Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK RENTAN YG BERKEBUTUHAN KHUSUS

“KEHAMILAN DALAM PENJARA, SINGLE PARENT, DAN LGBT”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

Bella Arita Ulfami (P01740323137)

Chintya Octa Wahyuni (P01740323138)

Cindi Nadia Sari (P01740323139)

Dosen Pembimbing : Indah Fitri Andini, SST, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN ALIH JENJANG

T.A 2023/2024
Mata kuliah : Asuhan Kebidanan Pada Anak Rentan Yg Berkebutuhan Khusus

Semester :1

Topik : KEHAMILAN DALAM PENJARA, SINGLE PARENT, DAN LGBT

Sub topik :

a. Kehamilan dalam penjara


b. Single parent
c. Lgbt

Waktu : 100

Dosen : Indah Fitri Andini. SST, M.Ke


CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti perkuliahan pokok bahasan ini, mahasiswa mampu menerapkan asuhan
kebidanan pada anak rentan berkebutuhan khusus

.
REFERENSI

• Aprilla Akhir. AKU ADALAH GAY (MOTF YANG MELATARBELAKANGI


PILIHAN SEBAGAI GAY). Fakultas IlmuPendidikan.
• Latief Idham, Fitriani Dian, Dartiwen. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Seksual Lelaki Seks Dengan Lelaki (Lsl) Pada Remaja Di
Kabupaten Indramayu. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Indramayu.2018.
• Layliyah Zahrotul. Perjuangan Hidup Single Parent. Jurnal Sosiologi Islam, Vol. 3,
No.1, April 2013. Issn: 2089-0192.
• Md Akhir Noremy, Abdullah Fadzilah, Mohammad. Faktor Pengaruhi Mahasiswa
Terlibat Dalam Lgbt Di Institusi Pengajian Tinggi Awam Di Lembah Klang. Perdana
International Journal Of Academic Recearch.Volume 06, Nomor 2. Malaysia 2019.
• Nurhasanah,Siti. Pidana Penjara Bagi Wanita Hamil Dalam Perspektif Hukum Positif
Dan Hukum Islam. Skripsi , Fakultas Syariah Dan Hukum. Uin Jakarta:2018.
• Prasetyo, Dhuwi. Aku Lebih Tertarik Sesama Lelaki. Program Studi Bimbingan Dan
Konseling, Universitas Negeri Yogyakarta.
• Primayuni,Succy. Kondisi Kehidupan Wanita Single Parent. Universitas Negeri
Padang. Journal Of School Counseling (2019), 3(4), 17- 23, Issn (Print): 2548-3234|
Issn (Electronic): 2548-3226. Doi: Https://Doi.Org/10.23916/08425011.
• .

PENDAHULUAN

Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sebaik-baik bentuk, tak terkecuali bagi
sebagian yang terlahir dengan keadaan spesial, atau yang lebih populer dikenal dengan anak
berkebutuhan khusus (children with special need). Individu tersebut memiliki keterbatasan-
keterbatasan dalam bentuk fisik maupun psikis, pada umumnya anak berkebutuhan khusus
ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan
(barier to learning and development), karena itu orang tua dan masyarakat memiliki
peranan besar dalam mengembangkan potensinya. Anak-anak berkebutuhan khusus
memerlukan layanan pendidikan spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya,
yakni disesuaikan dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan oleh masing-
masing anak.

URAIAN MATERI
A. Kehamilan dalam Penjara

Kehamilan merupakan pengalaman yang sangat bermakna bagi perempuan,


keluarga dan Masyarakat. Perilaku ibu selama masa kehamilannya akan mempengaruhi
kehamilannya, perilaku ibu dalam mencari penolong persalinan akan mempengaruhi
kesehata ibu dan janin yang dilahirkan. Bidan harus mempertahankan kesehatan ibu
dan janin serta mencegah komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan sebagai satu
kesatuan yang utuh.

a. Memperoleh pendidikan dan informasi


b. Mendapat jaminan dari pemerintah untuk mendapatkan yang benar dari suatu
kehamilan tanpa resiko yang berarti. (jaminan kesehatan)
c. Memperoleh gizi yang cukup
d. Wanita bekerja berhak untuk tidak dikeluarkan dari pekerjaannya
e. Berhak untuk tidak mendapatkan perlakuan diskriminasi dan hukuman, seperti
dukucuilkan oleh Masyarakat akibat mengalami gangguan kehamilan.
f. Berhak ikut dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kesehatan dirinya dan
bayinya.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 14 tentang Kesehatan


menyatakan : “Kesehatan istri meliputi masa pra kehamilan, kehamilan, pasca
persalinan dan masa di luar kehamilan di luar hubungan suami-istri (pemerkosaan,
remaja hamil di luar nikah). Maksud dari UU ini adalah Keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan
ekonomis.
Dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal
41 ayat (2) menyatakan :”setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita
hamil dan anak-anak berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus.

Adapun dalam penjelasannya disebutkan yang dimaksud dengan kemudahan dan


perlakukan khusus adalah pemberian fasilitas jasa, atau penyediaan fasilitas dan sarana
demi kelancaran, keamanan, kesehatan dan keselamatan. Ketentuan ini sangat jelas
memberikan hak khusus bagi perempuan hamil untuk mendapatkan pelayanan jasa dari
pemerintah berupa keamanan dan keselamatannnya.

Hal ini bisa dijadikan dasar pertimbangan untuk penundaan pelaksanaan pidana
penjara bagi wanita hamil. Karena wanita hamil harus mendapat jaminan keamanan,
memperoleh gizi yang cukup, serta perlakukan diskriminasi dan penghukuman, Wanita
hamil yang menjalani masa penjara di lembaga permasyarakatan kurang mendapat
perhatian khusus karena selama menjalani masa hukumannya wanita hamil tidak
mendapatkan perlakuan yang khusus dari lembaga permasyarakatan. Wanita hamil
diperlakukan sama dengan narapidana lainnya, padahal wanita hamil membutuhkan
kekhususan karena selain kebutuhan gizinya yang harus dipenuhi, kebutuhan gizi untuk
janinnya juga harus dipenuhi.

Peran seorang bidan dalam merawat kehamilan di penjara sangat penting untuk
memastikan kesejahteraan ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Berikut ini beberapa
peran utama seorang bidan dalam konteks kehamilan di penjara:

a. Perawatan Prenatal: Bidan bertanggung jawab untuk memberikan perawatan


prenatal yang berkualitas kepada narapidana hamil. Ini mencakup pemeriksaan
rutin, pemantauan perkembangan janin, pengukuran tekanan darah, dan
pemeriksaan laboratorium yang diperlukan.
b. Pengidentifikasi Risiko Kesehatan: Bidan harus mengidentifikasi faktor risiko
kesehatan yang mungkin mempengaruhi kehamilan narapidana, seperti riwayat
penyakit tertentu atau kondisi medis lainnya. Ini membantu dalam merencanakan
perawatan yang sesuai.
c. Pemberian Edukasi Kesehatan: Bidan harus memberikan edukasi kesehatan kepada
narapidana hamil tentang perubahan tubuh selama kehamilan, nutrisi yang tepat,
tanda-tanda bahaya selama kehamilan, dan perawatan bayi yang akan datang setelah
kelahiran.
d. Persiapan Persalinan: Bidan harus membantu dalam persiapan untuk persalinan,
termasuk merencanakan rencana persalinan, mengevaluasi kondisi medis yang
mempengaruhi persalinan, dan memberikan dukungan emosional kepada
narapidana hamil.
e. Pengawasan Persalinan: Selama persalinan, bidan memiliki peran kunci dalam
memberikan perawatan medis, memantau kemajuan persalinan, dan memastikan
bahwa proses persalinan berjalan dengan baik dan aman.
f. Penanganan Kondisi Darurat: Bidan harus siap menghadapi kondisi darurat selama
persalinan atau pasca-persalinan dan dapat memberikan perawatan yang sesuai
untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul.
g. Dukungan Psikologis: Kehamilan di penjara dapat menjadi pengalaman yang
sangat stres bagi narapidana. Bidan harus memberikan dukungan psikologis dan
emosional kepada ibu hamil, membantu mereka mengatasi stres dan kecemasan
yang mungkin mereka alami.
h. Pencegahan Penyakit Menular: Bidan juga memiliki peran penting dalam
mengedukasi narapidana hamil tentang tindakan pencegahan penyakit menular,
seperti HIV, dan cara melindungi diri dan bayi dari penularan penyakit tersebut.
i. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan: Bidan bekerja sama dengan tim kesehatan
lainnya di penjara, termasuk dokter, perawat, dan konselor, untuk memastikan
perawatan yang holistik dan koordinasi yang baik untuk narapidana hamil.
j. Perawatan Pasca-Persalinan: Setelah kelahiran, bidan masih memiliki peran dalam
memberikan perawatan pasca-persalinan, memeriksa kondisi ibu dan bayi, serta
memberikan perawatan lanjutan yang diperlukan.

B. Singel Parent

Pendidikan dalam keluarga memang memiliki nilai strategis dalam pembentukan


kepribadian remaja. Sejak kecil remaja sudah memperoleh pendidikan dari kedua
orangtuanya melalui keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga
(Syaiful, 2004 : 25). Itu artinya, kedua orangtua memiliki peran dan tugas serta
bertanggung jawab masing-masing dalam mendidik remaja. Diperkuat oleh M. Shochib
(2010 : 18) yang mengatakan bahwa “keutuhan orangtua (ayah dan ibu) dalam sebuah
keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu remaja untuk memiliki dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.”

Pengertian single parent secara umum adalah orang tua tunggal. Single parent
mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka sendiri tanpa bantuan pasangan, baik
itu pihak suami maupun pihak istri. Single parent memiliki kewajiban yang sangat besar
dalam mengatur keluarganya. Keluarga single parent memiliki permasalahan-
permasalahan paling rumit dibandingkan keluarga yang memiliki ayah atau ibu. Single
parent dapat terjadi akibat kematian ataupun perceraian.

Menurut Hurlock (1980 : 359-360) single parent adalah seseorang yang


mengalami kehilangan pasangan disebabkan karena, perceraian dan ditinggal mati oleh
pasangan. Sager, dkk (dalam Budi, 2011 : 12) menambahkan bahwa single parent
adalah orangtua yang secara sendirian membesarkan remaja- remajanya tanpa
kehadiran, dukungan atau tanggungjawab dari pasangannya.

Newman, dkk (dalam Veronika, 2007 : 15) menyebutkan keluarga single parent
adalah keluarga yang di dalam struktur keluarganya hanya terdapat satu orangtua saja
baik ayah atau ibu yang disebabkan oleh kematian, perceraian, perkawinan tidak jelas
dan pengadopsian remaja. Sementara itu, Haffman (dalam Veronika, 2007 : 15) juga
mengartikan single parent sebagai orangtua yang merangkap ayah sekaligus ibu dalam
membesarkan dan mendidik remajanya serta mengatur kehidupan keluarga karena
perubahan struktur keluarga.

Broken home merupakan suatu istilah yang biasa digunakan untuk


menggambarkan keadaan keluarga yang bercerai-berai akibat dari orangtua yang sudah
tidak lagi memperdulikan situasi, kondisi dan juga keadaan keluarganya. Orangtua
yang tidak memberikan perhatianny terhadap anak-anak dalam berbagai persoalan yang
dihadapinya. Tak sedikit dari orangtua tersebut yang memutuskan untuk bercerai
karena memilih pekerjaan daripada keluarga. Keadaan broken home seperti ini
membuktikan bahwa anggota keluarga tidak melaksanakan kewajibannya dan
fungsinya sebagai anggota keluarga secara optimal. Broken home diartikan sebagai
pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya, retaknya struktur peran sosial jika satu atau
beberapa anggota keluarga gagal menjalankan kewajiban peran mereka dengan baik
(Lailahanoum, 2005).
Masyarakat akan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang single parent.
Sedangkan masalah internal single parent berasal dari lingkungan keluarga dan anak-
anaknya. Single parent harus dapat memberikan pengertian, lebih sabar, dan tegar
dalam menghadapi masalah dalam keluarganya.

Single parent biasanya lebih merasa tertekan daripada orang tua utuh dalam
kekompetenan sebagai orangtua. Kekompeten orangtua ini nantinya dapat berpengaruh
pada bagaimana orangtua mengasuh anaknya. Menjadi ibu idaman tidak datang dengan
sendirinya, semua itu dibentuk dari suatu proses pendewasaan dan perbaikan karakter,
Papalia (Rahma 2015: 426).

Kemandirian dalam jiwa ibu single parent sangat dibutuhkan untuk menjalankan
peran ganda di sektor domestik, yaitu bertugas dalam urusan rumah tangga seperti
memasak, mencuci piring dan pakaian, membersihkan rumah, menyiapkan makanan
untuk keluarga, merawat, membesarkan dan mendidik anak-anaknya dan di sektor
publik yaitu bertugas secara ekonomi agar kebutuhan tetap terpenuhi yaitu dengan
mencari nafkah bagi keluarganya dan secara sosial yaitu bersosialisasi dengan
masyarakat. Keseimbangan peran domestik dan publik perlu dicapai dengan usaha
ekstra melalui proses kesabaran, ilmu, dan konsistensi untuk menjalankannya.

Single Parent Mother yaitu ibu sebagai seorang orangtua tunggal harus
menggantikan peran ayah sebagai kepala keluarga, pengambil keputusan, pencari
nafkah disamping perannya sebagai mengurus rumah tangga, membesarkan,
membimbing dan memenuhi kebutuhan psikis remaja.

Menurut Rahayu (dalam Penelitian Strategi Adaptasi Menjadi Single Mother


2013), Strategi adaptasi ekonomi dalam keluarga single mother nampak bagaimana
mereka menyelaraskan antara jumlah pendapatan dengan kebutuhan setiap harinya.
Single mother ditunut untuk untuk mampu menjalankan perannya sendiri tanpa
pasangan hidup dengan cara bekerja di sektor publik dan menjadi pencari nafkah utama
bagi anak dengan orang tuanya karena dengan hal inilah mereka dapat bertahan hidup
bersama keluarga dan anak-anaknya.

Kemandirian dalam jiwa ibu single parent sangat dibutuhkan untuk menjalankan
peran ganda di sektor domestik, yaitu bertugas dalam urusan rumah tangga seperti
memasak, mencuci piring dan pakaian, membersihkan rumah, menyiapkan makanan
untuk keluarga, merawat, membesarkan dan mendidik anak-anaknya dan di sektor
publik yaitu bertugas secara ekonomi agar kebutuhan tetap terpenuhi yaitu dengan
mencari nafkah bagi keluarganya dan secara sosial yaitu bersosialisasi dengan
masyarakat. Keseimbangan peran domestik dan publik perlu dicapai dengan usaha
ekstra melalui proses kesabaran, ilmu, dan konsistensi untuk menjalankannya.

Perannya sebagai ibu, yaitu menjalankan kodratnya sebagai perempuan, meliputi


mengasuh dan membesarkan anaknya, serta hal-hal yang ada dalam rumah. Walaupun
dalam kondisi bekerja, tetap harus memonitor apa yang terjadi di dalam rumah.
Mempersiapkan kemandirian untuk mental si anak juga sangat perlu. Kasih sayang
adalah kunci segala-galanya. Memberi pengertian kepada anak pelan-pelan dengan
menyesuaikan usianya. Tidak bisa dihindari, anak akan mengalami dampak psikologis
yang akan mempengaruhi terhadap perilakunya di rumah, sekolah, dan masyarakat.
Menumbuhkan kepercayaan dirinya dan meningkatkan rasa nyaman merupakan tugas
utama. Anak merupakan skala prioritas, karena tanpa itu semua karir dan peran yang
dijalani akan sia-sia.

Dampak negatif dari broken home yang benar-benar sudah tidak bisa dihindari
lagi yaitu memiliki pengaruh negatis bagi remaja baik dalam pertumbuhannya maupun
dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya karena pada masa remaja
merupakan masa-masa krisis identitas yang membuat remaja harus dalam perlakuan
dan keadaan yang baik untuk menemukan identitasnya (Somantri, 2012). Keadaan
keluarga yang kacau dapat membuat anak melakukan banyak hal negatif, memberikan
contoh yang kurang baik sebagai acuan hidup seorang anak. Keadaan seperti itu juga
membuat anak merasa tertekan disegi mental yang amat berat. Keluarga merupakan
pondasi utama didalam hidup seseorang, seorang anak juga akan merasa malu pada
lingkungan sekitar sehingga membuat ia menjauh dan mengucilkan diri dari teman-
teman dan lingkungan karena khawatir akan mendapat respon yang tidak baik dan juga
dapat mengganggu konsentrasinya dalam belajar. Broken home memiliki banyak efek
negatif terhadap hidup seseorang, diantaranya adalah (Somantri, 2012):

a. Masalah akademik, anak akan menjadi malas belajar dan kehilangan semangat
dalam mengejar prestasi.
b. Masalah tingkah laku, anak akan menjadi pemberontak, berbicara dan berperilaku
kasar, tidak peduli dengan lingkungan dan mulai melakukan kebiasaan buruk dan
juga pergaulan yang salah.
c. Masalah seks, karena ia merasa kurang mendapatkan kasih sayang dan
melampiaskan terhadap hawa nafsu atau seks bebas.
d. Masalah agama, kehilangan sosok yang bisa membimbing dan mengarahkan ke
jalan yang benar membuat anak merasa sesuatu yang berkaitan dengan agama hanya
kemunafikan saja.
6.
Peran seorang bidan dalam mendukung ibu tunggal atau "single parent" sangat
penting dalam memberikan perawatan antenatal, perawatan persalinan, dan perawatan
pasca-persalinan yang baik. Berikut adalah beberapa peran utama seorang bidan
terhadap ibu tunggal:

a. Perawatan Prenatal: Bidan membantu ibu tunggal dalam merencanakan dan


menjalani perawatan prenatal yang sesuai. Ini termasuk pemeriksaan rutin,
pemantauan pertumbuhan janin, dan pemantauan kesehatan ibu.
b. Pendidikan Kesehatan: Bidan memberikan edukasi kesehatan kepada ibu tunggal
tentang perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan, gizi yang tepat, aktivitas
fisik yang disarankan, dan tanda-tanda bahaya selama kehamilan.
c. Persiapan Persalinan: Bidan membantu ibu tunggal merencanakan persalinan dan
memberikan dukungan emosional serta informasi tentang apa yang dapat
diharapkan selama persalinan.
d. Dukungan Emosional: Ibu tunggal mungkin menghadapi tantangan emosional yang
unik dan stres selama kehamilan. Bidan memberikan dukungan emosional,
mendengarkan, dan membantu dalam mengatasi kecemasan atau kekhawatiran.
e. Pengawasan Persalinan: Bidan memantau kemajuan persalinan dan memberikan
perawatan medis selama persalinan. Mereka juga dapat membantu dengan teknik
pernapasan dan relaksasi selama persalinan.
f. Perawatan Pasca-Persalinan: Setelah kelahiran, bidan memeriksa kondisi ibu dan
bayi, memberikan perawatan pasca-persalinan yang tepat, dan memberikan nasihat
tentang perawatan bayi baru lahir.
g. Pemberian Informasi Keluarga: Bidan memberikan informasi tentang perawatan
bayi, menyusui, dan perawatan pasca-persalinan kepada ibu tunggal dan keluarga
yang mendukungnya.
h. Rujukan Jika Diperlukan: Jika ada masalah medis yang serius atau komplikasi
selama kehamilan atau persalinan, bidan akan merujuk ibu tunggal ke dokter atau
spesialis yang sesuai.
i. Pendukung Keputusan: Bidan dapat membantu ibu tunggal dalam membuat
keputusan yang berkaitan dengan perawatan selama kehamilan dan persalinan, serta
memberikan informasi yang objektif.
j. Pemahaman tentang Hak dan Kewajiban: Bidan dapat memberikan informasi
tentang hak dan kewajiban ibu tunggal, termasuk hak-hak medis dan sosial yang
dimilikinya.
Selain peran klinisnya, bidan juga dapat menjadi sumber dukungan dan dorongan
penting bagi ibu tunggal yang mungkin menghadapi tantangan sosial dan ekonomi yang
kompleks. Mereka dapat membantu membangun jaringan dukungan dan memberikan
saran praktis tentang perawatan bayi dan peran sebagai orangtua tunggal.

C. LGBT
Orientasi seksual yang lazim ada dalam masyarakat adalah heteroseksual, sedangkan
homoseksual oleh masyarakat dianggap sebagai penyimpangan orientasi seksual. Orientasi
seksual disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara faktor lingkungan, kognitif, dan
biologis. Pada sebagian besar individu, orientasi seksual terbentuk sejak masa kecil. Hasil
penelitian-penelitian sebelumnya menganggap bahwa ada kombinasi antara faktor biologis
dan lingkungan sebagai penyebab orientasi seksual homoseksual (Money dalam Feldmen,
1990, hal.360).

Homoseksual atau penyuka sesama jenis sudah tidak asing lagi di masyarakat modern
ini dan bahkan fenomena ini sekarang sudah tampak nyata dan kasat mata bermunculan di
masyarakat. Contohnya isu terkini adalah mengenai LGBT atau GLBT yang merupakan
akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan transgender". Istilah ini digunakan semenjak
tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay" karena istilah ini lebih mewakili
kelompok-kelompok yang telah disebutkan diatas. Tentu saja sebagian orang masih belum
paham serta bertanya-tanya apa yang dimaksud tentang LGBT.
Akronim diatas dibuat dengan tujuan untuk menekankan keanekaragaman "budaya
yang berdasarkan identitas seksualitas dan gender". Kadang-kadang istilah LGBT
digunakan untuk semua orang yang tidak heteroseksual, bukan hanya homoseksual,
biseksual, atau transgender. Istilah LGBT sangat banyak digunakan untuk penunjukkan
diri.

Orientasi seksual yang lazim ada dalam masyarakat adalah heteroseksual, sedangkan
homoseksual oleh masyarakat dianggap sebagai penyimpangan orientasi seksual. Orientasi
seksual disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara faktor lingkungan, kognitif, dan
biologis. Pada sebagian besar individu, orientasi seksual terbentuk sejak masa kecil. Hasil
penelitian-penelitian sebelumnya menganggap bahwa ada kombinasi antara faktor biologis
dan lingkungan sebagai penyebab orientasi seksual homoseksual (Money dalam Feldmen,
1990, hal.360).

Fenomena gay dalam pandangan masyarakat secara umum ditanggapi secara


beragam. Secara garis besar pandangan tersebut terbagi ke dalam empat kelompok (Novetri
dalam Okdinata, 2009: 4), yaitu :

1. Kelompok pertama (normative) yang berpandangan bahwa gay adalah kehidupan yang
tidak sesuai dengan norma agama, sosial dan merupakan perilaku yang tidak normal
2. Kelompok kedua (inclusive) yang menerima keberadaan kaum gay dengan konsekuensi
kaum tersebut tidak mengganggu kehidupan masyarakat di sekitarnya.
3. Kelompok tiga (legal oriented people) yang menyatakan bahwa pilihan kehidupan
sebagai gay adalah bagian dari hak asasi manusia (ham) yang hakiki.
4. Kelompok empat (conservative people) yang berpandangan bahwa kehidupan gay
adalah sumber penularan berbagai penyakit khususnya penyakit kelamin.
Peran seorang bidan dalam merawat individu LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, dan
Transgender) adalah untuk memberikan perawatan kesehatan yang aman, hormat, dan
tanpa diskriminasi kepada semua pasien, termasuk mereka yang termasuk dalam komunitas
LGBT. Berikut adalah beberapa aspek penting dari peran seorang bidan terhadap individu
LGBT:

1. Penerimaan dan Dukungan: Bidan harus menciptakan lingkungan yang penuh


pengertian dan mendukung bagi pasien LGBT. Ini termasuk mendengarkan tanpa
prasangka, memahami pengalaman pasien, dan memberikan dukungan emosional yang
positif.
2. Penghargaan Terhadap Kepentingan Kesehatan LGBT: Bidan harus memahami isu-isu
kesehatan yang mungkin lebih umum terjadi pada individu LGBT, seperti penggunaan
layanan kesehatan seksual yang aman, manajemen identitas gender, dan hubungan
sejenis.
3. Kepemahaman tentang Identitas Gender: Bidan harus menghormati identitas gender
pasien dan menggunakan nama dan pronoun yang sesuai sesuai dengan identitas gender
yang dinyatakan oleh pasien tersebut.
4. Kepedulian terhadap Kesehatan Seksual: Bidan harus menyediakan perawatan
kesehatan seksual yang komprehensif, termasuk pemeriksaan kesehatan reproduksi,
pengetahuan tentang pencegahan penyakit menular seksual, dan dukungan untuk
perencanaan keluarga yang sesuai dengan preferensi pasien.
5. Pencegahan Diskriminasi: Bidan harus melindungi pasien LGBT dari diskriminasi dan
pelecehan yang mungkin terjadi dalam pengaturan layanan kesehatan. Mereka harus
bekerja untuk menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif.
6. Perawatan Khusus untuk Transgender: Bagi individu transgender, bidan harus memiliki
pemahaman tentang perawatan transgender yang mencakup terapi hormon dan
persiapan untuk operasi jika diperlukan.
7. Pendekatan Holistik: Bidan harus menjalankan perawatan yang holistik, yang
mempertimbangkan aspek kesehatan fisik, emosional, dan mental pasien LGBT.
8. Pendidikan dan Edukasi: Bidan harus dapat memberikan edukasi kepada pasien LGBT
tentang perawatan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, serta memberikan
informasi tentang layanan dan sumber daya yang tersedia di komunitas.
9. Kerjasama dengan Tim Kesehatan: Bidan harus berkolaborasi dengan anggota tim
kesehatan lainnya, seperti dokter dan konselor, untuk memberikan perawatan yang
holistik dan terkoordinasi.
10. Kerahasiaan: Penting bagi bidan untuk menjaga kerahasiaan informasi medis pasien
LGBT, termasuk identitas gender dan orientasi seksual, kecuali jika pasien memberikan
izin untuk membagikan informasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai