MAKALAH
Disusun oleh
Neneng Sri Fiqroh Albi
1730611047
MAKALAH
PERSETUJUAN MAKALAH
Oleh:
Neneng Sri Fiqroh Albi
1730611047
Mei 2018
Disetujui Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada wakunya. Karya tulis ilmiah in
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penulis menyadari bahwa makalah yang disajikan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih.
Penulis
iii
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
v
2.5 Solusi Mengatasi Pengangguran ........................................................... 9
2.5.1 Berdasarkan Kesempatan Kerja ................................................. 9
2.5.2 Berdasarkan Angkatan Kerja ..................................................... 9
2.5.3 Berdasarkan Kualitas Kerja ....................................................... 10
2.5.4 Cara Mengatasi Pengangguran .................................................. 10
2.6 Tujuan dan Kebijakan Pemerintah ........................................................ 11
2.6.1 Tujuan Bersifat Ekonomi ........................................................... 11
2.6.2 Tujuan Bersifat Sosial ................................................................ 12
2.6.3 Kebijakan Pemerintah ................................................................ 13
2.6.4 Tindakan Pemerintah ................................................................. 15
vi
DAFTAR TABEL
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain; yaitu karena jumlah lapangan kerja
yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja, kompetensi pencari kerja tidak sesuai
dengan pasar kerja dan kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja,
yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat
krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi,
hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain.
1
2
mencapai 62,81 persen orang naik 3,98 persen orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya
tahun 2014 yang sebesar 58,83 persen orang. Sedangkan penduduk yang bekerja juga terjadi
peningkatan, pada tahun 2015 mencapai 53,75 persen orang naik dari tahun 2014 sebesar
46,99 persen orang. Sementara itu, untuk jumlah pengangguran terbuka di Sukabumi pada
tahun 2015 mencapai 9,06 persen orang dari total angkatan kerja, mengalami penurunan
sekitar 2,78 persen orang jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya tahun 2014 yang
sebesar 11,84 persen. Naiknya jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2014-2015 ini
terutama di sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel menyerap tenaga kerja
terbesar di tahun 2014- 2015, yaitu 39,97 persen dari penduduk bekerja yang berkecimpung
di sektor ini. Sedangkan 17,45 persen penduduk bekerja di Kota Sukabumi bergerak sektor
jasa kemasyarakatan. Terbatasnya lahan pertanian di daerah perkotaan sepeti Sukabumi
berpengaruh pada proporsi penduduk yang bekerja di sektor pertanian, yaitu hanya 5,47
persen. Angkatan kerja di Kota Sukabumi didominasi oleh lulusan SLTA/sederajat, yaitu
mencapai 62.906 jiwa atau setara dengan 42,77 persen dari total angkatan kerja di tahun
2015. Sementara penduduk bekerja yang memiliki ijazah Diploma/Perguruan tinggi
merupakan yang terendah diantara keempat kelompok pendidikan, yaitu hanya 8,34 persen.
Pola pendidikan yang dimiliki penduduk bekerja juga berbanding lurus dengan
angkatan kerja, yaitu tertinggi adalah tamatan SLTA/sederajat dan terendah tamatan
Diploma/Perguruan tinggi. Apabila dibandingkan antara jumlah angkatan kerja dengan
penduduk bekerja maka terdapat celah yang terjadi. Celah atau gap tersebut dikenal dengan
istilah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Seperti yang telah diketahui bahwa TPT Kota
Sukabumi tahun 2015 sebesar 9,06 persen, dimana proporsi pengangguran terbuka terbesar
terjadi pada tingkat pendidikan SLTA/sederajat dan terendah dialami oleh tingkat pendidikan
Sekolah Dasar. Persaingan untuk memperoleh pekerjaan atau melakukan usaha untuk
tamatan SLTA/sederajat tampak cukup tinggi, hal ini terbukti dengan banyaknya angkatan
kerja yang memiliki latar belakang pendidikan tersebut.
KAJIAN PUSTAKA
Pengangguran secara umum merupakan istilah untuk orang yang tidak bekerja
sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Seperti yang
diungkapkan oleh Payman J. Simanjuntak bahwa, “Pengangguran adalah orang yang tidak
bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua
hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan” . Selain
pengertian di atas Mankiw juga berpendapat bahwa pengangguran merupakan
4
5
7) Pengangguran Deflatoir
Pengangguran deflatoir ini disebabkan tidak cukup tersedianya lapangan
pekerjaan dalam perekonomian secara keseluruhan, atau karena jumlah tenaga
kerja melebihi kesempatan kerja, maka timbullah pengangguran.
2.5.3. Meningkatkan kualitas kerja dari tenaga kerja yang ada, sehingga
mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan keadaan.
Banyak cara yang bisa dilakukan, seperti melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih
tinggi, kursus, balai latihan kerja, mengikuti seminar dan yang lainnya. Untuk itu perlu
diupayakan cara mengatasi pengangguran, antara lain sebagai berikut:
1) Meningkatkan mutu pendidikan;
2) Meningkatkan latihan kerja untuk memenuhi kebutuhan keterampilan sesuai
tuntutan industri modern;
3) Meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan;
4) Mendorong terbukanya kesempatan usaha-usaha informal;
5) Meningkatkan pembangunan dengan sistem padat karya; dan
6) Membuka kesempatan kerja ke luar negeri.
10) Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki
keterkaitan usaha atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan
sinergi tersebut maka kegiatan proses produksi akan menjadi lebih efisien dan
murah karena pengadaan bahan baku bisa dilakukan secara bersama-sama.
11) Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk (meminimalisirkan
menikah pada usia dini) yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi
angkatan kerja baru atau melancarkan sistem transmigrasi dengan
mengalokasikan penduduk padat ke daerah yang jarang penduduk dengan
difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau peternakan oleh pemerintah.
12) Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri.
Perlu seleksi secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya
diupayakan tenaga-tenaga terampil. Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai
oleh pemerintah pusat dan daerah.
13) Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional
(Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas
pendidikan yang berorientasi kompetensi. Karena sebagian besar para
penganggur adalah para lulusan perguruan tinggi yang tidak siap menghadapi
dunia kerja.
2.6.4 Tindakan pemerintah dalam mengatasi pengangguran:
1) Mengurangi pajak;
2) Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat;
3) Memperbaiki pembagian pendapatan;
4) Menghindari masalah kejahatan; dan
5) Menambah keterampilan masyarakat seperti pelatihan sablon, las, komputer,
menjahit, mesin dan logam, pengolahan hasil pertanian serta pelatihan lainnya.
16
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
Tabel 3.1.1
Persentase Tingkat Partisipan Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Kota Sukabumi Tahun 2014
Indikator
Laki-laki Perempuan Rata-rata
Ketenagakerjaan
TPAK 77,4 41,58 58,83
TPT 11,29 12,31 11,84
Tabel 3.1.2
Persentase Tingkat Partisipan Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Kota Sukabumi Tahun 2015
Indikator
Laki-laki Perempuan Rata-rata
ketenagakerjaan
TPAK 81,86 43,38 62,81
TPT 8,39 10,34 9,06
Dari data di atas (tabel 3.1.1 dan 3.1.2) bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat
akan menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah utama yang timbul adalah perlunya
penyediaan lapangan pekerjaan karena dengan pertumbuhan penduduk yang cepat
mengakibatkan angkatan kerja yang cepat pula. Dengan pertumbuhan angkatan kerja yang
cepat ini akan terjadi masuknya sejumlah besar angkatan kerja ke dalam pasar kerja untuk
memperoleh kesempatan kerja (Liakip, 1983:1). Data-data di atas terlihat bahwa Pada tahun
2015 menunjukkan adanya sedikit perbaikan. Hal ini digambarkan dengan adanya
peningkatan kelompok penduduk yang bekerja serta menurunnya angka pengangguran. Pada
tahun 2015 jumlah angkatan kerja mencapai 62,81 persen orang naik 3,98 persen orang
dibandingkan dengan tahun sebelumnya tahun 2014 yang sebesar 58,83 persen orang.
Sedangkan penduduk yang bekerja juga terjadi peningkatan, pada tahun 2015 mencapai 53,75
16
17
persen orang naik dari tahun 2014 sebesar 46,99 persen orang. Sementara itu, untuk jumlah
pengangguran terbuka di Sukabumi pada tahun 2015 mencapai 9,06 persen orang dari total
angkatan kerja, mengalami penurunan sekitar 2,78 persen orang jika di bandingkan dengan
tahun sebelumnya tahun 2014 yang sebesar 11,84 persen.
Rumus :
TPAK = Jumlah Angkatan Kerja x 100%
Jumlah Penduduk 15 tahun ke atas
Rumus di atas mengidentifikasi besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif
secara ekonomi disuatu negara/wilayah. Interpretasi semakin tinggi TPAK menunjukkan
bahwa semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja (Labour Supply) yang tersedia untuk
memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Contoh: Jika TPAK 66% artinya
dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas, sebanyak 66 orang tersedia untuk memproduksi
pada periode tertentu. Selain TPAK, TPT memberikan indikasi besarnya penduduk usia kerja
yang termasuk dalam pengangguran. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase
pengangguran terhadap angkatan kerja.
Tabel 3.1.3
Jumlah Pencari Kerja menurut Tingkat Pendidikan di Kota Sukabumi tahun 2014
Tabel 3.1.4
Jumlah Pencari Kerja menurut Tingkat Pendidikan di Kota Sukabumi tahun 2015
Dalam tabel ini, tenaga kerja yang berpendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama
(SLTP) atau lebih rendah dikelompokkan sebagai angkatan kerja "kurang terdidik",
sementara tenaga kerja yang sekurang-kurangnya berhasil menyelesaikan sekolah menengah
umum atau kejuruan (SMU/SMK) dikategorikan sebagai angkatan kerja "terdidik".
Berdasarkan kategori ini, tampak bahwa proporsi tenaga kerja terdidik terus meningkat dari
1.758 orang menjadi 4.053 orang. Lebih jauh tabel diatas menunjukkan bahwa kenaikan ini
terjadi baik pada mereka yang tamat SMU/SMK maupun tamatan perguruan tinggi (termasuk
program diploma). Sebaliknya, penurunan proporsi tenaga kerja kurang terdidik didorong
oleh penurunan proporsi mereka yang hanya tamat sekolah dasar (SD) atau lebih rendah,
sementara proporsi mereka yang hanya tamat SLTP cenderung terus meningkat. Situasi ini
merupakan dampak dari kebijakan pemerintah di bidang pendidikan dasar dalam bentuk
pembebasan biaya untuk tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SLTP).
Untuk menyerap lebih banyak angkatan maka dapat dilakukan dengan cara berikut :
1) Memperluas dan membuka lapangan pekerjaan.
19
2) Bagi individu yang mampu (wiraswasta), membuka usaha baik skala kecil
maupun besar. Hal ini mampu memperkecil tingkat pengangguran dan
membuka lapangan pekerjaan baru.
3) Mengadakan bimbingan, penyuluhan dan keterampilan tenaga kerja,
menambah keterampilan, dan meningkatkan pendidikan.
Serta perlunya ada rekomendasi yaitu :
1) Pemerintah harus bisa mengeluarkan kebijakan yang bisa terciptanya lapangan
pekerjaan, serta menjalankan kebijakan yang konsisten tersebut dengan
sungguh-sungguh sampai terlihat hasil yang maksimal.
2) Pemerintah memberikan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kerja kepada
masyarakat untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya masing-masing untuk mengembangkan kompetensi
kerja guna meningkatkan kemampuan, produktifitas dan kesejahteraan.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Apa yang menjadi masalah pengangguran di Sukabumi
1) Masalah pengangguran secara umum:
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran sering
kali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah- masalah
sosial lainnya. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang
dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga
dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan
keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu
20
musibah alam dan bencana buatan seperti: gempa bumi, tsunami, lumpur
panas Lapindo, dan kebakaran hutan yang diikuti kabut asap. Kantung-kantung
kemiskinan di negeri ini kian hari kian menyebar bak virus ganas, mulai dari
lapis masyarakat pedesaan, kaum urban perkotaan, penganggur, hingga ke
kampung-kampung nelayan. Merabaknya tingkat pengangguran di Sukabumi
bak jamur yang bersemi di musim hujan dan sudah menjadi hal yang sudah tak
asing lagi di kota ini. Banyak sekali pengangguran di sekitar kita yang berasal
dari berbagai jenjang pendidikan, pendidikan tinggi sekalipun tidak menjamin
seseorang langsung mendapatkan pekerjaan. Masalah ini sangat berpengaruh
bagi keidupan masyarakat yang menduduki tingkat ekonomi menengah ke
bawah. Karena pengangguran mengakibatkan kemiskinan yang tak berujung.
Khususnya di kota Sukabumi angka kemiskinan dari tahun 2014-2015
mengalami kenaikan yaitu dari 7,65 persen menjadi 8,79 persen. Dibawah ini
disajikan persentase penduduk miskin dari tahun 2012-2016.
Tabel 3.2.3.1
Garis Kemiskinan (GK) dan Persentase Penduduk Miskin (PO)
24
25
24
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Suwarna, Idun dan Darmo H.Suwiryo. 2017. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro.
Sukabumi: Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Nanga, Muana. 2005. Makroekonomi. Teori, Masalah dan Kebijakan. Edisi
Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafika Persada.
Badan Pusat Statistika Kabupaten Sukabumi. 2017, 20 Februari. Persentase
Tingkat Partisipan Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) di Kota Sukabumi tahun 2015. Diperoleh 02 Juni 2018, dari:
https://sukabumikota.bps.go.id/statictable/2017/02/20/118/persentase-tingkat-
partisipasi-angkatan-kerja-tpak-dan-tingkat-pengangguran-terbuka-tpt-di-kota-
sukabumi-tahun-2015-.html
Badan Pusat Statistika Kabupaten Sukabumi. 2018, 02 Januari. Garis
Kemiskinan (GK) dan Persentase Penduduk Miskin (PO) Kota Sukabumi tahun 2012-
2016. Diperoleh 02 Juni 2018, dari:
https://sukabumikota.bps.go.id/statictable/2018/01/22/162/garis-kemiskinan-gk-dan-
persentase-penduduk-miskin-p0-kota-sukabumi-2012-2016.html
Badan Pusat Statistika Kabupaten Sukabumi. 2016, 21 November. Jumlah
Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Sukabumi tahun 2015. Diperoleh
02 Juni 2018, dari:
https://sukabumikota.bps.go.id/statictable/2016/11/21/94/jumlah-pencari-kerja-
menurut-tingkat-pendidikan-di-kota-sukabumi-2015.html
Badan Pusat Statistika Kabupaten Sukabumi. 2015, 11 Desember. Jumlah
Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Sukabumi tahun 2014. Diperoleh
02 Juni 2018, dari:
https://sukabumikota.bps.go.id/statictable/2015/12/11/11/jumlah-pencari-kerja-
menurut-tingkat-pendidikan-di-kabupaten-sukabumi-tahun-2014-.html
28