Anda di halaman 1dari 12

1

MODUL PERKULIAHAN

Green Management

Green Leadership

Abstrak Sub-CPMK

Pada modul ini akan dipelajari tentang Mahasiswa mampu menjabarkan dan
Green Leadership menganalisa tentang Green
Leadership

1. Pendahuluan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

13
Dr. Erna Sofriana Imaningsih, M.Si
Ekonomi dan Bisnis Manajemen
Keberadaan dunia saat ini penuh dengan keterbukaan, dunia seolah menyatu atau
dikenal dengan sebutan globalisasi. Globalisasi dimaknai oleh sebagian besar orang
seolah-olah tidak ada lagi batas-batas tembok pemisah antara satu negara dengan
negara lainnya, baiknya dalam bidang ekonomi, politik, sosial maupun budaya.
Walaupun masing-masing bangsa memiliki karakter-karakter bangsanya, namun
dengan keterbukaan yang ada semuanya menjadi saling membaur.
Sebagai konsekuensi dari era globalisasi, adalah tingginya tingkat persaingan dan
tantangan yang ditimbulkannya. Suka atau tidak suka, ini merupakan suatu realitas
yang harus dihadapi setiap bangsa. Pertanyaan mendasar dari realitas ini adalah
sanggupkah dan siapkah manusia dikondisikan sebagai sumber daya transformasi
sosial atau sumber daya yang diantisipasi sebagai pelaku pembangunan? Salah satu
upaya mengantisipasinya adalah dengan menciptakan berbagai sumber daya
manusia unggul yang memiliki kemampuan berbuat sesuatu bagi bangsanya.
Peningkatan kapasitas dan kualitas suatu bangsa melalui pembangunan SDM yang
unggul merupakan tugas bersama dalam menciptakan bangsa yang kuat dan negara
yang makmur. Melalui SDM yang unggul, tangguh dan berkualitas baik secara fisik
dan mental akan berdampak positif tidak hanya dengan peningkatan daya saing dan
kemandirian bangsa, namun juga dalam mendukung pembangunan nasional.

Di sisi lain, kekuatan kepemimpinan menghasilkan berbagai kebijakan dan


operasionalisasi kerja yang dibimbing oleh visi yang akan dijadikan dasar pencapaian
tujuan. Visi yang dijalankan secara konsisten harus menuntut perubahan budaya
yang sering berorientasi pada mutu baik proses maupun hasil. Dalam hal ini, seorang
pemimpin harus memiliki keahlian manajerial dan memahami hal-hal yang sifatnya
teknis agar memudahkan ia mengarahkan dan membina tenaga kependidikan. Ia
harus memiliki keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, memiliki kepiawaian
berinteraksi, membangun relasi dan bersosialisasi, sehingga kepemimpinannya
berjalan efektif. Dengan demikian hal penting yang memposisikan diri sebagai
komponen yang memberikan pengaruh yang kuat pada efektifitas pencapaian SDM
Unggul adalah kepemimpinan cerdas (smart leadership).

2. Konsep Kepemimpinan Cerdas

2021 Green Management


2 Dr. Erna Sofriana Imaningsih, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Menjadi pemimpin sebuah perusahaan (perusahaan startup atau perusahaan besar),
tanggung jawab yang melekat tentu sangat berat. Tak selamanya tugas yang
dikerjakan oleh seorang pemimpin atau bos begitu mudah. Begitu banyak keputusan
yang harus diambil setiap hari, setiap waktu, dan lagi jika kita memiliki tim yang harus
diarahkan sesuai dengan tujuan dan target yang dituju oleh perusahaan.
Kepemimpinan menuntut waktu dan tenaga yang penuh namun bukan berarti harus
selalu menetap di kantor untuk mengawasi setiap jalannya alur pekerjaan rutin di
kantor. Sebagai pemimpin yang baik, tentu kita harus membimbing anggota tim atau
karyawan kita dalam melakukan tugas mereka sesuai dengan tanggung jawab
mereka masing-masing.

Bagaimanakah cara agar dapat melakukan kepemimpinan yang cerdas sehingga


perusahaan tetap dapat berjalan dengan baik tanpa kita harus selalu ada dikantor.
Pemimpin yang cerdas adalah mereka yang dapat memaksimalkan jam kerja dengan
belajar untuk mendelegasikan, memprioritaskan dan juga berusaha untuk
menyederhanakan sebuah tugas.
Orang-orang yang duduk di posisi kepemimpinan cenderung menanggapi
keberhasilan dan nilai di tempat kerjanya diukur dari seberapa lama mereka bisa
tetap ada di kantor, atau berapa banyak waktu yang mereka habiskan di luar
pekerjaan untuk menjawab email dan meninjau laporan. Akibatnya, para pemimpin
sering merasa stres dan “burn out” bahkan dari tugas yang kecil sekalipun.
Ada banyak alasan bahwa ketidakseimbangan kehidupan kerja ini tetap menjadi
standar yang diterima bagi para pemimpin selama bertahun-tahun.

Budaya klasik di tempat kerja selalu mengatakan bahwa karyawan akan selalu
berusaha untuk dianggap sebagai pekerja yang extra dalam mengesankan para
atasannya.
Menurut Roxana Hewerton, pendiri Forum Business Advice AskRoxi.com bahwa
pemimpin yang efektif tahu bagaimana menyelesaikan pekerjaan dengan jumlah
waktu yang wajar dan menjaga kehidupan pribadi serta kesehatan mereka secara
keseluruhan yang terintegrasi dengan baik dengan kehidupan kerja mereka.
Dr. John Alizor, penulis buku “Leadership: Understanding Theory, Style and Practice”,
telah menemukan bahwa hal ini adalah kesalahpahaman umum diantara para
pemimpin, menurutnya, manajer berperan dalam mengendalikan aktivitas bisnis dan
bekerja keras untuk terlibat dalam segala hal yang mereka bisa. Sedangkan tanggung
jawab seorang pemimpin adalah memimpin. Sebagai pemimpin, tanggung jawab

2021 Green Management


3 Dr. Erna Sofriana Imaningsih, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
utama kita adalah membimbing dan mengawasi anggota atau karyawan Anda saat
mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, bukan untuk melakukan semuanya sendiri.

Salah satu cara terbaik untuk melatih kepemimpinan cerdas adalah mendelegasikan
tugas kepada setiap anggota tim kita sehingga kita dapat memfokuskan energi pada
tanggung jawab yang secara khusus kita miliki. Pada saat yang sama, penting untuk
merencanakan dan memprioritaskan pekerjaan sehingga tim kita dapat beroperasi
semulus dan seefisien mungkin. Di samping delegasi pasti bisa membuat kita dan
organisasi jauh lebih produktif, para pemimpin harus belajar untuk berhati-hati dalam
prosesnya.

Selain memastikan bahwa kita memiliki orang-orang yang berkompeten di tim kita,
penting juga untuk mengalokasikan pekerjaan dengan cara yang memberdayakan
orang lain untuk melakukan yang terbaik dan memainkan peran mereka sebagai
pemimpin. Memiliki kekuatan untuk mendelegasikan dapat membuat pola pikir yang
dominan dalam pemimpin, yang dapat menyebabkan mereka melupakan bahwa
peran kepemimpinan yang paling penting adalah memfasilitasi kinerja tim secara
keseluruhan. Sebelum kita mulai mendelegasikan dan menyelesaikan tugas,
luangkan waktu untuk membangun kekuatan dan semangat tim.

Bawahan (anggota tim) harus merasa aman untuk berkontribusi dalam perusahaan.
Kita harus mengetahui peran dan hadapan mereka, saling percaya untuk melakukan
pekerjaan mereka dengan baik dan memanfaatkan kekuatan sinergi kelompok untuk
membuat mereka merasa lebih mampu dalam melakukan pekerjaan tim mereka.
Kepemimpinan yang cerdas ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Disiplin
2. Mengutamakan skala prioritas
3. Percaya diri
4. Berinovasi pada penciptaan hal baru dengan efektif
5. Berpengaruh

2021 Green Management


4 Dr. Erna Sofriana Imaningsih, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Hirarki dan Keterampilan Manajer

Berdasarkan Hirarki dan Keterampilan

Berdasarkan hirarki terbagi dalam:


1. Manajemen Puncak (Top Management): bertanggung jawab terhadap perusahaan
secara keseluruhan
2. Manajemen Menengah (Middle level- Management): bertugas melaksanakan
tujuan, strategi, dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajer serta
mengkoordinasikan dan mengarahkan aktivitas manajer tingkat bawah dan juga
karyawan operasional
3. Manajemen tingkat Bawah (Lower level atau   First-level): mengawasi karyawan
secara langsung.
Berdasarkan fungsinya terbagi dalam:

2021 Green Management


5 Dr. Erna Sofriana Imaningsih, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Manajemen Umum: bertanggung jawab mengawasi unit tertentu yang
mempunyai beberapa bidang sekaligus
2. Manajer Fungsional: bertanggung jawab terhadap satu aktivitas organisasi
tertentu.

Keterampilan konseptual untuk manajer puncak: kemampuan manajer untuk memiliki


gambaran menyeluruh mengenai situasi yang dihadapi organisasi. Kemampuan
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan serta kepentingan organisasi.
Keterampilan manusiawai (human skills) untuk manajer menengah: merupakan
kemampuan memahami orang lain, bekerjasama dengan orang lain, mendorong
serta memotivasi orang lain, baik secara individual maupun kelompok.
Keterampilan teknis (Technical skills) untuk manajer operasional: merupakan
kemampuan mamahami serta melakukan kegiatan operasional.

3. Urgensi Kepemimpinan Cerdas


Dunia saat ini ditandai dengan meningkatnya varaiasi, saling ketergantungan dan
konektivias; kompleksitas, perubahan, ambiguitas, kelancaran dan keberlanjutan.
Tidak ada keraguan bahwa pemimpin yang lebih cerdas dibutuhkan untuk
menghadapi tantangan dan tuntutan yang muncul ini. Namun, dunia ini tanpa henti
cepat dan dinamis. Ini berarti bahwa para pemimpin menghadapi risiko nyata untuk
menjadi sekedar jumlah total pengalaman, informasi dan informasi yang belum teruji,
tidak tercerna, terus-menerus dan cepat. Terlalu sedikit waktu untuk hidup reflektif –
jenis yang menyediakan ‘waktu tenang’ yang cukup sehingga pemimpin cerdas dapat
terus mengubah pengalaman menjadi informasi, informasi menjadi pengetahuan, dan
pengetahuan menjadi kebijaksanaan.

Pembicaraan mengenai kecerdasan pemimpin, maka terdapat total ‘kecerdasan’


pemimpin yang hebat terdiri dari lima mode kecerdasan interdependen yaitu:
a. Kecerdasan intra personal dan interpersonal
Kecerdasan intra dan interpersonal memiliki makna bahwa pemimpin tentunya
memiliki keaslian jati diri wawasan diri adalah inti. Kecerdasan intra dan
interpersonal berpusat pada tingkat dimana indentitas sebagai pemimpin telah
terukur dan telah menjadi pribadi yang dimiliki. Mengetahui siapa dan apa
tujuan sebagai seorang pemimpin, apa kelamahan dan kekuatan.
b. Kecerdasan sistemik

2021 Green Management


6 Dr. Erna Sofriana Imaningsih, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kecerdasan sistemik memiliki makna bahwa pemimpin memiliki gambaran
besar tentang bagaimana dunia bekerja dalam hal real time, pola dinamis.
Kecerdasar sistemik memerlukan penguasaan kepemimpinan pada
pembuatan real time, pemahaman terpadu dan dinamis tentang bagaimana
dunia yang sedang berkembang bekerja di dalam arena operasi pemimpin.
Dengan kata lain, ini adalah teori kerja dari arena operasi pemimpin dengan
latar belakang tatanan dunia yang muncul seperti yang digambarkan dalam
pendahuluan.
c. Kecerdasan ideasi
Kecerdasan ideasi memiliki makna pemimpin yang dapat memvisualisasikan
inspirasi mimpi, masa depan yang baru dan penghayatan sebagai sarana
untuk mewujudkan masa depan yang diinginkan. Inti dari kecerdasan ini
adalah imajinasi. Kecerdasan ideasi mencakup penguasaan kepemimpinan
karena memiliki mimpi tanpa batas tentang apa yang dunia bisa, boleh dan
seharusnya. Ini tentang idealisasi masa depan yang lebih baik dan diperkaya
cita rasa untuk semua orang.
d. Aksi Intelijen
Aksi intelijen memiliki makna pemimpin yang bisa membawa perubahan abadi
dan bermakna dalam skala besar. Inti dari kecerdasan ini adalah navigasi ke
masa depan untuk mewujudkan impian yang diinginkan. Kecerdasan aksi
mencakup penguasaan kepemimpinan untuk mewujudkan perubahan yang
abadi dan berarti dalam skala besar. Masa depan yang diinginkan akibat
mimpi pencitraan harus diubah menjadi tindakan karena mempengaruhi
perubahan nyata dan asli
e. Kecerdasan Kontekstual
Kecerdasan kontekstual memiliki makna para pemimpin selalu dapat
disesuaikan secara optimal dengan konteks mereka, dengan menggunakan
kerangka interpretasi yang tepat untuk terlibat dengannya. Kecerdasan
kontekstual berkaitan dengan memastikan secara terus menerus hubungan
dinamis dan optimal antara pemimpin dan konteksnya sebagaimana
digambarkan oleh arena operasi organisasi mereka.

4. Green Human Resources Management


Dengan latar belakang ini, manajemen sumber daya manusia hijau
(GHRM) telah semakin dipromosikan dalam dekade terakhir sebagai tanggapan
proaktif bahwa organisasi dapat ambil untuk meningkatkan kinerja lingkungan

2021 Green Management


7 Dr. Erna Sofriana Imaningsih, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
(Dumont et al., 2017; Jackson dan Seo, 2010; Guerci dkk., 2016; Renwick dkk.,
2016; Taylor et al., 2013). GHRM mengacu pada satu set HRM praktik yang
secara eksplisit mempertimbangkan tujuan lingkungan perusahaan (Ren et al.,
2018; Renwick dkk., 2013). Contoh praktik GHRM termasuk meningkatkan
keterlibatan karyawan untuk mengurangi pencemaran lingkungan perusahaan
seperti yang dilakuka oleh perusahaan 3M (Paul dan Nilan, 2012), menggunakan
indikator kinerja lingkungan yang terukur dan program pelatihan seperti yang
dipraktikkan oleh perusahaan mobil Jerman (Wagner, 2011), dan menghubungkan
gaji eksekutif dengan polusi strategi pencegahan, seperti yang direkomendasikan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan strategis perusahaan (Berrone dan
Gomez-Mejia, 2009). Namun, kemajuan perusahaan dalam domain lingkungan
sangat bervariasi (Bov et al., 2017; Global Reporting Initiative, 2015).
Sistem HRM telah terbukti mempengaruhi sikap karyawan yang
menguntungkan seperti: komitmen, sistem GHRM mengomunikasikan visi, nilai,
dan tujuan yang mencerminkan kepentingan strategis kinerja lingkungan yang
unggul, menggunakan sikap dan keterampilan lingkungan sebagai kriteria dalam
kepegawaian, membutuhkan lingkungan pelatihan, memberi penghargaan kepada
karyawan untuk mencapai tujuan lingkungan, dan melibatkan karyawan dalam
mencari cara kerja yang lebih berkelanjutan. Sebagai sebuah sistem, praktik
seperti ini adalah dirancang untuk memastikan bahwa anggota tenaga kerja
perusahaan memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dan
mengambil tindakan yang ramah lingkungan, merasa termotivasi untuk
mengerahkan upaya untuk mencapai tujuan kinerja lingkungan, dan memiliki
peluang yang cukup untuk berkontribusi agenda lingkungan perusahaan. Dengan
asumsi bahwa sistem HRM perusahaan yang selaras secara strategis
menargetkan semua karyawan dalam organisasi, sistem GHRM harus
berpengaruh dalam membentuk komitmen hijau anggota TMT seperti jenis sistem
HRM strategis lainnya membentuk komitmen karyawan tingkat bawah (Jackson et
al., 2014).

5. Pemimpin Ramah Lingkungan


Sebagai rakyat biasa yang sadar akan dampak dari krisis ekologis yang
sedang dihadapi dunia, rasanya kita perlu mendorong hadirnya pemimpin yang
peka, paham, dan mau mengupayakan proteksi terhadap keanekaragaman hayati
serta memastikan sumber daya alam digunakan secara bijaksana untuk hajat
hidup masyarakat. Masalah lingkungan sejatinya telah menjadi permasalahan

2021 Green Management


8 Dr. Erna Sofriana Imaningsih, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
global yang sangat mencemaskan, hanya saja selama ini kita tidak terlalu
menganggap ini hal utama. Maka kedepan pemimpin di negeri ini dalam berbagai
tingkatan harus mau dan mampu menjadikan permasalahan lingkungan sebagai
prioritas.
Paling tidak ada tiga alasan mengapa pemimpin kedepan perlu
memprioritaskan permasalahan utama. pertama, kebijakan dan implementasi
dalam berbagai hal yang menyangkut lingkungan hidup akan menentukan posisi
diplomasi sebuah negara dalam percaturan internasional. Dunia dihadapkan pada
kondisi perubahan iklim, krisis energi dan krisis air bersih. Maka, setiap negara
yang mengupayakan langkah adaptasi dan antisipasi permasalahan di atas akan
mendapat posisi tawar yang tinggi.
Sebagai contoh Monako, negara kecil dengan luas wilayah tak lebih dari 2
juta meter persegi ini mampu mencuri perhatian dunia. Prince Albert II, Raja
Monako didepan sidang umum PBB menjadi pusat perhatian dunia dengan
kebijakan dan implementasi proteksi lingkungan yang kuat. Monako juga berhasil
megimplementasikan pembangunan berkelanjutan secara solid. Jadilah Monako
negara kecil yang mempengaruhi konstalasi politik global.
Kedua, permasalahan lingkungan sedemikian jelas di depan mata kita saat
ini. Tidak bisa dianggap sebelah mata, masa depan anak cucu dipertaruhkan,
maka mutlak dibutuhkan political will yang kuat sehingga muncul kebijakan-
kebijakan mutakhir dalam pengelolaan alam dan sumber dayanya. Diperkuat juga
dengan penegakan supremasi hukum.
Jika demikian adanya, eksplorasi sumber daya alam yang tak bijak pasti
akan sirna dengan sendirinya, namun jika pemimpin mendatang menempatkan isu
lingkungan di nomor buncit, maka niscaya kerusakan demi kerusakan akan susul
menyusul sampai pada titik dimana daya topang ekologi semakin mengecil dan
kehancuran pun datang.
Ketiga, ke depan negara akan berhadap-hadapan dengan kepentingan
korporasi global yang akan mencoba mengeksplorasi sumber daya alam secara
besar-besaran dengan tujuan profit. Pada kondisi ini maka pemimpin yang kuat
dan memiliki visi yang ramah lingkungan dibutuhkan untuk memproteksi
kepentingan rakyat. Sehingga akses terhadap sumber daya alam seperti air bisa
tetap dimiliki rakyat.
Korporasi dengan pendanaan yang kuat akan berupaya menekan negara
agar mau menyerahkan pengelolaan sumber daya alam kepada sektor swasta.

2021 Green Management


9 Dr. Erna Sofriana Imaningsih, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Maka pemimpin yang paham apa dan bagaimana memproteksi kepentingan
rakyat dan kepentingan ekologis mutlak dibutuhkan.

6. Green Leadership
Green leadership adalah kemampuan dari seorang individu pemimpin
dalam menentukan kebijakan yang pro lingkungan dan dapat memengaruhi serta
memobilisasi individu lain dalam organisasi untuk mendukung kebijakan pro
lingkungan tersebut. Kualitas lingkungan akan menentukan masa depan, karena
akan berdampak terhadap kualitas hidup manusia, seperti ekonomi, ketahanan
pangan, dan lainnya.
Selain itu, pengetahuan yang dimiliki, teknologi, perilaku serta komitmen
juga menjadi faktor penting dalam keberlanjutan dan kualitas interaksi dengan
lingkungan, di mana generasi muda saat ini sebagai penentu. Sebagai negara
yang sedang menikmati bonus demografi, Indonesia kini memiliki jumlah anak
muda potensial penggerak perubahan yang sangat banyak.
Berdasarkan statistik, dari 270 juta penduduk Indonesia, sekitar 25,87
persen adalah generasi milenial (usia sekarang 24–39 tahun) dan 27,94 persen
adalah generasi Z (usia 8–23 tahun). Potensi yang mereka miliki berupa
idealisme, mobilitas tinggi, dan dinamis, kepedulian dan kesetiakawanan sosial,
inovatif dan kreatif, serta keberanian dan keterbukaan dapat dimaksimalkan untuk
menjadi penggerak pelestarian sumber daya alam dan lingkungan Indonesia ke
depan. Generasi muda dapat terlibat langsung dalam aksi nyata upaya pelestarian
lingkungan. Misalnya, peran dalam pengelolaan sampah dan limbah, generasi
muda dapat bergerak bersama-sama menjadi ecopreneur, menerapkan konsep
sirkular ekonomi, serta dapat mendorong upaya pengelolaan sampah dan limbah
berkelanjutan.
Selain itu, dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, generasi muda juga
dapat berpartisipasi dengan terus menanam dan memelihara pohon. Dalam hal
penegakan hukum LHK, generasi milenial dapat berperan sebagai agent of
change. Mereka dapat berperan aktif dalam diskusi terbuka; kampanye melalui
media sosial; pengawasan sosial; agent of iron stock; serta penyampaian
informasi dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Bahkan generasi ini dapat berpartisipasi dalam pengendalian karhutla


dengan menanamkan kesadaran pada diri sendiri untuk menjaga kelestarian alam
dan lingkungan, membuat dan menyebarkan konten atau opini positif dan
konstruktif di media sosial yang mendukung pelestarian alam dan lingkungan; dan

2021 Green Management


10 Dr. Erna Sofriana Imaningsih, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
proaktif melakukan kampanye dan sosialisasi langsung di desa rawan karhutla
dan kunjungan ke sekolah; serta berpartisipasi dalam pengembangan inovasi
pengendalian karhutla. Misalnya, zat aditif untuk pemadaman di lahan gambut.

Green leadership merupakan kepemimpinan yang hijau, muda,


bersemangat, proaktif, penuh inisiatif dan kreatif terhadap kepentingan orang
banyak dan alam semesta. Green leadership adalah kepemimpinan yang bervisi
pada keseimbangan antara daya topang ekologi dan pembangunan, baik fisik
maupun non fisik. Pada sisi lain kepemimpinan model ini juga mengedepankan
kepentingan rakyat dalam mengakses tiap sumber daya yang ada. Pada level
selanjutnya model ini akan memformulasi kebijakan ramah lingkungan sekaligus
pro kepentingan rakyat.

2021 Green Management


11 Dr. Erna Sofriana Imaningsih, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
DAFTAR PUSTAKA
Alpensteel.com mengenai Green leadership
Indonesia.go.id mengenai Green Leadership Di Kalangan Generasi Muda
Muhammad Satar. Pengembangan SDM Indonesia Unggul Menghadapi Masyarakat
Kompetitif Era Globalisasi. 439
Ren, S., Tang, G. & Jackson, S. (2020). Effects of Green HRM and CEO ethical
leadership on organizations’ environmental performance.

2021 Green Management


12 Dr. Erna Sofriana Imaningsih, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai