OLEH:
DAFTAR ISI
ii
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
tungan terhadap bantuan dari pemerintah pusat dapat diminimalisir. Hal ini
menegaskan bahwa kemampuan keuangan daerah tidak dapat dipisahkan
dari setiap kegiatan pemerintahan dalam membiayai pembangunan daerah.
Terdapat ciri utama yang menunjukan suatu daerah mampu berotonomi,
yaitu adalah terletak pada kemampuan keuangan daerahnya, (Halim,
2004).
Salah satu ukuran kemampuan daerah adalah terletak pada
pendapatan asli daerahnya. Pendapatan asli daerah mencerminkan
kemampuan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam menggali dan
memaksimalkan segala potensi sumber daya lokalnya. Pemaksimalan
sumber daya lokal yang ada, dapat diwujudkan dengan cara melakukan
intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi adalah upaya yang dapat
dilakukan oleh pemerintah Kota Cirebon dengan memaksimalkan
penerimaan daerah dari sumber-sumber yang sudah ada, sedangkan
ekstensifikasi adalah upaya yang dapat dilakukan dengan memperluas
basis sumber penerimaan bagi daerah sehingga dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah di Kota Cirebon.
Kemampuan keuangan dalam penyelenggaraan suatu pemerintahan
sangat penting, karena pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan
fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk
memberikan pelayanan pembangunan dan keuangan inilah yang
merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata
kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri. Kemampuan keuangan daerah dalam era otonomi daerah sering
diukur dengan menggunakan kinerja keuangan.
Ada beberapa cara untuk menghitung Kemampuan Keuangan
Daerah, yaitu dengan cara menghitung Share dan Growth, peta
kemampuan keuangan daerah dan indeks kemampuan keuangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sedangkan untuk
mengukur kinerja keuangan daerah, diantaranya adalah dengan cara
menganalisis pendapatan yang terdiri atas analisis terhadap rasio
kemandirian keuangan, rasio derajat desentralisasi fiskal, rasio
2
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
3
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
BAB II
PEMBAHASAN
4
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
5
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
pembangunan.
Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Siregar
(2004:291): “…pemberian otonomi daerah bertujuan untuk
meningkatkan daerah bersangkutan mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Ini demi terciptanya
peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masya-
rakat dan pelaksanaan pembangunan. Penulis menyim-
pulkan bahwa tujuan diterapkannya otonomi daerah adalah
untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kesejahteraan
kepada masyarakat, keadilan, mengurangi kesenjangan
(pemerataan), pemeliharaan hubungan yang serasi antara
Pusat dengan Daerah dan antar daerah dalam rangka
keutuhan NKRI, pemberdayaan masyarakat serta untuk
meningkatkan peran serta masyarakat. Sehingga akan
tercipta pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, adil
dan akuntabel.
2.1.3. Keuangan Daerah
Keuangan daerah merupakan salah satu faktor penting
bagaimana mengukur tingkat kemampuan daerah dalam
melaksanakan otonominya. Keadaan keuangan daerahlah
yang akan menentukan kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah. Secara sederhana keuangan daerah
dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang
dapat dinilai dengan uang, demikian pula sebagai segala
sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat
dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum
dimiliki/dikuasai oleh Negara atau daerah yag lebih tinggi
serta pihak-pihak lain sesuai dengan ketentuan/peraturan
perundangan yang berlaku (Mahesah dalam Susantih,
2008).
Sebagaimana diatur dalam UU No. 33 Tahun 2004
6
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
7
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
8
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
9
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
10
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
PAD PAD𝑖
Share = Growth = x 100
total belanja PAD𝑡−1
Ket:
PADi = pendapatan asli daerah periode i
PADi-1 = pendapatan asli daerah periode i-1
2.4. Studi Kasus
Untuk menggambarkan peta kemampuan keuangan Kota
Cirebon di gunakan parameter perhitungan dan analisis kinerja PAD
melalui ukuran pertumbuhan (growth) dari masing-masing PAD dan
melalui analisis peranan PAD (share) terhadap APBD.
Tabel 1. Data Realisasi PAD dan Total Belanja Kota Cirebon
Total Belanja Share
TA PAD (Miliar)
(Miliar) (%)
2010 121,59 749,76 16,21
2011 120,13 818,29 14,68
2012 149,48 813,67 18,37
2013 206,01 975,24 21,12
2014 298,54 1.194,44 24,99
2015 319,89 1.354,75 23,61
2016 363,12 1.463,44 24,81
2017 443,93 1.409,42 31,49
2018 440,44 1.426,05 30,88
2019 434,21 1.587,30 27,35
2020 437,21 1.582,88 27,62
Rata-Rata 23,73
Sumber: DJPK Kemenkeu (data diolah)
11
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
Rata-Rata 13,40
Sumber: DJPK Kemenkeu (data diolah)
Dari perhitungan share dan growth terhadap realisasi APBD
Kota Cirebon Tahun Anggaran 2010-2020, maka diperoleh rata-rata
peranan PAD terhadap pembangunan sebesar 23,73 persen dan
rasio pertumbuhan rata-rata sebesar 13,40 persen. Rasio share
menunjukkan bahwa peranan PAD mengalami peningkatan setiap
tahunnya, hal ini menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi di
Kota Cirebon terus menunjukkan tren positif (ditunjukkan pada tabel
3) bahwa Kota Cirebon merupakan kota jasa dan perdagangan.
Sementara rasio pertumbuhan (growth) juga menunjukkan
perkembangan yang meningkat, dimana realisasi PAD setiap
tahunnya melebihi target yang telah ditetapkan pada APBD,
pertumbuhan paling menonjol terjadi pada tahun 2014 sebesar 44,92
persen, akan tetapi pada tahun 2015 pertumbuhan PAD mengalami
penurunan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2014
walaupun tingkat realisasinya masih melampaui target. Sedangkan
untuk tahun 2018 dan 2019 pertumbuhan menyentuh angka negatif
dengan masing-masing sebesar -0,79 dan -1,41 persen.
12
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
Dari hasil yang diperoleh dari rasio share dan growth tersebut
dan kemudian dengan menggunakan pemetaan kemampuan
keuangan daerah berdasarkan metode kuadran, maka posisi Kota
Cirebon berada pada kuadran II, yaitu kondisi ini belum ideal, tetapi
daerah mempunyai pengembangan potensi lokal, sehingga PAD
berpeluang memiliki peran besar dalam total belanja. Sumbangan
PAD terhadap total belanja masih rendah namun pertumbuhan PAD
tinggi. Ini berarti pemerintah Kota Cirebon masih dapat menggali
potensi daerah lebih optimal sehingga dapat meningatkan PAD yang
berperan besar dalam pembangunan di Kota Cirebon.
13
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
BAB III
PENUTUP
14
Ekonomi Regional | Muh. Rifqi Surahman (A011191168)
Paper XV : Analisis Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi…
DAFTAR PUSTAKA
iii