DISUSUN OLEH
PENGANTAR EKONOMI
PRODI MANAJEMEN EKONOMI
IAHN GDE PUDJA MATARAM
2022
1
KATA PENGANTAR
Om swastyastu,puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida sang hyang Widhi Wasa
yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang memberikan saran dan
kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk
saran serta masukanbahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang sangat menarik untuk dibahas
terutama yang berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi.
Pertama, inflasi domestik yang tinggi menyebabkan tingkat balas jasa yang riil terhadap
asset finansial domestik semakin rendah ( bahkan seringkali negatif ), sehingga dapat
mengganggu mobilisasi dana domestik dan bahkan dapat mengurangi tabungan
domestik yang menjadi sumber dana investasi. Kedua, dapat menyebabkan daya saing
barang ekspor berkurang dan dapat menimbulkan defesit dalam transaksi berjalan dan
sekaligus dapat meningkatkan hutang luar negeri. Ketiga, inflasi dapat memperburuk
distribusi pendapatan dengan terjadinya transfer sumberdaya dari konsumen dan
golongan berpenghasilan tetap kepada produsen. Keempat, inflasi yang tinggi dapat
mendorong terjadinya pelarian modal keluar negeri. Kelima, inflasi yang tinggi akan dapat
mennyebabkan kenaikan tingkat bunga nominal yang dapat mengganggu tingkat
investasi yang dibutuhkan untuk memacu tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu.
Tingkat inflasi terutama sekali bergantung pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan
oleh bank sentral, oleh sebab itu, pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis
besar bukanlah dua masalah yang saling berkaitan.
B. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi dan Pengangguran” kami mengangkat rumusan
masalah yaitu:
a. Apa itu inflasi, deflasi dan stagflasi?
b. Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran?
C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh
inflasi, deflasi dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran.
4
BAB II
PEMBAHASAN INFLASI
Inflasi adalah kenaikan harga barang atau jasa, yang menyebabkan daya beli uang
menurun. Kenaikan harga ini terjadi pada sebagian besar barang dan jasa, secara terus
menerus atau dalam kurun waktu tertentu, Akibat dari inflasi secara umum adalah
menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun.
Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara
pendapatan tetap, maka itu berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5%
yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku
berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama
kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai. Yang paling penting untuk
diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat inflasi
meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku
di luar ekspektasi pemerintah, misalnya efek dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai
uang) yang sangat besar atau ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang
bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan
agar kestabilan harga-harga dapat diwujudkan kembali.
5
2.2 jenis – jenis inflasi
A. Menurut Sifatnya
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu sebagai berikut:
• Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun. Inflasi ini
biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi
pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, 30%, dan sebagainya.
• Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100% pertahun.
Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
• Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga
secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak
ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga lebih baik
ditukarkan dengan barang.
B. Berdasarkan Sebabnya
Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi
di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full
employment), akibatnya adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak
sementara penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus-
menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk
mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan
tenaga kerja baru.
Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya
produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs
mata uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri,
adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya
biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu: pertama, langsung
menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya
naik (karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah
produksi.
6
2.3 Inflasi Merayap dan hiperinflasi
Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga –harga yang ingkatannya tidak melebihi
dua atau tiga persen dalam setahun. Contohnya: negara malaysia dan singapura negara
tersebut adalah dua darinegara – negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan
sebagai inflasi merayap
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga yang sangat cepat yang menyebabkan tingkat
harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat.
7
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha.
8
2.5.2 DAMPAK NEGATIF
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang
berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli
barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang
ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di
rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau
rendahnya dana investasi yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi
dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya
relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada
penjarahan dan perampasan.
9
2.6 Cara mengatasi masalah inflasi
9
2.6.3Inflasi dan kebijakan segi penawaran dengan output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat
dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor cenderung
meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.
Melakukan langkah – langkah yang dapatmengurangi biaya produksi dan menstabilkan
harga seperti mengurangi pajak impor dan pajak atas bahan mentah, pertambahanproduksi,
dan menggalakan perkembangan teknologi
10
BAB II
PENGANGGURAN
Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang menganggur
biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja.
Usia kerja biasanya usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas usia anak- anak
(relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa pendidikan dari SD – tamat SMU). Sedangkan di atas
usia 18, namun masih sekolah dapatlah dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal
ini masih banyak yang memperdebatkannya.
11
2.6 Jenis – jenis Pengangguran
2. Berdasarkan Cirinya
12
Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali
didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah
lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan
kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan
digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contoh – contohnya ialah,
pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan kluarga petani
dengan anggota kluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat
kecil.
Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di sektor
pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak
dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim
kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di samping itu,
pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif di antara waktu sesudah
menanam dan sudah menuai. Apabila dalam masa di atas penyadap karet,
nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa
menganggur. Pengnggur seperti ini digolongkan sebagai pengangguran
bermusim.
Setengah Menganggur : Di negara – negara berkembang penghijrahan
atau migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai
akibatnyatidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan
dengan mudah. Sebagiannya menjadi penganggur sepenuh waktu. Di samping
itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu,
dan jam kerja mereka adalah jauh lebihrendah dari yang normal. Mereka
mungkin hnya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat
jam sehari. Pekerja – pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang
dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur.
13
2.7 Akibat Pengangguran
Bagi masyarakat :
Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para
pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak
14
masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya akan
memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah produksinya
yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu memerlukan
tenaga kerja baru sampai pada tingkat full employment.
Sampai sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak memberikan dampak yang
negatif daripada positif bagi suatu bangsa dalam perekonomiannya. Alasannya,
sederhana saja karena banyak negara yang mengelola ekonominya tidak efisien,
hambatan investasi, dan masih tergantung sangat besar (baik dari segi kualitas maupun
kuantitas) pada bahan baku impor.
Secara teori, Lipsey (tahun 1997) menerangkan hubungan antara tingkat inflasi dengan
pengangguran melalui teori pasar tenaga kerja. Menurutnya, upah tenaga kerja akan
cenderung turun bila pengangguran relatif banyak, karena banyaknya tingkat pengangguran
mencerminkan adanya kelebihan penawaran tenaga kerja. Sebaliknya upah tenaga kerja
naik bila tingkat pengangguran relatif rendah, karena adanya kelebihan permintaan tenaga
kerja. Namun, meskipun pada suatu kondisi terdapat keseimbangan anatara permintaan dan
penawaran tenaga kerja yang memberikan tingkat upah tertentu, pengangguran masih saja
tetap ada, hal ini dikarenakan informasi yang kurang keahlian yang tidak sesuai dengan
lowongan dan sebagainya. Jadi menurut Lipsey, sehubungan dengan teori Phillips,
penawaran dan permintaan itu menentukan tingkat upah dan perubahan tingkat upah
tergantung dari adanya kelebihan permintaan tenaga kerja. Dengan demikian, makin besar
kelebihan tinggi tuntutan kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan
ini dapat disimpulakn bahwa usaha menaikkan kesempatan kerja dapat juga digunakan
sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-
harga pada umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai uang.
2) Deflasi adalah suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau semakin
meningkatnya nilai uang.
3) Stagflasi adalah kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan output
ini merupakan akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang disebabkan oleh
perubahan inflasi yang diharapkan.
4) Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat
pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi
harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.
16
4.2 Saran
17
Daftar Pustaka
18