KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penyusunan makalah penelitian kecil ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa
kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Wilayah
2. Ibu Vely Kukinul Siswanto, ST, MT, M.Sc. selaku dosen pembimbing dalam tugas ini
3. Teman-teman yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Makalah dengan judul ”Pengembangan Ekonomi Wilayah Kabupaten Bangli dengan Konsep
Minapolitan” ini disusun sebagai tugas mata kuliah Ekonomi Wilayah dalam Jurusan Perencanaan
Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Dalam proses penyelesaian
makalah ini tentunya banyak kekurangan, baik dari pengambilan referensi data maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi
sempurnanya makalah ini.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga bermanfaat bagi berbagai pihak dan dapat
memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran mata kuliah Pengembangan Wilayah.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
3.4.6 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ................................ 24
3.4.6 Transportasi dan Pergudangan..................................................................................... 24
3.4.7 Penyedia akomodasi dan makan minum ....................................................................... 24
3.4.8 Informasi dan Komunikasi ........................................................................................... 25
3.4.9 Jasa Keuangan ............................................................................................................ 25
3.4.12 Jasa Lainnya ............................................................................................................. 25
BAB IV ....................................................................................................................................... 26
ANALISIS ................................................................................................................................... 26
4.1 Analisis sektor unggulan (LQ) ............................................................................................. 26
4.2 Analisis sub sektor unggulan .............................................................................................. 29
4.3 Analisis Laju Pertumbuhan sub sektor unggulan dari tahun 2010-2013 ................................. 32
4.4 Analisis Gabunagn SLQ dan DLQ......................................................................................... 35
4.5 Analisis Shift Share ............................................................................................................ 36
4.6 Analisis Gabungan KPP dan KPPW ...................................................................................... 37
4.7 Analisis Gabungan SLQ dengan PB...................................................................................... 38
4.8 Analisis Komoditas Uanggulan ............................................................................................ 38
4.9 Potensi dan masalah .......................................................................................................... 40
BAB V......................................................................................................................................... 41
ANALISIS SWOT ......................................................................................................................... 41
5.1 Perumusan Strategi ........................................................................................................... 43
5.2 KONSEP PENGEMBANGAN .................................................................................................. 44
5.3 Konsep Pengembangan Kegiatan Perekonomian .................................................................. 44
5.4 Konsep Pengembangan Infrastruktur .................................................................................. 45
5.5 Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia .................................................................... 46
BAB VI ....................................................................................................................................... 48
KESIMPULAN .............................................................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Peningkatan IPM Tahun 2008-2012........ 2
Gambar 1. 2 Diagram Tingkat Pendidikan Penduduk Kab. Bangli ...................................................... 3
Gambar 1. 3 Diagram Jenis Pekerjaan Penduduk Kab. Bangli ............................................................ 3
Gambar 3. 6 Pertumbuhan dan kontribusi kategori akoodasi dan makan minum ......................... 24
Gambar 3. 7 Pertumbuhan dan kontribusi jasa keuangan ................................................................. 25
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 PDRB Bali atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Menurut Kab/Kota
(Triliyun Rupiah) ......................................................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN
Tabel 1. 1 PDRB Bali atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Menurut Kab/Kota (Triliyun Rupiah)
Kabupaten/Kota PDRB ADHB PDRB ADHK
I-2012 IV-2012 I-2013** I-2012 IV-2012 I-2013**
1. Jembrana 1,02 1,17 1,21 0,50 0,50 0,50
2. Tabanan 1,42 1,67 1,70 0,72 0,72 0,72
3. Badung 4,36 5,06 5,07 1,75 1,75 1,73
4. Gianyar 2,09 2,44 2,45 0,99 0,99 0,99
5. Kelungkung 0,78 0,91 0,93 0,38 0,38 0,38
6. Bangli 0,66 0,77 0,79 0,32 0,32 0,31
7. Karangasem 1,18 1,32 1,35 0,53 0,53 0,53
8. Buleleng 2,12 2,35 2,39 1,01 1,01 1,01
9. Denpasar 3,60 4,17 4.24 1,69 1,69 1,69
Sumber: BPS Prov Bali, 2013
Jika dilihat dari pertumbuhen ekonomi dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), Kabupaten Bangli terletak pada kuadran III seperti dilihat pada bagan berikut.
Pada kuadran III terdapat Kabupaten Bangli, Jembrana dan Tabanan dengan rata-rata
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM di bawah rata-rata Provinsi Bali (low growth, less pro-
human development). Tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Bangli masih tergolong rendah.
Hal ini terlihat dari banyaknya anggota masyarakat yang hanya mencapai pendidikan Sekolah Dasar
(38,2%), dan juga ditunjukkan oleh banyaknya proporsi penduduk yang tidak tamat sekolah dasar
(33,7 %). Proporsi penduduk yang sempat memperoleh pendidikan SLTP, SLTA, dan Sarjana
berturut-turut: 17,9%, 8,5% dan 2,25% (Sumber: Masterplan Minapolitan Kabupaten Bangli, 2010).
2%
8% Tidak tamat SD
Lulusan SD
34%
18% Lulusan SLTP
Lulusan SLTA
38% Lulusan Sarjana
Tantangan yang harus diatasi oleh pemerintah daerah adalah menjaga efektivititas dan
efisiensi kebijakan dan program mendorong percepatan pembangunan ekonomi dengan prioritas
sektor atau kegiatan ekonomi yang punya potensi berkembang seperti pertanian, perkebunan,
kelautan dan perikanan, serta perdagangan dan jasa. Selain itu, pemerintah daerah juga harus
bekerja keras mendorong seluruh SKPD untuk memacu pembangunan ekonomi dengan
meningkatkan produktivitas dan nilai tambah sektor dan kegiatan utama daerah. Di samping nilai
PDRB dan pertumbuhan ekonomi, kondisi perekonomian suatu daerah juga dapat dilihat dari
banyaknya masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan hasil survey Kabupaten
Bangli dalam angka, jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 mencapai 9900 orang dan meningkat
menjadi 12000 orang pada tahun 2013. Dapat dikaji bahwa penduduk memiliki dominasi pekerjaan
pada sektor pertanian yaitu sebanyak 85,5%. Jenis pekerjaan lain meliputi jasa/pemerintah 7,6%
berdagang 2,8%, industri 2,2% dan pengangkutan 1,9% (Sumber: Masterplan Minapolitan
Kabupaten Bangli, 2010).
3%
2% 2%
8% Pertanian
Jasa
Pemerintah
Pedagang
85%
Industri
1.2 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini
bertujuan:
1. Menentukan sektor basis di Kabupaten Bangli.
2. Menentukan sub sektor prioritas di Kabupaten Bangli
3. Memberikan konsep pengembangan yang sesuai terhadap permasalahan ekonomi di
Kabupaten Bangli
BAB II
penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang
disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi
yang dibutuhkannya.
Pertumbuhan ekonomi dalam Sukirno (2006:9) sebagai suatu ukuran kuantitatif yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan
membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB
t-1).
pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga,
pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahan. (Syafrijal, 2008:8)
Tujuan pembangunan daerah hanya dapat dicapai apabila pemerintahan daerah dapat
berjalan dengan baik. Oleh karena itu pembangunan daerah merupakan suatu usaha
mengembangkan dan memperkuat pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi
daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab (Sjafrizal, 2008:10).
Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di
suatu daerah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di daerah tersebut.
Perhitungan pendapatan daerah pada awalnya dibuat pada harga berlaku, namun agar dapat
melihat dari kurun waktu ke waktu berikutnya harus dinyatakan dengan nilai riil, artinya dinyatakan
dalam nilai konstan. (Tarigan, 2005:49).
Pendapatan daerah secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.
Kemakmuran suatu daerah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di daerah
tersebut oleh seberapa besar terjadinya transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir
keluar daerah atau mendapat aliran dari luar daerah. (Dini, 2007:20).
LQ dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location
Quotient (DLQ).
Keterangan:
SLQ :Koefisien Static Location Quotient
qi : Nilai produksi subsektor i pada kabupaten/kota
Qi : PDRB total semua sektor di kabupaten/kota
qr : Nilai produksi sub sektor i pada provinsi
Qn : PDRB total semua sektor di provinsi
NB:
- Data PDRB yang digunakan tidak hanya terpaut pada data PDRB kabupaten/kota yang
dibandingkan dengan PDRB provinsi, tetepi bias menggunakan data PDRB kecamatan
yang diabndingkan dengan data PDRB setingkat di atasnya yaitu PDRB
kabupaten/kota.
- Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien dapat
menggunakan satuan jumlah buruh atau hasil produksi atau satuan lainnya yang dapat
digunakan sebagai kriteria
Interpretasi Hasil
Hasil perhitungan LQ menghasilkantiga (3) kriteria, yaitu:
LQ > 1 : artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan.
Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi
kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor keluar wilayah.
Keterangan:
DLQ : Indeks Dynamic Location Quotient
gi : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektor (i) di Kabupaten x
gj : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB seluruh sektor Kabupaten x
Gi : Rata-rata laju pertumbuhan sektor (i) Propinsi s
Gj : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB seluruh sektor Propinsi s
t : Jumlah tahun teknis
Interpretasi Hasil
DLQ lebih besar atau sama dengan 1, sektor i masih dapat diharapkan untuk unggul
dimasa yang akan dating
DLQ lebih kecil 1, sektor i tidak dapat diharapkan untuk unggul di masa yang akan
datang.
Tabel 2. 1 Matriks analisis gabungan SLQ dan DLQ
Kreteria SLQ>1 SLQ<1
DLQ>1 Sektor unggulan Sektor Andalan
DLQ<1 Sektor prospektif Sektor tertinggal
Keterangan:
- Sektor unggulan (DLQ > 1 & SLQ > 1) sektor yang pada saat ini merupakan sektor unggulan
dan tetap berpotensi unggul pada beberapa tahun ke depan.
- Sektor andalan (DLQ > 1 & SLQ < 1) sektor yang pada saat ini belum unggul tapi dalam
beberapa waktu ke depan berpotensi unggul.
- Sektor prospektif (SLQ > & DLQ < 1) sektor yang pada saat ini merupakan sektor unggulan
tetapi tidak berpotensi unggul pada beberapa waktu ke depan.
- Sektor tertinggal (SLQ < 1 & DLQ < 1) sektor yang dinyatakan tidak unggul untuk saat ini
dan pada beberapa waktu ke depanpun belum berpotensi untuk menjadi sektor unggulan
Keterangan:
PE = Pertumbuhan Ekonomi
PB = Pendapatan Bersih Wilayah
∆ = Pertambahan angka akhir (tahun t) dikurangi dengan angka awal (tahun t-n)
N = National atau wilayah nasional/wilayah yang lebih tinggi jenjangnya
r = Region atau wilayah analisis
E = Employment atau banyaknya lapangan kerja
i = Sektor industri
t = Tahun
t-n = Tahun awal
t+m= Tahun Proyeksi
Ns = National Share
P = Proportional Shift
D = Differential Shift
Tabel 2. 2 Matriks Analisis Gabungan PB dan LQ
KRITERIA PB > 0 PB < 0
LQ < 0 - Merupakan sektor non basis - Merupakan sektor non basis
- Pertumbuhan cepat - Pertumbuhan lambat
LQ > 0 - Merupakan sektor basis - Merupakan sektor basis
- Pertumbuhan cepat - Pertumbuhan lambat
2.2.2 Perda Kabupaten Bangli No. 9 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bangli tahun 2013-2033
Telah ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan (Danau Batur) oleh Kementerian terkait
yang memiliki luas 6,05 km2 dengan kedalaman 60-70 m untuk pengembangan ikan nila dengan
sasaran produksi 750 ton/tahun. Kawasan peruntukan perikanan meliputi:
a. Kawasan peruntukan perikanan tangkap
meliputi perairan Danau Batur seluas kurang lebih 1.640 Ha atau 3.15% dari luas wilayah,
perikanan tangkap sungai dan pemantapan prasarana pendukung kegiatan perikanan
tangkap berupa pangkalan perahu tersebar beberapa tempat di pesisir Danau Batur
b. Kawasan peruntukan perikanan budidaya
Meliputi KJA di Danau Batur dengan potensipengembangan seluas kurang lebih 82 Ha atau
5% dari luas Danau Batur, perikanan budidaya di kolam dan saluran irigasi dengan
prioritas pengembangan di Kecamatan Susut, Kecamatan Bangli, dan Kecamatan
Tembuku, pemantapan prasarana pendukung penyediaan benih kegiatan budidaya
perikanan, berupa UPT Balai Benih di Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli
c. Kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran ikan
Meliputi sentra pengolahan dan pemasaran hasil perikanan budidaya diarahkan di kawasan
minapolitan dan kawasan industri tertentu Kayuamba, sentra pengolahan dan pemasaran
hasil perikanan budidaya skala rumah tangga tersebar
2.2.4 Masterplan Kawasan Minapolitan Danau Batur Kabupaten Bangli Tahun 2010
Orientasi lokasi pelayanan minapolitan Kawasan Minapolitan Danau Batur terletak di
Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Lokasi pengembangan dan perencanaan terletak di posisi
yang strategis sehingga memudahkan kegiatan pengembangan dan perencanaan Kawasan
Minapolitan di Danau Batur, dengan tersedianya akses prasarana yang lengkap dan dilalui oleh
jalan kolektor primer yang menghubungkan antar kecamatan.
Arahan strategi pengembangan kawasan yang meliputi sarana utama, penunjang dan
pelengkap diantaranya:
1. Jumlah KJA yang ada di Danau Batur terdapat 15 blok (seluas 4 Ha) atau 0,25% dari luas
Danau Batur ( 1631 Ha). Sedangkan potensi KJA di Danau Batur seluas 21 Ha Sehingga
masih memungkinkan untuk di kembangkan lagi seluas 1,04 % (17 Ha)
2. Lokasi Habitat konservasi terdapat di sekitar Desa Songan A dan B, Buahan dan Abang
Batu Dinding yang memiliki vegetasi tumbuhan air (Tigeh-tigeh dan Talang-talang)
3. Balai Benih Ikan (BBI) yang terdapat di Desa Kedisan, di kembangkan pendederannya oleh
Unit Pembenihan Rakyat (UPR) pada lokasi-lokasi KJA yang dipusatkan di Toya Bungkah,
demikian juga untuk lokasi Laboratorium, percontohan Budidaya, pengolahan pakan ikan
dan Pengolahan Hasil Perikanan.
4. Penataan tempat KJA minimum 50 meter dari pinggir/tepi Danau dengan tujuan untuk
menghindari kegagalan usaha budidaya akibat kurangnya arus air,penumpukan sisa pakan
yang dapat mengakibatkan pertumbuhan lambat dan kematian ikan
5. Lokasi sarana penunjang dan pelengkap yang terdiri dari dua lokasi sentra yaitu di Desa
Toyabungkah dan Desa Kedisan. Lokasi sentra yang terdapat di Toya bungkah meliputi:
dermaga dan parkir,pasar/pelelangan ikan,tempat pemancingan, kios kuliner,
pengembangan jalan setapak (tracking bersepeda), Rest area, dan gardu pandang.
Sedangkan sentra lokasi yang terdapat di Kedisan meliputi: Dermaga dan parkir, tempat
pemancingan, Tourism information centre, lembaga perbankan, LSM keamanan,
pengembangan jalan setapak, Gardu pandang, MCK dan fasilitas penunjang
6. Multifungsi barier disamping sebagai pembatas ekspansi pertanian holtikultura kearah
danau, menghambat laju sedimentasi, abrasi danau, tempat perbaikan kualitas air
(bioremidiasi) juga sebagai jalur wisata jalan setapak/bersepeda (tracking). Jalan
setapak/bersepeda ini direncanakan di sepanjang bibir pantai Kedisan-Toya Bungkah 7 Km
dan Kedisan Terunyan 6,9 Km, dan tempat pemancingan ikan
Jaringan yang memadai dan aksesbilitas dengan daerah lainnya serta saran irigasi,
yang kesemuanya untuk mendukung usaha perikanan yang effisien.
3. Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai seperti transportasi, jaringan listrik,
telekomunikasi, air bersih,dll;
4. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial/masyarakat yang memadai seperti
kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi, perpustakaan, swalayan dll;
5. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya
maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin
BAB III
GAMBARAN UMUM
ditanam meliputi jeruk, kopi dan lain sebagainya. Dominasi berikutnya meliputi hutan 7994,08 ha
(44,62%), tanaman pangan lahan kering 815,10 Ha (4,55%), perumahan 367,10 (2,05%), dan
penggunaan lahan lainnya. Fungsi hutan dengan daerah lereng terjal cukup luas di daerah
perencanaan karena fungsi penggunaan lahan tersebut dapat dijadikan sebagai daerah resapan air
untuk mengatur sirkulasi air dalam tanah sehingga kuantitas dan potensi air tetap terjaga.
Tanaman pangan lahan kering berupa tanaman holtikultura banyak terdapat diwilayah
dekat Danau Batur yang luasnya 815,10 Ha (4,55%). Kawasan permukiman yang meliputi
perumahan penduduk dengan berbagai fasilitas ekonomi dan fasilitas sosial budaya (termasuk
fasilitas pariwisata) cenderung terpusat pada kota Kintamani dan pusat-pusat desa. Peta
penggunaan lahan di Kabupaten Bangli dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3. 4 Grafik pertumbuhan dan kontribusi kategori pertambangan dan penggalian terhadap PDRB
Sumber :PDRB Kab Bangli Tahun 2010-2014
3.4.5 Konstruksi
Pada tahun 2014 kategori konstruksi menyumbang sebesar 7,59 persen terhadap total
perekonomian Kabupaten Bangli, hal ini meningkat dibandingkan than 2010 yaitu 6,96.
Pertumbuhan konstruksi terbesar terjadi di tahun 2012 yakni mencapai 19,34 persen.
3.4.6 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Selama lima tahun terakhir, kategori ini menyumbang 8 persen terhadap ekonomi
Kabupaten Bangli. Pada tahun 2014 perdagangan besar dan eceran menyumbang 9,95 persen.
Dari kontribusi tersebut, sebagian besar disumbangkan oleh perdagangan besar dan eceran, bukan
mobil dan sepeda motor.
BAB IV
ANALISIS
Analisis yang dilakuakan dalam penelitian ini adalah diawali dengan melakukan analisis LQ
untuk mengetahui sektor uanggulan di Kabupaten Bangli. Setelah melakukan analisis sektor
unggulan. Kemudian menentukan sektor yang akan dianalisis lebih lanjut, berdasarkan arahan dari
RTRW Kabupaten Bangli, RPJM, dan juga berdasarkan hasil analisis. Setelah itu analisis dilanjutkan
dengan analisis sub sektor unggulan dari sektor yang telah dipilih. Kemudian dilanjutkan dengan
analisis laju perkembangan sub sektor tersebut. Proses analisis dilanjutkan dengan analisis
gabungan SLQ dengan DLQ. Dengan analisis gabungan tersebut maka diketahui sub sektor yang
termasuk sub sektor unggulan, prospektif, andalan, dan tertinggal. Setelah itu analisis dilanjutkan
dengan analisis Shift-Share pada sub sektor. Dari analisis Shift-share tersebut kemudian
dilanjutkan dengan analisis gabungan antara KPP dengan KPPW dan juga analisis gabungan LQ
dengan PB. Skema analisis dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut:
450000
Pertanian
400000
Berdasarkan pada grafik PDRB Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013 diatas dapat dilihat
bahwa sektor pertanian mempunyai nilai yang paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya
dan sektor pertanian mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sedangan sektor yang mempunyai
nilai yang paling kecil adalah sektor pertambangan dan penggaliaan.
Listrik, gas, dan air bersih 410371,98 438590,34 470830,61 513572,99 557468,00
12000000
Pertanian
10000000
Pertambangan dan
8000000 penggalian
Industri Pengolahan
6000000
2000000 Bangunan
Berdasarkan pada grafik PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013 diatas dapat dilihat bahwa
sektor perdagangan dan jasa mempunyai nilai yang paling besar dibandingkan dengan sektor
lainnya dan sektor tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sedangan sektor pertanian
ada dibawah sektor perdaganagn, hotel, dan restoran.
Analisis sektor unggulan dilakukan dengan menggunakan rumus SLQ dengan
menggunakan data PDRB Kabupaten Bangli dan data PDRB Provinsi Bali. Berikut merupakan
Proses analisis sektor uanggulan di Kabupaten Bangli.
Keterangan:
SLQ :Koefisien Static Location Quotient
qi : Nilai produksi subsektor i pada kabupaten/kota
Qi : PDRB total semua sektor di kabupaten/kota
qr : Nilai produksi sub sektor i pada provinsi
Qn : PDRB total semua sektor di provinsi
Setelah semua data PDRB diproses menggunakan rumus diatas maka didapatkan hasil
seperti pada Tabel 4.3 berikut :
Berdasarkan table hasil analisis SLQ diatas, dapat dilihat bahwa sektor pertanian dari tahun
2009 hingga tahun 2013 mempunyai nilai SLQ >1, yang artinya sektor pertanian menjadi basis
atau menjadi sumber pertumbuhan. Dimana sektor pertanian di Kabupaten Bangli, hasilnya tidak
saja dapat memenuhi kebutuhan di Kabupaten Bangli saja akan tetapi juga dapat diekspor keluar
Kabupaten Bangli. Begitu pula dengan sektor Bangunan dan sektor jasa-jasa yang menjadi sektor
unggulan di Kabupaten Bangli selain Pertanian dari tahun 2009 hingga 2013.
Berdasarkan dari hasil analisis diatas dapat diketahu bahwa sektor pertanian mempunyai
nilai SLQ yang paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Maka dalam penelitian ini akan
lebih difokuskan dalam pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Bangli. Selain
berdasarkan dari hasil analisis, pengembangan sektor pertanian juga merupakan salah satu arahan
dari RTRW Kabupaten Bangli dan juga arahan dari RPJM dalam pengembangan wilayah di
Kabupaten Bangli. Oleh karena itu penelitian ini lebih difokuskan pada sektor pertanian dengan
menganalisis sub sektor unggulan pada sektor pertanian di Kabupaten Bangli.
dan sub sektor perikanan. Analisis sub sektor unggulan di Kabupaten Bangli menggunakan rumus
SLQ, dan berikut merupakan input data dalam analisis sub sektor unggulan berupa data PDRB sub
sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali Tahun 2009-2013. Tabel PDRB sub
sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli dan Provinsi dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel
4.5. Sedangkan grafik PDRB Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan
Gambar 4.4
Tabel 4. 4 PDRB sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013
SUB SEKTOR DI
SEKTOR PERTANIAN 2009 2010 2011 2012 2013
BANGLI
Tanaman bahan makanan 299480,21 297230,91 305876,32 315248,27 320472,54
Tanaman perkebunan 16260,37 16611,35 16724,93 16724,93 17096,73
Peternakan dan hasil- 56647,96 63157,88 64377,92 66403,92 68293,77
hasilnya
Kehutanan 704,37 720,01 754,62 822,51 870,88
Perikanan 5450,52 5897,03 5848,33 5904,06 6532,80
Total 378543,43 383617,18 393582,12 405103,69 413266,72
Sumber : PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2011
350000
Tanaman bahan
300000 makanan
250000 Tanaman perkebunan
200000
Peternakan dan hasil-
150000 hasilnya
100000 Kehutanan
50000
0 Perikanan
2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 4. 4 Grafik PDRB Sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013
Sumber : PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2011
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa sub sekto tanaman bahan makanan
mempunyai nilai PDRB paling besar dibandingkan dengan sub sektor laiinya. Sedangakn sub sektor
selanjutnya adalahpeternakan dan hasil-hasilnya, sub sektor tanaman perkebunan, perikanan, dan
kehutanan.
Tabel 4. 5 PDRB sub sektor di sektor pertanian Provinsi Bali Tahun 2009-2013
SUB SEKTOR DI SEKTOR
2009 2010 2011 2012 2013
PERTANIAN BALI
Tanaman bahan makanan 2780963,40 2752133,57 2878676,19 2895759,25 2918172,40
Tanaman perkebunan 265453,44 274260,96 272058,48 283145,12 289195,58
3500000
1000000 Kehutanan
500000 Perikanan
0
2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 4. 5 Grafik sub sektor di sektor pertanian menurut PDRB Tahun 2009-2013
Sumber: PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013
Berdasarkan pada grafik diatas dapat dilihat bahwa di Provinsi Bali sub sektor di sektor
pertanian yang mempunyai nilai PDRB paling besar adalah tanaman bahan makanan, yang
kemudian disusul oleh sub sektor peternakan, perikanan, tanaman perkebunan, dan yang paling
kecil adalah kehutanan.
Analisis sub sektor unggulan pada sektor pertanian di Kabupaten Bangli, input data yang
digunakan adalah PDRB sub sektor petanian Kabupaten Bangli dan provinsi Bali. Berikut
merupakan hasil analisis sub sektor uanggulan dari sektor pertanian di Kabupaten Bangli;
Tabel 4. 6 Analisis SLQ sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013
SLQ 2009 2010 2011 2012 2013
Tanaman bahan makanan 1,61 1,62 1,58 1,63 1,64
Tanaman perkebunan 0,91 0,91 0,92 0,89 0,88
Peternakan dan hasil-hasilnya 0,62 0,64 0,65 0,61 0,61
Kehutanan 4,90 4,58 4,45 4,87 4,87
Perikanan 0,07 0,07 0,07 0,07 0,08
Sumber : Hasil analisis, 2016
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa terdapat dua sub sektor yang
mempunyai nilai SLQ >1, yaitu sub sektor kehutanan dan sub sektor tanaman bahan makanan.
Sub sektor kehutanan merupakan sub sektor yang mempunyai nilai SLQ paling besar dibandingkan
dengan sub sektor lainnya. Sub sektor kehutanan dan tanaman bahan makanan mempunayai nilai
SLQ>1, yang artinya sub sektor kehutanan dan tanaman bahan makanan menjadi basis atau
menjadi sumber pertumbuhan. Sub sektor kehutanan dan tanaman bahan makanan, hasilnya tidak
saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah Kabupaten Bangli saja akan tetapi juga dapat diekspor
keluar wilayah.
4.3 Analisis Laju Pertumbuhan sub sektor unggulan dari tahun 2010-2013
Analisis perkembangan sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli bertujuan untuk
dapat melihat perubahan laju pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli
setiap tahunnya yaitu dari tahun 2009-2013. Dalam analisis perkembangan sub sektor unggulan di
Kabupaten Bangli, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
DLQ : Indeks Dynamic Location Quotient
gi : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektor (i) di Kabupaten x
gj : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB seluruh sektor Kabupaten x
Gi : Rata-rata laju pertumbuhan sektor (i) Propinsi s
Gj : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB seluruh sektor Propinsi s
t : Jumlah tahun teknis
Analsiis yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan sub sektor di sektor pertanian di
Kabupaten Bangli adalah dengan menginput data laju pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian
pada PDRB Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali. Table 4.7 dan Tabel 4.8 berikut merupakan data
laju pertumbuhan sub sektor pertanain pada PDRB Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali. Grafik laju
pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali dapat dilihat
pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 berikut :
Tabel 4. 7 Laju pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli tahun 2009-2013
LAJU SUB PERTANIAN
2009 2010 2011 2012 2013
BANGLI
Tanaman bahan makanan 10,24 1,34 2,55 2,02 3,82
Tanaman perkebunan 11,97 -0,75 2,91 1,66 3,77
Peternakan dan hasil-hasilnya 8,98 2,16 -0,49 2,22 2,81
Kehutanan 2,58 11,49 1,93 2,85 4,4
Perikanan 5,67 2,22 4,81 5,88 5,51
14
12 Tanaman bahan
makanan
10
Tanaman
8
perkebunan
6
Peternakan dan
4
hasil-hasilnya
2
Kehutanan
0
-2 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 4. 6 Grafik laju pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013
Sumber : PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2011 (BPS Kabupaten Bangli)
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa laju pertmbuhan sub sektor tanaman
bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, serta kehutanan mengalami
penurunan yang signifikan pada tahun 2010 dan 2011. Namun pada sub sektor perikanan
cenderung meningkat setiap tahunnya, walaupun mengalami penurunan pada tahun 2010 namun
penurunanya tersebut tidak terlalu signifikan. Salah satu factor yang menyebabkan turunnya nilai
PDRB perikanan adalah karena tercemarnya Danau Batur akibat limbah dari pertanian dan limbah
domestic. Danau Batur merupakan danau terbesar di Bali dan merupakan penyumbang terbesar
sub sektor perikanan di Kabupaten Bangli.
16
14
Tanaman bahan
12 makanan
10 Tanaman perkebunan
8
Peternakan dan hasil-
hasilnya
6
Kehutanan
4
2 Perikanan
0
2009 2010 2011 2012 2013
-2
Gambar 4. 7 Laju pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian di Provinsi Bali Tahun 2009-2013
Sumber : PDRB Prov. Bali Tahun 2009-2011 (BPS Provinsi Bali)
Berdasarkan grafik laju pertubuhan sub sektor di sektor pertanian diatas dapat bahwa
hamper semua sub sektor di sektor pertanian mengalami penurunan pada tahun 2010 dan 2011.
Salah satu sub sektor yang tidak mengalami penurunan yang signifikan adalah sub sektor
kehutanan.
Berikut merupakan hasil analisis DLQ yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan
sub sektor di sektor pertanian dari tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Table 4.9 :
Tabel 4. 9 analisis DLQ sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013
DLQ 2009 2010 2011 2012 2013
Tanaman bahan makanan 4,04 -70,52 0,61 1,47 1,70
Tanaman perkebunan 0,87 0,07 18,84 0,73 1,25
Peternakan dan hasil-hasilnya 0,63 0,38 0,46 0,83 0,41
Kehutanan 1,06 1,39 0,34 0,54 0,67
Perikanan 0,88 5,11 6,02 2,39 4,74
Sumber : Hasil analisis, 2016
Berdasarkan Tabel 4.9 diatas dpt dilihat bahwa terdapat 3 sub sektor yang memiliki nilai
DLQ>1, yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, dan perikanan. Sub sektor yang
memiliki nilai DLQ>1, berarti bahwa sub sektor tersebut mempunyai potensi perkembangan lebih
cepat dibandingkan kabupaten lain di Provinsi Bali. Dari tiga sub sektor yang mempunyai nilai
DLQ>1, sub sektor perikanan merupakan sub sektor yang mempiliki DLQ yang cukup stabil
dibandingkan dua sub sektor lainnya.
Berdasarkan table hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa yang termasuk sub sektor
unggulan adalah tanaman bahan makanan, yang artinya tanaman bahan makanan merupakan sub
sektor unggulan dan memiliki potensi perkembangan yang lebih cepat dibandingakn kabupaten lain
di Provinsi Bali. Sedangkan yang termasuk sub sektor andalan adalah tanaman bahan makan dan
perikanan, yang artinya tanaman bahan makanan dan perikanan bukan merupakan sub sektor
uanggulan namun mempunyai potensi perkembangan di bandingkan kabupaten lain di Provinsi Bali
dan mempunyai potensi untuk menjadi sub sektor unggulan. Sub sektor prospetif di Kabupaten
Bangli adalah kehutanan, yang artinya sub sektor kehutanan merupakan sub sektor unggulan
namun tidak dapat diharapkan menjadi sektor uanggulan di masa mendatang karena mempunyai
perkemangan yang lambat. Sub sektor tertinggal di Kabupaten Bangli adalah peternakan dan hasil-
hasilnya, yang artinya sub sektor tersebut bukan merupakan sub sektor unggulan dan mempunyai
perkembangan yang lambat sehingga tidak dapat diharapkan menjadi sektor unggulan di masa
mendatang.
Input data yang digunakan dalam analisis Shift-Share di Kabupaten Bangli adalah data sub
sektor di sektor pertanian PDRB Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali Tahun 2009-2013. Table 4.12
berikut merupakan hasil dari analsiis shift-share sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten
Bangli:
Tabel 4. 12 Hasil Analisis Shift Share sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli
SUB SEKTOR DI SEKTOR KPN KPP KPPW PB PE
PERTANIAN
Tanaman bahan makanan 27039,0426 -13122,68 314256,2 301133,5 328172,5
Tanaman perkebunan 1468,09312 -14,47468 17714,7 17700,22 19168,31
Peternakan dan hasil-hasilnya 5114,55032 10166,156 70195,08 80361,24 85475,79
Kehutanan 63,5951552 -61,89362 874,3086 812,4149 876,01
Perikanan 492,108785 -464,2874 5555,259 5090,972 5583,08
Sumber : Hasil analisis 2016
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat dijelaskan hasil masing-masing analisis sebagai berikut:
Tabel 4. 13 Hasil analsiis KPP sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli
Sub sektor KPP (+/-) Keterangan
Spesialisasi dalam sub sektor secara nasional tumbuh
Tanaman bahan makanan -13122,68
lambat
Spesialisasi dalam sub sektor secara nasional tumbuh
Tanaman perkebunan -14,47468
lambat
Spesialisasi dalam sub sektor secara nasional tumbuh
Peternakan dan hasil-hasilnya 10166,156
cepat
Spesialisasi dalam sub sektor secara nasional tumbuh
Kehutanan -61,89362
lambat
Spesialisasi dalam sub sektor secara nasional tumbuh
Perikanan -464,2874
lambat
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya
merupakan satu-satunya sub sektor di Kabupaten Bangli yang mempunyai nilai KPP (+), yang
artinya sub sektor tersebut secara nasional tumbuh cepat. Sedangkan untuk empat su sektor
lainnya yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, dan perikan
secara nasional tumbuh lambat.
Tabel 4. 14 Hasil analsisi KPPW sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli
Sub sektor KPP W(+/-) Keterangan
Tanaman bahan makanan 314256,2 Mempunyai daya saing
Tanaman perkebunan 17714,7 Mempunyai daya saing
Peternakan dan hasil-hasilnya 70195,08 Mempunyai daya saing
Kehutanan 874,3086 Mempunyai daya saing
Perikanan 5555,259 Mempunyai daya saing
Sumber : Hasil analisis, 2016
Berdasarkan pada tabel 4.14 diatas dapat dilihat bahwa semua sub sektor diatas
mempunyai nilai KPPW positif (+), yang artinya semua sub sektor tersebut mempunyai daya saing.
KPP (+) Sektor tersebut secara Nasional tumbuh Sektor tersebut secara Nasional tumbuh cepat
cepat dan memiliki daya saing namun tidak memiliki daya saing keunggulan
keunggulan komparatif komparatif
- Peternakan dan Hasil-hasilnya
KPP (-) Sektor tersebut secara Nasional tumbuh Sektor tersebut secara Nasional tumbuh lambat
lambat namun memiliki daya saing dan tidak memiliki daya saing keunggulan
keunggulan komparatif komparatif
- Tanaman bahan makanan
- Tanaman perkebuann
- Kehutanan
- Perikanan
Sumber : Hasil analisis, 2016
Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa sub sektor peternakan dan hasil-
hasilnya merupakan sub sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Bali dan mempunyai daya saing
komparatif di Provinsi Bali. Sedangkan untuk sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman
perkebunan, kehutanan, dan perikanan merupakan sub sektor yang tumbuh lambat di Provinsi Bali
namun mempunyai dayasaing di Provinsi Bali.
- Tanaman perkebunan
- Peternakan dan hasil-hasilnya
- Perikanan
Sumber :Hasil analisis, 2016
Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa di Kaupaten Bangli terdapat dua sub
sektor unggulan yaitu sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor kehutanan. Sedangkan
terdapat tiga sub sektor yang berkembang yaitu sub sektor tanaman perkebuanna, peternakan dan
hasil-hasilnya, dan perikanan. Sub sektor unggulan berarti sub sektor tersebut selian merupakan
unggulan juga mempunyai pertumbuhan yang cepat, sedangkan sub sektor berkembang artinya
sub sektor tersebut bukan merupakan sub sektor uanggulan namun mempunyai laju pertumbuhan
yang cepat dan berpeluang untuk menjadi sub sektor uanggulan di masa mendatang.
Lokasi kawasan minapolitan di Kabupaten Bangli yaitu Kec. Kintamani sebagai kawasan inti
(minapolis) serta Kec. Susut, Kec. Bangli, dan Kec. Tembuku sebagai kawasan penyangga
(hinterland) dengan komoditas unggulan ikan nila. (Sumber: Dinas Pertanian dan perikanan Kab.
Bangli). Komodits/jenis-jenis ikan yang ada di Danau Batur terdiri atas 6 (enam) jenis, yaitu ikan
mas, ikan nila, ikan mujair, ikan Nyalyan, ikan gabus, dan ikan lele.
Tahun Kenaikan
No Komuditas
2011 2012 2013 2014 (%/tahun)
1 Nila 1844 2439 3174 3590 25,17%
Berikut merupakan skema pemilihan sub sekor pengembangan ekonomi di Kabupaten Bangli
Gambar 4. 9 Peta Kecamatan Kintamani yang mempunyai komoditas ikan nila terbesar
BAB V
ANALISIS SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu analisis yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
merumuskan strategi-strategi pengembangan sebuah wilayah melalui identifikasi kekuatan,
kelemahan, peluang, serta ancaman secara spesifik dalam wilayah tersebut. Analisis SWOT diawali
dengan melakukan identifikasi potensi dan masalah yang ada di wilayah Kabupaten Bangli, baik
potensi dan masalah yang berasal dari dalam maupun dari luar. Kemudian dilakukan analisis terkait
potensi dan masalah yang didapat dari pengamatan terhadap wilayah tersebut melalui
pengelompokan potensi dan masalahnya kedalam matriks SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Komponen-komponen tersebut merupakan komponen penting dalam
penentuan strategi pengembangan kawasan. Berikut adalah potensi masalah yang telah
dikelompokkan dalam SWOT di Kabupaten Bangli:
Strength
1. Sektor pertanian sebagai sektor basis dan memiliki nilai Kontribusi terbesar dalam PDRB Kab.
Bangli sebesar 31% pada tahun 2013 dan pertumbuhan sub-sektor perikanan sebesar 10,65%
2. Kawasan danau batur sebagai pusat kegiatan perikanan, pertanian, dan pariwisata.
3. Sub-sektor perikanan merupakan sub sektor andalan, yang berarti bahwa sub-sektor tersebut
memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan wilayah lainnya dan berpeluang menjadi
sub-sektor basis berdasarkan analisis LQ.
4. Berdasarkan hasil analisis shift-share, sub-sektor perikanan merupakan sub-sektor yang
memiliki daya saing keunggulan komparatif
5. Sub-sektor perikanan memiliki komoditas unggulan yaitu komoditas ikan nila yang mengalami
pertumbuhan 25,17% per tahun.
Weakness
1. Terjadi penurunan pertumbuhan di beberapa sektor pada periode 2009-2013, antara lain
sektor pertambangan, lembaga keuangan, dan industri pengolahan
2. Nilai PDRB bangli merupakan yang terendah diantara 9 kabupaten/kota lainnya di provinsi
bali.
3. Peningkatan IPM dibawah rata-rata (low growth, less human-pro development.)
4. Jumlah penduduk miskin yang mengalami peningkatan dari 9.900 menjadi 12.000 pada tahun
2013
5. Kawasan di sekitar gunung batur merupakan kawasan dengan tingkat bahaya I dan II,
berpeluang untuk longsor dan terdampak aktivitas gunung berapi
6. Kualitas air danau Batur mengandung racun akibat pencemaran limbah domestik dan limbah
pertanian sehingga menyebabkan air tidak layak dikonsumsi dan menurunkan produksi
perikanan.
7. Sub-sektor perikanan bukan merupakan sub-sektor basis
8. Kondisi dermaga sebagian besar berada dalam kondisi kurang baik
Opportunity
1. Menurut arahan pada RTRW Provinsi Bali, terdapat program pelatihan keterampilan untuk
para pekerja di sektor yang mengalami penurunan (contoh: pertambangan) sebagai langkah
alternatif transformasi ekonomi dari satu sektor ke sektor lainnya
2. Arahan RPJMD bangli “Pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan
yang inovatif, kreatif, produktif, dan unggul berbasis pada pertanian, pariwisata, industri kecil,
dan koperasi.
3. Keputusan Bupati Bangli No. 523/171/2010 yang menyatakan bahwa bangli sebagai lokasi
pengembangan kawasan minapolitan provinsi Bali. Lokasi kawasan minapolitan terdiri dari
Kecamatan Kintamani sebagai kawasan inti (minapolis) serta Kecamatan Susut, Bangli, dan
Tembuku sebagai kawasan penyangga (hinterland) dengan komoditas unggulan ikan nila
4. Terdapat rencana pembangunan sarana penunjang dan pelengkap meliputi sentra ikan,
dermaga, tempat pelelangan ikan, rest area, tourism information centre, serta berbagai
fasilitas penunjang lainnya
5. Penetapan daerah Kintamani sebagai kawasan daya Tarik wisatawan khusus menurut RTRWP
Bali 2009-2029
6. Adanya kebijakan tentang pelarangan kegiatan pertambangan di area geopark batur yang
meliputi danau batur sebagai pusat kegiatan perikanan
7. Dominasi mata pencaharian penduduk terdapat pada sektor pertanian yaitu sebanyak 85,5%
Threat
1. Kebijakan terkait kenaikan harga minyak dan tarif listrik serta perlambatan perekonomian
secara nasional dan provinsi memberikan multiplier effect terhadap perlambatan pertumbuhan
ekonomi bangli
2. Tingginya peningkatan jumlah hotel dan restaurant menyebabkan jumlah limbah semakin
banyak akibat tidak adanya sistem pengolahan limbah
3. Pertumbuhan sub-sektor perikanan secara nasional (provinsi Bali) yang cenderung tumbuh
lambat
4. Kontribusi sektor pertanian memiliki kecenderungan penurunan selama lima tahun terakhir
(34,93% menjadi 31%) dan merupakan sektor yang pertumbuhannya paling lambat pada
tahun 2013
o Strategi S-T: Strategi ini merupakan strategi berdasarkan kekuatan dan ancaman dari luar yang
mempengaruhi perkembangan wilayah. Strategi ini disusun dengan mengoptimalkan
pemanfaatan kekuatan untuk mengatasi tantangan yang ada. Berikut adalah strategi S-T dalam
pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Bangli:
Pengoptimalan pemanfaatan kawasan-kawasan penghasil komoditas unggulan pada
kawasan penyangga (hinterland)
Menjadikan Kab. Bangli sebagai kawasan minapolitan percontohan sebagai faktor
pendorong pertumbuhan sub sektor perikanan Provinsi Bali
o Strategi W-T: Strategi ini merupakan strategi berdasarkan kelemahan dan ancaman. Strategi ini
lebih bersifat defensif dan disusun dengan pertimbangan untuk menghindari atau meminimalisir
dampak dari kelemahan dan ancaman tersebut terhadap perkembangan wilayah Kabupaten
Bangli. Berikut adalah strategi W-T dalam pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Bangli:
Meningkatkan branding wilayah Kabupaten Bangli, terutama wilayah Danau Batur yang
merupakan pusat kawasan minapolitan sebagai kawasan minapolitan dan pariwisata
Merencanakan sistem drainase dan pengelolaan limbah yang lebih baik dengan
berorientasi pada kelestarian lingkungan
Melakukan sosialisasi terhadap potensi dan masalah serta konsep pengembangan kepada
masyarakat untuk meningkatkan peran dan partisipasi masyarakatKonsep Pengembangan
perikanan dibantu oleh beberapa kawasan pendukung di Kecamatan Susut dan Tembuku
sedangkan wilayah pengolahan serta distribusi utama terletak pada kawasan perkotaan di
Kecamatan Bangli/
Kegiatan pariwisata yang terdapat pada daerah Geopark Batur, meliputi: wisata alam Danau
Batur, Gunung Batur, dan sumber air panas Batur.
Kegiatan pertanian dikembangkan sebagai salah satu kegiatan pendukung perikanan yang
berinteraksi secara langsung. Hal ini diwujudkan melalui pengembangan konsep fish farm,
yaitu konsep dimana lahan pertanian basah seperti sawah juga dimanfaatkan sebagai
tempat untuk budidaya ikan. Konsep ini dapat berhasil akibat adanya simbiosis mutualisme
antara keberadaan ikan dan tanaman pertanian dimana kotoran dari ikan akan menjadi
pupuk untuk tanaman pertanian, kemudian keberadaan beberapa hama juga dapat menjadi
makanan untuk ikan sehingga dapat mengatasi hama secara biologis tanpa memerlukan
pestisida berlebih. Beberapa jenis ikan yang dapat dibudidayakan dengan konsep ini adalah
ikan lele, ikan nila, ikan mas, dan mujaer.
Kegiatan industri dalam konsep pengembangan ini berupa industri kecil pengolahan hasil
perikanan dan pertanian. Kegiatan industri ini diperlukan agar dalam distribusinya keluar
wilayah, hasil produksi perikanan dan pertanian tersebut dapat memiliki keunggulan dan
nilai tambah didalamnya.
Perencanaan sistem drainase dan pengelolaan limbah yang berorientasi pada kelesarian
lingkungan. Sistem drainase dan pengelolaan limbah ini diperlukan mengingat kondisi air di
Danau Batur yang mulai tercemar oleh limbah domestik dari hotel dan restoran yang
terdapat di sekitar kawasan Geopark Batur. Sistem drainase dan pengelolaan limbah harus
diatur agar tidak terjadi degradasi lingkungan lebih lanjut lagi yang dapat menurunkan
potensi pariwisata serta hasil sektor perikanan.
Branding kawasan sebagai kawasan minapolitan dengan didukung fungsi pariwisata,
pertanian, dan industri kecil. Selama ini, branding yang dilakukan pada Kabupaten Bangli ini
hanya terpusat pada kawasan Danau Batur sebagai daerah pariwisata. Oleh karena itu,
diperlukan branding secara menyeluruh terhadap Kabupaten Bangli sebagai sebuah wilayah
yang terintegrasi dengan konsep minapolitan.
Renovasi dan pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perikanan dan
pariwisata. Saat ini kondisi sarana dan prasarana di kawasan Danau Batur mulai mengalami
penurunan seperti keberadaan dermaga yang cukup buruk dan tidak adanya sarana
pendukung perikanan. Oleh karena itu, diperlukan renovasi dan pembangunan sarana
prasarana meliputi sentra ikan, dermaga, tempat pelelangan ikan, rest area, tourism
information centre, serta berbagai fasilitas penunjang lainnya.
Rehabilitasi kawasan Danau Batur akibat pencemaran. Akibat terjadinya letusan gunung
beberapa tahun lalu yang mengakibatkan pencemaran kandungan belerang pada Danau
Batur serta pencemaran dari limbah domestik menyebabkan kondisi perairan di Danau Batur
cukup menurun dan perlu adanya rehabilitasi untuk mengembalikan kualitas airnya.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman
kerja. Berdasarkan kondisi sumber daya manusia di wilayah Kabupaten Bangli yang
didominasi oleh masyarakat dengan tingkat pendidikan dibawah lulusan SMA, perlu diadakan
pendidikan, dan pelatihan terkait teknik budidaya ikan, pertanian, pengelolaan pariwisata,
serta pengelolaan industri agar konsep pengembangan kegiatan perekonomian dapat
berjalan dengan optimal didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang memadai.
Meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor perikanan, dan pariwisata.
Kondisi penyebaran tenaga kerja pada wilayah Kabupaten Bangli pada saat ini didominasi
pada sektor pertanian. Sedangkan untuk mengoptimalkan pelaksanaan konsep
pengembangan kegiatan perekonomian juga diperlukan tenaga kerja tambahan pada sektor
perikanan, industri kecil, serta pariwisata. Oleh karena itu, penyebaran dan peningkatan
penyerapan tenaga kerja pada beberapa sektor kunci ini perlu dilakukan.
Sosialisasi terhadap potensi masalah serta konsep pengembangan wilayah guna
meningkatkan partisipasi aktif masyarakat.
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahan pada bab-bab sebelumya maka kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai
berikut:
1. Arahan dan Kebijakan untuk pengembanagn wilayah Kabupaten Bangli adalah dari sektor
pertanian
2. Berdasarkan dari analysis LQ sektor pertanian merupakan sektor unggulan di Kabupaten
Bangli, dan sub sektor tanaman bahan makanan dan kehutanan
3. Berdasarkan analisis SLQ pada sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, dan
perikanan merupakan sub sektor yang mengalami pertumbuhan yang cepat
4. Berdasarkan analisis shift-share sektor yang mempunyai daya saing dan pertumbuhannya di
Provinsi Bali yang cepat adalah sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sedangkan sub
sektor yang lain termasuk dalam sub sektor yang mempunyai daya saing namun di Provinsi
Bali sub sektor tersebut tumbuh lambat
5. Berasarkan hasil analysis gabunagn LQ dan shift-share sub sektor tanaman bahan makan
dan kehutanan termasuk dalam sub sektor uanggulan , sedangkan perkebunan, perikanan,
dan peternakan termasuk dalam sub sub sektor berkembang
6. Berdasarkan dari hasil analisis sub sektor yang difokuskan untuk mengembangkan
perekonomian wilayah Kabupaten Banglu adalah sub sektor perikanan, kerena sub sektor
perikanan termasuk kedalam sektor andalan yang artinya berpeluang untuk menjadi sektor
uanggulan, selain itu sub sektor perikanan juga termasuk dalam sub sektor yang
berkembang, dan untuk menjalani arahan dari kebijakan terkait pengembangan wilayah
minapolitan di Kabupaten Bangli
7. Konsep yang ditawarkan dalam pengambangan ekonomi wilayah di Kabupaten Bangli
adalahkonsep minapolitan dengan pengembangan pada konsep pengembangan
perekonomian, konsep pengembangan ifrastruktur, dan konsep pengembangan pada sumber
daya manusia
DAFTAR PUSTAKA
BPS Provinsi Bali. 2013. Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 27/05/51/Th. VII.
Dewi, Ida Ayu Indah Utami, dkk. 2010. Analisis Ketimpangan Pembangunan antara Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali. Universitas Udayana: Denpasar.
Laporan Akhir Penyusunan Masterplan Minapolitan Danau Batur Kabupaten Bangli 2010
Nurfatimah, Annisa. 2013. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali .
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta
Perda Kabupaten Bangli No9 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli 2013-
2033
Perkembangan Pembangunan Provinsi Bali 2014
Purwanti, Putu Ayu Pramitha. 2009. Analisis Kesempatan Kerja Sektoral Di Kabupaten Bangli Dengan
Pendekatan Pertumbuhan Berbasis Ekspor. Universitas Udayana: Denpasar
MASUKAN PRESENTASI