Kelompok 6
Anggota:
- Annisa Nabila W (17312005)
- Handy Pratama W (17312021)
Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang saling
berkaitan satu dengan lainnya. Kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan
kegiatan konsumsi. Tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa
yang memberikan maslahah maksimum bagi konsumen yang di wujudkan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat, menemukan kebutuhan
masyrakat dan pemenuhannya, menyediakan persediaan barang/jasa dimasa depan.
Serta memenuhi sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.
BAB II
“TEORI PERILAKU PRODUKSI ISLAM”
Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang
kemudian di manfaatkan oleh konsumen. Kegiatan produksi dalam perspektif
ekonomi islam pada akhirnya mengerucut pada manusia dan eksistensinya, yaitu
mengutamakan harkat kemuliaan manusia.
Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan satu kesatuan yang saling berkait
satu dengan lainnya. Kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan
konsumsi. Tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang
memberikan mashlahah bagi konsumen yang di wujudkan dalam pemenuhan
kebutuhan manusia.
Seperti yang telah di jelaskan diatas bahwa tujuan kegiatan produksi adalah
menyediakan barang dan jasa yang memberikan mashlahah bagi konsumen. Secara
lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkat kemashlahatan yang
bisa di wujudkan dalam berbagai bentuk di antaranya :
Mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain memang tidak
di larang, sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam. Mashlahah bagi
produsen terdiri dari dua komponen, yaitu keuntungan dan berkah ( Ridho Illahi).
Tujuannya juga untuk mencari keuntungan dunia dan juga keuntungan di akhirat,
sehingga produsen muslim memiliki motivasi yang sangat tinggi dalam berprodukksi
sesuai tuntunan Syariah. Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang
maksimum dapat terwujud apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai islam.
Dengan kata lain, seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan
teknikal yang islami. Sebagaimana juga dalam kegiatan konsumsi.
Manusia sebagai factor produksi, dalam pandangan islam, harus di lihat dalam
konteks fungsi manusia secara umum yakni sebagai kahalifah Allah di muka bumi.
Sebagai makhluk Allah yang paling sempurna, manusia memiliki unsur rohani dan
unsure materi yang keduanya saling melengkapi.
Mashlahah=Keuntungan + Berkah
M= П+B
Dalam hal ini berkah didefinisikan,di mana produsen akan menggunakan proksi yang
sama dengan yang dipakai konsumen dalam mengindentifikasinya,yaitu adanya
pahala pada produk atau kegiatan yang bersangkutan.
П = TR-TC
Pada dasarnya berkah akan diperoleh apabila produsen menerapkan prinsip dan nilai
islam dalam kegiatan produksinya.Di sisi lain,berkah yang doiterima merupakan
kompensasi yang tidak diterima secara langsung produsen.
B= BR-BC=-BC
Dapat diasumsikan,berkah bernilai nol atau secara indrawi tidak dapat di observasi
karena berkah memang tidak secara langsung berwujud material.Dengan demikian
rumusan mashlahah dapat ditulis kembali.
M=TR-TC-BC
Adanya biaya untuk mencari berkah (BC) tentusaja akan membawa implikasi
terhadap harga barang dan jasa yang dihasilkan produsen.Harga jual produk adalah
harga yang telah mengakomodasi pengeluaran berkah tersebut,yaitu:
B
P=P+BC
M=BTR-TC-BC
Dari pendekatan kalkulus terhadap persamaan diatas dapat ditemukan pedoman yang
bias digunakan oleh produsen dalam memaksimumkan mashlahah atau optimum
mashlahah codition (OMC) yaitu:
B
P dQ= dTC+dBC
Nilai-nilai islam yang relevan dengan produksi di kembangkan dari tiga nilai
utama dalam ekonomi islam, yaitu khilafah, adil dan takaful.Secara lebih rinci nilai-
nilai islam dalam produksi meliputi :
Bila masyarakat menghendaki lebih banyak akan suatu barang atau jasa, maka
hal ini akan tercermin pada kenaikan permintaan akan barang dan jasa tersebut.
Kehendak seseorang untuk membeli atau memiliki sesuatu barang dan jasa bisa
muncul di karenakan adanya factor kebutuhan ataupun faktor keinginan. Kebutuhan
terkait dengan segala sesuatu yang harus dipenuhi agar suatu barang atau jasa
berfungsi secara sempurna.
Keinginan adalah terakait dengan hasrat atau harapan seseorang yang juga
dipenuhi belum tentu akan meningkatkan kesempurnaan fungsi manusia ataupun
barang.
Jika dilihat dari kandungan maslahah dari suatu barang/jasa yang terdiri dari
manfaat dan berkah, maka disini seolah tampak bahwa manfaat dan kepuasaan adalah
identic. Mashlahah tidak saja berisi manfaat dari barang yang dikonsumsi saja, namun
juga terdiri dari berkah yang terkandung dalam barang tersebut.
Manfaat dan berkah hanya akan diperoleh ketika prinsip dan nilai-nilai Islam
bersama-sama diterapkan dalam perilaku ekonomi. Sebaliknya jika hanya prinsip saja
yang dilaksanakan, misalnya pemenuhan kebutuhan maka akan menghasilkan
manfaat duniawi semata. Keberkahan akan muncul ketika dalam kegiatan ekonomi
konsumsi misalnya disertai dengan niat dan perbuatan yang baik seperti menolong
orang lain, bertindak adil, dan semacamnya.
Selain itu, Berkah bagi konsumen ini juga akan berhubungan secara langsung
dengan besarnya manfaat dari barang/jasa yang dikonsumsi. Hubungan disini bersifat
interaksional, yakni berkah akan dirasakan besar untuk kegiatan yang menghasilkan
manfaat yang besar pula, begitu pula sebaliknya.
B. Keterkaitan Antarbarang
Dalam dunia nyata, setiap pelaku ekonomi selalu harus mengambil keputusan
dalam mengonsumsi sebuah barang/kegiatan. Akibat dari keputusan tersebut sering
menimbulkan implikasi pada penggunaan barang-barang lain yang terkait. Sekarang
kita akan mempelajari konsep islam yaitu pilihan konsumen.
a. Komplemen
Bentuk hubungan antara dua buah barang dalam konteks ini bisa dilihat
ketika seorang konsumen mengonsumsi suatu barang, Barang A, maka dia
mempunyai kemungkinan untuk mengonsumsi barang yang lain, barang
B. makna kata “kemungkinan” di sini menunjukkan dua derajat
komplementaris dari kedua barang A dan B tersebut. Komplen dibagi
menjadi 3 sub yaitu Komplementaris sempurna, komplementaris dekat,
dan komplementaris jauh
b. Subtitusi
Kalau dalam komplemen hubungan antara kedua barang adalah positif,
tetapi dalam kasus subtitusi hubungan keduanya adalah negative.
Hubungan yang negative adalah jika jumlah konsumsi barang yang satu
naik, maka jumlah konsumsi barang lainnya akan turun. Hubungan
negative di sini terjadi karena adanya penggantian antara barang yang satu
dengan barang yang lain. Adapun penggantian tersebut disebabkan oleh
berbagai macam alasan: alasan ketersediaan barang maupun alasan
harga.Subtitusi dibagi menjadi 3 sub bab yaitu, Subtitusi sempurna,
subtitusi dekat, dan subtitusi jauh
c. Domain Konsumsi
Melihat macam-macam hubungan antara dua barang seperti disebut di
muka, maka hubungan yang relevan dengan pilihan konsumen di sini
adalah hubungan yang kedua, subtitusi. Hal ini dikarenakan dua buah
barang yang sifatnya saling mengganti, maka akan menimbulkan pilihan,
yang sulit bagi konsumen.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakter penting produksi dan berkonsumsi dalam perspektif ekonomi
islam adalah perhatiannya terhadap kemuliaan harkat kemanusiaan, yaitu
mengangkat kualitas dan derajat hidup serta kualitas kemanusiaan dari
manusia serta membantu sesame manusia. Karakter ini membawa implikasi
penting dalam teori produksi maupun konsumsi islam.
Tujuan produksi dalam pandangan islam adalah menyedikan barang
dan jasa yang memberikan mashlahah bagi konsumen yang di wujudkan
dalam pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat, menemukan
kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya, menyiapkan persediaan barang
dan jasa di masa depan, serta memenuhi sarana bagi kegiatan sosial dan
ibaddah kepada Allah.
Sedangkan tujuan konsumsi dalam pandangan islam adalah untuk
pemenuhan kebutuhan akan kehidupan sehari-hari namun tidak melebihi apa
yang akan digunakan sehingga akan dirasa pas dan masih berguna(usefulness)
DAFTAR PUSTAKA