Anda di halaman 1dari 13

ASPEK MANAJEMEN PRODUKSI DALAM BISNIS SYARIAH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah : Manajemen Bisnis Islam
Dosen Pengampu : Ulin Nuha, M.S.I.

Disusun oleh :
Kelompok 3

Dhea Adheliana Putri (1720310039)


Sisca Rizkia (1720310046)
Rokhis Martia Sari (1720310065)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Produksi merupakan mata rantai konsumsi yaitu menyediakan
barang dan jasa yang merupakan kebutuhan konsumen. Produsen dan
konsumen memiliki tujuan untuk memperoleh mashlahah maksimum
melalui aktivitasnya. Dengan maslahah maksimum ini, maka akan dicapai
falah yang merupakan tujuan akhir dari kegiatan ekonomi sekaligus tujuan
hidup manusia. Setiap muslim dituntut untuk menjadi pelaku produksi
yang professional, yaitu memiliki profesionalitas dan kompetensi
dibidangnya. Setelah sesuatu urusan harus dikerjakan dengan baik,
karenanya setiap urusan harus diserahkan kepada ahlinya. Hal ini
memberikan implikasi bahwa setiap produksi islam harus mempunyai
keahlian standard untuk dapat melaksanakan kegiatan produksi.
Menurut islam, prinsip fundamental yang harus diperhatikan dalam
produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi. Dalam sistem produksi
islam, konsep kesejahteraan ekonomi digunakan dengan cara yang lebih
luas. Konsep kesejahteraan islam terdiri atas bertambahnya pendapatan
yang diakibatkan oleh meningkatnya produksi dari barang-barang
bermanfaat melalui pemanfaatan sumber daya secara maksimum, baik
manusia maupun benda dan melalui ikut sertanya jumlah maksimum orang
dalam proses produksi.
Makalah ini akan membahas tentang konsep umum produksi,
produksi dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadits, serta analisa komparasi
aspek produksi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembahasan tentang konsep umum produksi?
2. Bagaimana pembahasan tentang produksi pandangan Al-Qur’an?
3. Bagaimana pembahasan tentang produksi pandangan Hadits?
4. Bagaimana pembahasan tentang analisa komparasi aspek produksi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP UMUM PRODUKSI


Pengertian
jenis
Prinsip
Tujuan
B. PRODUKSI PANDANGAN DALAM AL-QUR’AN
Secara teknis, produksi adalah proses mentransformasi input
menjadi output, tetapi definisi produksi dalam pandangan ilmu
ekonomi lebih luas. Pendefinisian produksi mencakup tujuan kegiatan
menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat padanya.
Beberapa ahli ekonomi islam memberikan definisi yang berbeda
mengenai pengertian produksi :
1. Khaf, mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif islam
sebagai usaha manusia untuk memperbaiki, tidak hanya kondisi
fisik materialnya, tetapi juga moralis, sebagai sarana untuk
mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam
yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Siddiqi, mendefinisikan kegiatan produksi sebagi penyediaan
barang dan jasa dengan memperhatikan nilai keadilan dan
kebijakan atau kemanfaatan (maslahah) bagi masyarakat. Dalam
pandangannya, sepanjang produsen telah bertindak adil dan
membawa kebijakan bagi masyarakat maka ia telah bertindak
islami. 1
Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepentingan
manusia yang sejalan dengan moral islam, harus menjadi focus atau
target dari kegiatan produksi. Produksi adalah proses mencari,
mengalokasikan dan mengelola sumber daya menjadi output dalam
rangka meningkatkan maslahah bagi manusia. Dengan kata lain ada
1
Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam (Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada, 2013), 230-231.
yang menyatakan bahwa pertimbangan produsen juga bukan semata
pada hal yang bersifat seumber daya yang memiliki hubungan teknis
dengan output, namun juga pertimbangan kandungan berkah (non
teknis) yang ada pada sumber daya maupun output.2
Dalam Al-Qur’an surat Al Hadid ayat 7, Allah SWT berfirman :

Artinya :
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya. Maka orang-orang yang beriman diantara kamu dan
menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang
besar” (QS. Al Hadid : 7).
Dalam memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk
dikonsumsi sendiri atau dijual di pasar, tetapi lebih jauh menekankan
bahwa setiap kegiatan produksi harus dapat mewujudkan fungsi
social. Dalam ekonomi islam terdapat keyakinan adanya Allah SWT
sehingga peran dan kepemilikan dalam ekonomi dipegang oleh Allah.
Sehingga terwujudlah kemashlahatan individu dan masyarakat.3
Secara ringkasnya bahwa produksi adalah serangkaian kegiatan
untuk menghasilkan

2
Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, 259.

3
Idri, Hadits Ekonomi : Ekonomi Dalam Perspektif Hadits Nabi, (Jakarta : Prenadamedia Group,
2015) 63.
C. PRODUKSI PANDANGAN DALAM HADITS
Produksi dalam ekonomi islam merupakan setiap bentuk
aktivitas yang dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau
menambahkannya dengan cara mengeksplorasi submer-sumber
ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga menjadi mashlahah,
untuk memenuhi kebuuthan manusia. Oleh karenanya aktivitas
produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas.
Sistem produksi berarti merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan
dari prinsip produksi serta faktor produksi. Prinsip produksi dalam
islam berarti menghasilkan sesuatu yang halal yang merupakan
akumulasi dari semua proses produksi mulai dari sumber bahan baku
sampai dengan jenis produk yang dihasilkan baik berupa barang
maupun jasa.4
Dilihat dari segi manafaat aktivitas prosuksi dalam ekonomi
islam terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama,
dibenarkan dalam syariah, yaitu sejalan dengan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan dalam Al-Quran dan Hadist Nabi, Ijma’ dan Qiyas.
Kedua, tidak mengandung unsur mudharat bagi orang lain. Ketiga,
keluasan cukupan manfaat dalam ekonomi islam yang mencangkup
manfaat di Dunia dan akhirat.
Rasulullah sangat mendorong umat islam agar senantiasa
berproduksi supaya mendapatkan dan menghasilkan sesuatu. Jika
seseorang mempunyai lahan produksi, tetapu ia tidak mampu
melakukannya, maka hendaklah diserahkan kepada orang lain agar
memproduksinya. Jangan sampai lahan produksi itu dibiarkan
sehingga menganggur. Rasulullah bersabda :
“Dari Jabir r.a katanya, Rasulullah SAW bersabda, “barang
siapa mempunyai sebidang tanah, maka hendaklah ia menanaminya.
Jika ia tidak bisa atau tidak mampu menanami, maka hendaklah
diserahkan kepada orang lain (untuk ditanami) dan janganlah
menyewakanya.” ( HR.Muslim)
4
Muhammad Turmudi, Produksi Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal Ekonomi Bisnis Islam Vol.
XVIII No. 1, (IAIN Kendari, 2017), 39.
Hadits diatas menjelaskan tentang pemanfaatan faktor produksi
berupa tanah yang merupakan faktor paling penting dalam produksi.
Tanah yang dibiarkaan begitu saja tanpa diolah dan dimnafaatkan tidak
disukai oleh Nabi Muhammad karena tidak bermanfaat bagi yang
punya dan orang-orang di sekelilingnya. Dalam hadits diatas, Nabi
menganjurkan agar umat islam mengarap tanah yang dimilikinya agar
terproduksi biji-bijian dan buah-buahan sehungga dapat memenuhi
kebutuhan dan hajat hidup orang banyak. Nabi melarang membiarkan
aset produksi yang berupa tanah menganggur tanpa sentuhan
penggarapan karena disamping mubazir juga dapat mengurangi tingkat
produksi pertanian.5
Dalam menjalankan aktivitas produksi harus diperhatikan aspek
kehalalan. Rasulullah menghendaki keseimbangan antara produksi dan
konsumsi, tidak terjadi israf (berlrbih-lebihan) baik dalam hal
produksi maupun konsumsi. Kegiatan produksi harus dilakukan secara
seimbang sehingga akan terwujud stabilitas ekonomi dalam
pemenuhan kebutuhan hidup. Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih
Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Dari ‘Urwah ibnu Zubayr dan Sa’id ibnu al Musayyib bahwa
Hakim ibnu Hizam berkata: Aku meminta(sesuatu) kepada Nabi SAW
lalu ia memberikan kepadaku, lali aku meminta lagi dan ia memberiku
lagi. Kemudian Nabi bersabda, Barang siapa yang mengabilnya
dengan jiwa yang baik, maka akan diberkahi dan barang siapa ynag
mengambilnya dengan jiwa yang boros, maka tidak akan diberkahi
seperti orang yang makan tapi tidak kenyang-kenyang. Tangan di atas
akan lebih baik daripada tangan di bawah. (HR. Al-Bukhari)
Aktivitas produksi dan konsumsi merupakan kegiatan yang
sangat berkaitan yang tidak dapat dipisahkan karena satu sama lainya
yang saling berhubungan dalam sebuah proses kegiatan ekonomi. Oleh
karena itu, aktivitas produksi harus balance dengan kegiatan konsumsi.
Apabila keduanya tidak balance maka akan terjadi ketimpangan dalam

5
Idri , Hadis ekonomi dalam prespektif hadis Nabi, ( Jakarta: Kencana, 2015), 65.
kegiatan berekonomi. Hal ini dapat dideskripsikan, apabila barang atau
jasa yang diproduksi itu lebih banyak dari permintaan konsumsi maka
akan terjadi ketimpangan ekonomi yaitu berupa penumpukan output
produksi sehingga terjadi kemubadziran. Inilah yang disebut israf
yang dalam ekonomi islam dianggap sebagai bentuk dosa sehingga
output produksi itu tidak dinilai maslahah dan kehilangan
keberkahannya. Sebaliknya, jika permintaan konsumsi lebih banyak
dari output produksi, maka akan menimbulkan problematika ekonomi
yang berupa tidak terpenuhinya kebutuhan ekonomi yang berdampak
pada kemiskinan dan ketidaksetabilan sosial ekonomi.
Demikian pula, islam melarang seseorang memproduksi barang
yang haram seperti alkohol, babi, anjing, heroin, narkotika binatang
yang disembelih tidak atas nama Allah dan binatang buas.6 Rasulullah
memperingatkan dengan keras agar menghindari barang-barang atau
produk-produk yang haram, sebagaimana disabdakanya:
“Dari Nu’man ibn r.a katanya, Anbi SAW bersabda, “yang halal
itu jelas dan yang haram juga jelas, dan diantara keduanya adalah
perkara yang samar-samar(subhat).maka barang siapa yang
meninggalkan sesuatu dosa yang samar, maka pada dosa yang jelas
akan lebih meninggalkannya. Barang siapa yang terjatuh pada suatu
dosa yang diragukan, maka lebih dekat terjatuh pada dosa yang lebih
jelas. Maksiat itu pantangan Allah, barang siapa mengelilingi sekitar
pamtangan itu, maka bisa jadi ia jatuh ke dalamny.” (HR.al-Bukhari)
Dalam Hadist lain, Nabi SAW menganjurkan bekerja dan
berproduksi yang disertai dengan kejujuran bahkan ia memberikan
dorongan optimisme bahwa pedagang yang jujur akan masuk surga
bersama para Nabi, para syuhada, dan orang-orang jujur, sebagimana
sabdanya:
“Dari abu sa’id al-Khudzi r.a katanya, Rasulullah SAW
bersabda, pedagang terpercaya, jujur akan bersama dengan para
nabi, para shiddqin, dan syuhada.” (HR.al-Tirmidzi) Dalam riwayat

6
Idri , Hadis ekonomi dalam prespektif hadis Nabi, 69.
Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, “ pedagang yang jujur lagi
terpercaya akan bersama dengan para nabi, para shiddiqin, dan para
syuhada’ pada hari kiamat.” (HR.Ahmad)7
D. ANALISA KOMPARASI ASPEK PRODUKSI
Berkenaan dengan teori produksi, pandangan produksi dalam
ekonomi konvensional adalah memaksimalkan laba serta bagaimana
meminimalkan biaya produksi. Hal ini sangat jauh berbeda dengan
produksi dalam pandangan ekonomi Islam karena di dalam produksi
Islam produsen selain mencari keuntungan dalam meminimalkan
factor produksinya, juga harus mencapai maslahah agar tercapai
kedamaian dan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Sebagaimana
diketahui, berkah merupakan komponen penting dalam mashlahah.
Oleh karena itu, bagaimanapun dan seperti apa pun
pengklasifikasiannya, berkah harus dimasukkan dalam input produksi.
Berkah tersebut harus melekat pada setiap input yang digunakan dalam
berproduksi dan juga melekat pada setiap produksi sehingga output
produksi akan mengandung berkah.8
Dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi secara makro
adalah untuk memenhi kebutuhan masyarakat dalam mencapi
kemakmuran nasional suatu Negara. Secara mikro, tujuan mencapai
produksi meliputi: menjaga keseinambungan usaha perusahaan dengan
jalan meningkatkan proses produksi secara terus-menerus,
meningkatkan keuntungan perusahaan dengan cara meminimumkan
biaya produksi, meningkatkan jumlah dan mutu produksi, memperoleh
kepuasan dari kegiatan produksi, dan memenuhi kebutuhan dan
kepentingan produsen serta konsumen.
Sedangkan tujuan dalam islam yaitu pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan individu secara wajar, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
keluarga,bekal untuk generasi mendatang dan bantuan kepada
masyarakat dalam rangka beribadah kepada Allah.

7
Idri , Hadis ekonomi dalam prespektif hadis Nabi,70-72.

8
P3EI UII Yogyakarta, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), 263.
Terlihat bahwa dalam ekonomi konvensional adalah untuk
memperoleh laba sebesar-besarnya, berbeda dengan tujuan produksi
dalam islam yang bertujuan memberikan maslahah kepada konsumen.
Walaupun tujuan utama ekonomi islam adalah memaksimalkan
maslah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama masih dalam
bingkai tujuna hokum islam.
Secara lebih spesifik tujuan kegiatan produksi adalahmenciptakan
kemaslahatan yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk
diantaranya seperti memenuhi kebutuan manusiawi pada tingkat
moderat, menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhanya,
menyiapkan persediaan barang atau jasa di masa depan, dan memenuhi
sarana bagi kegiatan social dan ibadah kepada Allah.9
Faktor-faktor produksi
Secara garis besar, faktor-faktor produksi dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis, yaitu faktor manusia dan faktor non-manusia. Yang
termasuk faktor manusia adalah tenaga kerja atau wirausahawan,
sementara faktor non-manusia adalah sumber daya alam. Berikut
factor yang mempegaruhi produksi:
1. Sumber daya alam
Allah menciptakan alam di dalamnya mengandung banyak
sekali kekayaan yang bias dimanfaatkan oleh manusia.
Manusia sebagai mahluk Allah hanya bias megubah kekayaan
tersebut menjadi barang capital atau pemenuhan yang lain.
Menurut ekonomi islam alam dikembangkan dengan
kemampuan dan teknologi yang baik maka alam dan kekayaan
yang terkandung didalmnya tidak terbatas, berbeda dengan
pandangan ilmu ekonomi konvensional menyatakan kekayaan
alam terbatas dan kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
Islam memandang bahwa kebutuhan manusia bersifat terbatas
dan hawa nafsu manusia yang tidak terbatas.
2. Sumber daya manusia

9
Idri , Hadis ekonomi dalam prespektif hadis Nabi,76
Allah menciptakan manusia dengan maksud agar
memakmurkan bumi, dalam arti mereka memanfaatkan
sumber daya Alam di bumi dan menjadi tenaga-tenaga yang
bertugas mengelola dan memproduksi hasil-hasil bumi
sehingga tercapai kesejaterahan hidup. Disini, manusia
berperan sebagai khalifah di muka bumi dalam pengembangan
tanah dan alam.
Adam Smith mengatakan “bahwasanya tenaga kerja itulah
satusatunya faktor produksi. Karena dengan tenaga kerjanya
manusia dapat merubah apa yang terdapat pada alam, dari
suatu kemampuan produksi menjadi hasil-hasil pertanian serta
menambah produksi barang-barang dan jasa-jasa dalam
industri yang merupakan sumber kekayaan bangsa.” Secara
umum para ahli ekonomi sependapat bahwa tenaga kerjalah
pangkal produktivitas dari semua faktor-faktor produksi yang
lain. Alam maupun tanah takkan bisa menghasilkan apa-apa
tanpa tenaga kerja.10
3. Modal
Modal merupakan yang sangat penting dalam suatu
produksi. Tanpa adanya modal, produsen tidak akan bisa
menghasilkan suatu barang atau jasa. Dalam Islam modal
harus bebas dari riba. Dalam beberapa cara perolehan modal,
Islam mengatur sistem yang lebih baik, dengan cara kerja sma
mudharabah atau musyarakah. Hal ini untuk menjaga hak
produsen dan juga hak pemilik modal, agar tercapai suatu
kebaikan dalam suatu aktivitas produksi.
Modal dapat juga tumbuh dalam masyarakat yang bebas
bunga. Janganlah lupa bahwa Islam memperbolehkan adanya
laba yang berlaku sebagai insentif untuk menabung. Walaupun
ada larangan akan bunga, itu tidak berarti bahwa tidak terdapat
biaya modal dapat dinyatakan dari segi penggunaan-
10
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta, 2004)
225.
penggunaan alternatifnya. Karena itu tingkat keuntungan pada
usaha ekonomi yang khusus antara lain dapat digunakan
sebagai salah satu sarana penentuan modal.11
4. Organisasi
Organisasi adalah upaya sejak mulai timbulnya ide usaha
dan barang apa yang ingin diproduksi, berapa, dan kwalitasnya
bagaimana dalam angan-angan manager, kemudian ide
tersebut dipikirkannya dan dicarikan apa saja keperluan yang
termasuk dalam faktor-faktor produksi sebelumnya. Kelihatan
tidak ada ciri-ciri istimewa yang dapat dianggap sebagai
organisasi dalam suatu kerangka Islam. Tapi cirri-ciri khusus
berikutnya dapat diperhatikan, untuk memahami peranan
organisasi dalam ekonomi Islam.
Karena sifat terpadu organisasi inilah tuntuntan akan integritas
moral, ketetapan dan kejujuran dalam perakunan (accounting)
barangkali jauh lebih diperlukan daripada dalam organisasi
secular mana saja, yang para pemilik modalnya mungkin
bukan merupakan bagian dari manajemen. Islam menekankan
kejujuran, ketetapan, dan kesungguhan dalam urusan
perdagangan. Karena hal itu mengurangi biaya penyediaan dan
pengawasan.12

11
Ika Yunia Fauzia, Abdul kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-
Syari’ah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), 120.

12
Muhammad Abdul Mannan,Teori dan Praktek(Dasar-Dasar Ekonomi Islam),( Yogyakakarta:
PT. Dana Bhakti Wakaf 1993), 63.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produksi dalam ekonomi islam merupakan setiap bentuk aktivitas
yang dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya
dengan cara mengeksplorasi submer-sumber ekonomi yang disediakan
Allah SWT sehingga menjadi mashlahah, untuk memenuhi kebuuthan
manusia
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi
dimaksudkan untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan
tujuan produksi dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi dalam
islam yaitu memberikan Mashlahah yang maksimum bagi konsumen.
Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah
memaksimalkan mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama
berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam. Dalam konsep mashlahah
dirumuskan dengan keuntungan ditambah dengan berkah.
Faktor yang mempegaruhi produksi yaitu, Sumber daya alam,
sumber daya manusia, modal dan organisasi.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai