usia produktif . Pelatihan yang diberikan mencakup 11 keterampilan atau
kejuruan. Di antaranya pelatihan sablon, las, komputer, menjahit, mesin dan
logam, pengolahan hasil pertanian serta pelatihan lainnya.

3.2.3 Apakah pengangguran mengakibatkan kemiskinan


1) Kemiskinan adalah simbol sosial yang nyaris absolut dan tak terpecahkan.
Sejak masa kolonial hingga saat ini, predikat negeri miskin seakan sulit lepas
dari bangsa yang potensi kandungan kekayaan alamnya terkenal melimpah.
Cerita pilu kemiskinan seakan kian lengkap dengan terjadinya berbagai
23

musibah alam dan bencana buatan seperti: gempa bumi, tsunami, lumpur
panas Lapindo, dan kebakaran hutan yang diikuti kabut asap. Kantung-kantung
kemiskinan di negeri ini kian hari kian menyebar bak virus ganas, mulai dari
lapis masyarakat pedesaan, kaum urban perkotaan, penganggur, hingga ke
kampung-kampung nelayan. Merabaknya tingkat pengangguran di Sukabumi
bak jamur yang bersemi di musim hujan dan sudah menjadi hal yang sudah tak
asing lagi di kota ini. Banyak sekali pengangguran di sekitar kita yang berasal
dari berbagai jenjang pendidikan, pendidikan tinggi sekalipun tidak menjamin
seseorang langsung mendapatkan pekerjaan. Masalah ini sangat berpengaruh
bagi keidupan masyarakat yang menduduki tingkat ekonomi menengah ke
bawah. Karena pengangguran mengakibatkan kemiskinan yang tak berujung.
Khususnya di kota Sukabumi angka kemiskinan dari tahun 2014-2015
mengalami kenaikan yaitu dari 7,65 persen menjadi 8,79 persen. Dibawah ini
disajikan persentase penduduk miskin dari tahun 2012-2016.

Tabel 3.2.3.1
Garis Kemiskinan (GK) dan Persentase Penduduk Miskin (PO)

Indikator 2012 2013 2014 2015 2016


Garis Kemiskinan 370,633 411,523 395,131 421,908 400,541
Persentase Penduduk Miskin 8,42 8,05 7,65 8,79 8,59
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengertian pengangguran menurut para ahli:
Pengangguran secara umum merupakan istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Seperti yang diungkapkan oleh Payman J. Simanjuntak bahwa,
“Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak
bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum
pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan” . Selain pengertian di atas
Mankiw juga berpendapat bahwa pengangguran merupakan

Masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung


dan merupakan yang paling berat. Kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti
penurunan standar kehidupan dan rekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan
jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan
politik dan para politis sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan
akan membantu menciptakan lapangan kerja (Mankiw, 2006).
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Payman dan Mankiw,
International Labor Organization (ILO) memberikan definisi pengangguran yaitu:
1) Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok
penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja,
dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan.
2) Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja
sebagai buruh karyawan dan pekerja mandiri (berusaha sendiri)
yang selama periode tertentu secara terpaksa bekerja kurang dari
jam kerja normal, yang masih mencari pekerjaan lain atau masih
bersedia mencari pekerjaan lain/tambahan (BPS, 2001:4)

Sedangkan menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)


menyatakan bahwa:

24
25

1) Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang


dari 35 jam per minggu yang masih mencari pekerjaan atau yang
masih bersedia menerima pekerjaan lain.
2) Setengah pengangguran sukarela adalah orang yang bekerja kurang
dari 35 jam per minggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak
bersedia menerima pekerjaan lain (BPS, 2000: 14).
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi
7 macam:
1) Pengangguran Friksional (Transisional);
2) Pengangguran Struktural;
3) Pengangguran Siklikal atau Siklus atau Konjungtural;
4) Pengangguran Musiman (Seasonal);
5) Pengangguran Teknologi;
6) Pengangguran Politis; dan
7) Pengangguran Deflatoir Berdasarkan jam kerja.
Pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
1) Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment)
2) Setengah Menganggur (Under Unemployment
3) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)
Oleh karena pemerintah yang baik harus berusaha untuk mencari cara
untuk mengurangi penganguran misalnya :
1) Menciptakan lapangan pekerjaan, karena dengan meningkatkan
lapangan pekerjaan maka akan meningkatkan taraf hidup individu
tersebut. Namun untuk jangka panjangnya pemerintah harus dapat
meningkatkan investor sehingga akan meningkatkan unit produksi
bagi negara. Sedangkan untuk jangka pendeknya pemerintah dapat
membuka proyek yang padat karya.
2) Meningkatkan keterampilan melalui pendidikan lanjutan formal
atau informal. Akan tetapi tidak hanya meningkatkan kualitas
sumber daya manusia tetapi akan lebih baik jika menurunkan
jumlah angkatan dengan cara keluarga berencana, program wajib
26

belajar dan adanya pembatasan usia kerja minimum. Namun karena


pengangguran tidak memiliki dana yang cukup untuk pendidikan
tersebut maka sebaiknya pemerintah memberikan bantuan untuk
pendidikan mereka. Bantuan bisa berupa pinjaman beasiswa
pemerintah atau dari pihak swasta, tunjangan pendidikan dan juga
bisa melalui pinjaman lunak.
4.2 Kritik dan Saran
Seiring dengan perkembangan jaman tingkat pengangguran terutama di
Sukabumi harus mengalami penurunan. Hal ini selayaknya mendapatkan
perhatian lebih dari Pemerintah Sukabumi. Berikut ada beberapa langkah yang
dapat dilakukan untuk mengurangi pengangguran di Indonesia :
1) Dibukanya lapangan pekerjaan baru yang dapat menerima para
pengangguran di wilayahnya. Seperti: memberi fasilitas dan
mempermudah pengusaha dalam negeri untuk membuka lapangan
kerja baru, memajukan produksi kerajinan tangan, memberi
kepercayaan pada hasil produksi dalam negeri digalakkan
penjualan produksi usaha dalam negeri agar usaha dalam negeri
dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas.
2) Memperbaiki kejiwaan, mental dan moralitas para pengangguran
untuk melakukan hal yang berguna dan berdampak positif. Seperti;
pembinaan mental, pengajaran untuk taat beragama, memperbaiki
karakter, memiliki kepribadian yang baik, memperbaiki kapasitas
dan kualitas yang menjadikan diri diterima di lapangan pekerjaan.
3) Mempermudah seseorang untuk belajar dan sekolah. Seperti;
Pendidikan gratis yang diberikan bagi kalangan tidak mampu,
sekolah tanpa batasan usia, tempat pendidikan yang mudah diakses
dan terdapat di setiap wilayah.
4) Membuka tempat belajar yang melatih keterampilan dan keahlian,
dan dapat diakses oleh setiap pengangguran atau orang yang
membutuhkan. Seperti; belajar menjahit, belajar menjadi tenaga
27

ahli seperti; montir, capster (pemotong rambut), service alat


elektronik, dsb.
Selain Pemerintah yang melakukan upaya pengurangan tingkat
pengangguran tersebut, kita sebagai warga negara yang baik
sebaiknya mendukung setiap upaya baik dari Pemerintah. Hal itu
dapat dimulai dari diri anda sendiri seperti, kurangi berkumpul
untuk sesuatu hal yang tidak perlu dan fokus akan apa yang dapat
anda lakukan.
26

24
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Suwarna, Idun dan Darmo H.Suwiryo. 2017. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro.
Sukabumi: Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Nanga, Muana. 2005. Makroekonomi. Teori, Masalah dan Kebijakan. Edisi
Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafika Persada.
Badan Pusat Statistika Kabupaten Sukabumi. 2017, 20 Februari. Persentase
Tingkat Partisipan Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) di Kota Sukabumi tahun 2015. Diperoleh 02 Juni 2018, dari:
https://sukabumikota.bps.go.id/statictable/2017/02/20/118/persentase-tingkat-
partisipasi-angkatan-kerja-tpak-dan-tingkat-pengangguran-terbuka-tpt-di-kota-
sukabumi-tahun-2015-.html
Badan Pusat Statistika Kabupaten Sukabumi. 2018, 02 Januari. Garis
Kemiskinan (GK) dan Persentase Penduduk Miskin (PO) Kota Sukabumi tahun 2012-
2016. Diperoleh 02 Juni 2018, dari:

https://sukabumikota.bps.go.id/statictable/2018/01/22/162/garis-kemiskinan-gk-dan-
persentase-penduduk-miskin-p0-kota-sukabumi-2012-2016.html
Badan Pusat Statistika Kabupaten Sukabumi. 2016, 21 November. Jumlah
Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Sukabumi tahun 2015. Diperoleh
02 Juni 2018, dari:
https://sukabumikota.bps.go.id/statictable/2016/11/21/94/jumlah-pencari-kerja-
menurut-tingkat-pendidikan-di-kota-sukabumi-2015.html
Badan Pusat Statistika Kabupaten Sukabumi. 2015, 11 Desember. Jumlah
Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Sukabumi tahun 2014. Diperoleh
02 Juni 2018, dari:
https://sukabumikota.bps.go.id/statictable/2015/12/11/11/jumlah-pencari-kerja-
menurut-tingkat-pendidikan-di-kabupaten-sukabumi-tahun-2014-.html

28

Anda mungkin juga menyukai