Dosen Pengampu:
Oleh:
Kelompok 6
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini
digunakan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi Regional dengan judul
“Pengaruh Sistem Perencanaan dan Otonomi Daerah”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
pembuatan makalah ini, juga khususnya kepada Ibu Duwi Yunitasari selaku dosen Ekonomi
Regional Kelas A yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagikan wawasannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kelompok 6
i
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................……i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................3
BAB III
PENUTUP................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan........................................................................................................12
3.2 Saran...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
maka perumusan permasalahan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apa Definisi Tipologi Klassen?
b. Apa saja Tujuan dan Manfaat Tipologi Klassen?
c. Bagaimana Klasifikasi Pendekatan dari Tipologi Klassen?
d. Bagaimana Konsep dan Metode Analisis Tipologi Klassen?
e. Bagaimana Contoh Pengaplikasian Tipologi Klassen di Wilayah Indonesia?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang definisi Tipologi Klassen.
b. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat Tipologi Klassen.
c. Untuk memahami tentang konsep dan metode analisis Tipologi Klassen.
d. Untuk memahami tentang klasifikasi pendekatan dari Tipologi Klassen.
e. Untuk mengetahui contoh pengaplikasian Tipologi Klassen di wilayah Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Tujuan dan Manfaat Tipologi Klassen
Analisis Tipologi Klassen dapat digunakan untuk tujuan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan memperhatikan
perekonomian daerah yang diacunya.
b. Mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditi unggulan suatu daerah.
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, pengguna analisis Tipologi Klassen akan
mendapatkan manfaat sebagai berikut:
a. Dapat membuat prioritas kebijakan daerah berdasarkan keunggulan sektor,
subsektor, usaha, atau komoditi daerah yang merupakan hasil analisis Tipologi
Klassen.
b. Dapat menentukan prioritas kebijakan suatu daerah berdasarkan posisi
perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian nasional maupun daerah yang
diacunya.
c. Dapat menilai suatu daerah baik dari segi daerah maupun sektoral.
Alat analisis Tipologi Klassen merupakan gabungan atau perpaduan antara alat analisis
hasil bagi lokasi atau Location Quotient (LQ) dengan Model Rasio Pertumbuhan
(MRP). Tipologi Klassen dapat digunakan melalui dua pendekatan, yaitu sektoral
maupun daerah. Data yang biasa digunakan dalam analisis ini adalah data Pendapatan
Domestik Regional Bruto (PDRB).
4
a. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan
kuadran sektor dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan
pertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan memiliki
kontribusi terhadap PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor
tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s).
Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi>g dan si>s. Sektor dalam kuadran I
dapat pula diartikan sebagai sektor yang potensial karena memiliki kinerja laju
pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar daripada daerah yang menjadi
acuan atau secara nasional.
b. Sektor maju tapi tertekan (Kuadran II). Sektor yang berada pada kuadran ini
memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi
memiliki kontribusi terhadap PDRB daerah (si) yang lebih besar dibandingkan
kontribusi nilai sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau
secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan g i<g dan si>s. Sektor
dalam kategori ini juga dapat dikatakan sebagai sektor yang telah jenuh.
c. Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III).
Kuadran ini merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki nilai pertumbuhan
PDRB (gi) yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan
atau secara nasional (g), tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB (s i) lebih
kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang
menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan
gi>g dan si<s. Sektor dalam Kuadran III dapat diartikan sebagai sektor yang sedang
booming. Meskipun pangsa pasar daerahnya relatif lebih kecil dibandingkan rata-
rata nasional.
d. Sektor relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh sektor yang
memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan
sekaligus memiliki kontribusi tersebut terhadap PDRB (si) yang lebih kecil
dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi
acuan atau secara nasional (s).
5
Pendekatan kedua yang dilakukan dalam analisis tipologi Klassen adalah
pendekatan daerah seperti yang diutarakan oleh Sjafrizal (1997). Berikut merupakan
tabel klasifikasi Tipologi Klassen.
Tabel 2
Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Daerah
Kuadran I Kuadran II
Daerah maju dan tumbuh dengan Daerah maju tapi
pesat gi>g, gki>gk tertekan gi<g, gki>gk
Kuadran III Kuadran IV
Daerah yang masih dapat Daerah relatif tertinggal
berkembang
dengan pesat
gi>g, gki<gk gi<g, gki<gk
Pendekatan ini mempunyai konsep yang serupa dengan pendekatan sektoral dan
data yang digunakan juga berupa data PDRB dan pertumbuhan per kapita. Yang
membedakan adalah empat daerah kuadaran dibagi menurut klasifikasi daerah sebagai
berikut.
a. Daerah yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan
kuadran daerah dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan
pertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan memiliki
pertumbuhan PDRB per kapita (gki) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan
PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifikasi
ini biasa dilambangkan dengan gi>g dan gki>gk.
b. Daerah maju tapi tertekan (Kuadran II). Daerah yang berada pada kuadran ini
memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi
memiliki pertumbuhan PDRB per kapita (gki) yang lebih besar dibandingkan
pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional
(gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi<g dan gki>gk.
c. Daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini
merupakan kuadran untuk daerah yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (g i)
yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara
6
nasional (g), tetapi pertumbuhan PDRB per kapita daerah tersebut (gki) lebih kecil
dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan
atau secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan g i>g dan
gki<gk.
d. Daerah relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh daerah yang
memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan
sekaligus pertumbuhan PDRB per kapita (gki) yang lebih kecil dibandingkan
pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional
(gk).
Dimana:
7
b. Jika nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah studi kurang
berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi.
c. Jika nilai LQ = 1, maka sektor tersebut termasuk sektor non unggulan, yang artinya
sektor tersebut hanya mampu memenuhi pasar di wilayah itu sendiri.
Selanjutnya, Model Rasio Pertumbuhan (MRP) adalah membandingkan
pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam skala yang lebih luas maupun dalam skala yang
lebih kecil. Di mana model ini memiliki dua rasio pertumbuhan yaitu rasio
pertumbuhan wilayah studi (RPs) dan rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr). rasio
pertumbuhan wilayah studi (RPs) merupakan perbandinga antara Iaju pertumbuhan
kegiatan wilayah studi dengan Iaju pertumbuhan kegiatan wilayah referensi. rasio
pertumbuhan wilayah referensi (RPr) merupakan perbandingan antara Iaju
pertumbuhan kegiatan wilayah referensi dengan Iaju pertumbuhan total kegiatan
(PDRB) wilayah referensi.
Keterangan:
Y sektor = Nilai kontribusi sektor i
Y PDRB = Rata-rata PDRB
r sektor = Laju pertumbuhan sektor i
r PDRB = Laju pertumbuhan PDRB
8
Matrik Tipologi Klassen Pendekatan Daerah:
Keterangan:
Yi = Pendapatan per kapita Daerah i
Yn = Pendapatan per kapita Nasional
ri = Laju pertumbuhan PDRB Daerah i
rn = Laju pertumbuhan PDB Nasional
9
cepat, daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan per
kapita lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Bali; (4) daerah relatif tertinggal adalah
daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapat per kapita yang lebih
rendah dibanding rata-rata Provinsi Bali.
Dikatakan “tinggi” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih tinggi
dibandingkan rata-rata seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali dan digolongkan
“rendah” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih rendah dibandingkan rata-rata
seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali. Perkembangan PDRB per kapita dan
pertumbuhan PDRB untuk tiap kabupaten/kota dalam kurun waktu tahun 1999-2005,
beserta rata-ratanya untuk seluruh kabupaten/kota Provinsi Bali, dapat dilihat pada
Tabel 1 dan 2.
10
Tabel 2. Pertumbuhan PDRB Harga Konstan 1993 Tanpa Migas
Kab/Kota di Provinsi Bali, 1999-2005 (%)
Berdasarkan data pada kedua tabel di atas, kita dapat membagi kabupaten/kota
di Provinsi Bali menjadi 4 klasifikasi sesuai dengan Tipologi Klassen (lihat Tabel 3).
Kabupaten Badung, Kabupaten Klungkung dan Kota Denpasar termasuk dalam
klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Empat daerah lainnya masuk dalam
klasifikasi daerah berkembang cepat, masing-masing Kabupaten Jembrana, Kabupaten
Buleleng, Kabupaten Tabanan, dan Kabupaten Gianyar. Sedangkan, dua daerah lainnya
masuk dalam klasifikasi daerah relatif tertinggal, yaitu Kabupaten Bangli dan
11
Kabupaten Karangasem. Sementara itu, dari keempat klasifikasi tersebut di atas tidak
ada satupun kabupaten/kota yang termasuk dalam kategori daerah maju tapi tertekan.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak satupun kabupaten/kota yang memiliki pendapatan
per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding
rata-rata Provinsi Bali.
Tabel 3. Klasifikasi Kab/Kota Provinsi Bali Menurut Tipologi Klassen, 1999-2005
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alat Analisis Tipologi Klassen ini digunakan untuk mengetahui gambaran
tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Hasil analisis
Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor,
usaha, atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah.
Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral menghasilkan empat klasifikasi
sektor dengan karakteristik yang berbeda yaitu Kuadran I (sector maju dan tumbuh
dengan pesat) Kuadran II (sector maju tapi tertekan) Kuadran III(Sektor potensial atau
masih dapat berkembang dengan pesat) Kuadran IV (Sektor relatif tertinggal)
Alat analisis Tipologi Klassen merupakan gabungan atau perpaduan antara alat
analisis hasil bagi lokasi atau Location Quotient (LQ) dengan Model Rasio
Pertumbuhan (MRP). Data yang biasa digunakan dalam analisis ini adalah data
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Di mana Analisis LQ (Location
Quotient) yaitu suatu analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat spesialisasi suatu sektor-sektor ekonomi pada suatu wilayah atau sektor-sektor
apa saja yang masuk dalam sektor unggulan dan sektor non unggulan disuatu wilayah.
12
Tujuan dari tipologi klassen adalah untuk menetukan posisi perekonomian suatu
daerah dengan memperhatikan perekonomian daerah yang ditentukan. Selain itu juga
tipologi klassen ini memiliki manfaat untuk menentukan prioritas kebijakan suatu
daerah berdasarkan posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian nasional
maupun daerah yang diacunya. Karena secara umum tipologi klassen ini digunakan
untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di
masing-masing daerah.
Pada studi kasus yang sudah kami ambil bahwasannya di provinsi Bali tersebut
dikatakan “tinggi” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih tinggi dibandingkan
rata-rata seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali dan digolongkan “rendah” apabila
indikator di suatu kabupaten/kota lebih rendah dibandingkan rata-rata seluruh
kabupaten/kota di Provinsi Bali.
3.2 Saran
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa analisis Tipologi Klassen ini sangat
berguna untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi
masing-masing daerah. Oleh karena itu, dengan adanya analisis ini diharapkan dapat
dipergunakan sebaik mungkin dan se-efektif mungkin dalam menetukan struktur
pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah.
13
DAFTAR PUSTAKA
14