MAKALAH
Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang menghendaki segala sesuatu di muka
bumi ini, termasuk selesainya penyusunan makalah ini yang berjudul “Deflationary
and Inflationary Gap”.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas peran dari
banyak pihak yang tulus memberikan saran dan doa sehingga makalh ini dapat
terselesaikan, termasuk berbagai sumber buku atau artikel yang menjadi pedoman
kami dalam belajar.
Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna
sebab keterbatasan ilmu dan kemampuan kami. Maka dari itu, kami membutuhkan
saran dan masukan dari pihak manapun. Kami pun berharap makalah ini menjadi
ilmu yang bermanfaat bagi pembaca dan bisa menjadi bagian dari perkembangan
ilmu pengetahuan.
Penulis
ii
Daftar Isi
Halaman Sampul........................................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................... 1
BAB II ISI.................................................................................................................. 2
2.1. Inflationary gap......................................................................................... 2
2.2. Deflationary gap........................................................................................ 3
2.3. Economic fluctuation................................................................................. 5
2.4. Kebijakan Pemerintah dalam Economics Fluctuation......................... 8
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
BAB II. ISI
2
nasional disebut kesenjangan inflasi. Atau pada pekerjaan penuh, ada permintaan
berlebihan AB yang menaikkan harga.
Kesenjangan deflasi (deflationary gap) terjadi ketika PDB riil aktual di bawah
output potensinya. Dalam situasi ini, beberapa sumber daya ekonomi kurang
dimanfaatkan, yang pada gilirannya, menyebabkan tekanan ke bawah pada tingkat
harga. Kesenjangan deflasi memiliki arti yang berbeda dengan deflasi. Kedua istilah
tersebut adalah konsep yang berbeda. Kesenjangan deflasi mengacu pada kondisi di
mana kapasitas produktif ekonomi kurang dimanfaatkan, sementara deflasi adalah
kondisi ketika tingkat harga umum menurun (inflasi negatif). Meskipun output di
bawah tingkat potensinya, inflasi mungkin masih positif tetapi pada tingkat yang
lebih rendah. Oleh karena itu, kesenjangan deflasi tidak selalu menciptakan deflasi
dalam perekonomian, meskipun tingkat harga lebih cenderung tertekan ke bawah
karena bisnis menghadapi kapasitas berlebih. Adanya deflationary gap (celah deflasi)
menunjukan bahwa kegiatan ekonomi belum mencapai potensinya yang maksimal.
Permintaan
agregat dan penawaran agregat jangka pendek berfluktuasi dalam jangka pendek.
Fluktuasi seperti itu menyebabkan PDB riil aktual menyimpang dari potensi PDB.
Ekonom menyebut penyimpangan PDB riil dari potensinya sebagai kesenjangan
output (output gap). Kesenjangan output bisa positif atau negatif. Kesenjangan output
positif terjadi ketika permintaan agregat dan penawaran agregat jangka pendek
berpotongan (keseimbangan jangka pendek) di atas output potensial. Situasi ini
3
mengacu pada kesenjangan inflasi (gap output positif). Namun, ketika keseimbangan
jangka pendek di bawah output potensial, itu adalah kesenjangan deflasi (kesenjangan
output negatif).
Faktor lain yang mengurangi permintaan agregat adalah pajak yang lebih
tinggi, konsumen dan bisnis yang lebih pesimistis, dan harga ekuitas dan perumahan
yang lebih rendah.
Penurunan permintaan agregat menghasilkan PDB riil yang lebih rendah dan
tingkat harga yang lebih rendah. Ekonomi beroperasi di bawah output potensialnya.
4
agregat membawa ekonomi ke dalam resesi, PDB riil dan tingkat harga jatuh
(deflasi).
5
1. Tahap Resesi (AB, CD, EF)
Semula kemacetan – kemacetan yang timbul menyebabkan laju
pertumbuhan ekonomi terhenti (stagnasi) dan / atau mundur sedikit.
Kalau kelesuan itu berlangsung lama, dimana semua sektor ekonomi
ikut terkena dampak, maka kelesuan tersebut dapat menjadi
kemerosotan. Berikut beberapa ciri-ciri tahap resesi:
a. Turunnya daya beli akibat inflasi yang tinggi, harga naik, daya
beli turun, masyarakat mengurangi belanja, dan memilih untuk
lebih banyak menabung.
b. Turunnya investasi akibat turunnya konsumsi, produksi
berlebihan, investasi tidak diperlukan.
c. Turunnya kesempatan kerja akibat investasi turun, lowongan
kesempatan kerja tidak ada ,pengangguran menjadi meningkat.
2. Tahap depresi (B, D, F)
Kegiatan ekonomi semakin merosot yang terjadi karena banyak
produksi berkurang, banyak perusahaan tutup karena rugi, banyak
terjadi pengangguran. Karena pendapatan masyarakat berkurang,
permintaan masyarakat sedikit, sehingga penjualan hanya sedikit.
Harga barang merosot dan dalam hal ini pandangan para pengusaha
menjadi sangat pesimis. Kegiatan ini juga disebut sebagai “konjungtur
rendah”. Adapun ciri – ciri perekonomian pada kondisi depresi:
a. Tingginya pengangguran
b. Kapasitas produksi yang menganggur cenderung tidak
beroperasi dari pada mengalami kerugian besar
c. Rasa pesimis yang mendalam dikalangan para pengusaha
3. Tahap Recovery (BC, DE, FG)
Kegiatan ekonomi mulai normal kembali sehingga ada dorongan untuk
menghidupkan kembali kegiatan produksi. Dengan demikian
pengangguran berkurang jumlahnya. Penjualan mulai bertambah dan
harga – harga dapat naik sedikit. Pandangan dunia bisnis menjadi lebih
6
optimis lagi, dan mulai ada lagi pengusaha yang mulai dengan usaha-
usaha baru. Kehidupan ekonomi mulai normal kembali. Berikut adalah
ciri-ciri perekonomian pada tahap recovery:
a. Membaiknya indikator ekonomi
b. Suku bunga turun, inflasi berhasil dikendalikan, gejolak buruh
turun, nilai mata uang mulai stabil
c. Meningkatnya investasi
d. Adanya stimulus rangsangan ekonomi (melalui pengeluaran
pemerintah), bagusnya indikator makro, pelaku usaha mulai
optimis akan hari kedepannya dan perusahaan mulai mengkaji
investasi baru.
4. Tahap Puncak (A, C, E, G)
Kegiatan ekonomi dalamperkembangan atau pertumbhan yng cepat
sa,pai tercapai puncak kegiatan (sering disebut “boom” atau “hausse”).
Tetapi setelah beberapa waktu mulai timbul kemacetan-kemacetan dan
hambatan-hambatan yang akhirnya menyebabkan situasi berubah atau
berbalik menjadi resesi. Berikut adalah ciri-ciri perekonomian pada
tahap puncak:
a. Tingkat permintaan agregat kuat dan naik
b. Peningkatan permintaan untuk barang-barang impor dan jasa
c. Meningkatnya investasi dan keuntungan perusahaan
d. Meningkatnya produtivitas
Berdasarkan hal tersebut siklus eknomi dapat digambarkan sebagai
gelombang naik-turun aktivitas ekonomi, yang terdiri atas empat elemen
yaitu:
1. Gerakan Menaik (Upturn atau Expansion)
Pemulihan ekonomi (recovery) ditandai dengan gerakan perekonomian
yang menaik (upturn). Kadang-kadang gerakan menaik ini disebut
juga ekspansi (expansion) bila gerakan menaik ini terjadi selama
minimal dua triwulan berturut-turut
7
2. Titik Puncak atau Kulminasi (Peak)
Ekspansi ekonomi tidak akan terjadi selamanya. Suatu ketika gerakan
menaik ini mencapai titik tertinggi. Titik ini disebut titik puncak atau
kulminasi (peak). Setelah mencapai titik kulminasi, perekonomian
akan mengalami penurunan kembali.
3. Gerakan Menurun (Downturn atau Recession)
Yang dimaksud dengan gerak menurun adalah menurunnya output
yang dilihat dari menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Kadang-
kadang gerakan penurunan ini disebut resesi (recession), bila terjadi
selama minimal dua triwulan berturut-turut.
4. Titik Terendah (Trough)
Gerakan menurun akan berlanjut hingga mencapai titik yang paling rendah, yang
disebut titik nadir (trough). Setelah mencapai titik terendah, perekonomian akan pulih
kembali dilihat dari adanya gerakan menaik.
8
6. Menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang
tunai yang dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro
dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.
7. Menurunkan cadangan minimum sehingga jumlah uang yang beredar
cenderung naik dan sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan jumlah
uang yang beredar cenderung turun.
8. Kebijakan fiskal
a) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
b) Menaikan Tarif Pajak
c) Mengadakan Pimjaman Pemerintah
9. Kebijakan Non-Moneter
a) Menaikan Hasil Produksi
b) Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan
cara gaji tidak sering dinaikan.
c) Pengaman harga dan distribusi barang
9
6. Kebijakan Fiskal
a) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
b) Menurunkan Tarif Pajak
c) Mengadakan Pimjaman Pemerintah
7. Kebijakan Non-Moneter
a) Kebijakan Upah
b) Menurunkan Hasil Produksi
10
BAB I. PENUTUP
Berdasarkan materi yang telah kami kaji, kesenjangan inflasi dan deflasi
memiliki sebab dan efek nya masing-masing. Kesenjangan inflasi disebabkan oleh
permintaan agregat yang meningkat sehingga tingkat harga pun meningkat pula.
Adapun kesenjangan deflasi disebabkan oleh penurunan permintaan agregat yang
menyebabkan tingkat harga juga menurun. Apabila kondisi perekonomian suatu
negara tidak berkembang secara stabil, dalam artian memiliki kenaikan dan
kemunduran yang berubah-ubah, hal itu disebut konjungtur ekonomi. Dalam
mencegah terjadinya konjungtur ekonomi suatu negara, pemerintah harus
menganilisis dan membuat kebijakan dengan tepat.
11
Daftar Pustaka
https://www.slideshare.net/dev_ary/introduction-to-economic-fluctuation
https://www.academia.edu/38002452/ekonomi_makro-konjungtur?auto=download
12