MODUL PERKULIAHAN
Green Management
Green Leadership
Abstrak Sub-CPMK
Pada modul ini akan dipelajari tentang Mahasiswa mampu menjabarkan dan
Green Leadership menganalisa tentang Green
Leadership
1. Pendahuluan
13
Dr. Erna Sofriana Imaningsih, M.Si
Ekonomi dan Bisnis Manajemen
Keberadaan dunia saat ini penuh dengan keterbukaan, dunia seolah menyatu atau
dikenal dengan sebutan globalisasi. Globalisasi dimaknai oleh sebagian besar orang
seolah-olah tidak ada lagi batas-batas tembok pemisah antara satu negara dengan
negara lainnya, baiknya dalam bidang ekonomi, politik, sosial maupun budaya.
Walaupun masing-masing bangsa memiliki karakter-karakter bangsanya, namun
dengan keterbukaan yang ada semuanya menjadi saling membaur.
Sebagai konsekuensi dari era globalisasi, adalah tingginya tingkat persaingan dan
tantangan yang ditimbulkannya. Suka atau tidak suka, ini merupakan suatu realitas
yang harus dihadapi setiap bangsa. Pertanyaan mendasar dari realitas ini adalah
sanggupkah dan siapkah manusia dikondisikan sebagai sumber daya transformasi
sosial atau sumber daya yang diantisipasi sebagai pelaku pembangunan? Salah satu
upaya mengantisipasinya adalah dengan menciptakan berbagai sumber daya
manusia unggul yang memiliki kemampuan berbuat sesuatu bagi bangsanya.
Peningkatan kapasitas dan kualitas suatu bangsa melalui pembangunan SDM yang
unggul merupakan tugas bersama dalam menciptakan bangsa yang kuat dan negara
yang makmur. Melalui SDM yang unggul, tangguh dan berkualitas baik secara fisik
dan mental akan berdampak positif tidak hanya dengan peningkatan daya saing dan
kemandirian bangsa, namun juga dalam mendukung pembangunan nasional.
Budaya klasik di tempat kerja selalu mengatakan bahwa karyawan akan selalu
berusaha untuk dianggap sebagai pekerja yang extra dalam mengesankan para
atasannya.
Menurut Roxana Hewerton, pendiri Forum Business Advice AskRoxi.com bahwa
pemimpin yang efektif tahu bagaimana menyelesaikan pekerjaan dengan jumlah
waktu yang wajar dan menjaga kehidupan pribadi serta kesehatan mereka secara
keseluruhan yang terintegrasi dengan baik dengan kehidupan kerja mereka.
Dr. John Alizor, penulis buku “Leadership: Understanding Theory, Style and Practice”,
telah menemukan bahwa hal ini adalah kesalahpahaman umum diantara para
pemimpin, menurutnya, manajer berperan dalam mengendalikan aktivitas bisnis dan
bekerja keras untuk terlibat dalam segala hal yang mereka bisa. Sedangkan tanggung
jawab seorang pemimpin adalah memimpin. Sebagai pemimpin, tanggung jawab
Salah satu cara terbaik untuk melatih kepemimpinan cerdas adalah mendelegasikan
tugas kepada setiap anggota tim kita sehingga kita dapat memfokuskan energi pada
tanggung jawab yang secara khusus kita miliki. Pada saat yang sama, penting untuk
merencanakan dan memprioritaskan pekerjaan sehingga tim kita dapat beroperasi
semulus dan seefisien mungkin. Di samping delegasi pasti bisa membuat kita dan
organisasi jauh lebih produktif, para pemimpin harus belajar untuk berhati-hati dalam
prosesnya.
Selain memastikan bahwa kita memiliki orang-orang yang berkompeten di tim kita,
penting juga untuk mengalokasikan pekerjaan dengan cara yang memberdayakan
orang lain untuk melakukan yang terbaik dan memainkan peran mereka sebagai
pemimpin. Memiliki kekuatan untuk mendelegasikan dapat membuat pola pikir yang
dominan dalam pemimpin, yang dapat menyebabkan mereka melupakan bahwa
peran kepemimpinan yang paling penting adalah memfasilitasi kinerja tim secara
keseluruhan. Sebelum kita mulai mendelegasikan dan menyelesaikan tugas,
luangkan waktu untuk membangun kekuatan dan semangat tim.
Bawahan (anggota tim) harus merasa aman untuk berkontribusi dalam perusahaan.
Kita harus mengetahui peran dan hadapan mereka, saling percaya untuk melakukan
pekerjaan mereka dengan baik dan memanfaatkan kekuatan sinergi kelompok untuk
membuat mereka merasa lebih mampu dalam melakukan pekerjaan tim mereka.
Kepemimpinan yang cerdas ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Disiplin
2. Mengutamakan skala prioritas
3. Percaya diri
4. Berinovasi pada penciptaan hal baru dengan efektif
5. Berpengaruh
6. Green Leadership
Green leadership adalah kemampuan dari seorang individu pemimpin
dalam menentukan kebijakan yang pro lingkungan dan dapat memengaruhi serta
memobilisasi individu lain dalam organisasi untuk mendukung kebijakan pro
lingkungan tersebut. Kualitas lingkungan akan menentukan masa depan, karena
akan berdampak terhadap kualitas hidup manusia, seperti ekonomi, ketahanan
pangan, dan lainnya.
Selain itu, pengetahuan yang dimiliki, teknologi, perilaku serta komitmen
juga menjadi faktor penting dalam keberlanjutan dan kualitas interaksi dengan
lingkungan, di mana generasi muda saat ini sebagai penentu. Sebagai negara
yang sedang menikmati bonus demografi, Indonesia kini memiliki jumlah anak
muda potensial penggerak perubahan yang sangat banyak.
Berdasarkan statistik, dari 270 juta penduduk Indonesia, sekitar 25,87
persen adalah generasi milenial (usia sekarang 24–39 tahun) dan 27,94 persen
adalah generasi Z (usia 8–23 tahun). Potensi yang mereka miliki berupa
idealisme, mobilitas tinggi, dan dinamis, kepedulian dan kesetiakawanan sosial,
inovatif dan kreatif, serta keberanian dan keterbukaan dapat dimaksimalkan untuk
menjadi penggerak pelestarian sumber daya alam dan lingkungan Indonesia ke
depan. Generasi muda dapat terlibat langsung dalam aksi nyata upaya pelestarian
lingkungan. Misalnya, peran dalam pengelolaan sampah dan limbah, generasi
muda dapat bergerak bersama-sama menjadi ecopreneur, menerapkan konsep
sirkular ekonomi, serta dapat mendorong upaya pengelolaan sampah dan limbah
berkelanjutan.
Selain itu, dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, generasi muda juga
dapat berpartisipasi dengan terus menanam dan memelihara pohon. Dalam hal
penegakan hukum LHK, generasi milenial dapat berperan sebagai agent of
change. Mereka dapat berperan aktif dalam diskusi terbuka; kampanye melalui
media sosial; pengawasan sosial; agent of iron stock; serta penyampaian
informasi dalam pengelolaan lingkungan hidup.