Anda di halaman 1dari 3

1.

TERBENTUKNYA KEPULAUAN INDONESIA


Secara diakronis
Sebuah teori geologi kuno menyebutkan, proses terbentuknya daratan yang terjadi di
Asia belahan selatan adalah akibat proses pergerakan anak benua India ke utara yang
bertabrakan dengan lempeng bumi bagian utara. Pergerakan lempeng bumi inilah
yang kemudian melahirkan Gunung Himalaya. Konon proses yang terjadi pada 20-36
juta tahun yang silam itu menyebabkan sebagian anak benua di selatan terendam air
laut, sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau (nusantara)
yang merupakan mata rantai gunung berapi.
Menurut ilmu kebumian yang lazim saat ini, pembentukan kepualuan Indonesia
terkait dengan teori tektonik lempeng. Teori tektonik lempeng (tectonic plate) adalah
teori yang menjelaskan pergerakan di kulit bumi sehingga memunculkan bentuk
permukaan bumi seperti yang sekarang kita diami.
Pergerakan diawali dengan menunjamnya lempeng dasar samudera yang disebabkan
oleh desakan lempeng benua yang lebih tebal dan keras dan di tempat inilah terbentuk
palung laut (dasar laut yang dalam dan memanjang). Dampak dari pergerakan
lempeng terhadap wilayah Indonesia membuat wilayah Indonesia rawan akan gempa
bumi (namun juga kaya sumber daya mineral). Padahal Indonesia terletak pada
pertemuan empat lempeng besar dunia (Lempeng Eurasia, Indo-Australia, Filipina
dan Pasifik).
Lempeng-lempeng itu selalu bergerak 5-9 cm per tahun dan karena massa batuan
yang bergerak besar maka energi yang dihasilkan besar pula. Hal tersebut berdampak
bukan hanya pada banyaknya aktivitas vulkanis dan tektonis di Indonesia, tapi juga
tenaga besar yang terjadi pada fenomena-fenomena tersebut.
Adanya pergerakan subduksi antara dua lempeng kemudian menyebabkan
terbentuknya deretan gunung berapi dan parit samudera. Demikian pula subduksi
antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya
deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatera dan
deretan gunung berapi di sepanjang pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit
samudera yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda).
Lempeng tektonik terus bergerak hingga suatu saat gerakannya mengalami gesekan
atau benturan yang cukup keras. Fenomena seperti inilah yang dapat menimbulkan
gempa, tsunami dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan bumi.
Dari tiga tipe batas lempeng yang dikenal (konvergen, divergen dan shear),
terbentuknya kepulauan Indonesia dapat dijelaskan sebagai batas lempeng konvergen
dimana terjadi tumbukan antara lempeng Indo-Australia dari selatan, lempeng Pasifik
dari timur dan lempeng Asia dari utara.
Secara sinkronis
Berdasarkan sejarah terbentuknya secara diakronis, dengan letak Indonesia yang
strategis dan berada di jalur rawan bencana alam (secara astronomis, geologis,
maupun geografis), maka:
- Membuat Indonesia bisa menjalin hubungan baik dengan negara – negara di benua
Asia dan Australia.. Juga membuat Indonesia berada di jalur lalu lintas internasional
dan dapat menjadi tempat transit jalur perdagangan dunia.
- Kawasan Indonesia yang terdiri dari banyak pulau membuat Indonesia kaya akan
budaya, karena terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dll. Selain itu juga timbul
banyak bentukan alam seperti danau, gunung api, pantai, dll. Hal itu dapat memajukan
pariwisata Indonesia.
- Laut yang luas dan garis pantai yang panjang membuat Indonesia menyimpan hasil
laut seperti ikan, kerang, serta bahan tambang seperti minyak bumi. Hal itu dapat
menambah pendapatan Negara.
- Letaknya yang berada dikawasan tropis membuat Indonesia kaya akan hasil hutan,
berbagai jenis tanaman, dan berbagai jenis hewan.
- Tanah Indonesia yang subur membuat Indonesia menghasilkan banyak hasil
pertanian
- Wilayah hutan yang masih cukup luas menjadikan hutan Indonesia sebagai paru-
paru dunia.
- Indonesia rawan bencana gunung meletus karena wilayah Indonesia banyak
terdapat gunung api.
- Indonesia rawan gempa karena wilayah Indonesia pertemuan empat lempeng besar
dunia yaitu Lempeng Benua Asia, Lempeng Benua Australia, Lempeng Samudra
Hindia dan Lempeng Samudra Pasifik.
- Indonesia rawan gelombang tsunami karena wilayah Indonesia dikelilingi oleh
perairan.

2. Dasar penetapan waktu di bumi adalah berdasarkan garis bujur.

Garis bujur merupakan garis khayal pada bumi yang membujur dari utara ke selatan.
Bumi berputar dalam sekali putaran menempuh sudut 3600. Maka, seluruh
permukaan bumi dapat dibuat 360 garis khayal tersebut.

Pedoman awal garis bujur dimulai dari kota Greenwich, London, Inggris yang
ditetapkan sebagai garis bujur 00. Sekali berputar, bumi memerlukan waktu 24 jam
untuk putaran 3600. Atau, dapat dikatakan dalam 1 jam bumi berputar 150. Oleh
karena itu, setiap 150 dan kelipatannya dari 00 dijadikan sebagai garis bujur.

Letak Indonesia adalah pada 950 BT – 1410 BT. Berdasarkan letak ini maka
Indonesia berada pada tiga garis bujur (kelipatan 15), yaitu 1050, 1200, dan 1350.
Dari sinilah dapat diketahui bahwa Indonesia menjadi tiga daerah waktu: Waktu
Indonesi Barat (WIB) berpedoman pada garis bujur 1050 , Waktu Indonesia Tengah
(WITA) berpedoman pada garis bujur 1200 , dan Waktu Indonesia Timur (WIT)
berpedoman pada garis bujur 1350 .

3. Pada tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa bumi dahsyat di Samudra Hindia,
lepas pantai barat Aceh. Gempa terjadi pada waktu 6:58:50 WIB. Pusat gempa
terletak pada koordinat 3,298° LU dan 95,779° BT, kurang lebih 160 km sebelah
barat Aceh dengan kedalaman 20 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9.2 Mw dan
merupakan salah satu gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun
terakhir ini yang menghantam Asia. Gempa bumi ini juga mengakibatkan
terjadinya tsunami (gelombang pasang) yang menelan sangat banyak korban
jiwa.

Tsunami memporak-porandakan sebagian wilayah Pantai Aceh, Sumatera Utara,


Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Srilangka,
bahkan sampai Pantai Timur Afrika. Dipastikan sekitar 300.000 jiwa kehilangan
nyawanya. Korban paling banyak terdapat di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara)
Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah, yang terjadi pada
lokasi tertentu, dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran pada bumi terjadi akibat
dari adanya proses pergeseran secara tiba-tiba (sudden slip) pada kerak bumi.
Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena adanya sumber gaya (force) sebagai
penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia (artificial
earthquakes). Selain disebabkan oleh sudden slip, getaran pada bumi juga bisa
disebabkan oleh gejala lain yang sifatnya lebih halus atau berupa getaran kecil-kecil
yang sulit dirasakan manusia. Getaran tersebut misalnya yang disebabkan oleh lalu-
lintas, mobil, kereta api, tiupan angin pada pohon dan lain-lain. Getaran seperti ini
dikelompokan sebagai mikroseismisitas (getaran sangat kecil).
Dimana tempat biasa terjadinya gempa bumi alamiah yang cukup besar,
berdasarkan hasil penelitian, para peneliti kebumian menyimpulkan bahwa hampir 95
persen lebih gempa bumi terjadi di daerah batas pertemuan antar lempeng yang
menyusun kerak bumi dan di daerah sesar atau fault.

Para peneliti kebumian berkesimpulan bahwa penyebab utama terjadinya gempa


bumi berawal dari adanya gaya pergerakan di dalam interior bumi (gaya konveksi
mantel) yang menekan kerak bumi (outer layer) yang bersifat rapuh, sehingga ketika
kerak bumi tidak lagi kuat dalam merespon gaya gerak dari dalam bumi tersebut
maka akan membuat sesar dan menghasilkan gempa bumi. Akibat gaya gerak dari
dalam bumi ini maka kerak bumi telah terbagi-bagi menjadi beberapa fragmen yang
di sebut lempeng (Plate). Gaya gerak penyebab gempa bumi ini selanjutnya disebut
gaya sumber tektonik (tectonic source).
Selain sumber tektonik yang menjadi faktor penyebab terjadinya gempa bumi,
terdapat beberapa sumber lainnya yang dikategorikan sebagai penyebab terjadinya
gempa bumi, yaitu sumber non-tektonik (non-tectonic source) dan gempa buatan
(artificial earthquake).

Anda mungkin juga menyukai