Anda di halaman 1dari 18

Modul Ekonomi Syariah

PERTEMUAN 6:
TEORI PRODUKSI DAN PERILAKU PRODUSEN
DALAM EKONOMI ISLAM

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Teori produksi dan perilaku
produsen dalam ekonomi syariah. Melalui Risetasi, Anda harus mampu :
1.1 Menjelaskan konsep Produksi dan perilaku produsen dalam
ekonomi Islam
1.2 Menilai secara kritis teori Produksi dan perilaku Produsen dalam
ekonomi Islam.

B. URAIAN MATERI
Produksi adalah bagian terpenting dari ekonomi Islam bahkan dapat
dikatakan sebagai salah satu dari rukun ekonomi disamping konsumsi, distribusi,
redistribusi, infak dan sedekah. Karena produksi adalah kegiatan manusia untuk
menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfa’atkan oleh konsumen.
Pada saat kebutuhan manusia masih sedikit dan sederhana, kegiatan produksi dan
konsumsi dapat dilakukan dengan manusia secara sendiri. Artinya seseorang
memproduksi barang/jasa kemudian dia mengonsumsinya. Akan tetapi seiring
dengan berjalannya waktu dan beragamnya kebutuhan konsumsi serta
keterbatasan sumber daya yang ada (kemampuannya), maka seseorang tidak dapat
lagi menciptakan sendiri barang dan jasa yang dibutuhkannya, akan tetapi
membutuhkan orang lain untuk menghasilkannya.
Oleh karena itu kegiatan produksi dan konsumsi dilakukan oleh pihak-
pihak yang berbeda. Dan untuk memperoleh efisiensi dan meningkatkan
produktifitas lahirlah istilah spesialisasi produksi, diversifikasi produksi dan
penggunaan tehnologi produksi. Al-Qur’an juga telah memberikan tuntunan visi
bisnis yang jelas yaitu visi bisnis masa depan yang bukan semata-mata mencari
keuntungan sesaat tetapi “merugikan”, melainkan mencari keuntungan yang

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 137


Modul Ekonomi Syariah

secara hakikat baik dan berakibat baik pula bagi kesudahannya (pengaruhnya).
Salah satu aktifitas bisnis dalam hidup ini adalah adanya aktifitas produksi

1.1 Pengertian Produksi


Produksi didefinisikan sebagai penciptaan guna dan penambahan nilai
pada guna. Menurut Fraser “ jika mengkonsumsi berarti mengambil guna, maka
produksi berarti menaruh guna. Allah adalah pencipta sejati, manusia hanyalah
dapat mengubah bentuk materi serta menggunakanya untuk memenuhi
keinginannya.
Tanah, tenaga kerja, modal, dan perusahaan pada umumnya di sebut faktor
produksi. Di dalam ekonomi, produksi mencangkup rantai yang panjang yang
mencangkup industri dan jasa, sperti : penggalian tambang, memancing ikan,
pertanian, pengolahan yang merubah bahan mentah menjadi barang jadi, jasa
perdagangan semacam jual beli, transportasi, perbankan dan ansurasi, serta jasa-
jasa yang dari sektor yang banyak jenisnya sperti pelayan, pekerja, dokter, insiyur,
ahli hukum dan guru.
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi”
dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan
ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu
mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir alintaj dhamina itharu
zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan
pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).
Produksi menurut Kahf mendefinisikan kegiatan produksi dalam
perspektif islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi
fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan
hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam, yaitu kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi.
Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi
berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang
bisa dilakukan manusia dalam “memproduksi” tidak sampai pada merubah
substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia berkisar pada misalnya

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 138


Modul Ekonomi Syariah

mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau mengeksploitasi


(ekstraktif).
Jadi, produksi merupakan mata rantai konsumsi, yaitu menyediakan
barang dan jasa yang merupakan kebutuhan konsumen. Produsen bertujuan untuk
memperoleh mashlahah maksimum melalui aktivitasnya. Jadi, produsen dalam
perspektif ekonomi islam bukanlah seorang pemburu laba minimal melainkan
pemburu mashlahah. Ekspresi mashlahah dalam produksi adalah keuntungan dan
berkah sehingga produsen akan menentukan kombinasi antara berkah dan
keuntungan yang memberikan mashklahah maksimal.
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan
untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam
ekonomi konvensional, tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan
Mashlahah yang maksimum bagi konsumen.
Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan
mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai
tujuan dan hukum islam. Dalam konsep mashlahah dirumuskan dengan
keuntungan ditambah dengan berkah.
Keuntungan bagi seorang produsen biasannya adalah laba (profit), yang
diperoleh setelah dikurangi oleh faktor-faktor produksi. Sedangkan berkah
berwujud segala hal yang memberikan kebaikan dan manfaat bagi produsen
sendiri dan manusia secara keseluruhan.
1.2 Atribut Fisik dan Nilai dalam Produk
Sebuah produk yang dihasilkan oleh produsen menjadi berharga atau
bernilai karena adanya berbagai atribut fisik dari produk semata, tetapi juga
karena adanya nilai (value) yang dipandang berharga oleh konsumen.
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Kelvin Lanscarter pada tahun
1966 M. maka sebelum teori atribut fisik ini dilahirkan, teori-teori sebelumnya
masih menggunakan asumsi bahwa yang diperhatikan oleh konsumen adalah
produknya. Maksud atribut fisik dalam suatu barang adalah; bahan baku barang,
kualitas keawetan barang, bentuk atau desain barang dan lain-lain. Atribut suatu
barang pada esensinya sangat menentukan peran fungsional dari barang tersebut
dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Sedangkan nilai suatu barang akan

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 139


Modul Ekonomi Syariah

memberikan kepuasan pesikis kepada konsumen sebagai pemanfaat produk


barang tersebut. Sedangkan nilai ini berbentuk dalam citra atau merk barang
tersebut, sejarah, reputasi produsen, dan lain-lain.
Misalkan; dua barang yang memiliki atribut fisik sama belum tentu
memiliki harga sama di hadapan konsumen kerena perbedaan nilai yang ada
dalam barang tersebut. Contoh saja dua stickolahraga golf yang memiliki
spesifikasi teknis sama, tetapi harganya berbeda karena merknya
berbeda. Stick olahraga golf bermerk terkenal harganya lebih mahal dibandingkan
yang tidak terkenal, meskipun bahannya sama, desain modelnya sama dan tentu
saja fungsinya sama. Tekadang harga barang bisa jauh melampui nilai
fungsionalnya karena tingginya nilai non-fisik yang ada padanya. Sebagai contoh
adalah stick pegolf terkenal tingkat dunia yang dilelang dengan harga yang sangat
tinggi dan tidak masuk akal untuk sebuah stick olahraga golf. Maka dalam hal ini,
konsumen tidak melihat stick golf ini sebagai atribut fisik yang berfungsi untuk
olahraga golf saja, akan tetapi nilai sejarah yang melekat pada stick golf tersebut
sebagai penyandang puncak kesuksesan pemiliknya. Maka dengan adanya nilai
sejarah pada stick golf inilah yang menjadikan harga stick golf ini menjadi sangat
mahal dan sangat berharga bagi konsumen.
Atribut fisik suatu produk pada dasarnya bersifat objektif yang dapat
dikomparasikan dengan jenis produk lainnya, akan tetapi nilai produk itu bernilai
subjektif sehingga faktor inilah yang membedakan harga suatu produk. Dalam
pandangan ekonomi Islam produk merupakan kombinasi dari atribut fisik dan
nilai (value). Konsep ekonomi Islam tetang atribut fisik suatu produk tidak
berbeda dengan pandangan ekonomi konvensional pada umumnya
Dengan demikian setiap barang dan jasa dalam Islam adalah bernilai dan
bermartabat, maka barang/jasa itu mengandung keberkahan dan akibatnya
membawa kemaslahatan bagi manusia. Maka setiap produk (barang/jasa) yang
tidak bernilai, maka produk (barang/jasa) tidak mengandung keberkahan sehingga
tidak dapat memberikan kemaslahatan, sebab berkah merupakan elemen penting
dalam konsep maslahah.
Gambaran tentang hal di atas misalnya adanya dua merk stick golf yang
mana satu jenisstick golf diproduksi oleh sebuah perusahaan M yang melakukan

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 140


Modul Ekonomi Syariah

eksploitasi terhadap tenaga kerjanya, sedangkan perusahaan yang lainnya T sangat


menghargai tenaga kerjanya. Sebagaimana telah diketahui bahwa eksploitasi
terhadap tenaga kerja sangat bertentangan dengan nilai-nilai dalam ekonomi
Islam. Meskipun atribut fisik kedua stick golf tersebut sama, tetapi kedua raket
tersebut akan dihargai berbeda. Stick golf yang diproduksi oleh perusahaan M
tidak mengandung berkah karena proses produksinya tidak sesuai dengan syariah
yaitu dengan melakukan bentuk eksploitasi, maka produk ini tidak berharga
sehingga tidak mengandung maslahah, sehingga para konsumen emoh
memilihnya.
Dengan demikian sangat jelas bahwa suatu produk harus memiliki atribut
fisik yang halal dan proses pembuatan produksi juga halal, sehingga akan
menjadikan berkah yang membawa kemaslahatan bagi manusia dan
lingkungannya. Dengan penjelasan di atas kuantitas produk dapat diekspresikan
dalam sebuah rumus, sebagai berikut:
QM = qF + qB
Dimana
QM : Barang yang memiliki maslahah
qF : Atribut fisik barang
qB : Berkah barang tersebut.

1.3 Input Produksi dan Berkah


Kegiatan produksi membutuhkan berbagai jenis sumber daya ekonomi
yang lazim disebut input atau faktor produksi, yaitu semua bentuk faktor yang
memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah
proses produksi. Maka faktor-faktor produksi ini terdeskripsikan dalam faktor
sumber daya alam, faktor finansial, faktor sumber daya manusia dan faktor waktu.
Misalkan dalam sebuah perusahaan produksi mobil. Pemroduksian mobil tidak
bisa dibuat hanya dengan tersedianya besi atau karet saja, atau ada tenaga kerja
saja, atau ada pengusaha mobil saja, tetapi merupakan kombinasi antara berbagai
faktor produksi sebagai input produksi. Sebuah mobil dapat sampai ke tangan
konsumen didukung oleh kombinasi dari berbagai macam faktor produksi
diantaranya harus tercukupinya bahan-bahan; besi, karet, aluminium dan lain-lain

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 141


Modul Ekonomi Syariah

yang diolah secara manual maupun dengan dibantu mesin, dan kemudian setelah
menjadi mobil dijual atau disalurkan oleh para distributor kepada konsumen.
Maka dalam proses pemroduksian mobil tersebut selain membutuhkan
koordinasi manajerial seorang manajer dan juga gagasan-gagasan dan ide-ide para
usahawan yang dalam hal ini adalah masuk dalam faktor sumber daya manusia.
Dan untuk menggerakkan semua faktor itu membutuhkan modal finansial dalam
rangka membiayai semua proses produksi tersebut. Demikian pula barang-barang
sederhana lainnya yang bernilai rendah, misalnya benang jahit, sesungguhnya
juga membutuhkan proses yang panjang dengan melibatkan berbagai faktor
produksi untuk menghasilkannya.
Pada dasarnya, faktor produksi atau input ini secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu; input manusia (human input) dan input
non-manusia (non human input). Yang termasuk dalam input manusia adalah
semua bentuk manajerial, ide-ide, gagasan pemikiran, tenaga, perasaan dan hati
yang bersumber dari diri manusia. Sedangkan yang termasuk dalam input non-
manusia adalah sumber daya alam (natural resources), kapital (financial capital),
mesin, alat-alat, gedung dan input-input fisik lainnya (physical capital). Maka
klasifikasi input menjadi input manusia dan non-manusia ini didasarkan pada
argumen-argumen sebagai berikut, yaitu:
a) Manusia adalah faktor produksi terpenting dari faktor-faktor produksi
lainnya. Dan manusia juga dikatakan sebagai faktor produksi utama (main
input), karena manusia adalah sebagai faktor produksi yang dapat
menggerakkan semua faktor produksi lainnya termasuk menggerakkan
faktor produksi manusia lainnya untuk dapat memberdayakan semua
potensi ekonomi yang dimilikinya sehingga dapat bekerja sesuai dengan
kompetensinya. Maka manusia adalah faktor produksi yang memiliki
inisiatif atau ide, mengorganisasi, memproses dan memimpin semua faktor
produksi sehingga menghasilkan suatu produk yang bermanfa’at untuk
memenuhi kebutuhan. Sedangkan faktor non-manusia adalah input
pendukung (supporting input) sebagai faktor terpenting kedua setelah
manusia. Karena manusia tidak dapat hidup dan berekonomi kecuali
didukung oleh faktor non-manusia (Faktor materiil). Oleh karena itu,

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 142


Modul Ekonomi Syariah

dalam menghasilkan output secara maksimal manusia membutuhkan


faktor produksi materiil, akan tetapi tanpa manusia barang dan jasa tidak
akan optimal dalam memberikan manfa’at. Misalnya: Petroleom yang
masih berada di dasar bumi dalam bentuk aslinya tidak akan memberikan
manfa’at apabila tidak ditambang dan diolah oleh manusia. Demikian juga
tambang batu bara yang masih berada di perut bumi tidak akan dapat
memberikan kebermanfa’atan tanpa sentuhan tangan-tangan terampil
manusia. Demikian juga tambang emas yang masih di dalam perut bumi
tidak menjadi perhiasan yang berharga tinggi apabila tidak diolah dan
dikelola oleh manusia yang terampil. Oleh karena itu usaha manusia
adalah faktor terpenting dalam pengelolaan barang dan jasa sehingga
benar apa yang dikatakan Ibnu Khaldun (1263-1328) yang menganggap
bahwa manusia adalah faktor terpenting dan merupakan sumber utama
nilai barang dan jasa.
b) Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki berbagai macam
karakteristik yang tidak dimiliki oleh faktor-faktor produksi lainnya.
Manusia adalah ciptaan Allah yang diberikan kemulyaan Allah sebagai
khalifah di muka bumi ini. Sehingga memiliki karakteristik yang sangat
istimewa yang membedakan faktor-faktor produksi lainnya. Manusia pasti
tidak dapat disamakan dengan sumber daya alam, gedung, uang dan faktor
produksi fisik lainnya. Secara umum sumber daya non-manusia dapat
diperdagangkan sesuai dengan mekanisme pasar maka sumber daya non-
manusia dapat disebut sebagai barang/jasa. Sedangkan manusia adalah
manusia yang tidak berupa harta benda (barang/jasa) maka tidak dapat
diperjual-belikan dalam mekanisme pasar.

1.4 Kemuliaan Harkat Kemanusiaan Sebagai Karakter Produksi


Tujuan produksi dalam Islam adalah untuk memberikan kemaslahatan
yang optimum kepada konsumen dan manusia secara umum. Dengan
kemaslahatan yang optimum ini, bertujuan untuk mendapat falah sebagai tujuan
akhir dari kegiatan ekonomi yang juga merupakan tujuan akhir hidup manusia.
Yang hal ini telah dijelaskan secara detail pada pembahasan terdahulu,

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 143


Modul Ekonomi Syariah

danfalah adalah bentuk keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat yang akan
memberikan kebahagiaan yang hakiki bagi manusia. Dan kebahagiaan yang
hakiki inilah merupakan wujud dari tercapainya kemulyaan bagi kehidupan
manusia. Maka dengan memahami alur tujuan kegiatan produksi ini, dapat
diambil sebuah kesimpulan bahwa karakter penting produksi dalam ekonomi
Islam adalah perhatiannya terhadap kemuliaan harkat dan martabat manusia, yaitu
mengangkat kualitas dan derajat hidup kemanusiaan manusia. Kemuliaan harkat
kemanusiaan harus mendapat perhatian besar dan utama dalam semua aktifitas
produksi, maka keseluruhan kegiatan produksi yang tidak sesuai dengan
pemuliaan harkat kemanusiaan dapat dikatakan kontradiktif atau bertentangan
dengan ajaran-ajaran Islam.
Penjelasan karakter produksi yang seperti diatas akan membawa implikasi
penting dalam teori produksi, sebagai contohnya dalam memandang kedudukan
manusia khususnya tenaga kerja (human capital) dengan modal finansial
(financial capital). Dalam perspektif konvensional, tenaga kerja dan kaptal
finansial memiliki kedudukan yang setara dimana keduanya adalah substitusi
sempurna. Artinya penggunaan tenaga kerja sama dengan harga dalam
penggunaan kapital finansial yang dapat dipergunakan secara penuh berdasarkan
pertimbangan efesiensi dan produktifitas. Seandainya penggunaan teknologi padat
kapital (capital intensive) lebih murah daripada teknologi padat tenaga kerja
(labor intensive), maka produsen akan memilih dan mempergunakan teknologi
yang padat kapital. Sebaliknya, jika teknologi padat tenaga kerja lebih
menguntungkan, maka produsen akan lebih memilihnya daripada teknologi padat
kapital. Dalam praktek empiris, implementasi konsepsi substitusi ini telah
menimbulkan berbagai permasalahan ekonomi sosial yang kompleks. Eksploitasi
upah buruh, pemutusan hubungan kerja dan berbagai bentuk dehumanisasi
kegiatan produksi merupakan implikasi nyata dari konsep substitusi ini.
substitusi antara manusia/tenaga kerja dengan kapital dibagi menjadi dua
jenis, yaitu: (1) Substitusi natural dan (2) Substitusi yang dipaksakan (forced
substitution).
Dengan kualifikasi manusia yang sudah tinggi seperti ini, maka menjadi
tidak bijaksana jika manusia-manusia dengan kualifikasi tinggi ini digunakan

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 144


Modul Ekonomi Syariah

untuk memproduksi barang-barang yang remeh, bernilai rendah. Mereka tentu


akan diarahkan untuk memproduksi barang-barang yang mempunyai nilai tinggi
sehingga bisa meningkatkan harkat hidup dan kemanusiaan. Pada tahap ini maka
akan timbul masalah, yaitu ketika setiap manusia sudah dimanfa’atkan untuk
produksi yang menciptakan nilai kemaslahatan yang tinggi, maka siapa yang akan
menangani pekerjaan-pekerjaan yang remeh atau bernilai rendah di atas?.
Disinilah manusia menciptakan peralatan, yang notabene sebagai kapital, untuk
menggantikan manusia mengerjakan pekerjaan-pekerjaan remeh yang sudah
ditinggalkan manusia. Kalau kita melihat pada titik terakhir ini saja tanpa melihat
proses yang terjadi di belakangnya, maka kita hanya bisa melihat bahwa telah
terjadi substitusi dari kapital untuk manusia (tenaga kerja). Namun, jika kita lihat
dalam perspektif yang panjang sebagaimana yang dipaparkan di muka maka
sebenarnya yang tampak sebagai substitusi ini hanyalah equipping.
Dengan mendasarkan diri pada hal ini, maka perlu dicari atau dibentuk
suatu konsep produksi yang mendudukkan manusia sebagai pusat dari semua
kegiatan produksi. Substitusi natural prosesnya terjadi dalam jangka waktu yang
sangat panjang. Oleh karena itu, konsep produksi yang menunjukkan adanya
substitusi natural antara kapital dan manusia (tenaga kerja) adalah merupakan
konsep dengan horison waktu jangka sangat panjang. Sementara paradigma
berproduksi sebenarnya adalah paradigma jangka pendek atau bahkan jangka
sangat pendek. Dengan demikian, menjadi tidak tepat jika konsep produksi jangka
sangat panjang digunakan untuk menggambarkan perilaku yang sebenarnya
jangka pendek.

1.5 Eksplorasi dan pembentukan konsep produksi


Semangat produksi untuk menghasilkan mashlahah maksimum perlu
dituntun dengan nilai dan prinsip ekonomi islam. Nilai dan prinsip pokok dalam
produksi adalah amanah, prinsip kerja dan amanah.
a. Amanah untuk Mewujudkan Maslahah Maksimum
Sifat amanah adalah salah satu nilai penting dalam Islam, yang
diambil dari nilai dasar kekhilafahan, yang harus terus dijunjung tinggi.
Pengertian amanah dalam konteks ini adalah penggunaan sumber daya

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 145


Modul Ekonomi Syariah

ekonomi untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu keberuntungan (falah).


Sedangkan sumber daya yang ada di alam semesta ini oleh Allah
diamanahkan kepada Manusia. Selanjutnya, pemanfa’atan sumber daya
tersebut tidak boleh digunakan untuk usaha-usaha yang bertentangan
dengan tujuan khilafah, yaitu: terciptanya kemakmuran di atas bumi. Untuk
mewujudkan kemakmuran, manusia diberi hak penguasaan dan kebebasan
dalam memanfa’atkan sumber daya yang semua itu akan
dipertanggungjawabkan kepada Allah, swt. sebagai pemberi amanah. Secara
singkat, dapat diatakan bahwa amanah di sini dimaknai sebagai usaha untuk
memanfa’atkan sumber daya yang ada dengan cara yang sebaik-baiknya
dalam arti sesuai dengan syariah untuk mencapai kemakmuran manusia di
muka bumi.
b. Profesionalisme
Dalam ajaran Islam, setiap muslim dituntut untuk menjadi pelaku
produksi yang profesional, yaitu memiliki profesionalitas dan kompetensi di
bidangnya. Segala sesuatu harus dikerjakan dengan baik, karenanya setiap
urusan harus diserahkan kepada ahlinya. Hal ini memberikan implikasi
bahwa setiap pelaku produksi Islam harus mempunyai keahlian standar
untuk bisa melaksanakan kegiatan produksi. Implikasi lebih jauh dari hal ini
adalah bahwa produsen harus mempersiapkan karyawannya agar memenuhi
standar minimum yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan produksi.
c. Pembelajaran sepanjang waktu untuk Efisiensi
Meskipun setiap tenaga kerja telah memenuhi standar minimum dalam
melaksanakan produksi, namun ia harus selalu belajar terus untuk
meningkatkan kemampuannya dalam hal-hal yang terkait dengan produksi.
Pembelajaran ini merupakan amanat sepanjang hidup (long life
learning)dari ajaran islam, artinya bahwa setiap agen muslim harus terus
menerus belajar.

1.6 Produksi Dengan Teknologi Konstan


Berdasarkan semua pembahasan di atas, didapatkan bahwa konsep
produksi yang sesuai dengan nilai Islam adalah konsep yang menganggap bahwa

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 146


Modul Ekonomi Syariah

teknologi berproduksi adalah sudah‘given’ atau konstan, dalam arti bahwa


teknologi yang digunakan adalah teknologi yang memanfa’atkan sumber daya
manusia sedemikian rupa sehingga manusia-manusia tersebut mampu
meningkatkan harkat kemanusiaannya. Selain itu sebagai implikasi dari nilai
amanah, maka kegiatan produksi harus menggunakan input setempat (locality)
yang melimpah.
Sebagai konsekuensi dari premis dasar di atas, maka permasalahan
produksi tidaklah mencari teknologi produksi sedemikian rupa sehingga
memberikan keuntungan maksimum, melainkan mencari jenis ouput apa, dari
berbagai kebutuhan manusia, yang bisa diproduksi dengan teknologi yang sudah
ada tersebut. Permasalahan produksi akan memfokus pada pemilihan kombinasi
output, berapa jumlah output yang satu dan yang lainnya harus diproduksi
sehingga dapat memperoleh nilai maslahah yang maksimum. Pengertian
maksimum di sini tentu saja ada faktor kendalanya, yaitu input yang jumlahnya
sudah tertentu. Dengan lebih tegas bisa dikatakan bahwa permasalahan produksi
di sini adalah mencari kombinasi produk yang bisa dihasilkan dengan sumber
daya yang ada guna memperoleh maslahah yang maksimum. Misalnya, adanya
sumber daya yang tersedia berupa batu hitam.
Alternatif produk yang bisa diproduksi dengan menggunakan batu
tersebut adalah bermacam-macam, antara lain adalah untuk digunakan sebagai
sebagai batu pondasi rumah, untuk koral campuran aspal, koral campuran beton
cor, pasir giling sebagai bahan campuran cor kualitas tinggi sampai digunakan
untuk batu aksesoris dinding atau lantai rumah. Pemilihan mengenai produk mana
dan dengan kuantitas berapa yang akan diproduksi dengan batu tersebut tentu
akan didasakan pada alternatif maslahah yang terbaik yang bisa dihasilkan.

1.7 Faktor-Faktor Produksi


Faktor-faktor dalam produksi yaitu :
1. Tanah
Pengertian tanah mengandung arti yang luas termasuk sumber semua yang kita
peroleh dari udara, laut, gunung dan sebagainya, sampai dengan keadan
geografi, angina dan iklim terkandung dalam tanah. Al Qu’an menggunakan

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 147


Modul Ekonomi Syariah

kata tanah dengan maksud ayang berbeda. Manusia diingatkan akan sumber
kekyaan untuk dipergunakan . manusia boleh menggunakansumber yang
tersembunyi dan potensi untuk memuaska kehendak yang tidak terbatas.
2. Tenaga kerja
dalam islam tenaga bukan hanya suatu jumlah usaha atau jasa yang abstrak
yang ditaawarkan untuk dijual pada pencari tenaga kerja manusia. Mereka yang
memperkerjakan buruh punya tanggung jawab moral dan sosial. Tenaga kerja
secara umum dibagi menjadi beberapa tingkat yaitu :
a) Tenaga kerja kasar/buruh kasar, misalnya pekerja bangunan, pandai
besi, dan sebagainya. Allah memuliakan hambanya meskipun yang
bekerja sebagai pekerja kasar. Banyak ayat dan riwayat yang
membahas tentang kegiatan para nabi terkait dengan peghargaan
terhadap para pekerja kasar –pekerja/tukang Nabi Sulaiman, Nabi Hud
dengan pembuatan kapal, dan sebagainya.
b) Tenaga kerja terdidik. Dalam al Qur’an disebutkan tentang tenaga
ahli. Cerita tentang Nabi Yusuf yang diakui pengetahuan dan
kejujurannya oleh raja yang mempercayakan tugas mengurus dan
menjaga gudang padi dan sebagainya. Hal itu menunjukkan bahwa
faktor keahlian dan pendidikan menjadi sangat penting dalam bekerja.
3. Modal
Modal meupakan asset yang digunakan untuk membantu distibusi asset
berikutnya. Menurut Thomas, miilik individu dan Negara yang digunakan
dalam menghasilkan asset berikutnya selain tanah dan modal.
4. Organisasi
Organisasi memerankan peranan penting dan dianggap sebagai factor
produksi yang paling penting. Dalam organisasi tentu ada yang
menjalankan dan dalam bisnis yaitu seorang usahawan. Bisnis tidak akan
berjalan tanpa adanya usahawan dalam sebuah organisasi. Dengan adanya
usahawan proses perencanaan, pengorganisasin, pengktualisasian dan
proses evaluasi akan berjalan dalam bisnis.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 148


Modul Ekonomi Syariah

1.8 Tujuan Produksi


Tujuan dari kegiatan produksi mencapai dua hal pokok pada tingkat
pribadi muslim dan umat Islam adalah :

1) Memenuhi kebutuhan setiap individu. Di dalam ekonomi Islam kegiatan


produksi menjadi sesuatu yang unik dan istimewa sebab di dalamnya
terdapat faktor itqan (profesionalitas) yang dicintai Allah dan ihsan yan
g diwajibkan Allah atas segala sesuatu. Pada tingkat pribadi muslim,
tujuannya adalah merealisasi pemenuhan kebutuhan baginya.
2) Merealisasikan kemandirian umat, hendaknya umat memiliki berbagai
kemampuan, keahlian dan prasarana yang memungkinkan terpenuhinya
kebutuhan material dan spiritual.
Dalam upaya merealisasikan pemenuhan kebutuhan
umat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
a. Melakukan perencanaan. Perencanaan yang dilakukan seperti
disyari’atkanoleh Nabi Yusuf adalah selama 15 tahun. Perencana
annya mencakup produksi, penyimpanan, pengeluaran dan distribusi.
b. Mempersiapkan sumberdaya manusia dan pembagian tugas yang baik.
c. Memperlakukan sumber daya alam dengan baik.
d. Keragaman produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan umat.
e. Mengoptimalkan fungsi kekayaan berupa mata uang.

1.9 Etika Produksi dalam Islam


Kegiatan produksi dalam Islam di gerakkan oleh sistem moral(moral
driver), moral menjadi acuan ( frame of reference) untuk menghasilkan barang
dan jasa, mengefisiensikan kenerja dan produktifitas, meningkatkan profit, sera
menumbuh kembangkannya secara luas. Urgensi moral dalam produksi bermakna
pengagungan manusia sebagai makhluk Tuhan aktualusasi kemampuannya
sebagai khalifah, serta menjalankan fungsi sosial bagi masyarakat.
Argumen ini membanatah eksistensi manusia hanya sebagai homo
economicus. Dalam persefektifhomo economicus, moral terpisah dari ekonomi.
Sebalikny adalam Islam, perilaku produksi adalah manivestasi ibadah, moralitas,

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 149


Modul Ekonomi Syariah

dan ketundukan manusia pada Tuhannya. Meniadakan dimensi moral


menyebabkan aliansi eonomi dari kehidupan manusia. Produsen dalam Islam
mengimplementasikan nilai moral dalam Alquran dan Assunah dalam hal
memenuhi perrmintaan konsumen, proses produksi, memperoleh modal,
pertumbuhan usaha, serta diversifikasi produk untuk kelangsungan usaha. Karena
ridak lepas dari nilai moral, produksi berpengaruh langsung pada kehidupan soial.
Tujuan penting merumuskan etika produksi dalam Islam adalah :
1) Sumber ajaran Islam yaitu Alquran dan assunah mengandung dimensi
moral yang dominan melalui petunjuk pada manusiauntuk bertindak
dan berakhlak mulia. Hal ini bertujuan untuk mengangkat harkat dan
martabat mannusian itu sendiri.
2) Dalam kegiatan produksi, peran moral bertujan memberi arah ayang
jels tentang manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mengelola
sumberdaya ekonomi, meningkatkan tarafkesejahteraan hidup dan
menggas kesejahteraan bagi masyarakat luas.
3) Peran moral dalam kaegitan produksi adalah kjeberpihakan
pada kehidupan manusia, alam, dan Tuhan serta mendorongnya unytuk
memanfaatkan sumberdaya ekonomi sesuai dengan tuntunan Allah
SWT.
4) Dalam kegiatan produksi , aksioma etika menjadi dasardalam memberi
arah dengan mempertimbangkan tatanan nilai dan norma Islam seperti
hak dan kewajiban manusia dalam hidup, kewajiban produsen/ pemilik
modal, hak dan kewajiban karyawan, kewajiban menjaga umber daya
alam, produksi barang yang mempromosi keluhuran manusia, serta
mengembangkan mekanisme produksi yangf erfisien.

1.10 Prinsip-prinsip Produksi dalam Islam


Al Qur’an dan hadits memberikan arahan tentang prinsip-prinsip produksi
sebagai berikut:
1) Tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah adalah memakmurkan
bumi dengan ilmu dan amalnya.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 150


Modul Ekonomi Syariah

2) Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi melalui peneli


tian, eksperimen dan perhitungan dalam proses pengambangan produksi.
3) Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia.
4) Dalam berinovasi dan bereksperimen prinsipnya Islam menyukai
kemudahan, menghindari mudharat dan memaksimalkan manfaat.
Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi adalah:
a) Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
b) Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi polusi,
memelihara keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.
c) Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan
masyarakat serta mencapai kemakmuran.
d) Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian
umat.
e) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual,
mental dan fisik.

1.11 Biaya Produksi


Biaya Produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh
faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang
produksi oleh perusahaan tersebut. Untuk analisis biaya produksi perlu
diperhatikan dua jangka waktu yaitu:
1) Jangka panjang yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi
mengalami perubahan.
2) Jangka pendek yaitu dimana sebagian faktor produksi dapat berubah dan
sebagian lainnya dapat berubah.
Biaya produksi dapat dibedakan di dalam dua macam, yaitu:
1) Biaya tetap (fixed cost)
2) Biaya variabel (variable cost)
Dalam analisis biaya produksi perlu memperhatikan:
a) Biaya produksi rata-rata, yang meliputi biaya produksi total rata-rata,
biaya produksi tetap rata-rata dan biaya produksi variabel rata-rata.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 151


Modul Ekonomi Syariah

b) Biaya produksi marjinal, yaitu tambahan biaya produksi yang harus


dikeluarkan untuk menambah satu unit produksi.
Dari segi sifat biaya dalam hubungannya dengat output, biaya produksi
dapat dibagi ke dalam:
1) Biaya total (total cost = TC), yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan produksi.
2) Biaya Tetap Total (total fixed cost = TFC). adalah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat berubah
jumlahnya.
3) Biaya Variabel Total (total variable cost = TVC). Biaya variabel total
adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor
produksi variabel. Contoh biaya variabel : upah tenaga kerja, biaya
pembelian bahan baku, pembelian bahan bakar mesin, dan sebagainya.
4) Biaya tetap rata-rata (average fixed cost=AFC) adalah biaya tetap total
dibagi dengan jumlah produksi.
5) Biaya Variabel Rata-Rata ( Average Variable Cost = AVC). Biaya
variabel rata-rata adalah biaya variabel total dibagi dengan jumlah
produksi.
6) Biaya Total Rata-Rata ( Average Total Cost = AC). Biaya total rata-rata
adalah biaya total dibagi dengan jumlah produksi.
7) Biaya marginal (marginal cost=MC) adalah tambahan biaya produksi yang
digunakan untuk menambah satu unit produksi.
Penerimaan adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya.
Terdapat tiga konsep penting tentang revenue yang perlu diperhatikan untuk
analisis perilaku produsen.
1) Total Revenue (TR), yaitu total penerimaan produsen dari hasil penjualan
outputnya. Jadi, TR = Pq Q, dimana Pq = harga output per unit; Q =
jumlah output.
2) Average Revenue (AR), yaitu penerimaan produsen per unit output yang
dijual.
3) Marginal Revenue (MR), kenaikan TR yang disebabkan oleh tambahan
penjualan satu unit output.

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 152


Modul Ekonomi Syariah

C. LATIHAN SOAL
1. Teori produksi dalam ekonomi Islam bukan hanya mengepankan prinsip
maksimalisasi laba, jelaskan tujuan produksi dalam ekonomi Islam !
2. Islam memisahkan dan membedakan antara financial capital dan physical
capital, jelaskan pengertian kedua istilah tersebut dan apa perbedaannya
dengan konsep kapitalis !
3. Jelaskan etika produksi dalam Islam, dan apakah perilaku produsen saat ini
sudah mencerminkan etika Islami dalam produksi !
4. Bagaimana pandangan anda mengenai konsep monopoli, waralaba,
outsourching dalam pandangan Islam !

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 153


Modul Ekonomi Syariah

D. DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim, Refleksi dan Proyeksi Ekonomi Islam Indonesia. Diakses


dari http://www.dilibrary.net/images/topics/Materi%20-
%20Adiwarman.pdf. Tanggal 30 Januari 2007.
At-Tariqi, Abdullah Abdul Husain. Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan.
(Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004)
Cf. The Muqaddimah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dri bhasaArab
oleh Franz Rosenthal (3 jilid) diterbitkan oleh Bollingen Foundation Inc.,
New York
Dawam Raharjo, Menegakan Syariat Islam di Bidang Ekonomi, dalam
Adiwarman Karim, Bank Islam: analisis fiqh dan Keuangan, IIIT
Indonesia, Jakarta, 2003
Durant, Will, The Age of Faith, New York, Simon and Schuster, Encyclopaedia of
Islam, New Editoin, 1950
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Ekonisia,
2002), hal. 149.
Javed Ansari, Ekonomi Islam antar Neoklasik dan Strukturalis: Laporan dari
Islamabad dalam Islamisasi Ekonomi: Suatu Sketsa Evaluasi dan Prospek
Gerakan Perekonomian Islam, (Amrullh dkk., e.,) PLP2M, Yogyakarta,
1985, hal. 100-111.
Mardani, 2011. Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia. Penerbit PT Refika
Aditama : Bandung.
Muhammad Abdul Mannan. 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam.
Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa.
Muhammad Abu Zahrah, Abu`Hani`fah, Cairo, Dar al-Fikr al-‘Araby
Schumpeter, Joseph. A., History of Economic Analysis, Oxford University Press
(New York), 1954
Zainul Arifin, Memahami Bank Syari’ah, Jakarta, Alpabet,2000,

S1 Akuntansi Universitas Pamulang 154

Anda mungkin juga menyukai