Anda di halaman 1dari 12

EKONOMI KELEMBAGAAN

EKI416 F2
Dosen Pengempu : Prof.Dr.Dra. Ida Ayu Nyoman Saskara,M.Si.
Paradigma Ekonomi Kelembagaan

Oleh Kelompok 2

Ni Made Dwi Ardiarika ( 1907511025 )


Gabriel Chandra Aji Dewanto (1907511029 )

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah kami dikaruniai kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan Paper mata
kuliah Ekonomi Kelembagaan.

Paper ini sangat penting karena dapat membantu menambah wawasan dan pengetahuan
penulis dalam memahami Paradigma Ekonomi Kelembagaan dan dapat memberikan
pengetahuan mengenai materi yang telah dipaparkan. Oleh karena itu, di harapkan agar orang
yang membacanya mendapatkan pengetahuan mengenai materi yang dipaparkan dalam makalah
ini.

Di dalam penyelesaian Paper ini, penulis mengharapkan kritik maupun saran yang dapat
membangun dari pembaca sehingga makalah ini dapat lebih diperbaiki dan disempurnakan lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Denpasar, 20 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan……………………………………………….……………………2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Paradigma Ekonomi Kelembagaan...........................................................3

A. Perilaku Teknologis dan Ideologis............................................................3

B. Realistis dan Evolusi.................................................................................5

C. Metode Kualitatif : Partikulitas dan Subjektivitas....................................5

D. Nonprediktif : Nilai Guna dan Liabilitas Data..........................................6

BAB III PENUTUP.................................................................................................7

3.1 Kesimpulan................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Para ilmuwan sosial yang memiliki latar belakang yang beragam mendefinisikan
kelembagaan secara beragam menurut sudut pandang keilmuwanannya. Douglas C. North
seorang sejarahwan ekonomi terkemuka mendefinisikan kelembagaan sebagai batasan-batasan
yang dibuat untuk membentuk pola interaksi yang harmonis antara individu dalam melakukan
interaksi politik, sosial dan ekonomi (North, 1990). Sedangkan menurut Schotter (1981),
kelembagaan merupakan regulasi atas tingkah laku manusia yang disepakati oleh semua anggota
masyarakat dan merupakan penata interaksi dalam situasi tertentu yang berulang.

Studi tentang Ekonomi Kelembagaan akhir-akhir ini begitu banyak memperoleh tempat
dikalangan pemikir ekonomi dan sosiologi. Perkembangan studi Ekonomi Kelembagaan yang
demikian dinamis memunculkan pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep kelembagaan itu
sendiri. Ekonomi Kelembagaan (Institutional Economics) adalah cabang ilmu ekonomi yang
mempelajari pengaruh dan peranan institusi formal dan informal terhadap kinerja ekonomi, baik
pada tataran makro maupun tataran mikro. Ekonomi Kelembagaan membahas masalah ekonomi
dalam ranah hubungan ekonomi dan kehidupan social serta hubungannya dengan kepemilikan
seseorang atau property right. Ekonomi Kelembagaan di Indonesia berhubungan dengan
pembangunan berkelanjutan. Namun pengertian pembangunan di Indonesia dewasa ini telah
mengalami penyimpangan dari pengertian normative. Kini pembangunan ekonomi berkelanjutan
tidak lagi mementingkan korelasi keharmonisan antar aspek social,ekonomi, dan lingkungan.

1
b. Rumusan Masalah
1.Apa itu perilaku teknologis dan idiologis ?
2.Apa itu perilaku realistis dan evolusi ?
3.Apa itu metode kualitatif yang menjelaskan mengenai partikularitas dan subyektivitas ?
4.Apa itu non prediktif : nilai guna dan liabilitas data ?
c. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui perilaku teknologis dan idiologis
2.Untuk mengetahui perilaku realistis dan evolusi
3. Untuk mengetahui metode kualitatif : partikularitas dan subyektivitas
4. Untuk mengetahui non prediktif : nilai guna dan liabilitas data

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Paradigma Ekonomi Kelembagaan

Ekonomi Kelembagaan (Institutional Economics) adalah cabang ilmu ekonomi yang


mempelajari pengaruh dan peranan institusi formal dan informal terhadap kinerja ekonomi, baik
pada tataran makro maupun tataran mikro. Ekonomi Kelembagaan membahas masalah ekonomi
dalam ranah hubungan ekonomi dan kehidupan social serta hubungannya dengan kepemilikan
seseorang atau property right.

Pendekatan yang digunakan ekonomi kelembagaan adalah multidisipliner. Maka, terdapat aspek
yang perlu diperhatikan seperti aspek sosial, hukum, politik, budaya, dan lainnya sebagai satu
kesatuan analisis. Teori ekonomi kelembagaan sejajar asasnya dengan ilmu sosial lain. Sejak awal
harus disadari bahwa ilmu sosial memiliki dua dimensi, yaitu ketika berkaitan dengan (persoalan)
negara maka ilmu sosial tidak hanya memiliki fungsi sebagai daya penjelas tetapi juga
melegitimasi dan juga medelegitimasi dan yang kedua ketika berurusan dengan rakyat maka ilmu
sosial membahas ilmu sosial instrumental dan ilmu sosial kritis.

A. Perilaku Teknologis dan Idiologis

Menurut Miller, analisis ilmu ekonomi dibagi menjadi empat cakupan, yaitu:

 alokasi sumber daya


 tingkat pertumbuhan kesempatan kerja, pendapatan, produksi, dan harga
 distribusi pendapatan
 struktur kekuasaan

Pendekatan klasik/neoklasik cenderung menggunakan tiga instrument yang pertama untuk


menguliti setiap persoalan ekonomi, sebaliknya pendekatan kelembagaan lebih menekankan
kepada bagian yang terakhir dalam menganalisis fenomena ekonomi.

Menurut Veblen, kelembagaan adalah kumpulan norma dan kondisi-kondisi ideal yang
direproduksi secara kurang sempurna melalui kebiasaan pada masing-masing generasi individu

3
berikutnya. Dengan demikian, kelembagaan berperan sebagai stimulus dan petunjuk dari
perilaku individu.

Ahli kelembagaan berusaha membuat model-model pola (teori-teori), sementara ahli


neoklasik berusaha menyusun model-model prediktif (teori-teori). Model-model pola
menjelaskan perilaku manusia dengan menempatkannya secara cermat di dalam konteks
kelembagaan dan budaya. Model prediktif menjelaskan perilaku manusia dengan menyatakan
secara cermat di dalam konteks kelembagaan dan budaya.

Ide inti dari paham kelembagaan adalah mengenai kelembagaan, kebiasaan, aturan, dan
perkembangannya.  Ekonomi kelembagaan bersifat evolusioner, kolektif, interdisipliner, dan
nonprediktif. Ahli ekonomi kelembagaan pada umumnya berfokus pada konflik daripada
keharmonisan, pada pemborosan daripada efisiensi, dan pada ketidakpastian dibandingkan
pengetahuan yang sempurna.

Aliran Veblen membedakan antara perilaku teknologis dan kelembagaan sebagai titik
awal untuk menerangkan montribusi teoritis dari aliran kelembagaan. Veblen membedakan
antara dua jenis pola prilaku dan bentuk-bentuk pikiran yang ada di dalam berbagai tingkatan di
semua kebudayaan. Pikiran dan tindakan teknologis atau instrumental meliputi penjelasan dari
sebab ke akibat.

Selanjutnya ahli kelembagaan memandang individu secara terbatas dan mengarah pada
transaksi hokum dan kesepakatan. Mereka tidak memandang disiplin ‘ilmu pengetahuan pilihan’
yang bersifat mekanis.

Para ahli kelembagaan menganggap pasar tidak dilihat dari mekanisme yang netral untuk
melakukan alokasi yang efisien dan kesedarajatan distribusi. Namun para ahli kelembagaan
melihat pasar sebagai mekanisme yang bias dari banyak hal. Dalam hal ini, pasar dianggap

4
sebagai refleksi dari eksistensi kekuasaan sehingga pasar tidak hanya mengontrol tapi joko
dikontrol.

4
B. Realistis dan Evolusi

Filsafat kontemporer tentang ilmu pengetahuan telah digunakan untuk memahami


metodologi ahli kelembagaan dan bagaimana kelembagaan ini berbeda dari ekonomi
konvensional. Dalam perspektif ini, tugas utama ilmuan modern adalah memahami,
meninterpretasi, dan menjelaskan kenyataan yang ada disekitarnya.

Robert Heilbroner mengklasifikasi data ekonomi ke dalam dua kategori yang


berbeda. Pertama, data berhubungan dengan ‘the physical nature of production process’,
sedangkan yang kedua, data yang berhubungan dengan ‘the bahavioral response to economic
stimuli’.

Di lain pihak, seperti yang dijelaskan oleh Wilber dan Harrison, pada sebagian besar
tingkatan analisis ekonomi kelembagaan dapat ditandai dengan adanya cara pandang yang
holistic, sistematis, dan evolusioner.

Pada tingkat yang lebih kongkret, ekonomi kelembagaan memberi apresisasi terhadap
sentralisasi kekuasaan dan konflik dalam proses ekonomi. Dengan dasar ilmiah, ekonomi
kelembagaan meletakkan aspek social, budaya, hukum, politik, dan lain-lain sebagai satu
kesatuan unit analisis yang tidak dapat dipisahkan.

C. Metode Kualitatif : Partikularitas dan Subyektivitas

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian-bagian sebelumnya, memahami individu atau
masyarakat bukan sekedar soal ‘subyek’, tetapi juga ‘metode’. Metode itulah yang kemudian
akan mengantar setiap ekonomi kepada sebuah ‘kebenaran’. Kosakata ‘kebenaran’ inilah yang
hendak diuji dalam dua pendekatan penelitian ilmu social, yakni metode penelitian kuantitatif
dan kualitatif.

5
Masing masing metode dari penelitian kuantitatif dan kualitatif tetap tersembunyi
subyektivitas dalam berbagai rupa. Hanya saja penelitian kuantitatif dianggap lebih objektif
karena keberhasilannya untuk dapat mengukur dan membandingkan atas data-data yang dimiliki.
Keterukuran tidak lantas menandakan adanya objektivitas dalam penelitian, karena peneliti
membawa latar belakang nilai-nilai yang dimilikinya untuk melakukan pengukuran tersebut.
Pada akhirnya, subyektivitas yang melekat pada penelitian kualitatif tidak harus dianggap
sebagai kelemahan atas pertimbangan ketidakmungkinan bagi peneliti mengambil jarak dengan
latar belakang social dan ideologis yang disandangnya.

D. Nonprediktif : Nilai guna dan Liabilitas data

Penelitian kualitatif dan kuantitatif memiliki perbedaan dalam memperkirakan kemungkinan


peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Penelitian kuantitatif biasanya berakhir
pada memperkirakan kemungkinan peristiwa tersebut akan terjadi. Tetapi tidak dengan
penelitian kualitatif yang mana tidak berminat untuk memperkirakan kejadian di masa depan
karena dua alasan berikut : 
 Pertama pada tingkat filosofis watak sebuah penelitian social tidah harus tahu
mengenai kejadian di masa depan, ini dimaksudkan agar hanya untuk memahami
perilaku social yang tengah terjadi sehingga peneliti dapat menemukan kebijakan
yang lebih baik untuk masa depan. 
 Kedua pada tataran pragmatis nilai guna suatu penelitian bukan terletak pada
kemampuannya untuk membuat prediksi, melain kesanggupannya untuk memberikan
pemahaman-pemahaman baru melalui analisis yang mendalam.

Pada akhirnya, sifat non prediktif menjadi ukuran sampai sejauh mana penelitian
kualitatif sanggup untuk memfungsikan dirinya sehingga jika penelitian kualitatif ini gagal
memberikan gambaran atas peristiwa social yang menjadi objek penelitian, maka eksistensi nya
boleh dikatakan runtuh. Sebaliknya penelitian kuantitatif tidak dapat membuat sebuah ramalan
maka penelitian tersebut dapat dikatakan gagal.

6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ekonomi Kelembagaan (Institutional Economics) adalah cabang ilmu ekonomi yang
mempelajari pengaruh dan peranan institusi formal dan informal terhadap kinerja ekonomi, baik
pada tataran makro maupun tataran mikro. Ekonomi Kelembagaan membahas masalah ekonomi
dalam ranah hubungan ekonomi dan kehidupan social serta hubungannya dengan kepemilikan
seseorang atau property right.

Pendekatan yang digunakan ekonomi kelembagaan adalah multidisipliner. Maka, terdapat aspek
yang perlu diperhatikan seperti aspek sosial, hukum, politik, budaya, dan lainnya sebagai satu
kesatuan analisis. Teori ekonomi kelembagaan sejajar asasnya dengan ilmu sosial lain. Sejak awal
harus disadari bahwa ilmu sosial memiliki dua dimensi, yaitu ketika berkaitan dengan (persoalan)
negara maka ilmu sosial tidak hanya memiliki fungsi sebagai daya penjelas tetapi juga
melegitimasi dan juga medelegitimasi dan yang kedua ketika berurusan dengan rakyat maka ilmu
sosial membahas ilmu sosial instrumental dan ilmu sosial kritis.

7
DAFTAR PUSTAKA

Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan : Paradigma, Teori, dan Kebijakan.


Jakarta. Erlangga.

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/efaa08a13def440a919cdf1561bdab65.pdf

Anda mungkin juga menyukai