Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN MAGANG PROFESI

GAMBARAN DISTRIBUSI ORALIT DAN ZINK PADA PENDERITA DIARE


USIA 0 – 4 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN
TOLITOLI

ADHAWATI
N 201 16 078

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Magang tepat

pada waktunya.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu

dalam penyusunan laporan magang.


Dalam penyusunan laporan ini penyusun menyadari masih jauh dari

kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi

materinya, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penyusun mengharapkan

saran serta kritik yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, dengan segala

keterbatasan yang ada, mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi

kita semua, Aamiin.

Palu, 14 Juli 2019

Penyusun

DAFTARS ISI

ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTARS ISI........................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL..................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................2

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................2

1.2 Tujuan..........................................................................................................................2

1.3 Manfaat.......................................................................................................................2

BAB II GAMBARAN UMUM ..........................................................................................2

2.1 Keadaan Umum Kota Toli-toli.................................................................................2

2.1.1 Keadaan Geografis...............................................................................................2

2.1.2 Keadaan Iklim......................................................................................................2

2.1.3 Keadaan Lingkungan...........................................................................................2

2.2 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli........................................2

2.2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi..............................................................2

2.3 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan Kesehatan Dinas Kesehatan


Kabupaten Tolitoli Tahun 2016-2021.....................................................................2

BAB III HASIL KEGIATAN MAGANG...........................................................................2

iii
3.1 Pelaksanaan Magang................................................................................................2

3.2 Uraian Kegiatan Magang Bagian Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Menular (P2M) di Dinas Kesehatan Kota Tolitoli................................................2

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................................2

4.1 Analisis Situasi............................................................................................................2

4.2 Identifikasi Masalah....................................................................................................2

4.3 Penentuan Prioritas.....................................................................................................2

4.3.1 Metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)..........................................2

4.4 Teori Diare...................................................................................................................2

BAB V PENUTUP................................................................................................................2

5.1 Kesimpulan..............................................................................................................2

5.2 Saran........................................................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................2

DAFTAR TABEL

iv
Tabel 2.1 Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan di

Kabupaten Tolitoli 2017...........................................................................10

Tabel 2.2 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan Kesehatan Dinas Kesehatan

Kabupaten Tolitoli Tahun 2016-2021.......................................................32

Tabel 3.1 Uraian Kegiatan Peserta Magang di Bidang Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2019.......35

Tabel 3.2 Uraian Kegiatan Peserta Magang di Bidang Pengendalian dan Pencegahan

Penyakit Menular (P2) Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli 2019.........35

Tabel 3.3 Uraian Kegiatan Peserta Magang di Bidang Pengendalian Penyakit

Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2019......................36

Tabel 3. 4 Uraian Kegiatan Peserta Magang di Bidang Pengendalian dan Pencegahan

Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2019......36

Tabel 4.1 Laporan Bulanan Kasus Penderita Diare di Kabupaten Tolitoli pada Bulan

Januari - Juni Tahun 2019...........................................................................38

Tabel 4.2 Laporan Bulanan Kasus Diare Pada Balita 0 - 4 Tahun pada Bulan Januari

- Juni Tahun 2019........................................................................................40

Tabel 4. 3 Rekapan Data Laporan Bulanan Januari – Juni 2019 Sebelum Analisis....44

Tabel 4. 4 Rekapan Data Laporan Bulanan Januari – Juni 2019 Setelah Analisis......44

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Kabupaten Tolitoli................................................................................2

Gambar 2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli............................2

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan memiliki peran yang sangat

besar dalam upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan

daya saing bangsa. Harapan agar peran yang strategis dan besar tersebut dapat

dijalankan dengan baik, maka lulusan perguruan tinggi haruslah memiliki

kualitas yang unggul. Masa ini, seorang mahasiswa bukan hanya dituntut

berkompeten dalam bidang kajian ilmunya tetapi juga dituntut untuk memiliki

kompetensi yang holistik seperti: mandiri, mampu berkomunikasi, memiliki

jejaring (networking) yang luas, mampu mengambil keputusan, peka terhadap

perubahan dan perkembangan yang terjadi di dunia luar dan lain-lain (USU,

2009)

Kegiatan magang merupakan kegiatan lapangan atau praktek kerja yang

dilakukan secara aktif dalam suatu perusahaan atau instansi yang diikuti oleh

mahasiswa peserta magang. Pihak perusahaan atau instansi berhak untuk

mendayagunakan mahasiswa peserta magang seoptimal mungkin selama

berkaitan dengan lingkup tugas magangnya. Selama program magang ini

diharapkan mahasiswa peserta magang dapat mengetahui tentang pengalaman dan

terjun langsung ke dunia kerja. Magang tidak hanya menjadi persyaratan

kelulusan, magang dapat memperlihatkan kepada mahasiswa yang menjadi

peserta magang tentang dunia kerja yang sebenarnya dan penerapan ilmu, teori-

1
teori yang selama ini dipelajari dan didapat mahasiswa selama mengikuti

perkuliahan (Ramadhani, 2018).

Tujuan kegiatan magang dilaksanakan sebagai salah satu bentuk

pengaplikasian ilmu-ilmu secara teoritis yang telah didapat selama perkuliahan.

Kegiatan magang pula dapat memupuk disiplin kerja dan profesionalisme dalam

bekerja agar dapat mengenal dunia atau lingkungan kerja yang akan bermanfaat

bagi mahasiswa pada setelah menyelesaikan perkuliahan. Selain itu, kegiatan

magang juga penting untuk diikuti oleh mahasiswa mengingat kebutuhan saat ini

bukan hanya sekedar ilmu - ilmu yang sifatnya teoritis, melainkan juga diperlukan

suatu kegiatan yang dapat menambah ilmu - ilmu yang telah dipelajari

sebelumnya pada saat kegiatan perkuliahan (Zulkarnain, 2017)

Penyakit menular menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar di

hampir semua negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit menular

menjadi masalah kesehatan global karena menimbulkan angka kesakitan dan

kematian yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit

menular merupakan perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi.

Faktor tersebut terdiri dari lingkungan (environment), agen penyebab penyakit

(agent) dan pejamu (host). Ketiga faktor tersebut disebut sebagai segitiga

epidemiologi (Ragil and Yunita, 2017).

World Health Organization (WHO) mendefinisikan diare sebagai kejadian

buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi kali

atau lebih selama 1 hari atau lebih. Definisi ini lebih menekankan pada

2
konsistensi tinja daripada frekuensinya. Jika frekuensi BAB meningkat namun

konsistensi tinja padat, maka tidak disebut sebagai diare. Bayi yang menerima

ASI eksklusif sering mempunyai tinja yang agak cair, atau seperti pasta, hal ini

juga tidak disebut diare. Ibu biasanya mengetahui kapan anak mereka terkena

diare dan dapat menjadi sumber diagnosis kerja yang penting. Diare menyerang

anak pada tahun-tahun pertama kehidupannya. Insidensi diare tertinggi pada anak

di bawah umur 2 tahun dan akan menurun seiring bertambahnya usia (Kemenkes,

2011).

Penyakit diare adalah penyakit infeksi yang memiliki ciri-ciri buang air

besar encer dan terjadi 4 kali sehari atau lebih, baik disertai lendir dan darah

maupun tidak. Penyakit menular ini dapat menimbulkan gangguan malabsorpsi

zat gizi dalam makanan dan dehidrasi. Kondisi ini yang dapat menimbulkan

bahaya khususnya pada anak-anak dibawah 5 tahun karena dapat menimbulkan

kematian apabila tidak ditangani dengan cepat. Penelitian diare pada anak-anak

ditemukan fakta bahwa 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua

tahun (Rosyada, Dini and Nur, 2018).

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang

masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen

Kesehatan dari tahun 2000 sampai 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.

Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik

menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan

3
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga

masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Tahun 2008 terjadi KLB di

69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR

2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756

orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi

KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73

orang (CFR 1,74 %) (Kemenkes, 2011).

Sesuai Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) Pemberian oralit

dan zink merupakan salah satu langkah dalam menuntaskan masalah diare.

Pemberian oralit adalah pertolongan pertama pada bayi/balita saat mengalami

diare. Tujuannya adalah untuk mengganti cairan yang hilang saat mengalami

diare sekaligus menghindarkan anak dari kekurangan cairan akibat dehidrasi.

Berdasarkan penelitian di rumah sakit Sardjito dengan pemberian zink, pasien

dan dokter merasa puas karena pasien merasa diberikan obat dan cepat sembuh.

Namun demikian, perlu ditekankan pentingnya meneruskan zink sampai 10 hari

untuk mencegah berulangnya diare pada 3 bulan mendatang. Tatalaksana tersebut

berhasil menurunkan angka kematian, namun belum bisa menurunkan angka

kejadian diare.

Puskesmas merupakan salah satu fasilitas umum yang bertujuan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama. Upaya Puskesmas dalam mencapai derajat

kesehatan masyarakat lebih mengutamakan peningkatan dan pencegahan di

4
wilayah kerjanya salah satunya terkait diare. Puskesmas mempunyai program

wajib dan program pengembangan dalam upaya menyelenggarakan

pembangunan kesehatan. Manfaat lain program penunjang puskesmas adalah

melakukan pencatatan dan pelaporan sistem informasi kesehatan (SIK). Salah

satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam SIK adalah Sistem Informasi

Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dengan sumber utama datanya menggunakan

pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP). Puskesmas dan SP2TP

adalah dua hal yang sangat penting dalam dunia kesehatan. Laporan SP2TP pada

puskesmas memiliki peran yang sangat penting sehingga proses pencatatan dan

pelaporan perlu disamakan format dan prosedurnya (Herawati and Purnomo,

2016).

Salah satu pelayanan penunjang yang penting di puskesmas yaitu

pelayanan obat. Penyediaan obat yang murah dan berkualitas merupakan

kekuatan tersendiri yang dimiliki oleh puskesmas. Untuk dapat memberi

pelayanan obat secara efektif, efisien dan rasional diperlukan sistem pengelolaan

obat secara tertib dan benar sesuai standar yang ada. Departemen Kesehatan

2003, memberikan ruang lingkup pengelolaan obat sebagai suatu rangkaian

kegiatan yang mencakup perencanaan, permintaan obat, penerimaan obat,

penyimpanan, distribusi, pengendalian, pelayanan obat, serta pencatatan dan

pelaporan. Fungsi-fungsi pada pengelolaan obat membentuk suatu siklus dimana

setiap fungsi sangat berperan dalam menunjang fungi yang lainnya. Namun

seringkali hal ini kurang mendapat perhatian dalam pengelolaan obat di

5
puskesmas. Puskesmas dengan segala keterbatasan seringkali terfokus atau

memberi perhatian lebih hanya pada fungsi-fungsi tertentu, sementara fungsi

lainnya kurang diperhatikan sehingga pencapaian output (keluaran) pelayanan

berupa ketersediaan obat secara tepat waktu dan sesuai kebutuhan menjadi

kurang optimal (Razak, Pamudji and Harsono, 2012).

Data tahun 2018 menunjukkan kasus keseluruhan penyakit diare di

Puskesmas Kabupaten Tolitoli masih tergolong tinggi yaitu sebesar 5.276 kasus.

Penyakit diare terjadi hampir setiap tahun di Kabupaten Tolitoli dengan jumlah

penderita yang terus meningkat (Dinkes, 2018). Dinas Kesehatan Kabupaten

Tolitoli akan menerima laporan bulanan dari tiap Puskesmas di wilayah

Kabupaten Tolitoli yang terdiri dari 14 Puskesmas. Laporan bulanan mencakup

data jumlah penderita diare semua umur dan balita, cakupan pelayanan diare,

cakupan pemberian oralit dan zink, rata-rata pemberian oralit dan zink dan

cakupan pemberian RL. Laporan ini merupakan hal yang penting akan

kesesuaian datanya sebagai salah satu penentu dalam pembuatan program dalam

pencegahan dan pengendalian penyakit dalam lingkup kerja Dinas Kesehatan.

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, adapun yang melatarbelakangi

pembuatan laporan ini sesuai dengan masalah yang ditemukan di Dinas

Kesehatan Tolitoli adalah gambaran distribusi oralit dan zink pada penderita

diare usia 0 – 4 tahun di wilayah kerja puskesmas Kabupaten Tolitoli dengan

melihat laporan kasus diare mencakup jumlah pemberian oralit dan zink pada

6
penderita diare pada bulan Januari sampai Juni 2019 pada seluruh Puskesmas di

Kabupaten Tolitoli.

1. 2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan kemampuan mahasiswa melalui kesepadanan

pengetahuan yang diperoleh dengan fenomena yang ada di institusi yang

relevan bidang kesehatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi oralit dan zink pada penderita diare balita

usia 0 – 4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Tolitoli

2. Untuk mengetahui dampak distribusi oralit dan zink pada penderita

diare balita usia 0 – 4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten

Tolitoli

1. 3 Manfaat

1.3.1 Bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan kemampuan daya saing di dunia kerja sesuai dengan

peminatan yang dipilih.

b. Memperoleh pengalaman dan wawasan professional dalam dunia

kerja.

c. Melatih kemampuan dalam memahami struktur, mekanisme, dan

suasana kerja.

7
d. Melatih kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi program yang dilakukan dalam dunia kerja.

1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

a. Membantu menyiapkan tenaga terdidik yang kompeten sesuai

peminatan masing-masing.

b. Menjamin kelangsungan sistem pendidikan dengan tersedianya

fasilitas bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmunya sebagai

bekal dalam memasuki dunia kerja.

1.3.3 Bagi Institusi

a. Meningkatkan kerjasama dengan dunia Perguruan Tinggi sesuai

dengan harapan pemerintah.

b. Membantu upaya pemecahan masalah yang dihadapi sesuai dengan

kemampuan dan disiplin ilmu yang dimiliki mahasiswa magang.

c. Membantu pelaksanaan kegiatan yang ada sesuai dengan tugas dan

fungsi Mahasiswa magang.

8
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Keadaan Umum Kota Toli-toli

2.1.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Tolitoli merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi

Sulawesi Tengah. Dalam peta Pulau Sulawesi, Kabupaten Tolitoli nampak

memanjang dari timur ke barat, terletak di sebelah utara garis khatulistiwa

dalam koordinat 0,35 - 1,20 lintang utara dan 120,312 - 122,09 bujur

timur, serta mempunyai batas-batas sebagai berikut :


a. Sebelah Utara : dengan Laut Sulawesi dan Kabupaten Buol
b. Sebelah Timur : dengan Kabupaten Buol
c. Sebelah Selatan : dengan Kabupaten Parigi Moutong
d. Sebelah Barat : dengan Selat Makassar yang memisahkan Pulau

Sulawesi dengan Pulau Kalimantan


Kabupaten Tolitoli terletak pada ketinggian 0 – 2.500 meter dari

permukaan laut, dengan keadaan topografis dasar hingga pegunungan

sedang dataran rendah yang umumnya tersebar di sekitar pantai dan

letaknya bervariasi.
Hasil perhitungan luas peta ketinggian, ternyata daerah dengan

ketinggian 100 – 500 meter dari permukaan laut adalah yang paling luas

yaitu sebesar 192.748 ha (47,24%) dan tersebar di seluruh wilayah

kecamatan. Sedangkan daerah yang berada pada ketinggian >1.000 meter

dari permukaan laut adalah paling kecil yaitu 16.887 ha (4,14 %).
Luas kelas lereng tanah, daerah dengan kemiringan 15–40% memiliki

persentase terbesar, yaitu 43,35% dan daerah dengan kemiringan 0–2%

9
mempunyai persentase terkecil, yaitu 13,73 % sedang untuk luas

kedalaman efektif tanah, kedalaman >90 cm seluas 103.474 ha (25,36%),

dan untuk kedalaman <30 cm mempunyai persentase yang terkecil yakni

28.716 ha (7,03%).
Sementara itu, luas kedalaman efektif yang terbesar adalah 60–90 cm

yaitu sebesar 44,43%. Untuk luas tekstur tanah, tekstur tanah sedang adalah

81,43% (332.227 ha), yang mana data-data tersebut sangat dibutuhkan

dalam pelaksanaan pertanian.

Tabel 2. 1 Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut


Kecamatan di Kabupaten Tolitoli 2017
Persenta Banyaknya Banyaknya
No Kecamatan Luas Area
se Desa Kelurahan
1 Dampal Selatan 392, 67 9,62 13 -
2 Dampal Utara 182,88 4,48 12 -
3 Dondo 542,50 13,30 16 -
4 Ogodeide 412,13 10,10 11 -
5 Basidondo 441,30 10,82 10 -
6 Baolan 258,08 6,33 4 6
7 Lampasio 626 15,34 9 -
8 Galang 597,76 14,66 14 -
9 Tolitoli Utara 405,50 9,94 10 -
10 Dako Pamean 221 5,42 4 -
Jumlah 4.079,77 100 103 6
Sumber : SK GKDH Propinsi Sulawesi Tengah No.552 II/102/96 Tgl 8 Juli 1996 Perda
No.3 Tahun 2003

Gambar 1 Peta Kabupaten Tolitoli

Sumber : Data Informasi Dan Litbang Kesehatan tahun 2017

10
Pertumbuhan dan persebaran penduduk jumlah penduduk

Kabupaten Tolitoli tahun 2016 menurut data dari BPS sebanyak 228. 496

jiwa. Dengan luas wilayah sebesar 4.079,8 km2, maka rata – rata kepadatan

penduduk di Kabupaten Tolitoli sebesar 55 jiwa untuk setiap kilometer

persegi (km2). Wilayah ke kecamatan Baolan dengan tingkat kepadatan

penduduk sekitar 271,17 jiwa per kilometer persegi (km2). Wilayah

terlapang di Kabupaten Tolitoli adalah kecamatan Lampasio dengan tingkat

kepadatan penduduk sekitar 19, 48 jiwa per kilometer demikian dapat

dilihat bahwa persebaran penduduk di Kabupaten Tolitoli belum merata.

Jumlah rumah tangga di Kabupaten Tolitoli sebesar 53.602 rumah tangga,

maka rata tangga di Kabupaten Tolitoli adalah tangga. Jumlah penduduk

tertinggi berada di Kecamatan Baolan yaitu 69.971 jiwa, sedangkan yang

terendah di Kecamatan Dakopamean sebesar 9.321 jiwa.

2.1.2 Keadaan Iklim

a. Iklim

Iklim Kabupaten Tolitoli dipengaruhi oleh dua musim secara tetap

yaitu musim Barat yang basah dan musim Utara yang kering. Angin barat

bertiup antara bulan Oktober sampai bulan Maret dan pada periode ini

Kabupaten Tolitoli ditandai dengan musim penghujan. Sedang angin utara

bertiup antara bulan April sampai bulan September, yang pada periode ini

di Kabupaten Tolitoli terjadi musim kemarau. Tipe iklim di Kabupaten

11
Tolitoli menurut Schmidt dan Ferguson, yang didasarkan pada

perbandingan bulan kering (0–60 mm) sebulan dan bulan basah (lebih dari

100 mm) sebulan adalah sebagai berikut : Bangkir dan sekitarnya tipe D,

Tolitoli dan sekitarnya tipe A.

b. Suhu dan kelembapan udara

Suhu udara rata-rata maksimum di Kabupaten Tolitoli Tahun 2017

menurun bila dibandingkan dengan tahun 2016 yaitu dari 32,17℃ menjadi

30,88℃ dengan suhu maksimum tertinggi mencapai 31,4 ℃ yang terjadi

pada bulan September 2017. Suhu minimum rata-rata tercatat 23,48℃,

lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2016 yang mencapai 23,65℃

dengan suhu terendah 22,6℃ yang terjadi pada bulan Oktober 2017. Rata-

rata kelembaban udara pada Tahun 2017 lebih rendah jika dibandingkan

dengan tahun 2016, yaitu dari 82,45% menjadi sebesar 83,50%.

c. Curah hujan

Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan

geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Curah hujan sepanjang

Tahun 2017 di lokasi stasiun pengamat Lalos Kabupaten Tolitoli tercatat

247 hari hujan dengan curah hujan sebesar 2.631,6 mm. Sehingga rata-

rata hari hujan per bulan adalah 21 hari dengan rata-rata curah hujan

sebesar 219,3 mm.

12
Pada musim hujan, angin bertiup agak menurun dibandingkan

dengan keadaan angin pada musim kering. Pada Tahun 2017 di

Kabupaten Tolitoli kecepatan angin rata-rata adalah 2 knots, sedangkan

arah angin terbanyak adalah 110.

2.1.3 Keadaan Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting bagi

kelancaran kehidupan dibumi, karena lingkungan merupakan tempat

dimana pribadi itu tinggal. Lingkungan sehat dapat dikatakan bila sudah

memenuhi syarat-syarat lingkungan sehat. Beberapa indikator pada

kegiatan penyelenggaraan penyehatan lingkungan antara lain cakupan

rumah sehat, akses jamban sehat, institusi dibina, Tempat Umum dan

Pengelolaan Makanan (TUPM) sehat, akses air bersih dan desa Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Air merupakan kebutuhan mendasar bagi semua makhluk hidup.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita memerlukan air untuk minum, mandi,

cuci, masak dan sebagainya sedangkan keberadaan sanitasi yang bersih

dan sehat juga tidak bisa dianggap remeh keberadaannya. Jumlah

penduduk yang memiliki akses berkelanjutan terhadap air minum

berkualitas berdasarkan laporan dari Puskesmas adalah 180.538 Jiwa dari

228.486 Jiwa atau sebesar 79,0 %. Sarana air bersih yang paling banyak

digunakan adalah Perpipaan (PDAM, BPSPAM) sebanyak 128.877 Jiwa

13
sedangkan yang paling sedikit adalah Terminal Air Tidak ada Penduduk

yang menggunakan sarana tersebut.

Rumah Sehat merupakan salah satu kebutuhan dasar berfungsi

sebagai tempat tinggal atau hunian. Rumah harus sehat dan nyaman agar

penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Jumlah

rumah dengan kriteria rumah sehat di Kabupaten Tolitoli pada tahun 2017

terdapat 33.268 rumah.

Persentase Rumah Sehat bagi Puskesmas yang belum tercapai,

erat kaitannya dengan ketersediaan tenaga teknis sanitasi yang belum

memadai. Puskesmas yang rendah capaiannya belum dapat melaksanakan

kegiatan program penyehatan lingkungan secara total dikarenakan

petugas yang melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan diambil dari

tenaga yang bukan memiliki spesifikasi khusus terkait dengan kesehatan

lingkungan tentunya ini merupakan tantangan bagi Dinas Kesehatan

Tolitoli secara khusus dan Pemerintah Kabupaten Tolitoli serta

Pemerintah Pusat secara umum dalam rangkaian pemenuhan tenaga

Kesehatan lingkungan dibeberapa Puskesmas di Kabupaten Tolitoli yang

memang belum memiliki tenaga tersebut, selain itu kondisi geografis

serta kesadaran masyarakat rendah terhadap Kesehatan Lingkungan

menjadi pemicu utama penyebab cakupan rumah sehat di beberapa

wilayah kerja Puskesmas masih sangat rendah.

14
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau

tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang

dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang

mencegah kontaminasi ke badan air, mencegah kontak antara manusia

dengan tinja, membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga serta

binatang lainnya, mencegah bau yang tidak sedap, serta konstruksi

dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan.

Tempat-tempat umum adalah sarana yang dimanfaatkan oleh

masyarakat seperti hotel, terminal, pasar, pertokoan, bioskop, tempat

wisata, kolam renang, restoran, tempat ibadah, jasa boga, tempat jajanan,

depot air minum dll. Tempat umum yang memenuhi syarat adalah tempat

umum yang mempunyai akses sanitasi dasar (air bersih, jamban , limbah,

sampah), makanan, minuman, penerangan, dan sirkulasi udara yang

cukup, serta memenuhi persyaratan lain yang Data program Penyehatan

Ligkungan tahun 2017 terdapat 412 buah TTU yang tersebar di 10

(sepuluh) wilayah kecamatan dan telah dilakukan pemeriksaan sebanyak

263 buah atau 63,8%. Data mengenai tempat tempat umum (TTU)

disajikan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) meliputi jasa boga atau

catering, rumah makan/restoran, kantin, Depot Air Minum (DAM) dan

makanan jajanan.

15
2.2 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli

Profil kesehatan Kabupaten Tolitoli merupakan salah satu instrumen

yang dapat digunakan untuk menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan

masyarakat di Kabupaten serta sebagai alat dalam mengevaluasi hasil

penyelenggaraan pembangunan kesehatan dan mengukur keberhasilan

pembangunan Kesehatan di Kabupaten Tolitoli.

Profil kesehatan diharapkan menjadi pedoman dan acuan terhadap

perencanaan dan pengambilan keputusan bagi para penentu kebijakan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat bergantung kepada kreativitas dan

inisiatif para pengelola program baik di Kabupaten maupun di Puskesmas

sehingga kepentingan terhadap data-data dalam pembuatan profil kesehatan

dapat terkoordinasikan dengan baik. Untuk itu, dibutuhkan kerjasama dari para

pengelola program baik dalam lingkup Dinas Kesehatan maupun Puskesmas agar

senantiasi berperan aktif dalam menyediakan data yang lengkap dan tepat waktu

dalam menunjang ketersediaan data yang akurat sehingga mampu menopang

pencapaian Visi dan Misi pembangunan kesehatan.

Dinas Kesehatan adalah Perangkat Daerah yang melaksanakan fungsi

penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang

Kesehatan dipimpin oleh Seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

16
2.2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

Tugas dan fungsi Dinas Kesehatan sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah,

Dinas Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan Kewenangan

Daerah dalam bidang kesehatan dan tugas pembantuan yang diberikan

oleh Pemerintah.
Dinas Daerah Kota merupakan unsur Pelaksanaan Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Dinas Daerah Kota

dipimpin oleh Kepala Dinas Daerah Kota yang berkedudukan di bawah

dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas

Kesehatan Kota Palu dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dengan Jabatan

Eselon II B untuk Dinas Kesehatan Kota atau dalam Jabatan Pimpinan

Tinggi Pratama.

Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu Bupati

melaksanakan urusan pemerintahan bidang Kesehatan yang menjadi

kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada

Kabupaten.

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana yang dimaksud

Dinas Kesehatan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Perumusan Kebijakan di bidang Kesehatan masyarakat, pencegahan

dan pengendalian penyakit, pelayanan Kesehatan, kefarmasian, alat

17
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) serta

sumber daya manusia Kesehatan.

b. Pelaksanaan Kebijakan di bidang Kesehatan masyarakat, pencegahan

dan pengendalian penyakit, pelayanan Kesehatan, kefarmasian, alat

Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) serta

sumber daya manusia Kesehatan.

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan Kesehatan,

kefarmasian, alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

(PKRT) serta sumber daya manusia Kesehatan .

d. Pelaksanaan administrasi Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya

e. Penyiapan bimbingan teknis, pembinaan, monitoring dan evaluasi

terhadap penyelenggaraan UPTD dan jabatan fungsional; dan

f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

1. Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota

Tugas: Dinas Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan

urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan untuk

membantu Kepala Daerah dalam menyelenggarakan

urusan pemerintahan.

Fungsi:

18
a. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan

operasional di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan

dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan

kefarmasian, alat kesehatan dan Sumberdaya Kesehatan.

b. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian

dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di

lingkungan Dinas Kesehatan.

c. Pengelolaan barang milik daerah yang menjadi tanggung

jawab Dinas Kesehatan Daerah.

d. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala

Daerah terkait dengan bidang kesehatan.

2. Tugas dan Fungsi Sekretariat dan Sub bagian Dinas

Kesehatan

Tugas : Melaksanakan urusan pengelolaan administrasi dan

perencanaan program, pengelolaan keuangan dan asset,

serta pengelolaan kepegawaian, umum dan Korpri di

lingkungan dinas.

Fungsi:

19
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan rencana kerja,

pengelolaan administrasi keuangan dan asset, dan

pengelolaan administrasi kepegawaian dan umum

b. Penyiapan bahan pengkoordinasian perumusan rencana

kerja, pengelolaan keuangan dan asset, dan pengelolaan

kepegawaian dan umum

c. Penyiapan bahan pembinaan teknis operasional pelayanan

administrasi keuangan dan asset serta kepegawaian,rumah

tangga dan umum

d. Pelaksanaan urusan penyusuna rencana pengelolaan

keuangan dan asset,kepegawaian, rumah tangga dan umum

e. Pelaksanaan pengendalian dan pemantauan

penyelenggaraan urusan pengelolaan keuangan dan asset,

kepegawaian, rumah tangga dan umum

f. Penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

urusan kesekretariatan

g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Tugas dan Fungsi Bidang dan Seksi Dinas Kesehatan

a. Bidang kesehatan masyarakat

Tugas : Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas

menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pembinaan,

20
koordinasi, fasilitasi, evaluasi serta pelaporan

penyelenggaraan di bidang Kesehatan Keluarga dan

Gizi Promosi, Pemberdayaan Masyarakat, Kesehatan

Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga.

Fungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang

Kesehatan keluarga, gizi, masyarakat, promosi

Kesehatan , pemberdayaan masyarakat, Kesehata

lingkungan, Kesehatan kerja dan olahraga;

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang

Kesehatan keluarga gizi, masyarakat, promosi

Kesehatan, pemberdayaan masyarakat, Kesehatan

lingkungan, Kesehatan kerja dan olahraga

3. Penyiapan bimbingan teknis dan supervise di bidang

Kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi

Kesehatan, pemberdayaan masyarakat, Kesehatan

lingkungan, Kesehatan kerja dan olahraga

4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

Kesehatan keluarga, gizi, masyarakat, promosi

Kesehatan, pemberdayaan masyarakat, Kesehatan

lingkungan, Kesehatan kerja dan olahraga

21
5. Pelaksanaaan analisa dan pengembangan kinerja bidang

Kesehatan keluarga, gizi, masyarakat, promosi

Kesehatan, pemberdayaan masyarakat, Kesehatan

lingkungan, Kesehatan kerja dan olahraga

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

b. Bidang pencegahan, pengendalian penyakit dan kesehatan

lingkungan

Tugas : Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan

kebijakan, pembinaan, koordinasi, fasilitasi, evaluasi

serta pelaporan penyelenggaraan di bidang

surveilans, imunisasi dan krisis kesehatan,

pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan

pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular

dan kesehatan jiwa.

Fungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang

surveilans, imunisasi dan krisis kesehatan, pencegahan

dan pengendalian penyakit menular, pencegahan serta

22
pengendalian penyakit tidak menular dan Kesehatan

jiwa

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang

surveilans, imunisasi dan krisis kesehatan, pencegahan

dan pengendalian penyakit menular, pencegahan serta

pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan

jiwa

3. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang

surveilans, imunisasi dan krisis kesehatan, pencegahan

dan pengendalian penyakit menular, pencegahan serta

pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan

jiwa

4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

surveilans, imunisasi dan krisis kesehatan, pencegahan

dan pengendalian penyakit menular, pencegahan serta

pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan

jiwa

5. Pelaksanakaan pemantauan, analisa dan pengembangan

kinerja bidang; dan

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Bidang pelayanan kesehatan

23
Tugas : Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan

operasional di bidang pelayanan kesehatan primer

dan akreditasi, pelayanan kesehatan rujukan dan

jaminan kesehatan, serta pelayanan kesehatan

tradisional dan pelayanan transfusi darah.

Fungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di

bidang pelayanan kesehatan primer dan akreditasi,

pelayanan kesehatan rujukan dan jaminan kesehatan,

serta pelayanan kesehatan tradisional dan pelayanan

transfusi darah

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di

bidang pelayanan kesehatan primer dan akreditasi,

pelayanan kesehatan rujukan dan jaminan kesehatan,

serta pelayanan kesehatan tradisional dan pelayanan

transfusi darah

3. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang

pelayanan kesehatan primer dan akreditasi,

pelayanan kesehatan rujukan dan jaminan kesehatan,

serta pelayanan kesehatan tradisional dan pelayanan

transfusi darah

24
4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

pelayanan kesehatan primer dan akreditasi,

pelayanan kesehatan rujukan dan jaminan kesehatan,

serta pelayanan kesehatan tradisional dan pelayanan

transfusi darah

5. Melaksanakan analisa dan pengembangan kinerja

Bidang; dan melaksanakan fungsi lain yang

diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

d. Bidang seksi kesehatan keluarga dan gizi

Tugas : Seksi Kesehatan Keluraga dan Gizi mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perencanaan, perumusan

kebijakan teknis, pembinaan, koordinasi dan

pelaksanaaan kegiatan Kesehatan Keluraga dan Gizi.

Fungsi:

1. Melaksanakan pengelolaan administrasi dan

menyusun program kerja seksi Kesehatan Keluraga

dan Gizi

2. Menghimpun peraturan perundang-undangan dan

menyiapkan pedoman, petunjuk teknis pelaksanaan

kegiatan Kesehatan Keluraga dan Gizi

25
3. Melaksanakan koordinasi dan melakukan pembinaan

pelaksanaan kegiatan Kesehatan Keluraga dan Gizi

dengan unit kerja/instansi terkait

4. Menyusun program Kesehatan keluarga dan gizi

masyarakat

5. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan kesehatan

ibu keluarga berencana (KB), kesehatan anak, usaha

kesehatan sekolah (UKS) Kesehatan reproduksi dan

Kesehatan lanjut usia serta gizi masyarakat

6. Melaksanakan kegiatan pencegahan dan

penanggulangan masalah gizi mikro dan gizi makro

7. Melaksanakan kegiatan survilans gizi masyarakat

serta pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap

8. Melaksanakan bimbingan tehnis dan supervise serta

pemantauan pelaksanaan kegiatan kesehatan ibu,

keluarga berencana (KB), kesehatan anak, usaha

kesehatan sekolah (UKS) kesehatan reproduksi dan

kesehatan lanjut usia serta gizi masyarakat

melaksanakan monitoring dan evaluasi serta

peningkatan pelayanan kegiatan kesehatan ibu

keluarga berencana (KB), kesehatan anak, usaha

kesehatan sekolah (UKS) kesehatan reproduksi dan

26
kesehatan lanjut usia serta gizi masyarakat

melaksanakan penyiapan bahan dan data serta

menyusun dan menyampaikan bahan laporan

pelaksanaan tugas seksi Kesehatan Keluraga dan

Gizi dan

9. Melaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh atasan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

e. Bidang promosi dan perbedayaan masyarakat

Tugas: Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat

mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam

melakukan penyiapan bahan perencanaan, perumusan

kebijakan teknis, pembinaan dan koordinasi serta

pelaksanaan Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat.

Fungsi :

1. Melaksanakan pengelolaan administrasi dan

menyusun program kerja seksi Promosi dan

Pemberdayaan Masyarakat

2. Menghimpun peraturan perundang-undangan dan

menyiapkan pedoman, petunjuk teknis pelaksanaan

kegiatan promosi dan pemberdayaan masyarakat

27
3. Melaksanakan koordinasi dan melakukan pembinaan

pelaksanaan kegiatan promosi dan pemberdayaan

masyarakat dengan unit kerja/instansi terkait

4. Menyusun program promosi dan pemberdayaan

masyarakat di bidang kesehatan

5. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan promosi

dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan

6. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dengan

menggunakan dengan metode dan tehnologi promosi

kesehatan menyusun dan merencanakan strategi

pokok dalam pemberdayaan masyarakat

7. Melaksanakan penyuluhan dan memfasilitasi

masyarakat untuk meningkatkan kegiatan Upaya

Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM)

8. Menyiapkan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan

promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

9. Melaksanakan bimbingan tehnis dan supervisi serta

pemantauan pelaksanaan kegiatan promosi dan

pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan

melaksanakan monitoring dan evaluasi serta

peningkatan kegiatan promosi dan pemberdayaan

masyarakat di bidang kesehatan

28
10. Penyiapan bahan dan data serta menyusun dan

menyampaikan bahan laporan pelaksanaan tugas

seksi promosi dan pemberdayaan masyarakat dan

11. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan

pimpinan.

f. Unit pelaksanaan tekhnis dinas (UPTD) gudang farmasi

Tugas : Bidang Kefarmasian dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Kesehatan, mempunyai tugas melaksanakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di

bidang kefarmasian dan pengawasan makanan, alat

Kesehatan dan perbekalan Kesehatan rumah tangga,

serta Diklat dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kesehatan.

Fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di

bidang kefarmasian dan pengawasan makanan, alat

kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga,

diklat dan pengembangan sumber daya manusia

kesehatan

2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di

bidang kefarmasian dan pengawasan makanan, alat

29
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah

tangga,diklat dan pengembangan sumber daya

manusia kesehatan

3. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang

kefarmasian dan pengawasan makanan, alat

kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga,

diklat dan pengembangan sumber daya manusia

kesehatan

4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

kefarmasian dan pengawasan makanan, alat

kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga,

Diklat dan pengembangan sumber daya manusia

kesehatan melaksanakan analisa dan pengembangan

kinerja Bidang.

30
KEPALA DINAS
Drs. BAKRI IDRUS, Apt.MM
NIP. 196702091993021001

SEKRETARIS
ANJASMARA, S.Pt.MP JABATAN FUNGSIONAL
NIP. 197510202005011011

Ka. SUB BAGIAN UMUM & KEPEGAWAIAN Ka. SUB BAGIAN KEUANGAN & ASET Ka. SUB BAGIAN PROGRAM
SENIWATI AHADA, Bsc FILOMENA A. TASSYAM BANYUWATI ZAMZAM, AMTE
196205071993022005 197002081993032005 19011062002112001

Ka BIDANG KEFARMASIAN &


Ka. BIDANG PENCEGAHAN DAN
Ka. BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT Ka. BIDANG PELAYANAN KESEHATAN PENGEMBANGAN SDM
PENGENDALIAN PENYAKIT
TITIS WIDARYANI, SKM.M.Kes PATMAWATI M. JUSUF, SH KESEHATAN
NURLAILA, SKM
NIP.19608241993032009 NIP. 1968061119032006 Drs. NAHARUDIN
NIP. 196908141989032004
NIP. 196606171993031009

Ka. SEKSI DIKLAT &


Ka. SEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN, Ka. SEKSI PELAYANAN KESEHATAN Ka SURVEILANS, IMUNISASI & KRISIS
TRADISIONAL & PELY. TRANSFUSI DARAH PENGEMBANGAN SDM
KESEHATAN KERJA & OLAHRAGA KESEHATAN
KESEHATAN
ISRAJUDIN, SKM IRWAN, S.Sos ALOSIUS M. PELAWI, SKM
NIP.197003112006041008 ANITA SONDAKH
NIP. 19631113195021001 NIP.197201031995031003
NIP. 196206091983102001

Ka. SEKSI PROMOSI & PEMBERDAYAAN Ka.SEKSI PENCEGAHAN & PENGEND.


Ka. SEKSI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Ka. SEKSI KEFARMASIAN &
MASYARAKAT PENYAKIT TIDAK MENULAR &
& JAMINAN KESEHATAN PENGAWASAN MAKANAN
MAKSUM IS MIKODOMPIT KESEHATAN JIWA
MAFTUHATUL AINI, SKM APNAN, S.Si.Apt
NIP. 196408071988031019 MUHAMMAD FAIZAL, SKM
NIP. 198008122006042029 NIP. 197601012006042001
NIP.198810312011011003

Ka. SEKSI KESEHATAN PELAYANAN PRIMER &


Ka. SEKSI KESEHATAN KELUARGA & GIZI AKREDITASI Ka. SEKSI PENCEGAHAN & Ka. ALAT KESEHATAN &
AGUSTU JIRIANA TANGAHU, SKM.M.Kes YUNAIDI PATUBA, S.Sos PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR PERBEKALAN KESEHATAN RT
NIP. 196208221986032006 NIP. 197703232003111001 MATTALATTA TANRA, S.Kep ZULFIKAR A. MUDO, SKM
NIP. 198114042006041012 NIP. 197905311998031002

UPTD
LABORATORIUM KESEHATAN
UPTD UPTD UPTD
PUSKESMAS-PUSKESMAS AKPER INSTALASI FARMASI

Gambar 2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli

31
2.3 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan Kesehatan Dinas Kesehatan
Kabupaten Tolitoli Tahun 2016-2021

Tabel 2. 2 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan Kesehatan Dinas


Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2016-2021
Visi Bupati Kabupaten Tolitoli: “Terwujudnya Tolitoli Yang Sejahtera Berkarakter Aktif Adil Dan Religius”

Misi :
1. Menguatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih
2. Meningkatkan petumbuhan ekonomi rakyat dan menurunkan tingkat kemiskinan berbasis kawasan
3. Mewujudkan sumber daya manusia melalui pendidikan berkarakter dan kesehatan berkualitas
4. Menguatkan daya saing daerah berbasis desa dan kecamatan
5. Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam dan mempertahankan kelestarian lingkungan hidup
6. Merestorasi infrastruktur dasar dan strategis serta sarana dan prasana daerah.
7. Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang religious dan berbudaya dalam Tatanan Kearifan Lokal

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Meningkatkan 1. Meningkatnya 1. Meningkatnya upaya- Meningkatkan jumlah kepesertaan


status kualitas upaya kesehatan yang jaminan kesehatan nasional program
kesehatan dan kesehatan mencakup pelayanan Indonesia sehat(JKN-PIS) sehingga
gizi masyarakat kesehatan bagi seluruh seluruh masyarakat toiltoli memiliki
masyarakat kelompok usia mengikuti jaminan atas pelayanan kesehatan
2. Meningkatnya siklus hidup sejak dari bayi dasar
akses sampai anak, remaja,
masyarakat kelompok usia produktif,
pada pelayanan maternal dan kelompok
kesehatan usia lanjut (lansia).
3. Meningkatnya 1. Meningkatkan capaian Pemerintah daerah dan seluruh
peran serta pelaksanaan Standar aparatur dinas kesehatan mengacu
masyarakat di Pelayanan Minimal (PSM) dan berpedoman pada peraturan
bidang Bidang Kesehatan dengan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun
kesehatan target capaian untuk 2016 tentang Pelaksanaan Standar
seluruh indikator SPM Pelayanan Minimal
yaitu 100%

2. Meningkatkan akses Mendorong percepatan pelaksanaan


pelayanan kesehatam kegiatan akreditasi pada seluruh
dasar yang berkualitas puskesmas dan rumah sakit umum
pada fasyankes daerah
puskesmas dan
meningkatkan akses
pelayanan kesehatan
rujukan yang berkualitas
pada fasyenkes rumah
sakit.

32
3. Meningkatkan Menyusun rencana aksi daerah
pelaksanaan kegiatan (RAD) tentang percepatan
deteksi dini bagi pembentukan kader POSBINDU
seluruh masyarakat pada setiap desa
beresiko penyakit tidak
menular(PTM) yang di
laksanakan pada
Menyusun MOU antara kepala desa
POSBINDU PTM yang
dan kepala dinas kesehatan untuk
berada di setiap desa/
pelaksanaan operasional POSBINDU
kelurahan
sebagai bagian dari UKBN dehingga
deteksi dini resiko dapat terlaksana.

4. Meningkatkan Menyusun rencana aksi daerah


sosialisasi dan (RAD) tentang percepatan
implemetasi program implemtasi program 1000 hari
1000 hari pertama pertama kehidupan mulai dari tingkat
kehidupan (terhitung desa dan kecematan
sejak konsepsi hingga
anak berumur 2 tahun)
bagi seluruh bayi yang
di lahirkan dalam
rangka mengatasi
kekurangan gizi dsn
peningkatan kekebalan
tubuh terhadap
serangan penyakit.

5. Meningkatkan Menerbitkan peraturan Bupati tolitoli


pelaksanaan gerakan tentang pelaksanaan germas oleh
hidup sehat seluruh perangkat daerah dan
(GERMAS) dengan menetapkan tugas/peran masing-
pelibatan seluruh masing perangkat daerah dalam
perangkat daerah dan pelaksanaan program GERMAS.
unsur stakeholders
lainnya

6. Meningkatkan Melaksanakan evaluasi dan


pelaksanaan program monitoring terhadap pelaksanaan
Indonesia sehat dengan kunjungan rumah/kunjungan sehat
penempatan keluarga melalui program Indonesia sehat
(PIS-PK) melalui pendekatan keluarga dengan target
kunjungan rumah capaian 100% pada akhir tahun 2021
dalam upaya deteksi
dini PTM dan
pencapaian 12 indikator
keluarga sehat

7. Percepatan Melaksanakan penusunan peraturan


pembentukan unit bupati tentang mekanisme
pelayanan public safety pelaksanaan program public safety
center (PSC) 119 atau center (PSC) 119 di tingkat
layanan cepat tanggap kabupaten toiltoli
darurat kesehatan

33
BAB III
HASIL KEGIATAN MAGANG

3.1 Pelaksanaan Magang

Adapun waktu dan pelaksanaan kegiatan magang oleh mahasiswa

Program Studi Kesehatan Masyarakat yaitu:

Hari/Tanggal : 02 Juli - 31 Juli 2019


Tempat : Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli
Jam Kerja : Pukul 07.30 - 16.00 WITA
Bidang : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2M)
Peserta : Mahasiswa magang peminatan epidemiologi FKM

UNTAD semester 6 di Dinas Kesehatan Kabupaten

Tolitoli berjumlah 5 orang.


Pada minggu pertama, masing-masing di tempatkan di beberapa seksi

yaitu subbag surveilens, pengendalian penyakit menular (P2M), pengendalian

penyakit tidak menular (P2TM) dan kesehatan jiwa. Berikut merupakan nama-

nama peserta magang di Dinas Kesehatan Kota Palu, yaitu:

1. Sitti Nurhayati : N20116042

2. Adhawati : N20116078

3. Wirdayanti : N20116068

4. Mega sasmita : N20116158

5. Pebriyana : N20116098

34
3.2 Uraian Kegiatan Magang Bagian Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Menular (P2M) di Dinas Kesehatan Kota Tolitoli.
Adapun uraian kegiatan magang oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Tadulako pada Bagian Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit selama 1 bulan, yaitu:

Tabel 3. 1 Uraian Kegiatan Peserta Magang di Bidang Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten
Tolitoli Tahun 2019
AKTIVITAS KETERANGAN
MINGGU I
Melakukan Apel Pagi dan Mengetahui jumlah pegawai, mengetahui
Penerimaan informasi umum dari atasan. Pemberitahuan
bahwa telah kedatangan mahasiswa kesmas
yang akan melakukan magang selama 1 bulan
di Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli.
Penerimaan surat magang yang telah di
konfirmasi oleh bagian kepegawaian.
Pembagian Tempat Pembagian Divisi yang akan ditempati
selama 1 bulan yaitu Bidang Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Menular.
Pengenalan Divisi Mengetahui tupoksi sub bidang pengendalian
penyakit (P2) yang terbagi atas beberapa
bagian penyakit yaitu DBD, HIV, Diare,
Rabies, TBC, Hepatitis, ISPA, Malaria,
Kecacingan, Filariasis dan Kusta
Jumat Bersih Membersihkan halaman kantor Dinas
Kesehatan Kabupaten Tolitoli

Tabel 3. 2 Uraian Kegiatan Peserta Magang di Bidang Pengendalian dan


Pencegahan Penyakit Menular (P2) Dinas Kesehatan
Kabupaten Tolitoli 2019
AKTIVITAS KETERANGAN
MINGGU II
Melakukan Apel Pagi Mengetahui informasi umum dari atasan
Penginputan Data Diare dan Tifoid  Mengetahui cara penginputan data
penderita diare dan tifoid.
 Mengetahui perkembangan jumlah kasus
diare dan tifoid dari tiap puskesmas
 Mengetahui faktor penyebab tingginya
angka kejadian diare di beberapa
puskesmas
Jumat Bersih Membersihan halaman kantor Dinas
Kesehatan Kabupaten Tolitoli

35
Tabel 3. 3 Uraian Kegiatan Peserta Magang di Bidang Pengendalian
Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli
Tahun 2019
AKTIVITAS KETERANGAN
MINGGU III
Melakukan Apel Pagi Mengetahui informasi umum dari atasan
Analisis Data Diare dan Pemberian Oralit Mengetahui bagaimana pembuatan
pada Penderita Diare rekapitulasi jumlah kasus:
 Laporan kasus baru penyakit menular
 Laporan kasus lama penyakit menular
 Rekapitulasi penyakit bulanan tiap
puskesmas.
Mengetahui dosis pemberian oralit sesuai
golongan umur

Penginputan Data HIV Menggunakan Mengetahui cara penginputan data


Aplikasi SIHA (Sistem Informasi HIV/AIDS) menggunakan aplikasi Kementerian
Kesehatan yaitu SIHA.

Mengikuti Kegiatan Pelatihan Manajemen  Mengetahui informasi terkait Hepatitis


Hepatitis Se-Kabupaten Tolitoli lebih banyak
 Mengetahui gambaran penyakit
hepatitis di Kabupaten Tolitoli
 Mengetahui solusi pada masalah
hepatitis yang ada di Puskesmas Tolitoli

Jumat Bersih Membersihkan area kantor Dinas Kesehatan


Kabupaten Tolitoli
Kegiatan Posbindu di Kantor Dinas  Mengetahui cara pemeriksaan beberapa
Kesehatan Kabupaten Tolitoli penyakit seperti Tekanan Darah,
Diabetes, Kolesterol dan Obesitas
 Mengetahui faktor risiko penyebab
timbulnya penyakit yang diperiksa

Tabel 3. 4 Uraian Kegiatan Peserta Magang di Bidang Pengendalian dan


Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten
Tolitoli Tahun 2019
AKTIVITAS KETERANGAN

MINGGU IV

Melakukan Apel Pagi Mengetahui informasi umum dari atasan


Penginputan Data IMS Menggunakan Mengetahui dan memahami cara menginput
Aplikasi SIHA data penderita IMS di Aplikasi HIVA

Jumat Bersih Membersihkan sampah di Pantai Simbolan

36
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Situasi

Seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular (P2M) adalah

unsur pelaksana dinas dibidangnya yang dipimpin oleh seorang Kepala Seksi,

yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang. Seksi

P2M mempunyai tugas membantu Kepala bidang dalam perumusan dan

pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan supervisi, serta

pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian

penyakit menular.

Adapun program penyakit yang dipantau seksi P2M Dinas Kesehatan

Kabupaten Tolitoli yaitu Malaria, Rabies, Kusta, HIV/AIDS, Diare, ISPA

(infeksi saluran pernapasan akut), DBD (demam berdarah dengue), Hepatitis,

TB (Tuberculosis), Filariasis dan Kecacingan. Selain itu, seksi P2M

mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan operasional, bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan,

evaluasi dan pelaporan dalam urusan pencegahan dan pengendalian penyakit

menular.

Berdasarkan PERBUD Nomor 48 Tahun 2016, Dinas Kesehatan

adalah Perangkat Daerah yang melaksanakan fungsi penunjang urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang Kesehatan

dipimpin oleh Seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Seksi

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular mempunyai tugas

37
melakukan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional,

bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan

dalam urusan pencegahan dan pengendalian penyakit menular.

Sebanyak 11 program penyakit menular yang dipantau, Mahasiswa

tertarik untuk mengangkat masalah tentang diare di Kabupaten Tolitoli dengan

melihat data laporan bulanan penderita diare dari 14 Puskesmas yang dipantau

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli. Berikut laporan bulanan kasus

penderita diare Kabupaten Tolitoli tahun 2019 yaitu:

Puskesmas Penduduk Januari Februari Maret April Mei Juni Total


Kombo 12.351 6 11 4 16 25 11 73
Bangkir 9.991 13 15 9 20 11 12 80
Ogotua 15.007 15 17 25 23 14 41 135
Dondo 22.820 13 26 17 15 19 13 103
Basidondo 4.602 3 7 2 3 4 2 21
Kayulompa 7.449 12 6 10 10 14 5 57
Ogodeide 13.234 20 16 18 25 16 0 95
Lampasio 12.225 45 21 25 19 17 26 153
Baolan 21.793 43 34 39 35 52 43 246
Kota 49.242 72 25 37 26 45 74 279
Galang 33.734 79 83 62 45 61 63 393
Dungingis 9.455 30 28 26 26 20 18 148
Laulalang 11.461 21 14 44 56 15 10 160
Binontoan 7.638 19 31 27 6 17 17 117
Jumlah 231.002 391 334 345 325 330 335 2060
Tabel 4. 1 Laporan Bulanan Kasus Penderita Diare di Kabupaten Tolitoli
pada Bulan Januari - Juni Tahun 2019
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli 2019

38
Grafik 4. 1 Penderita Diare Semua Golongan Umur di Kabupaten
Tolitoli Bulan Januari – Juni 2019

Berdasarkan laporan bulanan kasus penderita diare di Kabupaten

Tolitoli pada Bulan Januari – Juni Tahun 2019 Puskesmas yang memiliki

kasus penderita tertinggi adalah Puskesmas Galang dengan jumlah kasus

penderita sebanyak 393 penderita dan Puskesmas yang memiliki jumlah kasus

penderita diare terendah adalah Puskesmas Basidondo dengan jumlah kasus

penderita diare sebanyak 21 penderita.

Dari data laporan bulanan kasus penderita diare di Kabupaten Tolitoli

pada Bulan Januari – Juni Tahun 2019 cenderung stabil tiap bulannya. Kasus

penderita diare tertinggi terdapat pada bulan Januari dengan jumlah kasus

penderita sebanyak 391 penderita kemudian pada bulan selanjutnya menurun

dan tidak terdapat peningkatan maupun penurunan yang besar pada bulan

Februari hingga Juni 2019.

39
Tabel 4. 2 Laporan Bulanan Kasus Diare Pada Balita 0 - 4 Tahun pada
Bulan Januari - Juni Tahun 2019
Puskesmas Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Kombo 3 3 1 6 12 3 28
Bangkir 4 8 3 3 2 3 23
Ogotua 4 5 8 4 3 16 40
Dondo 5 16 8 10 13 2 54
Basidondo 1 2 2 0 2 1 8
Kayulompa 2 2 3 4 3 1 15
Ogodeide 0 0 0 0 0 0 0
Lampasio 15 10 10 6 4 10 55
Baolan 14 15 19 17 22 18 105
Kota 30 13 23 14 27 37 144
Galang 16 29 15 7 11 20 98
Dungingis 10 12 15 7 9 7 60
Laulalang 7 5 23 24 4 7 70
Binontoan 5 18 9 0 8 14 54
Jumlah 116 138 139 102 120 139 754
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli 2019

Berdasarkan laporan bulanan kasus diare pada balita pada usia 0 – 4

tahun pada bulan Januari sampai Juni tahun 2019, diketahui puskesmas

dengan jumlah kasus penderita diare balita usia 0 – 4 tahun tertinggi adalah

Puskesmas Kota dengan jumlah penderita sebanyak 144 penderita diare

balita. Puskesmas Baolan tertinggi kedua sebanyak 105 penderita diare balita.

Puskesmas Galang tertinggi ketiga sebanyak 98 penderita diare balita.

Kemudian untuk puskesmas yang memiliki jumlah kasus penderita terendah

adalah Puskesmas Ogodeide yang tidak memiliki pelaporan diare pada balita

yaitu 0 dan pada bulan Juni belum ada pelaporan. Hasil wawancara dengan

pemegang program diare yaitu faktor yang mempengaruhi tingginya

penderita diare di suatu wilayah adalah jumlah penduduk di wilayah tersebut

40
dan Puskesmas Kota merupakan puskesmas yang melayani penduduk

terbanyak dengan jumlah penduduk sebanyak 49.242 jiwa. Faktor lain juga

disebabkan oleh lingkungan dan pengetahuan ibu seperti penggunaan botol

susu yang pencuciannya kurang bersih maupun kebersihan dalam pengolahan

makanan dan minuman. Hal ini sesuai dengan penelitian Aziz (2006) yang

dikutip dalam (Hartati and Nurazila, 2018) yang menyatakan bahwa faktor

penyebab terjadinya diare akut antara lain faktor lingkungan, tingkat

pengetahuan ibu, sosial ekonomi masyarakat dan makanan atau minuman

yang di konsumsi.

Grafik 4. 2 Kasus Diare pada Balita Usia 0-4 Tahun Kabupaten Tolitoli
Pada Bulan Januari – Juni Tahun 2019

Berdasarkan data di atas, kasus diare pada Balita Usia 0 – 4 Tahun

Kabupaten Tolitoli pada Bulan Januari – Juni tahun 2019 berfluktuasi. Hal ini

dapat dilihat dari adanya penurunan drastis pada bulan April lalu pada bulan

Mei dan Juni mengalami peningkatan kembali.

41
Gambaran Distribusi Oralit dan Zink Pada Penderita Diare Usia 0 – 4
Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Tolitoli

Dalam format pelaporan yang disetor tiap bulan oleh 14 Puskesmas

kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli terdapat pelaporan jumlah

penderita diare dari setiap golongan umur, pemberian oralit,zin dan RL,

cakupan pemberian oralit, zink dan RL, rata-rata pemberian oralit, zink dan

RL. Pada Gambaran distribusi oralit dan zink yang diamati adalah cakupan

pemberian oralit dan zink. Berikut gambaran cakupan pemberian oralit dan

zink di Puskesmas Kabupaten Tolitoli :

a. Gambaran Cakupan Pemberian Oralit

Cara menghitung cakupan pemberian oralit adalah sebagai berikut:

Penderita diare < 5 tahun diberi oralit


X 100 = Cakupan Pemberian Oralit pada Balita
Jumlah penderita diare < 5 tahun

b. Gambaran Cakupan Pemberian Zink

Cara menghitung cakupan pemberian zink adalah sebagai berikut :


Penderita diare < 5 tahun diberi oralit
X 100 = Cakupan Pemberian Oralit pada Balita
Jumlah penderita diare < 5 tahun

Berikut tabel jumlah penderita diare balita usia 0 – 4 tahun yang

peserta magang buat mengikuti format pelaporan tiap bulan dari 14

puskesmas yang melapor di Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli untuk

memudahkan proses analisis.

42
Tabel 4. 3 Data Jumlah Penderita Diare Balita Usia 0 -4 tahun
Kabupaten Tolitoli Bulan Januari - Juni 2019
≥ 6 bulan - < 1
Puskesmas 0-6 bulan Tahun 1 - 4 tahun Total
Kombo 3 6 19 28
Bangkir 2 3 18 23
Ogotua 1 7 32 40
Dondo 3 14 37 54
Basidondo 0 2 6 8
Kayulompa 1 1 13 15
Ogodeide 0 0 0 0
Lampasio 1 9 45 55
Baolan 9 18 78 105
Kota 7 29 113 144
Galang 4 13 81 98
Dungingis 10 4 46 60
Laulalang 0 17 53 70
Binontoan 0 16 38 54
Jumlah 41 139 579 754
Sumber : Data Pelaporan Puskesmas Tiap Bulan Puskesmas Kabupaten Tolitoli

Berdasarkan terapi diare sesuai derajat dehidrasi, setiap ibu diberikan

6 bungkus untuk persediaan dirumah setelah diberitahu tentang dosis

pemberian yang tepat kepada penderita. Pemberian zink dikelompokkan

sesuai golongan umur yaitu dibawah 6 bulan dengan dosis 10 mg (1/2

tablet) dan diberikan selama 10 hari berturut – turut yang berarti pemberian

sebanyak 5 tablet zink dan diatas 6 bulan dengan dosis 20 mg (1 tablet) dan

diberikan selama 10 hari berturut-turut yang berarti pemberian sebanyak 10

tablet zink.

Adapun distribusi oralit dan zink dari puskesmas berdasarkan

pelaporan tiap bulan 14 Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten

Tolitoli sebagai berikut :

43
Tabel 4. 4 Rekapan Data Laporan Bulanan Januari – Juni 2019
Sebelum Analisis
Penderita zink Pemakaian oralit <5
Penderita < 5 tahun Pemakaian
thn Cakupan Cakupan
No Puskesmas oralit < 5 0-6 6 bln 1–4 oralit 0-6 6 bln 1–4 Pemberia Pemberian
tahun < 5 thn bln –1 thn n Oralit zink
bln –1 thn
thn thn
1 Kombo 353 2 6 19 276 9 55 360 1260% 96%
2 Bangkir 17 0 1 15 388 5 0 155 73,91% 69,57%
3 Ogotua 42 0 3 29 790 0 30 290 105% 80%
4 Dondo 117 3 14 39 289 0 95 240 216% 103,7%
5 Basidondo 141 0 11 14 68 0 10 50 1762% 312,5%
6 Kayulompa 36 1 1 12 304 5 0 140 240% 93,33%
7 Ogodeide 36 0 0 0 475 0 0 0 - -
8 Lampasio 133 1 9 115 393 5 40 330 241% 227,27%
9 Baolan 14 2 0 0 366 47 180 820 13,33% 1,90%
10 Kota 342 0 6 31 1.300 7 159 554 237,5% 98,61%
11 Galang 25 0 0 2 151 25 30 70 25,51% 20,41%
12 Dungingis 45 1 2 4 70 6 6 24 75% 83,33%
13 Laulalang 535 0 0 50 348 10 260 215 764,29% 721,43%
14 Binontoan 35 0 0 0 20 0 0 8 64,81% 0%
TOTAL 1871 28 327 659 5238 119 870 3276 248,14 134, 48
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli 2019
Tabel 4. 5 Rekapan Data Laporan Bulanan Januari – Juni 2019 Setelah
Analisis
Penderita zink Pemakaian oralit <5
Penderita < 5 tahun Pemakai
thn Cakupan Cakupan
No Puskesmas oralit < 5 0-6 6 bln 1–4 an oralit 0-6 6 bln 1–4 Pemberian Pemberian
tahun < 5 thn bln –1 thn Oralit zink
bln –1 thn
thn thn
1 Kombo 28 3 6 19 168 15 30 190 100% 100%
2 Bangkir 23 1 4 18 138 5 20 180 100% 100%
3 Ogotua 40 1 7 32 240 5 35 320 100% 100%
4 Dondo 54 3 14 37 324 15 70 370 100% 100%
5 Basidondo 8 0 2 6 32 0 10 60 100% 100%
6 Kayulompa 15 1 1 13 90 5 5 130 100% 100%
7 Ogodeide 0 0 0 0 0 0 0 0 - -
8 Lampasio 55 1 9 45 330 5 45 450 100% 100%
9 Baolan 105 9 18 78 630 45 90 780 100% 100%
10 Kota 144 7 24 113 864 35 120 1130 100% 100%
11 Galang 98 4 13 81 588 20 65 810 100% 100%
12 Dungingis 60 10 4 46 360 50 20 460 100% 100%
13 Laulalang 70 0 17 53 420 0 85 530 100% 100%
14 Binontoan 54 0 16 38 324 0 80 380 100% 100%
TOTAL 754 40 135 579 4524 200 675 5.790 100% 100%
Sumber : Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli 2019

Berdasarkan data diatas dapat diketahui dari 14 Puskesmas yang

dipantau oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli terdapat 8 Puskesmas

yang berada di atas 100%. Terdapat 5 Puskesmas yang berada di bawah

100% namun juga tidak dikatakan baik karena target pemberian sebaiknya

adalah 100 %. Apabila hal tersebut tercapai maka cakupan pemberian oralit

44
pada penderita diare sudah sesuai. Adapun cakupan pemberian zink pada

penderita terdapat 4 Puskesmas yang memiliki cakupan pemberian zink

diatas 100% hal ini menandakan bahwa adanya pemberian zink berlebih.

Selain itu, 10 puskesmas lainnya belum mencapai 100%. Masalah utama

adalah ketidaksesuaian jumlah penderita yang diberikan oralit dengan

jumlah penderita yang didata. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya

pengetahuan petugas di Puskesmas dalam tata laksana, pengimputan data

atau adanya pergantian tanpa pelatihan sebelumnya, hal ini sesuai dengan

penelitian (Dwi, 2014) yang menyatakan bahwa tata laksana diare dari tahun

ke tahun diketahui bahwa pengetahuan petugas puskesmas dalam tata

laksana diare masih rendah.

Berdasarkan perbedaan data sebelum dan sesudah analisis pada

pelaporan pemberian oralit dan zink, dapat disimpulkan adanya

ketidaksesuain pada distribusi pemberian oralit dan zink pada 14 Puskesmas

yang dipantau oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli. Hal ini dapat

menggangu sistem penyaluran pada penanganan kasus diare pada penderita

diare balita usia 0 – 4 tahun. Pemberian oralit yang berlebih juga dapat

menyebabkan oralit maupun zink yang diberikan tidak terpakai.

4.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan suatu langkah awal sebelum

menentukan rumusan masalah dalam suatu penelitian. Identifikasi Masalah

adalah suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah yang di mana suatu

45
objek tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah

(Husain, 2008).

Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian bukan sekedar mendaftar

jumlah masalah tetapi juga kegiatan ini lebih daripada itu karena masalah yang

telah dipilih hendaknya memiliki nilai yang sangat penting atau signifikansi

untuk dipecahkan. Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitian

yang boleh dikatakan paling penting diantara proses lain (Setyosari, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara pada staff yang bertanggung jawab di

seksi P2 (Pengendalian Penyakit) khususnya penyakit Diare ada beberapa

identifikasi masalah yang di dapatkan, yaitu:


1. Rendahnya cakupan pemberian oralit pada beberapa Puskesmas dengan

penderita diare balita usia 0 – 4 tahun terbanyak


2. Tidak sesuainya distribusi oralit dan zink dengan jumlah penderita diare

balita usia 0 – 4 tahun terdata di Puskesmas

4.3 Penentuan Prioritas

Prioritas adalah sesuatu yang sangat penting dalam keseharian kita.

Menentukan prioritas adalah suatu keterampilan yang harus dikuasai karena

sesungguhnya setiap kegiatan atau aktivitas memiliki bobot yang berbeda. Ada

kegiatan penting, sangat penting dan ada yang tidak penting bahkan sangat

tidak penting. Kita harus cerdas dalam memberikan bobot suatu kegiatan

dengan pertimbangan kepentingannya (Azwar, 1996).


Dalam menentukan prioritas masalah dari beberapa identifikasi

masalah dilakukan melalui metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth),

yaitu:

46
4.3.1 Metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)

Metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) merupakan

salah satu metode untuk menentukan prioritas masalah. Penetapan

prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan

masalah dikarenakan dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber

daya yang tersedia, dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan

semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah

dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu semua masalah

diselesaikan (Azwar, 1996) dikutip (Santoso, 2017). Pada penggunaan

Matriks USG, untuk menentukan suatu masalah yang prioritas,

terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan. Teknik penilaian

berdararkan nilai 1-5. Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency,

seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Urgency atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu,

mendesak atau tidak masalah tersebut di selesaikan.

2. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan

melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja,

pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan sistem atau tidak.

3. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah

tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk di

cegah.

Berikut tabel hasil penentuan prioritas masalah berdasarkan

dari beberapa identifikasi masalah:

47
Tabel 4.6 Perhitungan Total Skor Prioritas Masalah
No Masalah U S G Total

Rendahnya cakupan pemberian oralit pada


1 beberapa Puskesmas dengan Penderita diare balita 3 3 1 7
usia 0 – 4 tahun terbanyak
Tidak sesuainya distribusi pemberian oralit dan
2 zink dengan jumlah penderita diare balita usia 0 – 4 3 3 10
4 tahun yang terdata di Puskesmas
Sumber : Data Primer
Keterangan berdasarkan skala likert 1-5 yaitu :

1) 1= sangat kecil
2) 2= kecil
3) 3= sedang
4) 4= besar,
5) 5= sangat besar
Berdasarkan hasil skoring melalui metode USG diperoleh total skor

mengenai rendahnya cakupan pemberian oralit pada beberapa Puskesmas

dengan penderita diare balita usia 0 – 4 tahun terbanyak memiliki total

skoring sebanyak 7, sedangkan tidak sesuainya distribusi pemberian oralit

dan zink dengan jumlah penderita diare balita usia 0 – 4 tahun memiliki

total skoring sebanyak 10. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa yang

menjadi prioritas masalah melalui metode USG adalah tidak sesuainya

distribusi oralit dan zink dengan jumlah penderita diare balita usia 0 – 4

tahun di seluruh Puskesmas Kabupaten Tolitoli.


Faktor penyebab tidak sesuainya distribusi oralit dan zink dengan

jumlah penderita diare balita usia 0 – 4 tahun di Puskesmas Kabupaten

Tolitoli adalah pergantian staff tanpa mendapatkan pelatihan sehingga

terdapat kekeliruan dalam pemberian maupun pengimputan data. Masih

kurangnya pengetahuan staff pemegang program diare terkait program

penanganan diare seperti Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS Diare).

Penelitian (Razak, Pamudji and Harsono, 2012) juga menyatakan bahwa

48
faktor yang dapat menyebabkan tidak sesuainya distribusi obat ataupun

antibiotik adalah kurangnya komitmen dokter di puskesmas, kurangnya

pemahaman staff terhadap program penanganan penyakit, tidak tepatnya

perencanaan yang dilakukan.


Rendahnya cakupan pemberian oralit pada beberapa puskesmas yang

tergolong memiliki penderita diare balita terbanyak dapat menyebabkan

penanganan pada penderita diare tidak efektif. Hal ini dapat menyebabkan

pelaksanaan LINTAS Diare tidak terlaksana dengan baik sehingga

kebutuhan oralit sebagai pengganti cairan bagi balita yang sangat rentan

akan kematian akibat dehidrasi tidak terpenuhi.

Kasus diare pada balita butuh penangangan yang tepat. Hal ini

merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan terutama diare yang

umumnya diderita oleh balita dan menjadi penyumbang kematian pada

balita. Penyakit menular ini dapat menimbulkan gangguan malabsorpsi zat

gizi dalam makanan dan dehidrasi. Kondisi ini yang dapat menimbulkan

bahaya khususnya pada anak-anak dibawah 5 tahun karena dapat

menimbulkan kematian apabila tidak ditangani dengan cepat. Penelitian

diare pada anak-anak ditemukan fakta bahwa 80% kematian terjadi pada

anak berusia kurang dari dua tahun (Rosyada, Dini and Nur, 2018).

Hasil survei morbiditas diare 2010 menyatakan pada penanganan

awal diare yang diberikan kepada penderita diare hanya sebesar 6,39%,

pemberian oralit 32,47%, pemberian obat-obatan 27,47%, pemberian

ramuan atau jamu 6,57%, penderita yang tidak diberi apapun 22,1%, dan

lain-lain 5%. Diare pada balita juga merupakan salah satu penyebab

49
terjadinya syok hipovolemik karena dehidrasi berat. Sebagian besar

penderita meninggal karena tidak mendapat penanganan pada waktu yang

tepat (Kemenkes, 2011).

Dampak dari distribusi oralit dan zink yang tidak sesuai dapat

menyebabkan oralit dan zink kelebihan maupun kekurangan, program

LINTAS Diare tidak terlaksana dan tidak efektif. Apabila jumlah distribusi

oralit dan zink berlebih, hal ini dapat menyebabkan oralit dan zink yang

disalurkan ke puskesmas tersebut mubazir, kadaluwarsa bahkan dapat

merugikan negara karena biaya yang terbuang sia-sia. Hal ini sesuai

dengan (Razak, Pamudji and Harsono, 2012) yang menyatakan Kinerja

obat yang buruk dapat dilihat dari banyaknya jumlah obat (dalam satuan

jumlah obat) yang mengalami kadaluwarsa sehingga obat-obatan tersebut

tidak dapat dipakai kembali dan harus dimusnahkan. Pemusnahan obat

yang kadaluwarsa berarti negara telah membuang uang anggaran dan

penyediaan obat-obat untuk daerah.

4.4 Teori Diare

Penyakit diare adalah penyakit infeksi yang memiliki ciri-ciri buang

air besar encer dan terjadi 4 kali sehari atau lebih, baik disertai lendir dan

darah maupun tidak. Penyakit menular ini dapat menimbulkan gangguan

malabsorpsi zat gizi dalam makanan dan dehidrasi. Kondisi ini yang dapat

menimbulkan bahaya khususnya pada anak-anak dibawah 5 tahun karena

dapat menimbulkan kematian apabila tidak ditangani dengan cepat (Rosyada,

Dini and Nur, 2018).

50
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair

atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari

biasanya lebih dari 200g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria

frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air

besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut adalah

diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari,

sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari (Zein,

2004).
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab

diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan

Virus, Bakteri, dan Parasit. Diare akut sampai saat ini masih merupakan

masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara

maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat (Zein, 2004).
Menurut (Hartati and Nurazila, 2018), ada beberapa faktor yang

meningkatkan resiko balita mengalami diare seperti faktor lingkungan yang

meliputi pengolahan sampah, saluran limbah maupun sumber air. Pengolahan

sampah dan saluran limbah yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya

diare pada balita, hal ini disebabkan karena vektor lalat yang hinggap

disampah atau limbah lalu kemudian hinggap dimakanan. Diare dapat terjadi

apabila seseorang menggunakan air yang sudah tercemar baik tercemar dari

sumbernya, selama perjalanan sampai kerumah-rumah, atau tercemar pada

saat disimpan dirumah. Selain itu kebiasaan mencuci tangan pada saat

51
memasak makanan atau sesudah Buang Air Besar (BAB) akan akan

memunkinkan terkontaminasi langsung.

Adapun pemberian oralit dan zink sesuai tatalaksana LINTAS Diare

menurut (Kemenkes RI, 2011) dilihat dari derajat dehidrasi diatas sesuai

gambar dibawah ini:

52
53
54
Sumber : Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS Diare 2011

55
4.1 Dasar Hukum

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya

yang masih tinggi. Ada beberapa dasar hukum yang menyangkut tentang

rabies, yaitu:

1. PERBU Tolitoli Nomor 48 Tahun 2016 Paragraf 4 pasal 19 tentang

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


2. Permenkes 75 Tahun 2014
3. Undang-undang No 36 Tentang Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun

2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat

Dengan Pendekatan Keluarga


5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun

2013 Tentang Penyelenggaraan Manajemen Terpadu Balita Sakit

Berbasis Masyarakat
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

2016 Tentang Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun

2016-2019

4.2 Rekomendasi atau Alternatif Solusi

Adapun rekomendasi atau alternatif solusi yang dapat diberikan agar

masalah tidak sesuainya jumlah pemberian oralit dan zink dengan jumlah

penderita diare balita usia 0 – 4 tahun seluruh Puskesmas Kabupaten Tolitoli

yaitu melakukan pelatihan dan pemantauan pada staf pengelola diare yang

56
bertanggungjawab di tiap Puskesmas. Proses pelaporan juga ada baiknya

dalam bentuk softfile agar ketidaksesuaian dapat terlihat lewat format yang

telah disetujui. Apabila ada pergantian staff sebaiknya staff pengganti dilatih

terlebih dahulu dalam penginputan data.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan magang, adapun masalah yang di temukan

dalam gambaran distribusi oralit dan zink pada penderita diare usia 0 – 4

tahun pada bulan Januari sampai Juni 2019 di wilayah kerja Puskesmas

Kabupaten Tolitoli yaitu :

1. Distribusi oralit dan zink dari 14 Puskesmas masih memiliki

ketidaksesuaian. Terdapat pendistribusian yang berlebih dan kurang dari

target.

57
2. Dampak dari ketidaksesuaian distribusi oralit dan zink yaitu dapat

menyebabkan program LINTAS Diare tidak terlaksana dengan efektif

dan pembiayaan oralit dan zink sia-sia.

5.2 Saran

5.1.1 Program Studi Kesehatan Masyarakat

Diharapkan kepada pihak institusi agar lebih meningkatkan

pengawasan dan memandu peserta baik di dalam maupun diluar Kota

Palu, sehingga proses berjalannya magang lebih terkendali dan pihak

instansi juga studi kesehatan masyarakat saling mengetahui kendala

maupun kebutuhan selama proses magang berlangsung. Apabila

terkendala oleh anggaran, setidaknya ada pemantauan melalui media

elektronik dari pihak program studi dan instansi.

5.1.2 Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-toli

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli juga

bagian Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas

Kesehatan Kota Tolitoli harus lebih giat lagi dalam menyebarkan

informasi mengenai 11 penyakit yang ada di Seksi Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Menular. Pelatihan kepada pemegang program

tiap Puskesmas.

5.1.3 Mahasiswa Magang

Mahasiswa magang sebelum turun langsung ke lapangan harus

sudah memiliki bekal materi tentang apa yang akan dipraktikan, baik

58
itu di dapat dari referensi maupun bertanya secara langsung pada

pembimbing instansi.

DAFTAR PUSTAKA

Dinkes (2018) ‘Buku Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2017’, in.

Dwi, N. (2014) ‘Evaluasi Terapi Diare Pada Pasien Anak di Puskesmas Nguter
Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012’

Harianto, H. (2004) ‘Penyuluhan Penggunaan Oralit Untuk Menanggulangi Diare


Di Masyarakat’, Majalah Ilmu Kefarmasian, 1(1), pp. 27–33. doi:
10.7454/psr.v1i1.3367.

Hartati, S. and Nurazila (2018) ‘Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada
balita di wilayah kerja puskesmas rejosari pekanbaru’, 3(2), pp. 400–407.

Herawati, S. and Purnomo, A. (2016) ‘Rancang Bangun Sistem Informasi


Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas’, Multitek Indonesia, 10(1),
pp. 39–47. doi: 10.24269/mtkind.v10i1.237.

Kemenkes (2011) Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Situasi Diare
Indonesia.

59
Kemenkes RI (2011) ‘Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare’, Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, pp. 1–40.

Ragil, D. and Yunita (2017) ‘Hubungan Antara Pengetahuan dan Kebiasaan


Mencuci Tangan Pengasuk Desan Kejadian Diare Pada Balita’, Journal of
Health Education, 2(1), pp. 39–46.

Ramadhani, A. (2018) ‘Laporan Magang Media Institut Manajemen Telkom’,


Media Journal, (c), pp. 2–6.

Razak, A., Pamudji, G. and Harsono, M. (2012) ‘Efficiency Analysis of Drug


Management on Distribution and Usage Level in Community Health
Centers’, JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of
Management and Pharmacy Practice), 2(3), pp. 186–194. doi:
10.22146/JMPF.83.

Rosyada, A., Dini, P. A. and Nur, F. A. (2018) ‘Investigasi Kasus Diare Oada
Balita di Kota Palembang Tahun 2015 - 2016 dengan Pendekatan Sistem
Informasi Geografis’.

Santoso, C. (2017) ‘Strategi Pemasaran Dengan Mengurangi Komplain


Konsumen Pada UKM SKD’, pp. 151–158.

USU (2009) Pedoman Magang. Sumatera Utara: Universitas Muhammadiyah


Sumatera Utara.

Zein, U. (2004) ‘Diare Akut Disebabkan Bakteri’, pp. 1–15.

Zulkarnain (2017) ‘Laporan Magang Pencatatan Akuntansi Pada Bendahara


Pengeluaran Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Padang’, Ekonomi Journal, (c), pp. 2–6.

60
61

Anda mungkin juga menyukai