Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PENYERAPAN TENAGA

KERJA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

OLEH:

NATHASYA FARMELIA LATIEF

NIM B1A1 16 054

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI PEMBANGUNAN

UNEVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2018
ii

HALAMAN

PENGESAHAN

PEMBIMBING 1 PEMBIMBING 2

Dr.Rosnawintang, SE., Msi Dr. Ambo Wonua N., SE.,M.Si


NIP. 19680808 199403 2 002 NIP. 19671029 200030 1 001
1

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur bagi Allah SWT pencipta alam semesta beserta isinya,

yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah serta petunjuk kepada setiap

makhluk ciptaan-Nya, termasuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Analisis Sektor Unggulan Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di

Provinsi Sulawesi Tenggara”. Salam dan Shalawat dihaturkan kepada Nabi

Muhammad SAW, sang pencerah yang menuntun ummatnya dari alam yang gelap

gulita menuju alam yang terang benderang dengan segala ilmu dan ajarannya.

Penulisan proposal ini merupakan tugas tengah semesater untuk mencapai

nilai tengah semester matakuliah Metodelogi Penelitian Kuantitatif pada Jurusan

Ilmu Ekonomi studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Halu Oleo, untuk memberikan pengalaman kepada penulis dalam meneliti dan

menyusun karya ilmiah berupa Proposal. Penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dalam Proposal ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta

saran yang membangun dari seluruh pihak untuk membantu dan memotivasi

penulis agar lebih baik di masa yang akan datang.

Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyadari masih adanya kekurangan

karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimilki penulis.

Namun dengan keterbatasan penulisan proposal ini dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak yang memerlukan.

Kendari, 17 Oktober 2018

Penulis
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................4

1.1....................................................................................................Latar Belakang 4
1.2...............................................................................................Rumusan Masalah 9
1.3................................................................................................Tujuan Penelitian 9
1.4..............................................................................................Manfaat Penelitian 9
1.5...................................................................................................Ruang Lingkup
.......................................................................................................................10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................11

2.1..........................................................................................Teori Basis Ekonomi


.......................................................................................................................11
2.2........................................................Teori dan Konsep Keunggulan Komparatif
.......................................................................................................................11
2.3.........................................................Teori dan Konsep Keunggulan Kompetitif
.......................................................................................................................25
2.4....................................................................Teori dan Konsep Ketenagakerjaan
.......................................................................................................................28

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN..............................................................35

3.1...................................................................................................Jenis Penelitian
.......................................................................................................................35
3.2........................................................................................Jenis dan Sumber Data
.......................................................................................................................35
3.3.................................................................................Metode Pengumpulan Data
.......................................................................................................................36
3

3.4.................................................................................Prosedur Pengelolaan Data


.......................................................................................................................36
3.5.......................................................................................................Analisis Data
.......................................................................................................................37
3.6............................................................................Devinisi Operasional Variabel
.......................................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA
4

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah PDRB SULTRA Sektor Ekonomi (juta) Atas Dasar Harga

Berlaku Tahun 2011-2014............................................................................6

Tabel 1.2 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan (jiwa) SULTRA

Tahun 2011 – 2014.................................................................................................7


5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor unggulan merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi

terbesar dalam PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan berpengaruh

positif jika dikembangkan dengan sektor-sektor unggulan yang lain atau

terhadap perekonomian daerah secara umum. Sektor unggulan merupakan

jenis lapangan usaha yang berpotensi untuk dikembangkan dalam

menciptakan kesejahteraan. Masing-masing pemerintah daerah diasumsikan

mengenal secara baik seluruh potensi ekonomi yang tersedia di daerahnya.

Setelah mengetahui potensi yang ada, agenda selanjutnya adalah menentukan

skala prioritas unggulan, secara sektoral bahkan sampai ke level manfaat.

Arah perencanaan pembangunan, alokasi sumberdaya, tata ruang wilayah, dan

lain-lainnya sejauh ini mungkin dapat mendukung pengembangan sektor

unggulan. Termasuk bagaimana memasarkan dan mempromosikan sektor

tersebut, sehingga diketahui dan menarik minat pihak luar (investor) untuk

turut serta dalam pengembangannya suatu wilayah. (Limbong, 2009)

Selanjutnya pembangunan ekonomi berkaitan dengan pendapatan

perkapita dan pendapatan nasional. Pendapatan perkapita yaitu pendapatan

rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan

nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang di ciptakan dalam suatu

perekonomian di dalam suatu perekonomian dimasa satu tahun. Pertambahan

pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari masa kemasa dapat di


6

gunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga

perkembangan tingkat kesejahtraan masyrakat suatu daerah (Suryana, 2000).

Pembangunan ekonomi dapat tercermin dari timbulnya perbaikan dalam

kesejahteraan ekonomi masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat dicapai

jika pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan cukup tinggi, akan tetapi jika

pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan oleh suatu bangsa atau Negara itu

rendah maka akan memperlambat penyediaan berbagai sarana laju

pembangunan ekonomi itu sendiri. Menurut Jhingan, (2004) bahwa

pertumbuhan ekonomi modern dapat diartikan sebagai kenaikan tajam dalam

produk perkapita dan dalam jumlah penduduk. Pertumbuhan ekonomi yang

pesat mendorong dan prasarana perekonomian yang dibutuhkan untuk

mempercepat pembangunan ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi

merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Tabel 1.1. Jumlah PDRB SULTRA Sektor Ekonomi (juta) Atas Dasar

Harga Berlaku Tahun 2011-2014

PDRB 2011 2012 2013 2014

Primer Pertanian 9.41418 10.23458 11.17059 12.17887

Pertambangan 1.39127 1.94832 2.83845 3.16127

Industri 2.02606 2.21759 2.32680 2.49512

Sekunder Listrik,Gas,& Air 26256 29636 35994 43962

Kontruksi 2.34417 2.74211 3.21692 3.63070

Tersier Pedagang 5.14182 5.96373 6.98544 8.05416


7

Transportasi &
2.63652 2.95008 3.28785 3.60303
komunikasi

Keuangan 1.56923 1.90573 2.18399 2.54640

Jasa-Jasa 3.58577 3.85456 4.23076 4.66403

Sumber : BPS SULTRA ( DalamAngka2014 )

Tabel1.1.menunjukan bahwa daritahun 2011 sampai dengan tahun 2014

masih tetap didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari

peranan sektor pertanian terhadap PDRB Sulawesi Tenggara atas dasar

harga berlaku, serta untuk sektor ekonomi yang lain dari tahun 2011-2014

selalu mengalami peningkatan. Sulawesi Tenggara adalah salah satu

provinsi di Indonesia yang memiliki karateristik struktur penyerapan

tenaga kerja yang identik dengan Provinsi yang lain di pulau Sulawesi.

Sektor pertanian masih merupakan sektor yang mempunyai peranan

terbesar terhadap penyerapan tenaga kerja dan PDRB di Provinsi

Sulawesi Tenggara. Hal ini dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 1.2. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan

(jiwa) SULTRA Tahun 2011 - 2014

TenagaKerja 2011 2012 2013 2014

Primer Pertanian 467 200 394 225 402 377 442 178

Sekunder Pertambangan 38 159 31 608 29 818 26 241

Industri 51 782 63 469 55 217 53 423


8

Listrik,Gas,& Air 1 901 1 983 2 533 2 546

Kontruksi 54 277 62 430 53 269 61 169

Pedagang 169 917 180 974 176 665 193 476

Transportasi &

komunikasi 54 418 47 715 47 501 45 597


Tersier

Keuangan 11 538 11 749 15 711 16 787

Jasa-Jasa 175 356 176 526 185 858 195 932

Sumber : BPS SULTRA ( DalamAngka2014 )

Dengan melihat perkembangan masing-masing sektor unggulan dalam

memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Tenggara

yang mengalami pasang surut, diperlukan pengkajian terhadap

pertumbuhan dan kontribusi terhadap sektor–sektor ekonomi serta

pengkajian terhadap sektor unggulan yang dapat dikembangkan dalam

rangka pengembangan ekonomi di Sulawesi Tenggara.

Dengan mengetahui dan memahami kinerja sektor unggulan dalam

pembangunan maka pemerintah dapat memutuskan serangkaian

kebijakan pembangunan, khususnya yang terkait dengan ketersediaan

kesempatan kerja yang luas di sektor unggulan. Karena dengan

pengembangan sektor unggulan maka sektor yang memiliki prospek


9

tersebut dapat dijadikan tulang punggung atau andalan sebagai modal

dasar dalam rangka pembangunan perekonomian khususnya dalam

merangsang terciptanya kesempatan kerja, guna meningkatkan tingkat

kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Tenggara di masa yang akan

datang.

Di era ekonomi saat ini, pembangunan ekonomi local mesti

dijalankan di atas basis potensi lokal pula. Model sentralisme yang

berkecenderungan menafsirkan kondisi riil daerah, saatnya untuk direvisi.

Dalam konteks ekonomi berbasis potensi local ini, penentuan sektor

unggulan sebagai prioritas patut dipertimbangkan. Bahkan, kalaupun

sudah mengetahui potensi yang ada, agenda selanjutnya adalah mestinya

menentukan skala prioritas unggulan, secara sektoral bahkan sampai level

manfaat. Arah perencanaan pembangunan lokal, alokasi sumberdaya, tata

ruang wilayah, dan lain lainnya sejauh mungkin mendukung

pengembangan sektor unggulan ini. Termasuk bagaimana mengarahkan

sektor–sektor unggulan tesebut agar dapat menciptakan kesempatan atau

peluang kerja sehingga dapat menampung tenaga kerja atau bahkan

memasarkan sektor tersebut sehingga diketahui dan menarik minat pihak

luar (investor) untuk turut serta dalam pengembangannya (Robert, harian

bisnis Indonesia).

Berdasarkan uraian di atas tentang kondisi yang terjadi di Sulawesi

Tenggara terutama peranan sektoral dalam PDRB membuat saya tertarik

dalam melakukan penelitian dengan judul “Analisis Sektor Unggulan

Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Sulawesi Tenggara’’


10

1.2 RumusanMasalah

Adapun rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah:

1.2.1 Sektor Apa yang menjadi sektor unggulan di provinsi Sulawesi

tenggara?

1.2.2 Sektor unggulan manakah yang menyerap tenaga kerja paling besar di

provinsi Sulawesi tenggara ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah maka penelitian

ini bertujuan untuk :

1.3.1 Menganalisis sektor apa yang menjadi sektor unggulan di provinsi

Sulawesi tenggara

1.3.2 Menganalis sektor unggulan dalam penyerapan tenaga kerja di provinsi

Sulawesi tenggara

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti, kegiatan penelitian ini merupakan langkah awal dari

penerapan dan pengamalan ilmu pengetahuan serta sebagai pengalaman

yang bisa dijadikan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut di

masa yang akan datang.

1.4.2 Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi pembanding bagi penelitian

selanjutnya dalam rangka memperkaya khasanah penelitian yang sudah

ada, sekaligus sebagai informasi bagi masyarakat dan para investor

yang akan menanamkan modalnya di Provinsi Sulawesi Tenggara.


11

1.5 Ruang Lingkup

Berdasarkan dari rumusan masalah dan tujuan penelitian ini agar lebih

terarah maka yang menjadi ruang lingkup saya adalah sektor unggulan dan

tenaga kerja, dengan adanya sektor unggulan dan tenaga kerja, agar kita

mengetahui sektor mana yang menjadi sektor ungggulan,dan mengetahui

sektor mana yang lebih banyak menyerap tenaga kerja khususnya di Provinsi

Sulawesi Tenggara.
12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu utama

pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan

permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-

industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan

bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan

penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999).

Perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu kegiatan-

kegiatan basis dan kegiatan-kegiatan bukan basis.Kegiatan-kegiatan basis

adalah kegiatan-kegiatan yang mengekspor barang-barang atau jasa-jasa ke

tempat di luar batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atau

yang memasarkan barang-barang atau jasa-jasa mereka kepada orang-orang di

luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.Kegiatan-

kegiatan bukan basis adalah kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang-

barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam

batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan

ini tidak mengekspor barang-barang, jadi luas lingkup produksi mereka dan

daerah pasar mereka yang terutama adalah bersifat lokal ( Glasson, 1977 ).

Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk mengidentifikasikan

apakah suatu sektor atau sub sektor ekonomi tergolong kategori basis atau non
13

basis adalah dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ), yaitu

dengan membandingkan antara pangsa relatif pendapatan (tenaga kerja) sektor

i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan total wilayah dengan pangsa

relatif pendapatan sektor i pada tingkat nasional terhadap pendapatan total

nasional. Apabila nilai LQ suatu sektor ekonomi≥1 maka sektor ekonomi

tersebut merupakan sektor basis dalam perekonomian daerah yang

bersangkutan, sedangkan bila nilai LQ suatu sektor atau sub sektor ekonomi <

1 maka sektor atau sub sektor ekonomi tersebut merupakan sektor nonbasis

dalam perekonomian daerah yang bersangkutan.

logika dasar LQ adalah teori basis ekonomi yang intinya adalah karena

industri basis menghasilkan barangbarang dan jasa untuk pasar di daerah

maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan

menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Selanjutnya, adanya arus

pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi

(consumption, C) dan investasi (investment, I) di daerah tersebut. Hal terebut

selanjutnya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja

baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hannya menaikkan permintaan

terhadap industri basis, tetapi juga menaikkan permintaan akan industri non

basis (lokal).

Kenaikan permintaan (demand) ini akan mendorong kenaikan investasi

pada industri yang bersangkutan dan juga industri lain(Robinson

Tarigan,2005). Metode Location Quotient (LQ) merupakan perbandingan

antara pangsa relative pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah

terhadap pendapatan (tenaga kerja) total wilayah dengan pangsa relatif


14

pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat nasional terhadap

pendapatan (tenaga kerja) nasional. Hal tersebut secara matematis dapat

dinyatakan sebagai berikut:

vi/ vt
LQi=
Vi /Vt

Dimana : vi= pendapatan sektor i pada tingkat wilayah

vt = pendapatan total wilayah

Vi = pendapatan sektor i pada tingkat

nasional

Vt = pendapatan total nasional

Apabila LQ suatu sektor (industri) ≥ 1 maka sektor (industri) tersebut

merupakan sektor basis.Sedangkan bila nilai LQ suatu sektor (industri) <1

maka sektor (industri tersebut) merupakan sektor non-basis. Asumsi model LQ

ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan mempunyai pola

permintaan wilayah yang sama dengan pola permintaan nasional. Asumsi

lainnya adalah bahwa permintaan wilayah akan sesuatu barang akan dipenuhi

terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah

lain.

Teknik LQ mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu

daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah

itu dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional

atau nasional. Teknik LQ dapat dibedakan menjadi dua yaitu LQ statis (static

Location Quotient, SLQ) dan LQ dinamis (Dynamic Location Quotient, DLQ),

teknik LQ ini membantu untuk menentukan kapasitas ekspor perekonomian


15

daerah dan derajat suatu sektor. Dalam metode ini kegiatan ekonomi suatu

daerah dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah sendiri maupun di luar

daerah. Industri ini dinamakan industri basis

b. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah sendiri. Industri ini

dinamakan industri non basis atau industri lokal.

Kelemahan dari metode LQ adalah bahwa kriteria ini bersifat statis karena

hanya memberikan gambaran pada satu titik waktu. Artinya bahwa sektor basis

(unggulan) tahun ini belum tentu akan menjadi unggulan pada masa yang akan

datang, sebaliknya sektor yang belum menjadi basis pada saat ini mungkin

akan unggul pada masa yang akan datang.

Untuk mengatasi kelemahan LQ sehingga dapat diketahui reposisi atau

perubahan sektoral digunakan analisis varians dari LQ yang disebut

DLQ(Dinamic Location Quotient) yaitu dengan mengintroduksikan laju

pertumbuhan dengan asumsi bahwa setiap nilai tambah sektoral ataupun PDRB

mempunyai rata-rata laju pertumbuhan pertahun sendiri-sendiri selama kurun

waktu tahun awal dan tahun berjarak.

Prinsip DLQ sebenarnya masih sama dengan LQ, hanya untuk

mengintroduksikan laju pertumbuhan digunakan asumsi bahwa nilai tambah

sektoral maupun PDRB mempunyai rata-rata laju pertumbuhan sendiri-sendiri

selama kurun waktu antara tahun (0) dan tahun (t). Notasi gin dan Gi

digunakan untuk menyatakan laju pertumbuhan sektor i di daerah n dan

nasional. Maka persamaan DLQ yang terbentuk adalah :


16

[(1+ gin)/(1+ gn)]


DLQ=
Gi G

Tafsiran atas DLQ sebenarnya masih sama dengan LQ, kecuali

perbandingan ini lebih menekankan pada laju pertumbuhan. Jika DLQ = 1,

berarti laju pertumbuhan sektor I terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah n

sebanding dengan laju pertumbuhan sektor tersebut terhadap PDB nasional.

Jika DLQ < 1, artinya proporsi laju pertumbuhan sektor I terhadap laju

pertumbuhan PDRB daerah n lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan

sektor tersebut terhadap PDB nasional.Sebaliknya, jika DLQ > 1, berarti

proporsi laju pertumbuhan sektor i terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah n

lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut terhadap PDB

nasional. Pada masa depan, kalau keadaan masih tetap sebagaimana adanya

saat ini, maka dapat diharapkan bahwa sektor ini unggul pada masa mendatang

(Robinson Tarigan,2005).

2.2. Teori dan Konsep Keunggulan Komparatif

Yang dimaksud dengan keunggulan adalah kelebihan yang melekat pada

suatu komoditi yang dihasilkan suatu negara dibandingkan dengan komoditi

serupa yang diproduksi di negara lain. Ada beberapa faktor yang dapat

menjadikan suatu komoditi mempunyai keunggulan tertentu yaitu :

1. Faktor Alam

Letak geografis suatu negara, kandungan alam, dan keindahan alam

dapat menjadi sebab terciptanya keunggulan tertentu bagi suatu


17

komoditi.Semua jenis keunggulan yang berkaitan dengan faktor alam ini

disebut keunggulan mutlak atau absolute advantage.

2. Faktor Biaya Produksi

Manajemen produksi yang baik dapat menekan biaya produksi suatu

komoditi. Manajemen produksi nasional yang baik akan melahirkan apa

yang lazim (disebut sebagai keunggulan komparatif atau comparative

advantage. Manajemen produksi suatu perusahaan yang baik akan

melahirkan peningkatan daya saing komoditi di pasar internasional.

3. Faktor Teknologi

Teknologi yang dipakai dalam produksi menentukan antara lain tingkat

kapasitas produksi suatu komoditi. Yang dimaksud dengan tingkat

kapasitas produksi adalah perbandingan jumlah unit produksi yang

dihasilkan oleh dua jenis alai produksi yang dipakai dalam memproduksi

suatu komoditi yang serupa. diukur dalam jangka waktu tertentu.

Keunggulan yang bersumber dari perbedaan teknologi ini disebut

keunggulan teknologi.

Prinsip keunggulan komparatif merupakan salah satu gagasan dalam

ilmu ekonomi yang lahir untuk kemudian menjadi landasan oleh berbagai

teori perdagangan internasional. Teori perdagangan internasional Yang

mengacu pada prinsip keunggulan komparatif mencoba menjelaskan

faktor-faktor yang mempengaruhi pola perdagangan antara negara yang

menyangkut dua aspek. Pertama, aspek normatif, yaitu usaha untuk

mencapai pola perdagangan dan produksi yang optimal dipandang dari

sudut masing-masing negara maupun dunia secara keseluruhan, clan yang


18

kedua, aspek positif yang menyangkut pertanyaan mengenai pola

perdagangan dan produksi yang akan terjadi bila dibuka perdagangan

antara negara dengan kondisi pasar tertentu.

Pada dasarnya konsepnya keunggulan komparatif merupakan cara

yang dapat menolong kita untuk memahami bagaimana perbedaan diantara

negara-negara (daerah-daerah) menimbulkan perdagangan dan mengapa

perdagangan ini saling menguntungkan. Dalam teori ekonomi, keunggulan

komparatif mempunyai peran dalam proses realokasi sumber-sumber,

dimana hubungan berdasarkan perbandingan biaya dapat diperkirakan

dalam menentukan sampai tingkat tertentu pola spesialisasi internasional.

Dalam perdagangan yang didasarkan pada keunggulan komparatif ini

mekanisme pasar diharapkan dapat berjalan efektif, sehingga pengendoran

dari pembatasan-pembatasan dalam perdagangan akan mendorong

realokasi sumber- sumber, kearah struktur produksi dan perdagangan yang

lebih baik, yang didasarkan pada keunggulan komparatif. Pada dasarnya

keunggulan komparatif adalah usaha untuk memaksimalkan pendapatan

suatu negara/daerah melalui spesialisasi komoditi-komoditi lain. Jenis

komoditas mana yang seharusnya diutamakan produksinya oleh suatu

perekonomian.

Ricardo, merupakan orang pertama yang menjabarkan keunggulan

komparatif dalam suatu kerangka teori.Disusul oleh Heckscher dan Ohlin

dengan faktor produksinya, teori keunggulan ini selanjutnya terus

berkembang (Syafril Hadis, 1996). Pada mulanya teori perdagangan

internasional dikemukakan oleh Adam Smith (aliran klasik) yang


19

menyebutkan perdagangan internasional berdasarkan spesialisasi dan

opembagian kerja antar negara, akibatnya terdapat keuntungan absolut.

Menurut Adam Smith tiap negara tersebut menghasilkan salah satu saja

agar adanya spesialisasi dan pembagian kerja antar negara, dimana negara

A tetap memproduksi barang X karena biaya produksinya lebih murah

daripada biaya produksi barang X di negara B. Sebaliknya negara B

tetapmemproduksi barang Y karena biaya produksinya lebih murah

dibandingkan dengan negara A. Sehingga kedua negara tersebut sama-

sama untung, karena masing-masing mempunyai keuntungan absolut pada

satu jenis barang tertentu.

Dengan kata lain spesialisasi internasional yang dilakukan dimana

masing-masing akan berusaha untuk menekankan produksinya pada

barang-barang tertentu yang sesuai dengan keuntungan yang dimilikinya,

baik itu keuntungan alamiah ataupun keuntungan yang diperkembangkan.

Keuntungan alamiah adalah keuntungan yang diperoleh karena suatu

negara memiliki sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh negara lain,

baik dalam kualitas maupun dalam kuantitas.

Keuntungan yang diperkembangkan adalah keuntungan yang diperoleh

karena suatu Negara telah mampu mengembangkan kemampuan dan

keterampilan dalam menghasilkan produk- produk yang diperdagangkan

dimana belum dimiliki oleh Negara lain. Dengan demikian, masing-

masing Negara yang melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang

yang mempunyai keuntungan mutlak. Keuntungan mutllak diartikan

sebagai keuntungan yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja


20

yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang tersebut, Keuntungan ini

akan diperoleh apabila masing-masing negara mampu memproduksi

barang-barang tertentu dengan jam/hari yang lebih sedikit dibandingkan

dengan seandainya barang-barang itu dapat dibuat oleh negara lain.

Spesialisasi menurut Smith, juga memungkinkan terjadi pertukaran

barang-barang yang diproduksikan secara berlebihan (surplus) dengan

barang-barang lain yang dibutuhkan.Spesialisasi dapat menyebabkan

produksi suatu barang melampaui jumlah yang diminta di dalam negeri.

Melalui perdagangan luar negeri surplus ini dapat ditukarkan dengan

barang lain yang dihasilkan oleh negara lain juga berada dalam keadaan

surplus, sehingga masing-masing negara dapat memperoleh keuntungan

karena bertambahnya macam barang-barang yang dapat di konsumsi.

Dari uraian tersebut diperoleh pokok-pokok pikiran dari teori Adam

Smith, yaitu:

a. Barang-barang yang akan diperdagangkan adalah adanya keuntungan

mutlak yang memberikan dasar untuk melakukan spesialisasi, dimana

argumentasi yang menunjang dasar spesialisasi adalah keuntungan

alamiah dan keuntungan yang diperkembangkan.

b. Untuk melakukan perdagangan internasionaladalah diperolehnya

manfaat perdagangan yang berbentuk keuntungan-keuntungan tertentu,

dimana argumentasi yang mendasari motivasi untuk melakukan

perdagangan adalah ongkos-ongkos produksi dan keuntungan harga

barang-barang.
21

c. Keadaan ekonomi negara-negara yang melakukan perdagangan adalah

melakukan spesialisasi untuk memperoleh manfaat perdagangan yang

optimal, dimana argumentasi dari spesialisasi adalah realokasi faktor-

faktor produksi melalui kekuatanpasar dan pembagian kerja

internasional.

d. Hasil dari pada perdagangan internasional adalah negara dan rakyat

menjadi lebih makmur,demikian pula seluruh dunia, dimana

argumentasi dari manfaat perdagangan meliputi lebih banyak barang-

barang dan konsumsi bertambah (kemakmuran negara naik).

Teori Adam Smith memang masih sangat sederhana. Smith tidak

mempersoalkan kemungkinan adanya negara-negara yang sama sekali

tidak memiliki keuntungan mutlak dalam produksi suatu barangpun

terhadap negara-negara lain. Demikian pula Smith tidak menjelaskan

berapa besar dasar tukar yang akan terjadi seandainya negara-negara itu

jadi melakukan perdagangan internasional. Serta berapa besamya manfaat

yang akan diperoleh masing-masing Negara dari perdagangan tersebut.

Dari kelemahan-kelemahan inilah akhirnya muncul perbaikan-

perbaikan yang datang dari beberapa ahli seperti Ricardo dan Mill.

Kaum klasik yang diwakili oleh David Ricardo dengan sebagai

pelopor dalam teori perdagangan internasional yang mengacu pada prinsif

keunggulan komparatif. Teori yang dikenal dengan nama The Ricardo

Model ini menyatakan bahwa keunggulan komparatif merupakan akibat

dari perbedaan internasional dalam tingkat produktivitas tenaga kerja.

Perbedaan dalam produktivitas tenaga kerja dalam memproduksi dan jenis


22

barang akan mendorong perdagangan dan spesialisasi dalam produksi

diantara negara-negara.

Ricardo memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam analisa Adam

Smith dengan membedakan dua keadaan, yaitu pertama, didalam negeri

perdagangan akan dijalankan atas dasar ongkos tenaga kerja saja. Hal ini

menurut Ricardo disebabkan karena adanya persaingan bebas dan

kebebasan bergerak faktor-faktor produksi tenaga kerja dan modal. Jadi

kalau disuatu tempat harga barang berbeda diatas ongkos tenaga kerja

yang dibutuhkan untuk membuat barang itu, jadi produsen barang

ditempat itu memperoleh laba yang cukup besar, persaingan akan

mendorong mengalirnya faktor-faktor produksi ketempat tersebut dan

mengakibatkan bertambahnya persaingan dalam produksi dan penjualan

barang itu, sehingga harga dipaksa turun dan selaras kembali dengan

ongkos tenaga kerjanya.

Dengan demikian untuk perdagangan dalam negeri berlaku prinsip

keuntungan/ongkos mutlak. Masing-masing tempat akan melakukan

spesialisasi dalam produksi barang-barang tertentu yang mempunyai

tenaga kerja ongkos tenag kerja yang lebih kecil dibandingkan dengan

tempat-tempat lain dan menukarkannya dengan barang-barang yang

dihasilkan oleh tempat tempat lain tersebut. Kedua, perdagangan luar

negeri, dilain pihak, tidak mungkin dilakukan atas dasar

keuntungan/ongkos mutlak, menurut Ricardo aturan yang sama mengatur

nilai relatif komoditi-komoditi dalam suatu negara tidaklah mengatur nilai

relatif komoditi-komoditi yang dipertukarkan antara dua negara atau lebih.


23

Perbedaan ini timbul karena faktor-faktor produksi tidak dapat

bergerak bebas antar negara. Dengan demikian barang-barang yang

dihasilkan suatu negara akan ditukarkan dengan barang-barang lain dari

negara lain walaupun ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

membuat barang-barang tersebut berlainan. Didalam negeri sebuah barang

X akan ditukarkan dengan sebuah barang Y apabila ongkos tenaga

kerjanya sama, sedang sebuah barang X akan ditukarkan dengan dua buah

barang Y apabila ongkos tenaga kerja barang N dua kali lipat barang Y.

Dengan demikian dasar tukar dalam negeri ditentukan oleh ongkos tenaga

kerja barang-barang tersebut. Dalam perdagangan internasional, dasar

tukar ditentukan oleh ongkos komparatif. Menurut teori ongkos

komparatif masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi

dan mengekspor barang-barang yang diproduksinya yang memiliki

keunggulan komparatif.

Teori keunggulan komparatif yang di kemukakan oleh Ricardo

mencoba melihat keuntungan atau kerugian dalam perbandingan relative.

Teori ini berlandaskan pada asumsi

a. Labor Theory Of Value, yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan

oleh jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan

barang tersebut, dimana nilai barang yang ditukar seimbang dengan

jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk memproduksinya.

b. Perdagangan internasional dilihat sebagai pertukaran barang dengan

barang.
24

c. Tidak diperhitungkan biaya dari pengangkutan dan lain-lain dalam hal

pemasaran.

d. Produksi dijalankan dengan biaya tetap, hal ini berarti skala produksi

tidak berpengaruh.

Faktor produksi sama sekali tidak mobile antar negara. Oleh karena itu

.suatu negaraakan melakukan spesialiasi dalam produksi barang-barang

dan mengekspornya bila mana negara tersebut mempunyai keuntungan

dan mengimpor barang-barang yang dibutuhkan jika mempunyai kerugian

dalam memproduksi.

Teori klasik nampaknya mampu memberikan dasar serta perjalanan

bagi kelangsungan jalannya perdagangan dunia.Hal itu terlihat dari usaha

masing-masing negara yang ikut didalamnya untuk melakukan spesialisasi

dalam produksi, serta berusaha mengekspor, barang-barang yang paling

sesuai/menguntungkan bagi mereka.Negara tropik berusaha untuk

menspesialisasikan diri mereka dalam produksi serta berusaha

mengekspor, barang - barang industri.Atas dasar inilah H-O

mengemukakan konsepnya, Bahwa perdagangan internasional/ antar

negara tidak banyak berbeda dan hanya merupakan kelanjutan dari

perdagangan antar daerah. Perbedaan pokoknya terletak pada masalah

jarak, Dan bahwa barang-barang , yang diperdagangkan antar negara

tidaklah didasarkan atas dasar proporsi serta intensitas faktor-faktor

produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang itu.

Atas dasar itulah Ohlin menyebut teorinya teori proporsi faktor-faktor

produksi. Teori ini berasal dari ahli ekonomi swedia, Eli Heckscher dan
25

Bertil Ohlin, yang dikenal dengan nama The Heckscher Ohlin Theory.

clan merupakan salah satu teori yang paling berpengaruh di dalam

ekonomi internasional. Menurut Ohlin, masing-masing negara memiliki

faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal) dalam perbandingan

yang berbeda-beda, sedang untuk menghasilkan suatu barang tertentu

diperlukan kombinasi faktor-faktor produksi yangtertentu pula. Jadi untuk

menghasilkan sesuatu barang macam barang tertentu fungsi produksinya

dimanapun juga sama, namun proporsi masing-masing faktor produksi

dapatlah berlainan (karena adanya kemungkinan penggantian/subtitusi

faktor yang satu dengan faktor yang lainnya dalam batas-batas tertentu).

Dengan demikian Ohlin menjelaskan bahwa perbedaan harga yang terjadi

untuk barang yang sama diantara dua/ lebih negara disebabkan karena

perbedaan dalam proporsi serta intensitas faktor-faktor yang digunakan

untuk menghasilkan barang tersebut.

2.3. Teori dan Konsep Keunggulan Kompetitif

Keunggulan kompetitif adalah kemampuan suatu komoditi yang

memasuki pasar Luar Negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam

pasar itu.Daya saing suatu komoditi dapat diukur atas dasar perbandingan

Pangsa Pasar komoditi itu pada kondisi pasar yang tetap. Salah satu upaya

dalam meningkatkan daya saing komoditi Indonesia di pasar dunia, pada taraf

pertama dilakukan penyeragaman mutu, yang dilanjutkan dengan pembakuan

mutu (Standardisasi) dan kemudian secara selektif diadakan Standardisasi

Mutu Khusus Komoditi Ekspor. Sebagaimana diketahui, sejak akhir tahun

1960-an Pemerintah secara intensif telah melakukan penyeragaman dan


26

pembakuan mutu komoditi Indonesia secara sektoral yang dilakukan oleh

masing-masing Departemen Teknis.

Tingkat daya saing suatu negara di kancah perdagangan internasional,

pada dasarnya amat ditentukan oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor keunggulan komparatif (comparative advantage)

2. Faktor keunggulan kompetitif (competitive advantage)

Lebih lanjut, faktor keunggulan komparatif dapat dianggap sebagai faktor

yang bersifat alamiah dan faktor keunggulan kompetitif dianggap sebagai

faktor yang bersifat acquired atau dapat dikembangkan/ diciptakan

(Tambunan, 2001).

Selain dua faktor tersebut, tingkat daya saing suatu negara

sesungguhnya juga dipengaruhi oleh apa yang disebut Sustainable

Competitive Advantage (SCA) atau keunggulan kompetitif berkelanjutan. Ini

terutama menghadapi tingkat persaingan global yang sedemikian lama

menjadi sedemikian ketat/keras atau Hyper Competitive. Menurut

(Tambunan, 2001). Daya saing ditentukan oleh beberapa faktor, antara

lain:

a. Faktor Langsung

1. Mutu Komoditi
27

Mutu komoditi ditentukan antara lain oleh Design atau bentuk dari

komoditi bersangkutan, atau Spesifikasi Teknis dari komoditi tertentu.

Function atau kegunaan komoditi tersebut bagi konsumen.Durability,

atau daya tahan dalam pemakaian.Pada dasarnya mutu komoditi

ditentukan oleh komposisi antara nilai seni (art) dengan nilai teknis,

serta selera pemakai.

2. Biaya Produksi dan Penentuan Harga Jual

Harga jual pada umumnya ditentukan salah satu dari pilihan sebagai

berikut :

Biaya produksi ditambah mark-up (margin keuntungan)

Disesuaikan dengan tingkat harga pasar yang sedang berlaku (current

market price) Harga dumping (Plus/minus subsidy)

3. Ketepatan Waktu Penyerahan (Delivery Time)

4. Intensitas Promosi

5. Penentuan Saluran Pemasaran (Marketing Channel)

6. Layanan Puma Jual (After Sales Service)

b. Faktor Tidak Langsung

1. Kondisi Sarana Pendukung Ekspor, seperti

 Fasilitas perbankan

 Fasilitas transportasi

 Fasilitas birokrasi pemerintahan

 Fasilitas surveyor

 Fasilitas bea cukai, dll.


28

2. Incentive atau Subsidi Pemerintah untuk Ekspor

3. Kendala Tarif dan Nontarif

4. Tingkat Efisiensi dan Disiplin Nasional

5. Kondisi Ekonomi Global, seperti :

 Resesi dunia

 Proteksionisme

 Restrukturisasi perusahaan (modernisasi)

 Re-groupage global (kerjasama ekonomi global)

Daya saing ekspor dapat ditingkatkan dengan cara antara lain :

1. Melakukan evaluasi dan perbaikan dari semua faktor daya saing

secara berkesinambungan baik faktor langsung maupun faktor tidak langsung.

2. Melakukan penelitian dan pengembangan teknologi sendiri,

disamping intensifikasi alih teknologi.

2.4. Teori dan Konsep Ketenagakerjaan

Tenaga kerja menurut UU No.13 tahun 2003 adalah setiap orang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.Berdasarkan UU No.25

tahun,1997 tentang ketenagakerjaan yang di tetapkan tanggal 2 oktober 1998

telah ditentukan bahwa batasan minimal usia seorang tenaga kerja di

Indonesia adalah 10 tahun atau lebih.Namun Indonesia tidak menganut

batasan maksimal usia tenag kerja karena Indonesia belum mempunyai

jaminan social yang memadai. Sedangkan BPS membagi tenaga kerja dalam

tiga kelompok yaitu :


29

a. Tenaga kerja belum bekerja atau sementara tidak bekerja adalah tenaga

kerja yang bekerja dengan jam kerja 0 ≥ 1 jam dalam seminggu.

Sedangkan menurut Payaman Simanjutak mengatakan bahwa tenaga

kerja atau manpower adalah: “Tenaga kerja yang mencakup penduduk

yang sudah atau sedang berkerja, yang sedang mencari kerja dan

mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir walaupun

sedang tidak bekerja dianggap secara fisik mampu dan sewaktu–waktu

dapat ikut bekerja.”

1. Tenaga kerja penuh adalah tenaga yang mempunyai jumlah jam

kerja ≥ 35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu sesuai

uraian tugas.

2. Tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran adalah

tenaga kerja dengan jam kerja < 35 jam dalam seminggu.

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja.

Batasan usia kerja berbeda –berbeda antara Negara satu dengan lain. batas

usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 15 tahun,

tanpa batas umum maksimum. Tenaga kerja dipilah pula kedalam dua

kelompok yaitu angkatan kerja ialah (laborforce) dan bukan angkatan

kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialahtenaga kerja atau penduduk

dalam usia yang bekerja, atau yang mempunyai pekerjaan namun untuk

sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Sedangakan

yang termasuk bukan angakatan kerja adalah tenagakerja atau penduduk

dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan tidak
30

sedang mencari pekerjaan. Secara praktis pengertian tenaga kerja atau

bukan tenaga kerja hanya dibedakan oleh batasan umur.

Pada tiap-tiap Negara mempuyai batasan-batasan umur tertentu bagi

setiap tenaga kerja. Tujuan dari penentuan batas umur ini adalah

supaya definisi yang diberikan dapat menggambarkan kenyataan yang

sebenarnya.Tiap Negara memilih batasan umur yang berbeda- beda karena

perbedaan situasi tenaga kerja dimasing-masing Negara yang berbeda.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan Bahwa tenaga kerja

di Indonesia adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang ikut

berpartisipasi dalam proses produksi untuk Menghasilkan barang dan jasa

guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Selanjutnya, angkatan kerja

dibedakan pula menjadi dua yaitu kelompok pekerja dan penganggur.

Pekerja adalah Orang–orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup

orang yang Mempunya pekerjaan, dan memang sedang bekerkja, serta

orang yang Mempuyai pekerjaan namun untuk sementara waktu

Kebetulan sedang tida bekerja. Adapun yang dimaksud penganggur

adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang

tidak bekerja Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan

pertumbuhan Lapangan kerja relative lambat menyebabkan masalah

pengangguran di Negara sedang Berkembang menjadi semakin serius.

Tingkat Pengangguran terbuka diperkotaan hanya menunjukkan aspek-

aspek yang tampak saja dari masalah kesempatan kerja di Negara sedang

berkembang yang bagaikan ujung sebuah gunung es.


31

Tenaga yang tidak bekerja secara penuh mempunyai berbagai bentuk

dan Underemployment di Negara sedang berkembang sangat jarang. Hasil

Studi ditunjukkan bahwa sekitar 30 persen dari penduduk perkotaan Di

Negara sedang berkembang bisa tidak bekerja secara penuh. Untuk itu

dalam mengurangi masalah ketenagakerjaan yang dihadapi Negara sedang

berkembang perlu adanya solusi yaitu, memberikan upah yang memadai

dan menyediakan kesempatan– kesempatan kerja kelompok orang miskin.

Oleh karena itu, peningkatan kesempatan kerja merupakan unsur yang

paling esensial dalam setiap strategi pembangunan yang menitik beratkan

kepada penghapusan.( Soebroto, 1996 ).

2.4.1 Permintaan Tenaga Kerja

Menurut payaman simanjutak, dasar yang perlu digunakan oleh

pengusaha untuk manambah dan mengurangi jumlah karyawan adalah

pengusaha perlu memperkirakan tambahan hasil (output) yang di

peroleh pengusaha sehubungan dengan penambahan jumlah kuantitas

pekerja yang maksimum akan dipekerjakan oleh majikan pada kurun

waktu tertentu.

2.4.2. Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja merupakan fungsi dari upah sehingga

jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan dipengaruhi oleh tingkat

upah terutama untuk jenis jabatan yang sifatnya khusus. Penawaran

tenaga kerja adalah suatu hubungan antara tingkat upah dengan

jumlah tenaga kerja yang tersedia. Menurut payaman simanjutak,

analisa penyediaan tenaga kerja berdasarkan keluarga.Besarnya


32

waktu yang disediakan atau dialokasikan oleh suatu keluarga

untuk keperluan bekerja merupakan fungsi dari upah. Penawaran

tenaga kerja jika dilihat dengan pendekatan secara makro

ekonomi maka penawaran tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah

penduduk, angkatan kerja, tingkat upah, jenis kelamin, tempat

tinggal atau wilayah, tingkat pendidikan. Sedangkan dengan

pendekatan mikro ekonomi, sisi dari penawaran tenaga kerja yang

dilihat adalah seberapa banyak jam kerja yang digunakan.

Dasar pemikiran yang digunakan dalam penawaran tenaga

kerja adalah “theory labour / leassure choice” adalah teori pilihan

orang untuk bekerja atau tidak bekerja dengan pendekatan yang

digunakan adalah pendektan indifferent curve. Terdapat dua jenis

sifat tenaga kerja yang ada dalam pasar kerja yaitu seorang

pekerja keras (workaholic) yaitu seorang tenaga kerja yang mau

menambah jam kerjanya sebanyak mungkin padahal jumlah

upah naik. Jenis kedua adalah seorang tenaga kerja yang tergolong

lateback person yaitu seorang tenaga kerja yang sedikit

menambah jam kerjanya padahal upahnya telah naik.

(Simanjuntak, Payaman,J.,1990)

2.4.3. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja adalah jumlah yang menunjukkan beberapa orang

yang telah atau dapat tertampung dalam suatu perusahaan. Kesempatan

kerjadapat di wujudkan dengan tersedianya lapangan kerja yang


33

memungkinkan dilaksanakannya bentuk aktivitas yang dinamakan

bekerja tersebut ( Payaman Simanjuntak,1990).

Kesempatan kerja merupakan lapangan kerja yang ada dari suatu

kegiatan ekonomi (produksi). Jadi kesempatan kerja termasuk lapangan

yang belum diduduki. Dengan kata lain kesempatan kerja

menggambarkan banyaknya orang yang dapat tertampug untuk bekerja

pada suatu perusahaan atau suatu instansi. Kesempatan kerja ini

menampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila jumlah

lapangan kerja yang tersedia memadai seimbang dengan jumlah tenaga

kerja tersedia. Perluasan kesempatan kerja sangat penting bukan saja

untuk mengurangi pengangguran atau peningkatan kemajuan

perekonomian nasional secara umum, tetapi juga merupakan salah satu

usaha membenahi dan mempertahankan ketahanan nasional indonsia.

Kesempatan kerja yang merupakan hubungan antara angkatan kerja

dengan penyerapan tenaga kerja, Kesempatan kerja juga berarti peluang

atau keadaan yang menunjjukkan tersedianya lapangan pekerjaan

sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses

produksi, dan memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian,

keterampilan, dan bakatnya masing- masing.

Kerangka Pikir

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara

Sektor Perekonomi Sulawesi Tenggara

SEKTOR

Pertambangan Pertambanga Industri

Listrik,Gas,dan Air Bersih Kontruksi Perdagangan

Transportasi Dan Komunikasi Keuangan Jasa-Jasa


34

Sektor Perekonomi Sektor Perekonomi


Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara
Sektor Perekonomi
Sulawesi Tenggara

Sektor Perekonomi
Sulawesi Tenggara

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif penelitian yang sifatnya

mengambarkan keseluruhan keadaan objek penelitian dari hasil analisis data

yang telah diolah terutama pada sektor unggulan dan tenaga kerja, sehingga

dapat ditarik kesimpulan yang bersifat umum dan dapat dipertanggung

jawabkan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1. Jenis Data

Jenis Data yang di gunakan pada penelitian adalah data sekunder,

data sekunder adalah data yang berasal dari berbagai sumber sekunder

yang relevan dengan obyek penelitian ini. Data tersebut meliputi


35

jumlah penduduk, data PDRB Sulawesi Tenggara, data PNB dan

lainnya.

3.2.2. Sumber Data

Sumber data berasal dari kantor BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

dan beberapa sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data ,yaitu dengan cara

mencatat berbagai data di beberapa literatur,seperti buku, jurnal, dan terbitan

–terbitan lain yang berkaitan dengan penelitian.

3.4. Prosedur Pengolahan Data

Proses pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan tingkatan

sebagai Berikut:

1. Pengelompokkan data, yaitu data yang diperoleh dikelompokkan

jenisnya

2. Tabulasi data, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara teratur

lalu di tabelkan.

3. Analisis data, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk kuantitatif,

kemudian dianalisis dengan menggunakan alat analisis yang telah

ditentukan.
36

4. Interprestasi, yaitu data yang telah diproses dalam bentuk kuantitatif

kemudian hasilnya dijelaskan dalam kalimat dan dapat ditarik

kesimpulan.

3.5. Analisis Data

Location Quotient ( LQ)

Untuk menganalisis sektor unggulan dan penyerapan tenaga kerja di

Provinsi Sulawesi Tenggara digunakan Metode Location Quotient

( Robinson,2005 dan Sugeng,2001). Analisis sektor unggulan dilakukan

dengan membandingkan besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah

terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Variabel yang di

gunakan adalah nilai tambah ( tingkat pendapatan), dengan menggunakan

rumus:

xi
PDRB
LQ=
XI
PNB

dimana : xi = Nilai tambah sektor i di suatu daerah

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto daerah tersebut

Xi = Nilai tambah sektor i secara nasional

PNB = Produk Nasional Bruto atau GNP

Interprestasi rumus (1) adalah sebagai berikut :


37

1. Apabila LQ> 1 artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih

dominan dari pada peranan sektor itu secara nasional.

2. Apabila LQ < 1 artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih kecil

dari pada peranan sektor itu secara nasional.

Analisis LQ penyerapan tenaga kerja dengan melakukan

membandingkan porsi lapangan. Kerja / nilai tambah di suatu daerah

dibandingkan dengan porsi lapangan kerja tambah untuk sektor yang sama

secara nasional. Diperlukan data lapangan kerja dengan menggunakan

rumus :

li
e
LQ=
LI
E

li= Banyaknya lapangan kerja sektor i diwilayah analisis

e = Banyaknya lapangan kerja di wilayah analisis.

Li = Banyaknya lapangan kerja sektor i secara nasional

E = Banyak lapangan kerja secara nasional

Interprestasi rumus (2) adalah sebagai berikut :

1. Apabila LQ > 1 berarti bahwa penyerapan tenaga kerja sektor i di

wilayah lebih besar di bandingkan dengan penyerapan tenaga lapangan

kerja untuk sektor yang sama secara nasional. Artinya sektor i di

wilayah kita melebihi porsi sektor i secara nasional.

2. Apabila LQ < 1 berarti bahwa penyerapan tenaga kerja sektor i di

wilayah lebih kecil di bandingkan dengan penyerapan tenaga kerja


38

untuk sektor yang sama secara nasional. Artinya penyerapan tenaga

kerja sektor i di wilayah kita kurang dari sektor i secara nasional.

3.

3.6. Devinisi Operasional Variabel

Untuk menghindari penafsiran yang keliru pada karya ilmiah ini maka

penulis memberikan definisi operasional sebagai berikut :

1. Sektor adalah seluruh sektor yang masuk dalam kontribusi PDRB di

prodak domestik Regional Bruto) dan penyerapan tenaga kerja di

Sulawesi Tenggara yaitu: Pertanian, Industri, Pengolahan, Bangunan,

Perdagangan, Pengangkutan, Keuangan dan Persewaan, jasa

Kemasyaratan, dan lainnya

2. Sektor unggulan adalah sektor yang mampu bersaing dengan sektor yang

lainnya selama periode tertentu yang dapat dilihat dari tingkat pendapatan

dan penyerapan tenaga kerja

3. Penyerapan Tenaga kerja yang yaitu seluruh tenaga kerja yang terserap

pada masing-masing sektor Sulawesi Tenggara dimana penyerapannya

berdasarkan jumlah lapangan kerja yang bekerja terdapat pada masing-

masing sektor.

4. PDRB (Prodak Domestik Regional Bruto) di Provinsi Sulawesi Tenggara

yaitu: total nilai uang dari semua barang dan jasa yang di produksi di

Provinsi Sulawesi Tenggara selama satu tahun.

5. PNB ( Produk Nasional Bruto ) atau GNP ( Gross Nasional Product) yaitu

jumlah nilai uang dari semua barang dan jasa yang di produksi Negara
39

Indonesia selama satu tahun ditambah pendapatan properti neto dari luar

negeri (bunga dan keuntungan).

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan


Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE, Yogyakarta.
40

Darmawansyah. 2003. Maksimalisasi Sektor Ekonomi Unggulan untuk


Menunjang Peningkatan Penerimaan Daerah: Kasus Kabupaten
Takalar.

Glasson, John. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan


Paul Sitohang. LPFEUI: Jakarta .Graha Ilmu.

Herisman, Beni. 2007. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi


Sektor-Sektor Kepulauan Sangihe. www.detiknes.com

Limbong, Daud Lebok. 2009. Analisis Sektor Ekonomi Unggulan


Kabupaten Tanah Toraja Tahun 1997 - 2006. Universitas Hasanuddin
Makassar.LP3S. Jakarta.

Mulyadi,S.2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia: Dalam


Perspektif

Pembangunan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nadira, St. 2012. Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan


Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Periode 2004-2009.
Universitas Hasanuddin Makassar.

Partadiredja, Ace. 1996. Perhitungan Pendapatan Nasional, LP3ES; Jakarta.


Penerbit FEUI.

Rahardjo, H. Adisasmita. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah.


Yogyakarta: Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2007-
2011, Kabupaten Richardson, Harry. 1997. Dasar-Dasar Ekonomi
Regional. Jakarta: Lembaga Robert Endi Jakarta 2007. www. Harian
Bisnis Indonesia news.com

Robinson Tarigan. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta:


PT Bumi Aksara
41

Samuel, Lando Sitorus. 2013. JURNAL; Analisis Sektor Basis dan Non-
Basis Kabupaten Kutai Barat. Samarinda: Universitas Mulawarman.

Simanjuntak J. Payaman. 1990. Pengantar Ekonomi Sumber Daya


Manusia.
Jakarta : LPFE- UI..
42

Anda mungkin juga menyukai