Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN POLITIK DAN

EKONOMI PADA MASA PEMERINTAHAN B.J. Habbie

Oleh :

Anggota Kelompok :

1. A.A Mas Ari Dwiyanthi // 01


2. A A Ezzy Pradiptha Dwipa // 02
3. Anak Agung Gede Bagus Adiwiguna // 03
4. Anak Agung Sagung Istri Rima Ulandewi // 04
5. Desak Made Jelita Prasasty // 05
6. I Made Gede Juniawan Partika Jaya //13
7. I Putu Agus Indra Mahardhika // 14
8. I Putu Wisnu Murti // 16

SMA DWIJENDRA DENPASAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


LATAR BELAKANG

Setelah Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden


Republik Indonesia pada 21 Mei 1998, pada hari itu juga Wakil Presiden B.J. Habibie
dilantik menjadi presiden RI ketiga di bawah pimpinan Mahkamah Agung di Istana Negara.
Dasar hukum pengangkatan Habibie adalah berdasarkan TAP MPR No. VII/MPR/1973 yang
berisi “jika presiden berhalangan, maka wakil presiden ditetapkan menjadi presiden”.Ketika
Habibie naik sebagai Presiden, Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi terburuk dalam
waktu 30 tahun terakhir, disebabkan oleh krisis mata uang yang didorong oleh hutang luar
negeri yang luar biasa besar sehingga menurunkan nilai rupiah menjadi seperempat dari nilai
tahun 1997. Krisis yang telah menimbulkan kebangkrutan teknis terhadap sektor industri dan
manufaktur serta sektor finansial yang hampir ambruk, diperparah oleh musim kemarau
panjang yang disebabkan oleh El Nino, yang mengakibatkan turunnya produksi beras.
Ditambah kerusuhan Mei 1998 telah menghancurkan pusat-pusat bisnis perkotaan, khususnya
di kalangan investor keturunan Cina yang memainkan peran dominan dalam ekonomi
Indonesia. Pengunduran diri Soeharto telah membebaskan energi sosial dan politik serta
frustrasi akibat tertekan selama 32 tahun terakhir, menciptakan perasaan senang secara umum
akan kemungkinan politik yang sekarang tampak seperti terjangkau. Kalangan mahasiswa
dan kelompok-kelompok pro demokrasi menuntut adanya demokratisasi sistem politik segera
terjadi, meminta pemilihan umum segera dilakukan untuk memilih anggota parlemen dan
MPR, yang dapat memilih presiden baru dan wakil presiden. Di samping tuntutan untuk
menyelenggarakan pemilihan umum secepat mungkin, pemerintah juga berada di bawah
tekanan kuat untuk menghapuskan korupsi, kolusi dan nepotisme yang menandai Orde Baru.
Dalam pidato pertamanya pada tanggal 21 Mei 1998, malam harinya setelah dilantik sebagai
Presiden, pukul 19.30 WIB di Istana Merdeka yang disiarkan langsung melalui RRI dan
TVRI, B.J. Habibie menyatakan tekadnya untuk melaksanakan reformasi. Pidato tersebut bisa
dikatakan merupakan visi kepemimpinan B.J. Habibie guna menjawab tuntutan Reformasi
secara cepat dan tepat. Beberapa poin penting dari pidatonya tersebut adalah kabinetnya akan
menyiapkan proses reformasi di ketiga bidang yaitu:

1.Di bidang politik antara lain dengan memperbarui berbagai perundang-undangan dalam
rangka lebih meningkatkan kualitas kehidupan berpolitik yang bernuansa pada PEMILU
sebagaimana yang diamanatkan oleh Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).

2.Di bidang hukum antara lain meninjau kembali Undang-Undang Subversi.


3.Di bidang ekonomi dengan mempercepat penyelesaian undang-undang yang
menghilangkan praktik-praktik monopoli dan persaingan tidak sehat.

Di samping itu pemerintah akan tetap melaksanakan semua komitmen yang telah disepakati
dengan pihak luar negeri, khususnya dengan melaksanakan program reformasi ekonomi
sesuai dengan kesepakatan dengan IMF. Pemerintah akan tetap menjunjung tinggi kerja sama
regional dan internasional, seperti yang telah dilaksanakan selama ini dan akan berusaha
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya mengembalikan dinamika pembangunan bangsa
Indonesia yang dilandasi atas kepercayaan nasional dan internasional yang tinggi. Seperti
dituturkan dalam pidato pertamanya, bahwa pemerintahannya akan komitmen pada aspirasi
rakyat untuk memulihkan kehidupan ekonomi-sosial, meningkatkan kehidupan politik
demokrasi dan menegakkan kepastian hukum. Maka fokus perhatian pemerintahan Habibie
diarahkan pada tiga bidang tersebut
ABSTRAK

terpilihnya B.J. Habibie menjadi Presiden RI, proses terpilihnya B.J. Habibie menjadi
Presiden Republik Indonesia yang ke III pada 21 Mei 1998, kebijakan dan capaian kerja B.J.
Habibie serta, berakhirnya masa jabatan B.J. Habibie sebagai presiden. Metode yang
digunakan adalah metode penelitian sejarah yang bersifat deskriptif Naratif. Adapun tahapan
kerja yaitu melalui tahapan; Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Hasil penelitian
dapat diperoleh bahwa B.J. Habibie terpilih menjadi presiden karena mundurnya Soeharto
sebagai presiden berdasarkan ketentuan Pasal 8 UUD 1945. Adapun kebijakan B.J. Habibie
selama masa pemerintahannya seperti mengatasi krisis ekonomi, mengatasi dinamika
ketenagakerjaan, melaksanakan pemilihan umum, melakukan Reformasi ABRI. Dan
pelaksanaan sasaran kerja yang telah membuahkan tercapinya tuntutan masyarakat, yang
dampaknya menjadikan perekonomian menjadi stabil dan kerusuhan mulai mereda yang
mana kedepannya diharapkan agar lebih baik lagi. Pada akhirnya pada tanggal 21 Oktober
1999 merupakan berakhirnya masa jabatan B.J. Habibie setelah pidato
pertanggungjawabannya ditolak dan tidak mencalonkan sebagai Presiden. Berdasarkan hasil
penelitian maka dapat disimpulkan bahwa keadaan di Indonesia mulai mengalami perubahan
yang signifikan setelah B.J. Habibie menerapkan beberapa kebijakan untuk mengatasi
berbagai persoalan yang terjadi akibat krisis ekonomi, namun setelah berakhirnya masa
pemerintahan B.J. Habibie telah memberikan kebebasan rakyat Indonesia untuk beraspirasi
dan menyampaikan pendapat yang merupakan bentuk tuntutan rakyat kepada pemerintah.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya hingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Sejarah Wajib
yang berjudul "Perkembangan Politik dan Ekonomi Pada Masa Pemerintahan B.J Habibie"
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada banyak
kekurangan, baik dari segi isi, penulisan, maupun kata-kata yang digunakan. Kami memohon
maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini maka dari itu saran dan kritik dari
Bapak Eka yang membangun sangat kami harapkan untuk lebih baik di masa yang akan
datang. Harapan kami semoga makalah ini dapat diterima oleh Bapak Eka yang mengajar dan
semoga bermanfaat bagi pada pembaca pada umumnya dan terutama bagi penulis.

Denpasar,11 Desember 2021

Penulis
BAB II

PEMBAHASAN

1.1.Reformasi di Bidang Politik

Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Habibie
menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia setelah menggantikan presiden sebelumnya,
yaitu Soeharto. Habibie menjabat sebagai presiden selama satu tahun mulai dari tahun 1998
sampai tahun 1999. Meski terbilang singkat, Habibie mampu membuat reformasi besar-
besaran dalam sejarah Indonesia. Hal ini dapat dilihat mulai dari pemilu yang dialaksanakan
secara bebas dan demokratis, pers yang bebas bersuara dan tidak lagi dikekang dan berada di
bawah tekanan pemerintah, hingga kemerdekaan Timor Leste. Berikut adalah kebijakan
politik pada masa pemerintahan B.J. Habibie:

 Kebebasan Pers

Pada masa pemerintahan sebelumnya, pers dibungkam dan dipaksa mengikuti opini dari
pemerintahan sehingga apabila ada pers yang menentang kebijakan pemerintah maka akan
mendapatkan hukuman. Dilansir dari Komisi Informasi Pusat Republik Indonesia,
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers pada masa
pemerintahan Habibie menjadikan pers sebagai salah satu wujud kedaulatan RI. Sehingga
undang-undang tersebut menjadi ujung tonggak dari kebebasan pers yang ada di Indonesia
yang sering dibredel pada masa pemerintahan sebelumnya.

 Pemilu bebas dan demokratis

Habibie juga membentuk undang-undang yang mengatur kebebasan masyarakat Indonesia


dalam melaksanakan pemilu yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999
tentang pemilu. Hasil dari dibentuknya undang-undang tersebut adalah lahirnya 48 partai
politik baru yang ikut berpartisipasi secara aktif dalam pemilu Indonesia di tahun 1999. Pada
tahun 1999, pemilu legislatif yang dilaksanakan menjadi pemilu yang paling bebas dan
demokratis yang terjadi setelah pemilu pada tahun 1955.

 Otonomi Daerah

Wilayah Indonesia yang sangat luas dan memiliki karakter dan budaya yang beragam
menjadikan otonomi daerah merupakan hal yang diperlukan untuk diterapkan di Indonesia.
Sehingga pada masa pemerintahan Habibie dibentuklah Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang pemerintahan daerah. Hasil dari lahirnya undang-undang ini adalah meredanya
gejolak disintergrasi yang sebelumnya sempat pecah di Indonesia. Berakhirnya diskriminasi
terhadap etnis tionghoa Inpres Nomor 26 Tahun 1999 dan Inpres Nomor 4 tahun 1999 yang
dikeluarkan oleh Habibie merupakan titik awal untuk mengakhiri perilaku diskriminasi
terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Dalam inpres menghapuskan larangan untuk berbicara
dan mengajar Bahasa Mandarin. Diskriminasi terhadap etnis Tionghoa ini diwariskan dari
masa pemerintahan Soeharto yang sebelumnya memberlakukan program anti-komunis yang
berimbas pada diskriminasi terhadap etnis tertentu.

1.2. Reformasi di Bidang Hukum

Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dilakukan reformasi dibidang hukum
Reformasi hukum itu disesuaikan dengan aspirasi yangberkembang dimasyarakat. Tindakan
yang dilakukan oleh Presiden Habibieuntuk mereformasi hukum mendapatkan sambutan baik
dari berbagai kalanganmasyarakat, karena reformasi hukum yang dilakukannya mengarah
kepadatatanan hukum yang ditambakan oleh masyarakat.Ketika dilakukan pembongkaran
terhadapat berbagai produksi hukumatau undang-undang yang dibuat pada masa Orde Baru,
maka tampak denganjelas adanya karakter hukum yang mengebiri hak-hak.Selama
pemerintahan Orde Baru, karakter hukum cenderung bersifatkonservatif, ortodoks maupun
elitis. Sedangkan hukum ortodoks lebih tertutupterhadap kelompok-kelompok sosial maupun
individu didalam masyarakat.Pada hukum yang berkarakter tersebut, maka porsi rakyat
sangatlah kecil,bahkan bias dikatakan tidak ada sama sekali.Oleh karena itu, produk hukum
dari masa pemerintahan Orde Barusangat tidak mungkin untuk dapat menjamin atau
memberikan perlindunganterhadap Hak-hak Asasi Manusia (HAM), berkembangnya
demokrasi sertamunculnya kreativitas masyarakat.

1.3.Reformasi di Bidang Sosial Ekonomi

 Bidang Ekonomi

Maju menggantikan Presiden Soeharto yang lengser pada 20 Mei 1998, Bacharuddin
Jusuf Habibie yang kala itu menjabat sebagai Wakil Presiden menghadapi pekerjaan rumah
yang besar: Salah satunya adalah keadaan ekonomi yang porak poranda yang berdampak
pada hilangnya kepercayaan publik pada pemerintah. Untuk mengatasi krisis ekonomi,
pemerintahan BJ Habibie mengambil beberapa kebijakan penting. Di bidang moneter,
dimulai dengan mengendalikan jumlah uang yang beredar, menaikkan suku bunga Sertifikat
BI menjadi 70% dan menerapkan bank sentral independen. Di bidang perbankan, diterbitkan
obligasi senilai Rp. 650 triliun untuk menalangi perbankan, menutup 38 bank dan mengambil
alih tujuh bank. Di bidang fiskal, sejumlah proyek infrastruktur dibatalkan, juga perlakuan
khusus bagi mobil nasional, dan membiayai program Jaring Pengaman Sosial. Sedangkan di
bidang korporasi, utang swasta direstrukturisasi melalui skema Indonesian Debt
Restructuring Agency (INDRA) dan Prakarsa Jakarta, serta menghentikan praktek monopoli
yang selama ini dilakukan Bulog dan Pertamina. Di tengah gonjang ganjingnya situasi
polhukam saat itu, pemerintah harus dengan cepat mengambil keputusan walau berisiko
tinggi. "Situasinya unpredictable. Waktu itu, keadaan Indonesia tidak menentu," kenang
Habibie. "Bisa plus bisa minus. Risiko tinggi, cost tinggi. Cara berpikir saya itu harus berlaku
untuk umum. Dalam hal ini saya mencari approximately (rata-rata)," ujarnya. Terbukti,
gerakan cepat pemerintah saat itu membawa hasil. Satu tahun kemudian, reformasi ekonomi
yang diterapkan saat itu memiliki beberapa dampak antara lain jatuhnya nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar AS dari semula Rp. 7.000 menjadi Rp. 17.000. Namun di sisi lain
pertumbuhan ekonomi tampak menunjukkan perbaikan dari yang sebelumnya -13% menjadi
2%, angka inflasi pun sukses diturunkan dari 77,6% menjadi 2%

 Bidang Sosial

Setelah Soeharto lengser dari jabatannya, posisi Presiden Indonesia digantikan oleh BJ
Habibie, yang menjabat selama 17 bulan.

Beberapa minggu setelah menjabat sebagai Presiden, Habibie mulai membebaskan para
tahanan politik yang merupakan langkah penting menuju keterbukaan dan rekonsiliasi.

Tahanan politik yang dibebaskan di antaranya adalah kaum separatis dan tokoh-tokoh eks
PKI yang sudah dipenjara selama 30 tahun.

Ketika Habibie menjabat sebagai Presiden Indonesia, ada lima isu besar yang harus ia hadapi,
yaitu:

 Masa depan reformasi


 Masa depan ABRI
 Masa depan daerah-daerah yang ingin melepaskan diri dari Indonesia
 Masa depan Soeharto, keluarganya, kekayaannya, dan kroni-kroninya
 Masa depan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
17 bulan kemudian, isu pertama mengalami perkembangan dengan baik, isu kedua mengarah
kepada pengurangan peranan militer, isu ketiga adalah terselesaikan dalam konteks Timor
Timur dan tidak dalam konteks daerah lain
Kesimpulan

Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Habibie
menjabat sebagai presiden selama satu tahun mulai dari tahun 1998 sampai tahun 1999. Hal
ini dapat dilihat mulai dari pemilu yang dialaksanakan secara bebas dan demokratis, pers
yang bebas bersuara dan tidak lagi dikekang dan berada di bawah tekanan pemerintah, hingga
kemerdekaan Timor Leste. Tindakan yang dilakukan oleh Presiden Habibieuntuk
mereformasi hukum mendapatkan sambutan baik dari berbagai kalanganmasyarakat, karena
reformasi hukum yang dilakukannya mengarah kepadatatanan hukum yang ditambakan oleh
masyarakat. Ketika dilakukan pembongkaran terhadapat berbagai produksi hukumatau
undang-undang yang dibuat pada masa Orde Baru, maka tampak dengan jelas adanya
karakter hukum yang mengebiri hak-hak. Pada hukum yang berkarakter tersebut, maka porsi
rakyat sangatlah kecil,bahkan bias dikatakan tidak ada sama sekali. Untuk mengatasi krisis
ekonomi, pemerintahan BJ Habibie mengambil beberapa kebijakan penting. Di bidang
moneter, dimulai dengan mengendalikan jumlah uang yang beredar, menaikkan suku bunga
Sertifikat BI menjadi 70% dan menerapkan bank sentral independen. Di bidang perbankan,
diterbitkan obligasi senilai Rp. Di bidang fiskal, sejumlah proyek infrastruktur dibatalkan,
juga perlakuan khusus bagi mobil nasional, dan membiayai program Jaring Pengaman Sosial.
Sedangkan di bidang korporasi, utang swasta direstrukturisasi melalui skema Indonesian
Debt Restructuring Agency dan Prakarsa Jakarta, serta menghentikan praktek monopoli yang
selama ini dilakukan Bulog dan Pertamina. « Waktu itu, keadaan Indonesia tidak menentu,»
kenang Habibie. Satu tahun kemudian, reformasi ekonomi yang diterapkan saat itu memiliki
beberapa dampak antara lain jatuhnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dari semula Rp.
Setelah Soeharto lengser dari jabatannya, posisi Presiden Indonesia digantikan oleh BJ
Habibie, yang menjabat selama 17 bulan.
Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai