Ekonomi Pembangunan
KEMISKINAN DI INDONESIA
TAHUN 2014-2018)”
Disusun Oleh:
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
kekurangan yang mungkin dengan berjalannya waktu akan muncul peneliti lain
makalah ini masih ada kekurangan baik dalam segi penulisan, susunan kalimat,
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
makalah berikutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER………….....................................................................................................i
KATA
PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
ABSTRAK………………………………………………………………………...v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah.........................................................................................3
1.4 Hipotesis.......................................................................................................4
BAB II…………......................................................................................................5
LANDASAN TEORI...............................................................................................5
iii
2.6 Pengangguran.............................................................................................17
Pengangguran....................................................................21
Pengangguran………….......23
Teoritis.............................................................25
BAB III...................................................................................................................26
PEMBAHASAN ...................................................................................................26
2014-2018..............................................................................................................28
3.3 Implikasi
Kebijakan..........................................................................................35 BAB
IV…………………………………………………………………………37
PENUTUP………………………..………………………………………………
37Kesimpulan............................................................................................................
37DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................vi
iv
Abstrak
Bruto (PDRB) lebih rendah, jumlah orang menganggur lebih banyak serta
mengalami hal yang sama terutama di Kawasan Timur Indonesia yang masih
Indonesia yang tingkat kemiskinannya masih tinggi. Diperlukan kajian yang lebih
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
lainnya adalah inflasi, inflasi yang lebih tinggi membuat laju pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) lebih rendah dan jumlah orang menganggur
namun kemiskinan belum teratasi secara maksimal. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) sejak tahun 1970 hingga tahun 2018, tren angka kemiskinan
cenderung menurun meski sempat naik di tahun 1996, 1998, 2002, 2005, 2006,
2013, 2015 dan 2017. Kemiskinan tertinggi terjadi pada tahun 1970, dimana
terdapat 60 persen penduduk yang masuk kategori miskin atau 70 juta jiwa.
Sementara angka terendah ditunjukkan pada data BPS bulan Maret 2018 yaitu
1
sebesar 9,82 persen dengan 25,95 juta penduduk miskin. Pertama kalinya angka
semuanya mengalami hal yang sama. Di sisi lain, Indonesia selalu didengungkan
Indonesia memiliki penduduk miskin yang sangat tinggi yang justru memiliki
kekayaan sumber daya yang sangat besar seperti Maluku dan Papua yang terletak
di wilayah Indonesia bagian timur. Dalam tabel 1.1, terlihat bahwa tingkat
Timur yaitu di Provinsi Nusa Tenggara Timur (21,62%); Maluku (18,37) dan
namun tiga wilayah ini masih menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan yang
masih tinggi.
inflasi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada tahun 2017 tercatat sebagai
Beberapa provinsi di KTI yang mencatat inflasi rendah adalah Maluku, Papua
Barat dan Papua masing-masing sebesar 0,05%; 0,04% dan 0,05%. Perkembangan
inflasi yang rendah tersebut dipengaruhi oleh rendahnya inflasi volatile food yaitu
inflasi yang dipengaruhi oleh shock (kejutan) dalam bahan makanan seperti
gangguan panen, gangguan alam atau bencana alam. Dilihat dari masalah,
pengangguran, pada tahun 2017 provinsi Sulawesi Utara dan Maluku dan Papua
2
tinggi masing–masing 6,15% ; 8,53% dan 7,01% dibanding provinsi laiinya di
KTI.
tidak diikuti oleh peningkatan pendapatan atau peningkatan daya beli terutama
adalah sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan
begitu besar antara nilai kemiskinan relatif dan nilai kemiskinan absolut dalam
hubungan dengan kondisi geografis. Jika dalam pengertian absolut lebih dari
setengah jumlah total penduduk Indonesia yang hidup miskin berada di Pulau
Jawa (yang berlokasi di bagian Barat Indonesia dengan populasi padat), dalam
kemiskinan yang lebih tinggi. Dalam kaitan ini, penulis tertarik untuk
3
pengangguran di Indonesia study pada Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada
tahun 2014-2018.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan ini adalah untuk
Indonesia study pada Kawasan Indonesia Timur (KTI) pada tahun 2014-2018.
I.4. Hipotesis
sebagai berikut: Diduga ada pengaruh antara indikator inflasi dan pengangguran
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Para ahli ekonomi dan moneter, banyak yang memberikan definisi tentang
inflasi, yang sering berbeda hanya secara redaksional. Akan tetapi jika dikaji
makna yang terkandung maka tidak ada perbedaan yang prinsip, seperti:
inflasi sebagai kecenderungan yang terus menerus dari tingkat harga umum
yang meningkat setiap waktu. Kenaikan harga umum yang terjadi sekali waktu
saja, menurut definisi ini, tidak dapat dikatakan sebagai inflasi. Menurut
definisi ini kenaikan harga yang sporaditas bukan dikatakan sebagai inflasi.
mungkin saja tingkat harga yang terjadi actual pada waktu tertentu turun atau
terus-menerus (sustained) yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja,
yakni akibat adanya kenaikan harga bahan bakar minyak pada awal tahun saja
5
misalnya mencakup pengertian tingkat harga umum (general level of prices)
yang berarti tingkat harga yang meningkat bukan hanya pada satu atau
2. Gerdner Ackley dalam Iswardono (1993), inflasi adalah suatu kenaikan harga
yang terus menerus dari barang-barang dan jasa secara umum (bukan satu
4. G. Cowt Hrey berpendapat inflasi adalah suatu keadaan nilai uang turun terus
5. Hawtry berpendapat inflasi adalah suatu keadaan karena terlalu banyak uang
yang beredar.
Meskipun definisi diatas berbeda-beda, tetapi ada satu yang sama, yaitu
inflasi adalah kecenderungan dari tingkat harga umum mengalami kenaikan terus
menerus.
Secara garis besar terdapat tiga kelompok teori mengenai inflasi, masing-
1. Teori Kuantitas
Inti dari teori kuantitas adalah, pertama, bahwa inflasi itu hanya bisa terjadi
kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang karta maupun uang giral.
Bila terjadi kegagalan panen misalnya, yang menyebabkan harga beras naik, tetapi
apabila jumlah uang beredar tidak ditambah, maka kenaikan harga beras akan
berhenti dengan sendirinya. Inti yang kedua adalah laju inflasi ditentukan oleh
6
laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan psikologi atau harapan
masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa yang akan datang. Teori ini
menyoroti peranan dalam proses inflasi dari i). Jumlah uang beredar dan ii.
dari teori ini adalah a). Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume
uang yang beredar (berupa penambahan uang kartal atau penambahan uang giral),
b). Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh
harga untuk naik pada bulan bulan mendatang. Dalam hal ini, sebagian besar
dari penambahan jumlah uang yang beredar akan diterima masyarakat untuk
menambah likuiditasnya (yaitu, memperbesar pos kas dalam buku neraca para
anggota masyarakat). Ini berarti sebagain besar dari kenaikan jumlah uang
tersebut tidak dibelanjakan untuk pembelian barang. Sehingga tidak akan ada
uang beredar sebesar 10% diikuti oleh kenaikan harga-harga sebesar misalnya
1%. Keadaan ini biasa dijumpai pada waktu inflasi masih baru mulai dan
bulan sebelumnya mulai sadar adanya inflasi. Penambahan jumlah uang yang
(inflasi) dalah suatu pajak atas saldo kas masyaraat, karena uang semakin tidak
7
berharga. Dan orang-orang berusaha menghindari pajak ini dengan mengubah
Pada keadaan ini kenaikan jumlah uang sebesar misalnya 10% akan diikuti
kepercayaan terhadap nilai mata uang. Keadaan ini ditandai oleh makin
beredar sebesar misalnya 20% akan mengakibatkan kenaikan harga lebih besar
dari 20%.
2. Teori Keynes
Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar
menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh
3. Teori Strukturalis
Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (rigidities) dari struktur
dari perekonomian (faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam
jangka panjang) maka teori ini disebut juga teori inflasi jangka panjang. Menurut
8
1. Ketegaran pertama berupa ketidak-elastisan dari penerimaan ekspor, yaitu nilai
sektor lain. Kelambanan ini disebabkan oleh: i) Harga di pasar dunia dari
memburuk) dan ii) Supply atau produksi barang-barang ekspor yang tidak
substitution strategy), meskipun biaya produksi dalam negeri lebih tinggi dan
lebih tinggi ini mengakibatkan harga yang lebih tinggi pula. Bila proses
substitusi impor ini makin meluas, biaya produksi juga meluas ke berbagai
barang, sehingga makin banyak harga barang yang naik dan inflasi pun rendah.
bahan makanan dalam negeri. Produksi bahan makanan dalam negeri tidak
9
Kenaikan harga tersebut menyebabkan tuntutan kenaikan upah lagi, dan
Dengan demikian, dapat disimpulkan dari teori strukturalis yaitu: i). Teori
berkembang; ii). Jumlah uang yang beredar bertambah secara pasif mengikuti dan
berlangsung terus hanya bila jumlah uang beredar juga bertambah terus. Tanpa
kenaikan jumlah uang, proses tersebut akan berhenti dengan sendirinya (juga
dalam teori Keynes dan teori kuantitas) dan iii). Tidak jarang faktor-faktor
struktural yang dikatakan sebagai sebab musabab yang paling dasar dari proses
sendiri.
berjalan secara lambat dengan persentase yang kecil dalam jangka waktu
yang relatif.
yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif
atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan sebelumnya.
10
d. Hiperinflasi (di atas 100% setahun) di mana inflasi ini paling parah
nilai uang merosot dengan tajam, sehingga ditukar dengan barang. Harga-
harga naik lima samapai enam kali. Biasanya keadaan ini timbul oleh
b. Inflasi Biaya Produksi (cost push inflation). Inflasi ini timbul karena
11
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation). Inflasi dari
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). Inflasi yang
langganan berdagang kita. Inflasi dari luar negeri adalah kenaikan harga
harga jual) dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau
mesin-mesin yang harus diimpor (cost inflation) dan iii. Secara tidak
negeri bisa pula melalui kenaikan harga barang-barang ekspor dan saluran-
dan minyak kelapa sawit naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula
(seperti: kayu, karet, timah dan sebagainya) naik, maka biaya produksi
12
proses produksinya (perumahan, sepatu, kaleng dan sebagainya) akan naik
dan harganya akan naik pula (cost inflation). Kenaikan harga barang-
dalam negeri maupun luar negeri. Bila jumlah barang yang tersedia di
apsar tidak bertambah, akibatnya harga-harga barang lain akan naik pula
(demand inflation).
a. Inflasi merayap (creeping inflation) ditandai dengan laju inflasi yang rendah
(kurang dari 10% per tahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan
besar, (biasanya double digit atau triple digit) dan kadangkala berjalan
dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya ,
harga-harga meinggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu
akibatnya. Harga-harga naik sampai lima atau enam kali. Masyarakat tidak
lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam,
13
peemrintah mengalami defisit anggaran belanja (misalnya oleh adanya
inflasi inti, inflasi administered prices dan inflasi volatile goods. Atau
dengan akata lain inflasi umum adalah inflasi seluruh barang dan jasa yang
IHKt−IHKt−1
Inflasi= x 100
IHKt −1
b. Inflasi Inti (core inflation), adalah inflasi barang dan jasa yang
umum.
Inflasi barang dan jasa yang perkembangan harganya secara umum dapat
diatur pemerintah.
14
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation)
dari sisi permintaan (demadn pull inflation) dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-
faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar,
negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi. Faktor
dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makro ekonomi, kondisi
ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau
cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku
menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal dan tahun baru) dan
jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari kondisi
supply demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan UMR, pedagang
ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu
15
Inflasi tidak selalu berdampak buruk bagi perekonomian. Inflasi yang
karena penghasilan yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan jasa akan
semakin sedikit.
Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor makin mahal. Masih
dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena
Pada masa inflasi, pendapatan riil para penabung berkurang karena jumlah
Dampak inflasi terhadap sektor riil secara khusus akan menghambat atau
16
terjadinya inflasi maka tingkat pembelian masyarakat (permintaan ageregat) akan
Selain itu, disaat terjadi inflasi yang tinggi maka suku bunga yang ditetapkan
otoritas moneter juga meningkat. Oleh karena itu, sektor riil pada saat suku bunga
lain, unit surplus lebih tertarik menyimpan dananya di bank dengan tingkat
pengembalian (rate of return) yang lebih bsar dan pasti, dan pada saat yang sama,
bank umum yang sudah memiliki banyak dana dari pihak unit surplus enggan
perburuhan, pajak, pungutan-pungutan dan sebagainya) pada sektor riil dan lebih
berfungsinya tugas intermediasi oleh bank umum dan terjadi penumpukan dana di
bank sentral. Fakta inilah yang terjadi pada tahun 2007 di maan dana yang
2.3 Pengangguran
mencari kerja seperti ibu rumah tangga, siswa sekolah, mahasiswa dan lain
17
untuk orang yang tidak berkerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja
kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
jumlah angkatan kerja atau para penari kerja tidak sebanding dengan lapangan
Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari
pengangguran.
rendah. Jumlah penduduk yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan lapangan
kerja maka jumlah angkatan kerja tidak semua tertampung dalam dunia kerja.
rendah tidak dibutuhkan oleh pihak badan usaha karena dengan pendidikan
18
3. Tekonologi yang semakin maju yang belum terimbangi oleh kemampuan
manusia. Teknologi dan kemampuan yang tinggi begitu cepat tidak diimbangi
hanya menerima yang mampu menguasai teknologi tersebut. Bagi yang tidak
mungkin untuk mengejar target. Apabila tenaga kerja tidak bekerja sesuai
perkebunan. Setelah masa menanam selesai, maka banyak tenaga kerja tinggal
dan akan bekerja kembali apabila nanti musim panen telah tiba.
jenis, yaitu:
kerja masih mencari pekerjaan yang sesuai, jadi ia menganggur bukan karena
tidak ada pekerjaan. Pengangguran ini tidak menimbulkan masalah dan bisa
19
pelamar kerja. Kesulitan temporer ditimbulkan karena proses bertemunya
pihak pelamar dengan penyedia pekerjaan yang tentunya perlu waktu untuk
sesuai dengan target kerja. Pihak penyedia pekerjaan berharap kualitas kerja
yang diperoleh dan sebaliknya pihak pencari kerja perlu waktu untuk dapat
lowongan kerja dan pihak penyedia kerja kesulitan untuk mencari pekerja
akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
ayang semakin canggih. Pekerjaan yang senula dilakukan banyak ternaga kerja,
karena adanya peralataan yang canggih maka tentu saka hanya memerlukan
beberapa tenaga kerja. Pengangguran ini sulit diatasi karena terkait dengan
20
ini bisa diatasi dengan melakukan pelatihan agar tercipta tenaga kerja yangt
terampil.
industri yang mengandalkan hidupnya dari pesanan. Pegangguran jenis ini juga
tidak menimbulkan banyak masalah. Meskipun belum ada bukti empirik yang
4. Pengangguran Siklikal
sekali.
kurang termanfaatkan bila diukur dari jumlah jam kerja, produktivitas kerja
21
dan pendapatan yang diperoleh. Seorang pekerja lepas (freelance) tidak ada
optimal.
Tujuan akhir dari pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah
dalam keadaan terus meningkat. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif
tinggi, hal ini akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang
tingkat kemakmuran yang dapat dicapainya. Hal ini karena pengangguran bisa
berfungsinya salah satu faktor produksi yaitu tenaga kerja sehingga output
22
2. Pengangguran menyebabkan pendapatan negara yang berasal dari sektor pajak
yang harus dibayar masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak
Namun, jika manusia tersebut tidak bekerja dan tidak memiliki pendapatan,
mereka tak kan mampu untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Dan untuk
demontrasi, bahkan huru hara sehingga keadaan politik menjadi tidak stabil.
23
6. Upah yang rendah. Hal ini berdampak pada sisi permintaan dan penawaran.
terhadap barang atau jasa juga rendah. Dari sisi penawaran, upah yang rendah
melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Inilah yang memicu
hubungan negatif antara tingkat pengangguran dan inflasi yang terjadi di Inggris.
Pada jangka pendek masyarakat menghadapi trade off antara inflasi dan
agregat jangka pendek, maka tingkat pengangguran akan turun untuk sementara
waktu, namun hal ini akan disertai dengan tingkat inflasi yang lebih tinggi.
24
perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek, maka tingkat
inflasi akan turun, namun hal ini disertai dengan tingkat pengangguran yang lebih
Walaupun temuan Phillips didasarkan atas data negara Inggris, para peneliti
tingkat inflasi diikuti oleh kenaikan tingkat pengangguran. Sehingga untuk kasus
negara Amerika selama kurun waktu penelitian, tidak terdapat trade off
1. Demografi
2. Keseimbangan
Dalam kondisi keseimbangan pasar tenaga kerja, secara alamiah selalu terdapat
dibuktikan dengan adanya titik potong antara kurva Phillips dan sumbu
horizontal.
25
Definisi mengenai kemiskinan sangat beragam, mulai dari ketidakmampuan
standar hidup layak. Karena standar hidup itu berbeda, maka tidak ada definisi
ditambah pakaian dan perumahan yang tidak memadai, tingkat pendidikan yang
rendah, tidak ada atau sedikit sekali kesempatan untuk memperoleh layanan
kekuasaan sosial. Basis kekuasaan soaial meliputi (tidak terbatas pada): modal
organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan
bersama partai politik, koperasi dan lain-lain); network atau jaringan sosial untuk
26
meperoleh pekerjaan, barang –barang dan lain-lain; pengetahuan dan keterampilan
aset-aset seperti tanah, rumah, perlatan uang, emas kredit dan lain-lain.
memperoleh pekerjaan yang layak, hak atas rumah tangga dan kehidupan yang
layak.
secara langsung masupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa kemunduran atau
kemajuan pada salah satu aspek kemiskinan dapat mempengaruhi kemajuan atau
hubungan aspek-aspek kemiskinan disebut dengan istilah the poverty spiral (spiral
rendah, daya beli rendah, produksi rendah, modal kecil, tabungan rendah,
kesehatan rendah, gizi rendah dan masih banyak lainnya yang semuanya saling
27
Sementara konsep kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Karena objek kemiskinan
adalah manusia sebagai makhluk sosial maka yang dikatakan penduduk miskin
adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapira per bulan di
bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan menurut ukuran BPS terdiri dari dua
GK = GKM + GKNM
BAB III
PEMBAHASAN
Tahun 2014-2018
28
dan kemiskinan pada tahun 2014-2018. Dari data yang diperoleh pada tahun
yang fluktuatif yaitu tahun 2014 sebesar 5,43%; tahun 2015 turun menjadi sebesar
3,37%; tahun 2016 turun lagi hingga tingkat inflasi hanya sebesar 1,89%, tahun
2017 sedikit naik menjadi sebesar 2,11% dan pada tahun 2018 tingkat inflasi
Kawasan Timur Indonesia didukung oleh ketersediaan bahan pangan yang tetap
seperti pergerakan nilai tukar maupun harga komoditas internasional yang dinilai
Maluku dan Papua) terus menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini
Namun inflasi yang rendah ini tidak berdampak pada perbaikan kondisi
kemiskinan, terlihat dari data tingkat kemiskinan yang didapat penulis melalui
publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014-2018 sebagaimana terlihat pada
kemiskinannya cukup tinggi, bahkan Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara
Timur tingkat kemiskinannya paling tinggi mencapai lebih dari 20% tiap
tahunnya. Diikuti oleh provinsi Maluku, Gorontalo dan Nusa Tenggara Barat
29
Sulawesi Barat sekitar 13%, provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku
Utara tingkat kemiskinannya di bawah 10% dan hanya provinsi Bali yang tingkat
Tabel 3.1
Indonesia
Tahun 2014-2018
Tingkat Inflasi
Provinsi Kawasan Timur Indonesia
2014 2015 2016 2017 2018
30
Tingkat Kemiskinan
Provinsi Kawasan Timur Indonesia
2014 2015 2016 2017 2018
Gorontalo 3 4 8 0 2
Sulawesi Tengah 7 7 7 8 5
Sulawesi Barat 6 5 7 4 4
Sulawesi Tenggara 2 2 3 9 8
Maluku 9 4 2 7 6
Papua Barat 0 8 6 1 4
Papua 3 9 7 9 6
31
15,2 15,4 15,0 14,6 12,9
Dari hasil data tersebut ternyata inflasi yang rendah untuk Kawasan Timur
Tenggara Timur dan Maluku, yaitu akses yang cukup sulit menuju wilayah
Bedasarkan hasil data yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik
angka fluktuatif sekitar 4%. Tahun 2014 tingkat pengangguran di Kawasan Timur
Indonesia sebesar 4,36%, naik menjadi 4,94% di tahun 2015, tahun 2016 turun di
angka 4,21%, sedikit meningkat di tahun 2017 yaitu mencapai 4,47% dan turun
kembali di tahun 2018 menjadi sebesar 4,12%. Hanya tiga provinsi yang
32
persentasenya di atas 5%, yaitu Sulawesi Utara, Maluku dan Papua Barat.
Masalah pengangguran di Sulawesi Utara, Maluku dan Papua Barat, selain karena
Tabel 3.2
Indonesia
Tahun 2014-2018
33
Papua Barat 4,36 6,35 6,60 7,01 5,99
Tingkat Kemiskinan
Provinsi Kawasan Timur Indonesia
2014 2015 2016 2017 2018
Gorontalo 3 4 8 0 2
Sulawesi Tengah 7 7 7 8 5
Sulawesi Barat 6 5 7 4 4
Sulawesi Tenggara 2 2 3 9 8
Maluku 9 4 2 7 6
34
26,7 25,7 25,1 24,1 22,8
Papua Barat 0 8 6 1 4
Papua 3 9 7 9 6
lagi jika melihat potensi kekayaan alam Kawasan Timur Indonesia yang
berlimpah. Wilayah ini dianugerahi berbagai jenis tambang seperti nikel, emas,
tembaga, gas alam dan sebagainya. Sebagai wilayah yang subur dan memiliki
banyak pulau, Kawasan Timur Indonesia juga memiliki potensi besar di sektor
hampir semuanya berada di Kawasan Timur Indonesia. Posisi ini hampir tidak
35
akseleratif. Berdasarkan kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Selain itu, kebijakan dan politik anggaran pemerintah yang masih lebih bias
Kawasan Timur Indonesia. Faktor kultural (seperti sikap hidup, budaya dan
36
transformasi dan akselerasi pembanguna Kawasan Timur Indonesia yaitu
Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua dengan tetap menjaga momentun
menengah ke bawah
37
Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia. Apa yang telah dihasilkan oleh
kedua peraturan tersebut tampaknya masih kabur dan tidak terlalu jelas bagi
publik.
BAB IV
KESIMPULAN
rendah.
38
2. Rata-rata tingkat pengangguran terbuka di Kawasan Timur Indonesia pada
DAFTAR PUSTAKA
39
Nafi’an, 2014, Ekonomi Makro: Tinjauan Ekonomi Syari’ah, Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sagir, Soeharsono, 2011. Ekonomi Berpihak Kepada Rakyat: Pro Poor, Pro Job,
Grafindo Persada.
40
1