Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK RENTAN

KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN EKONOMI


KEMISKINAN DAN ANAK BANYAK

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. BELLA ARITA ULFAMI


2. CHINTYA OCTA WAHYUNI
3. CINDI NADIA SARI

Dosen Pengampu :

Lydia Febrina, S.Tr. M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI SARJANA TERAPAN ALIH JENJANG KEBIDANAN

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,atas segala kebesaran dan
limpahan nikmat yang diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah berjudul “Kebutuhan Khusus Pada Permasalahan Ekonomi Kemiskinan
Dan Anak Banyak”
Sehubungan dengan hal ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
Bunda Lydia selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan pada anak rentan yang
telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami juga berterimah
kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini, kami menyadari
pengetahuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik
dan bermanfaat.

Curup, Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1


A. Latar Belakang ...................................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 5
A. Kemiskinan ............................................................................................................................................ 5
1. Pengertian Kemiskinan................................................................................................................... 5
2. Jenis Kemiskinan............................................................................................................................ 5
3. Penyebab Kemiskinan......................................................................................................................7
4. Dampak kemiskinan........................................................................................................................ 10
5. Penatalaksanaan dan peran bidan dalam mengurangi dampak yang terjadi dalam kemiskinan..... 11
6. Kebijakan pemerintah dalam masalah ekonomi............................................................................. 12
7. Perempuan dan Masalah Kemiskinan..............................................................................................13
8. Aspek Penyebab Kemiskinan pada Perempuan...............................................................................15
9. Bentuk Penindasan Perempuan dalam Keluarga yang dapat
Memperparah Kemiskinan...............................................................................................................19
10. Indikator Ketidakadilan Yang Berbasiskan Pada Ketimpangan
Gender Dan Mengakibatkan Kemiskinan Perempuan.....................................................................20
11. Dampak Kemiskinan secara umum.................................................................................................22
12. Instrumen Utama Penanggulangan Kemiskinan dari
Pemerintah......................................................................................................................................23
13. Klaster II (penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat)............................................................................................................. 25
14. Program-program Penanggulangan Kemiskinan Klaster III............................................................26
15. Program untuk menanggulangi ketidak adilan yang
Menyebabkan kemiskinan pada perempuan....................................................................................26
B. Anak Banyak...........................................................................................................................................27
1. Pengertian........................................................................................................................................27
2. Faktor yang Mempengaruhi Keluarga Mempunyai Anak...............................................................27
3. Dampak Bila Mempunyai Anak Banyak.........................................................................................28
4. Kebutuhan khusus pada kelompok rentan dengan masalah ekonomi dan anak banyak................. 30
5. Upaya Mengatasi Agar Keluarga Tidak Banyak Anak....................................................................32
6. Peran Bidan kebutuhan khusus pada
permasalahan ekonomi (kemiskinan dan anak banyak).................................................................. 33
7. Membangun kemitraan dengan lintas program, lintas sectoral, internal/eksternal tentang
8. program kb/ perencanaan keluarga berencana............................................................................... 34

BAB III PENUTUP .................................................................................................................................................36


A. Kesimpulan.............................................................................................................................................36
B. Saran.......................................................................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu contoh masalah sosial yang disebabkan oleh faktor
ekonomi adalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah sosial serius
yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Meskipun telah berjuang puluhan
tahun untuk membebaskan diri dari kemiskinan, kenyataan memperlihatkan
bahwa sampai saat ini Indonesia belum bisa melepaskan diri dari belenggu
masalah kemiskinan.
Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks. Kemiskinan tidak
hanya berkaitan dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan
konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan,
kesehatan, ketidak berdayaannya untuk berpartisipasi dalam pembangunan
serta berbagai masalah yang berkenaan dengan pembangunan manusia.
Dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan
gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan
tingkat pendidikan yang rendah.
Bank Dunia mengukur tingkat kemiskinan didunia ini dengan batas
Upper Middle-Income Class (UMIC) dengan pendapatan US$ 5,5 (setara
Rp 77 ribu) per hari. Hasilnya, jumlah penduduk miskin di bawah garis ini
justru naik menjadi 24 persen pada Oktober 2019, lebih tinggi dari April
2019 yang sebesar 23,7 persen.
Bank Dunia menetapkan Indonesia sebagai negara berpendapatan
menengah ke bawah (Lower Middle Income) per 1 juli 2019. Status
Indonesia turun dari sebelumnya yang masuk kategori negara berpendapatan
menengah ke atas (upper Middle Income).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk miskin pada
September 2020 sebanyak 27,55 juta jiwa atau meningkat 2,76 juta
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada periode September 2020, tingkat
kemiskinan, menjadi 10,19 persen atau meningkat 0,97 poin persentase (pp)
dari 9,22 persen periode September 2019.

1
2

Kemiskinan adalah fenomena multidimensial. Oleh sebab itu,


masalah kemiskinan harus didekati dari berbagai aspek, termasuk di
antaranya aspek gender. Hal ini perlu dilakukan karena laki-laki dan
perempuan mengalami kemiskinan secara berbeda dan memiliki kapasitas
berbeda untuk melepaskan diri dari belenggu kemiskinan. Perbedaan
tersebut lahir dari ketimpangan gender yang berpadu dengan ketimpangan-
ketimpangan lain yang dialami kelompok miskin. Semua ini melahirkan
situasi yang membuat perempuan adalah kelompok 4 termiskin di antara
orang miskin,.
Pendekatan non-ekonomi terhadap kemiskinan lahir sebagai kritik
terhadap dominannya pendekatan ekonomi dalam wacana kemiskinan.Oleh
karena itu, strategi nasional dan lokal yang diimplementasikan bagi
penurunan angka kemiskinan harus bisa mendorong peningkatan partisipasi
dan kesejahteraan perempuan. Apabila perempuan tidak dijadikan target
sasaran pengentasan kemiskinan dan analisis gender tidak digunakan untuk
melihat akar penyebab kemiskinan, maka program-program pengentasan
kemiskinan tidak akan bisa menjangkau kebanyakan perempuan yang
memiliki keterbatan akses terhadap ruang publik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kemiskinan?
2. Apa jenis kemiskinan?
3. Apa penyebab kemiskinan?
4. Apa aspek akses penyebab kemiskinan pada perempuan?
5. Apa bentuk penindasan pada perempuan yang dapat memperparah
kemiskinan?
6. Apa indikator keadilan yang berbasis ketimpangan gender?
7. Apa pengertian dampak kemiskinan?
8. Apa instrumen penanggulangan kemiskinan secara umum?
9. Apa program untuk menanggulangi kemiskinan pada perempuan?
10. Apa pengertian anak banyak?
11. Faktor yang mempengaruhi anak banyak?
12. Apa dampak bila anak banyak?
3

13. Apa upaya mengatasi anak banyak?


14. Apa saja peran bidan untuk mengantisipasi anak banyak pada
perempuan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui penyebab dan dampak kemiskinan pada perempuan
serta faktor apa saja yang mempengaruhi sehingga terjadi kemiskinan
pada perempuan
2. Untuk mengetahui penyebab banyak anak dan faktor yang
mempengaruhi
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEMISKINAN
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan
oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan.Kemiskinan merupakan masalah
global.Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang
telah mapan, dll
Adapun pengertian Kemiskinan adalah :
a. Menurut Niemietz (2011) dalam Maipita (2014), kemiskinan adalah
ketidakmampuan untuk membeli barang-barang kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, papan, dan obat-obatan
b. Badan Pusat Statistik (2016) mendefinisikan kemiskinan sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran
c. Menurut Kuncoro (2000) dalam Tyas (2016) kemiskinan adalah
ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum.
d. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah suatu
keadaan dimana seseorang atau daerah tidak dapat meningkatkan
kehidupan yang lebih layak atau dapat dikatakan tidak dapat
meningkatkan standar hidup yang lebih baik
2. Jenis kemiskinan
Adapun jenis kemiskinan adalah
a. Kemiskinan Subjektif adalah seseorang memiliki dasar pemikiran
sendiri dengan beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi
secara cukup, walaupun orang tersebut tidak terlalu miskin

5
6

b. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang mendeskripsikan


individuindividu yang tingkat pendapatannya di bawah garis
kemiskinan yang ditetapkan oleh negara. Atau bisa juga diartikan
seperti keadaan individu yang penghasilannya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan primernya.
c. Kemiskinan Relatif adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh
kebijakan pembangunan yang belum merata sehingga belum dapat
menjangkau seluruh masyarakat. Oleh sebab itu, di sebagian daerah
ada penduduknya yang memiliki ketimpangan pendapatan
d. Kemiskinan Alamiah adalah kemiskinan dikarenakan langkanya
sumber dayamalam yang menyebabkan produktivitas rendah. Contoh:
Masyarakat yang berada di wilayah benua Afrika.
e. Kemiskinan Kultural adalah kemiskinan yang terbentuk karena
kebiasaan masyarakat yang sudah menjadi budaya, baik itu dari nilai-
nilai yang diusung, pemikiran, maupun cara kerja. Contoh kemiskinan
kultural yang banyak terjadi di masyarakat sebagai berikut:
1) Malas
2) Etos kerja yang rendah
3) Mudah menyerah pada nasib
4) Budaya masyarakat yang suka korupsi, kolusi, dan nepotisme
5) Menolak adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
6) Menggantungkan bantuan dari pihak lain, termasuk pemerintah
7) Minder
8) Suka foya-foya dan konsumtif berlebihan
9) Suka mencuri dan memilih jalan pintas untuk sukses
10) Mengandalkan harta warisan orang tua
11) Tidak berdiri di atas kaki sendiri alias tidak mandiri
f. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang berasal dari struktur
sosial yang tersemat pada golongan masyarakat tertentu dan
memungkinan terjadinya kondisi di mana mereka tidak dapat
menggunakan sumber daya yang sebenarnya tersedia untuk mereka.
7

Contoh kemiskinan struktural yang banyak terjadi di masyarakat,


yaitu:
1) Sebuah daerah yang memiliki sumber daya alam melimpah, tetapi
masyarakatnya tidak dapat menikmati kekayaan tersebut.
2) Penggusuran atau pembersihan lahan yang dilakukan oleh
pemerintah disuatu daerah sehingga menyebabkan masyarakat
sekitar tidak memiliki tempat tinggal dan kehilangan pekerjaan.
3) Masyarakat di satu daerah tidak sempat memiliki pekerjaan atau
kehilangan pekerjaan karena sumber daya alam daerah tersebut
dikuasai oleh investor asing yang memakai tenaga kerja asing.
4) Negara yang miskin karena tidak mampu membayar utang luar
negeri

3. Penyebab Kemiskinan menurut jurnal ( Indraswari, perempuan dan


kemiskinan)
Diagnosa umum penyebab kemiskinan adalah kegagalan pemenuhan hak-
hak dasar yaitu:
a. Terbatasnya kecukupan pangan dan mutu pangan
b. Terbatasnya akses dan mutu layanan kesehatan
c. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan
d. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha
e. Terbatasnya akses layanan perumahan
f. Terbatasnya akses terhadap air bersih/aman dan sanitasi
g. Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah
h. Memburuknya kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup
i. Lemahnya perlindungan/jaminan hak atas rasa aman
j. Lemahnya akses partisipasi masyarakat miskin

Secara Umum penyebab kemiskinan adalah:


a. Kurang Tersedia Lapangan Kerja
Individu yang tidak memiliki pekerjaan yang baik, tetap, dan
kontinu, tentu akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Jangankan mencukupi kebutuhan sekunder hingga
tersier, kebutuhan primer saja susah untuk dipenuhi.Bisa
8

dibayangkan jika kondisi ini terjadi pada individu-individu lain


dalam jumlah yang besar. Negara tersebut pasti menghadapi masalah
kemiskinan yang serius.Oleh karena itu, pemerintah sudah
seharusnya mengelola ketersediaan lapangan kerja dengan baik dan
meningkatkan jumlah entrepreneur-entrepreneur yang handal dan
memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Sehingga stock lapangan
kerjabisamenampung banyaknya tenaga kerja
b. Terjadi Konflik atau Kerusuhan
Terjadinya konflik atau kerusuhan dapat mengganggu kestabilan
negara, baik dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, serta
pertahanan dan keamanan. Kerusuhan dapat menurunkan
produktivitas masyarakat sehingga perdagangan domestik dan
ekspor menjadi lesu. Hal ini akan berakibat pada melambungnya
harga pada beberapa barang atau jasa.
c. Kurangnya Pendidikan, Ilmu, dan Pengetahuan
1) Tujuan pendidikam di indonesia adalah:
2) Mencerdaskan kehidupan bangsa
3) Membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
4) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi insan yang
mulia, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak hanya itu, pendidikan juga diperlukan agar siswa berilmu,
cakap, kreatif, dan mandiri.
5) Menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dengan tujuan-tujuan di atas, pendidikan sangat diperlukan
untuk kemajuan seseorang. Kurangnya pendidikan yang
diterima seseorang bias mengurangi perkembangan potensi
seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi, setidaknya
memiliki peluang yang lebih besar untuk menumbuhkan jiwa
inovasi, cara negosiasi, cara berfikir ilmiah dan logis,
attitude,cara adu argumen,cara menyelesaikan masalah, cara
mencari relasi yang strategis, dan lain-lain. Seseorang yang
kurang berpendidikan akan kehilangan kesempatan-kesempatan
9

tersebut terutama ketika memasuki dunia kerja, dia akan kalah


bersaing dengan rival-rivalnya. Bisa dibayangkan jika banyak
individu yang kurang pendidikan dalam suatu negara. Bisa
dipastikan Negara tersebut akan kekurangan manusia-manusia
unggul. Akibatnya, Negara tersebut kekurangan inovasi,
penelitian, dan kemampuan negosiasi yang rendah. Dengan
demikian, terjadinya kemiskinan hanya menunggu waktu.Perlu
menjadi catatan, pendidikan yang kami maksud di sini adalah
kemauan seseorang belajar. Pendidikan sendiri ada yang formal
dan ada yang tidak formal.
d. Perubahan Iklim atau Bencana Alam
Bencana alam, baik yang disebabkan oleh perubahan iklim atau
bukan sangat berpengaruh besar pada kondisi kemiskinan seseorang.
Jika kita melihat flashback gempa bumi yang melanda Lombok dan
tsunami yang menerjang Palu pada tahun yang sama, 2018. Bencana
itu sangat menyisakan kegetiran bagi rakyat Indonesia.Akibat dari
bencana tersebut, semuanya lumpuh.Menghancurkan banyak hal
yang telah dibangun.Hal ini bisa menyebabkan kemiskinan di area
tersebut.
e. Terjadinya Ketidak adilan Sosial
Ketidakadilan sosial dapat menyebabkan seseorang memiliki
kesempatan yang berbeda untuk berkembang.Seseorang yang
mendapatkan diskriminasi atau dipersulit perolehan haknya, tentu
saja dapat mengalami kemiskinan.
f. Kekurangan Sumber Daya Air dan Makanan
Air dan makanan bisa dikatakan sebagai kebutuhan mendasar bagi
kehidupan. Oleh karena itu, jangan sampai kekurangan air dan
makanan karena jika kekurangan keduanya dapat menyebabkan
kemiskinan.
g. Minimnya Infrastruktur
Kondisi jalan yang buruk, daratan terpisah dari perairan karena tidak
adanya jembatan, minimnya informasi karena keterbatasan koneksi
10

internet, minimnya transportasi umum, dan lain sebagainya.Hal-hal


tersebut tentu saja akan mengganggu aktivitas ekonomi. Kondisi
tersebut dapat mengurangi kemampuan untuk berkompetisi dengan
rival-rival lainnya. Ketertinggalan tersebut dapat menurunkan daya
saing dan berujung pada kemiskinan.
h. Kurangnya Dukungan Pemerintah
Pemerintah yang kurang mendukung rakyatnya dalam mencari
penghasilan dapat menjerumuskan rakyatnya ke dalam jurang
kemiskinan. Dukungan yang diberikan pemerintah kepada rakyat
bisa berupa regulasi, bantuan dana hibah, pengelolaan sumber daya
alam, lapangan kerja, dan sebagainya.
i. Kualitas Kesehatan yang Kurang Baik
Mendapatkan layanan kesehatan sudah menjadi salah satu kebutuhan
primer.Kurangnya layanan kesehatan dapat menyebabkan terjadinya
kemiskinan di masyarakat karena masyarakat yang sakit tidak dapat
melakukan pekerjaan dengan baik.
j. Harga Kebutuhan Tinggi
Harga kebutuhan tinggi menyebabkan rakyat kesulitan untuk
membeli barang terutama kebutuhan pokok.Penghasilan yang
didapatkan tidak dapat mencukupi seperti biasanya. Jika hal ini
terjadi dalam jangka yang panjang, kemiskinan akan terjadi.

4. Dampak kemiskinan
a. Terhadap perempuan menjadi pekerja seksual komersial (PSK),
(Jurnal dampak kemiskinan terhadap perempuan, veronica
adelin)
Menurut perempuan-perempuan miskin pekerja seks
bahwa pekerjaan ini merupakan jenis pekerjaan yang lebih
cepat mendapatkan uang dibandingkan dengan pekerjaan yang
menggunakan keahlian lain (seperti: tukang potong rambut,
pramuwisma, buruh cuci). Pekerja seks dapat diselubungi
dengan pekerjaan lain, sebagai ”waitress” dan sebagai
11

perempuan simpanan (WIL). Sehingga pekerjaan sebagai


pekerja seks menjadi wajar terlihat dan bukan menjadi suatu
pekerjaan yang memalukan, minimal antar sesama ”waitress”
atausesama ”perempuan simpanan”.
b. Terhadap Wanita hamil (jurnal hubungan tingkat social
ekonomi pada ibu hamil yang kekurangan energi kronik)
Masa hamil adalah masa dimana seorang wanita
memerlukan berbagai zat gizi yang jauh lebih banyak dari pada
yang diperlukan dalam keadaan biasa. Dampak kemiskinan pada
ibu hamil adalah Gizi kurang dapat menyebabkan risiko dan
komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan
ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi
proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran,
kematian terhadap janin, cacat bawaan, anemia pada bayi, lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
c. Terhadap anak-anak (Artikel, pengaruh kemiskinan ekstrem
terhadap angka kejadian stunting di provinsi banten)
Kemiskinan dianggap menjadi faktor penting
penyebab terjadinya stunting pada balita. Rumah tangga yang
miskin tidak dapat memenuhi asupan gizi untuk anak nya, sehingga
anak tersebut menjadi stunting. Dengan kondisi seperti itu, tumbuh
kembang anak menjadi terhambat sehingga menghasilkan SDM
yang tidak berkualitas.

5. Penatalaksanaan dan peran bidan dalam mengurangi dampak yang


terjadi dalam kemiskinan (jurnal upaya penanggulangan
kemiskinan)
Dalam menanggulangi kemiskinan, tidak hanya peran bidan, tapi
berbagai macam peran, dari pemerintah, lintas sector, tokoh masyarakat
dan tokoh agama dalam penatalaksanaan, Peran tenaga kesehatan harus
mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan masyarakat, mampu
12

melibatkan kerjasama lintas sektoral, mampu mengelola sistem


pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif serta mampu menjadi
pemimpin, pelopor, pembina dan teladan hidup sehat.
a. Memberikan pemberdayaan masyarakat dan rembuk desa
b. Kolaborasi dengan program gizi dalam memberikan pemberian
makanan tambahan untuk ibu hamil kek dan balita kurus
c. Mengedukasi tentang remaja dalam pencegahan pernikahan dini, dan
memotivasi untuk kesiapan masa depan sehingga dapat meraih cita-
cita.
d. Bidan bisa memberikan inovasi kepada ibu hamil atau perempuan
dengan berjualan menggunakan digital atau sosial media, seperti
jualan makanan dan jualan sandang pangan.

6. Kebijakan pemerintah dalam masalah ekonomi (jurnal kebijakan


pemerintah, analisis kecenderungan penelitian kebijakan
pemulihan ekonomi pasca pandemic di Indonesia)
Krisis ekonomi di Indonesia sebenarnya tidak hanya terjadi saat
pandemi covid-19. Pada pertengahan tahun 1997 krisis moneter
melanda, dimana negara juga merasakan dampak yang luar biasa dengan
lumpuhnya kegiatan perekonomian (Tarmidi, 1999). Namun, pada
akhirnya negara berhasil terlepas dari krisis yang terjadi, salah satu
caranya yaitu dengan memulihkan perekonomian.
Beberapa kebijakan atau program dilaksanakan oleh pemerintah
dalam upaya mengatasi krisis pasca covid-19. Studi menunjukkan
bahwa beberapa negara menggunakan dua pendekatan dalam pemulihan
kondisi ekonomi yaitu melalui kebijakan ekonomi fiskal dan moneter
dan juga kebijakan makro prudential (Wang et al., 2023; Padhan &
Prabheesh, 2021). Alternatif lainnya, yang dilaksanakan dalam
memulihkan perekonomian adalah melalui investasi ekonomi dari
hubungan public-private (PPP) (Dai et al., 2023).
Pemulihan ekonomi, tentunya memiliki jalan panjang yang
membutuhkan berbagai macam kerjasama antar sektor, termasuk di
13

dalamnya strategi dan pendekatan kebijakan. Di Indonesia, pemerintah


menggunakan istilah Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebagai salah
satu kebijakan nasional dalam memperbaiki kondisi perekonomian yang
berfokus pada 3 (tiga) perbaikan yaitu meningkatkan konsumsi
domestik, menjaga/meningkatkan aktivitas sektor dunia usaha serta
menjaga stabilitas ekonomi dan moneter melalui kebijakan fiskal dan
moneter yang kemudian akan dimaknai pada program ataupun kegiatan
yang mendukung kebijakan tersebut (Dwi, 2020; Fitrawaty & Maipita,
2023; Heikal & Nurhasanah, 2023; Widodo & Ardhiani, 2022).
Pemaknaan kebijakan PEN tersebut selain dijabarkan pada kebijakan
fiskal dan moneter, juga dijabarkan pada berbagai kegiatan atau
program. Beberapa program yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah
melalui peningkatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM),
literasi keuangan dan digital, pinjaman dana PEN daerah,
pengembangan sektor pariwisata dan pertanian, investasi syariah melalui
sukuk ritel dan tabungan (Aditiya et al., 2022; Rosa et al., 2022;
Sipayung & Ardiani, 2022; Handayani & Rosy, 2022; Tanjung et al.,
2022; Wicaksana, 2022)
Selain program UMKM, metode dalam memperkenalkan UMKM
juga dapat menjadi stimulus dalam menggerakkan perekonomian.
Pemanfaatan digital dalam promosi UMKM membawa dampak positif
karena antara penjual dan pembeli tidak perlu bertatap muka dan
menghasilkan pola yang memudahkan proses transaksi jual beli,
meskipun dalam pelaksanaannya tidak semua UMKM mampu
menciptakan lingkungan berbasis digital yang mumpuni (Megawati,
2022).
7. Perempuan dan Masalah Kemiskinan
Latar belakang perempuan rentan terhadap kemiskinan adalah,adanya
bahasan,mengenai isu perempuan, yang dimulai dari:
a. Pengertian gender, yaitu atribut dan tingkah laku yang dilekatkan
14

pada perempuan dan laki-laki, serta dibentuk oleh budaya. Dari sini
muncul gagasan mengenai apa yang pantas dilakukan oleh laki-laki
mapupun perempuan (Noerdin, 2006)
b. Adanya budaya patriarki. Dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary menyebutkan bahwa patriarki adalah asociety, a system,
or acountry that is ruled or controlled by men (2000). Dimana setiap
kekuasaan dalam masyarakat yang menganut sistem patriarki
dikontrol oleh laki-laki. Perempuan hanya memiliki sedikit pengaruh
dalam masyarakat atau bisa dikatakan tidak memiliki hak pada
wilayah-wilayah umum dalam masyarakat. Mereka secara ekonomi,
sosial, politik, dan psikologi tergantung pada laki-laki, khususnya
dalam institusi pernikahan. Sehingga dalam keluarga maupun
masyarakat perempuan diletakkan pada posisi subordinat atau
inferior. Menurut Madsen pekerjaan perempuan hanya pada wilayah
domestik, mengurus suami,menjadi ibu dengan mengurus anak-
anaknya. Peran-peran domestic tersebut dilekatkan pada sosok
perempuan oleh masyarakat yang menganut sistem patriarki (2000).
c. Perbedaan cara pandang sebagai perempuan memang berbeda,
namun juga sama dengan lakilaki. Ada kondisi umum yang
membuat perempuan sama dengan laki-laki, namun ada juga kondisi
khusus yang dimiliki perempuan yang membuat berbeda, tapi bukan
berarti untuk dibedakan.Perbedaan dengan cara menilai positif
adalah perbedaan yang melihat perempuan dengan nilai dan cara
beradanya yang berbeda dengan laki-laki. Nilai dan cara berada
perempuan dikonstruksikan dan dikondisikan oleh pengalaman
pengalaman perempuan yang melahirkan, menyusui, merawat dan
mempunyai tingkat kesensitifitasan serta kepedulian yang besar.
Nilai-nilai perempuan didasarkan pada etika kepedulian yang kental
melekat dalam sistem cara pandang dunia perempuan. Sedangkan
perbedaan cara menilai negatif adalah melihat nilai-nilai perempuan
sebagai yang lain (other). Sehingga dengan mudah terjadi
pengobyekan dan penindasan.
15

8. Aspek (Akses) Penyebab Kemiskinan pada Perempuan


a. Akses Politik Perempuan Tingkat keterwakilan perempuan dalam
lembaga politikformal, baik ditingkat nasional maupun lokal, besar
pengaruhnya terhadap kualitas hidup perempuan. Hal ini terjadi
karena kualitas hidup perempuan tidak dapat dipisahkan dari
kebijakan publik yang dibuat oleh lembaga-lembaga politik, apalagi
mengingat kebijakan tersebut juga diikuti oleh alokasi anggaran
untuk implementasinya. Dengan kurangnya kepekaan pemerintah
terhadap persoalan gender, maka apabila perempuan tidak ikut serta
menentukan kebiajakan yang mengatur kebutuhan yang harus
dipenuhi pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraannya, sangat
mungkin kebutuhan perempuan akan ditempatkan pada skala
prioritas yang rendah.
b. Akses Perempuan Terhadap Pekerjaan
Dalam hal akses perempuan terhadap pasar tenaga kerja, ada
kecendrungan bahwa perempuan yang memasuki pasar tenaga kerja
jauh lebih kecil jumlahnya daripada laki-laki. Sementara itu bagai
perempuan yang mencoba memasuki pasar tenaga kerja, ternyata
juga memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk memperoleh
pekerjaan disbanding dengan laki-laki. Tingginya kesenjangan
antara perempuan dan laki-laki dalam hal akses ke pasar tenaga
kerja, disebabkan oleh beberapa hal:
1) Ketika ingin bekerja diluar rumah, perempuan yang belum
menikah pada umumnya harus mendapatkan izin dari orang tua,
dan yang sudah menikah harus mendapatkan izin dari suami
2) Perempuan mempunyai beban ganda karena bekerja diluar
rumah dan tetap harus bertanggungjawab melakukan pekerjaan
rumah tangga sampai mengasuh anak.
16

3) Pembagian peran berdasarkan gender yang menyebabkan


perempuan diasosiasikan dengan kegiatan yang berada di
lingkup domestik dan laki-laki dengan lingkup publik. Hal ini
memperkecil akses perempuan terhadap pekerjaan yang
biasanya diasosiasikan dengan ranah publik dan berada di sector
formal
c. Akses Perempuan Terhadap Upah Yang Sama
Selain menghadapi keterbatasan akses terhadap pasar tenaga kerja
danpekerjaan, perempuan juga menghadapi diskriminasi upah.
Angka perbedaan upah yang diterima laki-laki dan perempuan dapat
dijumpai dalam data Susenas, Sakernas, maupun dari laporan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang dikeluarkan oleh BAPPENAS,
BPS, maupun UNDP. Kebijakan pengupahan yang diskriminatif
terhadap perempuan, juga merupakan akibat dari UU perkawinan
tahun 1974, yang dalam pasal 1 secara eksplist menyatakan bahwa
laki-laki adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga.
Pernyataan tersebut sangat berdampak pada kehidupan perempuan,
karena UU tersebut dijadikan rujukan bagi setiap kebijakan public
yang timbul kemudian hari. Contohnya, lai-laki yang dinyatakan
sebagai kepala keluarga mendapatkan tunjangan untuk anak dan istri
dari tempat kerjanya, sedangkan perempuan yang dianggap sebagai
pekerja pencari nafkah tambahan selalu dianggap sebagai pekerja
lajang yang tidak mendapatkan tunjangan keluarga.
d. Akses Perempuan Terhadap Aset Poduktif Aset produktif berupa
tanah, rumah dan aset produktif lainnya sebagian besar dikuasi oleh
laki-laki. Keterbatasan akses perempuan terhadap sumber
produksi atau aset produktif seperti tanah atau rumah misalnya, juga
menentukan ada tidaknya akses perempuan ke modal atau kredit.
Karena asset produktif dikuasai oleh laki-laki. Apabila perempuan
ingin melakukan kegiatan ekonomi berkaitan dengan aset tersebut,
harus mendapat izin dari suaminya terlebih dahulu. Hal ini berkaitan
dengan pengambilan keputusan atau control produksi yang
17

didominasi oleh-laki-laki. Dengan keterbatasan penguasaan asset


produksi, maka perempuan juga sangat terbatas aksesnya ke kredit
(karena tidak memiliki jaminan) sehingga ini berakibat pada
keterbatasan perempuan dalam mengembangkan usaha
e. Akses perempuan terhadap perlindungan hukum
Banyak perempuan (terutama di pedesaan) yang tidak memiliki asset
produksi dan keterampilan untuk bekerja di sektor formal akhirnya
harus mangadu nasib ke sektor informal, antara lain dengan menjadi
Tenaga Kerja Wanita (TKW). TKW adalah salah satu contoh
bagaimana perempuan miskin bekerja di sektor yang bersifat
informal, seperti Pembantu Rumah Tangga (PRT), sulit
mendapatkan akses terhadap perlindungan hokum yang memadai.
Justru diera otonomi daerah, bukan malah TKW mendapatkan
perlindungan secara hukum, malah Pemerintah Daerah (Pemda)
berlomba menarik retribusi dari para TKW
f. Akses Perempuan Terhadap Layanan Kesehatan Reproduksi
Selama lebih dari 30 tahun, Indonesia tidak melakukan upaya nyata
untuk mengatasi terjadinya kematian ibu ketika melahirkan, yang
angka nya jauh diatas negara-negara Asia, bahkan merupakan rekor
tertinggal di Asean, dimana angka kematian ibu yang melahirkan
tetap diatas rasio 300/100.000 kelahiran. Hal tersebut terjadi
dikarenakan beberapa faktor yang saling berkaitan, mulai dari
masalah diskriminasi gender yang sangat mengakar pada
budaya,interpretasi agama, juga masalah lemahnya koordinasi antar
sector pemerintah terkait dalam menanggulangi masalah tersebut.
Disamping terdapat mitos-mitos seputar peran perempuan pada
umumnya dan peran ibu melahirkan pada khususnya, masalah gizi
buruk yang daialami oleh perempuan akibat budaya makan yang
mendahulukan laki-laki menjadi kendala besar dalam upaya
penurunan angka kematian ibu ketika melahirkan. Kendala lain
berupa keterbatasan dana untuk melahirkan di rumah sakit, dan di
18

daerah-daerah terpencil juga banyak keterbatasan tenaga bidan untuk


membantu masalah kelahiran.
g. Akses Perempuan Terhadap Layanan Pendidikan
Indonesia termasuk negara yang cukup baik dalam menyediakan
akses terhadap pendidikan dasar. Tingkat partisipasi pendidikan
dasar mencapai lebih dari 97% baik untuk laki-laki maupun
perempuan.Tapi sayangnya akses terhadap pendidikan ini semakin
berkurang untuk tingkat pendidikan lanjutan. Menurut data yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional,ada berbagai
alasan mengapa anak perempuan tidak menamatkan sekolahnya atau
tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salah
satu alasan tersebut adalah adanya hambatan kultural, yaitu masih
kuatnya budaya kawin muda bagi perempuan yang tinggal di daerah
pedesaan. Anggapan yang berlaku adalah bahwa setinggi-tingginya
perempuan sekolah, akhirnya tidak akan bekerja karena perempuan
harus bertanggungjawab terhadap pekerjaan rumah tangga. Hal yang
paling dominan adalah hambatan ekonomi, yaitu keterbatasan biaya
untuk sekolah sehingga keluarga miskin terpaksa menyekolahkan
anak laki-laki ketimbang anak perempuan.
h. Minimnya Alokasi Anggaran Pemberdayaan dan Peningkatan
Kesejahteraan Perempuan Pada dasarnya, setiap daerah sudah
mengalokasikan anggaran untuk pemberdayaan perempuan dalam
APBD, walau ada yang eksplisit dan ada yang tidak eksplist. Jumlah
APBD yang diperuntukkan bagi pemberdayaan perempuan di setiap
daerah beragam. Pada umumnya alokasi anggaran tersebut adalah
untuk membiayai organisasi PKK.
i. Beban Kerja Perempuan Tinggi Alokasi atau jam kerja perempuan
lebih panjang dibandingkan laki-laki, tapi secara ekonomi
penghasilan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Hal
ini terjadi karena perempuan bertanggungjawab pada pekerjaan
produktif, reproduktif dan fungsi-fungsi kontrol sosial di komunitas.
Perempuan selalumelakukan ketiga tanggungjawab tersebut secara
19

bersamaan, sedangkan lakilaki hanya bertanggungjawab pada


pekerjaan produktif saja. Banyak perempuan yang berpendidikan
setara dengan laki-laki, tapi harus merelakan kehilangan kesempatan
bekerja karena harus bertanggung jawab pada pekerjaan domestic

9. Bentuk Penindasan Perempuan dalam Keluarga yang dapat


Memperparah Kemiskinan
a. Eksploitasi. Penindasan terhadap perempuan bukan terjadi karena
distribusi ekonomi yang tidak merata melainkan lebih pada
penindasan yang bersifat sistematis. Disamping itu adanya transfer
kekuatan dari perempuan kepada laki-laki. Ibu rumah tangga yang
tereksploitirmerasakan bagaimana ia secara sistematis ditempatkan
dalamkeadaanterbelenggu, tidak berani berbicara, dan sebagainya.
Sebaliknya keseimbangan, kekuasaan, kebebasan serta realisasi
suami banyak dibantu dan dikuatkan oleh istri.
b. Ketidakberdayaan. Perasaaan ketidakberdayaan paling baik
dideskripsikan sebagai perasaaan negatif, tidak memiliki otoritas,
status, dan arti diri seperti yang dimiliki kaum profesional. Kaum
professional memiliki semua hal tersebut karena memiliki tingkat
pendidikan yang memadai yang mampu mencerna konsep dan
simbol. Kaum professional bukan saja memiliki keahlian, juga
memiliki harga diri yang dapat melihat atasan sebagai kolega atau
paling tidak, ada mekanisme dimana ia sebagai bawahan dijamin
hak-haknya sebagai pekerja.Dinamika profesionalisme yang bermain
dalam masyarakat sering kali membawa kemuka persoalan rasisme
dan seksisme. Artinya ketika kualifikasi tidak menjadi masalah, hal
kedua yang dinilai dalah ras,etnis manakah dia berasal? pertanyaan
berikutnya adalah termasuk jenis kelamin apakah dia?.
Ketidakberdayaan disini bermain ditingkat semua level.
c. Marjinalisasi. Bentuk ini adalah bentuk penindasan yang berbahaya.
Marjinalisasi dapat terjadi dalam hal pekerjaan, misalnya pada
mereka yang sudah tua, single mother, etnis minoritas ,mereka yang
20

tidak diterima karena faktor usia bahkan tinggi badan serta


kerupawanan, kulit,menjadi faktor sesorang diterima bekerja atau
tidak. Mrjinalisai ini bias berhubungan dengan uang.
d. Imperiaslisme kultural. Kelompok perempuan sangat jeli dalam
melihatdominasi kultural yang sedang terjadi pada permasalahan
perempuan. Iklan-iklan kulit pemutih misalnya, memberikan pesan
dan definisi cantik yang universal, atau pemakaian baju-baju
tertentu, yang diwajibkan dalam era tertentu membawa budaya luar
masuk pada relung kehidupan local. Mengalami imperaialisme
budaya berarti mengalami bagaimana makna-makna dominan dalam
masyarakat diredupkan dalam perspektif kelompok yang dominan
dengan cara melakukan stereotip.
e. Kekerasan. Kelompok yang tertindas dengan mudah mengalami
kekerasan secara sistematis. Kelompok dan individu yang tertindas
hidup dalam ketakutan yang luar biasa yang sewaktu-waktu
menyadari bahwa hidup mereka bisa dirusak, dipermalukan atau
dihancurkan sebagai manusia. Di Indonesia, perempuan, masyarakat
tionghoa, etnis dari Indonesia Timur, gay dan lesbian, serta yang
menganut agama-agama minoritas mengalami atau mearasakan apa
yang disebut dengan kekerasan.

10. Indikator Ketidakadilan Yang Berbasiskan Pada Ketimpangan


Gender Dan Mengakibatkan Kemiskinan Perempuan (Noerdin,
2006).
a. Perempuan bukan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga,
masyarakat maupun negara.
b. Perempuan seringkali terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan pertanian
yang tidak dibayar atau dibayar rendah.
c. Perempuan kurang memiliki akses terhadap pendidikan dan
pelatihan.
d. Perempuan mendapatkan gaji yang berbeda untuk jenis pekerjaan
yang sama.
21

e. Perempuan kekurangan modal untuk untuk membangun usaha


sendiri
f. Perempuan tidak punya hak atas tanah yang ditinggalinya, karena
tanah dan aset lainnya atas nama suami, bapak, saudara laki-laki atau
g. Perempuan lebih rendah pendidikanya daripada laki-laki karena
asumsi bahwa perempuan setelah menikah akan menjadi ibu rumah
tangga sehingga investasi untuk sekolah pada perempuan dianggap
tidak menguntungkan.
h. Kesehatan reproduksi perempuan belum dijadikan prioritas dalam
pelayanan kesehatan masyarakat. Anggaran pemerintah bagi
kesehatan dasar untuk Posyandu dan Puskesmas masih sangat
rendah. Dengan keterbatasan Posyandu dan Puskesmas maka
perempuan miskin yang butuh pelayanan kesehatan reproduksi akan
sulit untuk menjangkau
i. Perempuan selalu menjadi objek dari hubungan seksual yang tidak
amankarena kontrol perilaku seksual ada di pihak laki-laki, sehingga
perempuan sangat rentan terhadap penularan HIV/AIDS dan
penyakit menular lainnya. Hal ini berdampak pada penurunan
kualitas dan produktifitas hidup perempuan
j. Perempuan lebih banyak melakukan pekerjaan domestik dan tidak
dibayar sehingga jam kerja perempuan lebih tinggi daripada laki-
laki, sementara penghasilan perempuan jauh lebih rendah dibanding
laki-laki.
k. Perempuan selalu dibayangi rasa takut apabila terjadi konflik dalam
rumah tangga karena selalu berada dalam kondisi yang lemah dan
rentan terhadap perlakuan kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini
berhubungan dengan rendahnya posisi tawar perempuan
dibandingkan dengan laki-laki dalam keluarga.
l. Perempuan sangat rentan dalam situasi konflik. Perempuan biasanya
menjadi target perlakuan kekerasan dalam situasi konflik. Bagi
perempuan yang bekerja di luar rumah, seperti pasar, akan
kehilangan sumber ekonominya karena mereka takut akan keluar
22

rumah.Perempuan janda yang dengan terpaksa menjadi kepala


keluaraga tetap tidak dianggap sebagai pencari nafkah utama
keluarga, sehingga upahnya jauh lebih rendah dari laki-laki,
sementara jumlah perempuanyang menjdi kepala keluarga setiap
tahunnya selalu bertambah.

11. Dampak Kemiskinan secara umum


a. Kriminalitas Tinggi
Dampak kemiskinan yang pertama yakni kriminalitastinggi.
Kemiskinan seringkali dikaitkan dengan kriminalitas.Masyarakat
miskin cenderung melakukan apa saja untuk memenuhi kebuhtuhan
hidup mereka, termasuk melakukan kriminalitas. Beberapa bentuk
kriminalitas tersebut yaitu pencurian, perampokan, begal, penipuan,
bahkan pembunuhan.
b. Akses Pendidikan Tertutup
Akses pendidikan yang tertutup merupakan dampak kemiskinan
yang dapat dirasakan.Biaya pendidikan yang cukup tinggi
mengakibatkan masyarakat miskin tidak dapat menjangkau dunia
pendidikan. Hal ini semakin memperburuk situasi masyarakat yang
kekurangan karena kurangnya pendidikan membuat mereka tidak
bias bersaing dan tidak bias bangkit dari keterpurukan.
c. Tingkat Pengangguran Tinggi
Dampak kemiskinan selanjutnya yakni dimana tingkat pengangguran
semakin banyak. Tingkat pendidikan yang rendah tentunya juga
akan berdampak terhadap pengangguran yang semakinmeningkat.
Masyarakat miskin yang sulit untuk mendapatkan akses pendidikan
kemudian akan berdampak terhadap tingkat pengangguran.
d. Angka KematianTinggi
Dampak kemiskinan selanjutnya yakni dimana angka kematian
yang tinggi.Dampak tersebut tentunya mempunyai hubungan dengan
penyebab kemiskinan yakni kualitas kesehatan yang belum
baik.Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan umumnya
23

tidak mendapatkan akses kesehatan yang memadai.Hal ini


menyebabkan tingginya angka kematian pada masyarakat
miskin.Selain itu, gizi yang buruk juga merupakan masalah yang
sering terjadi pada masyarakat miskin.

12. Instrumen Utama Penanggulangan Kemiskinan dari pemerintah


Terbagi menjadi 3 kluster:
a. Klaster I (Bantuan sosial terpadu berbasis keluarga)
Tujuan mengurangi beban rumah tangga miskin melalui peningkatan
akses terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih, sanitasi
b. Disalurkan dalam program:
1) Program Keluarga Harapan (PKH)
PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan
bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)
dan bagi anggota keluarga 19 Program Pengentasan Kemiskinan
Kabinet Indonesia Bersatu II RTS diwajibkan melaksanakan
persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Program ini,
dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban RTSM dan
dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus mata rantai
kemiskinan antar generasi, sehingga generasi berikutnya dapat
keluar dari perangkap kemiskinan. Pelaksanaan PKH juga
mendukung upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium.
Lima Komponen Tujuan MDG’s yang akan terbantu oleh PKH
yaitu: Pengurangan penduduk miskindan kelaparan; Pendidikan
Dasar; Kesetaraan Gender; Pengurangan angka kematian bayi
dan balita, Pengurangan kematian ibu melahirkan
a) Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan
pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan
dasar dan menengah pertama sebagai wujud pelaksanaan
program wajib belajar 9 tahun. BOS diprioritaskan untuk
24

biaya operasional nonpersonal, meskipun dimungkinkan


untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong
dalam biaya personil dan biaya investasi. Tujuan umum
program BOS untuk meringankan beban masyarakat
terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib
belajar sembilan tahun yang bermutu. Sasaran program
BOS adalah semua siswa (peserta didik) di jenjang Sekolah
Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsyanawiyah (MTs),
termasuk Sekolah Menengah Terbuka (SMPT) dan Pusat
Kegiatan Belajar Mandiri (PKBM) yang diselenggarakan
oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh
provinsi di Indonesia.
b) Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) Meski dana BOS
diharapkan dapat meningkatkan jumlah keikutsertaan
peserta didik, tapi faktanya, masih tetap saja ada siswa yang
putus sekolah dan tidak melanjutkan. Penyebabnya, para
orangtua kesulitan memenuhi kebutuhan pendidikan seperti
baju, seragam, buku tulis dan buku cetak, sepatu, biaya
transportasi, dan biaya lain-lain yang tidak ditanggung oleh
dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Kebijakan
Bantuan Siswa Miskin (BSM) bertujuan agar siswa dari
kalangan tidak mampu dapat terus melanjutkan pendidikan
di sekolah. Program 21 ProgramPengentasan Kemiskinan
Kabinet Indonesia Bersatu II ini bersifat bantuan bukan
beasiswa, karena jika beasiswa bukan berdasarkan
kemiskinan, melainkan prestasi.
c) Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dan hampir miskin.
Tujuan Jamkesmas adalah meningkatkan akses terhadap
masyarakat miskin dan hampir miskin agar dapat
25

memperoleh pelayanan kesehatan. Pada saat ini Jamkesmas


melayani 76,4 juta jiwa
d) Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
Raskin merupakan subsidi pangan yang diperuntukkan bagi
keluargamiskin sebagai upaya dari pemerintah untuk
meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan
perlindungan pada keluarga miskin. Pendistribusian beras
ini diharapkan mampu menjangkau keluarga miskin dimana
masing-masing keluarga akan menerima beras minimal 10
Kg/KK tiap bulan dan maksimal 20 Kg/KK tiap
bulan
13. Klaster II (penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat)
a. Tujuan Mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas
kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan
berdasarkan prinsip prinsip
1) Disalurkan melalui program :
a) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
PNPM adalah program nasional dalam wujud kerangka
kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-
program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat. PNPM dilaksanakan melalui
harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme
dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan
pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan
inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan
kemiskinan
b) Program Perluasan Dan Pengembangan Kesempatan
Kerja/Padat Karya Produktif Padat Karya adalah suatu
kegiatan produktif yang memperkerjakan atau menyerap
tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur yang
relatif banyak. Secara teknis konsep program ini 37
26

Program Pengentasan Kemiskinan Kabinet Indonesia


Bersatu II adalah untuk membangun ekonomi masyarakat
melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat usaha-usaha
produktif dengan memanfaatkan potensi SDA, SDM dan
Teknologi sederhana yang ada serta peluang pasar.
14. Program-program Penanggulangan Kemiskinan Klaster III
(Penanggulangan Kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha
ekonomi mikro dan kecil )
a. Tujuan: memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku
usaha berskala mikro kecil. Disalurkan melalui program :
1) Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah dana pinjaman dalam
bentuk Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi
(KI) dengan plafon kredit dari Rp. 5 Juta sampai dengan Rp.
500 juta. Agunan pokok KUR adalah proyek/usaha yang
dibiayai, namun Pemerintah membantu menanggung melalui
program penjaminan hingga maksimal 70% dari plafon kredit.
2) Kredit Usaha Bersama (KUBE)
KUBE adalah program yang bertujuan meningkatkan
kemampuan anggota KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan: meningkatnya
pendapatan keluarga; meningkatnya kualitas pangan, sandang,
papan, kesehatan, tingkat pendidikan.Meningkatnya 39
Program Pengentasan Kemiskinan Kabinet Indonesia Bersatu
II kemampuan anggota KUBE dalam mengatasi masalah-
masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun
dengan lingkungan sosialnya; Meningkatnya kemampuan
anggota KUBE dalam menampilkan peranan-peranan
sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya.

15. Program untuk menanggulangi ketidak adilan yang menyebabkan


kemiskinan pada perempuan
27

a. Meningkatkan akses perempuan terhadap kesempatan kerja dan


berusaha, pendidikan yang murah dan bermutu, pelayanan
kesehatan umum dan reproduksi yang murah dan bermutu, sumber
daya modal, bahan baku, pasar kerja, informasi, pengembangan
tehnologi bagi pengembangan usaha, pupuk murah, lahan
pertanian, air bersih, serta keterlibatan dalam pengambilan
keputusan dalam kelembagan sosial, politik, eksekutif dan
yudikatif.
b. Keterlibatan perempuan dalam mengontrol proses perencanaan,
pelaksanaan, pengalokasian anggaran dan memantau jalannya
kebijakan dan program pengentasan kemiskinan.
c. Meningkatkan penerimaan manfaat dari program pengentasan
kemikinan pada khususnya dan program–program pembangunan
pada umumnya oleh perempuan.

B. ANAK BANYAK
1. Pengertian
a. Anak menurut bahasa adalah keturunan kedua sebagai hasil antara
hubungan pria dan wanita. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun
2002 tentang perlindungan anak, dikatakan bahwa anak adalah
amanah dan karuni Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya
melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya
b. Banyak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artinya
adalah besar jumlahnya.
c. Jadi Anak Banyak Adalah Bila suatu keluarga mempunyai lebih dari
5 anak dengan jarak kurang 2 tahun (Manuaba 2009)
2. Faktor yang mempengaruhi keluarga mempunya banyak anak
a. Faktor Agama Bagi para pemeluk agama merencanakan jumlah anak
adalah menyalahi kehendak Tuhan. Kita tidak boleh mendahului
kehendak Tuhan apalagi mencegah kelahiran anak dengan
menggunakan alat kontrasepsi supaya tidak hamil
28

b. Faktor Ekonomi Anak dipandang sebagai tenaga kerja yang dapat


membantu meningkatkan ekonomi keluarga sehingga mempunyai
banyak anak akan banyak tambahan pendapatan yang akan
diperoleh. Hal ini memang suatu kenyataan dan benar, tetapi belum
diperkirakan nasib anak itu sendiri apakah anak itu memang bisa
diharapkan pendidikannya dan masa depannya. Dalam hal ini ,
mempunyai banyak anak malah menjadi masalah
c. Faktor Budaya-Budaya dari suatu masyarakat yang memberikan nilai
anak laki-laki lebih dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini
akan memungkinkan satu keluarga mempunyai banyak anak
Bagaimana kalau keinginan untuk mendapatkan anak lakilaki atau
perempuan tidak terpenuhi mungkin akan menceraikan istrinya dan
kawin lagi agar terpenuhi keinginan memiliki anak laki-laki ataupun
anak perempuan. Disini contohnya suku Batak lebih menginginkan
anak Lak-laki sebagai penerus keturunan
d. Faktor Usia Tujuan pendewasaan usia perkawinan selain untuk
mengendalikan kelahiran,oleh karena semakin tua usia orang kawin
berarti semakin sedikit waktu masa reproduktif yang dimiliki oleh
Pasangan Usia Subur (PUS), juga bermanfaat untuk mengurangi
resiko kehamilan. Resiko yang mungkin dapat terjadi pada ibu yang
yang telalu muda untuk hamil antara lain: keguguran, tekanan darah
tinggi, keracunan kehamilan, timbulnya kesulitan persalinan, bayi
berat lahir rendah, membesarnya air seni ke vagina, keluarnya gas
dan feses ke vagina atau bisa kanker leher rahim (BKKBN, 2006:2)
e. Faktor Pendidikan Debpuur dkk (2002) menemukan pengaruh umur,
jumlah anak dan pendidikan terhadap pengetahuan alat/cara KB
modern, pengetahuan sumber KB, pemakaian alat/cara KB dan
pilihan fertilitas. Semakin tua umur, semakin banyak jumlah anak
dan semakin tinggi pendidikan, semakin besar pemahaman tentang
pentingnya kb sehingga paritas bisa makin ditekan.
3. Dampak Bila mempunyai anak banyak (Artikel, resiko Kesehatan
mempunyai anak banyak)
29

risiko komplikasi saat kehamilan yang mungkin terjadi adalah


perdarahan partum atau perdarahan yang terjadi setelah usia kandungan
28 minggu, solustio plasentae atau lepasnya sebagian atau semua
plasenta dari rahim, dan placenta previa atau jalan lahir tertutup
plasenta. Selain risiko kehamilan, memiliki banyak anak juga berakibat
pada komplikasi pada persalinan. Ibu akan rentan terserang uterine
atony atau perdarahan pasca melahirkan, ruptur uteri atau robeknya
dinding rahim, dan malpresentation atau bayi salah posisi lahir.
Perdarahan yang terjadi pasca melahirkan juga dapat berujung kematian
karena ibu akan kehilangan banyak darah dan mengalami anemia. terlalu
sering melahirkan, maka otomatis gesekan sel-sel pada mulut rahim dan
vagina pun akan semakin lebih sering, karena ini merupakan jalan lahir
bayi. Gesekan pada sel-sel mulut rahim atau serviks ini yang akan
memicu pertumbuhan sel-sel abnormal yang akan berkembang menjadi
sel-sel kanker. Sehingga, punya banyak anak meningkatkan risiko
terjadinya kanker mulut rahim atau serviks. Untuk itu, penting bagi kita
untuk melakukan skrining berupa pemeriksaan IVA test atau Pap Smear
secara rutin dan berkala.
a. Pada wanita:
1) Resiko Kesehatan contoh preeklampsia, perdarahan, prolaps dll
2) Pengasuhan : Kesulitan dalam membesarkan anak sekaligus
3) Efek psikis : Kesehatan mental selalu jadi isu hangat untuk
dibicarakan di berbagai lapisan masyarakat. Kesehatan mental
menjadi fondasi utama untuk menjalankan beragam kegiatan.
Mental yang sehat juga mendukung kebugaran fisik seseorang.
Maka, penting untuk menjaga kesehatan mental, sekalipun
dalam menghadapi penyakit kritis.perempuan yang kelelahan
akan berpengaruh terhadap psikisnya
4) Ekonomi: Keterbatasan Ruang gerak wanita untuk bekerja,karna
wanita mempunyai 2 peran ganda dalam keluarga,pencari
nafkah dan ibu rumah tangga
b. Pada Keluarga
30

1) Orangtua tidak bisa optimal merawat dan mengasuh anak.


Seharusnya Keluarga/ orangtua berfungsi untuk memastikan
bahwa anaknya sehat dan aman, memberikan sarana dan
prasana untuk mengembangkan kemampuan sebagai bekal di
kehidupan sosial, pendidikan,serta sebagai media dalam
menanamkan nilai sosial dan budaya sedini mungkin. Orangtua
memberikan kasih sayang, penerimaan, penghargaan,
pengakuan, dan arahan kepada anaknya.namun jika banyak
anak hal itu akan sulit terjadi
2) Munculnya banyak permasalahan keluarga seperti
permasalahan ekonomi.perceraian
3) Perbedaan perlakuan orang tua kepada anak-anaknya
ketika perbedaan perlakuan ke masing-masing anak besar maka
perbedaan ini akan berpengaruh pada kesehatan anak-anak dan
hubungan di antara mereka.apalagi jika mempunyai bnyak anak.
c. Pemerintah
Tingkat kelahiran tinggi ini akan menjadi sumber kemiskinan
juga akan menghambat pertumbuhan ekonomi
1) Konsekuensi dari peningkatan penduduk terhadap
lingkungan adalah terjadinya kerusakan hutan, alih fungsi lahan,
meningkatnya pencemaran, serta minimnya persediaan air
bersih serta persoalan sampah
2) Peningkatan penduduk menyebabkan berbagai masalah sosial
seperti adanya peningkatan kasus kejahatan,semakin tingginya
angka ketimpangan pendapatan antar warga Peningkatan Angka
kematian Ibu dan bayi

4. Kebutuhan khusus pada kelompok rentan dengan masalah ekonomi


dan anak banyak (jurnal rendahnya pengetahuan tentang dampak
anak banyak)
Kebutuhan khusus pada masalah ekonomi yang meliputi kemiskinan
salah satunya adalah karena adanya pertemuan antara kebutuhan
31

manusia yang tidak terbatas seperti seperti produksi, produksi,


distribusi, dan konsumsi. Namun, seiring distribusi, dan konsumsi.
Namun, seiring dengan be dengan berjalannya waktu, rjalannya waktu,
masalah yang timbul pun terus bergeser, hingga munculah sebuah
sebutan masalah ekonomi modern. Di mana, masalah ini dianut oleh
para ahli yang mengikuti aliran modern.
Banyak anak banyak rezeki adalah pepatah yang sangat terkenal
pada zaman orang tua dan nenek kakek kita dulu, bahkan sampai
sekarang. Itulah kenapa generasi nenek kakek kita memiliki banyak anak
hingga mencapai belasan anak dalam satu nak dalam satu keluarga, dan
inilah keluarga, dan inilah salah satu alasan mengapa sejak dulu
pemerintah melalui BKKBN, gencar mengkampanyekan sogan “ Dua
Anak Cukup “ dan semacamnya untuk mengimbangi motivasi yang
muncul akibat ada pepatah banyak anak banyak rezeki.
Kebutuhan khusus pada masalah ekonomi yang meliputi anak
banyak erat kaitannya dengan beberapa hal seperti penghasilan,
pendidikan, kesehatan dan masih banyak hal lainnya, dalam hal lainnya,
dalam hal penghasilan apabila tidak penghasilan apabila tidak
mencukupi maka mencukupi maka masalah pendidikan masalah
pendidikan dan kesehatan tidak akan terpenuhi dan akan terabaikan.
Bahkan untuk kasih sayang pun tidak akan didapatkan oleh anak – anak
karena kesibukan orang tua dan keluarga dalam mencari nafkah.
Besarnya jumlah pengangguran tentu Besarnya jumlah pengangguran
tentu menjadi salah sa menjadi salah satu faktor "pincang" nya tu faktor
"pincang" nya ekonomi ekonomi suatu negara. Terlebih bagi kondisi
ekonomi suatu keluarga itu sendiri. Memiliki sedikit anakpun bila tidak
dibentuk kualitasnya maka akan menjadi beban ekonomi keluarga juga
anggapa juga anggapan diatas (banyak (banyak anak, banyak masalah)
masalah) terlalu terlalu sederhana sederhana untuk disimpulkan,
sementara hubungan antara jumlah anak dan tingkat ekonomi tidaklah
sederhana. Di saat kondisi ekonomi kepala keluarga stabil, sementara
32

jumlah anak bertambah, maka akan menjadi faktor yang besar bagi
tingkat ekonomi keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan analisis hubungan
antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan diperoleh bahwa diantara
96 responden yang mengunakan KB bahwa tamat SMA 27 (28,1%)
responden memiliki pengetahuan yang baik dan terendah pada
pendidikan tidak tamat SD yaitu 3 (3,1%) responden. Sementara
pengetahuan tidak baik tertinggi pada tamat SMP 17 17,7%)responden
dan ter rendah pada perguruan tinggi. Berdasarkan hasil uji analisis
bivariate dengan menggunakan uji chi square didapat bahwa ρ value <
0,05 dimana ρ value = 0,004 dimana Bahwa ada hubungan antara
variabel tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang KB
5. Upaya untuk Mengantisipasi agar keluarga tidak banyak anak
a. Mengedukasi masyarakat bahwa untuk membentuk keluarga kecil
sejahtera, harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga
tersebut.
b. Mencanangkan keluarga kecil dengan cukup 2 anak/ kb
c. Mencegah terjadinya pernikahan di usia dini.
d. Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang
terlalu muda atau terlalu tua, atau akibat penyakit sistem reproduksi.
e. Menekan jumlah penduduk serta menyeimbangkan jumlah
kebutuhan dengan jumlah penduduk di Indonesia melalui program
KB
f. Edukasi ke masyarakat bahwa bentuklah keluarga yang berkualitas
dimana dengan adanya program Keluarga Berencana dapat
membentuk keluarga yang terjamin dalam soal ekonomi, pendidikan
dan pola asuh anak. Sehingga akan melahirkan generasi-generasi
yang berkualitas juga dan bisa menjadi generasi yang dapat
membantu mengatasi permasalahan di negara ini.
g. Ubah Pandangan Masyarakat Terhadap Program Keluarga
Berencana.Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum
menyadari betapa pentingnya menekan laju pertumbuhan penduduk
33

dengan menggunakan program keluarga berencana. Salah satunya


dikarenakan masih banyak yang berkeyakinan dan mempunyai
pemikiran lama yaitu “banyak anakbanyak rezeki” pemikiran ini
banyak tertanam di masyarakat Indonesia yang mengakibatkan
mereka tidak menganggap program keluarga berencana ini penting
untuk keberlangsungan dan kemajuan Negara kedepannya.
h. Pentingnya Kesadaran Masyarakat Seharusnya masyarakat lebih
sadar untuk membantu menyelenggarakan program-program yang
dikeluarkan oleh pemerintah demi kelangsungan negara menjadi
lebih baik lagi.Masyarakat harus bahu membahu dan saling
mengingatkan dalam memajukan negara Indonesia. Salah satu nya
membantu pemerintah agar program keluarga berencana
terjalankan dengan maksimal demi mengatasi ledakan jumlah
penduduk di Indonesia. Dengan berjalannya keluarga berencana
maka kita dapat menghindari Indonesia dari masalah-masalah
ekonomi, kriminalitas, angka jumlah pengangguran, dan dapat
menciptakan keluarga yang berkualitas untuk membentuk generasi
yang berkualitas pula kedepannya.

6. Peran Bidan kebutuhan khusus pada permasalahan ekonomi


(kemiskinan dan anak banyak)
a. Peran sebagai pelaksana Bidan memberikan pelayanan pada siklus
kehidupan wanita seperti asuhan ibu hamil,bersalin,bayi baru lahir,
nifas, neonatus, balita, kb, lansia maupun kelompok rentan
b. Peran sebagai pengelola Sebagai pengelola bidan mempunyai 2
tugas:tugas pengembangan dasar kesehatan,dan tugas partisipasi
tim,mengembangkan pelayanan dasar ditempatnya,Bidan
berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program sektor lain
seperti pembinaan dukun bayi, kader kesehatan dan lain-lain
c. Bidan sebagai pendidik Memberikan pendidikan dan penyuluhan
kepada wanita/pasien
34

d. Bidan sebagai peneliti Bidan memberikan sumbangsih kepada


pemerintah untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dalam bentuk
penelitian, dimana penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan
sistematikanya.

7. Membangun kemitraan dengan lintas program, lintas sectoral,


internal/eksternal tentang program kb/ perencanaan keluarga
berencana (modul bkkbn)
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) sebagaimana diamanatkan pada Undang-Undang Nomor 52
tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, memiliki tugas untuk melaksanakan Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
(KKBPK)
Penyuluh KB merupakan perpanjangan tangan dari institusi pengelola
program Bangga Kencana di Kabupaten/Kota yang memegang peranan
penting dalam meningkatkan peran mitra pada keberhasilan program
Bangga Kencana di kabupaten/kota sebagaimana telah diurai di
atas.Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional melaksanakan
program dalam rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
yang dituangkan dalam Rencana Strategis Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana
Kerjasama lintas program dan lintas sektoral sering disebut dengan
kemitraan. Kemitraan biasanya didefinisikan sebagai hubungan
sukarela dan bersifat kerja sama antara beberapa pihak, baik
pemerintah maupun swasta, yang semua orang didalamnya setuju
untuk bekerja sama dalam meraih tujuan bersama dan menunaikan
kewajiban tertentu serta menanggung resiko, tanggung jawab, sumber
35

daya, kemampuan dan keuntungan secara bersama sama. Kunci utama


terlaksananya kemitraan adalah dengan menerapkan koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi seluruh program-program dengan lembaga-
lembaga terkait yang berpartisipasi dalam kemitraan tersebut. Untuk
membangun dan memperluas akses pendidikan masyarakat dan
menjawab tantangan pengembangan kemitraan, perlu diterapkan
koordinasi, integrasi, dan singkronisasi seluruh program, baik secara
internal maupun lintas sektoral. Penggalangan kemitraan dan kerja
sama yang baik dilakukan dengan seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders), sehingga seluruh program sampai ke masyarakat dan
dapat dilaksanakan tanpa hambatan yang berarti.
Contoh kongkrit bentuk kerjasama/kemitraan yang dilakukan
BKKBN bersama sejumlah elemen masyarakat dan instansi terkait
diantaranya meliputi program-program yang bermanfaat bagi
masyarakat. Seperti TNI Manunggal KB, bakti sosial, KB perusahaan,
kampung Keluarga Berkualitas, serta melakukan kajian dan penelitian
bersama perguruan tinggi. Kemitraan berarti melakukan hubungan
jalinan kerjasama yang menunjukkan persamaan hak dan tanggung
jawab. Integrasi program BANGGA KENCANA dengan program
pembangunan lainnya yang didasarkan pada kesetaraan, saling
menguntungkan, tulus dan saling menghargai diantara pihak pengelola
program BANGGA KENCANA dengan pihak lainnya untuk mencapai
tujuan bersama yang telah disepakati.
36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
Dalam isu gender dan kemiskinan, rumah tangga merupakan salah satu
sumber diskriminasi dan subordinasi terhadap perempuan. Ketidaksetaraan
di dalam alokasi sumberdaya dalam rumah tangga memperlihatkan laki-laki
dan perempuan mengalami bentuk kemiskinan yang berbeda. Di ruang
publik, kemiskinan perempuan selalu dikaitkan dengan tertutupnya
ruangruang partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan yang
sifatnya formal bagi perempuan. Bagi perempuan seringkali konsep ruang
publik ini diartikan sebagai tempat kerja atau tempat berusaha dari pada
forum-forum di dalam komunitas. Keterlibatan dalam forum publik di dalam
komunitas pun biasanya terbatas dan masih tidak terlepas dari peran
domestiknya, seperti arisan, pengajian atau perkumpulan keagamaan, dan
PKK.
Uraian di atas ini memperlihatkan beberapa gambaran dari situasi
kemiskinan yang dihadapi perempuan yang secara cukup rinci coba untuk
dipaparkan. Harapannya,pemerintah nantinya dapat mengupayakan
pengembangan konsep tata pemerintahan yang adil gender, dapat
mengkontribusikan pemikiran guna menggugah kesadaran semua pihak,
termasuk para pengambil keputusan dan pembuat kebijakan. Sehingga,
perspektif keadilan gender tercermin dalam kebijakan publik baik dalam
bentuk Undang-Undang, Peraturan Daerah maupun Anggaran Daerah yang
pada gilirannya dapat bermanfaat untuk mengurangi kemiskinan yang
dihadapi perempuan di Indonesia.
B. Saran
Demikian pokok bahasan masalh yang dapat kami paparkan, besar harapan
kami agar makalah ini dapat bermanfaat. Karena keterbatasan kami
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik yang membengun sangat diharpkan agar makalah ini dapat disusun
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
36
37
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Satria Aji. 2018. Mengoptimalkan Bonus Demografi Untuk Mengurangi Tingkat Kemiskinan Di
Indonesia. Jurnal Analis Kebijakan Vol. 2 No. 2 Tahun 2018

Sholeh, A. (2014). Pertumbuhan Kemiskinan Dan Kemiskinan Di Indonesia. Syawie, M. (2011). Kemiskinan
Dan Kesenjangan Sosial. Informasi, Vol. 16 No

Prakarsa. 2015. Penghitungan Indeks Kemiskinan Multidimensi Indonesia 2012-2024.

Arum, R. (2022). Pengertian Pertumbuhan Penduduk: Jenis, Faktor Penyebab, Dan


Dampak.Gramedia.Com.Https://Www.Gramedia.Com/Best-Seller/Pengertianpertumbuhan-Penduduk/

Rofi’ia, M., Susilowati, D., & Arifin, Z. (2022). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Kemiskina Di Provinsi Gorontalo. Jurnal Ilmu Ekonomi

Aziz, Ida , Wasilan Dkk (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskina Di Kabupaten Kutai
Kartanegara. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Keuangan

Adelin Veronika. (2022). Dampak Kemiskinan Perempuan Berkelanjutan Pembangunan Kota.

Dr Djohanis & Dr Manampiring 2011. Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Kepada Ibu Hamil Kek
Kecamatan Singkil Manado. Universitas Sam Ratulangi

Artikel Pengaruh-Kemiskinan-Esktrem-Terhadap-Angka-Kejadian-Stunting-Di-Provinsi-Banten

Yulizawati.2016 Journal Peran Bidan Dalam Upaya Peningkatan Penggunaan Jamkesmas Oleh Masyarakat.

Ubur Hubertus. 2012. Journal Upaya Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pendekatan Proses (Studi Kasus
Masyarakat Wudi Nusa Tenggara Timur). Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya

Saribulan nur, 2023. Journal ANALISIS KECENDERUNGAN PENELITIAN KEBIJAKAN PEMULIHAN


EKONOMI PASCA PANDEMI DI INDONESIA. Institute pemerintahan dalam negeri

Megawati, Febi, Adisty Dkk. 2015. Journal Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penggunaan Kb Dengan Pengetahuan Tentang Kb Di Wilayah Kerja Puskesmas Kapitu Kecamatan Amurang
Barat. Fakultas Kesehatan Sam Ratulangi

Dea & Darto. 2021 . Journal Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Alat Kb Dengan Pemakaian
Kontrasepsi Modern Pada Wanita Remaja Kawin Di Pulau Jawa (Analisis Sdki 2017)

Modul Kerjasama Lintas Program & Lintas Sectoral Dalam Pelatihan Fungsional Penyuluhan Keluarga
Berencana

Anda mungkin juga menyukai