Anda di halaman 1dari 32

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DAN

DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MINAT


BERWIRAUSAHA MAHASISWA

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas- Tugas Dan Memenuhi


Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar SI Psikologi Islam
(S.Psi) Pada Prodi Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN Raden Intan Lampung

Oleh :
Refkian Sidik
1831080313

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
TAHUN 2021/1443 H
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
E. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
A. Minat Berwirausaha ................................................................................. 10
1. Pengertian Minat Berwirausaha ............................................................. 10
2. Aspek-Aspek Minat Berwirausaha ........................................................ 11
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha ....................... 12
4. Minat Berwirausaha Dalam Perspektif Islam ......................................... 12
B. Kemandirian ............................................................................................. 13
1. Pengertian Kemandirian ......................................................................... 13
2. Aspek-Aspek Kemandirian .................................................................... 14
3. Macam-Macam Kemandirian ................................................................. 14
C. Dukungan Keluarga .................................................................................. 16
1. Pengertian Dukungan Keluarga ............................................................. 16
2. Aspek-Aspek Dukungan Keluarga ........................................................ 16
3. Manfaat Dukungan Keluarga ................................................................ 17
D. Hubungan Kemandirian dan Dukungan Keluarga dengan Minat
Berwirausaha................................................................................................. 18
E. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 19
F. Hipotesis ................................................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 20
A. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................. 20
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................... 20
1. Minat Berwirausaha .............................................................................. 20
2. Kemandirian ......................................................................................... 20
3. Dukungan Keluarga .............................................................................. 21
C. Subjek Penelitian ...................................................................................... 22
1. Populasi ................................................................................................ 22
2. Sampel.................................................................................................. 22
3. Teknik Sampling ................................................................................... 23
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 23
1. Skala Minat Bewirausaha ...................................................................... 24
2. Skala Kemandirian................................................................................ 25
3. Skala Dukungan Keluarga ..................................................................... 25
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................................... 26
1. Validitas ............................................................................................... 26
2. Reliabilitas ............................................................................................ 26
F. Metode Analisis Data ................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAK
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suryana dalam (Syamsudin, 2019) masalah kemiskinan dan
pengangguran adalah masalah yang beragam, seperti masalah moneter, tetapi
juga masalah sosial dan politik. Selain itu, masalah kebutuhan bukan hanya
masalah kuantitatif, tetapi juga masalah subjektif. Isu pengangguran dan
kemelaratan terus menjadi isu penting yang dihadapi berbagai negara, termasuk
Indonesia, saat ini dan di tahun-tahun mendatang.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan populasi Indonesia melebihi
262 juta pada Juli 2017 (Syamsudin, 2019). Tidak semua orang Indonesia
memiliki pekerjaan, banyak yang menganggur atau menganggur. BPS mencatat
tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 7,03 juta pada 2016 dan 7,4 juta
pada Agustus 2017. Artinya, tingkat pengangguran di Indonesia meningkat
menjadi 10.000 untuk pertama kalinya dalam setahun (Suariyanto, 2017).
Pengangguran yang tinggi merupakan masalah besar bagi ketenagakerjaan di
Indonesia, karena banyak lulusan sekolah menengah dan universitas kehilangan
pekerjaan. Pada 2019, BPS yang dikutip Katadata, menyampaikan informasi
pengangguran berdasarkan jenjang sekolah. Informasi tersebut menunjukkan
peningkatan pengangguran lulusan perguruan tinggi. Dari 2017-2019, tingkat
pengangguran lulusan perguruan tinggi meningkat sebesar 25%. Angka ini
paling menonjol dibandingkan dengan alumni tingkat pengajaran lainnya.
Tingkat pengangguran untuk lulusan konfirmasi meningkat sebesar 8,2%,
sementara perpindahan dari tingkat instruksi lainnya berkurang.
Melansir The Conversation, mengacu pada informasi dari Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), tahun ini Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) telah meningkat menjadi 9,2% atau hampir 13
juta orang. Sementara itu, menurut laporan Tirto yang juga mengutip informasi
dari Bappenas, angka pengangguran meningkat secara keseluruhan dari tahun
sebelumnya 5,28%. Baru-baru ini, tingkat pengangguran adalah yang paling
penting tahun ini. Bappenas memperkirakan tingkat pengangguran akan
menyentuh 12,7 juta orang satu tahun dari sekarang. Salah satu penyebabnya
adalah fakta Covid-19. Tahun ini adalah tahun di mana kita telah mengalami
banyak musibah. Pandemi Covid-19 tidak hanya membuat banyak nyawa
melayang yang menyisakan kesengsaraan di setiap keluarga korban, juga
banyak orang yang kehilangan posisi. Sementara itu, alokasi dari otoritas publik
untuk makanan atau obat-obatan masih belum signifikan. Keputusannya adalah
untuk meneruskan dari infeksi atau kelaparan. Kewirausahaan merupakan salah

1
satu alternatif untuk meminimalisir angka pengangguran yang terjadi di
Indonesia terkhusus untuk sarjana pengangguran.
Oliver (2019) Kewirausahaan adalah salah satu bidang ekonomi yang
penting bagi suatu negara dalam membantu laju pembangunan keuangan suatu
negara. Pada saat krisis keuangan melanda Indonesia pada tahun 1998, usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan sektor yang memiliki pilihan
untuk bertahan dan menopang perekonomian Indonesia. Kontibusi
kewirausahaan tidak hanya penting dalam membantu laju pembangunan
ekonomi suatu negara, dilihat dari kontribusinya dalam menyerap tenaga kerja,
kewirausahaan juga dipercaya menjadi salah satu solusi atas persoalan
pengangguran. Namun, sampai tahun 2015 kewirausahaan di Indonesia
sebenarnya belum bisa mencapai 2% yang merupakan standar minimun
internasional untuk dapat membangun perekonomian suatu negara.
David C. McClelland berpendapat bahwa kewirausahaan diartikan
sebagai motivasi untuk mencapai kesuksesan, optimisme, nilai-nilai dan status
atau kesuksesan sebagai pribadi seorang pengusaha. Perilaku kewirausahaan
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
kepemilikan, kompetensi dan inisiatif, sementara faktor eksternal meliputi
lingkungan. Sebagaimana ditunjukkan oleh Ibnoe Soedjono kemampuan
afektifl meliputi sikap, nilai, aspirasi, perasaan dan emosi, semuanya sangat
tergantung pada kondisi lingkungan yang sudah ada sebelumnya, sehingga
menjadi dimensi kapasitas afektif dan kognitif. (Kurniawan Jajad Dedek &
Priyanti Eka, 2017).
Dalam wawancara yang peneliti lakukan terhadap 5 subjek yang
merupakan mahasiswa jurusan psikologi islam UIN Raden Intan Lampung
angkatan 2018, semua menjawab bahwa ada keinginan untuk berwirausaha,
mereka juga mendapat dukungan dari orang tua dan minat berwirasusaha
tersebut muncul atas keinginan sendiri untuk menjadi lebih mandiri. Pada
subjek pertama, subjek menjawab bahwa ada ketertarikan untuk melakukan
minat berwirausaha hal itu dilakukan karena subjek ingin menjadi seorang
pengusaha, hal tersebut didukung oleh keluarga terutama orang tua bahkan
orang tua sering kali meberikan arahan atau ide terkait berwirausaha. Subjek
kedua, ia juga tertarik dengan wirausaha terutama pada bisnis kecantikan
melalui usaha toko make up, dan minat berwirausaha tersebut muncul atas
kemauannya sendiri, subjek juga pernah mengikuti kelas kecantikan dan orang
tua sangat mendukung apa yang ingin dilakukan terkait wirausaha. Kemudian,
pada subjek ketiga menjawab bahwa ada ketertarikan untuk berwirausaha
bahkan ingin mempunyai cabang usaha, hal tersebut atas kemauan sendiri dan
sebenarnya juga didorong oleh keluarga, subjek juga pernah beberapa kali
melakukan kegiatan wirausaha. Orang tua juga memberikan modal untuk
berwirausaha, tidak hanya modal materi orang tua juga memberikan ide dan
selalu memberikan arahan terhadap subjek untuk berwirausaha. Subjek yang
2
keempat, menjawab bahwa ada ingin menjadi wirausaha dan ingin membuka
resto makanan hal tersebut muncul karena kemauan sendiri dan subjek
merupakan pribadi yang hobi sekali memasak, subjek juga pernah melakukan
usaha kecil-kecilan yaitu jualan cemilan secara online, dan kemudian ha
tersebut didukung oleh orang tua yang membuat subjek semakin semangat
untuk berwirausaha dan orang tua juga pernah memberikan modal untuk
berwirausaha. Dan terakhir pada subjek yang kelima, juga memiliki
ketertarikan terhadap wirausaha dan ingin memulai usaha dibidang kuliner dan
kegiatan wirausaha merupakan kemauan sendiri subjek berpendapat bahwa
wirausaha sangat baik untuk menunjang kemandirian serta financial. Subjek
juga pernah melakukan kegiatan berwirausaha melalui jualan online, dan orang
tua juga sangat mendukung dan memberikan modal secara materi maupun ide
dan arahan.
Wirausaha adalah salah satu cara bagi umat Islam untuk melakukan
interaksi bisnis dan melakukan aktivitas dalam berwirausaha, ide-ide dan
strategi yang telah diarahkan dalam Al-Qur'an dan Hadist. Al-Quran sebagai
pedoman bagi keberadaan manusia, memberikan aturan syariah kepada para
wirausahawan untuk bekerja Bahri, (2018). Dalam Islam, anjuran kerja keras
sebagai perwujudan khalifah manusia tercermin dalam Surat Ar-Ra'd: 11.

Artinya : "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganyanya


bergiliran, di depan dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS.
Ar-Ra'd:11)
Kewirausahaan Islami merupakan bagian dari kehidupan yang
dirangkai ke dalam masalah muamalah. Masalah yang secara tegas diidentikkan
dengan hubngan yang sifatnya horizontal, khususnya hubungan antara orang-
orang yang akan dipertanggung jawabkan nanti di akhirat kelak.
Kewirausahaan islami adalah ibadah yang akan mendapatkan penghargaan
setiap kali dijalankan Wigati (2016). Kewirausahaan merupakan kegiatan yang
melekat dalam pendidikan Islam. Ini adalah posisi strategis kewirausahaan dan

3
perdagangan dalam Islam, dan teologi Islam dapat digambarkan sebagai
"teologi komersial". Hal ini dapat dilihat dalam kenyataan bahwa hubungan
timbal balik antara Tuhan dan manusia adalah bisnis yang nyata dan Allah
adalah pedagang yang lengkap. Dia (Allah) meliputi seluruh alam semesta
dalam kitab-Nya. Semuanya penting dan setiap faktor diukur. Dia membuat
pembukuan dan neraca, dan (Allah) memberikan contoh bisnis yang jujur.
Stewart dalam (Komsi, 2013) menyatakan bahwa perkembangan minat
dalam berwirausaha dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang meliputi faktor
internal, faktor eksternal dan faktor kontekstual. Faktor internal yang berasal
dari dalam diri seorang wirausahawan dapat bersifat personal , sikap mandiri,
kemauan dan kemampuan yang dapat memperkuat berwirausaha individu.
Faktor eksternal berasal dari luar pelaku usaha, yang dapat berupa komponen
dari lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia usaha,
lingkungan fisikl, iklim eonmi dan lain-lain. Perilaku kewirausahaan
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal menggabungkan
hak kepemilikan, kompetensi dan inisiatif, sementara faktor luar meluputi
lingkunga menurut Ibnoe Soedjono dalam ( Dedek & Eka, 2017).
Masrun dalam (Sirine, 2017) mendefinisikan kemandirian sebagai
bagian dari karakter yang mendorong individu untuk memiliki pilihan untuk
mengkoordinasikan dan mengarahkan perilaku mereka sendiri, mengatasi
masalah tanpa bantuan orang lain. Havighurst yang dikutip oleh Satmoko dalam
(Sirine, 2017) mengemukakan bahwa kemandirian adalah tindakan individu
untuk berusaha mengatasi masalah yang tampak tanpa bantuan orang lain.
Menurut Barnadib dalam (Sirine, 2017) makna kemandirian adalah kondisi jiwa
individu yang dapat memilih norma dan nilai-nilai atas pilihannya sendiri, siap
untuk bertanggung jawab atas semua perilaku dan aktivitas individu yang
bersangkutan.
Dukungan keluarga adalah hubungan interpersonal yang melindungi
seseorang dari efek setres yang buruk, Kaplan dan Sadock dalam (Anonim,
2015). Dukungan keluarga menurut Fridman dalam (Anonim, 2015) adalah
sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluargannya, berupa
dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan
dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan
interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota
keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikannya. Jadi
dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang
dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diperoleh atau
diadakan untuk keluarga yang selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
jika diperlukan.
Dari berbagai jurnal, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
minat berwirausaha dari motivasi, sikap, prestasi, kecerdasan emosi,
pengetahuan, karakter, self efficacy, tenaga kerja, keahlian, lahan, jiwa
4
kewirausahaan. Dalam penelitian Dzulfikri & Kusworo, (2019) menyatakan
bahwa variabel motivasi tidak berpengaruh terhadap minat berwirausaha,
namun sebagaimana ditunjukan oleh penelitian Ibrahim, (2014) menyatakan
bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha, Erlita Dhiah
Utami, (2007), Di & Medan, (2010) juga mendukung penelitian yang
menyatakan bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha.
Di & Medan, (2010) menambahkan bahwa yang mempengaruhi minat
berwirausaha selain motivasi adalah pengetahuan kewirausahaan dan sikap
mandiri. Penelitian Di & Medan, (2010) didukung oleh penelitian, Wijaya,
(2007) mendukung variabel yang ditambahkan Di & Medan, (2010) bahwa
pengetahuan kewirausahaan berpengaruh terhadap minat berwirausaha minat
berwirausaha.
Dari penggabungan pendapat diatas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi minat berwirausaha peneliti mencoba untuk meneliti tentang
salah satu faktor ekstrinsik dan intrinsik yaitu kemandirian dan dukungan
keluarga. Dengan demikian penulis merasa tertarik untuk membahas
permasalahan dari uraian diatas untuk dijadikan sebuah penelitian yang akan
penulis susun dalam bentuk skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA
KEMANDIRIAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MINAT
BERWIRAUSAHA MAHASISWA”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan sebuah masalah, yaitu :
1. Apakah hubungan antara Kemandirian dan Dukungan keluarga dengan
Minat Berwirausaha Mahasiswa?
2. Apakah hubungan antara Kemandirian dengan Minat Berwirausaha
Mahasiswa?
3. Apakah hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Minat
Berwirausaha Mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka penelitian
yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Bagaiamana hubungan antara Kemadirian dan Dukungan Keluarga
dengan Minat Berwirausaha Mahasiswa.
2. Bagaiamana hubungan antara Kemandirian dengan Minat Berwirausaha
Mahasiswa.
3. Bagaimana hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Minat
Berwirausaha Mahasiswa.

5
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, baik secara teoritis maupun praktis. Adapun maanfaat dari penelitian ini
adalah :
1. Manfaat Teoritis
Kajian ini diharapkan dapat membantu menumbuhkan minat
berwirausaha melalui penelitian dan pengembangan minat berwirausaha,
dan kemandirian, dukungan keluarga, dan minat berwirausaha. Bisakah
Anda menjelaskan apa yang harus dilakukan? Selain itu juga dapat
digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya khususnya bagi
penelitian Psikologi Industri dan Organisasi. Pada akhirnya, Anda dapat
memperoleh pengetahuan yang Anda butuhkan untuk menciptakan
wirausahawan dalam menghadapi kesempatan kerja yang terbatas di era
global saat ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas
Temuan penelitian ini dapat melengkapi informasi tentang
hubungan kemandirian dan dukungan keluarga dengan minat
berwirausaha mahasiswa di perguruan tinggi sebagai generasi muda
lembaga pendidikan dan memungkinkan mahasiswa untuk
mempersiapkan dan mempersiapkan seluruh mahasiswa berwirausaha
untuk pelatihan
b. Bagi Mahasiswa
Hasil dari temuan kajian penelitian ini juga dapat
menginformasikan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa psikologi
tentang hubungan kemandirian dan dukungan keluarga dengan minat
berwirausaha mahasiswa untuk mengurangi pengangguran lulusan. Hal
ini penting untuk diwaspadai karena mempengaruhi perilaku mahasiswa
yang mempersiapkan diri untuk menjadi wirausaha.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pembuatan tugas akhir selanjutnya dibidang Psikologi Industri dan
Organisasi (PIO) khususnya mengenai Penelitian ini dapat dijadikan
acuan bagi peneliti selanjutny adengan topik yang sama, tetapi dengan
pengembangan variabel atau perbedaan variabel yang digunakan
nantinya.

E. Penelitian Terdahulu
1. Penelitin yang dilakukan Regina Darmayanti, Elida, Wirnelis Syarif
(2014) dengan judul “Hubungan Kemandirian Dengan Minat Berwirausaha
Iluni Prodi D3 Jurusan Kesejahteraan KeluargaFakultas Teknik Universtas
6
Negeri Padang”. Hasil pada penelitian ini kemandirian dikategorikan rendah
(62%), minat berwirusaha juga dikategorikan rendah (58%). Jadi hasil
menunjukan terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemandirian
dengan minat berwirausaha pada Iluni Prodi D3 jurusan Kesejahteraaan
Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
2. Eksplorasi yang dilakkan oleh Aprilia Periera, Nurlaila Abdullah
Mashabi, dan Metty Muhariati berjudul “Pengaruh Dukungan Orang Tua
Terhadap Minat Berwirausaha Anak (Pada Siswa SMK Strada Koja, Jakarta
Utara).. Metode pengumpulan informasi menggunakan survei dengan skala
Likert dan respondennya adalah 86 siswa. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kedua faktor
dengan r = 0,677, t = 8,44. Kondisi relaps yang diperoleh adalah Y=29,87 +
0,715 X dan Fhitung = 1,07 dan Ftabel = 1,69. Selanjutnya koefisien
jaminan sebesar 45,87%, yang berarti bahwa dukungan keluarga pada
dasarnya mempengaruhi premi anak dalam usaha pada siswa SMK Strada
Koja.
3. "Dukungan Sosial Keluarga dengan Minat Berwirausaha Bagi Siswa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)" Gelar ini merupakan ujian yang
disutradarai oleh Yosy Wijaya, Aditya Nanda Priyatama, dan Mohammad
Khasan. Kajian ini bertujuan untuk memutuskan hubungan antara bantuan
ramah keluarga dengan minat usaha pada siswa SMK Negeri 4 Surakata.
Teori yang diajukan adalah bahwa ada hubungan positif antara bantuan
ramah keluarga dan minat mahasiswa dalam usaha bisnis. Hasil pengujian
menunjukkan koefisien hubungan rxy = 0,477 dengan p = 0,000 (p <0,01).
Ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat besar antara
bantuan ramah keluarga dan premium dalam bisnis, sehingga teori yang
diajukan dalam ulasan ini diakui. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
antara bantuan ramah keluarga dengan minat merintis pada siswa SMK
Negeri 4 Surakarta.
4. Dalam ulasan yang dipimpin oleh Rumswasti Dhaneswari berjudul
“Hubungan Kemandirian dengan Minat Berwirausaha di SMK Negeri 1
Sewon Bantul Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebebasan
berada pada klasifikasi tinggi dengan kekambuhan keseluruhan sebesar
45,23%, dan premi dalam usaha bisnis berada pada klasifikasi sedang
dengan kekambuhan umum sebesar 55,95%. Berdasarkan hasil pengujian
koneksi Product Moment, diperoleh r hitung = 0,493. Nilai r tabel pada taraf
kepentingan 5% untuk N=84 adalah 0,214 (rxy 0,493 > r tabel 0,214).
Mengingat hasil ini, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan
besar antara kebebasan dan minat dalam bisnis. Koefisien determinan (R²)
adalah 0,244, menyiratkan bahwa ukuran hubungan yang diberikan oleh
variabel otonomi dengan variabel premi inovatif adalah 24,4%, sedangkan
kelebihan 75,6% dipengaruhi oleh elemen yang berbeda tidak diperiksa
7
dalam tinjauan ini, misalnya, gaji kebutuhan, kepercayaan diri, sensasi
kesenangan, keterbukaan, iklim keluarga, iklim daerah setempat, dan
pelatihan.
5. Ujian dipimpin oleh Heru Indra, Waskito, dan Mulianti, dengan judul
“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Minat Berwirausaha Pengelasan
Pada Siswa Teknik Mesin SMK Negeri 2 Payakumbuh”. Dilihat dari
pengujian yang telah dilakukan pada siswa yang belajar desain mekanik di
SMK N 2 Payakumbuh tentang hubungan dukungan keluarga dengan minat
usaha las, nilai rhitungnya adalah 0,6072, rtabel 0,2403 (rhitung > rtabel
(0,6072 > rtabel). 0.2403).. Hal ini dibangun oleh konsekuensi dari
pengujian spekulasi diperoleh nilai thitung sebesar 3,242256 . Sedangkan
nilai rtabel pada alpha = 0,05 adalah 1,67793 (ttabel = 1,67793). Dengan
cara ini, thitung > ttabel.. (3,242256 > 1,67793), maka teori yang
dikemukakan dalam tinjauan ini terbukti dapat diterima, sehingga “ada
hubungan kritis antara dukungan keluarga dengan minat berwirausaha
pengelasan pada siswa teknik mesin SMK Negeri 2 Payakumbuh.
6. Dalam ulasan yang disutradarai oleh Bania Ateta Keteran berjudul
"Pengaruh Kemandirian dan Self Efficacy Terhadap Minat Berwirausaha
Pada Mahasiswa FEB UKSW". Hasil pengujian menunjukkan bahwa
kebebasan dan kemandirian berpengaruh positif terhadap premi
kewirausahaan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen
Satya Wacana. Konsekuensi dari uji koefisien jaminan mendapatkan nilai
rkuadrat berubah sebesar 0,520. Melihat nilai ini, menunjukkan bahwa
faktor otonomi dan kelangsungan hidup dapat mempengaruhi premi dalam
usaha bisnis sebesar 52% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor yang
berbeda di luar tinjauan ini. Nilai F yang ditentukan adalah 52.510 dan nilai
kepentingannya adalah 0,000. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor otonom dalam tinjauan terbukti secara bersamaan
mempengaruhi premi dalam usaha bisnis.
7. Dalam Skripsi yang dibuat oleh Ika Puji Astuti berjudul “Pengaruh
Kemandirian, Motivasi, dan Pengetahuan Berwirausaha Terhadap Minat
Memulai Usaha Pada Mahasiswa FEBI UIN STS JAMBI”. Konsekuensi
dari uji koefisien jaminan mendapatkan nilai rkuadrat berubah sebesar
0,520. Mengingat nilai ini, menunjukkan bahwa faktor otonomi dan
kelangsungan hidup dapat mempengaruhi premi dalam bisnis sebesar 52%
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor yang berbeda di luar tinjauan ini.
Nilai F yang ditentukan adalah 52.510 dan nilai kepentingannya adalah
0,000. Selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor otonom dalam
tinjauan tersebut terbukti secara keseluruhan mempengaruhi premi dalam
usaha bisnis.
8. Dalam teks distribusi yang dipimpin oleh Umy Yonaevy berjudul
“Hubungan Dukungan Sosial Dengan Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa
8
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta”. Berdasarkan
hasil pengujian informasi menggunakan SPSS 15.0 menggunakan metode
hubungan kedua item dari Pearson, nilai koefisien koneksi adalah 0,506; sig
= 0,000 (p<0,01). Berdasarkan hasil pemeriksaan, diketahui bahwa variabel
bantuan sosial memiliki mean eksperimental (RE) 120,09 dan normal
spekulatif (RH) 90, yang menyiratkan bahwa bantuan sosial dari wali
kepada subjek tinggi. Variabel minat usaha, diketahui rata-rata eksak (RE)
adalah 63,78 dan normal spekulatif (RH) adalah 47,5 yang menunjukkan
bahwa keuntungan subjek dalam bisnis tinggi. Komitmen kuat faktor
bantuan sosial terhadap premi dalam bisnis adalah 25,6%. Sementara itu,
74,7% dari berbagai faktor yang mempengaruhi pendapatan dalam usaha
bisnis berada di luar bantuan sosial (orang tua). Akhir yang diperoleh dari
tinjauan ini adalah bahwa ada hubungan positif yang sangat besar antara
bantuan sosial orang tua dan minat bisnis pada mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Minat Berwirausaha

1. Definisi Minat Berwirausaha

a. Minat
Minat adalah perasaan tertarik pada sesuatu atau suatu kegiatan dan
walaupun tidak ada yang mengatakannya, minat pada hakikatnya merupakan
penerimaan terhadap suatu hubungan dengan diri sendiri dan sesuatu
sebagai cita-cita diri sendiri, dan hubungan itu mendekati “hal-hal yang
sangat menarik” (Adityaromantika, 2010).
. Djaali dalam Rihi (2019) menyimpulkan bahwa minat memiliki
unsur afektif, persepsi pilihan nilai, dan motorik emosional, pilihan mental
dan disposisi. Minat merupakan aspek psikologis yang mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas, dan jika ada minat maka
orang memiliki kemauan yang kuat untuk mencapai apa yang ingin
dilakukan. Menurut Hurlock dalam (Devisanti & Muti’ah, 2017), tertarik
pada aktivitas yang menambah kegembiraan pada aktivitas apa pun yang
dilakukan seseorang adalah pengalaman yang jauh lebih menyenangkan
daripada membosankan. Hurlock dalam (Devisanti & Muti’ah, 2017), juga
berpendapat bahwa minat tidak datang dari lahir, tetapi dari pengalaman
pribadi. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat kita simpulkan
bahwa hobi adalah keinginan dan minat terhadap sesuatu. Minat berasal dari
individu itu sendiri karena individu tersebut merasa euforia, menyenangi
kegiatan yang diminati, dan tidak dipaksakan.
.
b. Wirausaha
Menurut Hendro dalam Boga (2017), wirausahawan adalah orang
yang suka berpetualang, berani mengambil risiko, orang yang kreatif yang
menemukan pekerjaan tertentu dan menjual karyanya. Menurut Kasmir
dalam (Hendrawan & Sirine, 2017), kewirausahaan adalah kemampuan
untuk menciptakan kegiatan usaha yang membutuhkan kreativitas dan
inovasi terus-menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang
konvensional. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
wirausaha adalah orang yang mencari pekerjaan tertentu dan memiliki
kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja baru serta menciptakan
usaha yang kreatif dan inovatif

10
c. Minat Berwirausaha
Minat berwirausaha sebagaimana dikemukakan oleh Subandono
dalam (Hendrawan & Sirine, 2017) adalah kecenderungan hati pada subjek
untuk berkeinginan membuat suatu usaha yang kemudian mengatur,
mengarahkan, menghadapi tantangan dan membina usaha yang dibuatnya..
Suryawan dalam (Hendrawan & Sirine, 2017) juga mendefinisikan minat
berwirausaha sebagai keinginan, keinginan, dan kesiapan untuk berusaha
dengan sungguh-sungguh atau berkeinginan kuat untuk berdikari atau
berusaha memenuhi kebutuhannya tanpa takut akan bahaya yang akan
terjadi dan belajar dari kegagalan yang dialami. (Paulina., 2013) Intensi
berwirausaha adalah keinginan orang untuk melakukan langkah-langkah
tindakan dengan membuat produk baru melalui bisnis dan pengambilan
resiko.
Menurut pengertian di atas, yang dimaksud dengan minat
berwirausaha adalah keinginan, dan kemauan individu dengan gagasan
“bekerja keras atau memiliki kemauan yang kuat untuk memenuhi
kebutuhan hidup.” Hidup tanpa rasa takut akan bahaya. memiliki
kemampuan dan keterampilan untuk menjadi kreatif, inovatif, dan
memenuhi kebutuhan dengan percaya diri, dengan kemampuan untuk
mengambil tugas sebagai wirausahawan.

2. Aspek-aspek minat berwirausaha


Pintrich dan Schunk dalam (Rofifah, 2020) Aspek-aspek minat
berwirausaha dijelaskan oleh sebagai berikut:
a. Sikap umum terhadap suatu aktivitas (general attitude toward the
activity), yaitu sikap positif yang umumnya merasa atau tidak menyukai
suatu aktivitas, setuju atau tidak setuju dengannya, atau lebih menyukai
perilaku aktivitas.
b. Putuskan untuk menyukai persepsi tertentu dari aktivitas yang Anda
sukai, terutama aktivitas atau latihan (specivic conciused for or living the
activity), yaitu aktivitas atau objek.
c. Kepuasan atau mereasa senang dengan aktivitas (enjoyment of the
activity), dengan kata lain, individu merasa puas dengan segala sesuatu
tentang aktivitas yang menarik minatnya.
d. Kegiatan yang bermakna dan penting bagi individu. (personal importence
or significance of the activity to the individual).
e. Minat intrinsik pada konteks aktivitas (intrinsic interes in the context of
the activity), yaitu adanya emosi menyenangkan yang berpusat pada
aktivitas itu sendiri.
f. Berpartisipasi dalam kegiatan (reported choise of or participant in the
activity) ni berarti bahwa orang tersebut telah memilih atau berpartisipasi
dalam aktivitas tersebut.
11
Aspek minat yang menarik dibentuk oleh dua aspek yaitu kognitif
dan afektif berupa sikap, kesadaran individual, perasaan senang, arah
kepentingan individu, adanya ketertarikan yang muncul dari dalam diri, dan
berpartisipasi terhadap apa yang diminati.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Berwirausaha


Komsi (2013) menyatakan bahwa ada beberapa variabel yang
mempengaruhi minat dalam kewiraushaan, yaitu:
a. Faktor Eksternal (keluarga)
1) Orang tua yang memiliki usaha secara implisit akan menawarkan kepada
anak-anaknya tentang cara yang paling baik untuk melakukan usaha yang
layak, ketika anak melihat usaha yang diusahakan oleh keluarganya
membuahkan hasil, si anak akan tertarik untuk melanjutkan usaha yang
dilakukannya. oleh keluarganya.
2) Lingkungan sekitar dipenuhi dengan kewirausahaan, dan individu lebih
tertarik untuk memulai bisnis baru jika Anda berpikir lingkungan Anda yang
ada akan memulai yang baru maka akan menumbuhkan minat yang tinggi
untuk membuka usaha baru, namun hal itu tidak terlepas dari pertimbangan
usaha apa yang cocok dengan lingkungan yang ada.
b. Faktor internal (motivasi)
Motivasi dipandang sebagai faktor penting yang harus diperhatikan
dalam berwirausaha. Motivasi merangsang minat positif atau negatif,
merangsang dan mendukung perilaku manusia dan mau bekerja keras.
Menurut Hendro (Margunani, 2016), faktor-faktor tersebut adalah faktor
pribadi/individu, iklim kerja, tingkat pendidikan, kepribadian, prestasi
akademik, dorongan dari keluarga, sekolah dan lingkungan pergaulan serta
peluang kemandirian

4. Minat Berwirausaha Menurut Prespektif Islam


Menurut Kamaluddin (2019) bahwa wirausaha adalah bagian yang
tidak bisa terpisahkan dalam ajaran Islam, sehingga ketika Rasulullah ditanya
oleh sahabat terkait pekerjaan apa yang paling baik dilakukan, Nabi SAW
menjawab “seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri, dan setiap jual
beli yang halal, sesuai dengan Sabda Nabi Muhammad SAW.

‫ِيَ اه‬
ُ‫َّلل‬ ‫َض‬‫ٍ ر‬ ‫َاف‬
‫ِع‬ ‫بنِ ر‬ ََ
ْ ‫ة‬ ‫َاع‬ ‫ْ ر‬
‫ِف‬ ‫َن‬
‫ع‬
‫ْه‬
ِ ََ
‫لي‬ ‫هى اه‬
‫َّللُ ع‬ ‫َل‬ ‫هب‬
‫ِيه ص‬ ‫َن‬
‫ه الن‬ ‫ه { أ‬ ُْ‫َن‬
‫ع‬
‫ُ ؟‬‫َب‬‫ْي‬ ‫َط‬
‫َسْبِ أ‬ ْ ‫َي‬
‫الك‬ ‫ أ‬: َ
‫ِل‬ ‫هم‬
‫َ سُئ‬ ‫َسَل‬
‫و‬
‫ُل‬‫َك‬
‫ و‬، ِ ‫َد‬
‫ِه‬ ‫ِي‬
‫ِ ب‬‫ُل‬ ‫ُ الر‬
‫هج‬ ‫َل‬
‫َم‬‫ ع‬: ‫ل‬ َ‫َا‬‫ق‬
12
‫هار‬
ُ ‫َز‬ ْ ‫ه‬
‫الب‬ ُ‫َا‬
‫َو‬‫ٍ } ر‬‫ُور‬‫ْر‬
‫مب‬َ ٍ‫ْع‬
‫بي‬َ
ُ
‫ِم‬‫َاك‬ ْ ‫ه‬
‫الح‬ َُ
‫هح‬‫َح‬
‫َص‬‫و‬
Dari Rifa’ah bin Rofi’, bahwa Nabi SAW pernah ditanya usaha apa
yang paling baik untuk dikerjakan. Nabi bersabda: “seseorang yang bekerja
dengan tangannya, dan setiap bisnis yang dihalalkan. Perlu digaris bawahi
bahwa keberhasilan Nabi menjalankan wirausahanya di Negeri Syam dan di
berbagai daerah lainnya, tidak terlepas dari sifat yang melekat pada dirinya,
yaitu jujur (shiddiq), sangat dipercaya (amanah) transparan (tabligh), dan
kreatif, inovatif/cerdas (fathanah). Sifat-sifat tersebutlah yang membawa beliau
menjadi pelaku bisnis profesional, dan atas dasar inilah, “beliau berkerjasama
dengan janda kaya raya bernama Khadijah (yang nantinya dalam usia 25 tahun
Nabi menikahnya) berbisnis dengan sistem bagi hasil (profit sharing), yang
akhirnya Khadijah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai manajer
perdagangannya ke pusat perdagangan Habashah di Yaman”.
Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup, Rasulullah
memberikan contoh sebagai seorang pedagang yang ulung dengan
menampilkan sifat kejujuran (shiddiq), terpercaya (amanah), komunikatif
(tabligh) dan cerdas (fathanah) Kamaluddin (2019). Dengan kemuliaan sifat-
sifat yang ditunjukan ketika bertindak sebagai usahawan, maka beliau
disamping mendapat gelar al-Amin, juga dikenal sebagai seorang marketer
yang cerdas dan bermoral. Oleh karenanya seorang muslim yang ingin terjun
kedunia usaha (wirausahawan), sudah sewajarnya menjadikan Nabi
Muhammad sebagai tauladan dalam menjalankan bisnis, sebab beliau telah
menunjukkan bagimana cara berbisnis yang benar, jujur, dan amanah sekaligus
memperoleh profit yang optimal. Islam membutuhkan umatnya untuk menjadi
visioner bisnis yang solid dan berbuah. Dalam perspektif Islam, bisnis adalah
salah satu cara untuk menghormati Allah SWT, karena itu bisnis dan bisnis
tidak dapat dipisahkan dari hukum Islam.

B. Kemandirian

1. Pengertian Kemandirian
Salzman dalam (Astuti & Sukardi, 2013) mengemukakan bahwa masa
muda adalah masa berkembang yang bergantung pada orang tua menuju
kemandirian, refleksi diri dan pertimbangan tentang kualitas selera dan masalah
moral. Beberapa upaya perkembangan remaja yang diperkenalkan oleh Hurlock
menjelaskan bahwa kemandirian adalah salah satu perspektif penting bagi
remaja untuk menghadapi masa perkembangan berikut, khususnya kedewasaan
dalam kehidupan mereka di masyarakat. Monks,dkk dalam (Astuti & Sukardi,
2013) mengatakan bahwa individu yang mandiri akan menunjukkan perilaku
13
eksploratif, dapat memutuskan, percaya diri dan kreatif. Selain itu, mereka juga
siap untuk bertindak secara kritis, tidak takut untuk mencapai sesuatu, memiliki
kepuasan dalam menyelesaikan aktivitas mereka, dapat mengakui kebenaran
dan dapat memanipulasi lingkungan, berinteraksi dengan teman sebaya,
terkoordinasi secara objektif dan dapat menangani diri sendiri. Kurangnya
kemandirian pada remaja akan membawa masalah perilaku yang berbeda
seperti kepercayaan diri yang rendah, rasa malu, perasaan tidak aman dan
cemas.
Sikap mandiri adalah kemampuan seseorang atau individu untuk
melakukan sesuatu, mengambil keputusan dan menjalankan usaha secara
mandiri tanpa pengaruh atau bantuan orang lain Steinberg dalam (Pangesti &
Yuwono, 2020). Dalam pengertian ini, sikap mandiri merupakan hal penting
yang harus dimiliki oleh sebuah bisnis Sebagaimana dijelaskan Hendrawan dan
Sirine dalam (Pangesti & Yuwono, 2020), sikap mandiri merupakan hal penting
yang harus dimiliki seseorang. Perusahaan dengan sikap kemandirian yang baik
yang menginginkan kewirausahaan ini diharapkan mampu membaca peluang
bisnis dan mengambil keputusan untuk menggunakannya dalam lowongan
pekerjaan baru.

2. Aspek-Aspek Kemandirian
Menurut Widayati dalam (Herdiansyah, 2012), bagian-bagian dari
kemandirian adalah sebagai berikut:
1. Tanggung jawab, khususnya kapasitas untuk menerima pertanggung
jawaban, kapasitas untuk menindaklanjuti suatu pekerjaan, memiliki pilihan
untuk mewakili akibat dari pekerjaan mereka, kapasitas untuk memperjelas
pekerjaan baru, memiliki standar tentang apa yang baik dan buruk dalam
bernalar dan bertindak .
2. Otonomi, ditunjukkan dengan mengerjakan tugas sendiri, yaitu suatu
kondisi yang ditunjukkan dengan kegiatan yang dilakukan atas kemauan
sendiri dan bukan orang lain dan tidak bergantung pada orang lain serta
memiliki rasa percaya diri dan kemampuan untuk menghadapi diri sendiri.
3. Inisiatif, ditunjukkan dengan kemampuan berpikir dan bertindak inovatif.
4. Kontrol diri, kebijaksanaan yang solid ditunjukkan dengan
mengendalikan aktivitas dan perasaan, memiliki pilihan untuk menaklukkan
masalah dan kemampuan untuk melihat perspektif orang lain.

3. Macam-Macam Kemandirian
Kemandirian menurut Steinberg dalam (Purbasari & Nawangsari,
2016) adalah kapasitas pemuda untuk berpikir, merasakan, dan
memutuskan pilihan dengan dan dengan bergantung pada diri mereka

14
sendiri alih-alih mengikuti apa yang diterima orang lain. Ada tiga jenis
kebebasan, untuk lebih spesifiknya
a. Kemandirian emosional adalah ukuran supaya remaja tidak
memandang orang tua sebagai sosok yang idealis. Silverberg dan
Steinberg (Purbasari & Nawangsari, 2016) mengungkap bahwa sejauh
mana remaja mampu untuk tidak melihat orang tuanya sebagai orang yang
idealis (de-idealized), sejauh mana remaja dapat melihat orang tuanya.
sebagai orang dewasa pada umumnya (parents as people). Sejauh mana
remaja mampu mengandalkan kemampuan mereka sendiri tanpa
mengharapkan bantuan dari orang lain (non-dependency) dan sejauh mana
remaja dapat individuasi dengan orang tua mereka.
b. Kemandirian perilaku adalah kemampuan untuk memutuskan dan
menetapkan pilihan secara mandiri. Kemandirian prilaku menggabungkan
kemampuan untuk meminta pendapat orang lain ssebagai dasar untuk
membuat keputusan elektif, berpikir tentang alternatif yang berbeda,
terakhir memiliki pilihan untuk membuat kesimpulan untuk pilihan yang
bertanggung jawab. Ada tiga bagian kemandirian sosial pada remaja.
Pertama-tama, mampu menentukan pilihan yang digambarkan dengan
memantau bahaya perilaku mereka, memilih pemikiran kritis yang
bergantung pada perenungan mereka sendiri dan orang lain, bertanggung
jawab atas hasil dari pilihan yang mereka buat. Kedua, orang yang
memiliki kemandirian akan memiliki kendali atas pengaruh orang lain
yang digambarkan dengan tidak terpengaruh secara efektif dalam situasi
yang menuntut kesamaan, tidak mudah terpengaruh oleh ketegangan teman
sebaya dan orang tua dalam memutuskan, memasuki perkumpulan orang
tanpa tekanan. Ketiga, kepercayaan diri (self relience) yang digambarkan
dengan perasaan siap untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan
di sekolah, merasa siap untuk memenuhi kewajiban di rumah dan di
sekolah, merasa siap untuk mengatasi masalah sendirian, berani
mengkomunikasikan pikiran dan pikiran.
c. Rest Steinberg dalam (Purbasari & Nawangsari, 2016), mengungkap
bahwa kemandirian harga diri tercipta selama ketidakdewasaan akhir.
Kemandirian yang layak adalah kapasitas untuk memiliki perspektif dan
keyakinan bebas tentang keduniawian, masalah legislatif, dan etika.
Steinberg dalam (Purbasari & Nawangsari, 2016) mengungkap tiga bagian
dari kemandirian nilai yang signifikan, khususnya sebagai berikut:
Kemampuan untuk berpikir secara unik dalam survei suatu masalah
(abstract belief). Perilaku yang dapat dilihat adalah bahwa anak-anak
dapat menimbang hasil potensial yang berbeda di bidang kualitas.
Memiliki keyakinan yang ditetapkan secara keseluruhan aturan yang
memiliki premis filosofis (principled belief). Perilaku yang dapat dilihat
adalah bahwa kaum muda berpikir dan bertindak sesuai standar yang
15
bertanggung jawab di bidang kualitas. Memiliki keyakinan tentang kualitas
mereka sendiri, tidak hanya dalam kerangka nilai yang diturunkan oleh
orang tua atau figur otoritas lainnya (independent belief). Perilaku yang
dapat dilihat adalah bahwa remaja mempertimbangkan kembali keyakinan
mereka tentang kualitas mereka sendiri, berpikir seperti yang ditunjukkan
oleh keyakinan dan nilai mereka sendiri, dan bertindak sesuai dengan
keyakinan dan kualitas mereka sendiri.
C. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan Keluarga


Keluarga merupakan unit kehidupan yang paling esensial dan
merupakan pankal kehidupan masyarakat Luddin dalam (Siagian, 2018). Dalam
sebuah keluarga, orang-orang utama yang dianggap anak adalah orang tua
mereka dan kemudian kerabat mereka. Keluarga adalah iklim yang paling
penting ramah bagi anak-anak. Murdock dalam (Siagian, 2018)
menggambarkan bahwa keluarga adalah berkumpulnya orang-orang yang
memiliki atribut kehidupan masing-masing, ada partisipasi finansial, dan terjadi
suatu proses generasi.
Rahmadi dalam (Durado et al., 2013) menambahkan bahwa keluarga
sebagai tempat yang berperan penting dalam memberikan dukungan, luapan
kasih sayang, pengasuhan, dan pengelolaan kepada anak-anak sehingga mereka
menjadi yakin. Sesuai dengan Friedman dalam (Siagian, 2018) bahwa keluarga
adalah lembaga sosial yang memiliki dampak terbaik pada keluarga. Unit yang
sangat besar ini sangat mempengaruhi individu, dengan tujuan cenderung
menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan hidup individu. Hubungan dengan
kualitas yang baik akan berdampak positif pada peningkatan, misalnya
penyesuaian, kesejahteraan, perilaku prososial, dan transmisi nilai. Kemudian
lagi, kualitas hubungan yang tidak baik dapat menimbulkan hasil sebagai
ketidaknyamanan, masalah perilaku, atau psikopatologi pada anak-anak.
Dukungan keluarga sebagai komunikasi yang diciptakan oleh orang tua yang
digambarkan melalui perhatian, kehangatan, dukungan, dan berbagai perasaan
baik orang tua terhadap anak-anak.

2. Aspek-Aspek Dukungan Keluarga


Sarafino dalam (Siagian, 2018), menjelaskan bahwa dukungan sosial
memiliki beberapa sudut pandang, salah satu jenis dukungan sosial adalah
keluarga. Selanjutnya ada empat komponen dukungan keluarga, antara lain:
1) Dukungan emosional, keluarga sebagai tempat yang terlindung dan tenang
untuk istirahat dan penyembuhan serta membantu mengendalikan perasaan.
Bagian dari bantuan penuh semangat menggabungkan bantuan yang
ditunjukkan sebagai kesukaan, kepercayaan, pertimbangan, penyetelan, dan
didengar.
16
2) Dukungan informasi, kapasitas keluarga sebagai pengumpul dan penyebar
data. Mengklarifikasi tentang menawarkan panduan dan ide, data yang dapat
digunakan untuk mengungkap suatu masalah. Keuntungan dari bantuan ini
adalah dapat menahan perkembangan stressor dengan alasan bahwa data yang
diberikan dapat menambah ide-ide eksplisit bagi orang-orang. Perspektif dalam
bantuan ini adalah nasehat, ide, gagasan, arahan, dan pemberian data.
3) Bantuan instrumental, bantuan yang diberikan secara langsung, baik berupa
kantor atau materi, misalnya pemberian alat-alat vital, pemberian uang tunai,
pemberian makanan, permainan atau bantuan lainnya. Bantuan instrumental ini
berupa bantuan materil, misalnya barang-barang atau barang dagangan yang
dibutuhkan oleh orang lain dan bantuan uang untuk biaya klinik, penyembuhan
dan biaya harian sehari-hari selama individu tersebut tidak dapat menolong
dirinya sendiri.
4) Dukungan penilaian, keluarga berperan sebagai pemberi kritik, mengarahkan
dan menengahi pemikiran kritis, sebagai sumber dan validator kepribadian
kerabat termasuk menawarkan bantuan, penghargaan dan pertimbangan.
Dilihat dari gambaran di atas, cenderung terlihat bahwa ada empat
unsur dukungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh Sarafino dalam
(Siagian, 2018), khususnya dukungan emosional, informasi, instrumental, dan
dukungan penilaian.

3. Manfaat Dukungan Keluarga


Adityaromantika (2010), dukungan sosial keluarga adalah interaksi yang
terjadi sepanjang hidup, sifat dan jenis dukungan sosial bergeser dalam fase
yang berbeda dari siklus keidupan. Bagaimanapun, di semua fase siklus
kehidupan, dukungan sosial keluarga memberdayakan keluarga untuk bekerja
dalam berbagai cara dan akal. Wills dalam (Anonim, 2015), menyimpulkan
bahwa baik dampak (dukungan sosial menetralisir konsekuensi negatif dari
stress tehadap kesehatan) dan dampak utama (dukungan sosial secara langsung
mempengaruhi hasil kesehatan) ditemukan. Yang pasti, dampak utama dari
dukungan sosial pada kesehatan dan kesejahteran dapat berfungsi bersama.
Smet dalam (Arby Suharyanto, 2019) menemukan bahwa dukungan
keluarga akan meningkatkan:
1) Kesejahteraan fisik, orang yang memiliki hubungan yang nyaman dengan
orang lain jarang jatuh sakit dan sembuh lebih cepat jika mereka sakit
daripada orang yang terputus.
2) Respon stres pengurus, melalui pertimbangan, data, dan kritik diharapkan
dapat beradaptasi dengan tekanan.
3) Produktivitas, melalui perluasan inspirasi, sifat berpikir, pemenuhan
jabatan dan penurunan pengaruh tekanan kerja.
4) Kemakmuran dan keserbagunaan psikologis melalui sensasi memiliki
tempat, bukti yang dapat dikenali dengan jelas, kepercayaan diri yang
17
meningkat, penangkal neurotisisme dan psikopatologi, pengurangan
penderitaan dan pengaturan aset yang diperlukan.

D. Hubungan Kemandirian dan Dukungan Keluarga dengan Minat


Berwirausaha
Minat berwirausaha menurut Subandono dalam (Hendrawan & Sirine,
2017) adalah kecenderungan hati pada subjek untuk berkeinginan untuk
membuat suatu usaha yang kemudian pada saat itu mengatur, mengelola,
menghadapi tantangan dan membina usaha yang digelutinya. membuat.
Suryawan dalam (Hendrawan & Sirine, 2017) mendefinisikan minat
berwirausaha sebagai keinginan, ketertarikan, dan kesediaan untuk mencoba
dengan tulus atau memiliki kemauan yang kuat untuk berdikari atau berusaha
memenuhi kebutuhan mereka tanpa takut akan bahaya yang akan terjadi dan
secara konsisten memperoleh keuntungan. Minat berwirausaha adalah
dorongan, kegairahan ataupun keinginan besar yang diikuti oleh kemampuan
berfikir yang kreatif serta inovatif untuk menunjukkan tindakan dalam
menghasilkan sebuah kemungkinan untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan.
Kemandirian dapat dipahami sebagai suatu kondisi bahwa seorang
individu tidak tergantung pada orang lain. Menjadi individu yang mandiri
merupakan salah satu tantangan perkembangan dasar remaja. Kemandirian
merupakan dasar untuk menjadi pribadi yang dewasa. Kemandirian merupakan
dasar koherensi dalam menentukan sikap dan keputusan orang dewasa,
menentukan cara memecahkan masalah, dan mengidentifikasi serta
menerapkan prinsip-prinsip jujur. Kemndirian adalah tempat di mana seorang
individu harus memiliki pilihan untuk tetap berdiri sendiri tanpa bergantung
pada orang lain, yang diterapkan sebagai bentuk sikap atau perbuatan Parker
dalam (Dhaneswari, 2016). Kemandirian dalam wirausaha memiliki kekuatan
pendorong untuk bekerja pada hasil karyanya (meningkatkan penghasilan) dan
mendorong orang untuk berkonsentrasi pada kegiatan mengambil resiko dalam
mempertahankan bisnis mereka sendiri dengan memanfaatkan peluang bisnis
yang ada untuk membuat bisnis baru dengan pendekatan inovatif .
Dukungan orang tua adalah interaksi yang dikembangkan orang tua yang
dicirikan dengan persetujuan orang tua, dukungan, dan berbagai perasaan
sendsitif baik terhadap anak. Dukungan orang tua menyebabkan anak-anak
merasa nyaman atas kehadiran orang tua dan menegaskan dalam jiwa anak
bahwa ia diakui dan dianggap sebagai individu Elis, Thomas dan Rollins,
dalam (Durado et al., 2013). Peran dan dukungan orang tua sangat penting dan
dibutuhkan oleh anak-anak. Peran orang tua sebagai sosok yang paling
mempengaruhi karakter seseorang. Orang tua sebagai orang pertama yang
18
dikenal anak dalam keluarga menjadi contoh dan sumber identitas yang baik
bagi anak-anak. Dukungan yang diberikan oleh orang tua berfungsi sebagai alat
untuk berubah sesuai dengan kehidupan dan berdampak pada karakter anak
melalui peran yang dibentuk sendiri.
Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar kemandirian dan
dukungan keluarga, maka mahasiswa semakin tertarik untuk memulai usaha.
Artinya kemandirian dan dukungan keluarga sangat penting untuk kepentingan
berwirausaha. Cara orang tua merawat anak-anak mereka mempengaruhi
perspektif mereka. Jika anak memiliki pengalaman keluarga yang baik, ia
mungkin juga mengembangkan dan mengaudit dirinya sendiri dengan baik.
Adanya emosi yang hangat dalam hubungan antara anak dan orang tua
membuat anak sangat tertarik untuk berwirausaha.

E. Kerangka Berpikir

Minat
Berwirausaha

Dukungan
Kemandirian Keluarga

Gambar.1 Kerangka Berfikir

F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dikemukakan, maka peneliti dapat
merumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara Kemandirian dan Dukungan Keluarga dengan
Minat Berwirausaha Mahasiswa.
2. Terdapat hubungan antara Kemandirian dengan Minat Berwirausaha
Mahasiswa
3. Terdapat hubungan antara Dukungan keluarga dengan Minat Berwirausaha
Mahasiswa

19
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemandirian dan
dukungan keluarga (X).

2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat berwirausaha
(Y)

B. Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel bebas dan variabel terikat dalam
penilitian ini yaitu :

1. Variabel Kemandirian
Kemandirian secara umum diartikan sebagai kemampuan individu
untuk bisa mengambil keputusan sendiri tanpa bantuan orang lain, berpikir
dan bertindak atas keinginan sendiri, memilih dan menentukan pilihan
sendiri, percaya pada kemampuannya sendiri, dan bertanggung jawab atas
apa yang dilakukannya. Adapun aspek dari kemandirian menurut Widayati
dalam (Herdiansyah, 2012) yaitu, tanggung jawab, otonomi, inisiatif,
kontrol. Kemandirian dihitung menggunakan survei yang dinyatakan dalam
skala Likert yang telah disesuaikan dengan empat keputusan jawaban elektif.

2. Variabel Dukungan Keluarga


Dukungan keluarga adalah sikap, aktivitas, dan pengakuan keluarga
terhadap individu-individunya yang ditunjukkan sebagai bantuan penuh
semangat, dukungan penghargaan, bantuan instrumental, dan bantuan
pencerahan. Perspektif yang digunakan sebagai penanda untuk mengukur
variabel dukungan keluarga dikemukakan oleh sarafino dalam (Siagian,
20
2018) khususnya dukungan emasional, informasi. Instrumental, dan
penilaian. Lingkungan keluarga adalah media pertama dan mendasar yang
mempengaruhi perilaku dalam perbaikan anak. Lingkungan keluarga adalah
pertemuan terkecil di arena publik yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak dan
kerabat lainnya. Ciri-ciri lingkungan keluarga terdiri dari pekerjaan
keluarga, cara pandang dan perlakuan orang tua terhadap anak, dan status
keuangan. Dukungan keluarga diperkirakan dengan memanfaatkan survei
yang dinyatakan dengan skala Likert yang telah disesuaikan dengan empat
keputusan jawaban elektif.

3. Variabel Minat Berwirausaha


Minat berwirausah adalah sensasi mencintai dan tertarik pada dunia
bisnis yang membutuhkan keberanian dalam menghadapi tantangan untuk
memperoleh keuntungan. Minat berwirausaha muncul karena
kecenderungan untuk menunjukkan secara langsung apa yang didapat dari
informasi dan data. Bagian-bagian minat yang menimbulkan daya tarik
dibentuk oleh dua sudut, khususnya intelektual dan emosional sebagai
perspektif, perhatian individu, sensasi kegembiraan, arah minat individu,
kehadiran minat yang muncul dari dalam, dan mengambil bagian dalam apa
yang ada di dalamnya. Adapun aspek-aspek dari minat berwirausaha
menurut Pintrich dan Schunk (1996) yang diadaptasi dari Dini Islami (2019)
memiliki 6 aspek, yaitu sikap umum terhadap aktivitas, menyukai persepsi
tertentu dari aktivitas yang di sukai, kepuasan atau merasa senang denagan
aktivitas, kegiatan yang bermakna dan penting bagi individu, minat intriksik
pada konteks aktivitas, berpartisipasi dalam kegiatan. Minat Berwirausaha
dihitung dengan memanfaatkan pendapat yang dinyatakan dalam skala
Likert yang telah diubah dengan empat keputusan jawaban elekti

21
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi psikologi
islam fakulas Ushuluddin universitas UIN raden intan lampung tahun angkatan
2018 yang sudah lulus mata kuliah Psikologi kewirausahaan.

Tabel. 1
Populasi dalam Penelitian Angkatan 2018 Mahasiswa Psikologi Islam
UIN Raden Intan Lampung
NO Jenis Kelamin Jumlah Kelas Jumlah Total
1 Laki-Laki 4 A 32
Perempuan 28
2 Laki-Laki 4 B 25
Perempuan 21
3 Laki-Laki 9 C 31
Perempuan 20
4 Laki-Laki 5 D 28
Perempuan 23
5 Laki-Laki 3 E 28
Perempuan 25
Jumlah 144

2. Sampel
Menurut Sugiyono dalam (Triyani et al., 2018) menyatakan bahwa sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Peneliti
mengambil sampel dengan cara propotional random sampling yang mana pada
teknik ini sampel diambil secara proposional

22
Tabel. 2
Populasi dalam Penelitian Angkatan 2018 Mahasiswa Psikologi Islam
UIN Raden Intan Lampung

NO Jenis Kelamin Jumlah Kelas Jumlah Total


1 Laki-Laki 2 A 10
Perempuan 8
2 Laki-Laki 2 B 10
Perempuan 8
3 Laki-Laki 2 C 10
Perempuan 8
4 Laki-Laki 2 D 10
Perempuan 8
5 Laki-Laki 2 E 10
Perempuan 8

Jumlah 50

Jumlah keseluruhan populasi pada penelitian ini yaitu 148 Mahasiswa


angkatan 2018 memiliki lima kelas (A, B, C, D, dan E) dari masing-masing kelas
peneliti mengambil sampel sepuluh mahasiswa. Jadi, sampe.l yang digunakan
dalam penelitin ini berjumlah 50 mahasiswa program studi Psikologi Islam
Tahun 2018 UIN Raden Intan Lampung.

3. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik sampling adalah suatu teknik yang menitikberatkan pada kualitas
dan peredaran masyarakat untuk memperoleh suatu uji agen dan dapat digunakan
sebagai alasan percontohan yang jumlahnya sesuai dengan ukuran contoh yang
akan digunakan sebagai sumber informasi yang asli. Menurut Sugiyono dalam
(Ibrahim, 2014) sampel ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Pada penelitian ini, teknik penentuan sampel menggunakan teknik
Proportional Random Sampling Menurut Margono dalam (Ibrahim, 2014)
Proportional Random Sampling adalah teknik penarikan sampel dari beberapa
subpopulasi yang tidak sama jumlahnya.

23
Teknik pengambilan sampel dilakukan kepada mahasiswa/i Psikologi
angkatan 2018. Terdapat 5 kelas dan disetiap kelasnya diambil 10 mahasiswa, 8
mahasiswi dan 2 mahasiswa sebagai sampel dalam penelitian ini.

D. Metode pengumpulan data


Pengumpulan data yang digunakan dalam tinjauan ini adalah melalui
kuisioner dan penggunaan teknik skala, dan skala yang digunakan adalah skala
model Likert. Skala terdiri dari hal-hal yang terorganisir tergantung pada bagian-
bagian dari pengembangan yang akan diperkirakan. Hal-hal diperkenalkan pada
skala yang terdiri dari favorabel dan unfavorabel. Skala likert yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki 4 kategori jawaban yaitu : 1) STS (sangat tidak
setuju), 2) TS (tidak setuju), 3) S (setuju), dan 4) SS (sangat setuju).

1. Skala Minat Berwirausaha


Skala minat berwirausaha merupakan skala yang akan digunakan untuk
mengukur tingkat minat berwirausaha pada mahasiswa.. adapun aspek-aspek
dari minat berwirausaha menurut Pintrich dan Schunk (1996) yang diadaptasi
dari Dini Islami (2019) memiliki 6 aspek, yaitu sikap umum terhadap aktivitas,
menyukai persepsi tertentu dari aktivitas yang di sukai, kepuasan atau merasa
senang denagan aktivitas, kegiatan yang bermakna dan penting bagi individu,
minat intriksik pada konteks aktivitas, berpartisipasi dalam kegiatan, dengan
nilai koefesien reliabilitas sebesar 0,943 dan terdapat 37 pertanyaan.

Tabel.3
Blue Print Minat Berwirausaha

Aitem

NO Aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah


1 Sikap umum 1, 13, 25 7, 19, 31 6
terhadap aktivitas
2 Menyukai persepsi tertentu 2, 14, 26 8, 20, 32 6
dari aktivitas yang di sukai
3 Kepuasan/merasa senang 3, 15, 27 9, 21, 33 6
Dengan aktivitas
4 Kegiatan yang bermakna dan 4, 16, 28, 37 10, 22, 34, 39 8
Penting bagi individu
5 Minat instrinsik pada konteks 5, 17, 29 3
aktivitas
6 Berpatisipasi dalam kegiatan 6, 18 , 30, 38 12, 24, 36, 40 8

Total 20 17 37
24
2. Skala Kemandirian
Skala kemandirian merupakan variabel bebas pertama yang digunakan dalam
penelitian ini. Adapun aspek dari kemandirian menurut Widayati dalam
(Herdiansyah, 2012) yaitu, tanggung jawab, otonomi, inisiatif, kontrol, yang
akan dibuat sendiri oleh peneliti.

Tabel.4
Blue Print Kemandirian
Aitem
NO Aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah
1 Tanggung Jawab 3 2 5
2 Otonomi 2 2 4
3 Inisiatif 2 1 3
4 Kontrol 1 2 3

Total 15

3. Skala Dukungan Keluarga


Skala ini merupakan skala variabel bebas kedua yang digunakan dalam
penlitian ini, adapun aspek-aspek dari dukungan keluarga menurut Sarafino
dalam (Siagian, 2018) yaitu : Dukungan emosional, dukungan informasi,
dukungan instrumental, dukungan penilaian, yang akan dibuat sendiri oleh
penelitit.

Tabel 3
Blue Print Dukungan Keluarga
Aitem
No Aspek Favorabel Unfavorabel Jumlah

25
1 Dukungan 3 1 4
Emosional
2 Dukungan 2 2 4
Informasi
3 Dukungan 1 2 3
Instrumental
4 Dukungan 2 2 4
Penilaian

Total 15

E. Validitas dan Reabilitas

1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mengandung pengertian sejauh
mana ketepatan suatu alat uji atau skala dalam melakukan fungus pengukuran.
Pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila menghasilkan
informasi yang secara tepat memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang
diestimasi seperti yang diinginkan oleh motivasi di balik estimasi tersebut Azwar
dalam Suatu hal dikatakan substansial jika memiliki koefisien legitimasi dasar
0,30. Semakin tinggi koefisien legitimasi sehingga mendekati 1,00 berarti suatu
tes semakin substansial (Azwar, 2007).

2. Reabilitas
Reabilitas berasal dari kata reability. Suatu pengukuran yang dapat
menghasilkan informasi yang memiliki tingkat reabilitas yang tidak dapat
disangkal adalah estimasi yang solid. Meskipun istilah ketergantungan memiliki
nama yang berbeda seperti konsistensi, keterandalan, keterpayaan, kestabilatan,
keajegan, namun pemikiran mendasar yang terkandung dalam konsep reablitas
adalah sejauh mana efek samping dari siklus estimasi dapat dipercaya (Azwar,
2015).
Dapat disimpulkan bahwa suatu alat ukur yang reliabel merupakan alat
ukur yang memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Azwar (2012) membagi
kriteria koefisien realibitas menjadi 3 bagian, yaitu: 1) 0,8-1,0 = reliabilitas baik,
2) 0,6-0,7 = reliabilitas diterima, 3) < 0,6 = reliabilitas kurang baik. Uji
reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach
dengan bantuan software SPSS 24.0 for Windows.

26
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan data kuantitatif, kemudian dibedah
menggunakan statistik. Analisis regresi adalah metode langsung untuk meneliti
hubungan fungsional antara berbagai faktor. Hubungan antara faktor-faktor ini
ditulis dalam model matematika.
Dalam model regresi itu sendiri, ada dua bagian variabel, yaitu variabel
reaksi dan faktor bebas. Variabel reaksi memiliki satu nama lagi untuk variabel
terikat atau variabel lingkungan, sedangkan faktor bebas memiliki satu nama lagi
untuk variabel penilai atau variabel indikator atau variabel eksplorasi Nawari dalam
(Wohon et al., 2017). Analisis data dibantu oleh program SPSS 25 for windows.

DAFTAR PUSTAKA

Adityaromantika. (2010). Model Latihan. Journal of Chemical Information and


Modeling, 12.

Anonim. (2015). Dukungan Keluarga. Keperawatan Keluarga, Teori Dan Praktik,


1974, 10–54.

Arby Suharyanto. (2019). Teori Dukungan Keluarga. Jurnal Kesehatan Masyarakat,


10–31.

Astuti, S., & Sukardi, T. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian untuk
berwirausaha pada siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(3), 334–346.
https://doi.org/10.21831/jpv.v3i3.1847

Bahri, B. (2018). Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan


Bertransaksi Syariah dengan Metode Dimensi Vertikal (Hablumminallah) dan
Dimensi Horizontal (Hablumminannas). Maro: Jurnal Ekonomi Syariah Dan
Bisnis, 1(2), 67–86. http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index

Boga, T. (2017). Minat Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Boga
Universitas Pendidikan Indonesia. Media Pendidikan, Gizi, Dan Kuliner, 6(2),
81–93.

Devisanti, N., & Muti’ah, T. (2017). Hubungan Antara Minat Dengan Motivasi
Memilih Sekolah Pada Siswa Smp Negeri 1 Krayan Kalimantan Timur. Jurnal
Spirits, 4(2), 47. https://doi.org/10.30738/spirits.v4i2.1114

Dhaneswari, R. (2016). Hubungan Kemandirian Dengan Minat Berwirausaha Siswa


27
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Sewon. 2(1), 51–57.

Di, S. M. K., & Medan, K. (2010). TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA-


SISWI TESIS Oleh BENRI LIMBONG SEKOLAH PASCASARJANA
KEWIRAUSAHAAN DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA TERHADAP MINAT
BERWIRAUSAHA SISWA-SISWI TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Prog.

Durado, A., Tololiu, T., & Pangemanan, D. (2013). Hubungan Dukungan Orang Tua
Dengan Konsep Diri Pada Remaja Di Sma Negeri 1 Manado. Jurnal Keperawatan
UNSRAT, 1(1), 113399.

Dzulfikri, A., & Kusworo, B. (2019). Sikap, Motivasi, dan Minat Berwirausaha
Mahasiswa di Surabaya. JKMP (Jurnal Kebijakan Dan Manajemen Publik), 5(2),
183. https://doi.org/10.21070/jkmp.v5i2.1310

Erlita Dhiah Utami. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwiraswasta


(Studi Deskriptif pada Usahawan Rental Komputer di Sekaran Gunung Pati
Semarang).

Hendrawan, J. S., & Sirine, H. (2017). Pengaruh Sikap Mandiri, Motivasi, Pengetahuan
Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha (Studi Kasus pada Mahasiswa FEB
UKSW Konsentrasi Kewirausahaan). Asian Journal of Innovation and
Entrepreneurship, 02(03), 291–314.

Herdiansyah. (2012). Bab III Metode Penelitian : Pendekatan dan Jenis Penelitian.
2006, 37–49. http://etheses.uin-malang.ac.id/1647/7/11410020_Bab_3.pdf

Ibrahim, H. 2011. F. – faktor yang berhubungan dengan kejadian I. pada anak B. di


wilayah P. B. K. B. T. 2011. T. P. P. U. (2014). No Title. c, 1–43.

Islami, D. (2019). Hubungan Antara Harga Diri Dengan Minat Berwirausaha Pada
Mahasiswa Asal Aceh Barat Daya Di Banda Aceh. https://repository.ar-
raniry.ac.id/id/eprint/10204/

Kamaluddin. (2019). Kewirausahaan Dalam Pandangan Islam. Jurnal An-Nahdhah,


1(1), 302–310.

Komsi, K. (2013). Analisis pengaruh faktor eksternal dan internal terhadap minat
berwirausaha. Proceeding PESAT, 5(1998), 1–7.
http://www.ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/pesat/article/viewFile/801/713

Kurniawan Jajad Dedek & Priyanti Eka. (2017). Hubungan Efikasi Diri Dengan Minat
Berwirausaha Mahasiswa. Jurnal DINAMIKA, Vol. 3 no.

Oliver, J. (2019). Hubungan Sikap Kewirausahaan Dengan Niat Kewirausahaan Pada


Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Hilos Tensados, 1, 1–476.
28
Pangesti, D. N., & Yuwono, S. (2020). Minat Berwirausaha Mahasiswa Ditinjau dari
Sikap Mandiri dan Kreativitas. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/82601

Pendidikan, P., Dan, K., Terhadap, W., Berwirausaha, M., & Semarang, U. N. (2016).
Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Dan Aktivitas Wirausaha Terhadap Minat
Berwirausaha Mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Economic Education
Analysis Journal, 5(3), 774–774.

Pendukung, F., Intensi, T., & Pada, B. (2013). Faktor Pendukung Terhadap Intensi
Berwirausaha Pada Mahasiswa. Jurnal Dinamika Manajemen, 3(1), 1–10.
https://doi.org/10.15294/jdm.v3i1.2454

Purbasari, K. D., & Nawangsari, N. A. F. (2016). Perbedaan Kemandirian pada Remaja


yang Berstatus sebagai Anak Tunggal Ditinjau dari Persepsi Pola Asuh Orangtua.
Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan, 5(1), 1–9.

Rihi, J. M. (2019). Volume 17 No . 2 Edisi Oktober. 17(2), 184–190.

Rofifah, D. (2020b). No Title No Title No Title. Paper Knowledge . Toward a Media


History of Documents, 8(1), 12–26. https://doi.org/10.26740/jepk.v9n1.p67-78

Siagian, R. A. (2018). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Konsep Diri Pada
Remaja Di SMP PAB 8 Sampali. Fakultas Psikologi Universitas Medan Area.

Syamsudin, A., Hakim, L., & Atmasari, A. (2019). Pengaruh efikasi diri terhadap minat
berwirausaha mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis universitas teknologi
sumbawa. Jurnal PSIMAWA, 2(1), 58–62.

Triyani, N., Romdon, S., & Ismayani, M. (2018). Penerapan Motode Discovery
Learning Pada Pembelajaran Menulis Teks Anekdot. Parole (Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indinesia), 1(5), 713–720.

Wigati, S. (2016). Kewirausahaan Islam (Aplikasi Dan Teori). Buku Perkuliahan


Program S-1 Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Fakultas
Syari’ah Dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, 1–232.

Wijaya, T. (2007). Hubungan Adversity Intelligence Dengan Intensi Berwirausaha


(Studi Empiris Pada Siswa Smkn 7 Yogyakarta). Jurnal Manajemen Dan
Wirausaha, 9(2), 117–127. https://doi.org/10.9744/jmk.9.2.pp.117-127

Wohon, S. C., Hatidja, D., & Nainggolan, N. (2017). Penentuan Model Regresi Terbaik
Dengan Menggunakan Metode Stepwise ( Studi Kasus : Impor Beras Di Sulawesi
Utara ) Determining the Best Regression Model Using Stepwise Method ( Case
Study : Rice Imports in North Sulawesi ). Jurnal Ilmiah Sains, 17(2), 81.

29

Anda mungkin juga menyukai