“SHIFT SHARE”
OLEH:
Kelompok 3
Anggi Rizky Fauzi 180810101050
Alda Putri Maulidini 180810101067
Muhammad Zainal Abidin 180810101070
Adelia Setyo Palupi 180810101075
Iddo Rifqy Nugraha 180810101078
Muhammad Arya Setyaki 180810101098
Atikah Salsabila 180810101114
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat berbagi pengetahuan dan menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-
teman yang telah berkontribusi meluangkan pikiran dan tenaganya, sehingga kami
harapkan makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca tentang “Shift Share” agar kedepannya dapat bermanfaat bagi kita
semua. Namun terlepas dari itu semua kami memahami bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar kami bisa menciptakan makalah yang lebih baik lagi
selanjutnya.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
2.1 Konsep Shift Share....................................................................................................3
2.1.1 Pendekatan Klasik.............................................................................................4
2.1.2 Pendekatan Esteban-Marquillas........................................................................5
2.1.3 Modifikasi Arcelus (Sudarmono, 2006)..............................................................6
2.2 Model Analisis Shift Share Klasik..............................................................................7
2.3 Pertumbuhan Ekonomi dalam Analisis Shift Share...................................................8
2.4. Evaluasi Kinerja Sektor-sektor dan Aplikasi Analisis Shift Share...........................12
2.4.1 Kelemahan-Kelemahan Analisis Shift Share.....................................................14
2.4.2 Aplikasi Analisis Shift Share.............................................................................14
2.4.2.1 Studi Kasus Sektor Perekonomian di DKI Jakarta Tahun 1997-2002.......14
2.4.2.2 Studi Kasus Sektor Pertanian Tingkat Kabupaten di Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2003-2013.................................................................................23
BAB III...............................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.1 Pendekatan Klasik
2.1.1.1 Komponen Pertumbuhan Nasional (National Growth Component)
Komponen pertumbuhan nasional (PN) adalah perubahan produksi/
kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi/
kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau
perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan
wilayah, Beberapa contoh di antaranya adalah kecenderungan inflasi,
pengangguran dan kebijakan perpajakan.
Apabila diasumsikan bahwa tidak terdapat perbedaan karakteristik
ekonomi antar sektor dan antar wilayah, maka akibat dari perubahan ini pada
berbagai sektor dan wilayah kurang lebih sama dan setiap sektor/wilayah
kurang lebih sama. Dengan demikian, setiap sektor/wilayah akan berubah dan
mengalami pertumbuhan dengan laju yang hampir sama dengan pertumbuhan
nasional.
Akan tetapi, pada kenyataannya beberapa sektor pertumbuhan yang lebih
cepat dibanding sektor-sektor lainnya dan ada juga beberapa wilayah yang
mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibanding wilayah lainnya. Oleh
karena itu, perlu diidentifikasi penyebab perbedaan tersebut dengan cara
memisahkan komponen pertumbuhan nasional dengan pertumbuhan
proporsional serta pertumbuhan pangsa wilayah.
2.1.1.2 Komponen Pertumbuhan Proporsional (Proportional Mix Growth
Component)
Komponen pertumbuhan proporsional (PP) timbul karena perbedaan
sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan
mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan,
subsidi dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar
2.1.1.3 Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Regional Share
Growth Component)
Komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) timbul karena
peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu
wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan
suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh
keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana
sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.
4
2.1.2 Pendekatan Esteban-Marquillas
Analisis Shift Share dinamik, menurut Herzog dan Olsen (1977)
komponen pertumbuhan pangsa wilayah diurai menjadi komponen spesialisasi
dan komponen kompetitif, kedua komponen ini dinamakan dengan komponen
efek alokasi (aij)
Teknik analisis ini mengandung unsur baru yaitu homothetic output di
sektor i di provinsi j, diberi notasi Y’ij, dan dirumuskan sebagai berikut:
Y’ij = Yj (Yin/Yn) ….………………………..(1)
Y’ij adalah PDRB yang dicapai sektor i di provinsi jika struktur PDRB di
Sutra sama dengan struktur nasional. Dengan mengganti PDRB nyata (Yij)
dengan PDRB homothetic (Y’ij), persamaan (5) diubah menjadi:
C’ij = Y’ij (rij - rin) ……………………………(2)
C’ij mengukur keunggulan atau ketidakunggulan kompetitif sektor i di
perekonomian wilayah provinsi. Untuk sektor i di provinsi, pengaruh alokasi (Aij)
dirumuskan sebagai berikut:
Aij = (Yij - Y’ij)( rij - rin) .........…………….. (3)
Aij adalah bagian dari pengaruh (keunggulan) kompetitif tradisional
(klasik) yang menunjukkan adanya tingkat spesialisasi di sektor i di provinsi.
Dengan kata lain, Aij adalah perbedaan antara PDRB nyata di sektor i di provinsi
dan PDRB di sektor wilayah tersebut (rij) jika struktur PDRB wilayah provinsi
sama dengan struktur PDRB di tingkat nasional dan nilai perbedaan tersebut
dikalikan dengan nilai perbedaan antara laju pertumbuhan sektor di wilayah
provinsi (rij) dan laju pertumbuhan sektor di wilayah nasional (rin). Persamaan (3)
tersebut menunjukkan jika suatu wilayah provinsi mempunyai spesialisasi di
sektorsektor tertentu, maka sektor-sektor itu juga menikmati keunggulan
kompetitif yang lebih baik. Kriteria Modifkasi Estaban-Marquillas terhadap
analisis shiftshare adalah (Herzog dan Olsen, 1997 dalam Makmun dan
Irwansyah, 2013):
Dij = Yij(rn) + Yij (rij - rn) + Y’ij
(rij - rin) + (Yij -Y’ij)( rij - rin) ……………………….(4)
5
2.1.3 Modifikasi Arcelus (Sudarmono, 2006)
Modifkasi memasukkan sebuah komponen yang merupakan dampak
pertumbuhan internal suatu wilayah atas perubahan (PDRB) wilayah. Modifkasi
ini mengganti Cij dengan komponen yang disebabkan oleh pertumbuhan wilayah
dan komponen pertumbuhan proporsional regional sebagai sisanya.
Arcelus menekankan komponen kedua yang mencerminkan adanya
agglomeration economies (penghematan biaya per satuan karena kebersamaan
lokasi satuan-satuan usaha). Regional growth effect (pengaruh pertumbuhan
wilayah) merupakan prestasi ekonomi dari sektor i di wilayah provinsi
(dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor tersebut di wilayah nasional),
dikalikan dengan selisih antara laju pertumbuhan wilayah provinsi di semua
sektor (rj) dan laju pertumbuhan semua sektor di wilayah nasional (rn). Pengaruh
pertumbuhan wilayah provinsi (Rij) dirumuskan sebagai berikut:
Rij = Y’ij (rj - rn) + (Yij - Y’ij)( rj - rn) ………(5)
Dimana:
Y’ij = homothetic output sektor i di kecamatan j
6
Rij > 0 = keterkaitan antar sektor di wilayah tersebut kuat
Rij < 0 = keterkaitan antar sektor di wilayah tersebut lemah
RIij > 0 = Sektor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output
wilayah
RIij < 0 = Sektor berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan output
wilayah
7
2.3 Pertumbuhan Ekonomi dalam Analisis Shift Share
Selanjutnya, untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah
pada dua titik periode waktu terdapat enam langkah utama dalam analisis Shift
Share. Keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis.
Wilayah analisis dapat dilakukan di tingkat provinsi, kabupaten atau kota.
Jika wilayah analisis yang dipilih adalah kabupaten atau kota maka
wilayah atasnya adalah provinsi atau nasional.
2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis.
Sama halnya dengan analisis ekonomi basis, indikator kegiatan ekonomi
yang umum digunakan dalam analisis SS adalah pendapatan dan
kesempatan kerja. Di Indonesia pendapatan di suatu wilavah dicerminkan
oleh nilai PDRB (tingkat kabupaten, kota dan provinsi) dan PDB (tingkat
nasional). Data ini relatif tersedia setiap tahun. Setelah pemilihan indikator
kegiatan ekonomi, selanjutnya tentukan kurun waktu yang akan dianalisis,
sehingga dapat diketahui tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis.
Misalnya sebelum otonomi daerah tahun 1999 dan masa otonomi daerah
tahun 2005. Dengan demikian, tahun dasar analisis adalah tahun 1999 dan
tahun akhir analisis adalah tahun 2005.
3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis.
Pada tahap ini tentukan sektor apa saja yang menjadi fokus utama.
Misalnya, apakah analisis akan difokuskan pada semua sektor
perekonomian di wilayah tersebut seperti sektor pertanian; pertambangan
dan galian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; perdagangan
hotel dan restoran dan sektor-sektor lainnya. Bisa juga berdasarkan
kelompok sektor primer, sektor industri, sektor utilitas dan sektor jasa.
4. Menghitung perubahan indikator kegiatan ekonomi.
Misalkan, dalam suatu negara terdapat m daerah/wilayah/provinsi
(j=1,2,3...m) dan n sektor ekonomi (i = 1,2,3...n) maka produksi/
kesempatan kerja (nasional) dari sektor i pada tahun dasar analisis tahun
akhir analisis dapat dirumuskan sebagai berikut:
a) Produksi/kesempatan kerja (nasional) dari sektor i pada tahun dasar
analisis.
8
m
Y i.=∑ Y ij
j=1
Dimana:
Y i. = produksi/kesempatan kerja (nasional) dari sektor i pada
tahun dasar analisis.
Y ij= produksi/kesempatan kerja dari sektor i pada wilayah j pada
tahun dasar analisis.
9
Ra = rasio produksi/kesempatan kerja (nasional)
Y’.. = produksi/kesempatan kerja (nasional) pada tahun akhir
analisis.
Y.. = produksi/kesempatan kerja (nasional) pada tahun dasar
analisis.
10
PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk
wilayah j
Yij = produksi/kesempatan kerja dari sektor I pada wilayaj j pada
tahun dasar analisis
Apabila:
PPWij < 0, berarti sektor wilayah j mempunyai daya saing yang baik
dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya untuk sektor i.
PPWij > 0, berarti sektor I pada wilayah j tidak dapat bersing dengan
baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya.
11
12
2.4. Evaluasi Kinerja Sektor-sektor dan Aplikasi Analisis Shift Share
Untuk mengevaluasi profit pertumbuhan sektor-sektor perekonomian
dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan 4 kuadran yang terdapat pada garis
bilangan. Sumbu horizontal menggambarkan presentase perubahan komponen
pertumbuhan proporsional (PPij), sedangkan sumbu vertikal merupakan presentase
pertumbuhan pangsa wilayah (PPWij). Dengan demikian pada sumbu horizontal
terdapat PP sebagai absis, sedangkan pada sumbu vertical terdapat PPW sebagai
ordinat (Gambar 7.2).
13
3. Kuadran III merupakan kuadran dimana PP dan PPW bernilai positif.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang
bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing
yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.
4. Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah
yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat (dilihat dari PP
yang bernilai negatif), tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor
tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya (dilihat dari
PPW yang bernilai positif).
Pada kuadran diatas terdapat garis yang memotong Kuadran II
dan Kuadran IV yang membentuk sudut 45o. garis tersebut merupakan
garis yang menunjukkan nilai pergeseran bersih. Di sepanjang garis
tersebut pergeseran bersih bernilai nol (PBij = 0). Bagian atas garis
tersebut menunjukkan PBij > 0 yang mengindikasikan bahwa wilayah-
wilayah/sektor-sektor tersebut pertumbuhannya progresif (maju).
Sebaliknya, dibawah garis 45o berarti PBij < 0, menunjukkan wilayah-
wilayah/sektor-sektor yang lamban.
Secara matematis nilai pergeseran bersih (PB) sektor I pada
wilayah j dapat dirumuskan sebagai berikut.
PBij = PPij + PPWij
Dimana:
PBij = pergeseran bersih sektor i pada wilayah j.
PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada
wilayah j.
PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada
wilayah j.
Apabila:
PBij > 0 maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke
dalam kelompok progresif (maju).
PBij < 0 maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk
lamban.
14
2.4.1 Kelemahan-Kelemahan Analisis Shift Share
Kemampuan analisis Shifts Share dalam memberikan informasi mengenai
pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah tidaklah terlepas dari
kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan dalam analisis Shift Share adalah:
1. Persamaan Shift Share hanyalah identify equation dan tidak mempunyai
implikasi-implikasi keperilakuan. Metode Shift Share tidak untuk menjelaskan
mengapa, misalnya pengaruh keunggulan kompetitif adalah positif di
beberapa wilayah, tetapi negatif di daerah-daerah lain. Metode Shift Share
merupakan teknik pengukuran yang mencerminkan suatu sistem perhitungan
semata dan tidak analitik.
2. Komponen pertumbuhan nasional secara implisit mengemukakan bahwa laju
pertumbuhan suatu wilayah hanya disebabkan oleh kebijakan nasional tanpa
memperhatikan sebab-sebab laju pertumbuhan yang bersumber dari wilayah
tersebut.
3. Kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) mengasumsikan
bahwa perubahan penawaran dan permintaan, teknologi dan lokasi
diasumsikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah. Di samping
itu, analisis Shift Share juga mengasumsikan bahwa semua barang dijual
secara nasional padahal tidak semua demikian.
2.4.2 Aplikasi Analisis Shift Share
2.4.2.1 Studi Kasus Sektor Perekonomian di DKI Jakarta Tahun 1997-2002
Berikut akan dibahas sebuah contoh kasus bagaimana menganalisis
pertumbuhan sektor-sektor perekonomian DKI Jakarta sebelum dan masa krisis
ekonomi. Perhitungan ini mengacu kepada data-data yang digunakan dalam
skripsi Restuningsih (2003) dibawah bimbingan Sahara.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan wilayah
DKI Jakarta dan Indonesia. Pendapatan wilayah DKI Jakarta dicerminkan oleh
nilai PDRB-nya, sedangkan pendapatan wilayah Indonesia dicerminkan oleh nilai
PDB. Tahun dasar analisis adalah sebelum krisis tahun 1997 dan masa krisis
tahun 2002. Jadi yang dianalisis adalah pertumbuhan sektor-sektor perekonomian
di DKI Jakarta selama periode waktu 1997 sampai 2002. Adapun data-data yang
diperlukan sebagai berikut.
15
1. Data PDRB berdasarkan harga konstan 1993 menurut sektor
perekonomian di Provinsi DKI Jakarta, tahun 1997 dan 2002 (Tabel 1).
16
Perhitungan di atas dilakukan juga di tingkat nasional dan dengan cara yang sama
diperoleh hasil perubahan PDB di Indonesia seperti yang disajikan pada Tabel
7.4.
17
3. Rasio indikator kegiatan ekonomi adalah:
Y ' ..−Y ..
a. Ra=
Y ..
Ra = (4226.740.400 – 433. 245.900) / 433.245.900 = -0.02
Y 'i −Y i '
b. Ri=
Y i'
Untuk sektor pertanian:
Y '1 .−Y 1 .
R 1=
Y1
68.018 .300−64.468 .000
R 1= =0,06
64.468.00
Y 'ij −Y ij
c. ri=
Y ij
Untuk sektor pertanian:
Y '1 j −Y 1 j
r 1=
Y1 j
110.228−123.490
r 1= =−0,11
123.490
4. Komponen Pertumbuhan Nasional
PN 1 j=( Ra )Y 1 j
PN 1 j=(−0.02 ) 123.490=−1.854, dan seterusny
18
terhadap pertumbuhan kebijakan nasional, yang berarti bahwa apabila
terjadi kebijakan nasional maka kontribusi sektor perdagangan, hotel
dan restoran beserta sumberdaya akan mengakami perubahan.
b. Sektor ekonomi dengan penurunan kontribusi PN terkecil adalag
sektor pertanian. Hal ini berarti bahwa sektor pertanian tidak memiliki
pengaruh yang besar terhadap perubahan kebijakan nasional.
5. Komponen Pertumbuhan Proposional
Untuk sektor pertanian:
PP 1 j=( R 1−Ra ) Y 1 j
pp1 j= ( 0,06−0,02 ) 123.490=8.655, dan seterusnya
19
PPW1j = (r1 – R1) Y1j
PPW1j = (-0,11 – 0,06) 123.490 = -20.063
20
PBij > 0 maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke dalam kelompok
progresif (maju)
PBij < 0 maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk lamban.
Maka :
Sektor ekonomi yang termasuk kelompok progresif (maju) adalah sektor
listrik, gas dan air, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-
jasa.
Sektor ekonomi yang tergolong pertumbuhannya lamban adalah sektor
pertanian, sektor industri, pengolahan, sektor bangunan, sektor
perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan.
Selanjutnya, untuk mengetahui total indikator kegiatan ekonomi terhadap
ketiga komponen pertumbuhan wilayah dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
PN.j = PN1j + PN2j + .... + PNnj
PP.j = PP1j + PP2j + ....+ PPnj
PPW.j = PPW1j + PPW2j + .... + PPWnj
Maka:
PN.j = -1.854 + (-220.999) + .... + (-89.031) = -1.044.245
PP.j = 8.655 + 1.047.213 + .... + 348.819 = -4.352.046
PPW.j = -20.063 + (-1.857.024) + .... + (-105.272) = 111.921
Dengan demikian:
21
a. Berdasarkan pengaruh pertumbuhan nasional, PDRB DKI Jakarta
menurun sebesar RP-1.044.245 juta.
b. Berdasarkan pengaruh pertumbuhan nasional proporsional, PDRB DKI
Jakarta menurun sebanyak Rp-4.352.046 juta.
c. Berdasarkan pengaruh pertumbuhan pangsa wilayah, PDRB DKI Jakarta
meningkat sebanyak Rp 111.921 juta.
Evaluasi profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Provinsi DKI
Jakarta dilakukan melalui bantuan 4 kuadran yang terdapat pada garis bilangan.
Nilai-nilai yang terdapat pada 4 kuadran tersebut diperoleh dari nilai pertumbuhan
proporsional (PP) dan nilai presentase pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).
Presentase dari PP dan PPW inilah yang nantinya akan menunjukkan pada
kuadran mana masing-masing sektor tersebut berada.
Adapun langkah-langkah dalam membuat Gambar 7.4 kuadran profil
pertumbuhan wilayah, seperti pada Gambar 7.2 diatas disajikan pada bagian
berikut:
a) Lakukan identifikasi data presentase pertumbuhan proporsional (PP) dan
presentase pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) seperti yang tercantum
pada Tabel 7.6 dan 7.7 diatas dan ditampilkan secara bersamaan seperti
pada Tabel 7.9 berikut.
22
dan pada kotak Y Value masukkan nilai presentase pertumbuhan pangsa
wilayah (contohnya -16.25).
b) Setelah semua data dimasukkan maka klik next dan akan terlihat menu
Titles, Axes, Gridlines, Legend dan Data Labels. Pada menu Titles isi
Chart tittle dengan nama gambar (Profil Pertumbuhan sektor-sektor
perekonomian), kolom isian value (x) axis diisi dengan PPW dan kolom
isian value (y) axis diisi dengan tanda √ (checklist). Pada menu Gridlines
pilih tanpa Gridlines (klik tanda checklist agar hilang). Pada menu Legend
pilih tanpa legend dengan mengklik tanda v (checklist). Pada menu data
labels klik kotak isian series name dengan tanda v (checklist).
c) Setelah itu, klik next dan finish.
Gambar 7.3 berikut merupakan gambar profil pertumbuhan sektor-sektor
perekonomian Provinsi DKI Jakarta periode 1997-2002 berdasarkan 3
langkah diatas.
23
2.4.2.2 Studi Kasus Sektor Pertanian Tingkat Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2003-2013
Pendekatan Klasik
Hasil analisis shift share dengan pendekatan klasik disajikan pada Tabel 2
yang menunjukkan secara keseluruhan sektor di Sultra memiliki nilai komponen
Nij yang positif. Hal ini menggambarkan pertumbuhan sektor-sektor tersebut
secara positif dipengaruhi oleh pertumbuhan nasional. Selanjutnya komponen
pertumbuhan proporsional (Mij) pada sektor pertanian menunjukkan nilai yang
secara keseluruhan negatif (-). Hal ini memberikan indikasi bahwa secara
keseluruhan pertumbuhan sektor pertanian di Sultra lebih lambat dibandingkan
dengan sektor pertanian nasional. Selanjutnya komponen keunggulan kompetitif
(Cij) untuk sektor petanian menunjukkan nilai positif. Hal ini mengindikasikan
sektor pertanian di Sultra memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan
wilayah lain di Indonesia.
24
Pendekatan Esteban-Marquillas
25
Modifikasi Arcelus
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis Shift Share merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan
maupun dari sisi tenaga kerja di suatu wilayah pada dua periode tertentu.
Terdapat 3 (tiga) komponen dalam analisis SS sebagai berikut:
a) Komponen Pertumbuhan Nasional, yaitu perubahan produksi/
kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan
produksi/kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi
nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi
perekonomian sektor dan wilayah.
b) Komponen Pertumbuhan Proporsional, yaitu perbedaan sektor
dalam hal permintaan produk akhir, ketersediaan bahan mentah,
kebijakan industru dan struktur serta keragaman pasar.
c) Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, yaitu perubahan PDRB
atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah terhadap wilayah
lainnya.
Terdapat 6 (enam) langkah dalam analisis SS yaitu:
a) Menentukan wilayah yang akan dianalisis,
b) Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis,
c) Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis,
d) Menghitung perubahan indikator kegiatan ekonomi
e) Menghitung rasio indikator kegiatan ekonomi, dan
f) Menghitung komponen pertumbuhan wilayah.
Dalam analisis Shift Share (SS) terdapat 4 kuadran yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi kinerja sektor-sektor yang tedapat dalam suatu wilayah
yaitu :
1) Kuadran I, sektor yang berada di daerah ini mempunyai
pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing,
2) Kuadran II, sektor di daerah ini pertumbuhannya cepat, tetapi
relatif tidak berdaya saing (PP positif tetapi PPW negatif),
27
3) Kuadran III, pertumbuhan sektornya lambat dan relatif tidak
berdayasaing (PP dan PPW sama-sama negatif), dan
4) Kuadran IV, sektor di daerah ini pertumbuhannya lambat, tetapi
daya saingnya relatif baik, (PP bernilai negatif, tetapi PPW positif).
Terdapat 3 kelemahan utama dalam analisis Shift Share (SS) yaitu:
a) Persamaan Shift Share hanyalah identity equation yang tidak
mempunyai implikasi keperilakuan,
b) Komponen PN menyiratkan bahwa laju pertumbuhan suatu
wilayah hanya disebabkan oleh kebijakan nasional tanpa
memperhatikan faktor-faktor lainnya, dan
c) Baik komponen PP maupun PPW mengasumsikan bahwa
perubahan penawaran dan permintaan, teknologi dan lokasi
diasumsikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah. Di
samping itu, diasumsikan juga bahwa semua barang hanya
dipasarkan di wilayah itu sendiri.
28
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Robinson. (2005, April). Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sam Tuti T, Chan Sam M. (2006). Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Abidin, Zainal. (2015). Aplikasi Analisis Shift Share Pada Transformasi Sektor
Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah di Sulawesi Tenggara.
Media.neliti.com. Diakses pada 7 Desember 2020 melalui
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwihz_2kt83tAh
XulEsFHTPJBlkQFjABegQIBBAC&url=https%3A%2F
%2Fmedia.neliti.com%2Fmedia%2Fpublications%2F65001-ID-
none.pdf&usg=AOvVaw13oQVoU4Ck7ktXA_fYDIE5
29