Anda di halaman 1dari 26

Makalah Ekonomi Mikro Islam

Teori Produksi

Dosen pengampu: Bayu Nurhadi, M.Si.

Disusun oleh:
1. Maslikah 63020200042
2. Ade Kamilatu T. 63020200049
3. M. Roziqin 63020200056
4. Fata Awliya 63020200057
5. Auliya Dwi F.U 63020200067
6. Aditya Agus S. 63020190110

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “Teori Produksi”. Kami ucapkan terimakasih
kepada Bapak Bayu Nurhadi, M.Si. selaku dosen pengampu matakuliah Ekonomi
Mikro Islam.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca umumnya.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. AamiinYa Rabbal Alamin.

Salatiga, 25 Mar. 22

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Produksi .................................................................................................. 3
2.2 Prinsip Dan Tujuan Produksi Dalam Ekonomi Islam ................................................. 4
2.3 Konsep Maslahah Dalam Produksi ............................................................................ 5
2.4 Produksi Dalam Jangka Pendek ................................................................................ 6
2.4.1 Produksi Dengan Satu Input Variable ................................................................ 6
2.4.2 Produksi Dengan Dua Input Variable ............................................................... 10
2.5 Produksi Dalam Jangka Panjang.............................................................................. 10
2.6 Faktor-Faktor Produksi............................................................................................ 11
2.7 Kurva Isoquant (Kurva Produksi Sama) ................................................................... 12
2.8 Garis biaya produksi (Isocost) ................................................................................. 14
2.9 Skala Hasil (Return to scale) .................................................................................... 15
2.9.1 Increasing Return to scale (tingkat skala hasil yang meningkat) ..................... 16
2.9.2 Constant Return To Scale (Tingkat Skalah Hasil yang Konstan) ....................... 17
2.9.3 Decreasing Return To Scale (Tingkat Skala Hasil yang Menurun) .................... 17
2.10 Perspektif Islam ..................................................................................................... 18
2.10.1 Konsep Produksi dalam perspektif ekonomi islam ........................................ 19
2.10.2 Optimum maslahah condition (OMC) ............................................................ 20
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produksi merupakan kebutuhan dasar yang pada prinsipnya adalah untuk


memenuhi kebutuhan dan menjaga keberlangsungan hidup manusia di muka bumi.
Maka kegiatan produksi ini merupakan salah satu faktor penting dalam siklus
perekonomian suatu negera. Sesungguhnya produksi lahir dari proses penyatuan
antara manusia dan alam semesta. Allah SWT telah menetapkan manusia sebagai
khalifah (orang yang dipercaya dan diberi tanggung jawab) di muka bumi. Bumi
adalah medan dan lahan untuk beraktivitas, sedangkan manusia adalah
pengelolanya. Dalam sistem perekonomian, produksi merupakan pangkal mata
rantai perekonomian hingga berujung pada konsumsi. Tanpa ada produksi niscaya
tidak akan pernah ada kegiatan perekonomian. Apabila tingkat produksi menurun,
maka kegiatan perekonomian akan lesu.

Dalam ilmu ekonomi, produksi dapat diartikan sebagai kegiatan yang


menciptakan manfaat (utility) baik di masa kini maupun di masa yang akan datang.
Pembahasan tentang produksi dalam ilmu ekonomi konvensional hanya mengusung
maksimalisasi keuntungan sebagai motif utama. Padahal masih banyak lagi motif
yang lain dari hanya sekedar meningkatkan keuntungan. Meskipun pada dasarnya
Islam tidak melarang motif semacam memaksimalkan keuntungan duniawi semata.
Namun, Islam lebih mengutamakan keikhlasan dan balasan di akhirat kelak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah yang


menjadi masalah pokok dalam makalah ini, yaitu:

1. Pengertian produksi
2. Prinsip dan tujuan produksi dalam ekonomi islam

1
3. Konsep maslahah dalam produksi
4. Produksi dalam jangka pendek
5. Produksi dalam jangka panjang
6. Faktor-faktor produksi
7. Kurva isoquant
8. Garis biaya produksi (isocost)
9. Skala hasil (return to scale)
10. Perspektif islam

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian produaksi


2. Untuk mengetahui Prinsip dan tujuan produksi dalam ekonomi islam
3. Untuk mengetahui Konsep maslahah dalam produksi
4. Untuk mengetahui Produksi dalam jangka pendek
5. Untuk mengetahui Produksi dalam jangka panjang
6. Untuk mengetahui Faktor-faktor produksi
7. Untuk mengetahui Kurva isoquant
8. Untuk mengetahui Garis biaya produksi (isocost)
9. Untuk mengetahui Skala hasil (return to scale)
10. Untuk mengetahui Perspektif islam dalam berproduksi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Produksi

Produksi adalah proses mengubah input menjadi output. Produksi meliputi


semua kegiatan untuk menciptakan atau menambah nilai atau guna suatu barang
dan jasa. Yang dimaksud dengan produksi atau memproduksi adalah suatu usaha
atau kegiatan untuk menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu
barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk
semula1. Teori produksi adalah teori yang menerangkan sifat hubungan antara
tingkat produksi yang akan dicapai dengan jumlah faktor-faktor produksi yang
digunakan. Konsep utama yang dikenal dalam teori ini adalah memproduksi output
semakismal mungkin dengan input tertentu, serta memproduksi sejumlah output
tertentu dengan biaya produksi seminimal mungkin2.

Dalam teori produksi, tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan
bukan bagaimana berproduksi dengan biaya minimum sehingga meningkatkan
output, namun bagaimana meningkatkan kondisi material dan moral sebagai sarana
untuk mencapai tujuan di akhirat. Jadi, bukan semata-mata memaksimalisasi laba
duniawi tetapi juga memaksimalisasi laba ukhraw3. Menurut Nejatullah
sebagaimana dikutip Khaf ada lima tujuan produksi dalam Islam yaitu memenuhi
kebutuhan diri secara wajar, memenuhi kebutuhan masyarakat, keperluan masa
depan, keperluan generasi akan datang, dan pelayanan terhadap masyarakat.

1
M Ridwan.,dkk. EKONOMI MIKRO ISLAM. (Universitas Islam Negeri Sumatera Utara 2018). h.93
2
StudioBelajar, “Teori Produksi”, https://www.studiobelajar.com/teori-produksi/, (diakses pada
30 maret 2022)
3
Monzer Khaf, Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), 36.

3
2.2 Prinsip Dan Tujuan Produksi Dalam Ekonomi Islam

Tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemashlahatan yang bisa


diwujudkan dalam berbagai bentuk di antaranya4:

1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan manusia moderat. Tujuan


produksi yang pertama sangat jelas yaitu pemenuhan kebutuhan manusia pada
tingkatan moderat. Hal ini akan menimbulkan dua implikasi yaitu pertama,
produsen hanya menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan
meskipun belum tentu keinginan konsumen, karena keinginan manusia sifatnya
terbatas sehingga sering kali mengakibatkan ketidakjelasan antara keinginan
dan apa yang benar-benar menjadi kebutuhan hidup.
2. Menemukan kebutuhan manusia dan pemenuhannya. Meskipun produsen
hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia, namun hal ini bukan berarti
produsen bersifat rasis dan reaktif terhadap kebutuhan manusia yang mau
memproduksi berdasarkan permintaan konsumen. Produsen harus mampu
menjadi sosok yang kreatif, proaktif dan inovatif dalam menemukan barang dan
jasa apa yang menjadi kebutuhan manusia dan kemudian memenuhi kebutuhan
tersebut. Penemuan ini kemudia di sosialisasikan kepada konsumen sehingga
konsumen mengetahuinya.
3. Menyiapkan persediaan barang dan jasa di masa depan. Berorientasi ke masa
depan berarti produsen harus terus meneruskan berupaya meningkatkan kualitas
barang yang dihasilkan melalui proses riset dan pengembangan dan berkreasi
untuk menciptakan barang-barang baru yang lebih menarik dan dinikmati
masyarakat.
4. Keperluan genarasi yang akan datang. Islam menganjurkan umatnya untuk
memperhatikan keperluan generasi yang akan datang. Produksi dilakukan tidak
boleh mengganggu keberlanjutkan hidup genersi yang akan datang,
pemanfaatan input dimasa sekarang tidak boleh menyebabkan generasi akan
datang kesulitan dalam mengakses sumber tersebut, produksi yang dilakukan
saat ini memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan produksi di masa depan.

4
M. Rianto Al Arif.Teori MikroEkonomi ( Jakarta : PrenadaMedia, 2010) h.153-154

4
5. Keperluan sosial dan infaq di jalan Allah. Ini merupakan insentif utama bagi
produsen untuk menghasilkan tingkat output yang lebih tinggi, yaitu memenuhi
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Walaupun keperluan pribadi,
masyarakat, keperluan generasi sekarang dan generasi yang akan datang telah
terpenuhi, produsen tidak harus bermalas-malasan dan berhenti berinovasi,
tetapi sebaliknya, memproduksi lebih banyak lagi supaya dapat diberikan
kepada masyarakat dalam bentuk zakat, sedekah, infaq, dan sebaliknya

2.3 Konsep Maslahah Dalam Produksi

Produksi memiliki makna yang sama dengan eksplorasi yaitu pengerukan


sumber daya alam melalui ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia. Islam
memandang produksi sebagai sarana yang dapat mengantarkan kepada keluhuran
moral manusia. Karena tujuan akhir tersebut diutamakan ketimbang kesenangan
sementara, yakni kehidupan akhirat. Sehingga pemenuhan produksi lebih diartikan
sebagai pemenuhan saving untuk kehidupan yang abadi5.

Dalam konteks produsen yang berorientasi kepada keuntungan, maka


manfaat ini dapat berupa keuntungan materil. Keuntungan ini bisa digunakan untuk
maslahah lainnya seperti maslahah fisik, intelektual, maupun sosial. Untuk itu
rumusan masalah bagi produsen6adalah:

Maslahah= keuntungan + berkah, atua dapat dituliskan sebagai :

M= 𝝅 + 𝑩

Dimana M menunjukan maslahah, 𝜋 menunjukan keuntungan, dan B adalah


berkah. Produsen akan menggunakan proksi yang sama dengan yang dipakai oleh
konsumen dalam mengindentifikasikan berkah yaitu adaya pahala pada produk atau

5
Sakirman. Urgensi Maslahah Dalam Konsep Ekonomi Syariah. (Palita: Journal of Social
Religion Research, 2018). h.22
6
M. Rianto Al Arif.Teori MikroEkonomi ( Jakarta : PrenadaMedia, 2010) Op.cit., h.158

5
kegiatan yang bersangkutan. Adapun keuntungan merupakan selisih anatara
pendapatan total (total revenue (TR)) dan biaya totalnya (total cost (TC)).

Pada prinsipya berkah akan diperoleh apabila seorang produsen dalam


menjalankan bisnisnya menerapkan prinsip dan nilai syariat Islam sehingga ia tidak
akan mau memproduksi yang bertentangan dengan ajaran Islam. Namun bukan
berarti perusahan tidak memperoleh keuntungan. Karena salah satu fondasi dasar
dalam ekonomi Islam adalah ma’ad (return).

2.4 Produksi Dalam Jangka Pendek

Jangka pendek adalah kurun waktu yang terjadi ketika salah satu atau lebih
faktor produksi yang tidak bisa diubah atau tetap. Beberapa faktor yang tidak dapat
diubah disebut juga dengan fixed input atau masukan tetap. Fixed input dalam
jangka pendek ini umumnya adalah capital atau model. Modal memiliki sifat tetap
karena jumlahnya yang tetap dan tidak akan berpengaruh terhadap banyaknya hasil
produksi. Sedangkan tenaga kerja sendiri bersifat variabel karena penggunaannya
dapat berubah-ubah sesuai dengan banyaknya hasil produksi. Misal, saat produsen
A ingin meningkatkan lebih banyak hasil produksi perusahaannya dalam jangka
pendek, maka yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah dengan menambah
jumlah tenaga kerjanya. Ia tidak bisa menambah alat-alat seperti mesin dan lain-
lain, karena ini hanya dalam jangka pendek atau tidak akan selamanya.

2.4.1 Produksi Dengan Satu Input Variable

a. Produksi Total
Produk total yakni jumlah total dari semua hasil produksi dalam periode
tertentu. Produk total akan berubah tergantung dengan banyaknya faktor
produksi variabel yang akan digunakan. Kurva menunjukkan hubungan antara
produksi total dengan satu faktor produksi variabel sedangkan faktor lainnya
dianggap tetap merupakan definisi dari Kurva Produksi atau Total Product (TP).
Kurva tersebut dinotasikan sebagai berikut :
TP = f ( X )

6
Dimana TP yakni output total atau jumlah produksi total, dan X merupakan
jumlah input variabel yang digunakan, Misal, jika hanya terdapat satu macam
input variabel saja, maka yang digunakan yaitu tenaga kerja atau Labour. Dapat
dituliskan dengan rumus sebagai berikut :
Q=f(L)
Dimana Q adalah tingkat output dan L yakni jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan. Dengan demikian dari fungsi diatas dapat digambarkan kurva
produksi sebagai berikut :

b. Produksi Rata-Rata
Produksi rata-rata atau Average Product (AP) merupakan jumlah total produksi
yang dibagi dengan faktor produksi yang digunakan selama proses produksi.
Produksi rata-rata dinotasikan dengan fungsi sebagai berikut :

𝑄
AP =
𝐿

Dimana Q adalah output total atau jumlah hasil produksi sedangkan L yakni
jumlah Labour atau jumlah tenaga kerja yang digunakan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa produksi rata-rata merupakan jumlah rata-rata produksi oleh
setiap tenaga kerja.

AP

7
c. Produk Marjinal
Produksi marginal atau Marginal Product (MP) merupakan tambahan dari total
hasil produksi yang diakibatkan oleh pertambahan jumlah faktor produksi
variabel yang digunakan. Dengan demikian dapat dituliskan persamaannya,
yaitu sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 ∆𝑄
MP = =
𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 ∆𝐿

L
MP

Dari keterangan di atas, dapat kita simpulkan bahwa dalam produksi dengan
satu input variabel itu berlaku hukum pertambahan hasil yang semakin
berkurang atau The Law of Diminishing Return. Hukum ini menyatakan bahwa
output yang diterima dari proses produksi akan semakin menurun jika input
variabel yang digunakan mangalami pertambahan secara terus-menerus.

Output atau hasil produksi yang dihasilkan secara rata akan terus menurun
nilainya, itu semua karena faktor produksi variabel yang digunakan semakin
besar sedangkan faktor produksi nilainya tetap. Jika hal ini terus dilakukan
maka akan berdampak pada total produksi yang nilainya menurun. Hal tersebut
dikarenakan faktor produksi tetap semakin lama nilainya semakin habis. Misal,
terdapat sepetak tanah. Tanah tersebut selalu digarap oleh petani dengan
ditanami banyak tumbuhan secara terus menerus tanpa henti. Sehingga tanah
tersebut semakin lama akan kehilangan kesuburannya dan tumbuhan tersebut
akhirnya akan mati. Hal itu dikarenakan dari unsur hara yang terdapat pada
tanah tersebut akan hilang atau habis.

8
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan dalam diagram sebagai berikut:

Kurva diatas menunjukkan bahwa terdapat peristiwa yang terjadi pada tiap
tahapnya. Dari masing-masing tahap menunjukkan elastisitas produksi yang
nilainya berbeda-beda.
Elastisitas Produksi (Ep) yakni rasio perubahan dari output yang dihasilkan
yang diakibatkan dari perubahan input yang digunakan. Ep dapat dituliskan
sebagai berikut :

∆𝑸 𝑸
Ep = .
∆𝑳 𝑳

Karena ∆𝑄⁄∆𝐿 merupakan MP, maka besar kecilnya Ep tergantung pada besar
kecilnya nilai MP.
Ada tiga tahapan yang ada pada diagram tersebut, yakni : Tahap I yang terdapat
pada kurva diatas merupakan bagian yang menunjukkan input variabel atau
tenaga kerja yang masih sedikit sedangkan ouputnya relatif besar. Sehingga
dapat kita ketahui jika input variabel terus ditambah maka TP, MP, dan AP akan
terus bertambah nilainya. Selanjutnya tahap II pada kurva diatas menunjukkan
bahwa produksi total tersebut terus naik hingga mencapai titik optimum atau
titik tertinggi, sedangkan AP dan MP terus menurun hingga MP mencapai titik
nol. Yang terakhir yaitu pada tahap III menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja
semakin banyak. Hal tersebut membuat TP, AP, dan MP menurun, bahkan
kurva MP berada di bawah garis origin atau garis nol.

9
2.4.2 Produksi Dengan Dua Input Variable

Produksi ini merupakan kombinasi dari dua faktor produksi variabel yang
berguna untuk mengahsilkan output atau hasil produksi yang sama. Dalam hal ini,
kombinasi yang paling mudah adalah faktor produksi modal (Capital) dengan
tenaga kerja (Labour). Jika terdapat perusahaan yang ingin meningkatkan hasil
produksinya maka yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menambah dua
input variabel serta dapat meningkatkan produksi tenaga kerja dan modal. Jika
faktor produksi yang bersifat variabel adalah jumlah tenaga kerja, modal atau
peralatan, maka fungsi persamaan yang dapat ditulis adalah sebagai bderikut :

Q=f(L,C)

Dengan Q yaitu sebagai output atau jumlah hasil produksi, sedangkan L sebagai
Labour atau tenaga kerja, dan C yakni sebagai Capital atau modal ataupun peralatan
yang mana keduanya merupakan input variabel

2.5 Produksi Dalam Jangka Panjang

Produksi dalam jangka panjang adalah suatu proses produksi yang tidak
dapat diperkirakan yang akan berjalan sekitar 10 tahun, 25 tahun, atau bahkan
sampai 50 tahun. Sehingga dalam kurun waktu ini semua faktor produksi yang
digunakan dapat bersifat variabel atau tidak ada faktor produksi tetap.

a. Garis Perluasan Produksi


Garis perluasan produksi yakni isocline atau kurva yang dapat menghubungkan
titik-titik yang besar dari tingkat batas penggantiannya secara teknis sama yang
dapat menunjukkan output yang dihasilkan jika harga produksinya tetap. Jadi
garis ini menunjukkan bagaimana faktor produksi (input) tersebut dapat
berubah, jika besarnya biaya dari proses produksi (output) tidak berubah dan
harga produksinya tetap. Sehungga, jika ada produsen yang melakukan kegiatan
produksinya dengan cara memaksimalkan keuntungan yang di dapat, maka ia

10
harus mampu menggoordinasikan produksinya seefektif mungkin dengan
menentukan beberapa keputusan yaitu menentukan berapa jumlah output yang
harus ia produksi dan menentukan berapa jumlah dan kombinasi seperti apa
input ini digunakan7.

2.6 Faktor-Faktor Produksi

Dalam suatu proses produksi dibutuhkan input yang berupa faktor-faktor


produksi yaitu alat atau sarana agar kegiatan berjalan dengan lancar. Sehingga, jika
faktor produksi tidak ada, maka proses produksi juga tidak akan berlangsung.
Faktor-faktor produksi antara lain adalah Capital atau modal, Labour atau tenaga
kerja, Skill atau keahlian atau kemampuan, dan Land atau tanah.8

a. Modal (Capital)
Capital atau modal yang sering terlintas dipikiran biasanya dalam bentuk uang.
Namun, modal juga bisa berupa alat-alat seperti mesin untuk membuat barang
atau jasa, ataupun juga dapat berupa bangunan atau gedung yang akan
digunakan untuk kegiatan operasional usaha tersebut. Suatu sistem ekonomi
Islam harus bebas dari bunga. Dalam sistem itu bunga tidak diperkenankan
memainkan pengaruhnya yang merugikan pekerja, produksi dan distribusi.
b. Tenaga Kerja (Labour)
Labour atau tenaga kerja dibutuhkan untuk menjalankan operasional alat-alat
yang tersedia agar proses produksi berlangsung dengan semestinya. Tenaga
kerja merupakan faktor produksi yang diakui di setiap sistem ekonomi terlepas
dari kecenderungan ideologi mereka.
c. Kemampuan atau Keterampilan (Skill)
Kualitas tenaga kerja, skiil merupakan menjadi pertimbangan yang tidak boleh
diremehkan. Spesialisasi memang dibutuhkan pada pekerjaan tertentu dan
jumlah yang terbatas. Apabila dalam kualitas tenaga kerja tidak diperhatikan

7
Damayanti, M. L. (2020). Teori Produksi, h. 3-13.
http://eprints.umsida.ac.id/id/eprint/6985, (diakses pada 26 Maret 2022)
8
Ibid., h.2

11
tidak menutup kemungkinan adanya kemacetan produksi. Penggunaan
peralatan teknologi yang canggih jika tidak diimbangi dengan tenaga kerja yang
terampil akan meyebabkan kemubadhiran karena operasionalisasi teknologi
tidak berjalan.
d. Tanah (Land)
Land atau tanah merupakan lahan yang mengandung sumber daya alam atau
bahan baku yang nantinya akan diolah dalam proses produksi. Islam telah
mengakui tanah sebagai suatu faktor produksi tetapi tidak setepat dalam arti
sama yang digunakan di zaman modern. Dalam tulisan klasik yang dianggap
sebagai suatu faktor produksi penting mencakup semua sumber daya alam yang
digunakan dalam proses produksi, umpamanya permukaan bumi, kesuburan
tanah, sifat-sifat sumber-sumber daya, udara, air mineral dan seterusnya.9

2.7 Kurva Isoquant (Kurva Produksi Sama)

Isoquant merupakan kurva yang mengkombinasikan antara dua input


variabel yang digunakan untuk menghasilkan output atau hasil produksi yang sama.
Isoquant dapat berbentuk seperti kurva indifference dan tidak berupa garis lurus,
vertikal maupun horizontal.

9
Ipunk Yogatama. (2020). Jurnal Teori Produksi. Jurnal Teori Produksi.,
http://eprints.umsida.ac.id/id/eprint/7013, (diakses pada 26 Maret 2022)

12
Pada gambar diatas kita dapat melihat kurva isoquant dengan sumbu Y
berupa modal dan sumbu X berupa tenaga kerja. Kurva isokuan (Z)
menggambarkan tingkat output produksi yang sama. Artinya ketika produksi di
sepanjang garis tersebut akan sama outputnya, namun input yang digunakan
memiliki komposisi yang berbeda.

Misalkan pada titik A, titik B, maupun titik C memiliki tingkat hasil


produksi yang sama. Bila kita misalkan outputnya 100 roti, maka titik A, B, C sama-
sama menghasilkan 100 roti. Meskipun demikian, komposisi input yang digunakan
berbeda. Ada yang lebih banyak tenaga kerja, ada yang lebih banyak mesin (modal).
Itulah yang ingin digambarkan dalam kurva isoquant.

Pada titik A, untuk menghasilkan output sejumlah Z, maka diperlukan


tenaga kerja sebanyak X1 dan modal sebanyak Y1. Pada titik ini perusahaan teman-
teman memilih lebih banyak menggunakan modal. Penggunaan modal maksudnya
disini, bisa saja modal yang perusahaan teman-teman itu dipergunakan untuk
membeli mesin. Makanya modal atau mesin sering saya tulis bersama. Kondisi ini
disebut dengan capital intensive.

Pada titik B, perusahaan teman-teman sedikt mengurangi penggunaan


modal dan sedikit menambah penggunaan tenaga kerja. Pilihan seperti ini bisa saja
dilakukan. Output produksi yang dihasilkan sama yaitu sebesar Z. Keadaan ini
sering digambarkan sebagai kondisi netral bila seimbangan antara penggunaan
mesin dan tenaga kerja.

Pilihan terakhir yang diilustrasikan kurva isoquant diatas yaitu pada titik C.
Dalam kondisi ini perusahaan teman-teman memilih untuk menggunakan lebih
banyak tenaga kerja yaitu sebesar X3 dan mengurangi penggunaan mesin menjadi
Y3. Output yang dihasilkan tetap sebanyak Z. Kondisi ini disebut sebagai labour
intensive karena lebih banyak menggunakan input produksi berupa tenaga kerja.10

10
Studi Ekonomi, “Teori produksi: Isoquant dan isocost”,
https://studiekonomi.com/ekonomi/mikro/teori-produksi-isoquant-dan-isocost/, (diakses
pada 26 Maret 2022)

13
Kurva ini memiliki beberapa ciri diantaranya adalah memiliki slope negatif
dan cembung ke titik origin, kurva ini juga tidak dapat saling memotong satu sama
lain, serta garis kurva yang lebih tinggi atau yang terluar lebih banyak disukai
daripada yang dekat dengan titik origin karena tingkat produksinya lebih banyak
sehingga Q₁ < Q₂.11.

2.8 Garis biaya produksi (Isocost)

Isocost adalah kurva yang menunjukan kombinasi dua faktor produksi


dengan biaya yang sama. Kombinasi pengunaan ciri-ciri kurva isocost sama dengan
budget line atau kurva garis anggaran dalam teori perilaku konsumen. Untuk
menghemat biaya produksi dan memaksimumkan keuntungan, perusahaan harus
memimimumkan biaya produksi. Untuk itulah garis biaya sama (isocost) dibuat.
Pembuatan isocost memerlukan data-data sebagai berikut :

1) Harga faktor-faktor produksi yang digunakan.


2) Jumlah uang yang diguakan untuk membeli faktor-faktor produksi.

Garis isocost menggambarkan rasio antara upah dengan kapital, dengan formula
sebagai berikut :

Rk+Wl=C

11
Damayanti, M. L. (2020). Teori Produksi. Teori Produksi, h.11.,
http://eprints.umsida.ac.id/id/eprint/6985, (diakses pada 26 maret 2022)

14
Dimana :

C = Total Cost

r = Biaya Sewa/ cost of capital

(K) w = Upah Tenaga Kerja/ wage of labor (L)

Sedangkan slope (kemiringan) dari isocost adalah : -w/r Atau rasio negatif antara
upah dibagi dengan biaya sewa. Garis isocost dikombinasikan dengan garis
isoquant untuk menentukan titik produksi optimal (pada tingkat output tertentu).

K1 A

O L1 L

Kurva Garis Biaya Sama (Isocost)

Jika terjadi perubahan harga faktor produksi, kurva isocost akan berotasi. Namun
jika yang berubah adalah kemampuan anggaran, kurva isocost bergeser sejajar.

2.9 Skala Hasil (Return to scale)

Analisis tentang substitusi input pada proses produksi telah menunjukkan


kepada kita apa yang terjadi ketika suatu perusahaan mengganti satu input dengan
yang lain dengan menjaga jumlah output yang dihasilkan tetap. Namun dalam
jangka panjang, semua input akan berubah, sehingga perusahaan harus
mempertimbangkan cara yang terbaik untuk meningkatkan jumlah produksi. Salah
satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengubah skala operasi dengan
meningkatkan semua input untuk produksi secara proporsional.

Jika seorang petani bekrja dengan satu buah mesin pada lahan seluas satu
hektar mampu menghasilkan sebanyak 10 ton gabah , apa yang akan terjadi dengan

15
jumlah output jika kita meminta dua orang petani bekerja dengan dua buah mesin
pada dua hektar lahan? Apakah output akan meningkatkan dua kali lipat, lebih dari
dua kali lipat atau kurang dari dua kali lipat? Skala hasil adalah suatu tingkat
tambahan output seiring dengan penambahan jumlah input secara proporsional.

2.9.1 Increasing Return to scale (tingkat skala hasil yang meningkat)

Jika output mampu meningkat lebih dari dua kali lipat ketika input
ditambah dua kali lipatnya, maka hal tersebut adalah tingkat skala hasil yang
meningkat (increasing return to scale). Penambahan ini dimungkinkan terjadi
ketika level manajerial dan para pekerjanya mampu melakukan spesialisasi atas
pekerjaan mereka dan mampu melakukan efisiensi serta peningkatan produktivitas
dalam proses produksi, sehingga mereka pada akhirnya mampu meningkatkan
jumlah jumlah output mereka dua kali lipat dari jumlah input yang ditambahkan.
Salah satu contoh untuk kemungkinan pertama ini adalah industry perakitan
kendaraan bermotor yang mampu memperlihatkan tingkat skala hasil yang
meningkat.

Apabila ke dalam suatu proses produksi ditambahkan secara terus menerus


satu satuan faktor produksi akan mengakibatkan penambahan produk yang makin
lama makin meningkat.

Hubungan Input dan Output yang Menggambarkan Kenaikan Hasil Berubah

Faktor Penambahan Produk Penambahan Produk


Produksi Faktor (Y) Produk Marginal
(X) Produksi (ΔY) (ΔY/ΔX)
(ΔX)
1 10
2 1 25 15 15
3 1 45 20 20
4 1 70 25 25

16
Setiap penambahan satu satuan faktor produksi (∆𝑋) menyebabkan
pembahan produk (∆𝑌) yang makin lama makin tinggi sehingga produk
marginalnya(∆𝑌/∆𝑋) makin besar, dimana kurvanya akan cembung ke arah sumbu
horizontal seperti pada ilustrasi di atas.

2.9.2 Constant Return To Scale (Tingkat Skalah Hasil yang Konstan)


Kemungkinan kedua dengan skala hasil adalah ketika jumlah output
meningkat dua kali lipatnya ketika jumlah input ditambah dua kali lipatnya, dalam
kasus ini karena penambahan output proporsional dengan penambahan input maka
dikenal dengan tingkat skala hasil yang konstan (constant return to scale). Pada
kemungkinan kedua ini, ukuran operasional perusahaan tidak memengaruhi atas
produktivitas operasional perusahaan.

Pada Constant Return to Scale, Penambahan tiap satu satuan faktor produksi
yang terus menerus menyebabkan kenaikan hasil yang tetap.

Hubungan Input dan Output yang Menggambarkan Kenaikan Hasil Tetap.

Faktor Penambahan Produk Penambahan Produk


Produksi Faktor (Y) Produk Marginal
(X) Produksi (ΔY) (ΔY/ΔX)
(ΔX)
1 10
2 1 20 10 10
3 1 30 10 10
4 1 40 10 10

2.9.3 Decreasing Return To Scale (Tingkat Skala Hasil yang Menurun)


Kemungkinan terakhir adalah ketika penambahan output kurang dari dua
kali lipat ketika jumlah input ditambah dua kali lipatnya. Pada kemungkinan ini
dikenal dengan skala hasil yang menurun (decreasing return to scale). Biasanya
terjadi pada perusahaan dengan skala produksi yang Besar, di mana mengalami
kesulitan dalam mengorganisasikan dan menjalankan operasional dalam skala yang

17
besar, sehingga menurunkan tingkat produktivitas dari tenaga kerja dan modal.
Komunikasi antartenaga kerja dan level manajerial sangat sulit sehingga suasana
kerja menjadi kurang kekeluargaan. Sehingga pada kemungkinan ini, terjadi karena
permasalahan dalam melakukan koordinasi dalam pekerjaan, terkait dengan jalur
komunikasi antar atasan dan bawahan.

Skala hasil yang menurun (decreasing return to scale) biasanya ketika


penambahan satu satuan faktor produksi yang terus menerus akan menyebabkan
penambahan produk yang makin lama makin berkurang.

Hubungan Input dan Output yang Menggambarkan Kenaikan Hasil Berkurang.

Faktor Penambahan Produk Penambahan Produk


Produksi FaktorProduksi (Y) Produk Marginal
(X) (ΔX) (ΔY) (ΔY/ΔX)

1 10
2 1 18 8 8
3 1 24 6 6
4 1 28 4 4

Pada tabel di atas tampak bahwa makin banyak faktor produksi digunakan,
menyebabkan produk total makin tinggi tetapi dengan produk marginal yang makin
rendah.

2.10 Perspektif Islam


Dalam perspektif islam, perilaku seorang produsen muslim memiliki
batasan syariat yang tidak boleh dilanggar, seperti larangan memproduksi barang
yang haram, mengambil keuntungan di atas keuntungan yang wajar, memungut
hasil dari riba, dan kewajiban untuk mengeluarkan zakat. Hal tersebut akan mampu
memengaruhi dalam kurva isoquant, di mana kurva isoquant seorang produsen
muslim akan lebih rendah (dibawah) kurva isoquant seorang produsen nonmuslim,

18
karena adanya batasan syari’at yang tidak boleh dilanggar. Dalam syariat islam,
keuntungan maksimum bukanlah suatu tujuan akhir dari perusahaan, melainkan
hanya tujuan antara semata, di mana tujuan akhirnya adalah mampu memberikan
yang terbaik di jalan Allah. Seorang produsen muslim dalam melakukan aktivitas
produksinya selalu berjalan dalam syariat, sehingga ia tidak akan melakukan
tindakan yang mampu merugikan pihak lain terutama konsumen.

Produsen muslim harus berbeda dari produsen non muslim tidak hanya dari
tujuan, tetapi harus pula dari kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya, hal ini
diperlihatkan sebagai berikut:

1) Produsen muslim tidak akan terlibat dalam aktivitas yang dilarang menurut
syariat islam. Misalnya: produsen muslim tidak akan memproduksi atau
menjual minuman beralkohol.
2) Produsen muslim harus menghindari strategi pasar yang dapat menyebabkan
timbulnya hambatan yang dapat menyebabkan ketidaksempurnaan pasar.
3) Produsen muslim harus mengikuti kompetisi yang adil dalam setiap aktivitas
baik sebagai penjual maupun pembeli barang serta jasa.
4) Produsen muslim harus menghindari seluruh praktik eksploitasi, diskriminasi,
dan perdagangan yang ketat

2.10.1 Konsep Produksi dalam perspektif ekonomi islam

a) Konsep produksi yang sesuai dengan nilai islam adalah konsep teknologi
berproduksi konstan, dalam arti bahwa teknologi yang digunakan adalah
teknologi yang memanfaatkan sumber daya manusia sedemikian rupa sehingga
manusia-manusia tersebut mampu meningkatkan harkat
kemanusiannya.karenanya, permasalahan produksi bukanlah mencari teknologi
berproduksi sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan maksimum,
melainkan mencari jenis output apa, dari berbagai kebutuhan manusia, yang
diproduksi dengan teknologi yang sudah ada tersebut sehingga diperoleh
maslahah maksimum.

19
b) Produsen dalam pandangan ekonomi islam adalah maslahah maximizer.
Mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain memang tidak
dilarang , sepanjang berada pada bingkai tujuan dan hukum islam. Maslahah
bagi produsen terdiri dari dua komponen yaitu keuntungan dan berkah.

2.10.2 Optimum maslahah condition (OMC)

a) Menyatakan bahwasanya maslahah akan mencapai tingkat maksimum jika dan


hanya jika nilai dari unit terakhir yang diproduksi(BPdQ) sama dengan
perubahan (tambahan) yang terjadi pada biaya total (dTR) dan pengeluaran
berkah total (dBC) pada unit terakhir yang diproduksi
b) Tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang
memberikan masalahah maksimum bagi konsumen yang diwujudkan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatatn moderat, menemukan
kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya, menyiapkan persediaan barang/jasa
dimasa depan, serta memenuhi sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada
Allah.

20
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Teori produksi adalah teori yang menerangkan sifat hubungan antara tingkat
produksi yang akan dicapai dengan jumlah faktor-faktor produksi yang
digunakan. Konsep utama yang dikenal dalam teori ini adalah memproduksi
output semakismal mungkin dengan input tertentu, serta memproduksi
sejumlah output tertentu dengan biaya produksi seminimal mungkin
2) Dalam pandangan ekonomi islam, motivasi produsen semestinya sejalan
dengan tujuan produksi dan tujuan kehidupan produsen itu sendiri. Jika tujuan
produksi adalah menyediakan kebutuhan material dan spiritual untuk
menciptakan maslahah, maka motivasi produsen tentu saja juga mencari
maslahah, dimana hal ini juga sejalan dengan tujuan kehidupan seorang
Muslim.
3) Dalam konteks produsen yang berorientasi kepada keuntungan, maka manfaat
ini dapat berupa keuntungan materil. Keuntungan ini bisa digunakan untuk
maslahah lainnya seperti maslahah fisik, intelektual, maupun sosial. Untuk itu
rumusan masalah bagi produsen, M= 𝝅 + 𝑩
4) Jangka pendek adalah kurun waktu yang terjadi ketika salah satu atau lebih
faktor produksi yang tidak bisa diubah atau tetap, sedangkan Produksi dalam
jangka panjang adalah suatu proses produksi yang tidak dapat diperkirakan
yang akan berjalan sekitar 10 tahun, 25 tahun, atau bahkan sampai 50 tahun.
5) Dalam suatu proses produksi dibutuhkan input yang berupa faktor-faktor
produksi yaitu alat atau sarana agar kegiatan berjalan dengan lancar. Sehingga,
jika faktor produksi tidak ada, maka proses produksi juga tidak akan
berlangsung. Faktor-faktor produksi antara lain adalah Capital atau modal,
Labour atau tenaga kerja, Skill atau keahlian atau kemampuan, dan Land atau
tanah.
6) Isoquant merupakan kurva yang mengkombinasikan antara dua input variabel
yang digunakan untuk menghasilkan output atau hasil produksi yang sama.

21
Isocost adalah kurva yang menunjukan kombinasi dua faktor produksi dengan
biaya yang sama. Kombinasi pengunaan ciri-ciri kurva isocost sama dengan
budget line atau kurva garis anggaran dalam teori perilaku konsumen.
7) Skala hasil produksi mempunyai 3 kemungkinan hasil produksi. Skala hasil
produksi merupakan perubahan skala output (hasil produksi) akibat dari
penggandaan input/faktor produksi yang digunakan. Ada tiga kemungkinan
hasil produksi (output) yang terjadi akibat penggandaan input. Kemungkinan
tersebut yaitu skala hasil konstan, skala hasil menurun, dan skala hasil
meningkat.
8) Dalam syariat islam, keuntungan maksimum bukanlah suatu tujuan akhir dari
perusahaan, melainkan hanya tujuan antara semata, di mana tujuan akhirnya
adalah mampu memberikan yang terbaik di jalan Allah. Seorang produsen
muslim dalam melakukan aktivitas produksinya selalu berjalan dalam syariat,
sehingga ia tidak akan melakukan tindakan yang mampu merugikan pihak lain
terutama konsumen.

22
DAFTAR PUSTAKA

Al Arif, M. N. R. (2010). Teori MikroEkonomi, Jakarta : PrenadaMedia.

Aziz, A. (2013). Etika Bisnis Perspektif Islam. Bandung: Alfabeta.


Damayanti, M. L. (2020). Teori Produksi,
http://eprints.umsida.ac.id/id/eprint/6985, (diakses pada 26 Maret 2022)
Ipunk Yogatama. (2020). Jurnal Teori Produksi. Jurnal Teori Produksi.,
http://eprints.umsida.ac.id/id/eprint/7013, (diakses pada 26 Maret 2022)
Monzer, K. (1995). Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I.

Ridwan, D. M., Imsar, M., Rita Handayani, Ms., Aqwa Naser Daulay, Ms.,
Muhammad Syahbudi, Ms., & Tri Inda Fadhila Rahma, M. (2017).
EKONOMI MIKRO ISLAM. http://core.ac.uk/ (di unduh pada 25 maret
2022)
Sakirman, S. (2018). Urgensi Maslahah Dalam Konsep Ekonomi Syariah. Palita:
Journal of Social Religion Research, 1(1), 17-28.

Studi Ekonomi, “Teori produksi: Isoquant dan isocost”,


https://studiekonomi.com/ekonomi/mikro/teori-produksi-isoquant-dan-
isocost/, (diakses pada 26 Maret 2022)
StudioBelajar, “Teori Produksi”, https://www.studiobelajar.com/teori-produksi/,
(diakses pada 30 maret 2022)

23

Anda mungkin juga menyukai