Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Ekonomi Islam bertitik tolak dari
Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syariat
Allah. Menurut agama Islam kegiatan ekonomi merupakan bagian dari kehidupan yang
menyeluruh, dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber dari alquran dan hadits yang
diaplikasikan pada hubungan kepada Allah dan kepada manusia secara bersamaan. Nilai-nilai
inilah yang menjadi sumber ekonomi Islam.Sehingga kegiatan ekonomi terikat oleh nilai-nilai
keislaman, termasuk dalam memenuhi kebutuhan. Pada hakikatnya, manusia dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, bertujuan untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Untuk memenuhi
kebutuhan yang diperlukan harus melalui proses produksi, distribusi, setelah proses selesai
baru kita dapat konsumsi kebutuhan yang kita inginkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi ekonomi islam dan prinsip-prinsip ekonomi silam?
2. Apa definisi produksi?
3. Apa definisi distribusi?
4. Apa definisi konsumsi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi dari ekonomi islam dan prinsip-prinsip dasar islam
2. Mengetahui definisi dari sistem produksi
3. Mengetahui definisi dari sistem distribusi
4. Mengetahui definisi dari konsumsi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ekonomi Islam

1.Definisi Ekonomi Islam


Pengertian ekonomi islam menurut bahasa, Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari
perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan
didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Menurut
istilah Pengertian ekonomi Islam adalah segala aktivitas perekonomian beserta aturan-
aturannya yang didasarkan kepada pokok-pokok ajaran Islam tentang ekonomi.

2.Definisi Ekonomi Islam menurut Para Ahli


Sedangkan Ekonomi islam menurut para ahli :
1. Menurut M.A Mannan "Ilmu ekonomi Islam adalah suatu ilmu pengetahuan social
yang mempelajari permasalahan ekonomidari orangorang memiliki nilai-nilai Islam."
2. Menurut Khursid Ahmad "Ilmu ekonomi Islam adalah suatu upaya sistematis untuk
mencoba memahami permasalahan ekonomi dan perilaku manusia dalam
hubungannya dengan permasalahan tersebut dari sudut pandang Islam."
3. Menurut M. Akram Khan "Ilmu ekonomi Islam bertujuan mempelajari kesejahteraan
manusia(falah) yang dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi atas
dasar kerjasama dan partisipasi."

3.Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi Islam

Lima prinsip ekonomi islam yaitu :


1. Tauhid (keesaan Allah), memiliki arti bahwa semua yang kita lakukan di dunia akan
dipertanggungjawabkan kepada Allah di akhirat kelak.
2. ‘Adl (keadilan), memiliki arti bahwa Allah telah memerintahkan manusia untuk
berbuat adil dan tidak menzalimi pihak lain demi memeroleh keuntungan pribadi.
3. Nubuwwah (kenabian), menjadikan sifat dan sikap nabi sebagai teladan dalam
melakukan segala aktivitas di dunia
4. Khilafah (pemerintahan), peran pemerintah adalah memastikan tidak ada distorsi
sehingga perekonomian dapat berjalan dengan baik.
5. Ma’ad (hasil), dalam Islam hasil (laba) yang diperoleh di dunia juga menjadi laba di
akhirat.

2.2 Definisi Produksi


A.Definisi Produksi
Produksi adalah kegiatan yang dilakukan manusia dalam menghasilkan suatu produk, baik
barang atau jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Sedangkan Secara teknis
produksi adalah proses mentransformasi input menjadi output, tetapi definisi produksi dalam
pandangan ilmu ekonomi jauh lebih luas.
Beberapa ahli ekonomi Islam memberikan definisi yang berbeda mengenai pengertian
produksi. Berikut ini beberapa pengertian produksi menurut ekonom Muslim kontemporer:

2
1. Kahf (1992) mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif Islam sebagai usaha
manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik.materialnya, tetapi juga
moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam
agama Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. bahwa tujuan dari produksi adalah memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang
merupakan fardlu kifayah, yaitu kebutuhan yang dibagi banyak orang pemenuhannya
bersifat wajib.
3. Siddiqi (1992) mendefinisikan kegiatan produksi sebagai penyediaan barang dan jasa
dengan memerhatikan nilai keadilan dan kebajikan/kemanfa’atan (mashlahah) bagi
masyarakat.

B.Faktor-Faktor Produksi

Faktor-faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan
manusia, yang dapat digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Faktor
produksi dapat dibedakan kedalam empat golongan yaitu modal, tenaga kerja, tanah dan
organisasi. M. Nejatulloh Siddiqi menyebutkan bahwa dikalangan para ekonom muslim, belum
ada kesepakatan tentang faktor-faktor produksi ada yang berpendapat terdiri atas amal/ kerja,
tanah, dan modal. Dan ada juga yang memasukkan tanah kedalam modal. Seperti yang
dikemukakan oleh An-najar bahwa faktor peoduksi terdiri dari dua elemen yaitu amal dan
modal. Berikut adalah faktor-faktor produksi:
1. Tenaga Kerja Buruh, Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik
jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa maupun faedah suatu barang. Islam mendorong umatnya untuk bekerja
dan memproduksi, bahkan menjadikannya sebagai sebuah kewajiban terhadap orang-
orang yang mampu, lebih dari itu Allahakan memberi balasan yang setimpal yang
sesuai dengan amal atau kerja sesuai dengan firman Allah dalam QS. An-Nahl (16) ayat
97.
2. Tanah, adalah faktor produksi yang penting mencangkup semua sumber daya alam
yang digunakan dalam proses produksi. Ekonomi islam mengakui tanah tanah sebagai
faktor ekonomi untuk dimanfaatkan secara maksimal demi mencapai kesejahteraan
ekonomi masyarakat dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi islam.
3. Modal, adalah bagian dari harta kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan barang
dan jasa. Dalam islam modal harus bebas dari riba. Dalam beberapa cara perolehan
modal, islam mengatur sistem yang lebih baik, dengan cara kerjasama mudharabah atau
musyarokah. Hal ini untuk menjaga hak produsen dan juga hak pemilik modal, agar
tercapai suatu kebaikan dalam suatu aktivitas produksi.
4. Wirausaha, Dalam sistem ekonomi islam, organisasi atau wirausaha sebagai faktor
produksi, bekerja dan berwirausaha merupakan salah satu tugas manusia sebagai
khalifah fil Ardh. Allah memberikan kepercayaan kepada manusia untuk menjadi
khalifah dibumi ini bukan hanya semata-mata memikirkan perkara akhirat saja, tetapi
manusia diberi tanggung jawab oleh Allah SWT untuk menjaga dan mengelola apa
yang telah Allah rizkikan kepada mereka untuk memenuhi kebutuhanya melalui
beberapa usaha, salah satunya dengan entrepeneurship yakni bewirausaha.

3
C. Fungsi Produksi
Empat fungsi penting dalam fungsi produksi adalah sebagai berikut:
a. Peroses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk pengolahan
masukan (input).
b. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk
penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan sehingga proses pengolahan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efesiensi.
c. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi
dan operasi yang dilakukan dalam satu dasar waktu atau periode tertentu.
d. Pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang
di rencanakan, sehingga maksud dan tujuan penggunaan dan pengolahan masukan (input) pada
kenyataannya dapat dilaksanakan.

D. Tujuan Produksi dalam Ekonomi Islam


Produksi memiliki tujuan untuk orang memenuhi kebutuhan bagi orang banyak yang
diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya:
a. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat
b. Menemukan kebutuhan masyrakat dan pemenuhannya
c. Menyiapkan persediaan barang atau jasa dimasa depan
d. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.

2.3 Definisi Distribusi

A.Definisi Distribusi
Distribusi adalah suatu proses penyaluran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen
pada konsumen dan pemakai. Penyaluran barang dan jasa kepada konsumen dan pemakaiannya
mempunyai beberapa peran penting dalam kegiatan produksi dan konsumnsi. Distribusi
pendapatan dalam Islam merupakan penyaluran harta yang ada, baik dimiliki oleh pribadi atau
umum (publik) kepada pihak yang berhak menerima yang ditunjukan untuk meningkatkan
kesejahteran masyarakat sesuai dengan syariat.

B.Faktor-Faktor atau Mekanisme Sistem Distribusi


Mekanisme atau faktor-faktor sistem distribusi ekonomi Islam dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Mekanisme ekonomi
Mekanisme ekonomi meliputi aktivitas ekonomi yang bersifat produktif, berupa
berbagai kegiatan pengembangan harta dalam akad-akad mu'amalah, seperti membuka
kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab kepemilikan individu dan
pengembangan harta melalui investasi, larangan menimbun harta, mengatasi peredaran
dan pemusatan kekayaan di segelintir golongan, larangan kegiatan monopoli, dan
berbagai penipuan dan larangan judi, riba, korupsi dan pemberian suap

2. Mekanisme non-ekonomi.
Sedangkan mekanisme non-ekonomi adalah mekanisme yang tidak melalui aktivitas
ekonomi produktif melainkan melalui aktivitas nonproduktif, seperti pemberian hibah,

4
shodaqoh, zakat dan warisan. Mekanisme non-ekonomi dimaksudkan untuk
melengkapi mekanisme ekonomi, yaitu untuk mengatasi distribusi kekayaan yang tidak
berjalan sempurna, jika hanya mengandalkan mekanisme ekonomi semata. Bentuk-
bentuk pendistribusian harta dengan mekanisme non-ekonomi ini antara lain adalah:
1. Pemberian harta negara kepada warga negara yang dinilai memerlukan.
2. Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada para mustahik.
3. Pemberian infaq, shadaqoh, wakaf, hibah dan hadiah dari orang yang mampu kepada
yang memerlukan.
4. Pembagian harta waris kepada ahli waris, dan lain-lain.
C. Fungsi atau Tujuan Distribusi dalam Islam
Tujuan distribusi dalam ekonomi Islam dapat dikelompokkan pada:
1. Tujuan dakwah
Yakni dakwah kepada Islam dan menyatukan hati kepadanya. Misalnya bagian zakat
muallaf memiliki dampak dakwah terhadap orang yang menunaikan zakat itu sendiri.
Artinya, orang-orang yang menyerahkan sebagian harta mereka karena Allah berarti
mereka meneguhkan jiwa mereka kepada iman dan ibadah-ibadah yang lain, sebagai
bentuk pelatihan kepadanya.
2. Tujuan pendidikan
Secara umum bahawa distribusi dalam perpektif ekonomi Islam dapat mewujudkan
beberapa tujuan pendidikan, terpentinng diantaranya adalah pendidikan terhadap
akhlak terpuji, seperti; suka memberi, berderma dan mengutamakan orang lain,
mensucikan diri akhlak tercela, seperti; pelit, loba dan mementingkan diri sendiri.
3. Tujuan sosial
Tujuan sosial yang terpenting bagi distribusi adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan dan menghidupkan prinsip
solidaritas didalam masyarakat muslim.
b. Keadilan dalam distribusi mencakup: pendistribusian sumbersumber kekayaan,
pendistribusian pemasukan diantara unsur-unsur produksi, dan pendistribusian
diantara kelompok masyarakat yang ada, dan keadilan dalam pendistribusian di
antara generasi yang sekarang dan generasi yang akan datang.
4. Tujuan ekonomi
Distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan-tujuan ekonomis, diantaranya:
a. Pengembangkan harta dan pembersihnya, karena orang yang berinfak akan
mendorongnya untuk menginvestasikan hartanya sehingga tidak akan habis karena
zakat.
b. Andil dalam merealisasikan kesejahteraan ekonomi, dimana tingkat kesejahteraan
ekonomi berkaitan dengan tingkat konsumsi. Sedangkan tingkat konsumsi tidak hanya
berkaitan
c. Penggunaan terbaik terhadap sumber ekonomi. Misalnya ketika sebagian harta orang
yang kaya diberikan untuk kemaslahatan orang-orang yang miskin, maka bermanfaat
total bagi pemasukan umat menjadi bertambah.

5
2.4 Definisi Konsumsi

A. Definisi Konsumsi
Konsumsi adalah kegiatan memanfaatkan barang-barang atau jasa dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Sedangkan menurut pandangan islam, menurut Al-Ghazali
konsumsi adalah ( al-hajah ) penggunaan barang atau jasa dalam upaya pemenuhan
kebutuhan melalui bekerja ( al-iktisab ) yang wajib dituntut (fardu kifayah)
berlandasan etika (shariah) dalam rangka menuju kemaslahatan (maslahah) menuju
akhirah.
B. Faktor-Faktor Konsumsi dalam Islam
1. Pendapatan
Pendapatan yang meningkatkan tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan
pengeluaran konsumsi. Contoh seorang yang tadinya makan ikan tempe ketika
mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan gaji yang besar akan meninggalkan ikan
tempe menjadi makan ikan daging.
2. Kekayaan
Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi
yang besar. Contoh seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan
rumah kost biasanya memikiki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan
demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena punyak
banyak pemasukan dari hartanya.
3. Kebiasaan Adat Sosial Budaya
Suatu Kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhui tingkat konsumsi
seseorang. Di daerah yang megang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana
biasanya memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki
gemar pesta adat biasanya memiliki tingkat konsumsi yang besar. contoh seperti
berbelanja seadanya, sedangkan yang memiliki gemar pesta contoh acara
perkawinan yang di adakan secara besar-besaran seperti mengundang musik atau
mengadakan pelawak
4. Gaya Hidup Seseorang
Seseorang yang penghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi
jika seseorang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik
kepada orang lain maupun dengan kartu kredit.

C. Prinsip-Prinsisp Konsumsi dalam Islam


Menurut Mannan (2012: 101) ada lima prinsip dalam melakukan kegiatan konsumsi
yang dideskripsikan sebagai berikut:
1. Prinsip Keadilan Syariat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari
rezeki secara halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan dan minuman, yang
terlarang adalah darah, daging binatang yang telah mati sendiri, daging babi, daging
binatang yang ketika disembelih diserukan nama selain Allah. (QS. Al-Baqarah: 173)
2. Prinsip Kebersihan
Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Sunnah tentang
makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun menjijikkan

6
sehingga merusak selera. Karena itu, tidak semua yang diperkenankan boleh dimakan
dan diminum dalam semua keadaan. Dari semua yang diperbolehkan makan dan
minumlah yang bersih dan bermanfaat.
3.Prinsip Kesederhanaan Prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makanan dan
minuman adalah sikap tidak berlebih-lebihan, yang berarti janganlah makan secara
berlebihan.
4. Prinsip Kemurahan Hati Dengan menaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun
dosa ketika kita memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhan karena
kemurahan hati-Nya. Selama maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan
kesehatan yang lebih baik dengan tujuan menunaikan perintah Tuhan dengan keimanan
yang kuat dalam tuntutan-Nya, dan perbuatan adil sesuai dengan itu, yang menjamin
persesuaian bagi semua perintah-Nya.
5. Prinsip Moralitas Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi
dengan tujuan terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan nilai-nilai moral
dan spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum makan
dan menyatakan terima kasih kepada-Nya setelah makan. Dengan demikian ia akan
merasakan kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi keinginan-keinginan fisiknya.
D. Tujuan dan Perilaku Konsumsi dalam Islam
• Tujuan kegiatan konsumsi dalam islam adalah:
a. Untuk mengharapkan ridho allah SWT. Tercapainya kebaikan dan tuntutan jiwa yang
mulia harus direalisasikan untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT.
b. Untuk mewujudkan kerjasama antaranggota masyarakat dan tersedianya jaminan
sosial. Takdir manusia di dunia ini berbeda-beda, ada yang ditakdirkan menjadi kaya
dan sebaliknya..Ada juga sekelompok masyarakat yang ditakdirkan untuk
memperhatikan kehidupan kaum miskin. Para pengambil kebijakan memiliki posisi
untuk menanggung kebutuhan mereka, menyelesaikan persoalan mereka, dan
bertanggung jawab atas kemiskinan mereka.
c. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab individu terhadap kemakmuran diri,
keluarga dan masyarakat sebagai bagian aktifitas dan dinamisasi ekonomi. Islam telah
memberi kewajiban adanya pemberian nafkah terhadap beberapa kelompok masyarakat
yang termasuk dalam kategori saudara dan yang digolongkan sebagai saudara.
d. Untuk meminimalisasi pemerasan dengan menggali sumber-sumber nafkah. Media
dan sumber nafkah sangat banyak dan beragam. Negara mempunyai kewajiban untuk
menjaganya, baik dengan membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan upah, dan juga
memenuhi kebutuhan orangorang yang masih kekurangan dan bagi beberapa orang
yang memiliki jabatan khusus, di mana ia harus memberikan gaji secara layak kepada
para karyawan.

• Perilaku Konsumsi dalam Islam


Ada beberapa karakteristik konsumsi dalam ekonomi Islam, di antaranya adalah:
1. Konsumsi bukanlah aktifitas tanpa batas, melainkan juga terbatasi oleh sifat
kehalalan dan keharaman yang telah digariskan oleh syara'. Sebagaimana firman Allah
Swt dalam Quran Surah al Maidah Ayat 87.

7
2. Konsumen yang rasional (mustahlik al-aqlani) senantiasa membelanjakan
pendapatan pada berbagai jenis barang yang sesuai dengan kebutuhan jasmani maupun
ruhaninya.
3. Menjaga keseimbangan konsumsi dengan bergerak antara ambang batas bawah dan
ambang batas atas dari ruang gerak konsumsi yang diperbolehkan dalam ekonomi Islam
(mustawa al-kifayah). Mustawa kifayah adalah ukuran, batas maupun ruang gerak yang
tersedia bagi konsumen muslim untuk menjalankan aktifitas konsumsi. Di bawah
mustawa kifayah, seseorang akan terjerembab pada kebakhilan, kekikiran, kelaparan
hingga berujung pada kematian. Sedangkan di atas mustawa al-kifayah seseorang akan
terjerumus pada tingkat yang berlebihlebihan (mustawa israf, tabdzir dan taraf). Kedua
tingkatan ini dilarang di dalam Islam.
4. Memperhatikan prioritas konsumsi antara dlaruriyat, hajiyat dan takmiliyat.
"Dlaruriyat adalah komiditas yang mampu memenuhi kebutuhan paling mendasar
konsumen muslim, yaitu, menjaga keberlangsungan agama (hifdz ad-din), jiwa (hifdz
an-nafs), keturunan (hifdz an-nasl), hak kepemilikan dan kekayaan (hifdz al-mal), serta
akal pikiran (hifdz al-aql). Sedangkan hajiyat adalah komoditas yang dapat
menghilangkan kesulitan dan juga relatif berbeda antar satu orang dengan lainnya,
seperti luasnya tempat tinggal, baiknya kendaraan dan sebagainya. Sedangkan
takmiliyat adalah komoditi pelengkap yang dalam penggunaannya tidak boleh melebihi
dua prioritas konsumsi di atas.
Selain itu konsumsi dan perilaku konsumsi dalam Islam hendaklah memenuhi Azaz-
azas sebagai berikut ini
a) Azas maslahat dan manfaat membawa maslahat dan manfaat bagi jasmani dan rohani
dan sejalan dengan nilai maqasid syariah.
b) Azas kemandirian
c) Azas kesederhanaan
d) Azas Sosial

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekonomi islam adalah merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang
perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana
yang terdapat dalam rukun iman dan rukun Islam. Serta dalam penerapan ekonomi islam
terbagi menjadi 3 yaitu, produksi, distribusi, dan konsumsi.
Dari pembembahasan yang telah disampaikan, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
ekonomi islam sangat penting untuk kita ketahui dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
karena untuk menghindari dari perbuatan yang melanggar akidah atau syariat islam.
3.2 Saran
Penulis mengharapkan kepada semua pihak yang terutama pihak yang terkait dengan
langsung agar dapat menerapkan ekonomi islam dengan baik dan benar. Lebih dari itu, penulis
mengharapkan agar tidak melupakan serta dapat mempertahankan dan mengembangkan
ekonomi islam sesuai dengan kaidah atau syariat islam.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.kompasiana.com/zuhriyantops4/57fdd7a3c5afbd4d100b0ef1/faktorfaktor
-konsumsi-dan-etika-konsumsi-dalam-islam?page=2
2. http://repository.uin-suska.ac.id/6740/4/BAB%20III.pdf
3. file:///C:/Users/ACER/Downloads/Documents/SKRIPSI.pdf
4. http://repository.uin-suska.ac.id/14331/8/8.%20BAB%20III_201843EI.pdf
5. http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=642625&val=11055&title
=Sistem%20Distribusi%20Dalam%20Perspektif%20Ekonomi%20Islam
6. http://repository.uinsuska.ac.id/14331/8/8.%20BAB%20III_201843EI.pdf
7. file:///C:/Users/ACER/Downloads/Documents/BAB%20III_4.pdf
8. http://eprints.walisongo.ac.id/8228/1/124411044.pdf
9. https://pa-sampit.go.id/distribusi-dalam-
islam/#:~:text=Dalam%20ekonomi%20Islam%20diatur%20kaidah,distribusi%20dala
m%20sistem%20jaminan%20sosial.&text=Dari%20ayat%20diatas%20menunjukkan
%20bahwa,antara%20golonga
10. https://ejournal.stebisigm.ac.id/index.php/isbank/article/download/6/2/
11. https://hes.unida.gontor.ac.id/perilaku-konsumsi-dalam-islam/
12. http://eprints.walisongo.ac.id/3573/3/082411024_Bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai