Anda di halaman 1dari 31

USULAN PENELITIAN SKRIPSI

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA


DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Disusun dan Diajukan Oleh:

NURUL HAQ ADHAN

A11116308

Kepada

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

1
2

USULAN PENELITIAN SKRIPSI

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA


DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Disusun dan diajukan oleh

NURUL HAQ ADHAN

A11116308

Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Makassar,15 Desember 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Fatmawati, SE., M.Si Dr. Sultan Suhab , SE., M.Si

NIP 19600516 199003 1 001 NIP 19740315 200312 1 002

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Dr. Sanusi Fattah, SE., M.Si.

NIP 19690413 199403 1 003

2
3

DAFTAR ISI

Halaman

USULAN PENELITIAN SKRIPSI.........................................................................1

USULAN PENELITIAN SKRIPSI.........................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................3

B A B I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6

2.1 Landasan Teoritis.................................................................................6

2.1.1 Konsep Tenaga Kerja....................................................................6

2.1.2 Penyerapan Tenaga Kerja.............................................................7

2.1.3 Upah Minimum...............................................................................9

2.1.4 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).................................10

2.1.5 PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri)..................................12

2.1.6 Tingkat Pendidikan......................................................................14

2.2 Hubungan Antar Variabel...................................................................15

2.2.1 Hubungan Upah dengan Penyerapan Tenaga Kerja.................15

2.2.2 Hubungan PDRB dengan Penyerapan Tenaga Kerja................15

3
4

2.2.3 Hubungan PMDN dengan Penyerapan Tenaga Kerja...............16

2.2.4 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penyerapan Tenaga

Kerja …………………………………………………………………………...16

2.3 Penelitian Terdahulu..........................................................................17

2.4 Kerangka konseptual penelitian........................................................18

2.5 Hipotesis penelitian............................................................................18

B A B III METODE PENELITIAN........................................................................20

3.1 Rancangan Penelitian........................................................................20

3.2 Lokasi Penelitian................................................................................21

3.3 Jenis dan Sumber Data......................................................................21

3.4 Teknik Pengumpulan Data.................................................................21

3.5 Model Analisis Data............................................................................21

3.5.1 Uji Determinasi (R²).....................................................................22

3.5.2 Uji t-statistik.................................................................................22

3.5.3 Uji F-statistik................................................................................23

3.6 Definisi Operasional...........................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyerapan Tenaga kerja adalah hal yang mendasar pada kehidupan

manusia, yang terdiri dari aspek sosial dan ekonomi. Karena penyerapan tenaga

kerja merupakan salah satu faktor pendukung pembangunan ekonomi yang

dilakukan oleh Negara berkembang yang bertujuan untuk menciptakan

pembangunan ekonomi yang merata. Kusumowindo (2001) mengartikan bahwa

tenaga kerja adalah jumlah semua penduduk dalam suatu negara yang dapat

memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja.

Masalah keternagakerjaan masih menjadi salah satu masalah yang belum

dapat diselesaikan. Hal tersebut diakibatkan karena jumlah penduduk dan jumlah

angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan semakin meningkat tetapi tidak

diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang memadai. Semakin tinggi angkatan

kerja memerlukan lapangan kerja yang cukup banyak, namun pada kenyataan

lapangan pekerjaan tidak selalu tersedia. Semakin bertambahnya jumlah

penduduk maka akan semakin banyak jumlah angkatan kerja yang ada, Maka

sumber daya manusia dan keterampilan yang baik menjadi modal utama bagi

angkatan kerja untuk memperoleh pekerjaan yang layak sedangkan orang yang

tidak mampu bersaing akan tersingkir dan menjadi pengangguran.

Perluasan penyerapan tenaga kerja juga diperlukan untuk mengimbangi

laju pertumbuhan penduduk usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja.

Ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan

lapangan kerja akan menyebabkan tingginya angka pengangguran. Kemudian,


2

meningkatnya angka pengangguran akan mengakibatkan pemborosan sumber

daya dan potensi angkatan kerja yang ada, meningkatnya beban masyarakat,

merupakan sumber utama kemiskinan dan mendorong terjadinya peningkatan

keresahan sosial, serta manghambat pembangunan ekonomi dalam jangka

panjang (Depnakertrans, 2004).

Hasil Sakernas 2018 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk

Kabupaten Kepulauan Selayar yang termasuk angkatan kerja yang bekerja

(98,12 persen), sedangkan yang menganggur sebesar 1,88 persen dari angkatan

kerja. Kemudian, penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja sebagian besar

adalah mengurus rumah tangga yaitu sebesar 63,08 persen. Penduduk usia

kerja yang sekolah dan lainnya masing-masing 21,32 persen dan 15,60 persen

dari jumlah penduduk yang tidak termasuk angkatan kerja. Tingkat

pengangguran di Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 1,88 persen yang

memiliki arti dari 100 penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja terdapat 1

sampai 2 orang yang menganggur. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, tingkat

pengangguran perempuan lebih kecil daripada tingkat pengangguran laki laki

dengan tingkat pengangguran masing-masing sebesar 1,17 persen dan 2,35

persen.

Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi

masalah ketenagakerjaan yaitu memperbaiki sistem upah melalui kebijakan upah

minimum. Penerapan kebijakan upah minimum merupakan usaha dalam rangka

meningkatkan upah perkapita pekerja sehingga tingkat upah rata-rata tenaga

kerja dapat meningkat, kondisi upah minimum di Indonesia setiap tahunnya

mengalami peningkatan dikarenakan merupakan standar penetapan bagi

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sebagai acuan penetapan upah


3

minimum regional. Melalui peningkatan upah tersebut diharapkan kesejahteraan

masyarakat dapat meningkat.

Selain upah, ada beberapa hal yang juga mendapat perhatian dari

pemerintah sebagai upaya mengatasi permasalahan ketenagakerjaan yaitu

produk domestik regional bruto dan investasi. Faktor Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh

berbagai unit produksi atau sektor di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

PDRB dapat mempengaruhi jumlah angkatan kerja yang bekerja dengan asumsi

apabila nilai PDRB meningkat, maka jumlah nilai tambah output atau penjualan

dalam seluruh unit ekonomi disuatu wilayah akan meningkat. Semakin besar

output atau penjualan yang dilakukan perusahaan maka akan mendorong

perusahaan untuk menambah permintaan tenaga kerja agar produksinya dapat

ditingkatkan untuk mengejar peningkatan penjualan yang terjadi (Feriyanto,

2014: 43).

Selanjutnya, faktor investasi secara langsung dapat meningkatkan

kapasitas produksi. Peningkatan kapasitas produksi tersebut akan meningkatkan

permintaan faktor produksi, termasuk tenaga kerja. Modal dalam negeri maupun

modal asing merupakan suatu hal yang semakin penting bagi pelaksanaan

pembangunan suatu daerah. Sehingga kehadiran investor nampaknya

menjadikan syarat penting, namun kehadiran investor asing sangat dipengaruhi

oleh kondisi internal negara, seperti stabilitas ekonomi, politik, penegakan hukum

dan lain sebagainya. Penanaman modal memberikan keuntungan kepada semua

pihak, tidak hanya bagi investor saja, tetapi juga bagi perekonomian di tempat

modal itu ditanamkan serta bagi negara asal para investor. Kebijakan

mengundang investor, terutama investor asing adalah untuk meningkatkan


4

potensi ekspor dan substitusi impor, juga agar terjadi alih teknologi yang dapat

mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional Indonesia.

Dan yang terakhir adalah tingkat pendidikan, pendidikan yang dimiliki

seseorang akan mempengaruhi produktivitas kerjanya. Angkatan kerja yang

memiliki pendidikan tahap perguruan tinggi dan bekerja di suatu perusahaan

akan memiliki kapabilitas dalam mengembangkan output dengan cara

memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk meningkatkan output.

Output yang meningkat akan berdampak pada peningkatan penyerapan tenaga

kerja.

Dengan demikian berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Penyerapan Tenaga

Kerja Di Kabupaten Kepulauan Selayar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

masalah pokok pada penelitian ini adalah

1. Apakah upah mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten

Kepulauan Selayar ?

2. Apakah PDRB mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten

Kepulauan Selayar ?

3. Apakah PMDN mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten

Kepulauan Selayar ?

4. Apakah tingkat pendidikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di

Kabupaten Kepulauan Selayar?


5

1.3

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

tujuan pokok pada penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah upah minimum mempengaruhi penyerapan

tenaga kerja di Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Untuk mengetahui apakah PDRB Kabupaten Kepulauan Selayar

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Kepulauan Selayar.

3. Untuk mengetahui apakah PMDN Kabupaten Kepulauan Selayar

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Kepulauan Selayar.

4. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan mempengaruhi penyerapan

tenaga kerja di Kabupaten Kepulauan Selayar.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan bagi penulis

dalam disiplin ilmu yang ditekuni penulis.

2. Sebagai tambahan informasi dan tambahan literatur bagi masyarakat dan

mahasiswa/i yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

3. Sebagai tambahan informasi dan tambahan literatur bagi mahasiswa/i

Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, khususnya mahasiswa/i

Jurusan Ilmu Ekonomi.

4. Sebagai bahan masukan atau kajian dan bahan perbandingan dalam

mengambil keputusan oleh pihak yang berwenang.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Konsep Tenaga Kerja

Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja

adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun

di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Berdasarkan UU No. 25 tahun 2007 tentang

ketenagakerjaan, ketetapan batas usia kerja penduduk Indonesia adalah 15

tahun.

Tenaga kerja atau yang disebut Penduduk Usia Kerja (PUK) terdiri dari

angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja mencakup penduduk

yang bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Penduduk yang bekerja

dibagi menjadi dua, yaitu penduduk yang bekerja penuh dan setengah

menganggur.

Menurut BPS (2000), bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan

dengan tujuan memperoleh nafkah atau membantu memperoleh nafkah paling

sedikit satu jam secara terus-menerus selama seminggu yang lalu. Sementara

yang dimaksud dengan mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan untuk

memperoleh pekerjaan. Penduduk yang mencari pekerjaan dibagi menjadi

penduduk yang pernah bekerja dan penduduk yang belum penuh bekerja.

Penduduk yang tidak aktif secara ekonomi digolongkan dalam kelompok bukan

angkatan kerja yang terdiri dari kelompok mereka yang bersekolah, kelompok

yang mengurus rumah tangga yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa

memperoleh upah dan golongan lainnya (DEPNAKERTRANS,2007). Golongan


7

yang masih bersekolah dan yang mengurus rumah tangga sewaktu-waktu dapat

masuk ke pasar kerja sehingga kelompok ini dapat juga disebut sebagai

angkatan kerja potensial. Sektor formal didefinisikan sebagai usaha yang dimiliki

badan usaha dengan memiliki tenaga kerja, sedangkan sektor informal adalah

usaha yang dilakukan sendiri atau dibantu orang lain dan atau pekerja bebas

serta pekerja yang tak dibayar.

Menurut Mankiw (2003), ada dua alasan penyebab adanya

pengangguran. Pertama, dibutuhkannya waktu untuk mencocokkan antara para

pekerja dengan pekerjaan (pengangguran friksional). Alasan kedua yaitu

gagalnya upah melakukan penyesuaian sampai suatu kondisi dimana penawaran

kerja sama dengan permintaannya, sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam

pasar tenaga kerja.

2.1.2 Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja merupakan penduduk yang mampu bekerja

dalam usia kerja (15-64 tahun) yang terdiri dari orang yang mencari kerja, punya

pekerjaan namun sementara tidak bekerja atau menganggur.

(Kuncoro,2012,Indrayati, dkk, 2010, Putra, 2012).

John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam

kenyataan, pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik.

Dimana para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan

berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah.

Kalau tingkat upah diturunkan kemungkinan ini dinilai keynes kecil sekali, tingkat

pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian

anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang

pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan ber .

Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga.


8

Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor (marginal

value of productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha

dalam mempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar

maka kurva nilai produktivitas hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah

tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang

ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan

kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja

yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin

luas.

Nicholson (1999) dalam teori Pasar Tenaga Kerja dan Dampak Upah

Minimum menjelaskan bahwa tenaga kerja dalam perekonomian ditentukan oleh

permintaan dan penawaran tenaga kerja. Keseimbangan mekanisme pasar kerja

ini akan menghasilkan tingkat upah dan tenaga kerja keseimbangan. Kenaikan

dalam penawaran tenaga kerja yang didorong oleh bertambahnya angkatan kerja

akan menyebabkan penurunan dalam tingkat upah dan kenaikan dalam

penyerapan tenaga kerja. Pergeseran keseimbangan pasar kerja ini didasarkan

pada asumsi, jika sektor riil memiliki rencana untuk melakukan ekspansi

produksi. Namun jika sektor riil mengalami kelesuan yang ditandai dengan

banyaknya perusahaan yang keluar dari pasar barang dan jasa, maka akan

menyebabkan penurunan tingkat dan penurunan penyerapan tenaga kerja.

Sehingga akan ada sejumlah pekerja yang keluar dari perusahaan dimana

mereka bekerja atau akan ada pekerja yang menganggur. Pemerintah biasanya

mengeluarkan kebijakan di pasar kerja berupa penetapan upah minimum.

Berdasarkan teori, Jika pemerintah menetapkan upah minimum yang

lebih tinggi dari sebelumnya, maka akan menimbulkan excess di pasar kerja
9

karena kenaikan tingkat upah menyebabkan kenaikan biaya produksi sektor riil,

maka sektor riil akan mengurangi pemakaian tenaga kerja. Sementara itu,

kenaikan upah tersebut akan direspon secara positif oleh angkatan kerja

sehingga penawaran tenaga kerja akan meningkat. Walaupun demikian pada

tingkat upah minimum tersebut penyerapan tenaga kerja pada sektor riil hanya

lebih sedikit dari pengurangan jumlah tenaga kerja sehingga kebijakan ini

menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran.

2.1.3 Upah Minimum

Upah menurut Tjiptoherijanto (1990) adalah suatu penerimaan sebagai

imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang

telahatau akan dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang

yangditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang-

undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha

dengan pekerja termasuk tunjangan, baik untuk pekerja sendiri maupun untuk

keluarganya. Dalam persaingan murni pasar tenaga kerja, tingkat upah

ditentukan oleh kekuatan pasar, sehingga seorang pekerja akan menerima upah

berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam pasar

tenaga kerja. Namun, dalam kenyataannya tingkat upah sangat bervariasi. Hal ini

disebabkan antara lain oleh (Kertonogoro, 2001):

a. Penawar atau peminta tenaga kerja mempunyai kekuatan lebih di pasar

tenaga kerja, sehingga ikut mempengaruhi upah (bukan price taker).

b. Berbagai intervensi yang dilakukan di pasar tenaga kerja oleh pemerintah,

serikat pekerja dan pengusaha.

c. Faktor-faktor non moneter seperti lokasi pekerjaan dan kondisi kerja (risiko,

keselamatan dan actor l ).


10

d. Diskriminasi baik secara actor maupun yang siprepsesikan berdasarkan

gender, umur, ras dan suku baik secara nyata maupun secara

teresembunyi.

Dalam hal ini upah minimum adalah upah pokok dan tunjangan. Upah

minimum ditetapkan berdasarkan persetujuan dewan pengupahan yang terdiri

dari pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja. Tujuan dari ditetapkannya upah

minimum adalah untuk memenuhi standar hidup minimum sehingga dapat

mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah (Tjiptoherijanto, 1990).

Kebijakan upah minimum di Indonesia tertuang dalam Peraturan Menteri

Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 dan UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun

2003. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 tentang Upah Minimum adalah upah bulanan

terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Yang dimaksud

dengan tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja

secara tetap dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran

ataupun pencapaian prestasi tertentu. Tujuan dari penetapan upah minimum

adalah untuk mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja. Beberapa hal

yang menjadi bahan pertimbangan termasuk meningkatkan kesejahteraan para

pekerja tanpa menafikkan produktifitas perusahaan dan kemajuannya, termasuk

juga pertimbangan mengenai kondisi ekonomi secara umum.

2.1.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik itu atas harga berlaku

maupun atas dasar harga konstan merupakan indikator penting yang digunakan

untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu daerah dalam suatu periode.

PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
11

pada suatu daerah tertentu dan dapat juga dikatakan sebagai jumlah dari nilai

barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (BPS,

2013).

Produk domestik daerah merupakan semua barang dan jasa yang

dihasilkan dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang berlangsung di wilayah domestik,

tanpa memperdulikan asal dan kepemilikan faktor produksi dari penduduk daerah

tersebut ataupun tidak. Penghitungan produk domestik lebih dikenal dengan

istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), disebut domestik karena

Pengaruh Inflasi, PDRB dan menyangkut batas wilayah dan dinamakan bruto

karena telah memasukkan komponen penyusutan dalam perhitungannya. PDRB

atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas

dasar harga konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga barang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai

dasar. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan

struktur ekonomi sedangkan PDRB atas harga konstan digunakan untuk

mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) adalah salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur

tingkat kesejahteraan, serta sebagai dasar berbagai analisa perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah peningkatan volume variabel ekonomi dari

suatu sistem spasial suatu bangsa atau negara. Ada beberapa variabel yang

dapat dipilih sebagai indikator atau pengukuran pertumbuhan ekonomi antara

lain (1) PDRB, (2) pendapatan perkapita 3) jumlah penduduk, dan 4) lapangan

kerja. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu peningkatan dalam


12

kemakmuran suatu wilayah, disini pertumbuhan dimaksudkan sebagai

peningkatan suatu keluaran wilayah, peningkatan ini meliputi baik kapasitas

produksi ataupun volume riil produksi (Adisasmita, 2005).

Menurut Rahardjo (Adisasmita, 2005) pertumbuhan ekonomi yang tinggi

dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan

pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus dan berarti

kebutuhan ekonomi juga terus bertambah, maka dibutuhkan penambahan

pendapatan setiaptahun. Hal ini hanya bias didapat lewat peningkatan output

agregat (barang dan jasa) atau produc domestic regional bruto (PDRB).

Menurut (BPS, 2009) PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang

dihasilkan oleh seluruh unit usaha pada suatu wilayah dalam suatu periode

tertentu. Hasil perhitungan PDRB biasa dikenal sebagai PDRB menurut lapangan

usaha merupakan total nilai tambah (value added) dari semua kegiatan ekonomi

di suatu wilayah dan pada periode tertentu, sedangkan PDRB menurut

penggunaan merupakan jumlah nilai barang dan jasa yang digunakan untuk

konsumsi akhir.

2.1.5 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Investasi dalam negri biasa di kenal dengan istilah Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) adalah bentuk upaya menambah modal untuk

pembangunan melalui investor dalam negri. Modal dari dalam negri ini bisa

didapat baik itu dari pihak swasta ataupun dari pemerintah. Keberadaan

penanaman modal dalam negri diatur dalam Undang-undang No. 6 tahun 1968

tentang penanaman modal dalam negri kemudian disempurnakan dengan

diberlakukannya UU No. 12 tahun 1970. Menurut ketentuan penanaman modal

tersebut, penanaman modal dalam negri adalah penggunakan modal dalam


13

negri yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat indonesia termasuk

hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta

nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia

yangdisediakan/disisihkan guna menjalankan usaha yang mendorong

pembangunan ekonomi pada umumnya (Harjono, 2007:178).

Menurut (Wiranata, 2004:18) dasar pertimbangan dikeluarkannya UU

No.6 tahun 1970 tentang PMDN adalah sebagai berikut:

1. Modal merupakan faktor penting dalam penyelenggaraan pembangunan

ekonomi nasional yang berdasarkan kemampuan dan kesanggupan

bangsa Indonesia itu sendiri.

2. Perlunya dilakukan pemupukan modal dan pemanfaatan modal dalam

negri dan membuka kesempatan bagi pengusaha swasta seluas-luasnya.

3. Perlunya memanfaatkan modal dalam negri yang dimiliki pihak asing dan

menetapkan batas waktu usaha bagi perusahaan asing di Indonesia

yangmenggunakan modal dalam negri.

Pengembangan investasi-investasi daerah dalam memacu pertumbuhan

PMDN, sangat penting untuk di tingkatkan. Sebab PMDN merupakan bentuk

arus modal yang berasal dari dalam negri sehingga dengan meningkatnya PMDN

di harapkan investor-investor dalam negri dapat bersaing dengan investor asing

dalam kontribusinya meningkatkan perekonomian. (Wiranata, 2004).

Pengertian PMDN menurut Undang-undang No. 6 Tahun 1968 adalah

bagian dari pada kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-

benda baik yang dimiliki oleh negara, swasta nasional maupun swasta asing

yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan dan disediakan guna menjalankan


14

suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam ketentuan-ketentuan

pasal 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1967, tentang PMA.

Menurut undang-undang ini, perusahaan yang dapat menggunakan

modal dalam negeri dapat dibedakan antara perusahaan nasional dan

perusahaan asing, di mana perusahaan nasional dapat dimiliki seluruhnya oleh

negara dan atau swasta nasional ataupun sebagai usaha gabungan antara

negara dan atau swsata nasional dengan swasta asing di mana

sekurangkurangnya 51% modal dimiliki oleh negara atau swasta nasional. Pada

prinsipnya semua bidang usaha terbuka untuk swasta atau PMDN kecuali

bidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak dan strategis.

2.1.6 Tingkat Pendidikan

Andrew E. Sikula menyatakan tingkat pendidikan adalah suatu

proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan

terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari

pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum.

Tingkat pendidikan merupakan unsur mendasar dari pembangunan

manusia yang digunakan untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk.

Adapun indikator pengetahuan yang digunakan diantaranya adalah rata-rata

lama sekolah dan angka melek huruf. Rata-rata lama sekolah menggambarkan

jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun keatas dalam

menjalani pendidikan formal, yaitu angka partisipasi sekolah (APS) dan angka

putus sekolah (DO). Sedangkan angka melek huruf adalah persentase penduduk

usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis.


15

Pendidikan mencerminkan tingkat kepandaian (quality) atau pencapaian

pendidikan formal dari penduduk suatu negara. Semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan kerja (working capasity) atau

produktivitas dalam bekerja.

2.2 Hubungan Antar Variabel

2.2.1 Hubungan Upah dengan Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut teori Mankiw, upah senantiasa menyesuaikan diri demi terciptanya

keseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Tingkat upah

dan kuantitas tenaga kerja telah menyesuaikan diri guna menyeimbangkan

permintaan dan penawaran. Efek yang paling terasa dari kebijakan penetapan

upah minimum adalah tingkat upah yang makin tinggi yang dikarenakan

perusahaan harus menaati kebijakan pemerintah. Sehingga otomatis

perusahaan akan mengurangi jumlah pekerjanya (menurunkan permintaan

tenaga kerja). Teori ini menjelaskan bahwa semakin tinggi upah maka akan

mengurangi tenaga kerja yang diminta oleh perusahaan karena besarnya biaya

yang dikeluarkan dan sebaliknya ketika upah rendah maka perusahaan akan

menarik banyak tenaga kerja.

2.2.2 Hubungan PDRB dengan Penyerapan Tenaga Kerja

PDRB merupakan salah satu bukti cerminan dari pertumbuhan ekonomi.

Terjadinya pertumbuhan ekonomi akan menggerakkan sektor-sektor lainnya

sehingga dari sisi produksi akan memerlukan tenaga kerja produksi.

Mankiw (2006:248) menjelaskan, hukum okun adalah relasi negatif antara

pengangguran dan GDP. Hukum okun merupakan pengingat bahwa faktor-faktor

yang menentukan siklus bisnis pada jangka pendek sangat berbeda dengan

faktor- faktor yang membentuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hukum


16

Okun (Okun’s law) merupakan hubungan negatif antara pengangguran dan GDP

Riil, yang mengacu pada penurunan dalam pengangguran sebesar 1 persen

dikaitkan dengan pertumbuhan tambahan dalam GDP Riil yang mendekati 2

persen. Dengan kata lain, PDRB yang pada akhirnya mempengaruhi GDP

berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Peningkatan jumlah PDRB

akan berpengaruh pada peningkatan penyerapan tenaga kerja, begitu juga

sebaliknya penurunan jumlah PDRB akan berpengaruh pada penurunan

penyerapan tenaga kerja.

2.2.3 Hubungan PMDN dengan Penyerapan Tenaga Kerja

Kekurangan modal dalam proses ekonomi di negara berkembang adalah

salah satu faktor yang menjadi penghambat negara tersebut untuk maju.

Kekurangan modal ini disebabkan oleh rendahnya investasi. Selain kekurangan

modal juga terjadi tekanan penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya.

Peningkatan jumlah serta pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat

tesebut dibarengi dengan belum seimbangnya kegiatan ekonomi khususnya

kesempatan kerja yang tersedia sehingga menciptakan permasalahan sosial

ekonomi yang serius yaitu pengangguran. Melihat kondisi tersebut, maka

peningkatan modal atau investasi sangat berperan penting untuk meningkatkan

perekonomian, oleh karenanya pemerintah berupaya meningkatkan

perekonomian melalui penghimpunan dana atau investasi baik dari pemerintah

maupun swasta yang diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif yaitu dengan

menggenjot penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN)

maupun penanaman modal asing (PMA) (Sukirno, 2000).


17

2.2.4 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penyerapan Tenaga Kerja

Pendidikan termasuk kedalam salah satu investasi pada bidang sumber

daya manusia, yang mana investasi tersebut dinamakan dengan Human Capital

(teori modal manusia). Invetasi pendidikan merupakan kegiatan yang dapat

dinilai stock manusia, dimana nilai stock manusia setelah mengikuti pendidikan

dengan berbagai jenis dan bentuk pendidikan diharapkan dapat meningkatkan

berbagai bentuk nilai berupa peningkatan penghasilan individu, peningkatan

produktivitas kerja, dan peningkatan nilai rasional (social benefit) individu

dibandingkan dengan sebelum mengecap pendidikan.

Pendidikan formal merupakan persyaratan teknis yang sangat berpengaruh

terhadap pencapaian kesempatan kerja. Semakin tinggi tingkat kemampuan

untuk meningkatkan kualitas maka akan semakin tinggi pula tingkat upah yang

diberikan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui tamatan

pendidikan dan tingkat upah diharapkan dapat mengurangi jumlah

pengangguran, dengan asumsi tersediaanya lapangan kerja formal. Hal ini

dikarenakan semakin tinggi kualitas seseorang maka peluang untuk bekerja

semakin luas.

2.3 Penelitian Terdahulu

Elsa Noerjanah (2018) Kemampuan Sektor Industridalam Penyerapan

tenaga Kerja di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upah,

modal, nilai produksi dan investasi secara simultan mempengaruhi tenaga kerja.

I Gusti Agung Indradewa dan Ketut Suardhika Natha. Penelitian ini

berjudul “Pengaruh Inflasi, PDRB, Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja di Provinsi Bali”. Dan hasil penelitian ini adalah inflasi tidak berpengaruh

secara parsial terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali Variabel PDRB
18

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja

di Provinsi Bali periode tahun 1994-2013. Itu artinya, naiknya PDRB akan

meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan begitu sebaliknya, turunnya PDRB

akan mengurangi penyerapan tenaga kerja.

Dimas dan Nenik Woyanti 2009. Penelitian ini berjudul “Penyerapan

Tenaga Kerja di DKI Jakarta”. Fakultas Ekonomi Univeritas Diponegoro

Semarang. Hasil dari penelitian ini menunjukan PDRB memiliki hubungan positif

terhadap penyerapan tenagakerja. Sedangkan tingkat upah riil dan investasi riil

berhubungan negatif dengan penyerapan tenaga kerja di DKIJakarta.

Febryana Rizqi Wasilaputri (2012). Pengaruh Upah Minimum Provinsi,

PDRB dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Pulau Jawa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa upah minimum provinsi, PDRB, dan investasi

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

2.4 Kerangka konseptual penelitian

Berdasarkan tinkauan pustaka serta hubungan antara variable

sebelumnya yang diatas maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran

sebagaimana pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Upah (X1)

Penyerapan
PDRB (X2)
Tenaga Kerja (Y)
19

PMDN (X3)

Tingkat Pendidikan (X4)

2.5 Hipotesis penelitian

Dari tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas dan berdasarkan

penelitian terdahulu maka hipotesa penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Diduga bahwa upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan

tenaga kerja.

2. Diduga bahwa PDRB berpengaruh positif terhadap penyerapan

tenaga kerja.

3. Diduga bahwa PMDN berpengaruh positif terhadap penyerapan

tenaga kerja.

4. Diduga bahwa Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap

penyerapan tenaga kerja.


B A B III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian berdasarkan kerangaka konseptual adalah sebagai

berikut:

Y=f(X1,X2,X3,X4).................……….............……………….………..(3.1)

Kemudian fungsi diatas ditransformasikan dalam model ekonometrika dengan

persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Y=α0+α1X1+α2X2+α3X3+α4X4+μ…………......................................(3.2)

Dimana:

Y = Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten Selayar

X1 = Upah (rupiah)

X2 = PDRB (rupiah)

X3 = PMDN (rupiah)

X4 = Tingkat Pendidikan (persen)

α0 = Konstanta

α1, α2, α3, α4 = Koefisien Regresi

μ = Error Term
21

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Selayar yang

terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data Sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti. Data sekunder biasanya telah dikumpulkan oleh

lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.

Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sulawesi

Selatan (BPS), Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Kepulauan

Selayar.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data-data tersebut dengan metode sebagai berikut:

Penelitian Perpustakaan (library research) yaitu pengumpulan data yang diambil

peneliti melalui studi kepustakaan yaitu dengan membaca literatur-literatur yang

berupa buku teks yang ada hubungannya dengan variabel-variabel yang diteliti

(Riandani, 2015: 884). Pada penelitian pustaka dipakai untuk mengetahui

pengaruh upah, PDRB, PMDN dan tingkat pendidikan di Kabupaten Kepulauan

Selayar terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Kepulauan Selayar.

Dikarenakan data merupakan data uruty waktu (time series), sehingga

dalam melihat hubungan antar variable independen terhadap variable dependen

yang memenuhi kriteria penelitian, diambil rentang waktu paling minimal selama

10 tahun dari tahun 2010 sampai 2019.

3.5 Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis linear berganda dengan menggunakan alat analisis program aplikasi


22

Eviews. Model analisis data ini bertujuan untuk memprediksi berapa besar

kekuatan pengaruh lebih dari faktor variabel independen terhadap variabel

dependen. Untuk melihat sejauh mana faktor (pendapatan sektor pariwisata

terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Selayar).

3.5.1 Uji Determinasi (R²)

Menjelaskan seberapa besar peranan variabel independen terhadap

variabel dependen, semakin besar semakin besar peranan variabel dalam

menjelaskan variabel dependen. Nilai berkisar antara 0 sampai 1. Koefisien

determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi-variabel dependen. Adapun kaidah yang digunakan

dalam uji determinasi adalah:

1) Jika mendekati 0, maka diantara variabel independen dan variabel

dependen tidak ada keterkaitan.

2) Jika R² mendekati 1, maka diantara variabel independen dan variabel

dependen ada keterkaitan.

3.5.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel

dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini

digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : bi = b

Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter

hipotesis, biasanya b dianggap = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel X1


23

terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu

H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh

secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.

3.5.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen

secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk

pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 =bk…bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b2 ≠ 0…i = 1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan

Ftabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

3.6 Definisi Operasional

1. Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya

lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah

penduduk bekerja diKabupaten Kepulauan Selayar. Jumlah penduduk

bekerja atau bisa disebut dengan pekerja dinyatakan dalam satuan orang.

2. Upah (X1), adalah biaya tenaga kerja yang

dibayarkan kepada pekerja sebagai imbalan atas pekerjaan atau jasa yang

telah dilakukan terhadap pemberi kerja. Dalam penelitian ini upah yang

digunakan adalah Upah Minimum Provinsi Sulawesi Selatan (UMP) per

tahun yang diterima oleh pekerja denga/n satuan rupiah.

3. PDRB Kabupaten Kepulauan Selayar (X2),

PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
24

seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah

nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada

suatu daerah. PDRB Kabupaten Kepulauan Selayar dihitung berdasarkan

jumlah dari nilai barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh

unit ekonomi di Kabupaten Kepulauan Selayar yang diukur dalam satuan

rupiah dalam rentan waktu 2010-2019. (dijelaskan bahwa menggunakan

pdrb harga konstan)

4. PMDN Kabupaten Kepulauan Selayar (X3),

adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah

negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam

negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. PMDN Kabupaten

Kepulauan Selayar dihitung berdasarkan keseluruhan kegiatan menanam

modal guna menjalankan usaha diwilayah Kabupaten Kepulauan Selayar

yang dilakukan oleh Penanaman Modal Dalam Negeri dengan memakai

modal dari dalam negeri, yang diukur dengan satuan rupiah dalam rentan

waktu 2010-2019.

5. Tingkat Pendidikan Kabupaten Kepulauan

Selayar (X4), adalah proses peserta didik dalam meningkatkan pendidikan

dengan jenjang yang akan di tempuhnya. Tingkat pendidikan di Kabupaten

Kepulauan Selayar dihitung berdasarkan keseluruhan siswa tingkat SMA

keatas yang menempuh pendidikan di Kabupaten Kepulauan Selayar, yang

di ukur dalam satuan persen dalam rentan waktu 2010-2019.


25

DAFTAR PUSTAKA

Imam Buchari,Pengaruh Upah Minimum dan Tingkat Pendidikan

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Maufaktur di Pulau

Sumateran Tahun 2012-2015, h. 78

Depnakertrans. 2004. Penanggulangan Pengangguran di Indonesia.

Majalah Nakertrans Edisi-03 TH. XXIV- Juni.

Kusumosuwidho, Sisdjiatmo. 1981. “Angkatan Kerja”, dalam Dasar-

Dasar Demografi. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia

Simanjuntak, Payaman J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya

Manusia. 2 ed. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi. 5 ed. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Kertonegoro, Sentanoe. 2001. Ekonomi Tenaga Kerja. Yayasan

Tenaga Kerja Indonesia: Jakarta.

Tjictoherijanto, Prijono. 1990. “Upah Minimal dan Serikat Pekerja”,

dalam Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Demografi

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kuncoro, Haryo. 2002. “Upah Sistem Bagi Hasil dan Penyerapan

Tenaga Kerja”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 7, No. 1, hal. 45-56.

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Jakarta

: Penerbit Graha Ilmu.


26

Alfiat ,Muhammad. 2012.Pengembangan Ekonomi Pengrajin Batu

Aji Di Kecamatan Martapura Kota. Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas

Syari'ah. UIN Antasari

Elsa, Noerjanah. Kemampuan Sektor Industridalam Penyerapan

tenaga Kerja di Kabupaten Bantul. Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas

Ekonomi. Universitas Islam Indonesia

Desak Ketut Ratna Dewi, dkk, “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan

Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan”, e-Journal Bisma Universitas

Pendidikan Ganesha, 4 (2016), 2.

Cahuc, Marque, Wasmer, 2008. A theory of wages and labor

demand with intrafirm bargaining and matching frictions. International

Economic Review Vol 48 (3)

Dimas dan Nenik Woyanti. 2009. Penyerapan Tenaga Kerja di DKI

Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 16 (1).Diponegara.

Harjono, Dhaniswara K. 2007. Hukum Penanaman Modal. Jakarta:

PT Radja Grafindo Persada

Indayati, Indartini, Mintarti dan Djumhariyati, Retno. 2010. Analisis

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri

Kecil Genteng (Studi Kasus di Desa Baderan Kec. Geneng Kab. Ngawi).

Jurnal Sosial. Vol.11 (2)

Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif

Pembangunan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Neumark, David, J. M. Ian Salas, and William Wascher. 2008.

Revisiting the Minimum Wage–Employment Debate: Throwing Out the Baby

with the Bathwater?. Industrial & Labor Relations Review Vol 67


27

Putra, Riky Eka. 2012. Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, Dan

Nilai Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga kerja Pada industri Mebel Di

Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Economic Development Analysis

Journal. Vol.1 (2)

Rosalina, Rina. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Penyerapan Tenaga Kerja Di Indonesia. Bogor : IPB.

Sukirno, Sadono. 2000. Teori Mikro Ekonomi 12. Jakarta: Rajawali

Press.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi Edisi Kelima.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wasilaputri, Febryana Rizqi. 2016. Pengaruh upah minimum

provinsi, PDRB, dan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di pulau

jawa tahun 2010-2014. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Wiranata, S. 2004. Pengembangan Investasi di Era Globalisasi dan

Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 12 (1)

Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi, 331

Anda mungkin juga menyukai