Anda di halaman 1dari 33

Tugas Makalah

Sistem Ekonomi Indonesia


Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi

Dosen: DR. Drs. Banuara Nadeak, MM.

Disusun Oleh:

Elgi Hikmat Syah

1910631010099

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGS KARAWANG
2019
Kata Pengantar
Assaalmu’alaikum W.W.,

Alhamdulillahirrabil’alamin, dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah


SAW., karena atas berkat rahmat dan hidayah nya sehingga penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Ekonomi Indonesia” ini.

Makalah ini dibuat dan diajukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi pada program studi S1 Ilmu Hukum.
Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak DR. Drs. Banuara
Nadeak, MM. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi karena
tanpa bimbingan serta arahan beliau tentu penulis tidak akan bisa sampai sejauh ini.

Makalah yang tentunya masih perlu diperbaiki serta dikembangkan lebih jauh
ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kepada pembaca
secara umum dan kepada penulis secara khusus. Dalam penulisan makalah ini penulis
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan dan materi yang
disajikan nya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang
konstruktif dari sekalian pembaca makalah ini.

Wassalamu’alaikum W.W.

Karawang, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah......................................................................................5
1.3. Perumusan Masalah......................................................................................5
BAB II : DATA DAN TEORI..............................................................................6
2.1. Data..............................................................................................................6
2.1.1. Data Jumlah Penduduk di Setiap Provinsi.........................................6
2.1.2. Data Pengangguran di Indonesia.......................................................6
2.1.3. Data Kemiskinan di Indonesia...........................................................7
2.2. Teori.............................................................................................................8
2.2.1. Teori Pengertian Sistem Ekonomi.....................................................8
2.2.2. Sistem Ekonomi Demokrasi..............................................................9
2.2.3. Sistem Ekonomi Kerakyatan...........................................................10
2.2.4. Sistem Ekonomi Indonesia..............................................................10

BAB III : ANALISIS DATA.............................................................................12


BAB IV : HASIL PEMBAHASAN...................................................................20
1. Hubungan Pengangguran dengan Lapangan Pekerjaan...............................20
2. Kemiskinan Dampak dari Pengangguran.....................................................22
3. Hilangnya Sistem ekonomi Pancasila (SEP)...............................................26

BAB V : PENUTUP............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
17.504 pulau1, secara geografis Indonesia merupakan negara yang berada diposisi
strategis yang diapit oleh dua benua ( Asia dan Australia ) dan dua semudera (
Hindia dan Pasifik ) dengan peringkat ke-4 negara dengan penduduk terbanyak di
dunia yang diproyeksikan akan mencapai jumlah 270 juta jiwa pada tahun 20202.
dan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia dengan jumlah yang
diproyeksikan 269,62 juta jiwa pada 2020. Secara de facto, Indonesia memiliki 34
provinsi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dengan provinsi penduduk
terbanyak diduduki oleh Jawa Barat dengan penduduk sebanyak 48 juta jiwa,
sedangkan Kalimantan Utara merupakan provinsi yang paling sedikit
penduduknya dengan 691 ribu jiwa.
Dari banyaknya provinsi ini tentu setiap provinsi memiliki tingkat hidup
yang tidaklah sama, karena mengingat akan luasnya wilayah Indonesia yang
penyebarannya tidak bisa disamaratakan, dengan hal demikian ada beberapa kota
dalam setiap provinsi yang bisa atau mampu disebut sebagai kota yang makmur,
yaitu Kota Bontang, Kalimantan Timur; Kabupaten Mimika, Papua; Jakarta Pusat,
DKI Jakarta; Kota Kediri, Jawa Timur; dan Kabupaten Siak, Riau 3, kemudian
berbanding dengan demikian ada pula provinsi yang memiliki angka kemiskinan
terbesar, yaitu Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan
Gorontalo.4 Selain itu, Indonesia juga adalah negara yang kaya akan limpahan

1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Indonesia
2
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/13/jumlah-penduduk-indonesia-
diproyeksikan-mencapai-270-juta-pada-2020
3
https://www.99.co/blog/indonesia/daerah-terkaya-di-indonesia/
4
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/07/16/provinsi-mana-yang-memiliki-angka-
kemiskinan-terbesar

1
sumber daya alamnya, baik itu seperti rempah-rempah hinga pertambangan baik
minyak maupun emas. Jika melihat dari pernyataan tersebut, seharusnya Indonesia
bisa menjadi negara dengan perekonomian yang kuat, karena banyaknya sumber
daya manusia serta alam yang dimiliki oleh Indonesia. Namun, di samping hal itu,
realitanya negara ini pun tentu memiliki banyak permasalahan-permasalahan
disektor ekonomi yang belum dapat dituntaskan yang kemudian membuktikkan
atas banyaknya penduduk hingga melimpahnya sumber daya alam pun tidak
langsung menjadikan Indonesia sebagai negara yang unggul dalam aspek ekonomi
dan dapat menopang segala kebutuhan warganya. Adanya permasalahan ekonomi,
seperti pengangguran dan kemiskinan menjadi pekerjaan rumah sangat penting
yang harus dikerjakan oleh pemerintah beserta setiap elemen bangsa. Tercatat
masih banyaknya pengangguran-pengangguran dari segala tingkatan atau lulusan
menjadi aspek dari pemasalahan ekonomi, masalah pengangguran menjadi
masalah yang sulit dipecahkan melihat jumlah penduduk indonesia yang semakin
bertambah tetapi tidak diiringi dengan perluasan lapangan pekerjaan yang akan
menimbulkan pengangguran dan menghambat laju perekonomian di Indonesia,
hal ini dapat dibuktikkan dengan apa yang dicatat oleh BPS. Bahwa, melambatnya
pergerakan roda ekonomi membawa dampak bagi sektor ketenagakerjaan
Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam kurun waktu enam bulan,
tingkat pengangguran di Indonesia bertambah sebanyak 230 ribu jiwa dengan total
7,05 juta jiwa yang tidak memiliki pekerjaan. Dapat dilihat dari grafik berikut:

Gambar 1.1. Grafik Jumlah dan Persentase Pengangguran 5 Tahun Terakhir

Sumber: Badan Pusat Statistik

2
Berkaitan dengan permasalahan pengangguran, kemiskinan tentu tidak
dapat dipisahkan. Karena kemiskinan merupakan dampak dari terjadinya
pengangguran, dalam arti, terbatasnya lapangan pekerjaan inilah yang membuat
orang tidak mendapatkan sebuah pendapatan atau penghasilan untuk memenuhi
segala kebutuhan hidupnya. Tentu persoalan kemiskinan tidak akan habis dibahas
setiap hari. Pasalnya, kemiskinan di Indonesia masih terbilang cukup tinggi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angka kemiskinan di Indonesia per Maret
2018 menyentuh angka 25,95 juta (9,82%) dari total jumlah penduduk Indonesia.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 26,58 juta
orang. Persentase penduduk miskin pada Maret 2019 sebesar 9,41 persen,
menurun 0,25 persen poin terhadap September 2018 dan menurun 0,41 persen
poin terhadap Maret 2018. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2019 sebesar
25,14 juta orang, menurun 0,53 juta orang terhadap September 2018 dan menurun
0,80 juta orang terhadap Maret 2018. Walaupun demikian, Indonesia masih
berada di bawah Malaysia dalam peringkat menuntaskan kemiskinan ini yang
tentu menjadi aspek penting dari tugas pemerintah guna meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya.

Gambar 1.2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik

Maka dengan demikian, dalam pelaksanaan untuk menyelesaikan


permasalahan-permasalahan sektor ekonomi, dalam kebijakannya Indonesia
membuat dan menggunakan suatu sistem yang menjadi salah satu alat guna

3
mencapai tujuan kehidupan bersama suatu bangsa atau negara5 yang dinamakan
sistem ekonomi. Dari sistem ekonomi tersebut, Indonesia menerapkan dengan apa
yang dinamakan Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) yang berarti dalam setiap
kegiatan, kebijakan, serta pelaksanaan kehidupan ekonominya berlandaskan pada
Pancasila dan UUD 1945.

5
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &
Makroekonomi) Edisi Ketiga, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2008, hlm.477

4
1.2. Identifkasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pengangguran menjadi masalah yang sulit dipecahkan karena tidak
diiringi dengan perluasan lapangan pekerjaan.
2. Banyaknya kemiskinan yang merupakan dampak dari pengangguran.
3. Hilangnya konsep ekonomi demokrasi atau ekonomi Pancasila di
Indonesia yang dalam penerapan kebijakan perekonomian
menimbulkan permasalahan seperti sekarang.

1.3. Perumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka dengan ini penulis
menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan pengangguran dengan lapangan pekerjaan?
2. Apakah banyaknya kemiskinan merupakan dampak dari
pengangguran?
3. Apakah hilangnya konsep ekonomi Pancasila di Indonesia dalam
penerapan kebijakannya menimbulkan permasalahan ekonomi seperti
sekarang?

5
BAB II

DATA DAN TEORI

2.1. Data
2.1.1. Data Jumlah Penduduk di Setiap Provinsi
Di bawah ini merupakan data jumlah penduduk di setiap provinsi
Indonesia pada tahun 2018:

Sumber: Badan Pusat Statistik

2.1.2. Data Pengangguran di Indonesia


Di bawah ini merupakan grafik pengangguran Indonesia per
Februari 2017-2019 menurut tingkat pendidikan:

6
Sumber: Badan Psuat Statistik

2.1.3. Data Kemiskinan di Indonesia


Di bawah ini merupakan grafik kemiskinan Indonesia per
Maret-September 2012 sampai dengan Maret 2019:

Sumber: Badan Pusat Statistik

7
2.2. Teori

2.2.1. Teori Pengertian Sistem Ekonomi


Sistem ekonomi adalah salah satu alat guna mencapai tujuan
kehidupan bersama sutu bangsa atau negara6, untuk mengatasi masalah
ekonomi yang bersifat fundamental (what, how, dan for whom) setiap
masyarakat mempunyai cara yang berbeda dalam memecahkannya
sesuai dengan sistem ekonomi yang dianutnya.
Ada pula yang mengartikan bahwa sistem ekonomi itu
merupakan keseluruhan lembaga ekonomi yang dilaksanakan atau
dipergunakan oleh suatu bangsa atau negara dalam melakukan
kegiatan ekonominya. Lembaga ekonomi yang dimaksudkan di sini
adalah berupa pedoman, aturan atau kaidah yang dipergunakan
masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi ( produksi, distribusi,
dan konsumsi ).
Lembaga ekonomi tersebut ada yang bersifat tertulis seperti
undang-undang, peraturan pemerintah, instruksi presiden, dsb. Ada
pula yang bersifat tidak tertulis seperti kebiasaan, adat-istiadat, cara-
cara yang biasa dilakukan suatu masyarakat dalam melakukan kegiatan
ekonomi. Jadi, perangkat kelembagaan ini meliputi cara kerja,
mekanisme hubungan hukum, peraturan-peraturan perekonomian, dan
norma-norma lain yang tertulis maupun tidak tertulis yang berkaitan
dengan kegiatan ekonominya.
Suatu sistem ekonomi tidaklah berdiri sendiri, sebab berkaitan
dengan falsafah atau pandangan hidup masyarakatnya. Sebuah sistem
ekonomi sesungguhnya merupakan salah satu unsur saja dalam sistem
kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, sistem ekonomi merupakan
bagian dari kesatuan ideologi kehidupan bermasyarakat pada suatu
negara atau bangsa. Sistem ekonomi yang dianut suatu negara biasanya

6
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &
Makroekonomi) Edisi Ketiga, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2008, hlm.477

8
bersifat khas. Untuk membedakannya dengan sistem ekonomi yang
diterapkan oleh negara lain, bisa digunakan sudut pandangan yang
menyangkut :
1. Sistem pemilikan sumber daya atau faktor-faktor produksi.
2. Kebebasan masyarakat untuk saling berkompetisi satu sama
lain.
3. Peranan pemerintah dalam mengatur kehidupan ekonomi.

2.2.2. Sistem Ekonomi Demokrasi


Sistem ekonomi demokrasi dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem perekonomian nasional yang merupakan perwujudan dari
falsafah Pancasila dan UUD 1945 yang berasaskan kekeluargaan dan
kegotongroyongan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pimpinan dan
pengawasan pemerintah. Pada sistem demokrasi ekonomi, pemerintah,
dan seluruh rakyat baik golongan ekonomi lemah maupun pengusaha
aktif dalam usaha mencapai kemakmuran bangsa. Selain itu, negara
berperan dalam merencanakan, membimbing, dan mengarahkan
kegiatan perekonomian. Dengan demikian terdapat kerja sama dan
saling membantu antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.

2.2.3. Sistem Ekonomi Kerakyatan


Pemerintah bertekad melaksanakan sistem ekonomi kerakyatan
dengan mengeluarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999, tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) yang menyatakan bahwa sistem perekonomian
Indonesia adalah sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi ini
berlaku sejak tahun 1998. Pada sistem ekonomi kerakyatan,
masyarakatlah yang memegang aktif dalam kegiatan ekonomi,
sedangkan pemerintah yang menciptakan iklim yang bagus bagi
pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha.

9
2.2.4. Sistem Ekonomi Indonesia
Sistem ekonomi yang dilaksanakan oleh Indonesia dalam setiap
perekonomiannya adalah sistem ekonomi Pancasila. Ekonomi pancasila
merupakan ekonomi yang berlandaskan pada ideologi Pancasila ( lima
sila ). Adapun campur tangan pemerintah dalam usaha pembagunan dan
perekonomian sangat diperlukan dengan tujuan untuk kesejahteraan
masyarakat serta ketika terjadi masalah yang legal disitulah tugas
pemerintah juga diperlukan.
Sistem ekonomi Pancasila yang diterapkan saat ini telah
ditegaskan dalam pidato Wakil Presiden RI dalam konferensi ekonomi
di Yogyakarta pada tanggal 3 Februari 1946 bahwa sistem
perekonomian Indonesia berlandaskan pada Pasal 33 UUD 1945 yang
dianggap memberikan fondasi, yaitu sebagaimana diatur dalam:
Ayat (1), “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan”
Ayat (2), “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”
Ayat (3), “Bumi dan air dan kekayaan alam uang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat”7
Ayat (4), “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwaasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga
keseimbangan, kemauan dan kesatuan ekonomi”
Adapun implementasi dari sistem ekonomi Pancasila yaitu :
Implementasi sila ke-1:
Pengelolaaan sistem keuangan yang baik akan menghindarkan
adanya kemungkinan kerugian dan potensi terjadinya penyalahgunaan
keuangan perusahaan yang bertentangan dengan nilai agama atau
ketuhanan yang Maha Esa.

7
Ibid. hal. 482

10
Implementasi sila ke-2:
Memberikan gaji dan fasilitas karyawan sesuai dengan tingkat
kinerja, tanggung jawab dan resiko yang diberikan pada perusahaan
adalah implementasi dari nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Implementasi sila ke-3:
Menghasilkan produk usaha terbaik, tidak bertentangan dengan
nilai dan norma masyarakat serta bermanfaat bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Implementasi sila ke-4:
Dengan adanya kebersamaan dan musyawarah dalam perusahaan
untuk memutuskan segala masalah menyangkut usaha adalah wujud
dari sila ke-4 yang mengutamakan adanya permusyawaratan.
Implementasi sila ke-5:
Adanya proses distribusi yang baik dan produk yang bisa dimanfaatkan
banyak pihak, sehingga timbul pemerataan pemasaran terhadap produk
hasil usaha adalah implementasi dari sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

11
BAB III

ANALISIS DATA

3.1. Analisis Kuantitatif


Analisis makalah ini ini termasuk dalam analisis kuantitatif karena
mengacu pada perhitungan analisis data makalah yang berupa angka-angka
atau data kualitatif yang diangkakan. Menurut Sugiyono ( 2013:12 ) metode
penelitian kuantitatif adalah metode penelitian berupa angka-angka dan
analisisnya menggunakan statistika.
Berdasarkan sumber datanya, data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder. Sumber data sekunder adalah sumber data yang
tidak langsung memberikan data pada pengumpul data ( Sugiyono, 2008:
402 ). Data utama yang diperlukan adalah semua variabel yang diteliti
meliputi jumlah penduduk, pengangguran, dan kemiskinan.

1. Berkaitan dengan data yang digunakan dalam jumlah penduduk


Indonesia, tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bahwasanya
penduduk Indonesia pada tahun 2018 dengan total penduduk sebanyak
265.751.707 juta jiwa yang diproyeksikan akan bertambah sebanyak
266,911,900 juta jiwa pada tahun 2019 dan kemudian mencapai 270 juta
jiwa pada tahun 2020. Dilihat dari data, penduduk yang terbanyak masih
terdapat di pulau Jawa dan lebih khususnya di Provinsi Jawa Barat
dengan sebanyak 48.683.700 juta jiwa, disusul oleh Jawa Timur sebanyak
39.500.900 juta jiwa, Jawa Tengah 34.5490.800 juta jiwa, tidak kalah
juga dengan ibukota Indonesia, yakni DKI Jakarta yang beraa diurutan
ke-6 pada tahun 2018 dengan jumlah 10.467.600 juta jiwa. Sedangkan,
provinsi yang masih dapat dikatakan sebagai provinsi yang masih sepi
akan penduduk terletak di Papua Barat sebanyak 937.500 jiwa dan
Kalimantan Utara sebanyak 716.407 jiwa. Berkaitan dengan hal ini, tentu
terdapat permasalahan sendiri dalam kapasitas nya masing-masing baik

12
secara nasional maupun regional (provinsi) yang kemudian agak
menimbulkan permasalahan seperti dalam aspek pengangguran dan
kemiskinan.

2. Menghubungkan dengan pengangguran, dari data dapat dilihat bahwa


tingkat pengangguran di Indonesia per Agustus tahun 2015 sampai
dengan 2019 menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan
(persen) jika diurutkan dari yang tertinggi hingga terkecil, yang menjadi
urutan pertama adalah lulusan SMK dengan rincian pada Agustus 2015
dengan 12,65%, Agustus 2016 dengan 11,11%, Agustus 2017 dengan
11,41%, Agustus 2018 dengan 11,24%, dan Agustus 2019 dengan
10,42%, urutan ke-2 adalah lulusan SMA pada Agustus 2015 dengan
10,32%, Agustus 2016 dengan 8,72%, Agustus 2017 dengan 8,29%,
Agustus 2018 dengan 7,95%, dan Agustus 2019 dengan 7,92%. Urutan
ke-3 adalah lulusan diploma I/II/III, pada Agustus 2015 dengan 7,54%,
Agustus 2016 dengan 6,04%, Agustus 2017 dengan 6,88%, Agustus 2018
dengan 6,02%, dan Agustus 2019 dengan 5,99%. Urutan ke-4 adalah
lulusan universitas, pada Agustus 2015 dengan 6,40%, Agustus 2016
dengan 4,87%, Agustus 2017 dengan 5,18%, Agustus 2018 dengan
5,89%, dan Agustus 2019 dengan 5,67%. Urutan ke-4 adalah lulusan
SMP, pada Agustus 2015 dengan 6,22%, Agustus 2016 dengan 5,71%,
Agustus 2017 dengan 5,54%, Agustus 2018 dengan 5,80%, dan Agustus
2019 dengan 4,75%. Dan urutan ke-5 adalah kategori tidak/belum pernah
sekolah/belum tamat dan tamat SD, pada Agustus 2015 dengan 2,74%,
Agustus 2016 dengan 2,88%, Agustus 2017 dengan 2,62%, Agustus 2018
dengan 2,43%, dan Agustus 2019 dengan 2,41%.
Secara total, tingkat pengangguran terbuka menurut tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan ini pada bulan Agustus 2015 dengan 6,18%,
Agustus 2016 dengan 5,61%, Agustus 2017 dengan 5,50%, Agutsus 2018
dengan 5,34%, dan Agustus 2019 dengan 5,28%. Dari rincian tersebut,
tingkat pengangguran terbuka memang secara persentase mengalami

13
penurunan setiap tahunnya, kemudian dari data tersebut ternyata tingkat
pendidikan tidak terlalu mempengaruhi akan bekerja atau tidaknya,
realitanya yang lebih banyak menjadi pengangguran atau tingkat
pengangguran terbuka tertinggi berada di tingkatan pendidikan lulusan
SMK yang berturut-turut selama 5 tahun menjadi penyumbang
pengangguran terbanyak, dan cukup mengkhawatirkan serta menyedihkan
juga yang ternyata lulusan diploma serta universitas pun menyumbang hal
demikian.

3. Selain dari pengangguran, telah disebutkan bahwa kemiskinan merupakan


salah satu permasalahan ekonomi yang berat untuk dihadapi oleh
Indonesia, pelaksanaan mengentaskan kemiskinan ini berlangsung dari
awal kemerdekaan hingga sekarang. Pada hal konkretnya, kemiskinan ini
pun merupakan salah satu dampak dari apa yang dinamakan
pengangguran, karena dari tidak mendapatkannya penghasilan ini
menimbulkan kesulitannya untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Dari data, dapat dilihat bahwa pengangguran Indonesia pada bulan
September 2013 sebanyak 28,60 juta orang (11,46%), September 2014
sebanyak 27,73 juta orang (10,96%), September 2015 sebanyak 28,51
juta orang (11,13%), September 2016 sebanyak 27,76 juta orang
(10,70%), September 2017 sebanyak 26,58 juta orang (10,12%),
September 2018 sebanyak 25.67 juta orang (9,66%), dan Maret 2019
sebanyak 25.14 juta orang (9,41%). Kemudian, jika dilihat jumlah dan
persentase penduduk miskin menurut pulau, penduduk miskin perkotaan
di Pulau Sumatera terdapat sebanyak 2,10 juta orang (8,28%) dan
pedesaan sebanyak 3,75 juta orang (11,37%), di Pulau Jawa terdapat
sebanyak 6,40 juta orang (6,46%) di perkotaan dan 6,31 juta orang
(12,35%) di perdesaan, di Pulau Kalimantan terdapat sebanyak 0.33 juta
orang (4,25%) di perkotaan dan 0,64 juta orang (7,46%) di pedesaan, di
Pulau Bali dan Nusa Tenggara terdapat 0,60 juta orang (8,89%) di
perkotaan dan 1,45 juta orang (17,88%) di pedesaan, di Pulau Sulawesi

14
terdapat sebanyak 0,44 juta orang (5,61%) di perkotaan dan 1,57 juta
orang (13,37%) di pedesaan, dan di Pulau Papua terdapat sebanyak 0,12
juta orang (4,97%) di perkotaan dan 1,42 juta orang (29,12%) di
pedesaan. Secara nasional, penduduk miskin di perkotaan terdapat 9,99
juta orang (6,69%) dan di pedesaan sebanyak 15,15 juta orang (12,89%).
Pada Maret 2019 adalah sebesar 9,41 persen, menurun 0,25 persen poin
dari September 2018, dan berkurang 0,41 persen poin secara Year on
Year (Yoy) terhadap Maret 2018. BPS juga melaporkan, jumlah
penduduk miskin pada Maret 2019 adalah sebesar 25,14 juta orang,
menurun 0,53 juta orang terhadap September 2018, dan terpangkas 0,80
juta orang dari Maret 2018. Sementara prosentase penduduk miskin di
daerah perkotaan yang pada September 2018 sebesar 6,89 persen, turun
menjadi 6,69 persen pada Maret 2019. Begitu juga presentase penduduk
miskin di daerah pedesaan, yang turun dari 13,10 persen pada September
2018 menjadi 12,85 persen pada Maret 2019.8
Dilihat dari data (grafik) persentase kemiskinan menurut provinsi per
Maret, provinsi yang cukup mengkhawatirkan atas permasalahan
kemiskinan terdapat di Provinsi Papua sebanyak 27,53% dan Papua Barat
sebanyak 22,17%, yang pada realitanya kedua provinsi ini selalu menjadi
provinsi dengan tingkat kemiskinan tertingi di Indonesia, padahal jika
diteliti ketika berbicara sumber daya alam, maka Papua merupakan salah
satu surganya. Berbagai barang tambang bisa ditemukan di sini termasuk
tambang emas. Papua merupakan daerah tambang emas terbesar di dunia.
Total cadangan emas yang dimiliki sebesar 1.187 ton dengan nilai
mencapai USD 469,7 miliar9 yang ditopang oleh PT. Freeport Indonesia.
Namun, sangat disayangkan perperiode September 2018 – Maret 2019
Provinsi Papua menaik sekitar 0.1%.10

8
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4084780/bank-dunia-catat-papua-jadi-provinsi-dengan-
tingkat-kemiskinan-tertinggi
9
https://www.merdeka.com/peristiwa/5-wilayah-di-indonesia-ini-punya-kekayaan-alam-
melimpah-ada-emas-dan-minyak.html
10
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190715164211-4-85070/miris-tingkat-kemiskinan-di-
6-provinsi-ini-meningkat

15
Walaupun secara persentase Indonesia mengalami penurunan jumlah
kemiskinan, namun hal ini perlu diwaspadai, karena kemiskinan ini pun
menjadi hal yang cukup sulit dituntaskan sebagaimana yang telah
disebutkan di atas. Kemiskinan menjadi momok menakutkan bagi bangsa
dan negara, karena kemiskinan merupakan dampak dari aspek-aspek
ekonomi lainnya, berkaitan pula dengan pertumbuhan ekonomi, indeks
pembangunan manusia, pengangguran, dan lain sebagainya. Dari paparan
grafik-grafik di atas dapat dikatakan bahwa saat ini Indonesia walaupun
merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan banyaknya
sumber daya manusia. Namun pada praktik konkretnya Indonesia belum
mampu mengoptimalkan kekayaan-kekayaan tersebut secara maksimal
sehingga tumbuh banyak pengangguran yang berdampak pada
kemiskinan.

3.2. Analisis Kualitatif


Pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan
yang menempatkan isu perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sebagai titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan di
Indonesia. Pembangunan berkelanjutan dimaknai sebagai pembangunan
terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara
perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan serta memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus
mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga
menunjang kehidupan bangsa.

Kesadaran pembangunan berwawasan kependudukan dilandasi oleh


permasalahan kependudukan (demografi) yang mendasar di Indonesia.
Permasalahan kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang
besar dan laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Masalah
kependudukan ini berdampak kepada bidang sosial, ekonomi, politik dan
pertahanan serta keamanan. Masalah kependudukan juga dilihat dari segi

16
kuantitas dan kualitas. Dari segi kuantitas, jumlah penduduk yang besar
berarti permasalahan dalam kemampuan menyediakan sandang, pangan dan
papan. Sedangkan dari segi kualitas melihat dari kemampuan daya saing
Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Pada awalnya upaya pembangunan Indonesia di saat Negara Sedang


Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya peningkatan pendapatan
perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan masalah-
masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan distribusi
pendapatan yang dihadapi Negara Sedang Berkembang seperti Indonesia
dapat terpecahkan. Namun kenyataannya tidak demikian. Hal ini terjadi
karena angka-angka yang ditunjukkan oleh pendapatan nasional (Gross
National Product) atau Produk Domestik Bruto kurang peka dalam
mengungkapkan masalah-masalah kemiskinan dan pengangguran. Apalagi
ditambah kenyataan bahwa jurang perbedaan antara kelompok kaya dan
miskin semakin melebar seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi
tersebut (Arsyad, 2010).

Pengangguran yang menjadi salah satu titik awal dari adanya suatu
kemiskinan ini, memiliki efek buruk, yaitu bahwa pengangguran ini dapat
mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat
kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin menurunnya tingkat
kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan
pelung mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki
pendapatan.apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan
politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi
kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi jangka
panjang.

Kemudian dalam memahami masalah kemiskinan, perlu di


perhatikan lokalitas yang ada di masing-masing Kabupaten/Kota, yaitu
kemiskinan pada tingkat lokal yang di tentukan oleh komunitas dan

17
pemerintah setempat. Dengan demikian kriteria kemiskinan, pendataan
kemiskinan, penentuan sasaran, pemecahan masalah dan upaya-upaya
penanggulangan kemiskinan dapat lebih objektif dan tepat sasaran. Dalam
rangka mengatasi kemiskinan secara lokal, pemerintah melaksanakan
agenda pemulihan ekonomi sesudah krisis 1997 bersamaan dengan
kebijakan otonomi daerah yang di titik beratkan pada Kabupaten/Kota. Di
harapkan dengan otonomi daerah maka upaya percepatan pembangunan
ekonomi atas dasar inisiatif lokal dapat diwujudkan guna mengatasi masalah
pembangunan daerah.

Instrumen otonomi daerah yang menonjol adalah dikeluarkannya


kebijakan desentralisasi fiskal yang memberikan lebih banyak sumber daya
keuangan pada Kabupaten/Kota. Salah satu tujuan yang hendak dicapai
dalam kebijakaan desentralisasi fiskal adalah untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat (Sidik, 2005:1). Diharapkan pemerintah
Kabupaten/Kota dapat melakukan percepatan pembangunan dengan
mengatasi masalah pembangunan dan kemiskinan. Masalah kemiskinan
yang bersifat lokal spesifik dapat ditangani dengan cepat dan tuntas oleh
pemerintah daerah.

Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi


standar hidup minimum (Kuncoro, 2006). Pengukuran kemiskinan ini
didasarkan pada konsumsi. Garis kemiskinan yang didasarkan pada garis
ekonomi (consumption based poverty line) terdiri dari dua elemen, yaitu: (1)
pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan
kebutuhan mendasar lainnya; dan (2) jumlah kebutuhan lain yang sangat
bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan sehari-
hari. Bagian pertama relatif jelas. Biaya untuk mendapatkan kalori minuman
dan kebutuhan lain dihitung dengan melihat harga-harga makanan yang
menjadi menu golongan miskin, sedangkan elemen kedua sifatnya lebih
subyektif. Kemiskinan ini dipengaruhi oleh empat variable pembangunan
ekonomi, antara lain laju pertumbuhan PRDB, tingkat pengangguran,

18
pendidikan, dan kesehatan. Tingkat pengangguran ini untuk
menggambarkan kemampuan suatu struktur perekonomian dalam
penyediaan lapangan pekerjaan, dimana akan sangat berpengaruh terhadap
distribusi pendapatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, sering tidak terkontrolnya harga kebutuhan pokok di


Indonesia sangat meresahkan masyarakat, perlu adanya sebuah sistem
ekonomi yang tepat untuk mengantisipasi berbagai permasalahan harga
bahan pokok. Pengendalian harga barang pokok yang stabil sebenarnya telah
diantisipasi oleh Pemerintah dengan dikeluarannya Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Harga
Kebutuhan Pokok dan Barang Penting. Dimaksudkan untuk menjamin
ketersediaan barang dan stabilisasi harga barang yang beredar di pasar.
Namun yang terjadi di pasaran belum seperti yang diharapkan, dimana
sesuai dengan hukum suplay and demand, jika pasokan lebih kecil dari
penawaran maka harga barang akan naik drastis.

Momentum pemulihan ekonomi Indonesia berlanjut pada 2018.


Petumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,17%, meningkat dibandingkan
dengan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 5,07% dan merupakan
pertumbuhan tertinggi sejak 2013. Secara umum, kinerja tersebut
menunjukkan perekonomian Indonesia tetap solid, mengingat pada saat
bersamaan pertumbuhan ekonomi dunia 2018 dalam tren melambat dan
ketidakpastian global sedang meningkat.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat pada 2018 banyak


ditopang oleh permintaan domestik. Pertumbuhan ekonomi dan investasi
meningkat didukung pendapatan yang membaik, keberlanjutan
pembangunan proyek infrastruktur, serta daya beli yang terjaga sejalan
dengan tekanan inflasi yang rendah.

19
BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

1. Hubungan Pengangguran dengan Lapangan Pekerjaan


Sebagaimana yang telah dipaparkan dibab sebelumnya, jumlah
penduduk Indonesia yang terbilang sangat lah besar sehingga pantas bila
disebut sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia ini
yang diproyeksikan oleh Badan Pusat Statistik akan mencapai 270 juta jiwa
pada tahun 2020. Lonjakan dari laju pertumbuhan penduduk ini tentu akan
memberi dampak pada sektor-sektor lain, seperti hal nya di sektor
pengangguran dan lapangan pekerjaan.

Pengangguran hingga sekarang menjadi hal yang sangat sulit untuk


dipecahkan, karena jangankan negara Indonesia, pada realitanya negara
maju pun masih terdapat pengangguran. Hubungan antara jumlah
pengangguran dengan lapangan pekerjaan tidak dapat dipisahkan, karena
kenyataannya pengangguran terbentuk karena terbatasnya lapangan
pekerjaan. Lapangan pekerjaan yang memang terbatas, tentu tidak sepadan
dengan kenaikan jumlah penduduk di Indonesia. Kenaikan jumlah penduduk
ini mengakibatkan kanaikan jumlah angkatan kerja Indonesia saat ini. Hal
tersebut dapat dibuktikan dari data BPS dengan jumlah 133,9 juta orang
masih belum bekerja alias menganggur pada tahun 2018. Tidak meratanya
penduduk di setiap daerah pun menjadi salah satu faktor nya, karena tidak
dipungkiri bahwa pengangguran terbanyak dimiliki oleh Pulau Jawa.

Dalam permasalahan ini, pemerintah telah dan terus berupaya


semaksimal mungkin dalam mengoptimalkan dan meningkatkan jumlah
lapangan pekerjaan serta mengurangi jumlah pengangguran. Menurut
Bambang Brodjonegoro (Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasionan, Kabinet
Kerja) bahwa dalam rentang tahun 2015-2018 pemerintah telah berhasil

20
menciptakan 9,38 juta lapangan keja. Secara absolut, jumlah pengangguran
juga turun sebesar 40.000 orang.

Hal tersebut tentu menjadi hal cukup baik dan perlu diapresiasi
mengingat bahwa pengangguran pada tahun sekarang mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya. Namun, tentu perlu antisipasi yang dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta untuk kemudian dapat menyerap tenaga kerja
sehingga lebih mengurangi jumlah pengangguran di tahun berikutnya yang
pasti setiap tahun terdapat pengangguran baru di setiap tingkatan
pendidikan, mengingat bahwa jumlah persentase pengangguran terdapat di
tingkat pendidikan SMK. Pengangguran ini pun terbentuk karena adanya
ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan oleh pencari kerja dengan
pembuka lapangan kerja, sehingga aspek dari pendidikan serta ketrampilan
atau kemampuan pun menjadi faktor yang cukup andil dalam hal ini.
kemudian, ada juga pesimisme, bahwa pada setiap tahun lapangan pekerjaan
terus berkurang. Indikasi yang terjadi adalah investor saat ini lebih memilih
menaruh investasinya dalam padat modal. Di mana aktivitas produksinya
cenederung menekankan dan tergantung pada pengunaan mesin-mesin
dibandingkan dengan pengunaan tenaga kerja manusia.

Maka, menyelisik pada hubungan ini, tentu pemerintah memiliki


kebijakaan atau solusi dalam mengurangi jumlah pengangguran saat ini,
yaitu:

4. Menyelenggarakan bursa tenaga kerja (job fair), dimanamempertemukan


antara pemberi kerja dengan pencari kerja. Hal ini tentunya dapat
memberikan jumlah lapangan kerja untuk banyak orang.
5. Memberikan pelatihan kerja, program ini diperlukan untuk
mengembangkan kterampilan atau kemampuan yang dapat menciptakan
peluang untuk mencetak pekerja-pekerja yang memadai, baik dari segi
kualitas ataupun kuantitas.

21
6. Meningkatkan mutu pendidikan, dengan mutu pendidikan yang bagus
maka akan membuat sumber daya manusia yang berkualitas bagus dan
dapat menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang potensial.
7. Meningkatkan jiwa kewirausahaan, dengan jiwa kewirausahaan akan
membuat setiap orang mampu mendirikan usaha ataupun bisnis sendiri
sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada setiap lain.
8. Memberikan informasi lowongan kerja, dengan informasi ini para
pencari kerja bisa menyesuaikan diri.
9. Transmigrasi, dengan kebijakan ini akan terbagi dengan seimbang porsi
untuk mendapatkan lapangan pekerjaan di berbagai daerah.

2. Kemiskinan Dampak dari Pengangguran


Kemiskinan tidak terlepas dari apa yang dinamakan dengan
pengangguran, kedua kata antara pengangguran dan kemiskinan menjadi
momok bagi setiap bangsa dan negara, karena kemajuan suatu negara tidak
lah terlepas dari tingkat pengangguran dan kemiskinan di negaranya.
Semakin rendah tingkat kemiskinan dan pengangguran, maka dapoat
dikatakan bahwa negara tersebut negara yang mampu menjadi negara yang
maju, namun sebaliknya, semakin tinggi tingkat kemiskinan dan
pengangguran di negaranya, menunjukkan betapa sulitnya negara tersebut
menjadi negara yang maju. Selain menjadi hal yang menakutkan, pada
kenyataan di lapangan, kemiskinan ini merupakan salah satu dampak dari
pengfangguran.

Pengangguran yang menjadi salah satu titik awal dari adanya suatu
kemiskinan ini memiliki efek buruk, yaitu bahwa pengangguran dapat
mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat
kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin menurunnya tingkat
kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan
pelung mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki

22
pendapatan.apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan
politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi
kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi jangka
panjang.

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja


tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Masalah
ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang
cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah
penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata.
Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi
merupakan pemborosan terhadap sumber daya dan potensi yang ada,
menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat
mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan dapat
menghambat pembangunan dalam jangka panjang.

Dengan adanya tingkat pengganguran yang makin banyak


dikalangan masyarakat kita menyebabkan masyarakat kita makin mengalami
keterpurukan, yang mana tingkat pendapat mereka yang makin rendah
sehingga guna memenuhi kebutuhan hidupnya pun memerlukan usaha untuk
bekerja keras guna mendapatkan uang serta pendapatan yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Banyak masyarakat yang menjadi
semakin miskin dan bagi masyarakat yang kaya juga semakin kaya, hal ini
disebabkan karena masyarakat yang kaya tadi merupakan salah satu
pembuatan produksi barang yang mana jika terjadi kenaikan konsumen
dalam rangka meningkatkan permintaannya maka produsen akan
memeperbesar tingkat produksinya sehingga didapatkan laba yang leih
banyak. Karena banyaknya tingkat pengganguran dikalangan masyarakat

23
menyebabkan kemiskinan yang ada di Negara kita makin banyak serta
menyebabkan dampak yang buruk terhadap perekonomian kita, karena
dengan banyaknya kemiskinan upaya untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakat Negara kita akan makin menurun.

Adanya hubungan erat antara pengganguran dan juga kemiskinan


maka akan terdapat pula hubungan penganguran dan kemiskinan terhadap
perekonomian makro di negara kita, dengan adanya pengganguran yang
makin meningkat menyebabkan kemiskinan yang ada di Negara kita juga
akan meningkat, sehingga masyarakat akan mengalami kemunduran
kesejahteraan. Dengan adanya pengganguran dan juga kemiskinan
menyebabkan perekonomian makro kita semakin terpuruk, karena dalam
perekonomian makro membahas mengenai bagaimana terjadinya interaksi
antara suatu permasalahan serta bagaimana hubungan interaksi antara
permasalahan-permasalahan tersebut, sehingga nantinya dapat dilakukan
upaya untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada agar didapat
peningkatan perekonomian makro.

Dalam hal menanggulangi kemiskinan ini, maka perlu kebijakan


yang diatur oleh pemerintah. Setiap periode kepemerintahan tentu punya
jalan sendiri mengenai kebijakan apa yang akan digunakan, kebijakan yang
cukup membantu dalam hal kemiskinn Indonesia saat ini seperti bantuan-
bantuan finansial, seperti adanya Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang merupakann kebijakan periode
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ditambah dengan kebijakan
memberikan bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa kurang mampu
sehingga dapat memberikan akses pendidikan yang tinggi bagi mahasiswa
dari keluarga tidak mampu dan bertujuan memerikan kesamarataan
pendidikan serta membuka kesempatan mengurangi kemiskinan.

Adapun kebijakan diperiode Presiden Joko Widodon dalam menekan


kemiskinan dan pengembangan hidup berkelanjutan di Indonesia,

24
yaitu: Penciptaan lapangan kerja dan UMKM. Program prioritas untuk
mencapai sasaran meliputi; mengurangi beban penduduk miskin, bantuan
tunai bersyarat, Program Perlindungan Sosial melalui Program Keluarga
Harapan, penyediaan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), memperbaiki
kebijakan penyaluran raskin, layanan kesehatan bagi masyarakat kurang
mampu melalui Kartu Indonesia Sejahtera (KIS), layanan beasiswa kurang
mampu melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Pintar
Kuliah (KIP-Kuliah), dan program SJSN ketenagakerjaan.

Selain itu, beberapa strategi nyata melalui pembangunan masyarakat


desa, pemberian beasiswa, perbaikan kebijakan penyaluran dana bantuan
sosial, pemberdayaan jaminan sosial nasional, mempertahankan daya beli
penduduk miskin, dana amanah, pembangunan rumah bagi fakir miskin dan
pemberdayaan nelayan serta petani Indonesia. Dari serangkaian strategi
penanggulangan kemiskinan, ada beberapa strategi pemerintah yang
berorientasi pada material sehingga diperlukan kajian. Strategi yang
orientasinya material belum tentu menjamin keberlanjutan program atau
strategi tersebut karena sangat tergantung pada ketersediaan anggaran dan
komitmen pemerintah.11

11
Yostan Absalom Labola, “Strategi Pemerintah dalam Mengurangi Tingkat Kemiskinan
Indonesia”, (https://www.kompasiana.com/yos08/58e2d1a94c7a617f5151cf0a/strategi-
pemerintah-dalam-mengurangi-tingkat-kemiskinan-indonesia, Diakses pukul 08.48 WIB, pada 12
Desember 2019)

25
3. Hilangnya Sistem Ekonomi Pancasila (SEP)
Seperti yang telah dikatakan pada bab sebelumnya, bahwa sistem
ekonomi adalah salah satu alat guna mencapai tujuan kehidupan bersama
suatu bangsa atau negara. Dikatakan, bahwa sistem ekonomi Indonesia saat
ini adalah menggunakan dan menjalankan sistem ekonoi Pancasila yang
kebijakan perekonomiannya berlandaskan pada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 yang lebih diatur oleh Pasal 33. Namun, pada praktik
dan kenyataannya di lapangan tidak demikian, melihat dari waktu ke waktu,
semakin lama penerapan sistem ekonomi berbasiskan Pancasila ini semakin
memudar dan hanya sebatas angan-angan, banyak nya masalah-masalah
perekonomian seperti halnya pengangguran dan kemiskinan melihatkan
betapa jauhnya sistem ekonomi kita terhadap Pancasila. Sistem Ekonomi
Pancasila pada praktiknya semakin sulit dijalankan seiring dengan
pergeseran ekonomi Indonesia yang menjadi lebih neoliberal.

Di mana kekuasaan negara atas sumber daya alam digunakan hanya


untuk kepentingan golongan saja yang jauh daripada kata untuk
kemakmuran seluruh rakyat Indonesia, jurang pemisah ini kemudian
membentuk suatu jarak yang jauh antara golongan. Di mana yang kaya maka
akan semakin kaya sedangkan yang miskin akan tetap miskin. Pengelolaan
sumber daya pun yang lebih banyak digunakan dan dikuasai oleh blok-blok
perusahaan asing cukup menyedihkan. Walaupun tetap memberikan
keuntungan, namun yang terlihat keuntungan tersebut tidak sepadan dengan
apa yang dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Contohnya saja seperti tambang
emas Freeport, letaknya yang berada di Papua seharusnya dapat menjadikan
Papua sebagai wilayah terminim akan pengangguran dan kemiskinan,
namun ternyata sebaliknya. Penyerapan keuntungan dan tenaga kerja tidak
membuahkan hasil optimal, begitupun secara skala nasional.

Tema-tema besar ekonomi kerakyatan dan persamaan


hak/kesempatan seperti yang terkandung dalam “Trisakti” Sukarno, lalu
Pasal 33 UUD 45 ayat 3 tentang bumi, air dan kekayaan alam dikuasi oleh

26
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta sila
ke 5 Pancasila tentang seruan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
sedikit banyak sudah dimunculkan Prof Mubyarto ketika memperkenalkan
Sistem Ekonomi Pancasila (SEP). Selebihnya, SEP seperti kehilangan
magnet untuk menjadi panduan bagi penyusunan kebijakan ekonomi. SEP
agaknya telah dilupakan dan kecenderungan sistem ekonomi yang
diterapkan saat ini malah cenderung menganut ekonomi kapitalis
“neoliberal” dan menjadi pasar yang amat terbuka bagi modal asing.
Persaingan bebas menjadi tidak terkendali sehingga memungkinkan
terjadinya peminggiran kaum ekonomi lemah. Dampaknya, ketimpangan
semakin luas (Gini Ratio, 0,391).12

Kemudian, diharapkan bahwa Indonesia saat ini dapat kembali


menggunakan Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) yang bertujuan demi
kemakmuran segenap rakyat indonesia. Ekonomi yyang memiliki sejumlah
prinsip dasar dari konsep pengelolaan dari kepemilikan yang terbatas harus
dimanfaatkan untuk hajat hidup orang banyak dan merata. Melalui sistem itu
juga, maka dengan adanya pemerataan dan penguasaan kapital maupun
kekayaan sumber daya alam bangsa dibanyak pihak, maka bisa mendorong
industrialisasi bangsa ke arah industri strategis. Dengan ekonomi Pancasila
dapat mempersempit kesenjangan antar kelompok. Sebab, sistem ekonomi
tersebut memfokuskan penguatan dan pengembangan pemberian akses
likuiditas, akses kapital, sumber daya manusia, pasar, dan teknologi kepada
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sehingga terwujudlah Indonesia
yang adil dan makmur berlandaskan kepentingan dan kesejahteraan rakyat
yang berasaskan Pancasila.

12
Pril Huseno, “Sistem Ekonomi Pancasil, Masih Bisak Diharapkan?”,
(https://www.watyutink.com/opini/Sistem-Ekonomi-Pancasila-Rumusan-Jenius-Berbangsa,
Diakses pukul 09.48, pada 12 Desember 2019)

27
BAB V
PENUTUP
1. Permasalahan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari jumlah penduduk
yang terus bertambah sehingga hal demikian menyebabkan masalah
ekonomi di sektor lain seperti pengangguran dan kemiskinan, jumlah
penduduk ini mengakibatkan banyaknya angkatan kerja, namun tidak
sepadan dengan penyerapan angkatan kerja dan lapangan kerja yang
terbatas.
2. Kemiskinan yang tidak lepas dari pengangguran karena kemiskinan ini
merupakan salah satu dampak dari adanya pengangguran.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang dan segala kebutuhan tidak terpenuhi,
sama halnya dengan pengangguran, kemiskinan merupakan hal yang
menakutkan bagi setiap negara karena dalam pengentasannya cukup
sulit dilakukan.
3. Akan hal demikian, maka perlu perbaikan dalam menjalankan sistem
ekonomi Indonesia saat ini, karena permasalahan-permasalahan
demikian tidak luput dari kealpaan dalam menjalankan perekonomian.
Sistem ekonomi Pancasila yang mulai memudah dalam pelaksaannya,
saat ini lebih cenderung menganut sistem ekonomi kapitalis
“neoliberal” dan menjadi pasar yang amat terbuka bagi modal asing.
4. Karena itu untuk mengatasi pengangguran perlu kebiijakan yang
dilakukan pemerintah untuk menanggulanginya seperti
menyelenggarakan bursa tenaga kerja (job fair), memberikan pelatihan
kerja, meningkatkan mutu pendidikan, meningkatkan jiwa
kewirausahaan, memberikan informasi lowongan kerjadam\n
transmigrasi.
5. Karena itu, perlu juga kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
seperti adanya BLT, BOS, dan bantuan biasa pendidikan bagi keluarga

28
kurang mampu pada periode Presiden SBY dan kemudian pada
periode Presiden Joko Widodo ddengan danya strategi kebijakan
penciptaan lapangan kerja dan UMKM. program prioritas untuk
mencapai sasaran meliputi; mengurangi beban penduduk miskin,
bantuan tunai bersyarat, Program Perlindungan Sosial melalui Program
Keluarga Harapan, penyediaan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS),
memperbaiki kebijakan penyaluran raskin, layanan kesehatan bagi
masyarakat kurang mampu melalui Kartu Indonesia Sejahtera (KIS),
layanan beasiswa kurang mampu melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP)
dan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-Kuliah), dan program SJSN
ketenagakerjaan.
6. Karena itu perlu dikembalikan dan dikuatkan kepada SEP yang
didasarkan atas kepentingan dan bertujuan untuk kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang dasar 1945.Maka, untuk mengentaskan pengangguran
dan kemiskinan selain dari kembali menerapkan Sistem Ekonomi
Pancasila dalam perekonomian, perlu ada nya sinergisitas dan
kecepatan tanggapan antara pihak pemerintah, swasta, dan rakyat
Indonesia untuk saling bekerja sama (gotong royong) dalam upaya
menjadikan Indonesia maju dan Indonesia emas dengan penurunan
tingkat kemiskinan dan pengangguran.

29
DAFTAR PUSTAKA

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi


(Mikroekonomi & Makroekonomi) Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.

Agustiyani. “Pengangguran Bertambah Jadi 7,05 Juta Orang per Agustus, Tertinggi
SMK”. Diakses pada November 2019, dari
https://katadata.co.id/berita/2019/11/05/pengangguran-bertambah-jadi-705-juta-orang-
per-agustus-tertinggi-smk.

Badan Pusat Statistik. “Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2019”. Diakses pada
November 2019, dari https://www.bps.go.id/website/images/Profil-Kemiskinan-Maret-
2019-ind.jpg.

Tumoutounews. “Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 209”. Diakses pada 9 Desember


2019, dari https://tumoutounews.com/2018/05/10/jumlah-penduduk-indonesia-tahun-
2018/.

Badan Pusat Statistik. “Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2019”. Diakses


pada 9 Desember 2019, dari https://www.bps.go.id/website/images/Keadaan-
Ketenagakerjaan-Indonesia-Agustus-2019-ind.jpg.

Dahlan, Dadang. “Sistem Perekonomian”. Diakses pada November 2019, dari


http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._EKONOMI_DAN_KOPERASI/1957120519
82031-DADANG_DAHLAN/Sistem_Perekonomian.pdf.

Kementerian PPN/Bappenas. “Lapangan Kerja Indonesia Lampaui Target RKP 2018 dan
RPJMN 2015-2019, TPT Turun Menjadi 5,34 Persen”. Diakses pada 11 Desember 2019,
dari https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/lapangan-kerja-indonesia-
lampaui-target-rkp-2018-dan-rpjmn-2015-2019-tpt-turun-menjadi-534-persen/.

Labola, Yostan Absalom . “Strategi Pemerintah dalam Mengurangi Tingkat Kemiskinan


Indonesia”. Diakses pada 12 Desember 2019, dari
https://www.kompasiana.com/yos08/58e2d1a94c7a617f5151cf0a/strategi-pemerintah-
dalam-mengurangi-tingkat-kemiskinan-indonesia.

Huseno, Pril. “Sistem Ekonomi Pancasil, Masih Bisak Diharapkan?”. Diakses pada 12
Desember 2019, dari https://www.watyutink.com/opini/Sistem-Ekonomi-Pancasila-
Rumusan-Jenius-Berbangsa.

30

Anda mungkin juga menyukai