Disusun Oleh:
1910631010099
Makalah ini dibuat dan diajukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi pada program studi S1 Ilmu Hukum.
Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak DR. Drs. Banuara
Nadeak, MM. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi karena
tanpa bimbingan serta arahan beliau tentu penulis tidak akan bisa sampai sejauh ini.
Makalah yang tentunya masih perlu diperbaiki serta dikembangkan lebih jauh
ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kepada pembaca
secara umum dan kepada penulis secara khusus. Dalam penulisan makalah ini penulis
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan dan materi yang
disajikan nya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang
konstruktif dari sekalian pembaca makalah ini.
Wassalamu’alaikum W.W.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah......................................................................................5
1.3. Perumusan Masalah......................................................................................5
BAB II : DATA DAN TEORI..............................................................................6
2.1. Data..............................................................................................................6
2.1.1. Data Jumlah Penduduk di Setiap Provinsi.........................................6
2.1.2. Data Pengangguran di Indonesia.......................................................6
2.1.3. Data Kemiskinan di Indonesia...........................................................7
2.2. Teori.............................................................................................................8
2.2.1. Teori Pengertian Sistem Ekonomi.....................................................8
2.2.2. Sistem Ekonomi Demokrasi..............................................................9
2.2.3. Sistem Ekonomi Kerakyatan...........................................................10
2.2.4. Sistem Ekonomi Indonesia..............................................................10
BAB V : PENUTUP............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Indonesia
2
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/13/jumlah-penduduk-indonesia-
diproyeksikan-mencapai-270-juta-pada-2020
3
https://www.99.co/blog/indonesia/daerah-terkaya-di-indonesia/
4
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/07/16/provinsi-mana-yang-memiliki-angka-
kemiskinan-terbesar
1
sumber daya alamnya, baik itu seperti rempah-rempah hinga pertambangan baik
minyak maupun emas. Jika melihat dari pernyataan tersebut, seharusnya Indonesia
bisa menjadi negara dengan perekonomian yang kuat, karena banyaknya sumber
daya manusia serta alam yang dimiliki oleh Indonesia. Namun, di samping hal itu,
realitanya negara ini pun tentu memiliki banyak permasalahan-permasalahan
disektor ekonomi yang belum dapat dituntaskan yang kemudian membuktikkan
atas banyaknya penduduk hingga melimpahnya sumber daya alam pun tidak
langsung menjadikan Indonesia sebagai negara yang unggul dalam aspek ekonomi
dan dapat menopang segala kebutuhan warganya. Adanya permasalahan ekonomi,
seperti pengangguran dan kemiskinan menjadi pekerjaan rumah sangat penting
yang harus dikerjakan oleh pemerintah beserta setiap elemen bangsa. Tercatat
masih banyaknya pengangguran-pengangguran dari segala tingkatan atau lulusan
menjadi aspek dari pemasalahan ekonomi, masalah pengangguran menjadi
masalah yang sulit dipecahkan melihat jumlah penduduk indonesia yang semakin
bertambah tetapi tidak diiringi dengan perluasan lapangan pekerjaan yang akan
menimbulkan pengangguran dan menghambat laju perekonomian di Indonesia,
hal ini dapat dibuktikkan dengan apa yang dicatat oleh BPS. Bahwa, melambatnya
pergerakan roda ekonomi membawa dampak bagi sektor ketenagakerjaan
Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam kurun waktu enam bulan,
tingkat pengangguran di Indonesia bertambah sebanyak 230 ribu jiwa dengan total
7,05 juta jiwa yang tidak memiliki pekerjaan. Dapat dilihat dari grafik berikut:
2
Berkaitan dengan permasalahan pengangguran, kemiskinan tentu tidak
dapat dipisahkan. Karena kemiskinan merupakan dampak dari terjadinya
pengangguran, dalam arti, terbatasnya lapangan pekerjaan inilah yang membuat
orang tidak mendapatkan sebuah pendapatan atau penghasilan untuk memenuhi
segala kebutuhan hidupnya. Tentu persoalan kemiskinan tidak akan habis dibahas
setiap hari. Pasalnya, kemiskinan di Indonesia masih terbilang cukup tinggi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angka kemiskinan di Indonesia per Maret
2018 menyentuh angka 25,95 juta (9,82%) dari total jumlah penduduk Indonesia.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 26,58 juta
orang. Persentase penduduk miskin pada Maret 2019 sebesar 9,41 persen,
menurun 0,25 persen poin terhadap September 2018 dan menurun 0,41 persen
poin terhadap Maret 2018. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2019 sebesar
25,14 juta orang, menurun 0,53 juta orang terhadap September 2018 dan menurun
0,80 juta orang terhadap Maret 2018. Walaupun demikian, Indonesia masih
berada di bawah Malaysia dalam peringkat menuntaskan kemiskinan ini yang
tentu menjadi aspek penting dari tugas pemerintah guna meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya.
3
mencapai tujuan kehidupan bersama suatu bangsa atau negara5 yang dinamakan
sistem ekonomi. Dari sistem ekonomi tersebut, Indonesia menerapkan dengan apa
yang dinamakan Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) yang berarti dalam setiap
kegiatan, kebijakan, serta pelaksanaan kehidupan ekonominya berlandaskan pada
Pancasila dan UUD 1945.
5
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &
Makroekonomi) Edisi Ketiga, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2008, hlm.477
4
1.2. Identifkasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pengangguran menjadi masalah yang sulit dipecahkan karena tidak
diiringi dengan perluasan lapangan pekerjaan.
2. Banyaknya kemiskinan yang merupakan dampak dari pengangguran.
3. Hilangnya konsep ekonomi demokrasi atau ekonomi Pancasila di
Indonesia yang dalam penerapan kebijakan perekonomian
menimbulkan permasalahan seperti sekarang.
5
BAB II
2.1. Data
2.1.1. Data Jumlah Penduduk di Setiap Provinsi
Di bawah ini merupakan data jumlah penduduk di setiap provinsi
Indonesia pada tahun 2018:
6
Sumber: Badan Psuat Statistik
7
2.2. Teori
6
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &
Makroekonomi) Edisi Ketiga, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2008, hlm.477
8
bersifat khas. Untuk membedakannya dengan sistem ekonomi yang
diterapkan oleh negara lain, bisa digunakan sudut pandangan yang
menyangkut :
1. Sistem pemilikan sumber daya atau faktor-faktor produksi.
2. Kebebasan masyarakat untuk saling berkompetisi satu sama
lain.
3. Peranan pemerintah dalam mengatur kehidupan ekonomi.
9
2.2.4. Sistem Ekonomi Indonesia
Sistem ekonomi yang dilaksanakan oleh Indonesia dalam setiap
perekonomiannya adalah sistem ekonomi Pancasila. Ekonomi pancasila
merupakan ekonomi yang berlandaskan pada ideologi Pancasila ( lima
sila ). Adapun campur tangan pemerintah dalam usaha pembagunan dan
perekonomian sangat diperlukan dengan tujuan untuk kesejahteraan
masyarakat serta ketika terjadi masalah yang legal disitulah tugas
pemerintah juga diperlukan.
Sistem ekonomi Pancasila yang diterapkan saat ini telah
ditegaskan dalam pidato Wakil Presiden RI dalam konferensi ekonomi
di Yogyakarta pada tanggal 3 Februari 1946 bahwa sistem
perekonomian Indonesia berlandaskan pada Pasal 33 UUD 1945 yang
dianggap memberikan fondasi, yaitu sebagaimana diatur dalam:
Ayat (1), “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan”
Ayat (2), “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”
Ayat (3), “Bumi dan air dan kekayaan alam uang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat”7
Ayat (4), “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwaasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga
keseimbangan, kemauan dan kesatuan ekonomi”
Adapun implementasi dari sistem ekonomi Pancasila yaitu :
Implementasi sila ke-1:
Pengelolaaan sistem keuangan yang baik akan menghindarkan
adanya kemungkinan kerugian dan potensi terjadinya penyalahgunaan
keuangan perusahaan yang bertentangan dengan nilai agama atau
ketuhanan yang Maha Esa.
7
Ibid. hal. 482
10
Implementasi sila ke-2:
Memberikan gaji dan fasilitas karyawan sesuai dengan tingkat
kinerja, tanggung jawab dan resiko yang diberikan pada perusahaan
adalah implementasi dari nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Implementasi sila ke-3:
Menghasilkan produk usaha terbaik, tidak bertentangan dengan
nilai dan norma masyarakat serta bermanfaat bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Implementasi sila ke-4:
Dengan adanya kebersamaan dan musyawarah dalam perusahaan
untuk memutuskan segala masalah menyangkut usaha adalah wujud
dari sila ke-4 yang mengutamakan adanya permusyawaratan.
Implementasi sila ke-5:
Adanya proses distribusi yang baik dan produk yang bisa dimanfaatkan
banyak pihak, sehingga timbul pemerataan pemasaran terhadap produk
hasil usaha adalah implementasi dari sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
11
BAB III
ANALISIS DATA
12
secara nasional maupun regional (provinsi) yang kemudian agak
menimbulkan permasalahan seperti dalam aspek pengangguran dan
kemiskinan.
13
penurunan setiap tahunnya, kemudian dari data tersebut ternyata tingkat
pendidikan tidak terlalu mempengaruhi akan bekerja atau tidaknya,
realitanya yang lebih banyak menjadi pengangguran atau tingkat
pengangguran terbuka tertinggi berada di tingkatan pendidikan lulusan
SMK yang berturut-turut selama 5 tahun menjadi penyumbang
pengangguran terbanyak, dan cukup mengkhawatirkan serta menyedihkan
juga yang ternyata lulusan diploma serta universitas pun menyumbang hal
demikian.
14
terdapat sebanyak 0,44 juta orang (5,61%) di perkotaan dan 1,57 juta
orang (13,37%) di pedesaan, dan di Pulau Papua terdapat sebanyak 0,12
juta orang (4,97%) di perkotaan dan 1,42 juta orang (29,12%) di
pedesaan. Secara nasional, penduduk miskin di perkotaan terdapat 9,99
juta orang (6,69%) dan di pedesaan sebanyak 15,15 juta orang (12,89%).
Pada Maret 2019 adalah sebesar 9,41 persen, menurun 0,25 persen poin
dari September 2018, dan berkurang 0,41 persen poin secara Year on
Year (Yoy) terhadap Maret 2018. BPS juga melaporkan, jumlah
penduduk miskin pada Maret 2019 adalah sebesar 25,14 juta orang,
menurun 0,53 juta orang terhadap September 2018, dan terpangkas 0,80
juta orang dari Maret 2018. Sementara prosentase penduduk miskin di
daerah perkotaan yang pada September 2018 sebesar 6,89 persen, turun
menjadi 6,69 persen pada Maret 2019. Begitu juga presentase penduduk
miskin di daerah pedesaan, yang turun dari 13,10 persen pada September
2018 menjadi 12,85 persen pada Maret 2019.8
Dilihat dari data (grafik) persentase kemiskinan menurut provinsi per
Maret, provinsi yang cukup mengkhawatirkan atas permasalahan
kemiskinan terdapat di Provinsi Papua sebanyak 27,53% dan Papua Barat
sebanyak 22,17%, yang pada realitanya kedua provinsi ini selalu menjadi
provinsi dengan tingkat kemiskinan tertingi di Indonesia, padahal jika
diteliti ketika berbicara sumber daya alam, maka Papua merupakan salah
satu surganya. Berbagai barang tambang bisa ditemukan di sini termasuk
tambang emas. Papua merupakan daerah tambang emas terbesar di dunia.
Total cadangan emas yang dimiliki sebesar 1.187 ton dengan nilai
mencapai USD 469,7 miliar9 yang ditopang oleh PT. Freeport Indonesia.
Namun, sangat disayangkan perperiode September 2018 – Maret 2019
Provinsi Papua menaik sekitar 0.1%.10
8
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4084780/bank-dunia-catat-papua-jadi-provinsi-dengan-
tingkat-kemiskinan-tertinggi
9
https://www.merdeka.com/peristiwa/5-wilayah-di-indonesia-ini-punya-kekayaan-alam-
melimpah-ada-emas-dan-minyak.html
10
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190715164211-4-85070/miris-tingkat-kemiskinan-di-
6-provinsi-ini-meningkat
15
Walaupun secara persentase Indonesia mengalami penurunan jumlah
kemiskinan, namun hal ini perlu diwaspadai, karena kemiskinan ini pun
menjadi hal yang cukup sulit dituntaskan sebagaimana yang telah
disebutkan di atas. Kemiskinan menjadi momok menakutkan bagi bangsa
dan negara, karena kemiskinan merupakan dampak dari aspek-aspek
ekonomi lainnya, berkaitan pula dengan pertumbuhan ekonomi, indeks
pembangunan manusia, pengangguran, dan lain sebagainya. Dari paparan
grafik-grafik di atas dapat dikatakan bahwa saat ini Indonesia walaupun
merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan banyaknya
sumber daya manusia. Namun pada praktik konkretnya Indonesia belum
mampu mengoptimalkan kekayaan-kekayaan tersebut secara maksimal
sehingga tumbuh banyak pengangguran yang berdampak pada
kemiskinan.
16
kuantitas dan kualitas. Dari segi kuantitas, jumlah penduduk yang besar
berarti permasalahan dalam kemampuan menyediakan sandang, pangan dan
papan. Sedangkan dari segi kualitas melihat dari kemampuan daya saing
Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Pengangguran yang menjadi salah satu titik awal dari adanya suatu
kemiskinan ini, memiliki efek buruk, yaitu bahwa pengangguran ini dapat
mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat
kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin menurunnya tingkat
kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan
pelung mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki
pendapatan.apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan
politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi
kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi jangka
panjang.
17
pemerintah setempat. Dengan demikian kriteria kemiskinan, pendataan
kemiskinan, penentuan sasaran, pemecahan masalah dan upaya-upaya
penanggulangan kemiskinan dapat lebih objektif dan tepat sasaran. Dalam
rangka mengatasi kemiskinan secara lokal, pemerintah melaksanakan
agenda pemulihan ekonomi sesudah krisis 1997 bersamaan dengan
kebijakan otonomi daerah yang di titik beratkan pada Kabupaten/Kota. Di
harapkan dengan otonomi daerah maka upaya percepatan pembangunan
ekonomi atas dasar inisiatif lokal dapat diwujudkan guna mengatasi masalah
pembangunan daerah.
18
pendidikan, dan kesehatan. Tingkat pengangguran ini untuk
menggambarkan kemampuan suatu struktur perekonomian dalam
penyediaan lapangan pekerjaan, dimana akan sangat berpengaruh terhadap
distribusi pendapatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
19
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
20
menciptakan 9,38 juta lapangan keja. Secara absolut, jumlah pengangguran
juga turun sebesar 40.000 orang.
Hal tersebut tentu menjadi hal cukup baik dan perlu diapresiasi
mengingat bahwa pengangguran pada tahun sekarang mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya. Namun, tentu perlu antisipasi yang dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta untuk kemudian dapat menyerap tenaga kerja
sehingga lebih mengurangi jumlah pengangguran di tahun berikutnya yang
pasti setiap tahun terdapat pengangguran baru di setiap tingkatan
pendidikan, mengingat bahwa jumlah persentase pengangguran terdapat di
tingkat pendidikan SMK. Pengangguran ini pun terbentuk karena adanya
ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan oleh pencari kerja dengan
pembuka lapangan kerja, sehingga aspek dari pendidikan serta ketrampilan
atau kemampuan pun menjadi faktor yang cukup andil dalam hal ini.
kemudian, ada juga pesimisme, bahwa pada setiap tahun lapangan pekerjaan
terus berkurang. Indikasi yang terjadi adalah investor saat ini lebih memilih
menaruh investasinya dalam padat modal. Di mana aktivitas produksinya
cenederung menekankan dan tergantung pada pengunaan mesin-mesin
dibandingkan dengan pengunaan tenaga kerja manusia.
21
6. Meningkatkan mutu pendidikan, dengan mutu pendidikan yang bagus
maka akan membuat sumber daya manusia yang berkualitas bagus dan
dapat menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang potensial.
7. Meningkatkan jiwa kewirausahaan, dengan jiwa kewirausahaan akan
membuat setiap orang mampu mendirikan usaha ataupun bisnis sendiri
sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada setiap lain.
8. Memberikan informasi lowongan kerja, dengan informasi ini para
pencari kerja bisa menyesuaikan diri.
9. Transmigrasi, dengan kebijakan ini akan terbagi dengan seimbang porsi
untuk mendapatkan lapangan pekerjaan di berbagai daerah.
Pengangguran yang menjadi salah satu titik awal dari adanya suatu
kemiskinan ini memiliki efek buruk, yaitu bahwa pengangguran dapat
mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat
kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin menurunnya tingkat
kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan
pelung mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki
22
pendapatan.apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan
politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi
kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi jangka
panjang.
23
menyebabkan kemiskinan yang ada di Negara kita makin banyak serta
menyebabkan dampak yang buruk terhadap perekonomian kita, karena
dengan banyaknya kemiskinan upaya untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakat Negara kita akan makin menurun.
24
yaitu: Penciptaan lapangan kerja dan UMKM. Program prioritas untuk
mencapai sasaran meliputi; mengurangi beban penduduk miskin, bantuan
tunai bersyarat, Program Perlindungan Sosial melalui Program Keluarga
Harapan, penyediaan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), memperbaiki
kebijakan penyaluran raskin, layanan kesehatan bagi masyarakat kurang
mampu melalui Kartu Indonesia Sejahtera (KIS), layanan beasiswa kurang
mampu melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Pintar
Kuliah (KIP-Kuliah), dan program SJSN ketenagakerjaan.
11
Yostan Absalom Labola, “Strategi Pemerintah dalam Mengurangi Tingkat Kemiskinan
Indonesia”, (https://www.kompasiana.com/yos08/58e2d1a94c7a617f5151cf0a/strategi-
pemerintah-dalam-mengurangi-tingkat-kemiskinan-indonesia, Diakses pukul 08.48 WIB, pada 12
Desember 2019)
25
3. Hilangnya Sistem Ekonomi Pancasila (SEP)
Seperti yang telah dikatakan pada bab sebelumnya, bahwa sistem
ekonomi adalah salah satu alat guna mencapai tujuan kehidupan bersama
suatu bangsa atau negara. Dikatakan, bahwa sistem ekonomi Indonesia saat
ini adalah menggunakan dan menjalankan sistem ekonoi Pancasila yang
kebijakan perekonomiannya berlandaskan pada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 yang lebih diatur oleh Pasal 33. Namun, pada praktik
dan kenyataannya di lapangan tidak demikian, melihat dari waktu ke waktu,
semakin lama penerapan sistem ekonomi berbasiskan Pancasila ini semakin
memudar dan hanya sebatas angan-angan, banyak nya masalah-masalah
perekonomian seperti halnya pengangguran dan kemiskinan melihatkan
betapa jauhnya sistem ekonomi kita terhadap Pancasila. Sistem Ekonomi
Pancasila pada praktiknya semakin sulit dijalankan seiring dengan
pergeseran ekonomi Indonesia yang menjadi lebih neoliberal.
26
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta sila
ke 5 Pancasila tentang seruan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
sedikit banyak sudah dimunculkan Prof Mubyarto ketika memperkenalkan
Sistem Ekonomi Pancasila (SEP). Selebihnya, SEP seperti kehilangan
magnet untuk menjadi panduan bagi penyusunan kebijakan ekonomi. SEP
agaknya telah dilupakan dan kecenderungan sistem ekonomi yang
diterapkan saat ini malah cenderung menganut ekonomi kapitalis
“neoliberal” dan menjadi pasar yang amat terbuka bagi modal asing.
Persaingan bebas menjadi tidak terkendali sehingga memungkinkan
terjadinya peminggiran kaum ekonomi lemah. Dampaknya, ketimpangan
semakin luas (Gini Ratio, 0,391).12
12
Pril Huseno, “Sistem Ekonomi Pancasil, Masih Bisak Diharapkan?”,
(https://www.watyutink.com/opini/Sistem-Ekonomi-Pancasila-Rumusan-Jenius-Berbangsa,
Diakses pukul 09.48, pada 12 Desember 2019)
27
BAB V
PENUTUP
1. Permasalahan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari jumlah penduduk
yang terus bertambah sehingga hal demikian menyebabkan masalah
ekonomi di sektor lain seperti pengangguran dan kemiskinan, jumlah
penduduk ini mengakibatkan banyaknya angkatan kerja, namun tidak
sepadan dengan penyerapan angkatan kerja dan lapangan kerja yang
terbatas.
2. Kemiskinan yang tidak lepas dari pengangguran karena kemiskinan ini
merupakan salah satu dampak dari adanya pengangguran.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang dan segala kebutuhan tidak terpenuhi,
sama halnya dengan pengangguran, kemiskinan merupakan hal yang
menakutkan bagi setiap negara karena dalam pengentasannya cukup
sulit dilakukan.
3. Akan hal demikian, maka perlu perbaikan dalam menjalankan sistem
ekonomi Indonesia saat ini, karena permasalahan-permasalahan
demikian tidak luput dari kealpaan dalam menjalankan perekonomian.
Sistem ekonomi Pancasila yang mulai memudah dalam pelaksaannya,
saat ini lebih cenderung menganut sistem ekonomi kapitalis
“neoliberal” dan menjadi pasar yang amat terbuka bagi modal asing.
4. Karena itu untuk mengatasi pengangguran perlu kebiijakan yang
dilakukan pemerintah untuk menanggulanginya seperti
menyelenggarakan bursa tenaga kerja (job fair), memberikan pelatihan
kerja, meningkatkan mutu pendidikan, meningkatkan jiwa
kewirausahaan, memberikan informasi lowongan kerjadam\n
transmigrasi.
5. Karena itu, perlu juga kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
seperti adanya BLT, BOS, dan bantuan biasa pendidikan bagi keluarga
28
kurang mampu pada periode Presiden SBY dan kemudian pada
periode Presiden Joko Widodo ddengan danya strategi kebijakan
penciptaan lapangan kerja dan UMKM. program prioritas untuk
mencapai sasaran meliputi; mengurangi beban penduduk miskin,
bantuan tunai bersyarat, Program Perlindungan Sosial melalui Program
Keluarga Harapan, penyediaan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS),
memperbaiki kebijakan penyaluran raskin, layanan kesehatan bagi
masyarakat kurang mampu melalui Kartu Indonesia Sejahtera (KIS),
layanan beasiswa kurang mampu melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP)
dan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-Kuliah), dan program SJSN
ketenagakerjaan.
6. Karena itu perlu dikembalikan dan dikuatkan kepada SEP yang
didasarkan atas kepentingan dan bertujuan untuk kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang dasar 1945.Maka, untuk mengentaskan pengangguran
dan kemiskinan selain dari kembali menerapkan Sistem Ekonomi
Pancasila dalam perekonomian, perlu ada nya sinergisitas dan
kecepatan tanggapan antara pihak pemerintah, swasta, dan rakyat
Indonesia untuk saling bekerja sama (gotong royong) dalam upaya
menjadikan Indonesia maju dan Indonesia emas dengan penurunan
tingkat kemiskinan dan pengangguran.
29
DAFTAR PUSTAKA
Agustiyani. “Pengangguran Bertambah Jadi 7,05 Juta Orang per Agustus, Tertinggi
SMK”. Diakses pada November 2019, dari
https://katadata.co.id/berita/2019/11/05/pengangguran-bertambah-jadi-705-juta-orang-
per-agustus-tertinggi-smk.
Badan Pusat Statistik. “Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2019”. Diakses pada
November 2019, dari https://www.bps.go.id/website/images/Profil-Kemiskinan-Maret-
2019-ind.jpg.
Kementerian PPN/Bappenas. “Lapangan Kerja Indonesia Lampaui Target RKP 2018 dan
RPJMN 2015-2019, TPT Turun Menjadi 5,34 Persen”. Diakses pada 11 Desember 2019,
dari https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/lapangan-kerja-indonesia-
lampaui-target-rkp-2018-dan-rpjmn-2015-2019-tpt-turun-menjadi-534-persen/.
Huseno, Pril. “Sistem Ekonomi Pancasil, Masih Bisak Diharapkan?”. Diakses pada 12
Desember 2019, dari https://www.watyutink.com/opini/Sistem-Ekonomi-Pancasila-
Rumusan-Jenius-Berbangsa.
30