Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KESEIMBANGAN GNP 3 SEKTOR

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Norida Canda Sakti, M.Si.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. Irma Laili Fajriyah 17080304007
2. Rizka Imas Virgianti 17080304017
3. Tri Winasih 17080304027
4. Aliffia Nur Aini 17080304037
5. Leny Octaviana 17080304047
6. Fatkul Mubin Choiriyah 17080304057
7. Masrotin 17080304067
8. Nutia Feby Hanes P. 17080304077
9. Yusi Nifsu Syabana 17080304085
10. Devy Ayu Prastiani 17080304093

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI


JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kemampuan
serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Keseimbangan GNP 3 Sektor”
tepat pada waktunya dan tanpa ada kendala yang berarti. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih kepada :

1. Drs. Norida Canda Sakti, M.Si., selaku dosen mata kuliah Pengantar
Ekonomi Makro.
2. Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah
ini.

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan


dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makaalah ini bisa menjadi lebih baik. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan dengan semestinya.

Surabaya, 23 April 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...............................................................................................................iv
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
1.1. Aliran Pendapatan Perekonomian 3 Sektor ............................................... 3
1.2. Keseimbangan Pendapatan Nasional dalam Perekonomian Tiga Sektor 5
1.2.1. Keseimbangan Pendapatan Nasional pada Pajak Tetap ....................... 5
1.2.2. Keseimbangan Pendapatan Nasional pada Pajak Proporsional........... 9
1.3. Syarat Keseimbangan Perekonomian 3 Sektor ........................................ 12
1.4. Jenis-Jenis Pajak yang dikutip Pemerintah ............................................. 13
1.5. Efek Pajak terhadap Konsumsi dan Tabungan Rumah Tangga............ 15
1.6. Pengeluaran Pemerintah pada Perekonomian 3 Sektor .......................... 18
1.7. Faktor Penentu Pengeluaran Pemerintah ................................................ 19
BAB III ............................................................................................................................. 20
PENUTUP ........................................................................................................................ 20
1.1. SIMPULAN ................................................................................................. 20
1.2. SARAN ......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Siklus Aliran Pendapatan Perekonomian Tiga Sektor ................................... 3


Gambar 2. 2 Kurva Pendekatan penawaran agregat pengeluaran agregat (Y = AE) pada
pajak tetap ........................................................................................................................... 7
Gambar 2. 3 Kurva Pendekatan suntikan-bocoran (J = W) pada pajak tetap...................... 8
Gambar 2. 4 Kurva Pendekatan penawaran agregat-pengeluaran agregat (Y = AE) pada
pajak proporsional ............................................................................................................. 10
Gambar 2. 5 Kurva Pendekatan suntikan-bocoran (J=W) pada pajak proporsional ......... 11

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Contoh soal Keseimbangan Pendapatan Nasional pada Pajak Tetap................. 6


Tabel 2. 2 Contoh soal Keseimbangan Pendapatan Nasional pada Pajak Proporsional
perekonomian 3 sektor ........................................................................................................ 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu indikator kemampuan dan kualitas sumber daya alam dan
manusia suatu negara adalah pendapatan nasional. Semakin berkualitas sumber
daya suatu negara maka pendapatan nasionalnya juga relatif semakin besar.
Negara-negara yang memiliki kualitas SDM yang baik dan dianugerahi SDA
yang cukup pastilah menjadi negara yang memiliki pendapatan nasional yang
tinggi. Tingginya pendapatan nasional mencerminkan tingginya jumlah barang
dan jasa yang dihasilkan serta menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran
masyarakatnya pun relatif baik. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
tidak dikarenakan tingginya pendapatan nasional yang relatif, melainkan
seberapa besar produktivitas penduduk negara tersebut mampu meningkatkan
pendapatannya secara kumulatif.
Salah satu cara mengukur pendapatan nasional yaitu dengan melihat Produk
Nasional Bruto ( Gross National Product – GNP). GNP merupakan nilai barang
dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara yang diukur dalam satuan uang
dalam suatu periode tertentu ( (Putong, 2013). Banyak manfaat yang didapat
ketika mengetahui besarnya pendapatan nasional suatu negara, salah satunya
yaitu akan dapat membuat program ekonomi sesuai skala prioritas dan
kesanggupan sumber daya yang dimiliki yang disertai dengan kebijakan
ekonomi yang terukur. Salah satu sektor perekonomian dalam pendapatan
nasional, yaitu perekonomian 3 sektor.
Perekonomian 3 sektor terdiri dari sektor-sektor Rumah Tangga,
Perusahaan, dan Pemerintah. Perekonomian 3 sektor masih bersifat tertutup,
karena belum ada perdagangan luar negeri. Dalam perekonomian 3 sektor,
sektor ketiga adalah sektor pemerintah yang bertugas sebagai pembuat
kebijakan dan regulator. Kebijakan pemerintah tersebut adalah kebijakan dalam
hal membelanjakan uang negara untuk kepentingan masyarakat, oleh karena itu
negara diwakili oleh pemerintah harus memiliki sumber pemasukan.

1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah siklus aliran pendapatan perekonomian 3 sektor?
1.2.2. Bagaimanakah keseimbangan pendapatan nasional dalam
perekonomian 3 sektor?
1.2.3. Bagaimanakah syarat-syarat keseimbangan dalam perekonomian 3
sektor?
1.2.4. Apa saja jenis-jenis pajak yang dikutip oleh pemerintah?
1.2.5. Bagaimana efek pajak terhadap konsumsi dan tabungan rumah
tangga?
1.2.6. Bagaimanakah pengeluaran pemerintah pada perekonomian 3 sektor?
1.2.7. Apa faktor-faktor yang menentukan pengeluaran pemerintah?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Untuk mengetahui siklus aliran pendapatan perekonomian 3 sektor.
1.3.2. Untuk mengetahui keseimbangan pendapatan nasional dalam
perekonomian 3 sektor.
1.3.3. Untuk mengetahui syarat-syarat keseimbangan dalam perekonomian 3
sektor.
1.3.4. Untuk mengetahui jenis-jenis pajak yang dikutip oleh pemerintah.
1.3.5. Untuk mengetahui efek pajak terhadap konsumsi dan tabungan rumah
tangga.
1.3.6. Untuk mengetahui pengeluaran pemerintah pada perekonomian 3 sektor.
1.3.7. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan pengeluaran
pemerintah.

1.4. Manfaat Penulisan


Dalam penyusunan makalah ini meberikan manfaat, yaitu:
1.4.1. Mengetahui dan memahami konsep dasar penulisan makalah.
1.4.2. Memperluas ilmu pengetahuan khususnya dalam mata kuliah pengantar
ekonomi makro pada materi keseimbangan GNP 3 sektor.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Aliran Pendapatan Perekonomian 3 Sektor


Perekonomian Tiga Sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor-
sektor rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Pada perekonomian tiga
sektor perdagangan luar negeri masih di abaikan, misalnya dalam bentuk
kegiatan ekspor dan impor atau investasi luar negeri. Maka perekonomian
Tiga sektor dinamakan juga perekonomian tertutup.

Analisis keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor


bertujuan untuk menunjukan penentuan pendapatan nasional dalam
perekonomian di mana terdapat pemerintah untuk memahami analisis
tersebut perlu mempelajari pola aliran pendapatan dan pengeluaran yang
berlaku dalam perekonomian tersebut dan selanjutnya dari gambar aka
ditunjukan syarat keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian
tiga sektor.

Gambar 2. 1 Siklus Aliran Pendapatan Perekonomian Tiga Sektor

3
Aliran pendapatan dan pengeluaran perekonomian tiga sektor dapat dijelaskan
sebagai berikut :

 Pembayaran Pajak oleh rumah tangga dan perusahaan kepada pemerintah.


Pembayaran pajak tersebut menimbulkan pendapatan kepada pihak
pemerintah. Ia merupakan pendapatan pemerintah yang terutama

 Pengeluaran dari sektor pemerintah ke sektor perusahan. Aliran ini


menggambarkan nilai penegluaran pemerintah ke atas barang barang dan
jasa jasa yang di produksi oleh sektor perusahaan

 Aliran pendapatan dari sektor pemerintah ke sektor rumah tangga. Aliran


itu timbul sebagai akibat dari pembayaran ke atas konsumsi faktor faktor
produksi yang dimiliki sektor rumah tangga oleh pemerintah

 Pembayaran oleh sektor perusahaan sekarang dapat di bedakan menjadi 2


jenis yaitu:
o Pembayaran kepada sektor Rumah Tangga sebagai pendapatan Kepada
faktor-faktor produksi
o Pemabayaran pajak pendapatan perusahaan kepada pemerintah.
 Pendapatan yang di terima dari Rumah Tangga berasal dari dua sumber
yaitu :
o Pembayaran gaji, upah, sewa,bunga dan untung perusahaan
o Pembayaaran gaji dan upah dari pemerintah
 Pemerintah menerima pendapatan berupa pajak dari perusahaan dan
rumah tangga. Pendapatan tersebut akan di gunakan untuk membayar gaji
dan upah pegawai pegawai untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa.
 Pendapat yang diterima rumah tangga (Y) akan di gunakan untuk
memenuhi 3 kebutuhan :
1. Membayar dan membiayai pengeluaran konsumsi (C)
2. Disimpan sebagi tabungan (S)
3. Membayar pajak pendapatan rumah tangga (T)
Dalam persamaannya Y= C+S+T

4
Dalam persamaan tersebut tetap di misalkan bahwa tabungan rumah
tangga di pinjamkan oleh lembaga lembaga keuangan kepada para
pengusaha yang menanam modal.
 Pengeluaran agregat (AE) telah menjadi banyak jenisnya yaitu :
Di samping pengeluaran konsumsi (C) dan investasi (I), terdapat pula
pengeluaran pemerintah (G). Dalam persamaan AE = C+I+G

1.2.Keseimbangan Pendapatan Nasional dalam Perekonomian Tiga Sektor


Keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor dapat
dibedakan menjadi dua keadaan yaitu:

1. Dalam perekonomian yang sistem pajaknya adalah sistem pajak tetap.


2. Dalam perekonomian yang sistem pajaknya adalah sistem pajak
proporsional.

Untuk setiap keadaan, tiga pendekatan penentuan keseimbangan pendapatan


nasional dapat diterangkan dengan menggunakan tiga cara yaitu:

1. Dengan menggunakan contoh angka.


2. Dengan menggunakan gambaran secara grafik.
3. Dengan menggunakan analisis secara aljabar.

1.2.1. Keseimbangan Pendapatan Nasional pada Pajak Tetap


Untuk menerangkan keseimbangan pendapatan nasional dalam
perekonomian yang menggunakan sistem pajak tetap, digunakan
pemisalan berikut:
a. Fungsi konsumsi adalah C = 60 + 0,75Y (fungsi konsumsi
sesudah pajak) dan fungsi tabungan adalah S = -100 + 0,25Y.
Dengan pajaknya adalah 40.
b. Investasi sektor perusahaan adalah I = 120 (triliun rupiah) dan
pengeluaran pemerintah adalah G = 60 (triliun rupiah).

Dengan pemisalan tersebut dapat ditunjukkan keseimbangan


pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor.

5
1. Keseimbangan secara angka

Y T Yd C S I G AE

0 40 -40 60 -100 120 60 240

240 40 200 240 -40 120 60 420

480 40 440 420 20 120 60 600

720 40 680 600 80 120 60 780

960 40 920 700 140 120 60 960

1200 40 1160 960 200 120 60 1040

1440 40 1400 1140 260 120 60 1220

Tabel 2. 1 Contoh soal Keseimbangan Pendapatan Nasional


pada Pajak Tetap

Data dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa apabila pendapatan


nasional adalah lebih kecil dari Rp 960 triliun, berlaku keadaan AE
> Y yaitu pengeluaran agregat lebih besar dari pendapatan nasional.
Kelebihan perbelanjaan agregat berlaku dan ini akan mendorong
dilakukannya ekspansi dalam kegiatan ekonomi. Sebaliknya,
apabila pendapatan nasional lebih besar dari Rp 960 triliun, AE < Y.
Berarti lebih banyak produksi nasional jika dibandingkan dengan
perbelanjaan dalam perekonomian. Kenaikan stok barang berlaku
dan akan mendorong kepada kontraksi (penurunan) dalam kegiatan
ekonomi. Keseimbangan pendapatan nasional akan dicapai pada
pendapatan nasional sebanyak Rp 960 triliun, yaitu dalam keadaan
pendapatan nasional adalah sama dengan pengeluaran agregat.
Dalam keseimbangan ini keinginan perusahaan-perusahaan untuk
memproduksi barang dan jasa (Y) adalah sama dengan perbelanjaan
yang akan dilakukan dalam ekonomi yaitu oleh rumah tangga, para
penanam modal dan pemerintah (AE).

6
2. Keseimbangan secara grafik
Gambaran secara grafik dapat dibedakan menjadi dua pendekatan,
yaitu:
a. Pendekatan penawaran agregat-pengeluaran agregat (Y = AE).
Dengan menggunakan pendekatan ini, keseimbangan
pendapatan nasional dicapai apabila fungsi pengeluaran agregat
C + I + G memotong garis 45o (garis Y = AE). Titik perpotongan
kedua garis tersebut menggambarkan keseimbangan
perekonomian : Y = C + I + G.

Gambar 2. 2 Kurva Pendekatan penawaran agregat pengeluaran


agregat (Y = AE) pada pajak tetap

Dari kurva tersebut, fungsi konsumsi adalah C = 60 + 0,75Y dan


AE = 240 + 0,75Y. Fungsi konsumsi memotong garis 45o pada
Y = 240 dan fungsi AE memotong garis 45o apabila pendapatan
nasional mencapai keseimbangan pada E dan pendapatan negara
adalah: Y = 960.

b. Pendekatan suntikan-bocoran (J = W).


Dengan menggunakan pendekatan ini, keseimbangan tercapai
pada perpotongan fungsi suntikan (I + G) dan fungsi bocoran

7
(S+T).

Gambar 2. 3 Kurva Pendekatan suntikan-bocoran (J = W) pada


pajak tetap

Fungsi suntikan adalah: I + G = 120 + 60 = 180, dan fungsi


bocoran adalah: S + T = (-100 + 0,25Y) + 40 = -60 + 0,25Y.
Fungsi bocoran memotong sumbu datar pada Y = 240. Fungsi
suntikan J = I + G akan dipotong oleh fungsi bocoran W = S + T
pada ketika pendapatan nasional mencapai keseimbangan, yaitu
pada Y = 960.

3. Keseimbangan secara aljabar


Dalam pendekatan penawaran agregat-permintaan agregat,
keseimbangan pendapatan nasional dicapai apabila Y = C + I +
G.
Contohnya:
C = 60 + 0,75Y dan S = -100 + 0,25Y
I = 120
G = 60
Dengan demikian pendapatan nasional pada keseimbangan
adalah (dalam triliun rupiah)
Y=C+I+G
Y = 60 + 0,75Y + 120 + 60

8
0,25 Y = 240
Y = 960
Pendapatan nasional pada keseimbangan dapat dihitung dengan
menggunakan pendekatan suntikan sama dengan bocoran, yaitu
J = I + G sama dengan W = S + T (nilai dalam triliun rupiah):
I+G=S+T
120 + 60 = -100 + 0,25Y + 40
0,25Y = 240
Y = 960

1.2.2. Keseimbangan Pendapatan Nasional pada Pajak Proporsional


Untuk menerangkan keseimbangan pendapatan nasional dalam
perekonomian yang menggunakan sistem pajak proporsional,
digunakan pemisalan berikut:
a. Fungsi konsumsi adalah C = 90 + 0,75Y (fungsi konsumsi sesudah
pajak) dan fungsi tabungan adalah S = -90 + 0,25Y. Dengan
pajaknya adalah 20% Yd.
b. Investasi sektor perusahaan adalah I = 150 (triliun rupiah) dan
pengeluaran pemerintah adalah G = 240 (triliun rupiah).

Dengan pemisalan tersebut dapat ditunjukkan keseimbangan


pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor.

1. Keseimbangan secara angka

Tabel 2. 2 Contoh soal Keseimbangan Pendapatan Nasional pada


Pajak Proporsional perekonomian 3 sektor

9
Apabila pendapatan nasional kurang dari Y = 1200 (triliun rupiah)
maka pengeluaran agregat melebihi pendapatan nasional (AE > Y)
dan ini akan menyebabkan ekspansi dalam ekonomi. Apabila Y >
1200 (misalnya pada Y = 1440) pengeluaran agregat kurang dari
pendapatan nasional. Stok barang dalam perekonomian bertambah
dan kontraksi dalam kegiatan ekonomi berlaku. Keseimbangan
pendapatan nasional dicapai apabila Y = 1200 (triliun rupiah) karena
pada tingkat ini pengeluaran agregat sama dengan pendapatan
nasional.

2. Keseimbangan secara grafik


Gambaran secara grafik dapat dibedakan menjadi dua pendekatan,
yaitu:
a. Pendekatan penawaran agregat-pengeluaran agregat (Y = AE).

Gambar 2. 4 Kurva Pendekatan penawaran agregat-pengeluaran


agregat (Y = AE) pada pajak proporsional

Fungsi konsumi adalah C = 90 + 0,6Y dan AE = 480 + 0,6Y.


Fungsi konsumsi memotong garis 45o pada Y = 225 (pada ketika
Y = C) dan fungsi AE memotong garis 45o apabila pendapatan
nasional mencapai keseimbangan (Y = 1200).

10
b. Pendekatan suntikan-bocoran (J=W).

Gambar 2. 5 Kurva Pendekatan suntikan-bocoran (J=W) pada


pajak proporsional

Fungsi suntikan adalah: I + G = 150 + 240 = 390, dan fungsi


bocoran adalah: S + T = -90 + 0,20Y + 0,20Y = -90 + 0,40Y.
Fungsi bocoran memotong sumbu datar pada Y = 225 (yaitu
pada pendapatan nasional dimana C = Y) dan memotong fungsi
suntikan pada Y = 1200, yaitu pendapatan nasional yang dicapai
pada tingkat keseimbangan.

3. Keseimbangan secara aljabar


Persamaan konsumsi dan tabungan adalah :
C = 90 + 0,60Y
I = -90 + 0,20Y
Sedangan untuk I = 150 dan G = 240. Menurut pendekatan
penawaran agregat-pengeluaran agregat keseimbangan dicapai pada
Y = C + I + G. Dengan demikian pendapatan nasional adalah (dalam
triliun rupiah):
Y=C+I+G
Y = 90 + 0,60Y + 150 + 240
0,40 Y = 480
Y = 1200

11
Pendapatan nasional pada keseimbangan dapat dihitung dengan
menggunakan pendekatan suntikan sama dengan bocoran, yaitu J =
I + G sama dengan W = S + T (nilai dalam triliun rupiah):
I+G=S+T
150 + 240 = -90 + 0,20Y + 0,20Y
0,40Y = 480
Y = 1200

1.3. Syarat Keseimbangan Perekonomian 3 Sektor


Dalam suatu perekonomian, keseimbangan pendapatan nasional akan dicapai
apabila penawaran agregat adalah sama dengan pengeluaran agregat (Sukirno,
2004).
Dalam perekonomian yang tidak melakukan perdagangan luar negeri,
penawaran agregat adalah sama dengan pendapatan nasionalnya (Y), yaitu
sama dengan nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam perekonomian
dalam suatu periode tertentu. Pengeluaran agregat atau pengeluaran yang
dilakukan oleh berbagai pihak dalam perekonomian tersebut, meliputi tiga
jenis perbelanjaan: Konsumsi Rumah Tangga (C), Investasi Perusahaan (I) dan
Pengeluaran Pemerintah membeli barang dan jasa (G).
Dengan demikian keadaan yang menciptakan keseimbangan dalam
perekonomian sektor adalah :

Penawaran Agregat = Pengeluaran Agregat


AS = AD

Dalam keseimbangan berlaku kesamaan berikut: Y = C + I + G sedangkan


pada setiap tingkat pendapatan nasional berlaku kesamaan: Y = C + S + T.
Jika C dikurangi dari setiap ruas, maka dalam perekonomian tiga sektor I dan
G adalah suntikan kedalam sirkulasi aliran pendapatan, sedangkan S dan T
adalah kebocoran. Sebagai kesimpulan dapatlah dirumuskan bahwa dalam
perekonomian tiga sektor yang mencapai keseimbangan akan berlaku keadaan
:I+G=S+T

12
Keterangan:
Y : Penawaran Agregat
AE: Pengeluaran Agregat
C : Konsumsi Rumah Tangga
I : Investasi Perusahaan
G : Pengeluaran Pemerintah Membeli Barang Dan Jasa

1.4.Jenis-Jenis Pajak yang dikutip Pemerintah


1.4.1. Menurut Direktorat Jenderal Pajak Indonesia, jenis-jenis pajak yang
dipungut pemerintah, yaitu :
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
3. Bea Materai (BM)
4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak atas Penjualan Barang
Mewah (PPNBM)
5. Bea Perolehan Hak Tanah atau Bangunan (BPHTB)
1.4.2. Berdasarkan pihak yang menanggung, pajak dibedakan menjadi :
1. Pajak langsung adalah pajak yang pembayarannya harus
ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dialihkan
kepada pihak lain. Contoh : PPh, PBB
2. Pajak tidak langsung adalah Pajak yang pembayarannya dapat
dialihkan kepada pihak lain. Contoh : Pajak Penjualan, PPN,
PPNBM, Bea Materai dan Cukai
1.4.3. Berdasarkan pihak yang memungut, pajak dibedakan menjadi :
1. Pajak negara atau pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat. Pajak pusat merupakan salah satu penerimaan
negara. Contoh : PPh, PPN, PPn dan Bea Materai
2. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah.
Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan
pemerintah daerah. Contoh : Pajak tontonan, pajak reklame.

13
1.4.4. Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan menjadi :
1. Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi keadaan
wajib pajak. Dalam hal ini penentuan besarnya pajak harus ada
alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan kemampuan
bayar wajib pajak. Contoh : PPh
2. Pajak objektif adalah pajak yang berdasarkan pada objeknya tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : PPN, PBB,
PPnBM
1.4.5. Bentuk-Bentuk Pajak Pendapatan :
1. Pajak regresif adalah sistem pajak yang persentasi pungutan
pajaknya menurun apabila pendapatan yang dikenakan pajak
menjadi bertambah tinggi. Nilai pajak yang sama besarnya tanpa
memperhatikan pendapatan seseorang dapat digolongkan sebagai
pajak regresif. Sehingga wajib pajak yang memiliki pendapatan
rendah maka pajak yang dikenakan menjadi relatif lebih tinggi di
banding pendapatannya. Sebaliknya jika pendapatannya besar,
maka pajak relatif lebih rendah. Contoh pajak regresif adalah pajak
impor dan pajak penjualan.
2. Pajak proporsional adalah persentasi pungutan pajak yang tetap
besarnya pada berbagai tingkat pendapatan, yaitu dari pendapatan
yang sangat rendah kepada yang sangat tinggi. Makin tinggi
pendapatan atau kekayaan, makin tinggi pula jumlah pajak yang
akan dibayar. Di banyak Negara, sistem pajak yang digunakan
dalam memungut pajak pendapatan (keuntungan ) perusahaan-
perusahaan yang berbentuk perseroan. Contohnya Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Bumi Bangunan (PBB).
3. Pajak progresif adalah sistem pajak yang persentasinya bertambah
apabila pendapatan semakin meningkat. Pajak progresif
menyebabkan pertambahan nominal pajak yang dibayar akan
menjadi semakin cepat apabila pendapatan semakin tinggi. Jadi
prosentase pajak tergantung pada pendapatan yang diterima oleh
Wajib Pajak (WP). Sehingga semakin tinggi pendapatan yang

14
diterima, maka semakin tinggi pula presentase pajaknya. Sistem
pajak ini bertujuan agar pemerintah mendapat pendapatan pajak
lebih tinggi dan lebih leluasa dalam melakukan pemerataan
pendapatan.Contoh dari pajak progresif adalah Pajak Penghasilan
(PPh).

1.5. Efek Pajak terhadap Konsumsi dan Tabungan Rumah Tangga


Pajak merupakan suatu pungutan yang dipaksakan oleh pemerintah
untuk berbagai tujuan, misalnya untuk membiayai penyediaan barang dan jasa
publik, untuk mengatur perekonomian, dapat juga mengatur konsumsi
masyarakat. Karena sifatnya yang dipaksakan tersebut maka pajak akan
mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat atau seseorang. Pajak
merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam menopang
pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besar-kecilnya
pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara, baik untuk pembiayaan
pembangunan maupun anggaran rutin. Pajak sebagai instrumen fiskal yang
merupakan penerimaan negara kemudian menjadi suatu investasi pemerintah
dan digunakan untuk memenuhi kemakmuran rakyat.

Konsumsi merupakan suatu kegiatan menghabiskan nilai guna dari


suatu barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan tabungan ialah
sisa dari pendapatan yang telah digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Atau
dengan kata lain saving ialah bagian daripada pendapatan yang tidak
dikonsumsi. Dalam perekonomian yang telah mengenakan pajak,
perhubungan diantara pendapatan disposibel dan pendapatan nasional dapat
dinyatakan secara berikut:

Pendapatan disposibel (Yd) = Pendapatan nasional (Y) – Pajak (T)

Berdasarkan hal tersebut, efek pajak terhadap konsumsi dan tabungan adalah
sebagai berikut:

1. Pajak yang dipungut akan mengurangi pendapatan disposible sebanyak


pajak yang dipungut tersebut. Setiap pemungutan pajak akan
menimbulkan perubahan terhadap pendapatan disposible. Pajak

15
sebesar T akan menyebabkan pendapatan disposible turun sebanyak T,
maka:
∆Yd= -T
2. Penurunan pendapatan disposible menyebabkan pengeluaran
konsumsi dan tabungan RT akan berkurang pada berbagai tingkat
pendapatan. Penurunan pendapatan disposible akan mengurangi
konsumsi dan tabungan RT. Jumlah konsumsi dan tabungan yang
berkurang adalah sama dengan pengurangan pendapatan disposible,
Hal ini disebabkan karena pajak yang dibayarkannya mengurangi
kemampuannya untuk melakukan pengeluaran konsumsi dan
menabung. Berdasarkan kepada sifat pengaruh pajak kepada
pendapatan disposibel, pengeluaran konsumsi dan tabungan secara
umum dapat dirumuskan:
Yd= -T = ∆C + ∆S
Walaupun bentuk sistem pajak yaitu pajak tetap atau pajak proporsional,
pemungutan pajak akan mengakibatkan konsumsi dan tabungan rumah
tangga berkurang sebanyak yang ditentukan oleh persamaan berikut:
ΔC= MPC x T
ΔS = MPS x T

CONTOH SOAL :

1. PAJAK TETAP
Diketahui a=90, b=0,75. Pajak yang dikenakan 40. Maka tentukan
persamaan konsumsi dan tabungan sebelum dan sesudah pajak serta
kurvanya!
Jawab:

Persamaan sebelum pajak

C = a + bY S = -a + (1-b)Y

= 90 + 0,75Y = -90 + (1-0,75)Y

= -90 + 0,25Y

16
Sesudah pajak :

Ct = -bT + a + bY S = -(1-b)T - a + (1-b)Y

= (-0,75 . 40) + 90 + 0,75Y = -(1-0,75)40 -90 + (1-0,75)Y

= -30 + 90 + 0,75Y = (-0,25 . 40) - 90 + 0,25Y

= 60 + 0,75Y = -10 – 90 + 0,25Y

= -100 + 0,25Y

2. PAJAK PROPORSIONAL

Diketahui a=90, b=0,75. Pajak yang dikenakan 20% dari nilai Y (0,2Y).
Maka tentukan persamaan konsumsi dan tabungan sebelum dan sesudah
pajak serta kurvanya!

Jawab:

Persamaan sebelum pajak

C = a + bY S = -a + (1-b)Y

= 90 + 0,75Y = -90 + (1-0,75)Y

= -90 + 0,25Y

Persamaan sesudah pajak :

Ct = a + b(1-t)Y S = - a + (1-b)Y - (1-b)tY

= 90 + 0,75(1 - 0,2)Y = -90 + (1-0,75)Y - (1-0,75)tY

= 90 + 0,75(0,8Y) = -90 + 0,25Y - 0,25(0,2Y)

= 90 + 0,6Y = -90 + 0,25Y – 0,05Y

= -90 + 0,2Y

17
1.6. Pengeluaran Pemerintah pada Perekonomian 3 Sektor
1.6.1. Perekonomian 3 sektor adalah perekonomian yang terdiri dari 3 sektor,
yaitu rumah tangga, perusahaan dan pemerintahan. Dalam penerimaan
3 sektor terdapat campur tangan dengan pemerintah dalam bentuk
penerimaan pemerintah dan pengeluaran pemerintah.
1. Penerimaan pemerintah dapat berupa pajak yang didistribusikan
kembali kepada masyarakat.
2. Pengeluaran pemerintahan ( Goverment Expenditured ) adalah
bagian dari kebijakan fiskal yaitu suatu tindakan untuk memgatur
sebuah perekonomian dengan menentukan besar lenerimaan dan
pengeluaran pemerintahan setiap tahunnya yang tercantum dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBN) untuk nasional dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah
regional. Pengeluaran pemerintahan merupakan suatu aspek
penggunaan sumber daya ekonomi yang langsung dikuasai oleh
pemerintah dan tidak langsung dimiliki oleh masyarakat melalui
pembayaran pajak. Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan
untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintahan. Pengeluaran
pemeringah sebagian besar digunakan untuk membiayai afministrasi
pemerintahan dan yang lainnya digunakan sebagai pembiayaan
kegiatan pembangunan, membayar gaji para pegawai
pemwrintahan, membiayai sistem pendidikan, dan kesehatan rakyat,
membiayai pembelanjaan untuk angkatan bersenjata, dan
membiayai berbagai jenis infrastruktur dalam pembangunan.
1.6.2. Jenis Pengeluaran Pemerintah digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah ( Goverment Purchased)
Pengeluaran pemerintah untuk membeli barang-barang dan jasa
yang diperlukan pemerintah untuk melaksanakan pemerintahan
yang baru. Misalnya untuk pembayaran gaji atau upah bagi pereka
yang bekerja pada pemerintahan.

18
2. Pengeluaran Transfer
Pengeluaran yang diberikan kepada golongan masyarakat yang perlu
dibantu. Misalnya tunjangan pensiun, bantuan pendidikan, bantuan
bencana alam, dan lain-lain.

1.7. Faktor Penentu Pengeluaran Pemerintah


1.7.1. Proyeksi Jumlah Pajak yang Diterima
Salah satu faktor penting yang menentukan besarnya pengeluaran
pemerintah adalah meramalkan jumlah pajak. Maksudnya, dalam
menyusun sebuah anggara pendapatan belanja pemerintah harus terlebih
dahulu melakukan proyeksi terhadap jumlah pajak yang akan
diterimanya. Semakin banyak jumlah pajak yang di kumpulkan, maka
semakin banyak pula pembelanjaan pemerintah yang hatus dilakukan.
1.7.2. Tujuan- Tujuan Ekonomi yang Ingin Dicapai
Pemerintah berperan penting dalam perekonomian. Kegiatan yang
dilakukan dapat memanipulasi atau mengatur kegiatan ekonomi yang
diinginkan . beberapa tujuan yang penting dari kegiatan pemerintah
adalah mengatasi masalah pengangguran, menghindari inflasi dan
mempercepat pembangunan ekonomi dalam jangka waktu yang
panjang. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut,pemerintah
membelanjakan uang yang jauh lebih besar dari pendapatan yang
diperoleh dari pajak. Untukk mengatasi pengangguran dan pertumbuhan
ekonomi yang lambat. Misalnya, pemerintah perlu membiayai
pembangunan infrastruktur, pelabuhan, dan mengembangkan
pendidikan.
1.7.3. Pertimbangan Politik dan Keamanan
Pertimbangan politik dan keamanan negara selalu menjadi salah satu
tujuan penting dalam menyusun anggaran belanja pemerintah.
Kekacauan politik, perselisihan di antara berbagai golongan masyarakat
dan daerah seringkali terjadi di berbagai negara di dunia. Keadaan
tersebut akan menyebabkan kenaikan pembelanjaan pemerintah yang
sangat besar, terutama apabila operasi militer perlu dilakukan.

19
BAB III
PENUTUP

1.1. SIMPULAN
Perekonomian 3 sektor terdiri dari sektor-sektor Rumah Tangga, Perusahaan,
dan Pemerintah. Perekonomian 3 sektor masih bersifat tertutup, karena belum
ada perdagangan luar negeri. Dalam perekonomian 3 sektor, sektor ketiga
adalah sektor pemerintah yang bertugas sebagai pembuat kebijakan dan
regulator. Dalam suatu perekonomian, keseimbangan pendapatan nasional akan
dicapai apabila penawaran agregat adalah sama dengan pengeluaran agregat.
Jenis Pengeluaran Pemerintah digolongkan menjadi 2 yaitu, Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah (Goverment Purchased) dan Pengeluaran Transfer.
Pengeluaran tersebut ditentukan oleh proyeksi jumlah pajak yang diterima,
tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai, pertimbangan politik dan keamanan.
Keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor dapat
dibedakan menjadi dua keadaan yaitu, (1) Dalam perekonomian yang sistem
pajaknya adalah sistem pajak tetap. (2) Dalam perekonomian yang sistem
pajaknya adalah sistem pajak proporsional. Untuk setiap keadaan, tiga
pendekatan penentuan keseimbangan pendapatan nasional dapat diterangkan
dengan menggunakan tiga cara yaitu, (1) Dengan menggunakan contoh angka.
(2) Dengan menggunakan gambaran secara grafik. (3) Dengan menggunakan
analisis secara aljabar.

1.2. SARAN
Menurut kami, bangsa Indonesia memiliki SDA yang cukup baik, sehingga
memiliki potensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tetapi hal
tersebut juga harus diimbangi dengan produktivitas penduduk bangsa Indonesia
dalam meningkatkan pendapatannya secara kumulatif. Jadi, SDA yang cukup
memadai, harus diimbangi dengan SDM yang berkualitas.

20
DAFTAR PUSTAKA

Putong, I. (2013). Economics, Pengantar Mikro dan Makro (5th ed.). (C. Hidayat,
Soekarso, & T. M. Setyowati, Penyunt.) Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sukirno, S. (2004). Makro Ekonomi (3rd ed.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

21

Anda mungkin juga menyukai