DOSEN PENGAMPU :
Drs. Norida Canda Sakti, M.Si.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. Irma Laili Fajriyah 17080304007
2. Rizka Imas Virgianti 17080304017
3. Tri Winasih 17080304027
4. Aliffia Nur Aini 17080304037
5. Leny Octaviana 17080304047
6. Fatkul Mubin Choiriyah 17080304057
7. Masrotin 17080304067
8. Nutia Feby Hanes P. 17080304077
9. Yusi Nifsu Syabana 17080304085
10. Devy Ayu Prastiani 17080304093
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kemampuan
serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Keseimbangan GNP 3 Sektor”
tepat pada waktunya dan tanpa ada kendala yang berarti. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih kepada :
1. Drs. Norida Canda Sakti, M.Si., selaku dosen mata kuliah Pengantar
Ekonomi Makro.
2. Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah
ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu indikator kemampuan dan kualitas sumber daya alam dan
manusia suatu negara adalah pendapatan nasional. Semakin berkualitas sumber
daya suatu negara maka pendapatan nasionalnya juga relatif semakin besar.
Negara-negara yang memiliki kualitas SDM yang baik dan dianugerahi SDA
yang cukup pastilah menjadi negara yang memiliki pendapatan nasional yang
tinggi. Tingginya pendapatan nasional mencerminkan tingginya jumlah barang
dan jasa yang dihasilkan serta menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran
masyarakatnya pun relatif baik. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
tidak dikarenakan tingginya pendapatan nasional yang relatif, melainkan
seberapa besar produktivitas penduduk negara tersebut mampu meningkatkan
pendapatannya secara kumulatif.
Salah satu cara mengukur pendapatan nasional yaitu dengan melihat Produk
Nasional Bruto ( Gross National Product – GNP). GNP merupakan nilai barang
dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara yang diukur dalam satuan uang
dalam suatu periode tertentu ( (Putong, 2013). Banyak manfaat yang didapat
ketika mengetahui besarnya pendapatan nasional suatu negara, salah satunya
yaitu akan dapat membuat program ekonomi sesuai skala prioritas dan
kesanggupan sumber daya yang dimiliki yang disertai dengan kebijakan
ekonomi yang terukur. Salah satu sektor perekonomian dalam pendapatan
nasional, yaitu perekonomian 3 sektor.
Perekonomian 3 sektor terdiri dari sektor-sektor Rumah Tangga,
Perusahaan, dan Pemerintah. Perekonomian 3 sektor masih bersifat tertutup,
karena belum ada perdagangan luar negeri. Dalam perekonomian 3 sektor,
sektor ketiga adalah sektor pemerintah yang bertugas sebagai pembuat
kebijakan dan regulator. Kebijakan pemerintah tersebut adalah kebijakan dalam
hal membelanjakan uang negara untuk kepentingan masyarakat, oleh karena itu
negara diwakili oleh pemerintah harus memiliki sumber pemasukan.
1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah siklus aliran pendapatan perekonomian 3 sektor?
1.2.2. Bagaimanakah keseimbangan pendapatan nasional dalam
perekonomian 3 sektor?
1.2.3. Bagaimanakah syarat-syarat keseimbangan dalam perekonomian 3
sektor?
1.2.4. Apa saja jenis-jenis pajak yang dikutip oleh pemerintah?
1.2.5. Bagaimana efek pajak terhadap konsumsi dan tabungan rumah
tangga?
1.2.6. Bagaimanakah pengeluaran pemerintah pada perekonomian 3 sektor?
1.2.7. Apa faktor-faktor yang menentukan pengeluaran pemerintah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Aliran pendapatan dan pengeluaran perekonomian tiga sektor dapat dijelaskan
sebagai berikut :
4
Dalam persamaan tersebut tetap di misalkan bahwa tabungan rumah
tangga di pinjamkan oleh lembaga lembaga keuangan kepada para
pengusaha yang menanam modal.
Pengeluaran agregat (AE) telah menjadi banyak jenisnya yaitu :
Di samping pengeluaran konsumsi (C) dan investasi (I), terdapat pula
pengeluaran pemerintah (G). Dalam persamaan AE = C+I+G
5
1. Keseimbangan secara angka
Y T Yd C S I G AE
6
2. Keseimbangan secara grafik
Gambaran secara grafik dapat dibedakan menjadi dua pendekatan,
yaitu:
a. Pendekatan penawaran agregat-pengeluaran agregat (Y = AE).
Dengan menggunakan pendekatan ini, keseimbangan
pendapatan nasional dicapai apabila fungsi pengeluaran agregat
C + I + G memotong garis 45o (garis Y = AE). Titik perpotongan
kedua garis tersebut menggambarkan keseimbangan
perekonomian : Y = C + I + G.
7
(S+T).
8
0,25 Y = 240
Y = 960
Pendapatan nasional pada keseimbangan dapat dihitung dengan
menggunakan pendekatan suntikan sama dengan bocoran, yaitu
J = I + G sama dengan W = S + T (nilai dalam triliun rupiah):
I+G=S+T
120 + 60 = -100 + 0,25Y + 40
0,25Y = 240
Y = 960
9
Apabila pendapatan nasional kurang dari Y = 1200 (triliun rupiah)
maka pengeluaran agregat melebihi pendapatan nasional (AE > Y)
dan ini akan menyebabkan ekspansi dalam ekonomi. Apabila Y >
1200 (misalnya pada Y = 1440) pengeluaran agregat kurang dari
pendapatan nasional. Stok barang dalam perekonomian bertambah
dan kontraksi dalam kegiatan ekonomi berlaku. Keseimbangan
pendapatan nasional dicapai apabila Y = 1200 (triliun rupiah) karena
pada tingkat ini pengeluaran agregat sama dengan pendapatan
nasional.
10
b. Pendekatan suntikan-bocoran (J=W).
11
Pendapatan nasional pada keseimbangan dapat dihitung dengan
menggunakan pendekatan suntikan sama dengan bocoran, yaitu J =
I + G sama dengan W = S + T (nilai dalam triliun rupiah):
I+G=S+T
150 + 240 = -90 + 0,20Y + 0,20Y
0,40Y = 480
Y = 1200
12
Keterangan:
Y : Penawaran Agregat
AE: Pengeluaran Agregat
C : Konsumsi Rumah Tangga
I : Investasi Perusahaan
G : Pengeluaran Pemerintah Membeli Barang Dan Jasa
13
1.4.4. Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan menjadi :
1. Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi keadaan
wajib pajak. Dalam hal ini penentuan besarnya pajak harus ada
alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan kemampuan
bayar wajib pajak. Contoh : PPh
2. Pajak objektif adalah pajak yang berdasarkan pada objeknya tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : PPN, PBB,
PPnBM
1.4.5. Bentuk-Bentuk Pajak Pendapatan :
1. Pajak regresif adalah sistem pajak yang persentasi pungutan
pajaknya menurun apabila pendapatan yang dikenakan pajak
menjadi bertambah tinggi. Nilai pajak yang sama besarnya tanpa
memperhatikan pendapatan seseorang dapat digolongkan sebagai
pajak regresif. Sehingga wajib pajak yang memiliki pendapatan
rendah maka pajak yang dikenakan menjadi relatif lebih tinggi di
banding pendapatannya. Sebaliknya jika pendapatannya besar,
maka pajak relatif lebih rendah. Contoh pajak regresif adalah pajak
impor dan pajak penjualan.
2. Pajak proporsional adalah persentasi pungutan pajak yang tetap
besarnya pada berbagai tingkat pendapatan, yaitu dari pendapatan
yang sangat rendah kepada yang sangat tinggi. Makin tinggi
pendapatan atau kekayaan, makin tinggi pula jumlah pajak yang
akan dibayar. Di banyak Negara, sistem pajak yang digunakan
dalam memungut pajak pendapatan (keuntungan ) perusahaan-
perusahaan yang berbentuk perseroan. Contohnya Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Bumi Bangunan (PBB).
3. Pajak progresif adalah sistem pajak yang persentasinya bertambah
apabila pendapatan semakin meningkat. Pajak progresif
menyebabkan pertambahan nominal pajak yang dibayar akan
menjadi semakin cepat apabila pendapatan semakin tinggi. Jadi
prosentase pajak tergantung pada pendapatan yang diterima oleh
Wajib Pajak (WP). Sehingga semakin tinggi pendapatan yang
14
diterima, maka semakin tinggi pula presentase pajaknya. Sistem
pajak ini bertujuan agar pemerintah mendapat pendapatan pajak
lebih tinggi dan lebih leluasa dalam melakukan pemerataan
pendapatan.Contoh dari pajak progresif adalah Pajak Penghasilan
(PPh).
Berdasarkan hal tersebut, efek pajak terhadap konsumsi dan tabungan adalah
sebagai berikut:
15
sebesar T akan menyebabkan pendapatan disposible turun sebanyak T,
maka:
∆Yd= -T
2. Penurunan pendapatan disposible menyebabkan pengeluaran
konsumsi dan tabungan RT akan berkurang pada berbagai tingkat
pendapatan. Penurunan pendapatan disposible akan mengurangi
konsumsi dan tabungan RT. Jumlah konsumsi dan tabungan yang
berkurang adalah sama dengan pengurangan pendapatan disposible,
Hal ini disebabkan karena pajak yang dibayarkannya mengurangi
kemampuannya untuk melakukan pengeluaran konsumsi dan
menabung. Berdasarkan kepada sifat pengaruh pajak kepada
pendapatan disposibel, pengeluaran konsumsi dan tabungan secara
umum dapat dirumuskan:
Yd= -T = ∆C + ∆S
Walaupun bentuk sistem pajak yaitu pajak tetap atau pajak proporsional,
pemungutan pajak akan mengakibatkan konsumsi dan tabungan rumah
tangga berkurang sebanyak yang ditentukan oleh persamaan berikut:
ΔC= MPC x T
ΔS = MPS x T
CONTOH SOAL :
1. PAJAK TETAP
Diketahui a=90, b=0,75. Pajak yang dikenakan 40. Maka tentukan
persamaan konsumsi dan tabungan sebelum dan sesudah pajak serta
kurvanya!
Jawab:
C = a + bY S = -a + (1-b)Y
= -90 + 0,25Y
16
Sesudah pajak :
= -100 + 0,25Y
2. PAJAK PROPORSIONAL
Diketahui a=90, b=0,75. Pajak yang dikenakan 20% dari nilai Y (0,2Y).
Maka tentukan persamaan konsumsi dan tabungan sebelum dan sesudah
pajak serta kurvanya!
Jawab:
C = a + bY S = -a + (1-b)Y
= -90 + 0,25Y
= -90 + 0,2Y
17
1.6. Pengeluaran Pemerintah pada Perekonomian 3 Sektor
1.6.1. Perekonomian 3 sektor adalah perekonomian yang terdiri dari 3 sektor,
yaitu rumah tangga, perusahaan dan pemerintahan. Dalam penerimaan
3 sektor terdapat campur tangan dengan pemerintah dalam bentuk
penerimaan pemerintah dan pengeluaran pemerintah.
1. Penerimaan pemerintah dapat berupa pajak yang didistribusikan
kembali kepada masyarakat.
2. Pengeluaran pemerintahan ( Goverment Expenditured ) adalah
bagian dari kebijakan fiskal yaitu suatu tindakan untuk memgatur
sebuah perekonomian dengan menentukan besar lenerimaan dan
pengeluaran pemerintahan setiap tahunnya yang tercantum dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBN) untuk nasional dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah
regional. Pengeluaran pemerintahan merupakan suatu aspek
penggunaan sumber daya ekonomi yang langsung dikuasai oleh
pemerintah dan tidak langsung dimiliki oleh masyarakat melalui
pembayaran pajak. Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan
untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintahan. Pengeluaran
pemeringah sebagian besar digunakan untuk membiayai afministrasi
pemerintahan dan yang lainnya digunakan sebagai pembiayaan
kegiatan pembangunan, membayar gaji para pegawai
pemwrintahan, membiayai sistem pendidikan, dan kesehatan rakyat,
membiayai pembelanjaan untuk angkatan bersenjata, dan
membiayai berbagai jenis infrastruktur dalam pembangunan.
1.6.2. Jenis Pengeluaran Pemerintah digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah ( Goverment Purchased)
Pengeluaran pemerintah untuk membeli barang-barang dan jasa
yang diperlukan pemerintah untuk melaksanakan pemerintahan
yang baru. Misalnya untuk pembayaran gaji atau upah bagi pereka
yang bekerja pada pemerintahan.
18
2. Pengeluaran Transfer
Pengeluaran yang diberikan kepada golongan masyarakat yang perlu
dibantu. Misalnya tunjangan pensiun, bantuan pendidikan, bantuan
bencana alam, dan lain-lain.
19
BAB III
PENUTUP
1.1. SIMPULAN
Perekonomian 3 sektor terdiri dari sektor-sektor Rumah Tangga, Perusahaan,
dan Pemerintah. Perekonomian 3 sektor masih bersifat tertutup, karena belum
ada perdagangan luar negeri. Dalam perekonomian 3 sektor, sektor ketiga
adalah sektor pemerintah yang bertugas sebagai pembuat kebijakan dan
regulator. Dalam suatu perekonomian, keseimbangan pendapatan nasional akan
dicapai apabila penawaran agregat adalah sama dengan pengeluaran agregat.
Jenis Pengeluaran Pemerintah digolongkan menjadi 2 yaitu, Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah (Goverment Purchased) dan Pengeluaran Transfer.
Pengeluaran tersebut ditentukan oleh proyeksi jumlah pajak yang diterima,
tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai, pertimbangan politik dan keamanan.
Keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor dapat
dibedakan menjadi dua keadaan yaitu, (1) Dalam perekonomian yang sistem
pajaknya adalah sistem pajak tetap. (2) Dalam perekonomian yang sistem
pajaknya adalah sistem pajak proporsional. Untuk setiap keadaan, tiga
pendekatan penentuan keseimbangan pendapatan nasional dapat diterangkan
dengan menggunakan tiga cara yaitu, (1) Dengan menggunakan contoh angka.
(2) Dengan menggunakan gambaran secara grafik. (3) Dengan menggunakan
analisis secara aljabar.
1.2. SARAN
Menurut kami, bangsa Indonesia memiliki SDA yang cukup baik, sehingga
memiliki potensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tetapi hal
tersebut juga harus diimbangi dengan produktivitas penduduk bangsa Indonesia
dalam meningkatkan pendapatannya secara kumulatif. Jadi, SDA yang cukup
memadai, harus diimbangi dengan SDM yang berkualitas.
20
DAFTAR PUSTAKA
Putong, I. (2013). Economics, Pengantar Mikro dan Makro (5th ed.). (C. Hidayat,
Soekarso, & T. M. Setyowati, Penyunt.) Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sukirno, S. (2004). Makro Ekonomi (3rd ed.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
21