Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

“SHIFT SHARE”

Guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ekonomi Regional


Dosen Pengampu: Dr. Duwi Yunitasari, S.E., M.E.

OLEH:
Kelompok 3
Anggi Rizky Fauzi 180810101050
Alda Putri Maulidini 180810101067
Muhammad Zainal Abidin 180810101070
Adelia Setyo Palupi 180810101075
Iddo Rifqy Nugraha 180810101078
Muhammad Arya Setyaki 180810101098
Atikah Salsabila 180810101114

JURUSAN ILMU EKONOMI

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat berbagi pengetahuan dan menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-
teman yang telah berkontribusi meluangkan pikiran dan tenaganya, sehingga kami
harapkan makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca tentang “Shift Share” agar kedepannya dapat bermanfaat bagi kita
semua. Namun terlepas dari itu semua kami memahami bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar kami bisa menciptakan makalah yang lebih baik lagi
selanjutnya.

Jember, 14 November 2020

Penyusun

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
2.1 Konsep Shift Share....................................................................................................3
2.1.1 Pendekatan Klasik.............................................................................................4
2.1.2 Pendekatan Esteban-Marquillas........................................................................5
2.1.3 Modifikasi Arcelus (Sudarmono, 2006)..............................................................6
2.2 Model Analisis Shift Share Klasik..............................................................................7
2.3 Pertumbuhan Ekonomi dalam Analisis Shift Share...................................................8
2.4. Evaluasi Kinerja Sektor-sektor dan Aplikasi Analisis Shift Share...........................12
2.4.1 Kelemahan-Kelemahan Analisis Shift Share.....................................................14
2.4.2 Aplikasi Analisis Shift Share.............................................................................14
2.4.2.1 Studi Kasus Sektor Perekonomian di DKI Jakarta Tahun 1997-2002.......14
2.4.2.2 Studi Kasus Sektor Pertanian Tingkat Kabupaten di Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2003-2013.................................................................................23
BAB III...............................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari
perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Peranan masing-masing
sektor terhadap pembentukan PDRB suatu daerah mencerminkan kecenderungan
struktur ekonomi daerah tersebut. Perubahan struktur perekonomian yang terjadi
umumnya bergerak dari sektor pertanian menuju industri dan selanjutnya ke
sektor jasa (Makmun dan Irwansyah, 2013). Dinamika perkembangan sektor
ekonomi dapat ditelaah dengan pendekatan shift share analisis. Pendekatan ini
diperkenalkan pertama kali oleh Dunn tahun 1960 untuk menjelaskan perubahan
ekonomi yang dipengaruhi oleh sektor secara nasional, regional dan lokal
(Goschim, 2014). Pendekatan ini juga digunakan oleh Perloff et al. (1960) dalam
Hassan et al. (2014) untuk studi yang berkaitan dengan data ketenaga-kerjaan.
Teknik ini banyak digunakan dalam menganalisis dampak pertumbuhan regional,
khususnya pertumbuhan lapangan kerja, diterapkan untuk menggambarkan tren
pertumbuhan historis, memperkirakan pertumbuhan regional dan menganalisis
efek dari inisiatif kebijakan serta mengembangkan perencanaan strategis untuk
komunitas (Rice & Horton, 2010).
Selain teori basis ekonomi, analisis Shift Share yang kemudian disingkat
menjadi SS juga merupakan metode yang dapat diterapkan untuk menganalisis
struktur perekonomian di suatu wilayah. Jika analisis basis ekonomi guna
menganalisis struktur perekonomian wilayah pada satu waktu tertentu (biasanya
tahun, misal tahun 2000, 2001 dan seterusnya) maka analisis SS dapat digunakan
untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama 2
periode waktu. Misalnya, pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Indonesia
sebelum krisis (misal tahun 1996) dengan pertumbuhannya setelah krisis
mengalami pemulihan (misal tahun 2000).
Analisis SS dapat dilakukan di tingkat kabupaten, provinsi maupun
nasional. Di tingkat kabupaten, analisis dapat dilakukan untuk melihat kecamatan-
kecamatan mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar
terhadap perekonomian kabupaten tersebut. Selain itu, melalui analisis ini juga
dapat diketahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat
di masing-masing wilayah kecamatan tersebut. Di tingkat provinsi, dapat
diketahui kabupaten-kabupaten atau kota-kota mana saja beserta sektor-sektornya
yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan di tingkat
provinsi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi dari analisis Shift Share?
1.2.2 Apa saja komponen utama dalam analisis SS?
1.2.3 Apa saja langkah dalam analisis SS?
1.2.4 Bagaimana cara menggunakan 4 (empat) kuadran dalam analisis SS?
1.2.5 Apakah kelemahan dari analisis SS?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Untuk mengetahui definisi atau pengertian pada analisis Shift Share.
1.3.2 Untuk mengetahui komponen utama dalam analisis SS.
1.3.3 Untuk mengetahui langkah-langkah dalam analisis SS.
1.3.4 Untuk menganalisis SS dengan empat kuadran.
1.3.5 Untuk mengetahui kelemahan pada analisis SS.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Dapat mengetahui definisi atau pengertian pada analisis Shift Share.
1.4.2 Dapat mengetahui komponen utama dalam analisis SS.
1.4.3 Dapat mengetahui langkah-langkah dalam analisis SS.
1.4.4 Dapat mengetahui analisis SS dengan empat kuadran.
1.4.5 Dapat mengetahui kelemahan pada analisis SS.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Shift Share


Analisis SS pertama kali diperkenalkan oleh Perloff et all, (1960). Analisis
Shift Share adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi
sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi tenaga
kerja pada suatu wilayah tertentu. Melalui analisis SS dapat dianalisis besarnya
sumbangan pertumbuhan dari tenaga kerja dan pendapatan pada masing-masing
sektor di wilayah tertentu.
Keunggulan utama dari analisis SS adalah dapat melihat perkembangan
produksi atau kesempatan kerja di suatu wilayah hanya dengan menggunakan 2
(dua) titik waktu data. Data yang digunakan juga mudah diperoleh dan relatif
tersedia di setiap wilayah, yaitu data PDRB, PDB dan penyerapan tenaga kerja di
masing-masing sektor.
Analisis SS memiliki kelebihan atau kegunaan, di antaranya adalah untuk
melihat hal-hal berikut:
1. Perkembangan sektor perekonomian di perkembangan ekonomi
wilayah yang lebih luas.
2. Perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan
secara relatif dengan sektor-sektor lainnya.
3. Perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah
lainnya, sehingga dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu
sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah.
4. Perbandingan laju sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah
dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-
sektornya.
Analisis SS terbagi menjadi tiga pendekatan, yakni pendekatan klasik
(Arsyad, 2010; Tarigan, 2007; Widodo, 2006; Puspitawati, 2013), pendekatan
Esteban-Maequillas (Makmun dan Irwansyah, 2013; Oktavilia, 2011; Prawira
dan Wahyu, 2013), dan pendekatan Modifikasi Arcelus (Sudarmono, 2006).

3
2.1.1 Pendekatan Klasik
2.1.1.1 Komponen Pertumbuhan Nasional (National Growth Component)
Komponen pertumbuhan nasional (PN) adalah perubahan produksi/
kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi/
kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau
perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan
wilayah, Beberapa contoh di antaranya adalah kecenderungan inflasi,
pengangguran dan kebijakan perpajakan.
Apabila diasumsikan bahwa tidak terdapat perbedaan karakteristik
ekonomi antar sektor dan antar wilayah, maka akibat dari perubahan ini pada
berbagai sektor dan wilayah kurang lebih sama dan setiap sektor/wilayah
kurang lebih sama. Dengan demikian, setiap sektor/wilayah akan berubah dan
mengalami pertumbuhan dengan laju yang hampir sama dengan pertumbuhan
nasional.
Akan tetapi, pada kenyataannya beberapa sektor pertumbuhan yang lebih
cepat dibanding sektor-sektor lainnya dan ada juga beberapa wilayah yang
mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibanding wilayah lainnya. Oleh
karena itu, perlu diidentifikasi penyebab perbedaan tersebut dengan cara
memisahkan komponen pertumbuhan nasional dengan pertumbuhan
proporsional serta pertumbuhan pangsa wilayah.
2.1.1.2 Komponen Pertumbuhan Proporsional (Proportional Mix Growth
Component)
Komponen pertumbuhan proporsional (PP) timbul karena perbedaan
sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan
mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan,
subsidi dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar
2.1.1.3 Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Regional Share
Growth Component)
Komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) timbul karena
peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu
wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan
suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh
keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana
sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.
4
2.1.2 Pendekatan Esteban-Marquillas
Analisis Shift Share dinamik, menurut Herzog dan Olsen (1977)
komponen pertumbuhan pangsa wilayah diurai menjadi komponen spesialisasi
dan komponen kompetitif, kedua komponen ini dinamakan dengan komponen
efek alokasi (aij)
Teknik analisis ini mengandung unsur baru yaitu homothetic output di
sektor i di provinsi j, diberi notasi Y’ij, dan dirumuskan sebagai berikut:
Y’ij = Yj (Yin/Yn) ….………………………..(1)
Y’ij adalah PDRB yang dicapai sektor i di provinsi jika struktur PDRB di
Sutra sama dengan struktur nasional. Dengan mengganti PDRB nyata (Yij)
dengan PDRB homothetic (Y’ij), persamaan (5) diubah menjadi:
C’ij = Y’ij (rij - rin) ……………………………(2)
C’ij mengukur keunggulan atau ketidakunggulan kompetitif sektor i di
perekonomian wilayah provinsi. Untuk sektor i di provinsi, pengaruh alokasi (Aij)
dirumuskan sebagai berikut:
Aij = (Yij - Y’ij)( rij - rin) .........…………….. (3)
Aij adalah bagian dari pengaruh (keunggulan) kompetitif tradisional
(klasik) yang menunjukkan adanya tingkat spesialisasi di sektor i di provinsi.
Dengan kata lain, Aij adalah perbedaan antara PDRB nyata di sektor i di provinsi
dan PDRB di sektor wilayah tersebut (rij) jika struktur PDRB wilayah provinsi
sama dengan struktur PDRB di tingkat nasional dan nilai perbedaan tersebut
dikalikan dengan nilai perbedaan antara laju pertumbuhan sektor di wilayah
provinsi (rij) dan laju pertumbuhan sektor di wilayah nasional (rin). Persamaan (3)
tersebut menunjukkan jika suatu wilayah provinsi mempunyai spesialisasi di
sektorsektor tertentu, maka sektor-sektor itu juga menikmati keunggulan
kompetitif yang lebih baik. Kriteria Modifkasi Estaban-Marquillas terhadap
analisis shiftshare adalah (Herzog dan Olsen, 1997 dalam Makmun dan
Irwansyah, 2013):
Dij = Yij(rn) + Yij (rij - rn) + Y’ij
(rij - rin) + (Yij -Y’ij)( rij - rin) ……………………….(4)

5
2.1.3 Modifikasi Arcelus (Sudarmono, 2006)
Modifkasi memasukkan sebuah komponen yang merupakan dampak
pertumbuhan internal suatu wilayah atas perubahan (PDRB) wilayah. Modifkasi
ini mengganti Cij dengan komponen yang disebabkan oleh pertumbuhan wilayah
dan komponen pertumbuhan proporsional regional sebagai sisanya.
Arcelus menekankan komponen kedua yang mencerminkan adanya
agglomeration economies (penghematan biaya per satuan karena kebersamaan
lokasi satuan-satuan usaha). Regional growth effect (pengaruh pertumbuhan
wilayah) merupakan prestasi ekonomi dari sektor i di wilayah provinsi
(dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor tersebut di wilayah nasional),
dikalikan dengan selisih antara laju pertumbuhan wilayah provinsi di semua
sektor (rj) dan laju pertumbuhan semua sektor di wilayah nasional (rn). Pengaruh
pertumbuhan wilayah provinsi (Rij) dirumuskan sebagai berikut:
Rij = Y’ij (rj - rn) + (Yij - Y’ij)( rj - rn) ………(5)
Dimana:
Y’ij = homothetic output sektor i di kecamatan j

Yij = output sektor i di tingkat provinsi

rj = laju pertumbuhan tingkat provinsi

rn = laju pertumbuhan nasional

Komponen pertumbuhan proporsional regional menurut Arcelus


dirumuskan sebagai berikut:
RIij = Y’ij {(rij – rj)-(rin - rn)}+ ………………..(6)
( Yij - Y’ij){( rij – rj)-( rin - rn)}

6
Rij > 0 = keterkaitan antar sektor di wilayah tersebut kuat
Rij < 0 = keterkaitan antar sektor di wilayah tersebut lemah
RIij > 0 = Sektor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output
wilayah
RIij < 0 = Sektor berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan output
wilayah

2.2 Model Analisis Shift Share Klasik


Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah pada analisis SS
klasik dapat ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan sektor ekonomi pada
suatu wilayah. Apabila PP + PPW 2 0 maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
sektor ke i wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju).
Sementara itu, PP + PPW <0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor ke i pada
wilayah ke j tergolong pertumbuhannya lambat. Hubungan antara ketiga
komponen tersebut disajikan pada Gambar 7.1

7
2.3 Pertumbuhan Ekonomi dalam Analisis Shift Share
Selanjutnya, untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah
pada dua titik periode waktu terdapat enam langkah utama dalam analisis Shift
Share. Keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis.
Wilayah analisis dapat dilakukan di tingkat provinsi, kabupaten atau kota.
Jika wilayah analisis yang dipilih adalah kabupaten atau kota maka
wilayah atasnya adalah provinsi atau nasional.
2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis.
Sama halnya dengan analisis ekonomi basis, indikator kegiatan ekonomi
yang umum digunakan dalam analisis SS adalah pendapatan dan
kesempatan kerja. Di Indonesia pendapatan di suatu wilavah dicerminkan
oleh nilai PDRB (tingkat kabupaten, kota dan provinsi) dan PDB (tingkat
nasional). Data ini relatif tersedia setiap tahun. Setelah pemilihan indikator
kegiatan ekonomi, selanjutnya tentukan kurun waktu yang akan dianalisis,
sehingga dapat diketahui tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis.
Misalnya sebelum otonomi daerah tahun 1999 dan masa otonomi daerah
tahun 2005. Dengan demikian, tahun dasar analisis adalah tahun 1999 dan
tahun akhir analisis adalah tahun 2005.
3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis.
Pada tahap ini tentukan sektor apa saja yang menjadi fokus utama.
Misalnya, apakah analisis akan difokuskan pada semua sektor
perekonomian di wilayah tersebut seperti sektor pertanian; pertambangan
dan galian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; perdagangan
hotel dan restoran dan sektor-sektor lainnya. Bisa juga berdasarkan
kelompok sektor primer, sektor industri, sektor utilitas dan sektor jasa.
4. Menghitung perubahan indikator kegiatan ekonomi.
Misalkan, dalam suatu negara terdapat m daerah/wilayah/provinsi
(j=1,2,3...m) dan n sektor ekonomi (i = 1,2,3...n) maka produksi/
kesempatan kerja (nasional) dari sektor i pada tahun dasar analisis tahun
akhir analisis dapat dirumuskan sebagai berikut:
a) Produksi/kesempatan kerja (nasional) dari sektor i pada tahun dasar
analisis.

8
m
Y i.=∑ Y ij
j=1

Dimana:
Y i. = produksi/kesempatan kerja (nasional) dari sektor i pada
tahun dasar analisis.
Y ij= produksi/kesempatan kerja dari sektor i pada wilayah j pada
tahun dasar analisis.

5. Menghitung Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi (Produksi/Kesempatan


kerja)
Rasio produksi/kesempatan kerja digunakan untuk melihat perbandingan
produksi/kesempatan kerja sektor ekonomi di suatu wilayah tertentu.
Rasio produksi/kesempatan kerja terbati atas ri, Ri, dan Ra.
a. ri
Y ' ij−Yij
ri = di mana :
Yij
ri = Rasio produksi/kesempatan kerja sektor i pada wilayah j
Yij = produksi/kesempatan kerja dari sektor i pada wilayah j
pada tahun dasar analisis.
Y’ij = produksi/kesempatan kerja dari sektor i pada wilayah ke j
pada tahun akhir analisis.
b. Ri
Y ' i−Yi '
Ri =
Yi '
Di mana:
Ri = rasio produksi/kesempatan kerja (nasional) dari sektor i.
Y’i = produksi/kesempatan kerja (nasional) dari sektor i pada
tahun akhir analisis
Yi = produksi/kesempatan kerja (nasional) dari sektor i pada
tahun dasar analisis.
c. Ra
Y ' ..−Y ..
Ra =
Y ..
Di mana :

9
Ra = rasio produksi/kesempatan kerja (nasional)
Y’.. = produksi/kesempatan kerja (nasional) pada tahun akhir
analisis.
Y.. = produksi/kesempatan kerja (nasional) pada tahun dasar
analisis.

6. Menghitung Komponen Pertumbuhan Wilayah


Seperti yang telah dijelaskan di atas, komponen pertumbuhan wilayah
terdiri atas komponen pertumbuhan nasional (PN), komponen
pertumbuhan proposional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa
wilayah (PPW).
a. Komponen Pertumbuhan Nasional (PN)
Pnij = (Ra)Yij
Di mana:
PNij = komponen pertumbuhan nasional sektor i untuk
wilayah j.
Yij = produksi/kesempatan kerja dari sektor i pada
wilayah j pada tahun dasar analisis.
b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)
Ppij = (Ri – Ra)Yij
Di mana:
Ppij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i
untuk wilayah j.
Yij = produksi/kesempatan kerja dari sektor i pada
wilayah j pada tahun dasar analisis
Apabila:
PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya
lambat.
Ppij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya
cepat.
c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)
PPWij = (ri – Ri)Y’
Di mana:

10
PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk
wilayah j
Yij = produksi/kesempatan kerja dari sektor I pada wilayaj j pada
tahun dasar analisis
Apabila:
PPWij < 0, berarti sektor wilayah j mempunyai daya saing yang baik
dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya untuk sektor i.
PPWij > 0, berarti sektor I pada wilayah j tidak dapat bersing dengan
baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya.

7. Rumus-rumus lain yang dapat digunakan adalah berikut ini.


a. Perubahan dalam PDRB sektor i pada wilayahke j dirumuskan sebagai
berikut:
∆Y = PNij + PPij + PPWij
∆Y = Y’ij - Yij
b. Rumus ketiga komponen pertumbuhan wilayah adalah:
PNij = Yij (Ra)
PPij = Yij (Ri - Ra)
PWij = Yij (ri – Ri)
c. Apabila persamaan (2), (3), (4), dan (5) disubtitusikan kepersamaan (1)
maka didapatkan:
∆Yij = PNij + PPij + PPWij
Y’ij – Yij = Y’ij – Yij + Yij (Ri – Ra) + Yij (ri - Ri)
d. Presentase ketiga pertumbuhan wilayah dapat dirumuskan:
%PNij = Ra
%PPij = Ri – Ra
%PPWij = ri – Ri
atau;
%PNij = (PNij) / Yij =100%
%PPij = (PPij) / Yij =100%
%PPWij = (PPWij) / Yij =100%

11
12
2.4. Evaluasi Kinerja Sektor-sektor dan Aplikasi Analisis Shift Share
Untuk mengevaluasi profit pertumbuhan sektor-sektor perekonomian
dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan 4 kuadran yang terdapat pada garis
bilangan. Sumbu horizontal menggambarkan presentase perubahan komponen
pertumbuhan proporsional (PPij), sedangkan sumbu vertikal merupakan presentase
pertumbuhan pangsa wilayah (PPWij). Dengan demikian pada sumbu horizontal
terdapat PP sebagai absis, sedangkan pada sumbu vertical terdapat PPW sebagai
ordinat (Gambar 7.2).

Penjelasan masing-masing kuadran yang terdapat pada gambar 7.2


diatas adalah sebagai berikut.
1. Kuadran I merupakan kuadran dimana PP dan PPW sama-sama
bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah
yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang cepat (dilihat dari nilai
PP-nya) dan memiliki daya saing yang lebih baik apabila dibandingkan
dengan wilayah-wilayah lainnya (dilihat dari nilai PPW-nya).
2. Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di
wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat (PP-nya bernilai
positif), tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut
dibandingkan dengan wilayah lainnya kurang baik (dilihat dari PPW
yang bernilai negatif).

13
3. Kuadran III merupakan kuadran dimana PP dan PPW bernilai positif.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang
bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing
yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.
4. Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah
yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat (dilihat dari PP
yang bernilai negatif), tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor
tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya (dilihat dari
PPW yang bernilai positif).
Pada kuadran diatas terdapat garis yang memotong Kuadran II
dan Kuadran IV yang membentuk sudut 45o. garis tersebut merupakan
garis yang menunjukkan nilai pergeseran bersih. Di sepanjang garis
tersebut pergeseran bersih bernilai nol (PBij = 0). Bagian atas garis
tersebut menunjukkan PBij > 0 yang mengindikasikan bahwa wilayah-
wilayah/sektor-sektor tersebut pertumbuhannya progresif (maju).
Sebaliknya, dibawah garis 45o berarti PBij < 0, menunjukkan wilayah-
wilayah/sektor-sektor yang lamban.
Secara matematis nilai pergeseran bersih (PB) sektor I pada
wilayah j dapat dirumuskan sebagai berikut.
PBij = PPij + PPWij
Dimana:
PBij = pergeseran bersih sektor i pada wilayah j.
PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada
wilayah j.
PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada
wilayah j.
Apabila:
PBij > 0 maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke
dalam kelompok progresif (maju).
PBij < 0 maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk
lamban.

14
2.4.1 Kelemahan-Kelemahan Analisis Shift Share
Kemampuan analisis Shifts Share dalam memberikan informasi mengenai
pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah tidaklah terlepas dari
kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan dalam analisis Shift Share adalah:
1. Persamaan Shift Share hanyalah identify equation dan tidak mempunyai
implikasi-implikasi keperilakuan. Metode Shift Share tidak untuk menjelaskan
mengapa, misalnya pengaruh keunggulan kompetitif adalah positif di
beberapa wilayah, tetapi negatif di daerah-daerah lain. Metode Shift Share
merupakan teknik pengukuran yang mencerminkan suatu sistem perhitungan
semata dan tidak analitik.
2. Komponen pertumbuhan nasional secara implisit mengemukakan bahwa laju
pertumbuhan suatu wilayah hanya disebabkan oleh kebijakan nasional tanpa
memperhatikan sebab-sebab laju pertumbuhan yang bersumber dari wilayah
tersebut.
3. Kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) mengasumsikan
bahwa perubahan penawaran dan permintaan, teknologi dan lokasi
diasumsikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah. Di samping
itu, analisis Shift Share juga mengasumsikan bahwa semua barang dijual
secara nasional padahal tidak semua demikian.
2.4.2 Aplikasi Analisis Shift Share
2.4.2.1 Studi Kasus Sektor Perekonomian di DKI Jakarta Tahun 1997-2002
Berikut akan dibahas sebuah contoh kasus bagaimana menganalisis
pertumbuhan sektor-sektor perekonomian DKI Jakarta sebelum dan masa krisis
ekonomi. Perhitungan ini mengacu kepada data-data yang digunakan dalam
skripsi Restuningsih (2003) dibawah bimbingan Sahara.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan wilayah
DKI Jakarta dan Indonesia. Pendapatan wilayah DKI Jakarta dicerminkan oleh
nilai PDRB-nya, sedangkan pendapatan wilayah Indonesia dicerminkan oleh nilai
PDB. Tahun dasar analisis adalah sebelum krisis tahun 1997 dan masa krisis
tahun 2002. Jadi yang dianalisis adalah pertumbuhan sektor-sektor perekonomian
di DKI Jakarta selama periode waktu 1997 sampai 2002. Adapun data-data yang
diperlukan sebagai berikut.

15
1. Data PDRB berdasarkan harga konstan 1993 menurut sektor
perekonomian di Provinsi DKI Jakarta, tahun 1997 dan 2002 (Tabel 1).

2. Data PDB (nasional) berdasarkan harga konstan 1993 menurut sektor


perekonomian tahun 1997 dan 2002 seperti yang tercantum pada Tabel 7.2
berikut.

16
Perhitungan di atas dilakukan juga di tingkat nasional dan dengan cara yang sama
diperoleh hasil perubahan PDB di Indonesia seperti yang disajikan pada Tabel
7.4.

17
3. Rasio indikator kegiatan ekonomi adalah:
Y ' ..−Y ..
a. Ra=
Y ..
Ra = (4226.740.400 – 433. 245.900) / 433.245.900 = -0.02
Y 'i −Y i '
b. Ri=
Y i'
Untuk sektor pertanian:
Y '1 .−Y 1 .
R 1=
Y1
68.018 .300−64.468 .000
R 1= =0,06
64.468.00
Y 'ij −Y ij
c. ri=
Y ij
Untuk sektor pertanian:
Y '1 j −Y 1 j
r 1=
Y1 j
110.228−123.490
r 1= =−0,11
123.490
4. Komponen Pertumbuhan Nasional
PN 1 j=( Ra )Y 1 j
PN 1 j=(−0.02 ) 123.490=−1.854, dan seterusny

a. Sektor ekonomi dengan penurunan kontribusi PN terbesar adalah


sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini mengindikasikan
bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran sangat berpengaruh

18
terhadap pertumbuhan kebijakan nasional, yang berarti bahwa apabila
terjadi kebijakan nasional maka kontribusi sektor perdagangan, hotel
dan restoran beserta sumberdaya akan mengakami perubahan.
b. Sektor ekonomi dengan penurunan kontribusi PN terkecil adalag
sektor pertanian. Hal ini berarti bahwa sektor pertanian tidak memiliki
pengaruh yang besar terhadap perubahan kebijakan nasional.
5. Komponen Pertumbuhan Proposional
Untuk sektor pertanian:
PP 1 j=( R 1−Ra ) Y 1 j
pp1 j= ( 0,06−0,02 ) 123.490=8.655, dan seterusnya

PP1j < 0, menunjukkan bahwa sektor I pada wilayah j pertumbuhannya


lambat.
PPij > 0, menunjukkan bahwa sektor I pada wilayah j pertumbuhannya
cepat.
Maka:
a. Sektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat (PPij > 0) adalah sektor
pertanian, sektor industry pengolahan, sektor listrik, gas dan air, sektor
pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa.
b. Sektor yang memiliki pertumbuhan yang lambat (PPij < 0) adalah
sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
6. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
PPWij = (ri – Ri) Yij
Untuk sektor pertanian;

19
PPW1j = (r1 – R1) Y1j
PPW1j = (-0,11 – 0,06) 123.490 = -20.063

PPWij < 0, berarti sektor/wilayah j mempunyai daya saing yang baik


dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya untuk sektor i.
PPWij > 0, berarti sektor I pada wilayah j tidak dapat bersaing dengan baik
apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Dengan demikian:
a. Sektor ekonomi yang dapat bersaing dengan baik dengan sektor
ekonomi pada wilayah lainnya adalah sektor perdagangan, hotel
dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
b. Sektor ekonomi yang tidak dapat bersaing dengan baik dengan
sektor ekonomi pada wilayah lainnya adalah sektor pertanian,
sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air serta
bangunan dan sektor jasa-jasa.
7. Kelompok Sektor Ekonomi Ditentukan Berdasarkan Pergeseran Bersih
(PB)
PBij = Ppij +PPWij
Untuk sektor pertanian:
PBij = PPij + PPWij
PBij = 8.655 + (-20.063) = -11.408, dan seterusnya

20
PBij > 0 maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke dalam kelompok
progresif (maju)
PBij < 0 maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk lamban.
Maka :
 Sektor ekonomi yang termasuk kelompok progresif (maju) adalah sektor
listrik, gas dan air, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-
jasa.
 Sektor ekonomi yang tergolong pertumbuhannya lamban adalah sektor
pertanian, sektor industri, pengolahan, sektor bangunan, sektor
perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan.
Selanjutnya, untuk mengetahui total indikator kegiatan ekonomi terhadap
ketiga komponen pertumbuhan wilayah dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
PN.j = PN1j + PN2j + .... + PNnj
PP.j = PP1j + PP2j + ....+ PPnj
PPW.j = PPW1j + PPW2j + .... + PPWnj
Maka:
PN.j = -1.854 + (-220.999) + .... + (-89.031) = -1.044.245
PP.j = 8.655 + 1.047.213 + .... + 348.819 = -4.352.046
PPW.j = -20.063 + (-1.857.024) + .... + (-105.272) = 111.921
Dengan demikian:

21
a. Berdasarkan pengaruh pertumbuhan nasional, PDRB DKI Jakarta
menurun sebesar RP-1.044.245 juta.
b. Berdasarkan pengaruh pertumbuhan nasional proporsional, PDRB DKI
Jakarta menurun sebanyak Rp-4.352.046 juta.
c. Berdasarkan pengaruh pertumbuhan pangsa wilayah, PDRB DKI Jakarta
meningkat sebanyak Rp 111.921 juta.
Evaluasi profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Provinsi DKI
Jakarta dilakukan melalui bantuan 4 kuadran yang terdapat pada garis bilangan.
Nilai-nilai yang terdapat pada 4 kuadran tersebut diperoleh dari nilai pertumbuhan
proporsional (PP) dan nilai presentase pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).
Presentase dari PP dan PPW inilah yang nantinya akan menunjukkan pada
kuadran mana masing-masing sektor tersebut berada.
Adapun langkah-langkah dalam membuat Gambar 7.4 kuadran profil
pertumbuhan wilayah, seperti pada Gambar 7.2 diatas disajikan pada bagian
berikut:
a) Lakukan identifikasi data presentase pertumbuhan proporsional (PP) dan
presentase pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) seperti yang tercantum
pada Tabel 7.6 dan 7.7 diatas dan ditampilkan secara bersamaan seperti
pada Tabel 7.9 berikut.

Selanjutnya, data pada Tabel 7.9 dimasukkan dalam Microsoft


Excell. Pada Excell pilih menu Insert dan Chart, kemudian masuk ke
dalam tipe chart dan pilih XY (Scatter) lalu klik next. Selanjutnya, pada
menu tabel pilih series dan masukkan data satu per satu. Masukkan nama
sektor (contohnya pertanian) pada kotak Name. Pada kotak X Value
masukkan nilai presentase pertumbuhan proporsional (contohnya 7.01)

22
dan pada kotak Y Value masukkan nilai presentase pertumbuhan pangsa
wilayah (contohnya -16.25).
b) Setelah semua data dimasukkan maka klik next dan akan terlihat menu
Titles, Axes, Gridlines, Legend dan Data Labels. Pada menu Titles isi
Chart tittle dengan nama gambar (Profil Pertumbuhan sektor-sektor
perekonomian), kolom isian value (x) axis diisi dengan PPW dan kolom
isian value (y) axis diisi dengan tanda √ (checklist). Pada menu Gridlines
pilih tanpa Gridlines (klik tanda checklist agar hilang). Pada menu Legend
pilih tanpa legend dengan mengklik tanda v (checklist). Pada menu data
labels klik kotak isian series name dengan tanda v (checklist).
c) Setelah itu, klik next dan finish.
Gambar 7.3 berikut merupakan gambar profil pertumbuhan sektor-sektor
perekonomian Provinsi DKI Jakarta periode 1997-2002 berdasarkan 3
langkah diatas.

Gambar 7.3. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian di DKI Jakarta


Tahun 1997-2002

23
2.4.2.2 Studi Kasus Sektor Pertanian Tingkat Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2003-2013
 Pendekatan Klasik

Hasil analisis shift share dengan pendekatan klasik disajikan pada Tabel 2
yang menunjukkan secara keseluruhan sektor di Sultra memiliki nilai komponen
Nij yang positif. Hal ini menggambarkan pertumbuhan sektor-sektor tersebut
secara positif dipengaruhi oleh pertumbuhan nasional. Selanjutnya komponen
pertumbuhan proporsional (Mij) pada sektor pertanian menunjukkan nilai yang
secara keseluruhan negatif (-). Hal ini memberikan indikasi bahwa secara
keseluruhan pertumbuhan sektor pertanian di Sultra lebih lambat dibandingkan
dengan sektor pertanian nasional. Selanjutnya komponen keunggulan kompetitif
(Cij) untuk sektor petanian menunjukkan nilai positif. Hal ini mengindikasikan
sektor pertanian di Sultra memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan
wilayah lain di Indonesia.

24
 Pendekatan Esteban-Marquillas

Analisis shift-share yang dimodifkasi EstebanMarquilas (1972)


memungkinkan diketahui efek alokasi dan sektor-sektor yang memiliki
keunggulan kompetitif dan spesialisasi suatu wilayah. Hasil analisis menujukkan
sektor pertanian memiliki efek alokasi, atau memiliki potensi sebagai
penyumbang PDRB wilayah Sultra. Selanjutnya diketahui bahwa secara agregat
sektor pertanian di Provinsi Sultra terspesialisasi dan memiliki keunggulan
kompetitif, meskipun beberapa subsektor misalnya subsektor tanaman pangan
tidak terspesialisasi dan subsektor tanaman perkebunan tidak memiliki
keunggulan kompetitif, sementara subsector peternakan, perikanan, dan kehutanan
terspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif.
Subsektor tanaman pangan yang tidak terspesialisasi khususnya padi,
jagung, kedelai, kacang tanah dan berbagai tanaman pangan lainnya, memiliki
tingkat produktivitas wilayah yang lebih rendah dibandingkan dengan
produktivitas nasional.

25
 Modifikasi Arcelus

Modifkasi Archeolus terhadap shift share analysis adalah memasukkan


aspek yang dikenal dengan agglomeration economies dan aspek regional growth
effect. Tabel 6 menunjukkan pengaruh pertumbuhan provinsi (Rij) pada semua
sektor nilai positif (+), yang berarti kuatnya keterkaitan antarsektor ekonomi di
Sultra. Hal ini mengindikasikan perubahan di satu sektor akan berpengaruh kuat
terhadap sektor lain. Dengan kata lain, permintaan terhadap output sektor-sektor
tersebut juga tinggi.
Selanjutnya nilai komponen pertumbuhan proporsional regional (RIij)
bervariasi antarsektor, khususnya di sektor pertanian belum memberikan pengaruh
yang signifkan dalam pertumbuhan output wilayah, dan memiliki potensi untuk
menjadi kontributor pertumbuhan wilayah jika disertai dengan penerapan
teknologi, serta kebijakan pendukung misalnya pembangunan sarana dan
prasarana yang memungkinkan diperoleh tingkat efisiensi dalam pengelolaan
usahatani.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis Shift Share merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan
maupun dari sisi tenaga kerja di suatu wilayah pada dua periode tertentu.
Terdapat 3 (tiga) komponen dalam analisis SS sebagai berikut:
a) Komponen Pertumbuhan Nasional, yaitu perubahan produksi/
kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan
produksi/kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi
nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi
perekonomian sektor dan wilayah.
b) Komponen Pertumbuhan Proporsional, yaitu perbedaan sektor
dalam hal permintaan produk akhir, ketersediaan bahan mentah,
kebijakan industru dan struktur serta keragaman pasar.
c) Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, yaitu perubahan PDRB
atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah terhadap wilayah
lainnya.
Terdapat 6 (enam) langkah dalam analisis SS yaitu:
a) Menentukan wilayah yang akan dianalisis,
b) Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis,
c) Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis,
d) Menghitung perubahan indikator kegiatan ekonomi
e) Menghitung rasio indikator kegiatan ekonomi, dan
f) Menghitung komponen pertumbuhan wilayah.
Dalam analisis Shift Share (SS) terdapat 4 kuadran yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi kinerja sektor-sektor yang tedapat dalam suatu wilayah
yaitu :
1) Kuadran I, sektor yang berada di daerah ini mempunyai
pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing,
2) Kuadran II, sektor di daerah ini pertumbuhannya cepat, tetapi
relatif tidak berdaya saing (PP positif tetapi PPW negatif),

27
3) Kuadran III, pertumbuhan sektornya lambat dan relatif tidak
berdayasaing (PP dan PPW sama-sama negatif), dan
4) Kuadran IV, sektor di daerah ini pertumbuhannya lambat, tetapi
daya saingnya relatif baik, (PP bernilai negatif, tetapi PPW positif).
Terdapat 3 kelemahan utama dalam analisis Shift Share (SS) yaitu:
a) Persamaan Shift Share hanyalah identity equation yang tidak
mempunyai implikasi keperilakuan,
b) Komponen PN menyiratkan bahwa laju pertumbuhan suatu
wilayah hanya disebabkan oleh kebijakan nasional tanpa
memperhatikan faktor-faktor lainnya, dan
c) Baik komponen PP maupun PPW mengasumsikan bahwa
perubahan penawaran dan permintaan, teknologi dan lokasi
diasumsikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah. Di
samping itu, diasumsikan juga bahwa semua barang hanya
dipasarkan di wilayah itu sendiri.

28
DAFTAR PUSTAKA

Priyarsono D.S, Sahara, Firdaus M. (2007, September). Ekonomi Regional.


Universitas Terbuka.

Tarigan, Robinson. (2005, April). Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara.

Utomo Tjipto, Ruijter Kees. (1991). Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sam Tuti T, Chan Sam M. (2006). Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Abidin, Zainal. (2015). Aplikasi Analisis Shift Share Pada Transformasi Sektor
Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah di Sulawesi Tenggara.
Media.neliti.com. Diakses pada 7 Desember 2020 melalui
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwihz_2kt83tAh
XulEsFHTPJBlkQFjABegQIBBAC&url=https%3A%2F
%2Fmedia.neliti.com%2Fmedia%2Fpublications%2F65001-ID-
none.pdf&usg=AOvVaw13oQVoU4Ck7ktXA_fYDIE5

Ropingi. (2006). Aplikasi Analisis Shift Share Esteban-marquillas pada Sektor


Pertanian di Kabupaten Boyolali. SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian.
Neliti.com. Diakses pada 14 Desember 2020 melalui
https://www.neliti.com/publications/43965/aplikasi-analisis-shift-share-
esteban-marquillas-pada-sektor-pertanian-di-kabupa

29

Anda mungkin juga menyukai