Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) DAN UPAH

MINIMUM KABUPATEN KOTA (UMK) TERHADAP KEMISKINAN DI 35


KABUPATEN KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2019 - 2020

Disusun guna memenuhi Ujian Akhir Semester Gasal pada Mata Kuliah Praktikum Statistika
yang Diampu oleh Bapak Yudistira Hendra Permana, S.E., M.Sc., Ph.D.

Oleh

Aida Ghina Husnul Khotimah ( 20/463958/SV18277)

Qarra Salma Setiawan ( 20/463986/SV/18305 )

Sandi Danu Sanjaya ( 20/463992/SV/18311 )

Jumlah kata 3368 dengan 18% similarity index

PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN EKONOMI KEWILAYAHAN

DEPARTEMEN EKONOMIKA DAN BISNIS

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................................... 1

Bab 1 Pendahuluan .................................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 4

1.2 Manfaat Penelitian ............................................................................................................... 4

Bab 2 Landasan Teori ............................................................................................................. 6

2.1 Pengertian Upah Minimum Kabupaten / Kota ( UMK )...................................................... 6

2.2 Pengertian Kemiskinan ........................................................................................................ 6

2.3 Pengertian Pengangguran Terbuka ...................................................................................... 6

Bab 3 Metode Penelitian .......................................................................................................... 7

3.1 Desain Penelitian ................................................................................................................. 7

3.2 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................................... 7

3.3 Instrumen Penelitian ............................................................................................................ 7

3.4 Jenis dan Sumber Data ......................................................................................................... 7

3.5 Metode Analisis Data ........................................................................................................... 7

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif .................................................................................. 7

3.5.2 Model Penelitian ................................................................................................... 8

3.5.3 Uji Metode Regresi ............................................................................................... 8

3.5.4 Uji Asumsi Klasik ................................................................................................. 9

3.5.5 Uji Hipotesis ......................................................................................................... 9

1
Bab 4 Hasil dan Pembahasan................................................................................................ 11

4.1 Deskripsi Data .................................................................................................................... 11

4.2 Hasil Analisis .................................................................................................................... 11

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ................................................................................ 11

4.2.2 Uji Metode Regresi ............................................................................................. 12

4.2.3 Uji Asumsi Klasik ............................................................................................... 13

4.2.4 Uji Hipotesis ....................................................................................................... 15

4.3 Kesimpulan Uji Hipotesis .................................................................................................. 16

4.4 Pembahasan........................................................................................................................ 16

Bab 5 Penutup ........................................................................................................................ 18

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 18

5.2 Saran .................................................................................................................................. 18

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 19

Lampiran ................................................................................................................................ 20

2
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia menghadapi tantangan perekonomian
daerah maupun nasional yang cukup kompleks. Seperti pada umumnya permasalahan yang
dihadapi negara berkembang di dunia, yakni kesenjangan sosial tinggi, tingkat kesehatan dan
kesejahteraan rendah, serta jumlah penduduk yang tinggi erat kaitannya dengan permasalahan
terbatasnya lapangan pekerjaan, sehingga angka pengangguran meningkat yang berpengaruh
pada tingkat kemiskinan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kemiskinan masih menjadi
permasalahan utama di beberapa wilayah atau daerah di Indonesia.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi itu akan menghambat tujuan dari negara
untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat. Kemudian, masalah semakin bertambah
kompleks karena hak dan kebutuhan masyarakat banyak yang tidak terpenuhi. Kemiskinan dan
kriminalitas menjadi salah satu di antara banyak dampak negatif dari tingkat pengangguran.
Jumlah angkatan kerja yang tinggi membuat kesempatan kerja semakin sempit, kurangnya
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan serta upah yang rendah menjadi penyebab
tingginya pengangguran.
Tidak banyak orang tahu bahwa pengangguran diklasifikasikan menjadi beberapa jenis,
salah satunya yakni pengangguran terbuka. Kondisi dimana seorang individu yang sedang
mencari pekerjaan, tidak memiliki pekerjaan, dan menunggu keputusan atas lamaran yang telah
mereka lampirkan. Kondisi dimana angkatan kerja lebih banyak dibandingkan dengan
ketersediaan lapangan pekerjaan menimbulkan permasalahan yang tidak hanya berkaitan
dengan ekonomi, tetapi juga norma sosial.
Faktor pendorong meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yaitu jumlah Upah
Minimum Kerja (UMK) karena menghubungkan dua pihak yang saling membutuhkan juga
mempunyai kepentingan yang sama. Menurut Panjawa dan Soebagiyo upah menjadi hal yang
krusial bagi pemberi pekerjaan dan seorang pekerja. Menekan biaya produksi secara efisien
menjadi keharusan untuk pihak pemberi kerja atau produsen. Upah adalah sumber penghasilan
seorang pekerja serta kehidupan keluarganya. Bersumber pada hasil penelitian Panjawa dan
Soebagiyo, upah minimum memiliki hubungan positif terhadap tingkat pengangguran.
Kenaikkan upah minimum mengakibatkan tingkat pengangguran meningkat. Menurut
Alghofari, menurunnya permintaan tenaga kerja disebabkan karena tingkat upah meningkat.
Begitupun sebaliknya, apabila tingkat upah turun maka penyerapan tenaga kerja meningkat, di
3
sisi lain tingkat kemiskinan akan menurun. Kondisi seperti itu akan membantu negara untuk
mencapai tujuan yakni mensejahterakan seluruh lapisan masyarakat, sehingga kebutuhan dasar
masyarakat dapat terpenuhi.
Oleh karena itu, tingkat pengangguran dan upah memegang peranan penting serta
berpengaruh pada jumlah ataupun persentase kemiskinan. Apabila kemiskinan meningkat
disebabkan oleh tingkat upah yang ditetapkan tinggi, hal ini membuat para produsen, pemberi
kerja maupun perusahaan membatasi jumlah tenaga kerja, kebijakan tersebut tentunya sangat
berpengaruh terhadap tingkat pengangguran terbuka.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi dari tingkat pengangguran terbuka ( TPT ) di Jawa Tengah tahun
2019-2020 ?
2. Berapa tingkat signifikansi tingkat pengangguran terbuka (TPT) dan upah minimum
kabupaten/kota (UMK) terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2019 - 2020?
3. Mengapa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota
(UMK) terkait dengan kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2019 hingga 2020?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui kondisi pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Tengah tahun 2019 -
2020.
2. Untuk mengetahui tingkat signifikansi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Upah
Minimum Kabupaten / Kota (UMK) terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2019
- 2020.
3. Untuk mengetahui hubungan antara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Upah
Minimum Kabupaten / Kota (UMK) dengan Kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2019 -
2020.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Sebagai acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam perekonomian untuk membantu
mengurangi tingkat pengangguran terbuka (TPT).
2. Sebagai referensi untuk seluruh pihak yang bersangkutan mengetahui tingkat
signifikansi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Upah Minimum Kabupaten /
Kota (UMK) terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2019 - 2020.
4
3. Sebagai referensi untuk seluruh pihak yang bersangkutan mengetahui hubungan antara
Tingkat Pengangguran Terbuka ( TPT ) dan Upah Minimum Kabupaten / Kota (UMK)
dengan Kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2019 – 2020.

5
BAB II
Landasan Teori
2.1 Pengertian Upah Minimum Kabupaten / Kota (UMK)
Sebagaimana diatur dalam pasal 27 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Setelah
melakukan kewajibannya sebagai pekerja, mereka berhak menerima upah. Upah menjadi hal
yang krusial antara pekerja dan pemberi kerja sebagai hubungan industrial ditujukan untuk
mencapai target kesejahteraan dan kehidupan yang layak bagi masyarakat. Upah minimum
merupakan tolok ukur pemberian upah pekerja yang ditetapkan oleh pemerintah tingkat
kabupaten / kota berdasarkan peraturan gubernur. Perlu diketahui penetapan UMK harus lebih
besar daripada UMP karena kebutuhan masyarakat semakin beragam dan kompleks pada
tingkatan atau stratifikasi terkecil ( wilayah kabupaten / kota ). UMK sering disebut juga gaji
pokok yang diterima oleh pekerja setiap bulan. Ada beberapa indikator yang dijadikan sebagai
dasar sekaligus hal yang mempengaruhi penetapan UMK, yang pertama kebutuhan biaya hidup
di setiap kabupaten / kota berbeda, tingkat produktivitas masyarakat, pertumbuhan ekonomi
serta laju inflasi. Penentuan upah yang diatur pemerintah sebagai salah satu sarana proteksi
bagi setiap buruh atau pekerja untuk mendapatkan hak dan kehidupan yang layak.

2.2 Pengertian Kemiskinan


Secara umum jenis kemiskinan dibagi menjadi dua yang pertama yakni kemiskinan
absolut yang dihitung berdasarkan kemampuan seseorang mencukupi kebutuhan dasar karena
pendapatan yang diterima tidak sebanding dengan kebutuhan. Kedua, kemiskinan relatif yang
terjadi karena ada kebijakan pemerintah yang belum mencakup keseluruhan maupun karena
ada ketimpangan kebijakan sehingga, masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan utamanya (
pangan, sandang, dan papan ). Pengangguran menjadi salah satu faktor utama kemiskinan
sebab seseorang tidak memiliki penghasilan bahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
kesulitan.

2.3 Pengertian Pengangguran Terbuka


Kesempatan kerja relatif rendah jika dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja yang
lebih tinggi meningkatkan angka pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka yaitu usia
angkatan kerja tanpa pekerjaan karena ketersediaan lapangan kerja tidak sebanding dengan
jumlah angkatan kerja, selain itu upah berpengaruh terhadap tingkat pengangguran terbuka.
6
BAB III
Metodologi Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Melalui uji empiris pengaruh TPT dan UMK terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota
di Jawa Tengah, penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini variabel
bebasnya yakni TPT dan UMK dan kemiskinan variabel terikat.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup atau tema penelitian ini yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) serta kemiskinan di 35 wilayah/kota di Jawa Tengah
dari tahun 2019 sampai dengan 2020.

3.3 Instrumen Penelitian


Microsoft Office Excel 2013 dan Stata 15 merupakan dua perangkat yang digunakan
dalam penelitian ini. Pemanfaatan aplikasi Microsoft Office Excel dalam rangka melakukan
pengumpulan dan penataan data. Sedangkan Stata 15 digunakan untuk melakukan pengolahan
data dan pengujian hipotesis.

3.4 Jenis dan Sumber Data


Dalam penelitian ini, kami menggunakan data sekunder kuantitatif pada rentang waktu
2021 sebagai instrumen studi atau kajian dalam penelitian ini. Data merupakan suatu aspek
yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan untuk melengkapi penelitian. Penelitian ini
kami menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laman resmi Badan Pusat Statistik (BPS)
Jawa Tengah dengan tipe data yaitu data panel pada rentang waktu dari tahun 2019 sampai
dengan 2020, di dalam data tersebut ada beberapa indikator yang berkaitan dengan penelitian
kami di antaranya yaitu, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), tingkat pengangguran
terbuka (TPT) dan kemiskinan.

3.5 Metode Analisis Data


3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif bertujuan menggambarkan partikularitas dari distribusi data
pada penelitian. Statistik ini menyediakan pengukur tendensi pusat (mean, median, dan mode),
7
nilai frekuensi, dan pengukur disperse (standard deviation, range, variances, dan interquartile
range/IQR), serta pengukur bentuk (skewness dan kurtosis) sebagai karakteristik dari data yang
diukur. Karakteristik data yang diukur dalam penelitian ini meliputi nilai rata-rata atau mean,
standar deviasi, juga nilai maksimum, dan nilai minimum.

3.5.2 Model Penelitian


Penelitian ini menggunakan model regresi sebagai berikut:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1it + 𝛽2𝑋2 𝑖𝑡 + 𝜀
𝑌𝑖𝑡 : Kemiskinan
𝛽1𝑋1𝑖𝑡 : Upah minimum kabupaten / kota ( UMK )
𝛽2𝑋2 𝑖𝑡 : Tingkat pengangguran terbuka (TPT)
𝛽0 : Nilai Intercept (Konstanta)
𝑖 : Kabupaten / Kota
𝑡 : Menunjukkan tahun
𝜀 : Standar error

3.5.3 Uji Metode Regresi


Dalam penelitian ini, data penelitian yang digunakan untuk uji regresi termasuk dalam
kombinasi data time series dan data cross section. Pada saat menganalisis data panel digunakan
beberapa metode statistik, salah satunya menggunakan common effect. Efek dari pendekatan
umum untuk estimasi dalam data panel adalah model yang paling sederhana. Kemudian,
penelitian ini menggunakan proses sederhana yang digunakan untuk delapan pendekatan yang
tersedia yakni dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk
menggabungkan data time series dan cross section. Model ini mengasumsikan perilaku data
antar entitas dalam beberapa periode waktu atau nilai kemiringan dan intersep tetap.
Fixed effect adalah model pendekatan analisis data panel yang mengasumsikan bahwa
kemiringan antara entitas dan waktu adalah tetap, sedangkan intersep antar entitas memiliki
perbedaan yang dapat ditangkap menggunakan variabel dummy. Error Component Model, atau
Random Effect, adalah model pendekatan analisis data panel yang mengasumsikan adanya
perbedaan antar entitas dan antar periode waktu. Model ini menggunakan solusi dari masalah
heteroskedastisitas. Ada dua pengujian untuk membantu menentukan model pendekatan
regresi data panel yang paling tepat atau sesuai untuk digunakan, yaitu uji Chow, uji Hausman
dan uji Lagrange Multiplier.
8
3.5.4 Uji Asumsi Klasik
Tujuan dari pengujian normalitas adalah untuk mengetahui bagaimana variabel-
variabel dalam model regresi terdistribusi. Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah
bentuk sebaran datanya normal. Jika model regresi memiliki data yang berdistribusi normal
maka dianggap baik karena dapat diasumsikan bahwa data tersebut dapat mewakili populasi.

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah varians tidak stabil


sehingga mempengaruhi standar deviasi. Model regresi yang baik tidak akan menemui masalah
heteroskedastisitas. Pada uji heteroskedastisitas, akan menggunakan uji Glejser dengan 5%
data.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi adanya situasi dimana terdapat
korelasi yang cukup tinggi antara dua variabel bebas dalam suatu model regresi. Keadaan ini
merupakan akibat dari ketidakabsahan signifikansi variabel serta besarnya variabel dan
koefisien konstanta. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan menguji
koefisien korelasi. Jika koefisien korelasi lebih besar dari 0,85 diduga terdapat korelasi yang
tinggi antar variabel.
Uji Autokorelasi bertujuan mendeteksi korelasi yang terjadi antar residual pengamatan
dengan pengamatan yang lainnya yang berlainan waktu. Gangguan autokorelasi biasanya
terjadi pada data dalam beberapa kurun waktu (time series). Konsekuensi yang terjadi dari
situasi ini adalah varians yang bias karena nilainya lebih kecil daripada nilai sebenarnya. Salah
satu cara mendeteksi autokorelasi adalah dengan nilai Durbin-Watson yang dibandingkan pada
statistik hitung (d) dengan nilai Durbin-Watson (dL dan dU) yang ada pada statistik tabel.

3.5.4 Uji Hipotesis


Uji parsial atau uji-t dilakukan untuk menguji signifikansi masing-masing variabel
independen versus variabel dependen secara terpisah. Pengujian ini divalidasi dengan
membandingkan nilai t-tabel masing-masing koefisien dengan nilai t-hitung pada taraf
signifikansi 5 persen. Pengaruh signifikan variabel penjelas dapat diketahui jika nilai t-hitung
yang ditampilkan lebih besar dari t-tabel, yang berarti H0 ditolak.
Uji akurasi model, atau uji-F, bertujuan untuk memverifikasi bahwa semua variabel
penjelas cocok dengan satu variabel terikat dalam model persamaan regresi. Jika nilai p adalah
0,05 (signifikan pada taraf 5%), kita dapat mengatakan bahwa model persamaan regresi yang
dirumuskan adalah benar. Namun, jika p adalah 0,05 (tidak signifikan pada 5%), maka model
9
persamaan regresi yang dirumuskan tidak benar. Jika uji F tidak relevan, maka uji t tidak dapat
dilakukan karena modelnya salah.
Sedangkan koefisien determinasi (R square) digunakan untuk mengukur besarnya
varians variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh semua variabel independen. Nilai
koefisien determinasi berkisar antara nol sampai satu, dengan nilai 2 yang paling mungkin.
Cara yang lebih baik untuk mendefinisikan variabel independen adalah dengan
menggunakannya untuk menjelaskan variabel dependen.

10
BAB IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Deskripsi Data


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil uji pengaruh TPT dan UMK terhadap
Kemiskinan. Penelitian ini menggunakan sampel yaitu tahun 2019 sampai dengan 2020 dengan
menggunakan populasi di provinsi Jawa Tengah yang memiliki tiga puluh lima (35) kabupaten
/ kota.

4.2 Hasil Analisis


4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Terdapat beberapa karakteristik yang diukur dalam penelitian ini yaitu standar deviasi,
mean, nilai minimum, nilai maksimum. Dari Tabel 4.1 dapat diketahui karakteristik data yang
berasal dari variabel UMK, TPT dan kemiskinan yang merupakan hasil olah data menggunakan
software STATA 15 dan Microsoft Excel.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Variable Obs Mean Std. Dev. Min Max
POOR 70 110.3457 62.89101 9.1 308,8
UMK 70 1902590 206455,2 1610000 2715000
TPT 70 .05399 0,0191094 0,0254 0,0983
Sumber : Diolah oleh penulis (2021)

Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif yang berasal dari 70 pengamatan, 35


populasi dengan sampel yaitu tahun 2019 sampai dengan 2020, maka didapatkan data
mengenai nilai minimum, nilai maksimum, standar deviasi, dan mean. Variabel Kemiskinan
memiliki rata-rata 110,3457, standar deviasi 62,89101 dan nilai minimum, maksimum yaitu
sebesar 9.1 dan 308,8. Semantara itu pada variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
rata-ratanya (mean) 1902590 dengan standar deviasi 206455.2, nilai minimum dan
maksimumnya yaitu sebesar 1610000 dan 2715000. Pada variabel Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) mempunyai nilai minimum yaitu sebesar .0254, nilai maksimumnya 0.983.
Untuk rata-rata (mean) dan standar deviasi yaitu 0.05399 dan .0191094.

11
4.2.2 Uji Metode Regresi
Pengujian dalam regresi dengan data panel memiliki 3 model alternatif yang dipakai untuk
menganalisis, yaitu fixed effect, common effect, dan random effect model. Perbandingan antara
ketiga model tersebut tercantum dalam tabel 4.2 sebagai perbandingan model
Tabel 4.2 Perbandingan Model Regresi
Variabel dependen : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK)
Variable Common Effect Model Fixed Effect Model Random Effect Model
UMK -.0000832 .0000517 .0000482
TPT 810.722 -67.22253 -44.80155
Constant 224.9604 15.63805 21.04293
Obs 70 70 70
R-Squared 0.0824 0.0405 0.0377
Sumber : Diolah oleh penulis (2021)

Terdapat tiga (3) alternatif tahapan pengujian dalam mendapatkan model regresi terbaik, yaitu
uji Chow, dan Uji Lagrange Multiplier

Uji Chow
Pengujian regresi agar dapat ditentukan lebih tepat dengan menggunakan common effect model
dan fixed effect model disebut dengan Uji Chow
H0 : Model common effect lebih tepat dibandingkan dengan fixed effect
H1 : Model fixed effect lebih tepat dibandingkan dengan common effect
Tabel 4.3 Hasil Uji Chow
Prob > F α Hasil
0,0000 0,05 (Prob > F )< α
Sumber : Diolah oleh penulis (2021)

Hasil Uji Chow dalam penelitian ini menunjukkan nilai Prob > F (0,0000) lebih kecil dibanding
dengan nilai α (0,05). Sehingga dapat simpulkan bahwa model terbaik berdasarkan Uji Chow
adalah model fixed effect.

12
Uji Lagrange Multiplier
Untuk mengetahui model terbaik antara common effect model dan random effect model, perlu
dilakukan pengujian lagrange multiplier.
H0 : Model common effect lebih tepat dibandingkan dengan random effect
H1 : Model random effect lebih tepat dibandingkan dengan common effect
Tabel 4.5 Hasil Uji Lagrange Multiplier
Prob >𝐶ℎ 𝑖𝑏𝑎𝑟2 α Hasil
0,0000 0,05 (Prob >
Sumber : Diolah oleh penulis (2021)

Berdasarkan hasil Uji Lagrange Multiplier dapat diketahui bahwa nilai Prob > 𝐶ℎ 𝑖𝑏𝑎𝑟2
(0.0000) lebih kecil dari pada nilai α (0,05). Sehingga hasil pengujian tersebut dapat diketahui
bahwa model random effect lebih baik dibandingkan dengan model common.
Kesimpulan :
Dari pengujian Chow, dan uji Lagrange Multiplier dapat disimpulkan bahwa model regresi
yang lebih tepat digunakan yaitu fixed effect.
Tabel 4.6 Kesimpulan Pengujian
Pengujian Hasil
Uji Chow Fixed effect
Uji Lagrange Multiplier Random effect
Sumber : Diolah oleh penulis (2021)

4.2.3 Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Pengujian normalitas menghasilkan grafik dan Tabel 4.7 sebagai berikut
Skewness/Kurtosis tests for Normality
Variable Obs Pr(Skewness) Pr(Kurtosis) adj chi2(2) Prob>chi2
residual 70 0,7087 0,5062 0,59 0,7431
Sumber : Diolah oleh penulis (2021)

13
Sumber : Diolah oleh penulis (2021)

Hasil pengujian normalitas pada Tabel 4.7, diketahui bahwa data pada penelitian ini
sudah terdistribusi dengan normal. Pengujian tersebut menunjukkan nilai Prob>chi² (0.7431)
lebih besar daripada α (0,05).

Uji Multikolinearitas
Untuk melihat apakah model regresi telah mendeteksi adanya korelasi antar variabel bebas,
Anda dapat menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dengan menggunakan uji
multikolinearitas.
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas
Variable VIF 1/VIF
TPT 1.18 0.844972
UMK 1.18 0.844972
Sumber : Diolah oleh penulis (2021)

Pada Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa variabel dalam penelitian ini semua nilai VIF
pada keseluruhan independen kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut
tidak mengalami multikolinearitas dan data dalam kondisi baik.

14
Uji Autokorelasi
Untuk mengetahui apakah masih terdapat masalah autokorelasi antar variabel dependen dan
independen dalam penelitian ini, maka dilakukan pengujian autokorelasi dengan uji Runs.
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi
Prob > z α Hasil
0 0,05 (Prob>F)<α
Sumber : Diolah oleh penulis (2021)

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas diketahui bahwa nilai Prob > |z| (0) lebih kecil daripada
nilai α (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini masih terdapat masalah
autokorelasi antar variabel dependen dan variabel independen.

Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Glejser
Tabel 4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Absolute Residual P>t
POOR 0,585
UMK 0,002
TPT 0,000
Sumber : Diolah oleh penulis (2021)

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada Tabel 4.10 diketahui bahwa tidak ada
gejala heteroskedastisitas pada variabel poor (kemiskinan) karena nilai dari variabel tersebut
tidak kurang dari α (0,05), nilai yang didapatkan untuk uji heteroskedastisitas pada variabel
kemiskinan yaitu sebesar 0.585. Namun, pada variabel UMK dan TPT masih mengalami
masalah heteroskedastisitas karena nilai yang didapatkan dalam perhitungan masih kurang dari
0,05.
4.2.4 Uji Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis diketahui pada Tabel 4.11 sebagai berikut ini :
Tabel 4.11 Uji Hipotesis
Variable Pengaruh Koefisien P >t
TPT - -67.22253 0,284

15
UMK + .0000517 0
Sumber : Diolah oleh penulis (2021)

4.3 Kesimpulan Uji Hipotesis


Kesimpulan dari uji hipotesis dapat diketahui pada tabel 4.12 sebagai berikut.
Tabel 4.12 Hasil Kesimpulan Uji Hipotesis
Hipotesis Variable Hasil Uji

H1 TPT Berpengaruh negatif dan tidak signifikan


H2 UMK Berpengaruh positif dan signifikan

Sumber : Diolah oleh penulis (2021)

4.4 Pembahasan
4.4.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Pengujian hipotesis dari regresi metode fixed effect maka nilai P-Values pada variabel
TPT adalah 0,284 sementara itu nilai koefisiennya adalah -67.22253. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa TPT tidak memiliki signifikan dan berpengaruh negatif pada kemiskinan
di Jawa Tengah pada tahun 2019-2020.

4.4.2 Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)


Hasil uji hipotesis diperoleh nilai P-value pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota
(UMK) dan Pengangguran Terbuka (TPT) terhadap kemiskinan adalah 0,000 yang lebih kecil
dari (0,05), dan nilai koefisien berpengaruh positif .0000517. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah..

4.4.3 Kondisi UMK, TPT, dan Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2019-2020
Angka kemiskinan di Jawa Tengah tergolong cukup tinggi karena UMK di beberapa
kabupaten/kota tinggi sehingga tingkat pengangguran terbuka ikut meningkat. Jumlah
penduduk yang tinggi, kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia, daya saing ekonomi masih
rendah, kualitas sumber daya manusia belum kompeten secara keseluruhan, serta
pembangunan perekonomian belum merata menjadi faktor pendorong kemiskinan di Jawa
Tengah cukup tinggi. Jumlah penduduk yang tinggi berarti kebutuhan akan hidup yang layak
16
meningkat, akibatnya penetapan UMK akan semakin tinggi. Banyak usaha atau bisnis
masyarakat yang terdampak pandemi apalagi di Jawa Tengah terkenal dengan banyak industri
kecil seperti pengrajin, ukiran, lukisan, maupun ornamen yang notabenenya memegang
peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian di Jawa Tengah.
Selain itu, di tahun 2019 - 2020 hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia
dihadapkan pada kondisi pandemi Covid-19 yang menyebabkan kestabilan perekonomian
lemah, daya beli masyarakat rendah, akibatnya perusahaan membatasi tenaga kerja, sehingga
angka pengangguran dan kemiskinan meningkat. saat pandemi permintaan barang yang bukan
kebutuhan dasar berkurang, membuat banyak perusahaan yang tidak memproduksi kebutuhan
dasar terpaksa harus memangkas tenaga kerja mereka, terutama perusahaan tekstil dan garmen.
Sebanyak 11.438 pekerja di PHK karena permintaan terhadap barang / jasa yang mereka
produksi menurun drastis. Jadi, persentase kemiskinan yang tinggi di Jawa Tengah dipengaruhi
oleh faktor eksternal seperti adanya pandemi, kestabilan politik dan pemerintahan, kebijakan
serta pembangunan yang belum merata di seluruh kota / kabupaten Jawa Tengah.

17
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk memperjelas status, dampak, dan hubungan antara
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) terhadap
kemiskinan. Variabel bebas yaitu pengangguran terbuka (TPT) dan Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK), dan variabel terikat yaitu kemiskinan. Populasi yang digunakan
dalam survei ini adalah 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, dan sampel digunakan pada tahun
2019 sampai dengan tahun 2020.
Penelitian ini dilakukan dengan menguji variabel TPT dan UMK secara bersamaan
terhadap variabel kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil pengujian regresi
data panel diketahui bahwa TPT tidak memiliki signifikan dan berpengaruh negatif pada
kemiskinan di Jawa Tengah pada tahun 2019-2020. Sedangkan Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Jawa
Tengah.
Dari hasil penelitian menyatakan signifikansi antara TPT dan UMK terhadap
Kemiskinan, maka dapat disimpulkan tidak ada peningkatan atau penurunan Kemiskinan dari
hubungannya dengan TPT karena hubungan TPT dan jumlah Kemiskinan tersebut negatif.
Sedangkan Kemiskinan akan mengalami peningkatan dan penurunan sejalan dengan besaran
UMK yang berlaku. Hal ini jelas disebabkan oleh hubungan antara UMK dan Kemiskinan yang
menunjukan hasil signifikan dan positif.

5.2 Saran
Dalam penelitian ini, variabel yang diujikan hanya terbatas yaitu berupa Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) dan Upah Minimum Kabupaten / Kota ( UMK ) serta
Kemiskinan dengan rentang tahun antara 2019 sampai dengan 2020. Sehingga disarankan
untuk penelitian selanjutnya agar mengumpulkan informasi yang lebih lengkap dengan rentang
tahun yang lebih lama, sehingga hasil dari pengujian dapat lebih relevan dan bermanfaat luas
bagi semua pihak.

18
DAFTAR PUSTAKA

BPS. (n.d.-a). Kemiskinan 2019-2021. 2019.


https://jateng.bps.go.id/indicator/23/34/1/kemiskinan.html
BPS. (n.d.-b). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (Persen), 2018-2020. 2020.
https://jateng.bps.go.id/indicator/6/64/1/tingkat-pengangguran-terbuka-tpt-.html
BPS. (2020). Upah Minimum Kabupaten/Kota Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah, 2018- 2020 (Rupiah). https://jateng.bps.go.id/statictable/2020/07/15/1828/upah-
minimum-kabupaten-kota-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-tengah-2018--
2020-rupiah-.html
Effendy, R. S. (2019). Pengaruh Upah Minimum Terhadap Pengurangan Tingkat
Pengangguran Terbuka Di Indonesia. Fokus Ekonomi : Jurnal Ilmiah Ekonomi, 14(1),
115–124. https://doi.org/10.34152/fe.14.1.115-124
KEZIA, R. (n.d.). Perbedaan UMR dan UMK Serta Serba-Serbi Upah Minimum.
NOVEMBER 14, 2019. https://www.online-pajak.com/tentang-pph21/perbedaan-umr-
dan-umk
M, P. (n.d.). Pengertian Kemiskinan Secara Umum, Jenis, Penyebab, dan Dampak
Kemiskinan. 04/02/2018. https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-
kemiskinan.html
RISKA, F. (n.d.). Ganjar: Pandemi Covid-19 Tingkatkan Kemiskinan dan Pengangguran di
Jateng. 17/06/2021. https://nasional.kompas.com/read/2021/06/17/15362801/ganjar-
pandemi-covid-19-tingkatkan-kemiskinan-dan-pengangguran-di-jateng

19
LAMPIRAN

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Perbandingan Model Regresi (common effect, fixed effect, random effect)

20
Hasil Uji Lagrange Multiplier

21
Hasil Uji Chow

22
Regresi Model Fixed Effect

Hasil Uji Normalitas

Hasil Uji Multikolinieritas

23
Hasil Uji Autokorelasi

Hasil Uji Heteroskedastisitas

24
PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) DAN
UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA (UMK) TERHADAP
KEMISKINAN DI 35 KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA
TENGAH TAHUN 2019 - 2020
ORIGINALITY REPORT

18 %
SIMILARITY INDEX
17%
INTERNET SOURCES
9%
PUBLICATIONS
12%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
repository.uinbanten.ac.id
Internet Source 5%
2
Submitted to Universitas Jember
Student Paper 1%
3
id.123dok.com
Internet Source 1%
4
pambudiagung.blogspot.com
Internet Source 1%
5
Submitted to Universitas Muhammadiyah
Surakarta
1%
Student Paper

6
Submitted to STIE Perbanas Surabaya
Student Paper 1%
7
text-id.123dok.com
Internet Source 1%
8
docobook.com
Internet Source 1%

Anda mungkin juga menyukai