Anda di halaman 1dari 15

DEFLATIONARY AND INFLATIONARY GAP

MAKALAH

Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Prof. Dr. Miyasto, S. U.


Ariska Nurfajar Rini, S.E., M.Sc.

Oleh:

Ryaas Mahardika Muhammad 12030119110022


Muhammad Fahrul Rozi 12030119120001
Ryan Edriansyah Adhi 12030119130091
Nabil Tsaqif Fadhlurahman 12030119130113
Vincencius Fritz Valerian Prabawa 12030119130204
Falsa Dzaky Arifian 12030119130235
Satrio Wahyutomo 12030119130267
Muhammad Daffa Dewanto 12030119140266
Reyno Elvin Albarokah 12030119140269

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang menghendaki segala sesuatu di muka
bumi ini, termasuk selesainya penyusunan makalah ini yang berjudul “Deflationary
and Inflationary Gap”.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas peran dari
banyak pihak yang tulus memberikan saran dan doa sehingga makalh ini dapat
terselesaikan, termasuk berbagai sumber buku atau artikel yang menjadi pedoman
kami dalam belajar.
Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna
sebab keterbatasan ilmu dan kemampuan kami. Maka dari itu, kami membutuhkan
saran dan masukan dari pihak manapun. Kami pun berharap makalah ini menjadi
ilmu yang bermanfaat bagi pembaca dan bisa menjadi bagian dari perkembangan
ilmu pengetahuan.

Semarang, 27 Maret 2020

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman Sampul........................................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................... 1
BAB II ISI.................................................................................................................. 2
2.1. Inflationary gap......................................................................................... 2
2.2. Deflationary gap........................................................................................ 3
2.3. Economic fluctuation................................................................................. 5
2.4. Kebijakan Pemerintah dalam Economics Fluctuation......................... 8

BAB III PENUTUP.................................................................................................... 11


Daftar Pustaka............................................................................................................ 12

iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di dalam ekonomi bahwa tingkat employment (tingkat kesempatan kerja)


mungkin ada dalam keadaan full employment, mungkin dalam keadaan under
employment, mungkin juga ada dalam keadaan over employment. Untuk dapat
memperoleh gambaran tentang sejauh manakah tingkat employment yang terjadi
menyimpang dari kapasitas produksi yang ada. Kita dapat menggunakan konsep
inflationary gap dan deflationary gap. Inflationary gap dan deflationary gap
kiranya berturut-turut dapat kita terjemahkan dengan celah inflasi dan celah deflasi,
dalam menunjukkan besarnya penyimpangan tersebut. Semakin besar angka
inflationary gap-nya akan berarti semakin besar over employmentnya. Dan semakin
besar angka deflationary gap-nya berarti semakin jauh tingkat employment berada
dibawah tingkat full employment, yang dengan perkataan lain, semakin besar
tingkat pengangguran yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana terjadinya economic fluctuation?
2. Apa saja yang dapat pemerintah lakukan dalam setiap tahapan economic
fluctuation?
3. Apa itu konsep inflationary dan deflationary gap?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa yang menyebabkan economic fluctuation?
2. Mengetahui yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi
economic fluctuation?
3. Mengetahui pengaruh inflationary dan deflationary gap?

1
BAB II. ISI

2.1 Inflationary Gap


Jika permintaan agregat melebihi nilai agregat dari output pada tingkat
lapangan kerja penuh, akan ada kesenjangan inflasi dalam perekonomian. Permintaan
agregat atau pengeluaran agregat terdiri dari pengeluaran konsumsi (C), pengeluaran
investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan neraca perdagangan atau nilai ekspor
dikurangi nilai impor (X - M).

Jika Yf adalah tingkat pekerjaan penuh dari pendapatan nasional. Jika C + I +


G + (X - M) adalah kurva permintaan agregat (AD) yang memotong garis 45 ° pada
titik A maka pendapatan ekuilibrium ditentukan pada Yf. Tidak akan ada kenaikan
harga karena permintaan agregat sama dengan penawaran agregat. Sekarang jika
kurva AD bergeser ke AD ’, output ekuilibrium tidak akan meningkat karena output
tidak dapat ditingkatkan melampaui tingkat pekerjaan penuh. Dengan kata lain,
karena pekerjaan penuh, output tidak dapat meningkat menjadi Y *. Jadi pada tingkat
Yf output pekerjaan penuh, ada kesenjangan inflasi sejauh AB. Jarak vertikal antara
permintaan agregat dan garis 45° pada tingkat ketenagakerjaan penuh dari pendapatan

2
nasional disebut kesenjangan inflasi. Atau pada pekerjaan penuh, ada permintaan
berlebihan AB yang menaikkan harga.

2.2 Deflationary Gap

Kesenjangan deflasi (deflationary gap) terjadi ketika PDB riil aktual di bawah
output potensinya. Dalam situasi ini, beberapa sumber daya ekonomi kurang
dimanfaatkan, yang pada gilirannya, menyebabkan tekanan ke bawah pada tingkat
harga. Kesenjangan deflasi memiliki arti yang berbeda dengan deflasi. Kedua istilah
tersebut adalah konsep yang berbeda. Kesenjangan deflasi mengacu pada kondisi di
mana kapasitas produktif ekonomi kurang dimanfaatkan, sementara deflasi adalah
kondisi ketika tingkat harga umum menurun (inflasi negatif). Meskipun output di
bawah tingkat potensinya, inflasi mungkin masih positif tetapi pada tingkat yang
lebih rendah. Oleh karena itu, kesenjangan deflasi tidak selalu menciptakan deflasi
dalam perekonomian, meskipun tingkat harga lebih cenderung tertekan ke bawah
karena bisnis menghadapi kapasitas berlebih. Adanya deflationary gap (celah deflasi)
menunjukan bahwa kegiatan ekonomi belum mencapai potensinya yang maksimal.

Permintaan
agregat dan penawaran agregat jangka pendek berfluktuasi dalam jangka pendek.
Fluktuasi seperti itu menyebabkan PDB riil aktual menyimpang dari potensi PDB.
Ekonom menyebut penyimpangan PDB riil dari potensinya sebagai kesenjangan
output (output gap). Kesenjangan output bisa positif atau negatif. Kesenjangan output
positif terjadi ketika permintaan agregat dan penawaran agregat jangka pendek
berpotongan (keseimbangan jangka pendek) di atas output potensial. Situasi ini

3
mengacu pada kesenjangan inflasi (gap output positif). Namun, ketika keseimbangan
jangka pendek di bawah output potensial, itu adalah kesenjangan deflasi (kesenjangan
output negatif).

Deflasionery Gap atau kesenjangan output merupakan kondisi penurunan


pengeluaran total pada permintaan agregat pada tingkat kesempatan kerja penuh (full
employment) pendapatan nasional potensial (potential GNP). Karena pengurangan
beberapa pengeluaran, maka beberapa sumber-sumber ekonomi yang tidak produktif
akan menyebabkan actual GNP di bawah produksi nasional bruto potensil. Untuk
mengatasi penurunan dalam pengeluaran ini, pemerintah dapat melakukan kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal untuk meningkatkan dan memperluas permintaan
agregat.

2.2.1 Penyebab Deflationary Gap

Kesenjangan deflasi dapat terjadi ketika permintaan agregat menurun.


Misalnya, resesi global mengurangi permintaan asing untuk produk dalam negeri.
Ekspor menurun, demikian juga dengan permintaan agregat.

Lingkungan suku bunga tinggi juga berkontribusi terhadap permintaan agregat


yang lebih rendah. Dalam hal ini, pinjaman baru menjadi lebih mahal. Rumah tangga
mengurangi pengeluaran mereka untuk barang tahan lama, dan perusahaan menunda
pengeluaran investasi mereka.

Faktor lain yang mengurangi permintaan agregat adalah pajak yang lebih
tinggi, konsumen dan bisnis yang lebih pesimistis, dan harga ekuitas dan perumahan
yang lebih rendah.

Penurunan permintaan agregat menghasilkan PDB riil yang lebih rendah dan
tingkat harga yang lebih rendah. Ekonomi beroperasi di bawah output potensialnya.

2.2.2 Implikasi Deflationary Gap terhadap Ekonomi

Ketika ekonomi mengalami kesenjangan deflasi, pertumbuhan ekonomi dan


tingkat inflasi lebih rendah (atau bahkan negatif). Ketika penurunan permintaan

4
agregat membawa ekonomi ke dalam resesi, PDB riil dan tingkat harga jatuh
(deflasi).

Perusahaan menghadapi kelebihan kapasitas. Harga dan upah memberi


tekanan ke bawah. Margin laba menyusut dan memaksa mereka untuk mengurangi
tenaga kerja, menyebabkan tingkat pengangguran yang lebih tinggi . Rumah tangga
menjadi lebih pesimis tentang prospek pekerjaan dan pendapatan mereka di masa
depan. Akibatnya, mereka menghabiskan lebih sedikit untuk barang dan jasa.

Bagi pemerintah, penurunan kegiatan ekonomi menyebabkan penerimaan


pajak turun. Di pasar keuangan, investor biasanya akan mengurangi investasi di
perusahaan siklis (cyclical companies) dan perusahaan berbasis komoditas. Mereka
mulai merealokasi investasi lebih banyak pada perusahaan-perusahaan defensif
karena mereka memiliki kinerja yang lebih stabil selama perlambatan ekonomi.

2.3 Economics Fluctuation (Konjungtur)

2.3.1 Pengertian Konjungtur

Menurut Sadono, konjungtur adalah kenyataan yang berlaku dalam


perekonomian yang menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi tidak berkembang
secara teratur tetapi mengalami kenaikan atau kemunduran yang selalu
berubah-ubah dari waktu ke waktu.
2.3.2.Tahapan Konjungtur

Konjungtur sendiri dibagi ke dalam 4 tahapan yaitu:

5
1. Tahap Resesi (AB, CD, EF)
Semula kemacetan – kemacetan yang timbul menyebabkan laju
pertumbuhan ekonomi terhenti (stagnasi) dan / atau mundur sedikit.
Kalau kelesuan itu berlangsung lama, dimana semua sektor ekonomi
ikut terkena dampak, maka kelesuan tersebut dapat menjadi
kemerosotan. Berikut beberapa ciri-ciri tahap resesi:
a. Turunnya daya beli akibat inflasi yang tinggi, harga naik, daya
beli turun, masyarakat mengurangi belanja, dan memilih untuk
lebih banyak menabung.
b. Turunnya investasi akibat turunnya konsumsi, produksi
berlebihan, investasi tidak diperlukan.
c. Turunnya kesempatan kerja akibat investasi turun, lowongan
kesempatan kerja tidak ada ,pengangguran menjadi meningkat.
2. Tahap depresi (B, D, F)
Kegiatan ekonomi semakin merosot yang terjadi karena banyak
produksi berkurang, banyak perusahaan tutup karena rugi, banyak
terjadi pengangguran. Karena pendapatan masyarakat berkurang,
permintaan masyarakat sedikit, sehingga penjualan hanya sedikit.
Harga barang merosot dan dalam hal ini pandangan para pengusaha
menjadi sangat pesimis. Kegiatan ini juga disebut sebagai “konjungtur
rendah”. Adapun ciri – ciri perekonomian pada kondisi depresi:
a. Tingginya pengangguran
b. Kapasitas produksi yang menganggur cenderung tidak
beroperasi dari pada mengalami kerugian besar
c. Rasa pesimis yang mendalam dikalangan para pengusaha
3. Tahap Recovery (BC, DE, FG)
Kegiatan ekonomi mulai normal kembali sehingga ada dorongan untuk
menghidupkan kembali kegiatan produksi. Dengan demikian
pengangguran berkurang jumlahnya. Penjualan mulai bertambah dan
harga – harga dapat naik sedikit. Pandangan dunia bisnis menjadi lebih

6
optimis lagi, dan mulai ada lagi pengusaha yang mulai dengan usaha-
usaha baru. Kehidupan ekonomi mulai normal kembali. Berikut adalah
ciri-ciri perekonomian pada tahap recovery:
a. Membaiknya indikator ekonomi
b. Suku bunga turun, inflasi berhasil dikendalikan, gejolak buruh
turun, nilai mata uang mulai stabil
c. Meningkatnya investasi
d. Adanya stimulus rangsangan ekonomi (melalui pengeluaran
pemerintah), bagusnya indikator makro, pelaku usaha mulai
optimis akan hari kedepannya dan perusahaan mulai mengkaji
investasi baru.
4. Tahap Puncak (A, C, E, G)
Kegiatan ekonomi dalamperkembangan atau pertumbhan yng cepat
sa,pai tercapai puncak kegiatan (sering disebut “boom” atau “hausse”).
Tetapi setelah beberapa waktu mulai timbul kemacetan-kemacetan dan
hambatan-hambatan yang akhirnya menyebabkan situasi berubah atau
berbalik menjadi resesi. Berikut adalah ciri-ciri perekonomian pada
tahap puncak:
a. Tingkat permintaan agregat kuat dan naik
b. Peningkatan permintaan untuk barang-barang impor dan jasa
c. Meningkatnya investasi dan keuntungan perusahaan
d. Meningkatnya produtivitas
Berdasarkan hal tersebut siklus eknomi dapat digambarkan sebagai
gelombang naik-turun aktivitas ekonomi, yang terdiri atas empat elemen
yaitu:
1. Gerakan Menaik (Upturn atau Expansion)
Pemulihan ekonomi (recovery) ditandai dengan gerakan perekonomian
yang menaik (upturn). Kadang-kadang gerakan menaik ini disebut
juga ekspansi (expansion) bila gerakan menaik ini terjadi selama
minimal dua triwulan berturut-turut

7
2. Titik Puncak atau Kulminasi (Peak)
Ekspansi ekonomi tidak akan terjadi selamanya. Suatu ketika gerakan
menaik ini mencapai titik tertinggi. Titik ini disebut titik puncak atau
kulminasi (peak). Setelah mencapai titik kulminasi, perekonomian
akan mengalami penurunan kembali.
3. Gerakan Menurun (Downturn atau Recession)
Yang dimaksud dengan gerak menurun adalah menurunnya output
yang dilihat dari menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Kadang-
kadang gerakan penurunan ini disebut resesi (recession), bila terjadi
selama minimal dua triwulan berturut-turut.
4. Titik Terendah (Trough)

Gerakan menurun akan berlanjut hingga mencapai titik yang paling rendah, yang
disebut titik nadir (trough). Setelah mencapai titik terendah, perekonomian akan pulih
kembali dilihat dari adanya gerakan menaik.

2.4 Kebijakan Pemerintah dalam Economics Fluctuation

2.4.1 Cara mengatasi inflasi:

1. pemerintah berusaha menekan inflasi serendah-rendahnya karena inflasi


tidak dapat dihapuskan sama sekali.
2. Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau
tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga.
3. Kebijakan moneter dengan cara bank sentral untuk mempengaruhi
jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang
yang beredar.
4. Memperkuat Politik diskonto (discount policy), yaitu politik bank
sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikan dan
menurunkan tingkat bunga.
5. Kebijakan Pasar Terbuka (open market policy) yaitu dengan jalam
membeli atau menjual surat-surat berharga.

8
6. Menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang
tunai yang dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro
dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.
7. Menurunkan cadangan minimum sehingga jumlah uang yang beredar
cenderung naik dan sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan jumlah
uang yang beredar cenderung turun.
8. Kebijakan fiskal
a) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
b) Menaikan Tarif Pajak
c) Mengadakan Pimjaman Pemerintah
9. Kebijakan Non-Moneter
a) Menaikan Hasil Produksi
b) Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan
cara gaji tidak sering dinaikan.
c) Pengaman harga dan distribusi barang

2.4.2 Cara Mengatasi Deflasi

1. Menurunkan tingkat suku bunga.


2. Memberikan stimulus ekonomi berupa bantuan likuiditas ke sektor
bisnis.
3. Pemerintah juga dapat memotong pajak dan meningkatkan belanjanya
sendiri untuk menggairahkan perekonomian.
4. Dari sisi Bank Sentral, pemerintah juga dapat meningkatkan peredaran
uang di masyarakat dengan membeli surat hutang sektor swasta dan
menukarkannya dengan uang tunai.
5. Kebijakan Moneter
a) Politik Diskonto
b) Kebijakan Pasar Terbuka
c) Politik Persediaan Kas (cash ratio policy)
d) Perubahan Cadangan Minimum

9
6. Kebijakan Fiskal
a) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
b) Menurunkan Tarif Pajak
c) Mengadakan Pimjaman Pemerintah
7. Kebijakan Non-Moneter
a) Kebijakan Upah
b) Menurunkan Hasil Produksi

10
BAB I. PENUTUP
Berdasarkan materi yang telah kami kaji, kesenjangan inflasi dan deflasi
memiliki sebab dan efek nya masing-masing. Kesenjangan inflasi disebabkan oleh
permintaan agregat yang meningkat sehingga tingkat harga pun meningkat pula.
Adapun kesenjangan deflasi disebabkan oleh penurunan permintaan agregat yang
menyebabkan tingkat harga juga menurun. Apabila kondisi perekonomian suatu
negara tidak berkembang secara stabil, dalam artian memiliki kenaikan dan
kemunduran yang berubah-ubah, hal itu disebut konjungtur ekonomi. Dalam
mencegah terjadinya konjungtur ekonomi suatu negara, pemerintah harus
menganilisis dan membuat kebijakan dengan tepat.

11
Daftar Pustaka

https://www.slideshare.net/dev_ary/introduction-to-economic-fluctuation

https://www.academia.edu/38002452/ekonomi_makro-konjungtur?auto=download

12

Anda mungkin juga menyukai