ADHAWATI
N 201 16 078
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat
pada waktunya.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu
kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi
materinya, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penyusun mengharapkan
saran serta kritik yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, dengan segala
keterbatasan yang ada, mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
Penyusun
DAFTARS ISI
ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTARS ISI........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................2
1.2 Tujuan..........................................................................................................................2
1.3 Manfaat.......................................................................................................................2
iii
3.1 Pelaksanaan Magang................................................................................................2
BAB V PENUTUP................................................................................................................2
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................2
5.2 Saran........................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................2
DAFTAR TABEL
iv
Tabel 2.1 Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan di
Tabel 2.2 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan Kesehatan Dinas Kesehatan
Tabel 3.1 Uraian Kegiatan Peserta Magang di Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Tabel 3.2 Uraian Kegiatan Peserta Magang di Bidang Pengendalian dan Pencegahan
Tabel 4.1 Laporan Bulanan Kasus Penderita Diare di Kabupaten Tolitoli pada Bulan
Tabel 4.2 Laporan Bulanan Kasus Diare Pada Balita 0 - 4 Tahun pada Bulan Januari
Tabel 4. 3 Rekapan Data Laporan Bulanan Januari – Juni 2019 Sebelum Analisis....44
Tabel 4. 4 Rekapan Data Laporan Bulanan Januari – Juni 2019 Setelah Analisis......44
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
besar dalam upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan
daya saing bangsa. Harapan agar peran yang strategis dan besar tersebut dapat
kualitas yang unggul. Masa ini, seorang mahasiswa bukan hanya dituntut
berkompeten dalam bidang kajian ilmunya tetapi juga dituntut untuk memiliki
perubahan dan perkembangan yang terjadi di dunia luar dan lain-lain (USU,
2009)
dilakukan secara aktif dalam suatu perusahaan atau instansi yang diikuti oleh
peserta magang tentang dunia kerja yang sebenarnya dan penerapan ilmu, teori-
1
teori yang selama ini dipelajari dan didapat mahasiswa selama mengikuti
Kegiatan magang pula dapat memupuk disiplin kerja dan profesionalisme dalam
bekerja agar dapat mengenal dunia atau lingkungan kerja yang akan bermanfaat
magang juga penting untuk diikuti oleh mahasiswa mengingat kebutuhan saat ini
bukan hanya sekedar ilmu - ilmu yang sifatnya teoritis, melainkan juga diperlukan
suatu kegiatan yang dapat menambah ilmu - ilmu yang telah dipelajari
kematian yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit
(agent) dan pejamu (host). Ketiga faktor tersebut disebut sebagai segitiga
buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi kali
atau lebih selama 1 hari atau lebih. Definisi ini lebih menekankan pada
2
konsistensi tinja daripada frekuensinya. Jika frekuensi BAB meningkat namun
konsistensi tinja padat, maka tidak disebut sebagai diare. Bayi yang menerima
ASI eksklusif sering mempunyai tinja yang agak cair, atau seperti pasta, hal ini
juga tidak disebut diare. Ibu biasanya mengetahui kapan anak mereka terkena
diare dan dapat menjadi sumber diagnosis kerja yang penting. Diare menyerang
anak pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Insidensi diare tertinggi pada anak
di bawah umur 2 tahun dan akan menurun seiring bertambahnya usia (Kemenkes,
2011).
Penyakit diare adalah penyakit infeksi yang memiliki ciri-ciri buang air
besar encer dan terjadi 4 kali sehari atau lebih, baik disertai lendir dan darah
zat gizi dalam makanan dan dehidrasi. Kondisi ini yang dapat menimbulkan
kematian apabila tidak ditangani dengan cepat. Penelitian diare pada anak-anak
ditemukan fakta bahwa 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua
masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 sampai 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.
Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan
3
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga
masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Tahun 2008 terjadi KLB di
69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR
2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756
orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi
dan zink merupakan salah satu langkah dalam menuntaskan masalah diare.
diare. Tujuannya adalah untuk mengganti cairan yang hilang saat mengalami
dan dokter merasa puas karena pasien merasa diberikan obat dan cepat sembuh.
kejadian diare.
4
wilayah kerjanya salah satunya terkait diare. Puskesmas mempunyai program
satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam SIK adalah Sistem Informasi
adalah dua hal yang sangat penting dalam dunia kesehatan. Laporan SP2TP pada
puskesmas memiliki peran yang sangat penting sehingga proses pencatatan dan
2016).
pelayanan obat secara efektif, efisien dan rasional diperlukan sistem pengelolaan
obat secara tertib dan benar sesuai standar yang ada. Departemen Kesehatan
setiap fungsi sangat berperan dalam menunjang fungi yang lainnya. Namun
5
puskesmas. Puskesmas dengan segala keterbatasan seringkali terfokus atau
berupa ketersediaan obat secara tepat waktu dan sesuai kebutuhan menjadi
Puskesmas Kabupaten Tolitoli masih tergolong tinggi yaitu sebesar 5.276 kasus.
Penyakit diare terjadi hampir setiap tahun di Kabupaten Tolitoli dengan jumlah
data jumlah penderita diare semua umur dan balita, cakupan pelayanan diare,
cakupan pemberian oralit dan zink, rata-rata pemberian oralit dan zink dan
cakupan pemberian RL. Laporan ini merupakan hal yang penting akan
kesesuaian datanya sebagai salah satu penentu dalam pembuatan program dalam
Kesehatan Tolitoli adalah gambaran distribusi oralit dan zink pada penderita
melihat laporan kasus diare mencakup jumlah pemberian oralit dan zink pada
6
penderita diare pada bulan Januari sampai Juni 2019 pada seluruh Puskesmas di
Kabupaten Tolitoli.
1. 2 Tujuan
1. Untuk mengetahui distribusi oralit dan zink pada penderita diare balita
Tolitoli
1. 3 Manfaat
kerja.
suasana kerja.
7
d. Melatih kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan
peminatan masing-masing.
8
BAB II
GAMBARAN UMUM
dalam koordinat 0,35 - 1,20 lintang utara dan 120,312 - 122,09 bujur
letaknya bervariasi.
Hasil perhitungan luas peta ketinggian, ternyata daerah dengan
ketinggian 100 – 500 meter dari permukaan laut adalah yang paling luas
dari permukaan laut adalah paling kecil yaitu 16.887 ha (4,14 %).
Luas kelas lereng tanah, daerah dengan kemiringan 15–40% memiliki
9
mempunyai persentase terkecil, yaitu 13,73 % sedang untuk luas
28.716 ha (7,03%).
Sementara itu, luas kedalaman efektif yang terbesar adalah 60–90 cm
yaitu sebesar 44,43%. Untuk luas tekstur tanah, tekstur tanah sedang adalah
10
Pertumbuhan dan persebaran penduduk jumlah penduduk
Kabupaten Tolitoli tahun 2016 menurut data dari BPS sebanyak 228. 496
jiwa. Dengan luas wilayah sebesar 4.079,8 km2, maka rata – rata kepadatan
a. Iklim
yaitu musim Barat yang basah dan musim Utara yang kering. Angin barat
bertiup antara bulan Oktober sampai bulan Maret dan pada periode ini
bertiup antara bulan April sampai bulan September, yang pada periode ini
11
Tolitoli menurut Schmidt dan Ferguson, yang didasarkan pada
perbandingan bulan kering (0–60 mm) sebulan dan bulan basah (lebih dari
100 mm) sebulan adalah sebagai berikut : Bangkir dan sekitarnya tipe D,
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2016 yaitu dari 32,17℃ menjadi
lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2016 yang mencapai 23,65℃
dengan suhu terendah 22,6℃ yang terjadi pada bulan Oktober 2017. Rata-
rata kelembaban udara pada Tahun 2017 lebih rendah jika dibandingkan
c. Curah hujan
247 hari hujan dengan curah hujan sebesar 2.631,6 mm. Sehingga rata-
rata hari hujan per bulan adalah 21 hari dengan rata-rata curah hujan
12
Pada musim hujan, angin bertiup agak menurun dibandingkan
dimana pribadi itu tinggal. Lingkungan sehat dapat dikatakan bila sudah
rumah sehat, akses jamban sehat, institusi dibina, Tempat Umum dan
Pengelolaan Makanan (TUPM) sehat, akses air bersih dan desa Sanitasi
228.486 Jiwa atau sebesar 79,0 %. Sarana air bersih yang paling banyak
13
sedangkan yang paling sedikit adalah Terminal Air Tidak ada Penduduk
sebagai tempat tinggal atau hunian. Rumah harus sehat dan nyaman agar
rumah dengan kriteria rumah sehat di Kabupaten Tolitoli pada tahun 2017
14
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
dengan tinja, membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga serta
wisata, kolam renang, restoran, tempat ibadah, jasa boga, tempat jajanan,
depot air minum dll. Tempat umum yang memenuhi syarat adalah tempat
umum yang mempunyai akses sanitasi dasar (air bersih, jamban , limbah,
263 buah atau 63,8%. Data mengenai tempat tempat umum (TTU)
makanan jajanan.
15
2.2 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli
dapat terkoordinasikan dengan baik. Untuk itu, dibutuhkan kerjasama dari para
pengelola program baik dalam lingkup Dinas Kesehatan maupun Puskesmas agar
senantiasi berperan aktif dalam menyediakan data yang lengkap dan tepat waktu
Kesehatan dipimpin oleh Seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan
16
2.2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
oleh Pemerintah.
Dinas Daerah Kota merupakan unsur Pelaksanaan Urusan
Kesehatan Kota Palu dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dengan Jabatan
Tinggi Pratama.
Kabupaten.
17
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) serta
urusan pemerintahan.
Fungsi:
18
a. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan
Kesehatan
lingkungan dinas.
Fungsi:
19
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan rencana kerja,
urusan kesekretariatan
20
koordinasi, fasilitasi, evaluasi serta pelaporan
Fungsi :
21
5. Pelaksanaaan analisa dan pengembangan kinerja bidang
lingkungan
Fungsi :
22
pengendalian penyakit tidak menular dan Kesehatan
jiwa
jiwa
jiwa
jiwa
23
Tugas : Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas
Fungsi :
transfusi darah
transfusi darah
transfusi darah
24
4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
transfusi darah
fungsinya.
Fungsi:
dan Gizi
25
3. Melaksanakan koordinasi dan melakukan pembinaan
masyarakat
26
kesehatan lanjut usia serta gizi masyarakat
Gizi dan
Fungsi :
Pemberdayaan Masyarakat
27
3. Melaksanakan koordinasi dan melakukan pembinaan
28
10. Penyiapan bahan dan data serta menyusun dan
pimpinan.
Kesehatan.
Fungsi:
kesehatan
29
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
manusia kesehatan
kesehatan
kinerja Bidang.
30
KEPALA DINAS
Drs. BAKRI IDRUS, Apt.MM
NIP. 196702091993021001
SEKRETARIS
ANJASMARA, S.Pt.MP JABATAN FUNGSIONAL
NIP. 197510202005011011
Ka. SUB BAGIAN UMUM & KEPEGAWAIAN Ka. SUB BAGIAN KEUANGAN & ASET Ka. SUB BAGIAN PROGRAM
SENIWATI AHADA, Bsc FILOMENA A. TASSYAM BANYUWATI ZAMZAM, AMTE
196205071993022005 197002081993032005 19011062002112001
UPTD
LABORATORIUM KESEHATAN
UPTD UPTD UPTD
PUSKESMAS-PUSKESMAS AKPER INSTALASI FARMASI
31
2.3 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan Kesehatan Dinas Kesehatan
Kabupaten Tolitoli Tahun 2016-2021
Misi :
1. Menguatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih
2. Meningkatkan petumbuhan ekonomi rakyat dan menurunkan tingkat kemiskinan berbasis kawasan
3. Mewujudkan sumber daya manusia melalui pendidikan berkarakter dan kesehatan berkualitas
4. Menguatkan daya saing daerah berbasis desa dan kecamatan
5. Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam dan mempertahankan kelestarian lingkungan hidup
6. Merestorasi infrastruktur dasar dan strategis serta sarana dan prasana daerah.
7. Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang religious dan berbudaya dalam Tatanan Kearifan Lokal
32
3. Meningkatkan Menyusun rencana aksi daerah
pelaksanaan kegiatan (RAD) tentang percepatan
deteksi dini bagi pembentukan kader POSBINDU
seluruh masyarakat pada setiap desa
beresiko penyakit tidak
menular(PTM) yang di
laksanakan pada
Menyusun MOU antara kepala desa
POSBINDU PTM yang
dan kepala dinas kesehatan untuk
berada di setiap desa/
pelaksanaan operasional POSBINDU
kelurahan
sebagai bagian dari UKBN dehingga
deteksi dini resiko dapat terlaksana.
33
BAB III
HASIL KEGIATAN MAGANG
penyakit tidak menular (P2TM) dan kesehatan jiwa. Berikut merupakan nama-
2. Adhawati : N20116078
3. Wirdayanti : N20116068
5. Pebriyana : N20116098
34
3.2 Uraian Kegiatan Magang Bagian Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Menular (P2M) di Dinas Kesehatan Kota Tolitoli.
Adapun uraian kegiatan magang oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan
35
Tabel 3. 3 Uraian Kegiatan Peserta Magang di Bidang Pengendalian
Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli
Tahun 2019
AKTIVITAS KETERANGAN
MINGGU III
Melakukan Apel Pagi Mengetahui informasi umum dari atasan
Analisis Data Diare dan Pemberian Oralit Mengetahui bagaimana pembuatan
pada Penderita Diare rekapitulasi jumlah kasus:
Laporan kasus baru penyakit menular
Laporan kasus lama penyakit menular
Rekapitulasi penyakit bulanan tiap
puskesmas.
Mengetahui dosis pemberian oralit sesuai
golongan umur
MINGGU IV
36
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
unsur pelaksana dinas dibidangnya yang dipimpin oleh seorang Kepala Seksi,
penyakit menular.
menular.
37
melakukan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
melihat data laporan bulanan penderita diare dari 14 Puskesmas yang dipantau
38
Grafik 4. 1 Penderita Diare Semua Golongan Umur di Kabupaten
Tolitoli Bulan Januari – Juni 2019
Tolitoli pada Bulan Januari – Juni Tahun 2019 Puskesmas yang memiliki
penderita sebanyak 393 penderita dan Puskesmas yang memiliki jumlah kasus
pada Bulan Januari – Juni Tahun 2019 cenderung stabil tiap bulannya. Kasus
penderita diare tertinggi terdapat pada bulan Januari dengan jumlah kasus
dan tidak terdapat peningkatan maupun penurunan yang besar pada bulan
39
Tabel 4. 2 Laporan Bulanan Kasus Diare Pada Balita 0 - 4 Tahun pada
Bulan Januari - Juni Tahun 2019
Puskesmas Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Kombo 3 3 1 6 12 3 28
Bangkir 4 8 3 3 2 3 23
Ogotua 4 5 8 4 3 16 40
Dondo 5 16 8 10 13 2 54
Basidondo 1 2 2 0 2 1 8
Kayulompa 2 2 3 4 3 1 15
Ogodeide 0 0 0 0 0 0 0
Lampasio 15 10 10 6 4 10 55
Baolan 14 15 19 17 22 18 105
Kota 30 13 23 14 27 37 144
Galang 16 29 15 7 11 20 98
Dungingis 10 12 15 7 9 7 60
Laulalang 7 5 23 24 4 7 70
Binontoan 5 18 9 0 8 14 54
Jumlah 116 138 139 102 120 139 754
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli 2019
tahun pada bulan Januari sampai Juni tahun 2019, diketahui puskesmas
dengan jumlah kasus penderita diare balita usia 0 – 4 tahun tertinggi adalah
balita. Puskesmas Baolan tertinggi kedua sebanyak 105 penderita diare balita.
adalah Puskesmas Ogodeide yang tidak memiliki pelaporan diare pada balita
yaitu 0 dan pada bulan Juni belum ada pelaporan. Hasil wawancara dengan
40
dan Puskesmas Kota merupakan puskesmas yang melayani penduduk
terbanyak dengan jumlah penduduk sebanyak 49.242 jiwa. Faktor lain juga
makanan dan minuman. Hal ini sesuai dengan penelitian Aziz (2006) yang
dikutip dalam (Hartati and Nurazila, 2018) yang menyatakan bahwa faktor
yang di konsumsi.
Grafik 4. 2 Kasus Diare pada Balita Usia 0-4 Tahun Kabupaten Tolitoli
Pada Bulan Januari – Juni Tahun 2019
Kabupaten Tolitoli pada Bulan Januari – Juni tahun 2019 berfluktuasi. Hal ini
dapat dilihat dari adanya penurunan drastis pada bulan April lalu pada bulan
41
Gambaran Distribusi Oralit dan Zink Pada Penderita Diare Usia 0 – 4
Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Tolitoli
penderita diare dari setiap golongan umur, pemberian oralit,zin dan RL,
cakupan pemberian oralit, zink dan RL, rata-rata pemberian oralit, zink dan
RL. Pada Gambaran distribusi oralit dan zink yang diamati adalah cakupan
pemberian oralit dan zink. Berikut gambaran cakupan pemberian oralit dan
42
Tabel 4. 3 Data Jumlah Penderita Diare Balita Usia 0 -4 tahun
Kabupaten Tolitoli Bulan Januari - Juni 2019
≥ 6 bulan - < 1
Puskesmas 0-6 bulan Tahun 1 - 4 tahun Total
Kombo 3 6 19 28
Bangkir 2 3 18 23
Ogotua 1 7 32 40
Dondo 3 14 37 54
Basidondo 0 2 6 8
Kayulompa 1 1 13 15
Ogodeide 0 0 0 0
Lampasio 1 9 45 55
Baolan 9 18 78 105
Kota 7 29 113 144
Galang 4 13 81 98
Dungingis 10 4 46 60
Laulalang 0 17 53 70
Binontoan 0 16 38 54
Jumlah 41 139 579 754
Sumber : Data Pelaporan Puskesmas Tiap Bulan Puskesmas Kabupaten Tolitoli
tablet) dan diberikan selama 10 hari berturut – turut yang berarti pemberian
sebanyak 5 tablet zink dan diatas 6 bulan dengan dosis 20 mg (1 tablet) dan
tablet zink.
43
Tabel 4. 4 Rekapan Data Laporan Bulanan Januari – Juni 2019
Sebelum Analisis
Penderita zink Pemakaian oralit <5
Penderita < 5 tahun Pemakaian
thn Cakupan Cakupan
No Puskesmas oralit < 5 0-6 6 bln 1–4 oralit 0-6 6 bln 1–4 Pemberia Pemberian
tahun < 5 thn bln –1 thn n Oralit zink
bln –1 thn
thn thn
1 Kombo 353 2 6 19 276 9 55 360 1260% 96%
2 Bangkir 17 0 1 15 388 5 0 155 73,91% 69,57%
3 Ogotua 42 0 3 29 790 0 30 290 105% 80%
4 Dondo 117 3 14 39 289 0 95 240 216% 103,7%
5 Basidondo 141 0 11 14 68 0 10 50 1762% 312,5%
6 Kayulompa 36 1 1 12 304 5 0 140 240% 93,33%
7 Ogodeide 36 0 0 0 475 0 0 0 - -
8 Lampasio 133 1 9 115 393 5 40 330 241% 227,27%
9 Baolan 14 2 0 0 366 47 180 820 13,33% 1,90%
10 Kota 342 0 6 31 1.300 7 159 554 237,5% 98,61%
11 Galang 25 0 0 2 151 25 30 70 25,51% 20,41%
12 Dungingis 45 1 2 4 70 6 6 24 75% 83,33%
13 Laulalang 535 0 0 50 348 10 260 215 764,29% 721,43%
14 Binontoan 35 0 0 0 20 0 0 8 64,81% 0%
TOTAL 1871 28 327 659 5238 119 870 3276 248,14 134, 48
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli 2019
Tabel 4. 5 Rekapan Data Laporan Bulanan Januari – Juni 2019 Setelah
Analisis
Penderita zink Pemakaian oralit <5
Penderita < 5 tahun Pemakai
thn Cakupan Cakupan
No Puskesmas oralit < 5 0-6 6 bln 1–4 an oralit 0-6 6 bln 1–4 Pemberian Pemberian
tahun < 5 thn bln –1 thn Oralit zink
bln –1 thn
thn thn
1 Kombo 28 3 6 19 168 15 30 190 100% 100%
2 Bangkir 23 1 4 18 138 5 20 180 100% 100%
3 Ogotua 40 1 7 32 240 5 35 320 100% 100%
4 Dondo 54 3 14 37 324 15 70 370 100% 100%
5 Basidondo 8 0 2 6 32 0 10 60 100% 100%
6 Kayulompa 15 1 1 13 90 5 5 130 100% 100%
7 Ogodeide 0 0 0 0 0 0 0 0 - -
8 Lampasio 55 1 9 45 330 5 45 450 100% 100%
9 Baolan 105 9 18 78 630 45 90 780 100% 100%
10 Kota 144 7 24 113 864 35 120 1130 100% 100%
11 Galang 98 4 13 81 588 20 65 810 100% 100%
12 Dungingis 60 10 4 46 360 50 20 460 100% 100%
13 Laulalang 70 0 17 53 420 0 85 530 100% 100%
14 Binontoan 54 0 16 38 324 0 80 380 100% 100%
TOTAL 754 40 135 579 4524 200 675 5.790 100% 100%
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli 2019
100% namun juga tidak dikatakan baik karena target pemberian sebaiknya
adalah 100 %. Apabila hal tersebut tercapai maka cakupan pemberian oralit
44
pada penderita diare sudah sesuai. Adapun cakupan pemberian zink pada
diatas 100% hal ini menandakan bahwa adanya pemberian zink berlebih.
jumlah penderita yang didata. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya
atau adanya pergantian tanpa pelatihan sebelumnya, hal ini sesuai dengan
penelitian (Dwi, 2014) yang menyatakan bahwa tata laksana diare dari tahun
yang dipantau oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli. Hal ini dapat
diare balita usia 0 – 4 tahun. Pemberian oralit yang berlebih juga dapat
adalah suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah yang di mana suatu
45
objek tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah
(Husain, 2008).
jumlah masalah tetapi juga kegiatan ini lebih daripada itu karena masalah yang
telah dipilih hendaknya memiliki nilai yang sangat penting atau signifikansi
yang boleh dikatakan paling penting diantara proses lain (Setyosari, 2010).
sesungguhnya setiap kegiatan atau aktivitas memiliki bobot yang berbeda. Ada
kegiatan penting, sangat penting dan ada yang tidak penting bahkan sangat
tidak penting. Kita harus cerdas dalam memberikan bobot suatu kegiatan
yaitu:
46
4.3.1 Metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)
dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu semua masalah
cegah.
47
Tabel 4.6 Perhitungan Total Skor Prioritas Masalah
No Masalah U S G Total
1) 1= sangat kecil
2) 2= kecil
3) 3= sedang
4) 4= besar,
5) 5= sangat besar
Berdasarkan hasil skoring melalui metode USG diperoleh total skor
dan zink dengan jumlah penderita diare balita usia 0 – 4 tahun memiliki
total skoring sebanyak 10. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
distribusi oralit dan zink dengan jumlah penderita diare balita usia 0 – 4
48
faktor yang dapat menyebabkan tidak sesuainya distribusi obat ataupun
penanganan pada penderita diare tidak efektif. Hal ini dapat menyebabkan
kebutuhan oralit sebagai pengganti cairan bagi balita yang sangat rentan
Kasus diare pada balita butuh penangangan yang tepat. Hal ini
gizi dalam makanan dan dehidrasi. Kondisi ini yang dapat menimbulkan
diare pada anak-anak ditemukan fakta bahwa 80% kematian terjadi pada
anak berusia kurang dari dua tahun (Rosyada, Dini and Nur, 2018).
awal diare yang diberikan kepada penderita diare hanya sebesar 6,39%,
ramuan atau jamu 6,57%, penderita yang tidak diberi apapun 22,1%, dan
lain-lain 5%. Diare pada balita juga merupakan salah satu penyebab
49
terjadinya syok hipovolemik karena dehidrasi berat. Sebagian besar
Dampak dari distribusi oralit dan zink yang tidak sesuai dapat
LINTAS Diare tidak terlaksana dan tidak efektif. Apabila jumlah distribusi
oralit dan zink berlebih, hal ini dapat menyebabkan oralit dan zink yang
merugikan negara karena biaya yang terbuang sia-sia. Hal ini sesuai
obat yang buruk dapat dilihat dari banyaknya jumlah obat (dalam satuan
air besar encer dan terjadi 4 kali sehari atau lebih, baik disertai lendir dan
malabsorpsi zat gizi dalam makanan dan dehidrasi. Kondisi ini yang dapat
50
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air
besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut adalah
diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari,
sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari (Zein,
2004).
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab
diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan
Virus, Bakteri, dan Parasit. Diare akut sampai saat ini masih merupakan
maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)
dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat (Zein, 2004).
Menurut (Hartati and Nurazila, 2018), ada beberapa faktor yang
sampah dan saluran limbah yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya
diare pada balita, hal ini disebabkan karena vektor lalat yang hinggap
disampah atau limbah lalu kemudian hinggap dimakanan. Diare dapat terjadi
apabila seseorang menggunakan air yang sudah tercemar baik tercemar dari
saat disimpan dirumah. Selain itu kebiasaan mencuci tangan pada saat
51
memasak makanan atau sesudah Buang Air Besar (BAB) akan akan
menurut (Kemenkes RI, 2011) dilihat dari derajat dehidrasi diatas sesuai
52
53
54
Sumber : Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS Diare 2011
55
4.1 Dasar Hukum
yang masih tinggi. Ada beberapa dasar hukum yang menyangkut tentang
rabies, yaitu:
Berbasis Masyarakat
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2016-2019
masalah tidak sesuainya jumlah pemberian oralit dan zink dengan jumlah
yaitu melakukan pelatihan dan pemantauan pada staf pengelola diare yang
56
bertanggungjawab di tiap Puskesmas. Proses pelaporan juga ada baiknya
dalam bentuk softfile agar ketidaksesuaian dapat terlihat lewat format yang
telah disetujui. Apabila ada pergantian staff sebaiknya staff pengganti dilatih
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan magang, adapun masalah yang di temukan
dalam gambaran distribusi oralit dan zink pada penderita diare usia 0 – 4
tahun pada bulan Januari sampai Juni 2019 di wilayah kerja Puskesmas
target.
57
2. Dampak dari ketidaksesuaian distribusi oralit dan zink yaitu dapat
5.2 Saran
tiap Puskesmas.
sudah memiliki bekal materi tentang apa yang akan dipraktikan, baik
58
itu di dapat dari referensi maupun bertanya secara langsung pada
pembimbing instansi.
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes (2018) ‘Buku Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2017’, in.
Dwi, N. (2014) ‘Evaluasi Terapi Diare Pada Pasien Anak di Puskesmas Nguter
Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012’
Hartati, S. and Nurazila (2018) ‘Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada
balita di wilayah kerja puskesmas rejosari pekanbaru’, 3(2), pp. 400–407.
Kemenkes (2011) Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Situasi Diare
Indonesia.
59
Kemenkes RI (2011) ‘Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare’, Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, pp. 1–40.
Rosyada, A., Dini, P. A. and Nur, F. A. (2018) ‘Investigasi Kasus Diare Oada
Balita di Kota Palembang Tahun 2015 - 2016 dengan Pendekatan Sistem
Informasi Geografis’.
60
61