Mini Riset untuk Memenuhi Tugas Pengganti Ujian Tengah Semester (UTS)
Mata Kuliah Ekonomi Perdesaan dengan Dosen Pengampu Dr. Mulyanto, SE.,
ME
Disusun oleh:
SILVIA AYU MAHARANI
F0120124
Kelas A
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................................. v
BAB I ..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
B. PERMASALAHAN ....................................................................................................... 3
C. TUJUAN ...................................................................................................................... 3
D. MANFAAT ................................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................ 5
A. SDGs Desa ................................................................................................................. 5
B. Smart Village ............................................................................................................... 9
C. Pembangunan Desa.................................................................................................. 13
D. Dana Desa................................................................................................................... 14
BAB III ................................................................................................................................. 17
METODE KAJIAN ................................................................................................................ 17
A. Metode Penelitian ..................................................................................................... 17
B. Pengalaman Penerapan Smart Village di Negara Lain .............................................. 18
BAB IV ................................................................................................................................. 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................ 21
A. Cara Membangun Smart Village Berbasis Digital ...................................................... 21
B. Strategi Pengembangan Smart Village dalam Mewujudkan Kemandirian Desa ........ 25
C. Aktualisasi SDGs Desa untuk Membumikan SDGs Nasional .................................... 27
D. Model Smart Village Nusantara ................................................................................... 30
E. Dana Desa Turut Mendukung Pembangunan Smart Village ........................................ 36
F. Faktor Kunci Keberhasilan dan Faktor Penghambat Pengembangan Smart Village ..... 39
BAB V .................................................................................................................................. 41
SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................................... 41
A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 41
B. SARAN ........................................................................................................................ 42
C. IMPLIKASI ................................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 44
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR GRAFIK
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan pedesaan merupakan salah satu cara untuk
mengentaskan kemiskinan di Indonesia dalam upaya pemerintah. Di dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014, mengakui adanya otonomi desa yang
diharapkan desa dapat meningkatkan roda perekonomian negara melalui
pengelolaan dan pengolahan sumber daya alam serta pengembangan kearifan
lokal berskala desa. Sejak dulu, desa memiliki peran strategis sebagai lokus
pembangunan terkecil atau pembangunan nasional dimulai dari desa. Untuk itu,
sudah semestinya kita menjaga ibu kandung suatu negara ini dikarenakan
nuansa kehidupan masyarakat desa mencerminkan gambaran nyata
kehidupan masyarakat pada suatu negara.
1
2
Cities: Bogor Tanpa Kantong Plastik, serta desa-desa lainnya di Indonesia yang
sudah memiliki orientasi ke depan untuk maju serta terdepan.
B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka
rumusan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut.
1. Bagaimana cara membangun desa cerdas berbasis digital?
2. Bagaimana strategi pengembangan desa cerdas dalam mewujudkan
kemandirian desa?
3. Bagaimana aktualisasi SDGs Desa sebagai wujud membumikan
SDGs di perdesaan untuk pengembangan smart village untuk
penguatan smart city and smart regency?
4. Bagaimana model desa cerdas yang di terapkan di Indonesia (Smart
Village Nusantara)?
5. Bagaimana Dana Desa mendukung pembangunan desa cerdas
berbasis digital?
C. TUJUAN
Tujuan penelitian berdasarkan rumusan permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui bagaimana cara membangun desa cerdas
berbasis digital.
2. Untuk mengetahui strategi apa saja dapat dilakukan dalam
pengembangan desa cerdas dalam mewujudkan kemandirian
desa.
3. Untuk mengaktualisasikan SDGs Desa sebagai wujud
membumikan SDGs di perdesaan untuk pengembangan smart
village serta penguatan smart city and smart regency.
4. Untuk menaktualisasi model desa cerdas yang diterapkan di
Indonesia atau Smart Village Nusantara.
5. Untuk menilik bagaimana Dana Desa dapat mendukung
pembangunan desa cerdas berbasis digital.
D. MANFAAT
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti, makalah penelitian ini memberikan pemahaman
serta pegetahuan baru bagi penulis, sehingga diharapkan output
dari luaran penelitian ini dapat memberikan sebuah insight yang
bermanfaat untuk penunjang pembelajaran kedepannya
mengenai SDGs Desa, Dana Desa, Penerapan Smart Village,
4
dan hal lain yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam
makalah penelitian mini riset kali ini.
b. Bagi Masyarakat Desa, masyarakat akan mendapatkan
pendampingan dalam mengidentifikasi segala solusi yang inovatif
untuk mengembangkan ekonomi lokal, layanan dasar,
pemanfaatan teknologi, serta akses ke lapangan kerja yang lebih
baik. Selain itu, membuka peluang bagi masyarakat desa untuk
dapat berkolaborasi langsung dengan berbagai pihak terkait
pengembangan smart village di daerahnya. Manfaat lainnya juga
dapat dirasakan berupa keterbukanya akses masyarakat desa
sehingga dapat mendorong peluang kesetaraan terhadap akses
antar wilayah desa maupun antara wilayah perkotaan.
c. Bagi Pembaca Umum, hasil makalah penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan acuan dalam penulisan paper atau makalah lain
yang memiliki fokus dalam SDGs Desa sehingga dapat dijadikan
juga sebagai penelitian terdahulu yang dapat menambah
khazanah baca atau tambahan materi untuk menunjang dalam
pembuatan tugas ekonomi perdesaan. Hal ini merupakan hal baru
yang dirasa memiliki topik yang menarik untuk dibahas, sehingga
pembaca secara umum juga dapat menjadikannya sumber
bacaan atau pengetahuan semata berkaitan dengan pemahaman
penerapan SDGs Desa melalui Smart Village.
2. Manfaat IPTEK
Manfaat penelitian ini bila dilihat dari segi IPTEK adalah sebagai
sumber informasi yang sangat bermanfaat bagi Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Desa guna memonitoring pergerakan
pembangunan desa di Indonesia untuk bersama-sama berkolaborasi
membangun desa cerdas, tanggap, dan mandiri dengan potensi masing-
masing desa. Dengan begitu, perluasan atau pemerataan pembangunan
di desa dapat terpenuhi dan tidak terjadi ketimpangan apalagi dalam hal
akses internet atau pemahaman digital. Dengan memungkinkannya
digitalisasi masuk desa, diharapkan perangkat desa setempat bergotong
royong dengan seluruh warga berupaya dengan semaksimal mungkin
untuk memanfaatkan akses yang ada untuk mempermudah pelayanan
di desa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SDGs Desa
2. Pengadaan jaringan
internet tetap
dengan
berkecepatan tinggi
13 18 Pengembangan karang 1. Pelatihan
taruna kepemimpinan
dasar kader karang
taruna
2. Choaching clinic
(olahraga, seni,
bahasa)
Inventarisasi aset desa 1. Mapping dan
identifikasi aset
desa
2. Penyadaran hak
milik aset perangkat
desa
Kelembagaan desa adaptif 1. Mengidentifikasi
kelompok marjinal
2. Akses terhadap
pengelolaan aset
desa
3. Pelatihan
keterampilan teknis
perangkat desa
Sumber: Buku Panduan UNNES GIAT 2022
B. Smart Village
disusun dalam konsep smart city yaitu institusi negara sebagai pihak yang
memiliki kewenangan.
kesejahteraan masyarakat
pedesaan
Tujuan Terwujudnya teknologi Terwujudnya
informasi yang mampu pemberdayaan,
menciptakan peningkatan
pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, penguatan
kemudahan kelembagaan masyarakat
akses/layanan dalam pedesaan yang
menciptakan peningkatan didasarkan pada
kualitas hidup masyarakat pemanfaatan teknologi
perkotaan informasi.
Sumber: Analisis Herdiana, 2019
C. Pembangunan Desa
Pembangunan desa (rural development) merupakan pembangunan
berbasis pedesaan dengan mengedepankan kearifan lokal kawasan pedesaan
yang mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik geografis,
karakteristik sosial budaya, karakteristik kawasan pemukiman, pola keterikatan
ekonomi desa-kota, pola kegiatan usaha pertanian, dan sektor kelembagaan
desa.
Sebagaimana yang diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, yang
menyebutkan perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan dari
kegiatan yang diselenggarakan pemerintah desa dengan melibatkan Badan
Pemusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dengan rangka mencapai
tujuan pembangunan desa.
Hal yang melatarbelakangi pembangunan di desa adalah terkait dengan
fenomena kesenjangan pembangunan antar wilayah di suatu negara, yang
meliputi wilayah yang sudah maju dengan wilayah yang sedang berkembang
yang akhirnya memicu kesenjangan sosial diantara wilayah tersebut. Salah
satu faktor terjadinya kesenjangan antara desa dan kota karena pembangunan
ekonomi cenderung bias kota (urban bias). Berbagai dampak pembangunan
yang bias perkotaan, sektor pertanian yang identik dengan ekonomi perdesaan
mengalami kemerosotan (tertinggal) bila dibandingkan dengan pertumbuhan
sektor industri jasa yang identik dengan ekonomi perkotaan. Untuk mengurangi
hal tersebut, pemerintah negara mencoba melakukan tindakan intervensi guna
mengurangi tingkat kesenjangan antar wilayah dengan melakukan
pembangunan pedesaan.
Pembangunan yang berbasis pedesaan diberlakukan untuk memperkuat
pondasi perekonomian negara, mempercepat pengentasan pengangguran dan
kemiskinan, pengurangan kesenjangan perkembangan antara wilayah, sebagai
14
solusi bagi perubahan sosial desa sebagai basis perubahan dan pertumbuhan
ekonomi. Di dalam realisasinya, pembangunan pedesaan memungkinkan
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi digerakkan di pedesaan, sehingga desa
menjadi tempat yang menarik dan berkembang sebagai tempat tinggal serta
mencari penghidupan. Hal-hal yang menyangkut infrastruktur desa seperti
listrik, sarana irigasi, sarana pendidikan, sarpras transportasi, kesehatan, dan
lainnya harus disediakan sehingga memungkinkan desa maju dan
berkembang.
Skala prioritas pembangunan pedesaan yang berbasis pada
pengembangan pedesaan itu sendiri (rural based development), meliputi: (1)
pemberdayaan masyarakat; (2) pengembangan ekonomi lokal; (3)
pengembangan kemiskinan; dan (4) pembangunan prasarana.
Konsep pembangunan desa sebenarnya sudah lama berkembang,
konsep J.H. Boeke – ilmuwan sosial, dalam bukunya berjudul Village
Reconstruction (1966), yang terkenal dengan teori dualisme ekonomi tersebut
mengusulkan konsep ‘rekonstruksi desa’. Menurutnya, rekonstruksi desa harus
tumbuh dari dalam, termasuk dengan cara memunculkan kepala desa baru
yang progresif dan transformatif. Selain itu, Boeke juga berpendapat bahwa
membiarkan kekuatan-kekuatan lokal desa untuk tumbuh sendiri melalui
rekonstruksi desa itu tadi.
Perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka, meliputi:
(1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk
jangka waktu 6 (enam) tahun; dan (2) Rencana Pembangunan Tahunan Desa
/ Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa), yang merupakan penjabaran
dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 tahun. RPJM Desa dan RKP Desa
ditetapkan dengan peraturan desa yang merupakan satu-satunya dokumen
perencanaan dan menjadi dasar pedoman dalam penyusunan APB Desa. Di
dalam RPJM Desa memuat visi dan misi Kepala Desa, arah kebijakan
pembangunan desa, serta rencana kegiatan (bidang penyelenggara
Pemerintah Desa, bidang pelaksanaan pembangunan desa, bidang pembinaan
kemasyarakatan desa, dan bidang pemberdayaan masyarakat desa).
D. Dana Desa
Menurut Undang-Undang Desa, Dana Desa didefinisikan sebagai dana
yang bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi Desa, yang ditransfer
melalui APBD Kabupaten/Kota yang digunakan untuk membiayai semua yang
berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan, kegiatan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang bersumber dari APBN, dialokasikan secara berkeadilan
bersadarkan alokasi dasar dan alokasi yang dihitung memperhatikan jumlah
15
METODE KAJIAN
A. Metode Penelitian
dokumen atau studi pustaka melalui jurnal ilmiah terdahulu dan berita-berita terkini
yang relevan dengan bahasan topik. Data yang diperoleh tersebut kemudian
penulis analisis dengan menggunakan teknik content analysis sehingga
menghasilkan analisis input untuk memformulasikan rancangan aplikasi smart
village yang berdayaguna bagi pengembangan penerapan SDGs Desa di
pedesaan.
1) Negara India
Bermula dari kondisi ekonomi dan sosial di sebagian negara India yang
masih tergolong rendah, diperburuk dengan kualitas pembangunan sumber
daya manusia yang masih minim. Dari hal tersebut, maka pemerintah India
berupaya untuk meningkatkan desa-desa dari keterpurukan kondisi di atas, hal
tersebut diinisiasi dengan anggaran yang diperuntukan untuk perbaikan
infrastruktur, kesediaan air bersih, sanitasi dan pemberian subsidi atau
pinjaman kepada masyarakat kurang mampu.
Di dalam penelitian yang diungkap oleh Viswanadham, ternyata upaya
yang dilakukan oleh pemerintah setempat tidak berpengaruh banyak terhadap
kemajuan desa, sehingga dibutuhkan design baru dan terkini yang lebih inovatif
dalam membangun smart village yang mandiri serta berkelanjutan. Upaya
mewujudkan smart village yang mandiri dalam memberikan pelayanan,
penciptaan lapangan pekerjaaan, peningkatan kesejahteraan masyarakat,
serta terhubung baik dengan seluruh dunia (Vismanadham, 2014). Model smart
village yang dicoba dikembangkan di India memiliki sejumlah komponen di
dalam penerapannya, yaitu komponen institusi (pemerintah, regulasi, village
panchayat, komunitas, NGO, masyarakat), komponen sumberdaya
(resources), komponen service chain, serta komponen mekanisme dan
teknologi pelayanan publik (Viswanadham & Vedula, 2010). Menurut
Viswanadham, tanpa pemenuhan keempat komponen yang menjadi dimensi
dasar terbentuknya smart village tersebut, maka suatu desa tidak dapat
didefinisikan sebagai desa cerdas. Seperti halnya smart city, konsep smart
village adalah bersinerginya puluhan kebutuhan dan layanan pada masyarakat
dan para pelaku usaha di pedesaan secara efektif dan efisien.
Sementara menurut Amitabh (2010), mengemukakan tiga elemen inti
yang melekat pada smart village di negara India, adalah (1) Memastikan akses
mill terakhir, artinya upaya dalam mendorong teknologi alternatif dan model
bisnis baru sebagai langkah pertama menuju tranformasi digital di desa; (2)
Menyediakan infrastruktur teknologi digital; dan (3) Mengembangkan
ekosistem, yang sensitif pada viability ekonomi dan budaya di desa. Sehingga,
pola-pola pengembangan ekonomi masyarakat desa harus berpijak pada
model sosial masyarakat desa dan potensi yang dimiliki oleh desa tersebut.
19
Untuk menunjang hal tersebut, maka terdapat beberapa strategi yang perlu
disiapkan (strategi tiga cabang), dapat diwujudkan melalui pemberian pelatihan
yang melengkapi keterampilan masyarakat desa, memastikan kembali
kesiapan digital dan IT, serta menghubungkan intervensi ke pasar secara online
maupun offline.
2) Negara Italia
Di Italia, terdapat sebuh proyek yang bernama Smart Basilicata yang
didanai oleh dana kohesi dari otoritas daerah Basilicata, dengan tujuan utama
kegiatannya adalah menjadikan wilayah tersebut lebih lestari dan tangguh yang
dibangun atas dasar pengetahuan lokal dan regional masyarakat setempat.
Kegiatan Smart Basilicata mengidentifikasikan kesulitan utama dengan mencari
kemungkinan solusi praktis dan cara mempraktikkannya, yang dilakukan
berdasarkan lima pilar Basilicata sebagai kawasan cerdas: sumber daya alam,
pariwisata & budaya, energi, partisipasi cerdas dan mobilitas. Durasi
kegiatannya selama 54 bulan dari tahun 2012 smapai 2015 dan telah
memberikan kontribusi nyata untuk meningkatkan pengembangan regional
yang cerdas. Pengembangan yang paling mudah diakses diantaranya
pengembangan yang inovatif melalui alat untuk meningkatkan keterlibatan aktif
warga dalam pengambilan keputusan dan mendorong partisipasi publik melalui
penggunaan teknologi dan ICT.
4) Negara Jerman
Konsep desa cerdas yang diterapkan di Jerman bernama Digitale Dorfer
(2015 – 2019) yang dilakukan dengan basis pasar online (BestellBar) dimana
pembeli swasta membeli barang dari berbagai dealer di wilayah mereka
(pelanggan saling mendukung satu sama lain dalam memasok barang).
bestellBar merupakan pasar online yang mencakup lebih dari 30 vendor lokal
dan 700 penduduk yang terdaftar hanya dalam waktu 3 bulan. Keberhasilan
20
Lingkungan Cerdas.
Ekonomi Cerdas,
Mobilitas Cerdas,
Kehidupan Cerdas
Tata kelola cerdas,
Masyarakat Cerdas
Pengembangan teknologi untuk
E-commerce peningkatan
digital, kualitas
Penerapan IoT di pendidikan,
beberapa kesehatan, dan
bidang, kohesifitas
masyarakat.
Terfasilitasi
insftarstruktur
desa digital.
Strategi
Pengembangan
Smart Village
Pengembangan Pengembangan
Pengembangan
desa strategi
Aspek
percontohan implementasi
keberagaman budaya, agama, adat istiadat yang dimiliki bangsa Indonesia, serta
menampung segala kearifan lokal yang dimiliki masyarakat dan kelembagaan
desa yang produktif agar bertahan bahkan berkembang.
Dalam penerapannya, Desa Digital juga termasuk dalam SDGs Desa yaitu
point ke-17 dimana terdapat kerja sama dengan desa lain, pihak ketiga, bahkan
lembaga internasional dengan tujuan memajukan desa serta mengekspor
komoditas desa agar meningkatkan perekonomian masyarakat desa. Target yang
akan dicapai selanjutnya ialah tersedianya jaringan internet tetap (Wi-Fi) serta
mobile (handphone) berkecepatan tinggi sehingga segala informasi kondisi
ekonomi, sosial, budaya, kemasyarakatan desa dapat diakses oleh publik dengan
baik. Target berikutnya menyangkut tersedianya data statistik desa setiap
tahunnya, petugas statistik di desa, serta aplikasi statistik desa dengan
tersedianya data SDGs Desa setiap tahunnya untuk memudahkan. Pada tahun
2020, sudah terdapat 233 desa yang menjadi contoh desa digital di Indonesia,
salah satunya ada Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul,
DIY yang mengembangkan platform android pasardesa.id dalam waktu 7 bulan
yang sudah memperoleh benefit/income mencapai 1,7 miliar. Menindaklanjuti
Pandemi Covid-19, Desa Panggungharjo juga turut mengembangkan aplikasi
Tanggap Covid-19 untuk menindaklanjuti SE Menteri Desa PDTT No 8/2020,
dimana media sosial / platform yang dibuat dapat menginformasikan hasil rapid
test, warga positif, warga isolasi di desa. Kerja sama antardesa dan antarnegara
untuk pencapaian desa digital sebaiknya perlu dilakukan mencakup pemenuhan
infrastruktur desa digital seperti jaringan internet, alat komunikasi, komputer, dll.
Selain itu, kerja sama juga dapat dilakukan untuk pemenuhan pelatihan operator
desa berjejaring digital melalui online maupun offline. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan pertukaran informasi program –ANJANGSANA, juga pertukaran informasi
kebutuhan dan ketersediaan komoditas desa lintas negara untuk menunjang
perdagangan desa lintas negara juga tentunya. Integrasi informasi SDGs Desa
antarnegara dapat disusun untuk mempercepat peningkatan pengetahuan dan
akurasi kebijakan pembangunan desa berbasis partisipasi masyarakat dengan
pengetahuan yang sudah upgrade skill serta kemampuan mumpuni dalam
pengolahan data berkaitan dengan desa.
Wujud SDGs Global yang diterjemahkan ke dalam konteks Desa pada
nyatanya diyakini berkontribusi sebesar 74% atas pencapaian SDGs Nasional.
Penyempurnaan segala sistem informasi desa kini dapat terpadu dengan
pencapaian SDGs Desa dengan layanan harian pemerintah desa setempat,
BUMDesa, serta laporan harian pendamping desa dalam big data desa. Seluruh
data diolah oleh Kementerian Desa PDTT dengan basis artificial intelligent, yang
nantinya akan menghasilkan informasi terkini desa-desa di Indonesia sekaligus
rekomendasi pencapaian SDGs Desa bagi masing-masing desa di Indonesia,
rekomendasi yang sudah diberikan harus diimplementasikan sebelum desa
memulai kegiatan baru atau agenda baru lainnya.
29
Aktualisasi empat pilar SDGs tentang pembangunan sosial, hukum dan tata
kelola, ekonomi serta lingkungan dengan pendekatan paradigma New Public
Service (NPS), dalam penerapannya akan dicontohkan di Desa Kalisari
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang merupakan salah satu desa
muda sejak dimekarkan dari Desa Merak Batin, yang juga merupakan salah satu
desa yang mulai menerapkan konsep smart village yang merupakan program dari
Kementerian Desa PDTT. Paradigma New Public Service (NPS) ini selaras
dengan Prinsip dasar UU Desa dimana dalam pelayanan administrasi publik
merupakan instrumen masyarakat dan harus relevan dengan kebutuhan
masyarakat selama harapan dan permintaan masyarakat juga rasional dan sesuai
dengan peraturan maka dapat segera direalisasikan dan disediakan.
a. Pilar pembangunan sosial, dengan kolaborasi aparatur desa dengan
masyarakat desa Kalisari telah melaksanakan beberapa program
pemerintah, baik berupa bantuan sosial kepada masyarakat kurang mampu
yang membutuhkan maupun dalam akses layanan kesehatan.
b. Pilar hukum dan tata kelola, selama Desa Kalisari terbentuk sudah di susun
dua Perdes terkait dengan kemasyarakatan dan kamtibnas dengan
melakukan kerjasama pihak desa dengan perguruan tinggi dan kepolisian
setempat untuk melaksanakan Community Development dengan tema
‘Membangun Kesadaran Hukum Mayarakat Guna Mewujudkan Access to
Justice melalui Pembentukan Desa/Kelurahan Sadar Hukum’.
c. Pilar ekonomi, Aparatur Desa Kalisari mencoba menumbuhkan
perekonomian masyarakat setempat lewat jalur perdagangan dengan
adanya dukungan pinjaman dana untuk mengembangkan usaha dan
pemberdayaan masyarakat yang dikelola oleh BUMDes. Selain itu, juga
sudah dibangun Embung Desa yang dapat dimanfaatkan untuk
pemeliharaan ikan yang nantinya dapat dipanen dan disuplai kepada para
pedagang ikan dan rumah makan untuk meningkatkan PADesa.
d. Pilar lingkungan, untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesehatan
masyarakat di Desa Kalisari maka diadakan kegiatan pengelolaan sampah,
pemanfaatan lahan perkarangan rumah untuk menanam tumbuhan apotek
hidup. Selain itu, aparatur desa bekerja sama dengan masyarakat
memanfaatkan Dana Desa untuk membangun jalan rabat beton dan selokan
untuk mengurangi banjir serta menjalankan program penyedian air minum
dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS), juga bekerja sama dengan
BPOM RI melaksanakan pelatihan Kader Keamanan Pangan guna menjaga
skala konsumsi dan takaran gizi yang cukup untuk mencegah stunting atau
penyakit kekurangan gizi lainnya.
Berbagai kegiatan aktualisasi pilar SDGs yang dilakukan pada Desa
Kalisari yang bekerja sama dengan masyarakat sudah cukup menunjukkan bahwa
desa tersebut telah menjalankan administrasi publik secara baik dengan
pendekatan paradigma New Public Service (NPS). Hal ini juga dapat dilihat karena
Desa Kalisari telah menjalankan beberapa kegiatan berdasarkan prinsip: (1)
30
Melayani warga bukan customer; (2) Nilai warga negara lebih tinggi daripada nilai
customer; (3) Kepentingan publik sebagai pondasi bergerak; (4) Konsentrasi
melayani sepenuh hati; (5) Akuntabilitas; dan (6) Bertindak strategis dan
demokratis. Untuk menjadi lebih baik lagi di masa depan, maka perlu adanya
koordinasi dan kerja sama secara berkelanjutan dengan berbagai kalangan atau
pihak yang terkait guna mewujudkan desa yang berdaya, maju, dan mandiri.
Aktualisasi empat pilar SDGs bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk
dicapai, banyak faktor yang bisa mempengaruhi tingkat ketercapaian di setiap
pilarnya dan tentu di setiap desa akan berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri.
Tak bisa dipungkiri juga, berbagai tantangan dalam mengaktualisasi empat pilar
SDGs di Desa Kalisari diantaranya memastikan penerapan prinsip inklusif dan no
one left behind, adanya integrasi program dengan seluruh pemangku kepentingan,
data harus komprehensif dan terintegrasi, adanya sinkronisasi kepentingan
pemerintah dan non-pemerintah, adanya keselarasan aksi pada pembangunan,
serta tantangan geografis dan kependudukan desa. Namun, dengan adanya
beberapa tantangan tersebut, diharapkan desa dapat dengan baik menanggapi
serta berdiskusi bekerja sama dalam upaya meminimalisir tantangan yang ada
dan mengubahnya menjadi sebuah peluang dalam proses pembangunan yang
akan dilakukan ke depannya.
Dimensi sumber daya tidak bisa dipahami hanya sebatas berupa sumber
daya manusia saja, dikarenakan bila dalam konteks sumber daya desa-desa di
Indonesia, maka terdiri dari sumber daya manusia yang berupa masyarakat
pedesaan dan aparatur pemerintah desa/institusi, serta sumber daya lainnya
(natural capital, social capital, cultural capital). Bila dikaitkan dengan peraturan
mengenai desa, maka masyarakat desa merupakan satu kesatuan hukum yang
ditempatkan sebagai subjek yang sekaligus menjadi objek pembangunan desa.
Atas dasar tersebut, maka masyarakat desa merupakan satu kesatuan yang
terpisah dari pemerintah desa, di dalam konteks pembangunan smart village,
maka masyarakat merupakan dimensi yang bersifat mandiri.
Kerangka dasar smart village dari aspek pendekatan bottom up, maka
posisi pemerintah sebagai fasilitator, masyarakat sebagai customer, proses
pengembangan dengan penguatan kesadaran partisipasi seluruh elemen,
prioritas sasaran masyarakat miskin menengah dan belum diberdayakan memiliki
kunci keberhasilan pada pendekatan sosial-kultural yang menjadi basis utama.
Adanya identifikasi yang valid terhadap berbagai nilai, norma, karakter, serta
masalah yang ada di masyarakat menjadi dasar keberhasilan smart village dan
tujuan dari penerapan smart village adalah terwujudnya pemberdayaan,
peningkatan kesejahteraan, dan penguatan kelembagaan masyarakat pedesaan
yang didasarkan atas pemanfaatan teknologi informasi. Konsep smart village
tersebut menjadi dasar sebuah representasi baru bagi masyarakat untuk
bersinergi antara kearifan lokal dan sistem informasi teknologi. Konsep tersebut
akan sangat relevan dengan perubahan perilaku sosial masyarakat desa dengan
berinteraksi dalam kegiatan kemasyarakatan dan lainnya. Konsep perubahan
sosial sendiri akan terbentuk seiring keberjalanan waktu dikarenakan adanya
disrupsi era.
Berdasarkan penjelasan serta pemahaman di atas, maka terdapat dua
pemangku kepentingan dalam konteks desa-desa di Indonesia, yaitu pemerintah
32
Smart Village
- Kelembagaan
masyarakat desa - Penyelenggaraan
- Partisipasi masyara pemerint pemerintah
pembangunan desa kat desa ah desa - Pembiayaan
- Partisipasi - Pemberdayaan
penyelenggaraan - Pembangunan desa
pemerintah
lingkungan
perdesaan
Smart Environment
yang menjadi penggeraknya adalah Dana Desa. Total Dana Desa yang telah
disalurkan pemerintah sejak tahun 2015 – 2020 mencapai Rp. 329,6 Triliun.
Besarnya anggaran tersebut telah dialokasikan untuk membangun berbagai
fasilitas dan infrastruktur guna mneyokong kegiatan ekonomi dan peningkatan
kualitas hidup masyarakat desa. Dana desa telah membantu kegiatan ekonomi
seperti membangun lebih dari 200.000 km jalan baru di pedesaan dan lebih dari
60.000 unit irigasi di pedesaan. Sedangkan dalam peningkatan kualitas hidup
masyarakat, dana desa sudah berkontribusi untuk terbangunnya lebih dari 58.000
sumur air di pedesaan.
Kemajuan Indonesia sangat ditentukan oleh pengembangan dan
pembangunan berbasis desa di Indonesia baik pengembangan sumber daya
manusia ataupun pembangunan infrastruktur secara berkala. Sehingga
pemerintah melalui Kementerian Desa PDTT terus menggulirkan dana desa serta
melakukan pendampingan pemanfaatan dana desa. Dana tersebut diberikan
untuk mengentaskan kemiskinan dan pemerataan ekonomi di seluruh pelosok
Tanah Air. Dampak yang dirasakan secara nyata bahwa Data menunjukkan dana
desa telah berhasil mengurangi jumlah desa tertinggal di Indonesia (tahun 2011
sebesar 26%, pada tahun 2019 turun menjadi hanya 20%), keberhasilan dana
desa lainnya turut mendorong pembangunan desa dengan penurunan tingkat
pengangguran terbuka dan angka kemiskinan di desa menjadi lebih kecil daripada
di kota. Data BPS, menunjukkan bahwa peningkatan TPT di desa hanya 0,79%
yang jauh dari angka TPT di kota sebesar 69%. TPT di desa bertambah 606.121
jiwa, sedangkan di kota bertambah 2.063.879 jiwa. Angka kemiskinan juga begitu,
di kota mengalami kenaikan hingga 0,5%, sedangkan kenaikan angka kemiskinan
di desa hanya 0,38% saja. Apabila dilihat dari jumlah warga miskin di kota
bertambah 880.000 jiwa, sedangkan di desa hanya bertambah 250.000 jiwa.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, memandatkan bahwa
Desa berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat. Karenanya, Desa berwenang juga untuk mengatur
penetapan prioritas penggunaan Dana Desa. Selama tahun 2020 – 2022 fokus
terbesar penggunaan Dana Desa adalah untuk menganggulangi pandemi Covid-
19 yang berdampak di seluruh sendir kehidupan masyarakat (sosial, ekonomi,
budaya, kesehatan, pariwisata, dsb). Seiring dengan berjalannya waktu, pandemi
sudah dapat terkendali sehingga berimplikasi terhadap perubahan arah kebijakan
penggunaan Dana Desa. Prioritas penggunaan Dana Desa tahun 2023 bertujuan
untuk memulihkan ekonomi nasional, program prioritas nasional, mitigasi dan
penanganan bencana non-alam untuk mendukung pencapaian SDGs Desa.
Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 8 Tahun 2022 tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa tahun 2023, diprioritaskan untuk pembangunan kegiatan
percepatan pencapaian SDGs Desa. Dalam Bab II Pasal 5 menjelaskan bahwa
Prioritas Penggunaan Dana Desa diarahkan untuk program dan kegiatan
percepatan pencapaian SDGs Desa meliputi: (1) Pemulihan ekonomi nasional
sesuai kewenangan Desa; (2) Program prioritas nasional sesuai kewenangan
38
Desa; dan (3) Mitigasi dan penanganan bencana alam dan non alam sesuai
kewenangan Desa. Prioritas penggunaan dana desa didasarkan pada prinsip:
kemanusiaan, kebhinekaan, keadilan, keseimbagan alam, sesui kondisi obyektif
Desa, dan kebijakan strategis nasional berbasis kewenangan Desa.
Dalam contoh konkret implementasi pengelolaan Dana Desa, ada analisis
yang dilakukan terkait hal tersebut menggunakan aplikasi Siskeudes di Desa
Banyuanyar Boyolali.
Tabel 4.5 Analisis Implementasi Pengelolaan Dana Desa dengan Aplikasi
Siskeudes Desa Banyuanyar
Faktor Keberhasilan
i. Faktor kunci internal
Kepemimpinan lokal transformatif, penguatan perwujudan smart village
dipengaruhi oleh kepemimpinan desa, diharapkan dalam
menyeimbangkan inovasi pembangunan desa dapat sejalan dengan
nilai-nilai kepemimpinan yang inovatif-progresif yang membawa
semangat perubahan / tranformatif.
Kearifan lokal, merupakan salah satu faktor keberhasilan smart village
biasanya dalam hal ini bisa berupa tradisi, ritual, local genius
kepercayaan yang sudah diwariskan dan diturunkan penerapannya oleh
nenek moyang dulu.
Jejaring dan kolaborasi, membangun jaringan dan mengembangkan
kerja sama merupakan agenda penting dan langkah strategis yang dapat
membantu proses perencanaan, pembangunan, dan pemberdayaan
desa.
Partisipasi, keterlibatan masyarakat desa merupakan faktor penting
pemerntahan desa demokratis yang menunjukkan peran serta
masyarakat dalam menentukan arah kebijakan yang sesuai dan
berdampak baik kedepannya.
ii. Faktor kunci eksternal
Dukungan regulasi/kebijakan, berbagai prakarsa yang dilakukan dengan
kolaborasi desa mengarah pada terwujudnya desa cerdas dengan tidak
lepas dari adanya dukungan regulasi.
Faktor Penghambat
Kurangnya pemahaman masyarakat desa akan SDGs, dengan belum
bisa menunjukkan sikap bekerja sama dalam mengimplementasikan 18
tujuan program SDGs.
Belum optimalnya perencanaan SDGs Desa yang akan dilakukan.
40
A. KESIMPULAN
Lima langkah percepatan transformasi yang dapat dilakukan untuk
membangun smart village berbasis digital dapat dilakukan dengan: (1)
Menyegerakan percepatan perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital
serta layanan internet, (2) Menyiapkan arah transformasi digital di sektor-sektor
strategis, (3) Menyiapkan kebutuhan SDM yang bertalenta digital, (4)
Mempercepat integrasi pusat dan nasional, dan (5) Menyiapkan segala hal yang
berkaitan dengan regulasi pendanaan dan pembiayaan kegiatan. Dengan
mengusung kegiatan utama smart village berbasis digital yaitu duta kader digital,
jejaring desa cerdas, peningkatan kapasitas, dukungan pengembangan ruang
komunikasi, dan monitoring serta evaluasi diharapkan akan turut membangun
smart village di seluruh pedesaan di Indonesia dengan strategi implementasi yang
diterapkan meliputi menyiapkan SDM, menyiapkan segala infrastruktur terkait, dan
menyediakan platform digital yang relevan untuk menunjang implementasi
kegiatan dengan pemanfaatan ICT (Information and Communication Technology)
serta pengembangan aplikasi digital guna mendukung smart village berkembang
dan bertahan diterapkan di desa-desa berkembang di Indonesia.
Strategi smart village dalam upaya mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang lebih mandiri untuk desa-desa di Indonesia dilakukan dengan
menyosialisasikan hal tersebut kepada msyarakat luas, merekrut masyrakat desa
yang memiliki kemampuan serta bertanggung jawab akan tugas yang diemban,
menginput data baru yang relevan mengenai potensi desa yang diunggah pada
aplikasi smart village, meningkatkan kesadaran dan kepekaan setiap msyarakat
desa untuk membangun desanya, membuat akses informasi desa mudah diakses
dimanapun dan kapanpun, serta meningkatan jumlah kunjungan desa wisata atau
potensi desa, dengan memperhatikan ruang lingkup smart village meliputi
pengembangan aspek smart village, pengembangan wilayah desa percontohan,
dan pengembangan startegi implementasi yang berkelanjutan.
SDGs Nasional dijadikan praktik dasar pembangunan di desa yang
diarahkan ke SDGs Desa, yang merupakan upaya dari Kementerian Desa PDTT
untuk melokalkan SDGs Global ke dalam konteks Desa dengan melakukan
kampanye, impelmentasi di lapangan serta pengorganisasian. Untuk
membumikan narasi SDGs Desa, diwakili oleh SDGs Desa yang ke-18 yaitu
Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif. Di dalam penerapannya,
Desa Digital juga termasuk ke dalam SDGs Desa point ke-17 dimana terjalin
kerjasama dengan desa lain, pihak ketiga, bahkan internasional untuk memajukan
desa serta mengekspor komoditas yang dimiliki desa demi meningkatkan
perekonomian masyarakat desa. Wujud SDGs Global yang diterjemahkan ke
dalam konteks Desa ini pada nyatanya diyakini telah berkontribusi sebesar 74%
41
42
atas pencapaian SDGs Nasional yang penyempurnaan segala sistem desa kini
dapat terpadu dengan pencapaian SDGs Desa.
Dana desa merupakan dana APBN yang ditransfer melalui APBD kab/kota
dan diprioritaskan untuk pembangunan daerah utamanya desa dan
pemberdayaan masyarakat desa setempat, untuk itu mengapa dana desa
diharapkan menjadi angin segar bagi proses pembangunan desa. Bahwa
kemajuan negara sangat ditentukan oleh pengembangan dan pembangunan di
desa (pengembangan SDM atau pembangunan infrastruktur), maka pemerintah
melalui Kementerian Desa PDTT terus berupaya menggulirkan dana desa dan
melakukan pendampingan pemanfaatan dana desa agar efisien dan tepat
sasaran. Prioritas penggunaan dana desa tahun 2023 diarahkan untuk percepatan
SDGs Desa dengan pemulihan ekonomi nasional sesuai kewenangan desa,
program prioritas nasional sesuai kewenangan desa, dan mitigasi dan
penangulangan bencana sesuai kewenangan desa.
Faktor kunci keberhasilan smart village di Indonesia yaitu menerapkan
kepemimpinan lokal yang transformatif, memanfaatkan kearifan lokal yang ada
dengan menjadikannya sebagai potensi pengembangan, memanfaatkan jejaring
dan kolaborasi antar pihak, adanya partisipasi yang tinggi dari masyarakat, serta
dukungan regulasi atau kebijakan yang sejalan dengan program kegiatan.
Sedangkan faktor penghambat pembangunan smart village berbasis SDGs adalah
kurangnya pemahaman masyarakat desa akan SDGs dan SGDs Desa, belum
optimalnya perencanaan SDGs Desa yang dilakukan, kurangnya kualitas SDM di
desa, minimnya minat masyarakat desa untuk meningkatkan kemampuan diri, dan
adanya peraturan desa yang kontraproduktif dengan semangat desa untuk
mendorong terwujudnya kemandirian desa.
B. SARAN
Dari beberapa kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini, maka saran
atau rekomendasi yang dapat diberikan berupa:
1. Aplikasi smart village yang akan diterapkan harus memiliki rekomendasi
atau dianjurkan oleh pemerintah setempat yang memiliki lokus sesuai
dan latar belakang masalah desa yang sesuai pula agar desa
menerapkan kebijakan yang tepat sasaran.
2. Aplikasi smart village yang diterapkan guna mengetahui potensi, objek
wisata, ciri khas desa harus mudah diakses oleh wisatawan lokal
maupun mancanegara.
3. Aplikasi smart village juga harus menjamah para investor domestik
maupun non-domestik yang ingin berinvestasi di desa terpencil yang
ada di Indonesia yang concern untuk turut memajukan desa.
4. Perbedaan karakteristik permasalahan di kota, kabupaten, dan desa
dalam pengembangan smart village atau smart city tentu berbeda,
sehingga tidak semua elemen dalam smart city dapat diterapkan di
seluruh kota dan elemen smart vilage dapat diterapkan di seluruh desa,
43
C. IMPLIKASI
Harapan smart village yang dapat dilakukan pada tahun ini yang nantinya
juga dapat dikembangkan dan terus dilakukan kajian mendalam untuk menunjang
implementasi di tahun yang akan datang dengan adanya regulasi tersendiri yang
mendasari pelaksanaan smart village yang akan disusun secara berjenjang di
pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan juga desa; pembangunan di desa yang akan
dilakukan diharapkan adanya dukungan dari para stakeholders dalam perluasan
(scale-up) smart village baik di internal maupun di eksternal; dengan
dicanangkannya dan dirawatnya smart village maka dapat memungkinkan untuk
dilakukannya Lomba Smart Village tahun 2023 yang menarik dan menyongsong
tema yang positif untuk mendukung arah kebijakan smart village pada masing-
masing desa; dan smart village ini diharapkan menjadi icon program yang unggul
bahkan bisa menduduki peringkat ke-2 setalah BUMDes di Kemendesa.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kab Jember. (2022). Desa Cerdas
Merupakan Basis Pembangunan Indonesia yang Tidak Meninggalkan
Relijiusitas dan Budaya Lokal Desa.
Fardaniah, R. (2023). Mendes PDTT Terapkan Prinsip SDGs Guna Turunkan Angka
Kemiskinan. Kantor Berita ANTARA, Jakarta.
Helmiati. (2021). Desa Cerdas (Smart Village) Akselerasi Pembangunan Desa-Desa
di Indonesia. Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi. Kuliah online, Jakarta.
Herdiana, D. (2019). Pengembangan Konsep Smart Village bagi Desa-Desa di
Indonesia. IPTEK-KOM (Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi
21 (1): 1-16.
Humas BRIN. (2022). Smart Village Solusi Percepatan Pembangunan Desa. BRIN
Jakarta Pusat
Kharisma, A. (2021). Cerdaskan Desa di 2024, 5 Kegiatan Utama Program Smart.
detikNews.
Kurniawan, E., Amidi., dkk. (2022). Buku Panduan UNNES GIAT: Penguatan Generasi
Milenial Mendukung SDGs Desa. LPPM UNNES, Kota Semarang.
MUI PROV. (2022). Gus Menteri Membumikan SDGs Desa di Indonesia. MUI-digital.
Napitupulu, MD., Pasaribu, VAR., & Sihombing, N. (2021). Analisis Implementasi
Sustainable Development Goals (SDGs) Desa Bakal Gajah Melalui
Pengembangan BUMDes.
Natalia, A., & Maulidya, EN. (2023). Aktualisasi Empat pilar Sustainable Development
Goals (SDGs) di Perdesaan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
JIIP: Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan 8 (1): 21-41.
Nurjaman, R., Syah, R F., Suryanto., & Wijayanti, S, W. (2018). Pengembangan Model
Desa Cerdas. Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah Lembaga
Administrasi Negara. Jakarta Pusat.
Rachmawati, Rini. (2018). Pengembangan Smart Village untuk Penguatan Smart City
and Smart Regency. Jurnal Sistem Cerdas 01 (02): 12-18.
Ramadhan, A. (2020). Paparan RD Isu Desa Cerdas. Scribd Inc.
Redaksi KPPN BKT. (2021). Dana Desa: Pengertian, Sumber Dana, Penyaluran, dan
Prioritasnya.
Rizky, M F., & Mashur, D. (2022). Penerapan Sustainable Development Goals di Desa
Perkebunan Sungai Parit Kecamatan Sungai Lala Kabupaten Indragiri Hulu.
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 8 (15): 385-394.
44
45
Santoso, AD., Fathin, CA., dkk. (2021). Desa Cerdas: Transformasi Kebijakan dan
Pembangunan Desa Merespon Era Revolusi Industri 4.0. Center for Digital
Society & IGPA UGM, Yogyakarta.
Saraswati, AK. (2023). SDGs Desa Dorong Percepatan Pencapaian SDGs di Negara
Asia Pasifik. wargadesa.com