Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muh.

Rifqi Surahman
NIM : A011191168
Kelas : Ekonomi Perencanaan Pembangunan II - C
Dosen Pengampu : Dr. Sri Undai Nurbayani, S.E., M.Si.

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM PENENTUAN SEKTOR BASIS DAN


NON-BASIS DI KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)
TAHUN 2017-2020

1. Pendahuluan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat
data ekonomi yang dapat di gunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan
ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah
tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi pada suatu wilayah. Nilai PDRB dapat merepresentasikan
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sebagai salah satu contoh pada
pembahasan ini, dilakukan penghitungan dan analisis terhadap PDRB Kabupaten
Sleman dari tahun 2017 hingga 2020 dengan kondisi perekonomian yang
berfluktuasi. Peningkatan nilai PDRB Kabupaten Sleman mengindikasikan bahwa
adanya peningkatan pada pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari
tercapainya pembangunan ekonomi. Oleh sebab itu, diperlukan analisis terhadap
kawasan yang menjadi andalan sektor unggulan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Sleman. Sehingga perencanaan pembangunan ekonomi
dapat direalisasikan secara terstruktur berdasarkan potensi sektoralnya. Melalui
penghitungan nilai Location Quotient (LQ) dibutuhkan untuk mengetahui sektor
basis dan non-basis yang dimiliki oleh Kabupaten Sleman.
Analisis Location Quotient (LQ) atau Statistic Location Quotient (SLQ)
digunakan untuk mengetahui basis ekonomi suatu wilayah terutama dari kriteria
kontribusi. Analisis LQ pada dasarnya merupakan analisis untuk mengetahui
posisi apakah suatu wilayah berposisi sebagai net importer ataukah sebagai net
exporter pada suatu produk atau sektor tertentu, dengan membandingkan antara
produksi dan konsumsinya. Salah satu aspek dari analisis LQ adalah sebagai
salah satu indikator untuk menentukan sektor unggulan.

(1)
Adapun formula LQ atau SLQ adalah sebagai berikut:

𝑺𝒊⁄
𝑺𝑳𝑸 = 𝑺
𝑵𝒊⁄
𝑵
Dimana :
SLQ : besarnya Location Quotient Ni : PDRB di sektor Provinsi
Si : PDRB di sektor Kabupaten N : PDRB di Provinsi
S : PDRB di tingkat Kabupaten
Jika hasil perhitungan di formulasi di atas menghasilkan:
 LQ > 1 artinya, subsektor tersebut merupakan subsektor unggulan (basis).
Dimana komoditas pada subsektor tersebut memiliki keunggulan komparatif,
hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan
tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.
 LQ = 1 artinya, subsektor tersebut bukan subsektor unggulan (non-basis) dan
tidak memiliki keunggulan komparatif sehingga komoditas pada subsektor
tersebut belum dapat diekspor ke luar daerah dan hanya dapat dikonsumsi di
wilayah yang bersangkutan.
 LQ < 1 artinya, subsektor tersebut bukan termasuk subsektor unggulan (non-
basis) dimana produksi komoditas di wilayah tersebut tidak dapat memenuhi
kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.
Untuk lebih memahami mengenai analisis LQ ini, penulis akan menyajikan
data perhitungan LQ melalui studi kasus di Kabupaten Sleman sebagai tingkat
lokal dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai tingkat regional.
2. Analisis Data
Berdasarkan data PDRB menurut lapangan usaha di Kabupaten Sleman dan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dapat dilakukan perhitungan
menggunakan metode Location Quotient (LQ) untuk mencari keunggulan
komparatif yang dimiliki Kabupaten Sleman terhadap Provinsi DIY dengan cara
mengidentifikasi sektor basis dan non basis. Data yang dipergunakan adalah data
atas dasar harga konstan dengan tujuan untuk melihat perkembangan
perekonomian secara riil yang pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh adanya
perubahan harga atau inflasi/deflasi.
Sektor-sektor yang termasuk dalam sektor basis menunjukkan bahwa sektor
tersebut memiliki keunggulan komparatif. Dengan bertambah banyaknya kegiatan
basis dalam suatu wilayah maka arus pendapatan yang masuk ke wilayah

(2)
tersebut (monetary inflow) akan bertambah karena adanya kegiatan ekspor.
Sebaliknya, kegiatan non-basis menyebabkan keluarnya pendapatan dari wilayah
tersebut ke wilayah lain (monetary outflow) yang disebabkan wilayah ber-
sangkutan mengimpor kekurangan akan permintaan di sektor tersebut untuk
memenuhi kebutuhan di dalam wilayah. Berikut sajian data yang akan dianalisis:

Tabel 1: PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010
menurut Lapangan Usaha (dalam Juta Rupiah) Tahun 2017-2020
PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
No. SEKTOR EKONOMI
2017 2018 2019 2020
Pertanian, Kehutanan dan
1 7.930.314,50 8.101.233,30 8.183.689,40 8.526.740,30
Perikanan
Pertambangan dan
2 489.349,20 541.183,60 557.653,50 508.376,00
Penggalian
3 Industri Pengolahan 11.878.962,40 12.486.855,40 13.201.737,10 12.623.614,40
Pengadaan Listrik, dan
4 151.680,90 156.706,50 165.217,40 162.929,80
Gas
Pengadaan Air,
5 Pengelolaan Sampah, 90.288,80 94.923,30 103.372,60 103.901,00
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 8.828.648,00 9.984.760,00 11.420.640,10 9.634.836,10
Perdagangan Besar dan
Eceran, dan
7 7.787.541,30 8.219.289,30 8.643.437,90 8.253.025,20
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi dan
8 4.976.405,70 5.304.843,60 5.493.402,20 4.383.207,20
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
9 8.788.711,30 9.383.603,30 10.217.676,90 8.489.705,70
dan Makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi 10.222.383,30 10.884.532,60 11.694.991,80 13.998.335,90
Jasa Keuangan dan
11 3.303.797,60 3.506.587,60 3.805.386,00 3.763.896,10
Asuransi
12 Real Estate 6.708.239,40 7.079.839,30 7.499.627,40 7.594.529,50
13 Jasa Perusahaan 1.086.911,80 1.146.811,60 1.224.235,00 1.041.993,50
Administrasi
Pemerintahan,
14 6.956.541,30 7.239.151,90 7.477.921,50 7.311.590,00
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 8.096.345,90 8.583.073,60 9.146.783,80 9.555.495,50
Jasa Kesehatan dan
16 2.445.240,60 2.593.233,40 2.764.571,40 3.294.799,10
Kegiatan Sosial
17 Jasa Lainnya 2.558.881,60 2.717.386,10 2.887.199,80 2.432.624,90
Produk Domestik Regional
92.300.243,6 98.024.014,4 104.487.543,8 101.679.600,2
Bruto (PDRB)
Sumber: BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), data diolah

(3)
Tabel 2: PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 menurut Lapangan
Usaha (dalam Juta Rupiah) 2017-2020
PDRB Kabupaten Sleman
No. SEKTOR EKONOMI
2017 2018 2019 2020
Pertanian, Kehutanan
1 2.040.451,70 2.071.604,20 2.105.980,90 2.212.560,86
dan Perikanan
Pertambangan dan
2 115.878,50 126.231,20 133.527,60 121.812,82
Penggalian
3 Industri Pengolahan 3.980.364,10 4.203.118,30 4.455.255,00 4.285.329,54
Pengadaan Listrik, dan
4 41.413,60 42.353,10 44.822,40 44.258,63
Gas
Pengadaan Air,
5 Pengelolaan Sampah, 14.140,30 14.887,20 16.075,00 16.156,55
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 3.481.506,10 3.936.807,40 4.430.767,70 3.708.663,15
Perdagangan Besar dan
7 Eceran, dan Reparasi 2.396.461,40 2.517.080,00 2.649.325,50 2.513.796,77
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan
8 2.009.538,30 2.171.673,70 2.136.569,20 1.412.385,32
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
9 3.067.088,30 3.275.256,30 3.573.630,60 2.927.492,42
dan Makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi 3.353.383,70 3.560.299,50 3.841.352,60 4.609.094,07
Jasa Keuangan dan
11 911.738,40 977.150,90 1.061.895,90 1.061.867,54
Asuransi
12 Real Estate 2.581.857,80 2.713.511,70 2.873.693,70 2.914.275,20
13 Jasa Perusahaan 602.866,60 636.152,60 680.371,40 584.753,21
Administrasi
Pemerintahan,
14 1.876.409,00 1.953.565,10 2.018.630,70 1.976.425,63
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 3.161.823,10 3.351.494,90 3.579.032,00 3.777.668,28
Jasa Kesehatan dan
16 764.436,20 810.809,00 866.476,40 1.040.535,88
Kegiatan Sosial
17 Jasa Lainnya 741.233,60 777.210,00 822.401,90 699.297,93
Produk Domestik Regional
31.140.590,7 33.139.205,10 35.289.808,50 33.906.373,80
Bruto (PDRB)
Sumber: BPS Kabupaten Sleman (data diolah)

Dari perhitungan dengan menggunakan formulasi LQ maka didapatkan hasil sebagai


berikut:
Tabel 3: Analisis Perhitungan LQ Kabupaten Sleman Tahun 2017-2020
LQ Rata -
No Sektor Ekonomi Keterangan
2017 2018 2019 2020 Rata LQ
Pertanian, Kehutanan dan Sektor Non
1 0,76 0,76 0,76 0,78 0,76
Perikanan Basis

(4)
Pertambangan dan Sektor Non
2 0,70 0,69 0,71 0,72 0,70
Penggalian Basis
Sektor Non
3 Industri Pengolahan 0,99 1,00 1,00 1,02 1,00
Basis
Sektor Non
4 Pengadaan Listrik, dan Gas 0,81 0,80 0,80 0,81 0,81
Basis
Pengadaan Air,
Sektor Non
5 Pengelolaan Sampah, 0,46 0,46 0,46 0,47 0,46
Basis
Limbah dan Daur Ulang
Sektor
6 Konstruksi 1,17 1,17 1,15 1,15 1,16
Basis
Perdagangan Besar dan
Sektor Non
7 Eceran, dan Reparasi Mobil 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91
Basis
dan Sepeda Motor
Transportasi dan Sektor
8 1,20 1,21 1,15 0,97 1,13
Pergudangan Basis
Penyediaan Akomodasi dan Sektor
9 1,03 1,03 1,04 1,03 1,03
Makan Minum Basis
Sektor Non
10 Informasi dan Komunikasi 0,97 0,97 0,97 0,99 0,97
Basis
Jasa Keuangan dan Sektor Non
11 0,82 0,82 0,83 0,85 0,83
Asuransi Basis
Sektor
12 Real Estate 1,14 1,13 1,13 1,15 1,14
Basis
Sektor
13 Jasa Perusahaan 1,64 1,64 1,65 1,68 1,65
Basis
Administrasi Pemerintahan,
Sektor Non
14 Pertahanan dan Jaminan 0,80 0,80 0,80 0,81 0,80
Basis
Sosial Wajib
Sektor
15 Jasa Pendidikan 1,16 1,16 1,16 1,19 1,16
Basis
Jasa Kesehatan dan Sektor Non
16 0,93 0,92 0,93 0,95 0,93
Kegiatan Sosial Basis
Sektor Non
17 Jasa Lainnya 0,86 0,85 0,84 0,86 0,85
Basis
Sumber: data diolah menggunakan Excel

3. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) dari tahun 2017 hingga
2020, di dapat bahwa dari tujuh belas sektor ekonomi terdapat enam sektor yang
merupakan sektor basis atau unggulan di Kabupaten Sleman dengan rata-rata
nilai LQ lebih besar dari 1, meliputi sektor konstruksi, sektor transportasi dan
pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor real
estate, sektor jasa perusahaan, dan sektor jasa pendidikan. Artinya peranan
keenam sektor tersebut di daerah bersangkutan lebih menonjol sehingga dapat di
jadikan sebagai petunjuk bahwa daerah tersebut surplus akan produk sektor

(5)
kabupaten sehingga dapat mengekspornya ke daerah lain secara efisien, serta
menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk
sektor kabupaten yang di maksud.
Sektor ekonomi yang nilai LQ paling tinggi adalah sektor jasa perusahan
dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1,65; kemudian diikuti dengan sektor jasa
pendidikan dan sektor konstruksi dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1,16;
selanjutnya sektor real estate dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1,14; sektor
transportasi dan pergudangan dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1,13; dan
terakhir sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dengan nilai rata-rata
LQ sebesar 1,03. Sektor-sektor inilah yang merupakan sektor basis atau unggulan
di Kabupaten Sleman. Yang berarti bahwa sektor-sektor ini mampu memenuhi
kebutuhan akan daerahnya sendiri juga memasok untuk kebutuhan daerah
lainnya. Sektor-sektor ini sangatlah berpotensi jika dikembangkan dengan mak-
simal dan bisa menjadi sumber daya untuk mendorong perekonomian di Kabu-
paten Sleman karena memiliki kekuatan dan prospek yang baik di masa datang.
Sedangkan rata-rata nilai LQ kurang dari 1 dan sama dengan 1 dimana
terdapat sebelas sektor yang merupakan non-basis, meliputi sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri
pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan eceran;reparasi
mobil dan sepeda motor, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan
dan asuransi, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial
wajib, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dan sektor jasa lainnya. Artinya
peranan kesebelas sektor tersebut di daerah bersangkutan kurang menonjol
sehingga dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa daerah tersebut deficit akan
produk sektor kabupaten sehingga komoditas pada sektor tersebut tidak dapat
mengekspornya ke daerah lain secara efisien, serta menunjukkan bahwa daerah
tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif untuk sektor kabupaten tersebut.
Adapun rincian nilai LQ kesebelas sektor tersebut adalah sektor industri
pengolahan dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1,00; kemudian diikuti dengan
sektor informasi dan komunikasi dengan nilai rata-rata LQ sebesar 0,97; sektor
jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan nilai rata-rata LQ sebesar 0,93; sektor
perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor dengan
nilai rata-rata LQ sebesar 0,91; sektor jasa lainnya dengan nilai rata-rata LQ
sebesar 0,85; sektor jasa keuangan dan asuransi dengan nilai rata-rata LQ

(6)
sebesar 0,83; selanjutnya sektor pengadaan listrik dan gas dengan nilai rata-rata
LQ sebesar 0,81; sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan
sosial wajib dengan nilai rata-rata LQ sebesar 0,80; sektor pertanian, kehutanan
dan perikanan dengan nilai rata-rata LQ sebesar 0,76; sektor pertambangan dan
penggalian dengan nilai rata-rata LQ sebesar 0,70; dan terakhir sektor pengadaan
air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang dengan nilai rata-rata LQ sebesar
0,46. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kesebelas sektor ini belum dapat men-
cukupi kebutuhan di tingkat regionalnya sehingga menyebabkan sektor-sektor ini
mempunyai kecenderungan untuk impor dari daerah (provinsi) lain.
4. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang menjadi sektor unggulan (basis) di
Kabupaten Sleman ada enam sektor yang meliputi sektor konstruksi, sektor
transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum,
sektor real estate, sektor jasa perusahaan, dan sektor jasa pendidikan.
Sedangkan sektor terbelakang (non-basis), ada sebelas sektor yang meliputi
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor pertambangan dan
penggalian, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor
pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan
besar dan eceran;reparasi mobil dan sepeda motor, sektor informasi dan
komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor administrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa kesehatan dan
kegiatan sosial dan sektor jasa lainnya.
Adanya enam sektor unggulan (basis) yang dimiliki Kabupaten Sleman
dapat menjadikan komoditas pada sektor tersebut sebagai comparative
advantage, dengan begitu dapat menjadikan Sleman sebagai alternatif skala
nasional untuk tujuan investasi baik dalam hal pendidikan maupun bisnis bagi
masyarakat dari luar daerah. Hal ini berpengaruh pada demografi Kabupaten
Sleman karena banyaknya pendatang dari luar daerah bahkan dari luar negeri.
Dimana dalam perkembangannya, Kabupaten Sleman dapat diibaratkan sebagai
miniatur Indonesia. Walaupun demikian kehidupan masyarakat Sleman baik
penduduk asli maupun pendatang dapat berinteraksi dengan baik, sesuai dengan
nilai-nilai kultur Yogyakarta tanpa meninggalkan kultur budaya masing-masing
etnik. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Sleman telah mengalami
banyak kemajuan dan perubahan, pembangunan ekonomi Kabupaten Sleman
telah mampu menciptakan berbagai aktivitas ekonomi dan kenaikan pendapatan

(7)
masyarakat, dengan tujuan mampu meningkatkan kesejahteraan dan kebutuhan
hidup masyarakat.

REFERENSI

Anonim. 2021. Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha


Tahun 2010-2020. BPS, Kabupaten Sleman.
Anonim. 2021. Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha
Tahun 2010-2020. BPS, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Basuki, M., dan Mujiraharjo, F.N. 2017. Analisis Sektor Unggulan Kabupaten
Sleman dengan Metode Shift Share dan Location Quotient. Jurnal Sains,
Teknologi, dan Industri, Vol. 15, No. 1, Edisi Desember, 52-60.

Hutapea, A., dkk. 2020. Analisis Sektor Basis dan Non Basis serta Daya Saing
Ekonomi dalam Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol. 20, No. 03, 1-11.
Jumiyanti, K.R. 2018. Analisis Location Quotient dalam Penentuan Sektor Basis
dan Non Basis di Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Development Review,
Vol. 1, No. 1, Edisi April, 29-43.
Puspitasari, V.A. 2012. Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Sleman
Tahun 2006-2011. Business & Management Journal Bunda Mulia, Vol. 8,
No. 2, Edisi September, 14-29.

Suryati, E. 2018. Skripsi: Analisis Penentuan Sektor Potensial dan Sektor Basis di
Kabupaten Sleman Tahun 2010-2016. Universitas Tidar: Magelang.

(8)

Anda mungkin juga menyukai