Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Teori Perilaku Produsen


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ekonomi Mikro Islam
Dosen Pengampu : Dr. SUGITO, S.E., M.Pd.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 6 (Enam)
SUBHAN
SAHRIL GANI
NURHAYATI
RAHAYU LIANA

SEMESTER III EKONOMI SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
YASBA KALIANDA
T.A 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah Ekonomi Mikro Islam.. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih
kepada dosen yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun makalah.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“TEORI PRILAKU PRODUSEN”, yang kami sajikan berdasarkan materi yang
kami dapatkan.
Semoga makalah kami dapat bermanfaat buat rekan-rekan sekalian, khususnya
pada diri saya sendiri dan semua yang membaca makalah ini, Dan  Mudah -
mudahan Juga  dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca .
Walaupun Karya Ilmiah ini memiliki  kelebihan dan  kekurangan. Kami mohon
untuk saran dan  kritiknya.
Terima kasih.

Kalianda, 26 September 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar isi.........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN..............................................................................2
A. Pengertian dan Tujuan Produksi Menurut Islam......................................2
B. Prilaku dalam Produksi dalam Ekonomi Islam........................................4
C. Motif Berproduksi dalam Islam...............................................................5
D. Nilai-Nilai Islam dalam Berproduksi.......................................................6
E. Pola Produksi...........................................................................................7
F. Etika Produksi..........................................................................................8
BAB III. PENUTUP......................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi  adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih
dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya
ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat
pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Atau dengan kata lain, problema
dasar dari Ekonomi adalah bagaimana menggunakan semua sumber daya yang
terbatas, untuk selanjutnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-
baiknya. Permasalahan itu kemudian menyebabkan kelangkaan, juga
menyebabkan beberapa perilaku yang berasal dari produsen dan konsumen.
Adapun perilaku produsen adalah menghasilkan produksi berupa barang
dan jasa. Tanpa kegiatan produksi, maka konsumen tidak dapat mengonsumsi
barang dan jasa yang dibutuhkannya. Kegiatan produksi dan konsumsi adalah
sebuah mata rantai yang saling berkaitan dan tidak bisa saling dilepaskan. Oleh
karena itu, prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan konsumsi pada dasarnya
juga akan menjadi prinsip dalam kegiatan produksi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan mencoba
menguraikan materi mengenai perilaku produsen, yang meliputi motivasi dan
tujuannya dalam berproduksi, perilaku yang berkaitan dengan upaya meraih
mashalahah, hingga prinsip dan nilai yang harus dipegang produsen itu sendiri.
Maka dari itu, makalah ini diberi judul “Teori Perilaku Produsen Dalam
Islam”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perilaku Produsen dalam berproduksi menurut pandangan islam ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Perilaku Produsen dalam berproduksi menurut
pandangan islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Produksi Menurut Islam


Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini
semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi
kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya
produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam. 1
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi”
dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan
ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu
mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir alintaj dhamina itharu
zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan
pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).
Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan
produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para
konsumen.
Beberapa ahli ekonomi islam memberikan definisi yang berbeda mengenai
pengertian produksi, meskipun substansinya sama. Berikut pengertian produksi
menurut para ekonomi muslim kontemporer.
1. Kahf (1992)
Kegiatan produksi dalam perspektif Islam adalah usaha manusia untuk
memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai
sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam Islam, yaitu
kebahagiaan dunia dan akhirat (falah).
2. Mannan (1992)
Menekankan pentingnya motif altruisme bagi produsen yang Islami, sehingga ia
menyikapi dengan hati-hati konsep Pareto Optimality dan Given Demand

1
An-Nabhani,Taqyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Persektif Islam,
Risalah Gusti, 1996, Surabaya.

2
Hypothesis yang banyak dijadikan sebagai konsep dasar produksi dalam ekonomi
konvensional.
3. Rahman (1995)
Menekankan pentingnya keadilan dan kemerataan produksi (distribusi output
produksi secara merata ke seluruh lapisan masyarakat).
4. Ul Haq (1996)
Tujuan produksi adalah memenuhi kebutuhan yang bersifat fardhu kifayah, yaitu
kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhannya menjadi keharusan.
5. Siddiqi (1992)
Produksi sebagai proses penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan
keadilan dan mashlahahnya bagi masyarakat. Sepanjang produsen telah berlaku
adil dan membawa kebaikan bagi masyarakat, ia telah bertindak secara Islami.
Manusia dengan akalnya yang sempurna telah diperintahkan oleh Allah
untuk dapat terus mengoleh alam ini bagi kesinambungan alam itu sendiri, dalam
hal ini nampaklah segala macam kegiatan produksi amat bergantung kepada siapa
yang memproduksi (subyek) yang diharapkan dpat menjadi pengolah alam ini
menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Ayat yang berkaitan dengan
produksi terdapat dalam Surat Al-Baqarah : 272
“bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan
tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-
Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka
pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu
melainkan karena mencari keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang
kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang
kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan)”.
Kegiatan produksi merupakan respon terhadap kegiatan konsumsi, atau
sebaliknya. Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang
saling berkait satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, kegiatan produksi harus
sepenuhnya sejalan dengan kegiatan konsumsi. Apabila keduanya tidak sejalan,
maka tentu saja kegiatan ekonomi tidak berhasil mencapai tujuan yang
diinginkan.

3
Dalam konsep ekonomi konvensional, produksi dimaksudkan untuk
memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam islam
yang bertujuan untuk memberikan Mashlahah yang maksimum bagi konsumen.
Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan
mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai
tujuan dan hukum islam. Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah
meningkatkan kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk
diantaranya:
1. Pemenuhan kebutuhan manusai pada tingkat moderat.
2. Menemukan kebutuhan masyarakat da pemenuhannya.
3. Menyiapkan persediaan barang/jasa dimasa depan.
4. Pemenuhan sarana bagi kegaitan social dan ibadah kepada Allah.
Tujuan produksi yang pertama sangat jelas, yaitu pemenuhan sarana
kebutuhan manusia pada takaran moderat. Hal ini akan menimbulkan setidaknya
dua implikasi. Pertama, produsen hanya menghasilkan barang dan jasa yang
menjadi kebutuhan meskipun belum tentu merupakan keinginan konsumen.
Barang dan jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi kehidupan yang
islami. Kedua, kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas
kebutuhan yang wajar. Produksi barng dan jasa secara berlebihan tidak saja
menimbulkan mis-alokasi sumber daya ekonomi dan kemubadziran, tetapi juga
menyebabkan terkurasnya sumber daya ekonomi ini secara cepat.
Tujuan yang terakhir yaitu pemenuhan sarana bagi kegiatan social dan
ibadah kepada Allah. Sebenarnya ini merupakan tujuan produksi yang paling
orisinal dari ajaran islam. Dengn kata lain, tujuan produksi adalah mendapatkan
berkah, yang secara fisik belum tentu dirasakan oleh pengusaha itu sendiri.

B. Perilaku dalam produksi Dalam Ekonomi Islam


Akhlak akan mendasari bagi seluruh aktivitas ekonomi, termasuk aktivitas
ekonomi produksi.
Menurut Yusuf Qardhawi dikatakan, bahwa “akhlak merupakan hal yang
utama dalma produksi yang wajib diperhatikan kaum muslimin, baik secara
individu maupun bersama-sama, yaitu bekerja pada bidang yang dihalalkan oleh

4
Allah SWT, dan tidak melampaui apa yang di haramkan oleh Allah SWT.” Dalam
usaha bidang ekonomi tujuan utama adalah mencari keuntungan maksimum
dengan mengatur penggunaan factor produksi seefisin mungkin, sehingga usaha
memaksimumkan keuntungan dapat dicapai dengan cara yang paling efisien.
Beberapa aspek dalam melakukan produksi oleh seorang muslim adalah :
1. Berproduksi adalah ibadah, sama saja seorang muslim mengaktualisasikan
Ibadah bersama dengan bisnis yang dijalankan.
2. Factor produksi yang digunakan untuk menyelenggarakan produksi sifatnya
tidak terbatas, untuk menggunakan manusia perlu berusaha mengoptimalkan
segala kemampuan yang telah Allah berikan.
3. Seorang muslim yakin bahwa Sesutu yang dikerjakan dengan ajaran islam
tidak membuat hidupnya menjadi sulit.
4. Berproduksi bukan hanya mencari keuntungan belaka. Dalam islam harta
adlah titipan Allah sebagai amanah untuk dikelola mencapai kemaslahatan.
5. Seorang muslim menghindari praktek produksi yang mengandung unsure
haram atau riba, pasar gelap dan spekulasi.

C. Motif Berproduksi Dalam Islam


Kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai kegiatan yang
menciptakan  manfaat (utility) baik dimasa kini maupun dimasa mendatang
(M.Frank, 2003). Dengan pengertian yang lusa tersebut, kita memahami kegitan
produksi  tidak terlepas dari keseharian manusia.
Motif maksimalisasi kepuasan dan maksimalisasi keuntngan yang
menjadi pendorong utama sekaligus tujuan dari keputusan ekonomi dalam
pandangan ekonomi konvensional bukannya salah ataupun dilarang dalam Islam.
Islam ingin mendudukkannya pada posisi yang benar, yakni semua itu dalam
rangka maksimalisasi kepuasan dan keuntungan di akhirat. Perlu diingat sejarah
pemikiran ekonomi dan ilmu pengetahuan pada umumnya yang bangkit sejak
jaman Renaisans, suatu jaman dimana terjadi perubahan ukuran kebenaran dari
yang semula bersandar kepada wahyu dan dogma gereja menjadi bersandar
kepada logika, bukti-bukti empiris, positivisme. Perubahan ukuran kebenaran

5
tersebut membuat ilmu pengetahuan maju pesat, akan tetapi ia menjadi sangat
sekuler.
Dalam pandangan konvensional, motivasi utama produsen adalah
mencapai keuntungan maksimal, yaitu sebagai profit seeker sekaligus profit
maximizer, baik untuk jangka panjang (long run) maupun jangka pendek (short
run). Sedangkan tugas sosial merupakan kewajiban pemerintah.
Sebagai akibatnya, fokus dari kegiatan produksi adalah mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga seringkali merugikan pihak lain.
Sebagai contoh, praktik illegal logging.
Dalam perspektif Islam, tujuan produksi adalah mashlahah maximizer
sebagaimana konsumsi. Mencari keuntungan dalam Islam tidak pernah dilarang
sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum Islam.

D. Nilai-Nilai Islam Dalam Berproduksi


Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat
terwujud apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai islam. Dengan kata lain,
seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang
islami. Metwally mengatakan, “perbedaan dari perusahan-perusahan non muslim 
tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan
strategi pasarnya.
Nilai-nilai islam yng relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai
utama dalm ekonomi islam, yaitu: khilafah, adil, dan takaful secara lebih rinci
nilai-nilai islam dalam produksi meliputi:2
1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat;
2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal;
3. Memenuhi takran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran;
4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis;
5. Memuliakan prestasi/produktifitas;
6. Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi;

2
Lubis, Ibrahim, H. Drs, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Kalam Mulia, 1995
Jakarta.

6
7. Menghormati hak milik individu;
8. Mengikuti syarta sah dan rukun akad/transaksi;
9. Adil dalam bertransaksi;
10. Memiliki wawasan social;
11. Pembayaran upah tepat waktu dan layak;
12. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalm islam.
Penerapan nilai-nilai diatas dalam produksi tidak saja akan mendatangkan
keuntungan bagi produsen, tetapi sekaligus mendatangkan berkah. Kombinasi
keuntungan dan berkah yang diproleh oleh produsen merupakan satu mashlahah
yang akan member kontribusi bagi tercapinya falah. Dengan cara ini, maka
produsen akan memperoleh kebahagiaan hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja di
dunia tetapi juga diakhirat.

E. Pola Produksi
Berdasarkan pertimbangan kemashlahatan (altruistic considerations)
itulah, menurut Muhammad Abdul Mannan, pertimbangan perilaku produksi tidak
semata-mata didasarkan pada permintaan pasar (given demand conditions). Kurva
permintaan pasar tidak dapat memberikan data sebagai landasan bagi suatu
perusahaan dalam mengambil keputusan tentang kuantitas produksi. Sebaliknya
dalam sistem konvensional, perusalas arikan kebebasan untuk berproduksi, namun
cenderung terkonsentrasi pada output yang menjadi permintaan pasar (effective
demand), sehingga dapat menjadikan kebutuhan riil masyarakat terabaikan.
Dari sudut pandang fungsional, produksi atau proses pabrikasi
(manufacturing) merupakan suatu aktivitas fungsional yang dilakukan oleh setiap
perusahaan untuk menciptakan suatu barang atau jasa sehingga dapat mencapai
nilai tambah (value added). Dari fungsinya demikian, produksi meliputi aktivitas
produksi sebagai berikut; apa yang diproduksi, berapa kuantitas produksi, kapan
produksi dilakukan, mengapa suatu produk diproduksi, bagaimana proses
produksi dilakukan dan siapa yang memproduksi?
Berikut akan dijelaskan sekilas mengenai ketujuh aktivitas produksi.
1. Apa yang diproduksi

7
Terdapat dua pertimbangan yang mendasari pilihan jenis dan macam suatu produk
yang akan diproduksi; ada kebutuhan yang harus dipenuhi masyarakat (primer,
sekunder, tertier) dan ada manfaat positif bagi perusahan dan masyarakat (harus
memenuhi kategori etis dan ekonomi)
2. Berapa kuantitas yang diproduksi; bergantung kepada motif dan resiko
Jumlah produksi di pengaruhi dua faktor; intern dan ekstern; faktor intern meliputi
sarana dan prasarana yang dimiliki perusahan, faktor modal, faktor SDM, faktor
sumber daya lainnya. Adapun faktor ekstern meliputi adanya jumlah kebutuhan
masyarakat, kebutuhan ekonomi, market share yang dimasuki dan dikuasai,
pembatasan hukum dan regulasi.
3. Kapan produksi dilakukan Penetapan waktu produksi, apakah akan
mengatasi kebutuhan eksternal atau menunggu tingkat kesiapan
perusahaan.
4. Mengapa suatu produk diproduksi
a. Alasan ekonomi
b. Alasan kemanusiaan
c. Alasan politik
5. Dimana produksi itu dilakukan
a. Kemudahan memperoleh suplier bahan dan alat-alat produksi
b.  Murahnya sumber-sumber ekonomi
c. Akses pasar yang efektif dan efisien
d. Biaya-biaya lainnya yang efisien
6. Bagaimana proses produksi dilakukan: input- proses – out put - out come
7. Siapa yang memproduksi; negara, kelompok masyarakat, indovidu
Dengan demikian masalah barang apa yang harus diproduksi (what),
berapa jumlahnya (how much), bagaimana memproduksi (how), untuk siapa
produksi tersebut (for whom), yang merupakan pertanyaan umum dalam teori
produksi tentu saja merujuk pada motifasi-motifasi Islam dalam produksi.
F. Etika Produksi
Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi
kita berfikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Secara filosofi etika memiliki arti yang luas

8
sebagai pengkajian moralitas. Terdapat tiga bidang dengan fungsi dan
perwujudannya yaitu etika deskriptif (descriptive ethics), dalam konteks ini secara
normatif menjelaskan pengalaman moral secara deskriptif berusaha untuk
mengetahui motivasi, kemauan dan tujuan sesuatu tindakan dalam tingkah laku
manusia. Kedua, etika normatif (normative ethics), yang berusaha menjelaskan
mengapa manusia bertindak seperti yang mereka lakukan, dan apakah prinsip-
prinsip dari kehidupan manusia. Ketiga, metaetika (metaethics), yang berusaha
untuk memberikan arti istilah dan bahasa yang dipakai dalam pembicaraan etika,
serta cara berfikir yang dipakai untuk membenarkan pernyataan-pernyataan etika.
Metaetika mempertanyakan makna yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan
yang dipakai untuk membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan.
Apa yang mendasari para pengambil keputusan yang berperan untuk
pengambilan keputusan yang tak pantas dalam bekerja? Para manajer menunjuk
pada tingkah laku dari atasan-atasan mereka dan sifat alami kebijakan organisasi
mengenai pelanggaran etika atau moral. Karenanya kita berasumsi bahwa suatu
organisasi etis, merasa terikat dan dapat mendirikan beberapa struktur yang
memeriksa prosedur untuk mendorong oragnisasi ke arah etika dan moral bisnis.
Organisasi memiliki kode-kode sebagai alat etika perusahaan secara umum.
Tetapi timbul pertanyaan: dapatkah suatu organisasi mendorong tingkah laku etis
pada pihak manajerial-manajerial pembuat keputusan.
Jika kita berbicara tentang nilai dan akhlak dalam ekonomi dan mu’amalah
Islam, maka tampak secara jelas di hadapan kita empat nilai utama,yaitu:
Rabbaniyah (Ketuhanan), Akhlak, Kemanusiaan dan Pertengahan. Nilai-nilai ini
menggambarkan kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam, bahkan
dalam kenyataannya merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak
jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam. Makna dan nilai-nilai
pokok yang empat ini memiliki cabang, buah, dan dampak bagi seluruh segi
ekonomi dan muamalah Islamiah di bidang harta berupa produksi, konsumsi,
sirkulasi, dan distribusi10.
Raafik Isaa Beekun dalam bukunya yang berjudul Islamic Bussines Ethics
menyebutkan paling tidak ada sejumlah parameter kunci system etika Islam yang
dapat dirangkum sbb:

9
a. Berbagai tindakan ataupun keputusan disebut etis bergantung pada niat
individu yang melakukannya. Allah Maha Kuasa dan mengetahui apapun niat
kita sepenuhnya secara sempurna.
b. Niat baik yang diikuti tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah. Niat
yang halal tidak dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.
c. Islam memberikan kebebasan kepada individu untuk percaya dan bertindak
berdasarkan apapun keinginannya, namun tidak dalam hal tanggung jawab
keadilan.
d. Percaya kepada Allah SWT memberi individu kebebasan sepenuhnya dari hal
apapun atau siapapun kecuali Allah.
e. Keputusan yang menguntungkan kelompok mayoritas ataupun minoritas
secara langsung bersifat etis dalam dirinya. etis bukanlah permainan mengenai
jumlah.
f.  Islam mempergunakan pendekatan terbuka terhadap etika, bukan sebagai
system yang tertutup, dan berorientasi diri sendiri. Egoisme tidak mendapat
tempat dalam ajaran Islam.
g. Keputusan etis harus didasarkan pada pembacaan secara bersama-sama antara
Al-Qur’an dan alam semesta.
h. Tidak seperti system etika yang diyakini banyak agama lain, Islam mendorong
umat manusia untuk melaksanakan tazkiyah melalui partisipasi aktif dalam
kehidupan ini. Dengan berprilaku secara etis di tengah godaan ujian dunia,
kaum Muslim harus mampu membuktikan ketaatannya kepada Allah SWT.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi.
Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi
berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang
bisa dilakukan manusia dalam “memproduksi” tidak sampai pada merubah
substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia berkisar pada misalnya
mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau mengeksploitasi
(ekstraktif).
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan
untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam
ekonomi konvensional, tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan
Mashlahah yang maksimum bagi konsumen.
Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan
mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai
tujuan dan hukum islam. Dalam konsep mashlahah dirumuskan dengan
keuntungan ditambah dengan berkah.

11
DAFTAR PUSTAKA

An-Nabhani,Taqyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Persektif Islam,


Risalah Gusti, 1996, Surabaya.
Karim, M.A S.E, Adiwarman. Ir.,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, The
International Institut of Islamic Thought Indonesia, 2001, Jakarta
Lubis, Ibrahim, H. Drs, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Kalam Mulia, 1995
Jakarta.
Sholahuddin, M. S.E, M.Si., Asas-asas Ekonomi Islam, PT.Raja Grafindo
Persada, 2007, Jakarta.
http://syahmiruddinpane.blogspot.com/2012/07/ekonomi-islam.html
http://hadicahyono.dosen.narotama.ac.id/2011/04/14/sistem-ekonomi-dalam-
islam/

12

Anda mungkin juga menyukai