Anda di halaman 1dari 18

TUGAS BESAR II

PERBANKAN SYARIAH
FENOMENA PANDEMI COVID-19 TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

Nama : Adisti Ummairoh


Nim : 43120110274

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, kami selesaikan karya tulis ini. Terima kasih

kepada Bapak Dr. Sudjono, M.Acc., dosen Perbankan Syariah, atas bimbingan dan ilmu

berharga di tengah pandemi COVID-19. Terima kasih atas suasana belajar yang

menyenangkan, penjelasan, diskusi, dan tugas yang menjadi bekal berharga. Ucapan terima

kasih kami sampaikan untuk semangat belajar yang Bapak tanamkan. Semoga mata kuliah ini

menjadi landasan kuat di masa depan. Terima kasih atas dedikasi dan kontribusi Bapak

Sudjono. Semoga diberikan kesehatan, kebahagiaan, dan keberlanjutan dalam berkontribusi

pada dunia pendidikan.


DAFTAR ISI

JUDUL.......................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1. Latar Belakang Masalah.................................................................................................4

2. Batasan Masalah............................................................................................................5

3. Rumusan Masalah..........................................................................................................5

4. Tujuan............................................................................................................................5

5. Manfaat..........................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

LANDASAN TEORI.................................................................................................................6

1. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory...............................................6

2. Studi dan Penelitian Terdahulu....................................................................................11

3. Hipotesis.......................................................................................................................12

BAB III....................................................................................................................................13

1. Penerapan:....................................................................................................................13

2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek:.......................................13

3. Pembahasan:.................................................................................................................14

BAB IV....................................................................................................................................15

1. Kesimpulan:.................................................................................................................15

2. Saran:...........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kejahatan hampir terjadi semua sektor kehidupan, termasuk sektor ekonomi. Salah

satu kejahatan di sektor ekonomi adalah kejahatan bisnis, sedangkan salah satu kejahatan di

dalam dunia bisnis adalah kejahatan perbankan. Hal ini didasarkan pada suatu pendapat yang

menyatakan bahwa kejahatan bisnis yaitu kejahatan yang timbul dari praktik bisnis menurut

Sobana, (2021) dalam Hasan & Febriany (2021). Kata “bisnis” yang berarti kegiatan usaha.

Istilah bisnis yang dimaksudkan adalah suatu urusan berkaitan dengan kegiatan dagang,

industri atau keuangan dengan melakukan kegiatan ekonomi produksi atau pertukaran barang

dan jasa, dengan pengendalian modal dari para entrepreneur dalam risiko untuk untuk

mendapatkan keuntungan. Begitu juga dengan perbankan yang merupakan kegiatan usaha

bisnis di bidang jasa yang tujuan pokoknya adalah mendapatkan keuntungan. Dari pendapat

ini bisa kita kesimpulkan bahwa “kejahatan perbankan bagian dari scenario kejahatan bisnis

menurut Wibawa et al., (2020) dalam Hasan & Febriany (2021).

Dunia di hebohkan dengan bermunculnya corona virus yang mematikan lebih dari 10

juta jiwa WHO menyatakan bahwa virus corona adalah virus yang menginfeksi system

pernafasan yang pertama bermula di Wuhan Negara Cina dan berkembang sangat cepat

menjadi pandemic akut melanda dunia. Negara China merupakan Negara ekonomi terbesar

didunia dan telah porakporandakan akibat pandemic covid 19 yang berdampak terhadap

perekonomian global. Menteri keuangan Sri Mulyani memprediksi bahwa Pertumbuhan

perekonomian Indonesia masuk pada angka 0,4%, hal ini disebabkan berlakunya peraturan

Pembatasan berskala besar (PSBB) yaitu masyarakat dikarantina atau Stay Home dan Social

Distancing terhadap hampir semua aktifitas masyarakat. hal ini berdampak kepada pada
penurunan agregat supply dalam perekonomian yang berdampak pada penurunan jumlah

produksi. Dalam kondisi seperti ini Indonesia harus mampu untuk memperjuangkan

perekonomian bangsa dan tentunya keadaan ini harus mampu meyakinkan kepercayaan

masyarakat untuk melakukan kerjasama yang terpadu dari semua unsur dan sektor (Hasan &

Febriany, 2021).

2. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah fokus pada kejahatan perbankan sebagai

bagian dari kejahatan bisnis, yang tercermin dari praktik bisnis yang merugikan dan

melanggar hukum dalam sektor ekonomi pada saat pandemi covid-19.

3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak pandemi covid-19 terhadap perbankan syariah?

4. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana dampak pandemi covid-19

terhadap perbankan syariah.

5. Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pemahaman mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap

perbankan syariah.

2. Menjadi referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya mengenai dampak

pandemi Covid-19 terhadap perbankan syariah.


BAB II
LANDASAN TEORI

1. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory

1. Grand Theory

Teori Dasar (Grand Theory) atas Kinerja Perusahaan penelitian ini bersangkutan

dengan pengukuran kinerja perusahaan dapat dijelaskan dengan grand theory meliputi teori

keagensi (agency theory) dan teori signal (signalling theory). Teori pertama adalah teori

keagenan (agency theory) dijelaskan bahwa dalam suatu perusahaan terdapat dua pihak yang

saling berinteraksi. Pihak-pihak tersebut adalah pemilik perusahaan (pemegang saham) dan

pengurus perusahaan. Pemegang saham disebut sebagai principal, sedangkan dewan direksi

adalah orang yang diberi wewenang oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan

yang dikenal sebagai agen. Perusahaan yang memisahkan fungsi manajemen dan kepemilikan

akan dihadapkan pada konflik keagenan yang disebabkan oleh konflik kepentingan masing-

masing pihak, yaitu mengejar kesejahteraannya sendiri (Jensen dan Meckling, 1976). Teori

kedua merupakan teori sinyal (signaling theory) menurut Spence (1973) menjelaskan bahwa

pihak pengirim (pemilik informasi) memberikan suatu isyarat atau sinyal berupa informasi

yang mencerminkan kondisi suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pihak penerima. Teori

ini menjelaskan bagaimana signal keberhasilan atau kegagalan agen harus terus

dikomunikasikan kepada principal guna untuk mengurangi asimetri informasi satu sama lain.

Teori ini dipakai karena merupakan tindakan bank sebagai agen untuk memberikan signal

kepada principal tentang kondisi perusahaan untuk kedepannya. Informasi yang disediakan

dalam bentuk laporan keuangan (rasio keuangan) menjadi signal atau pesan bagi principal
(investor dan pihak eksternal) terkait edngan kondisi perusahaan guna mengambilan

keputusan dan penilaian terhadap bank.

2. Middle Theory

Kejahatan merupakan suatu perbuatan yang tidak baik bahkan sering dipandang

sebagai suatu perbuatan tercela yang dilarang untuk dilakukan menurut Soedjono

Dirdjosisworo,Beliau mengatakan bahwa kejahatan adalah perbuatan manusia yang

memenuhi rumusan suatu perbuatan manusia yang memenuhi rumusan kaidah hokum pidana

sehingga dihukum. Sus Titus Reid mengatakan bahwa Kejahatan adalah suatu perbuatan yang

disengaja atau disebabkan karena kelalaian yang melanggar hukum pidana tertulis maupun

putusan hakim yang dilakukan seseorang yang bukan pembelaan atau pembenaran dan

diancam dengan sanksi oleh Negara.

Menurut Suherland mengungkapkan bahwa kejahatan adalah suatu prilaku yang

dilarang oleh Negara merugikan Negara dan upaya hukuman sebagai upaya pencegahan dan

pemberantasan.

Kejahatan perbankan adalah kejahatan yang dilakukan terkait dengan industri

perbankan, baik lembaga, perangkat, dan produk perbankan, yang bisa melibatkan pihak

perbankan maupun nasabahnya, baik sebagai pelaku maupun sebagai korban.

Kejahatan ekonomi dibidang perbankan, diatur luar Undang-Undang No. 7 Drt. 1955.

Kejahatan ekonomi di bidang perbankan, sebagai suatu bentuk perbuatan yang melanggar

peraturan perundang-undangan dalam bidang perekonomian dan bidang keuangan,

merupakan bagian dari kejahatan ekonomi.

Kejahatan perbankan menjadi dua, yaitu dalam arti sempit dan arti luas. Arti sempit,

istilah economic crimes (kejahatan ekonomi) apabila dilihat dari substansi pasal 1 Undang-
Undang No. 7 Drt. 1955 yaitu mengenai tindak pidana ekonomi. Hal ini disebabkan undang-

undang tersebut secara substansi hanya memuat ketentuan yang mengatur sebagian kecil dari

kegiatan ekonomi secara keseluruhan.

Di luar batasan-batasan tersebut, perbuatan apa pun yang melanggar peraturan

perundang-undangan dan merugikan perekonomian Indonesia tidak dapat dinamakan

kejahatan ekonomi.

3. Operasional Theory

Pencegahan dan Pengawasan

Dampak Perkembangan digital teknologi yang semakin canggih memberikan dampak

positif dan juga negative bagi dunia perbankan . semakin maraknya kejahatan perbankan dari

segi financial diperlukan langkah pencegahan dan penanganan. Pengawasan adalah langkah

yang mampu memelihara kepercayaan nasabah terhadap perbankan. Ada tiga langkah

pengawasan bank untuk menghindari kejahatan: yaitu pertama Pengawasan eksternal yang

dilakukan oleh regulator, kedua pengawasan internal oleh managemen, ketiga pengawasan

oleh masyarakat. Pengawasan Eksternal yang dilakukan ada empat kewenangan yaitu

kewenangan untuk mengatur,kewenangan guna mengatur, kewenangan untuk memberi izin,

kewenangan untuk mengontrol dan kewenangan untuk member sanksi. Bank Indonesia

sebagai law enforcer ( penegak hukum ) untuk pelaksanaan tugas pemeriksaan dan

pengawasan. Dalam Pasal 8 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

berbunyi: untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia

mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;

2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran;


3. Mengatur dan mengawasi Bank.

Prinsip dasar pengawasan dalam pengawasan eksternal meliputi Integritas dan

keefektifan proses pengawasan bergantung pada kebebasan pengawas. Di samping itu, Hal

utama dalam kerja sama tersebut adalah bank harus bersikap jujur dan terbuka. Kerja sama

dan keterbukaan dapat mencegah aktivitas kejahatan berskala kecil yang dapat berkembang

menjadi kerugian yang besar. Kerja sama dan keterbukaan yang dilakukan dengan baik akan

menciptakan cost effective (biaya manfaat) bagi bank dan pengawas dalam melakukan

pekerjaannya. Tanpa adanya kerja sama dari berbagai bank ini akan mengakibatkan

pengawasan dalam hal proses pemeriksaan bank sulit untuk terselesaikan. Tujuan

Pengawasan yang dilakukan bank adalah:

1. Berkaitan dengan pemeliharaan kepercayaan masayarakat

2. Menentukan ketaatan bank terhadap perundang undangan

3. Mencegah masalah yang tidak dapat diperbaiki

4. Memberikan masukan kepada pengawas tentang bentuk, tingkat keseriusan dan akibat

dari suatu masalah bank.

Dr. S. Sundari Arie SH, MH., dalam tulisannya Bank Indonesia sebagai otoritas

Perbankan untuk mencegah dan Menangani Tindak Pidana . Dalam melajunya tingkat

kejahatan pada saat covid maka Bank Indonesia dipandang perlu untuk bisa

menyempurnakan system pengawasan terhadap bank. Yaitu dengan metode pengawasan

berbasis pada resiko ( riskbased supervision). Pada perbankan syariah Bank Indonesia

melaksanakan sistem pengawasan dengan menggunakan dua pendekatan yakni pengawasan

berdasarkan kepatuhan (compliance base supervision dan pengawasan risk based supervison.

Pengawasan berdasarkan kepatuhan menitikberatkan kepada pemantauan kepatuhan


perbankan yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank. Dan memastikan bahwa bank

telah melaksanakan prinsip kehati hatian.

Pengawasan berdasarkan risk based supervison adalah pendekatan dan pengawasan

yang dititik beratkan pada resiko resiko yang melekat pada aktivitas fungsional dan

pengendalian resiko. Pengawasan ini ditujukan agar bank Indonesia untuk proaktif dalam

melakukan terhadap permasalahan yang potensial terjadi di bank.

Pengawasan terhadap bank merupakan bidang yang sangat dinamis dan luas

cakupannya, maka peningkatan kualitas pengawasan merupakan upaya yang patut

dilaksanakan secara terus menerus oleh Bank Indonesia maupun lembaga lainnya seperti

Otoritas Jasa Keuangan pada saatnya nanti.

Adapun berbagai kelemahan dari Bank Indonesia dalam memberikan pengawasannya

terhadap setiap Bank harus bisa diperbaiki dengan meningkatkan segala kemampuannya agar

tercapainya tujuan dari Bank Indonesia yaitu tujuan untuk mencapai dan memelihara

kestabilan nilai rupiah serta untuk mencegah dan memberantas segala hal tentang kejahatan

perbankan.

Komite Pengawasan Otoritas Perbankan (Basle Committee on banking

supervision)telah mengindentifikasikan enam kategori informasi untuk membantu pencapaian

tingkat keterbukaan bank yang memuaskan, yaitu:

1. kinerja keuangan;

2. posisi keuangan (termasuk permodalan, dan likuiditas);

3. praktek dan strategi manajemen risiko;

4. risk exposure (termasuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko

operasional, hukum dan lainnya);


5. kebijaksanaan akuntansi; dan

6. bisnis dasar, informasi pengaturan (governance) perusahaan dan manajemen.

Tindakana Kejahatan perbankan bisa diartikan sebagai tindak pidana di bidang

perbankan. pengertian ini mencakup segala perbuatan yang melanggar hukum yang ada

kaitannya dengan bisnis perbankan. Ada 4 macam tindak pidana terkait dengan kejahatan

bisnis perbankan, yaitu:

Tindak pidana yang berkaitan dengan perizinan, Tindak pidana yang berkaitan dengan

rahasia bank, Tindak pidana yang berkaitan dengan pengawasan dan pembinaan, serta Tindak

pidana yang berkaitan dengan usaha bank. Pengawasan bank baik secara eksternal maupun

internal dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Selain itu .berbagai ketetapan yang berlaku

menyebabkan bank sering mengambil risiko yang berlebihan, yang menyebabkan turunnya

tingkat pengawasan internal, sehingga kegagalan bank yang disebabkan oleh kecurangan

orang dalam menjadi lebih tinggi. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik tidak dapat

ditawar. Apabila ketiga bentuk pengawasan yaitu pengawasan eksternal, pengawasan internal

dan pengawasan masyarakat dapat berjalan efektif, dapat dipastikan kejahatan perbankan

dapat diminimalkan dan tidak lagi mewarnai industri perbankan.

2. Studi dan Penelitian Terdahulu

Menurut Hasan & Febriany (2021) Semakin maraknya kejahatan perbankan pada

masa sidang ke-19, mengakibatkan perlunya penguatan segala upaya pencegahan dan

pemberantasan kejahatan perbankan tersebut. Pengawasan juga menjadi salah satu alternatif.

Pengawasan terhadap bank juga dinilai sangat penting di masa pandemi covid 19 dalam

rangka menjaga kepercayaan masyarakat (nasabah) terhadap bank itu sendiri serta untuk

dapat mencapai dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, sebagaimana tujuan Bank

Indonesia. Bentuk pengawasannya adalah pengawasan eksternal, pengawasan internal dan


pengawasan publik serta memenuhi aspek kepatuhan perbankan syariah. Jika berjalan efektif,

dapat dipastikan kejahatan perbankan dapat diminimalisir dan tidak lagi mewarnai industri

perbankan.

3. Hipotesis

Efektivitas penguatan upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatan perbankan,

termasuk pengawasan eksternal, pengawasan internal, pengawasan publik, dan pemenuhan

aspek kepatuhan perbankan syariah, berhubungan positif dengan penurunan tingkat kejahatan

perbankan pada masa sidang ke-19. Penguatan pengawasan terhadap bank selama pandemi

COVID-19 diharapkan dapat berkontribusi pada menjaga kepercayaan masyarakat (nasabah)

terhadap bank dan mencapai serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan tujuan

Bank Indonesia.
BAB III

1. Penerapan:

 Penerapan teori dasar (Grand Theory) pada penelitian ini mencakup teori keagenan

(agency theory) dan teori sinyal (signaling theory) untuk menjelaskan kinerja

perusahaan dan bagaimana bank berperan sebagai agen yang memberikan sinyal

kepada pemiliknya.

 Penggunaan teori kejahatan menurut Suherland untuk mengartikan kejahatan

perbankan sebagai perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan negara serta

upaya pencegahan dan pemberantasan.

 Operasional Theory menjelaskan tentang langkah-langkah pencegahan dan

pengawasan kejahatan perbankan, termasuk pengawasan eksternal oleh regulator,

pengawasan internal oleh manajemen, dan pengawasan oleh masyarakat. Metode

pengawasan berbasis risiko (risk-based supervision) dan aspek kepatuhan perbankan

syariah juga dijelaskan.

2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek:

 Teori kejahatan perbankan dan pengawasan yang dijelaskan dalam penelitian

sebelumnya oleh Hasan & Febriany (2021) membangun dasar untuk memahami dan

menerapkan pengawasan terhadap kejahatan perbankan, terutama dalam konteks

pandemi COVID-19.

 Penerapan teori keagenan dan sinyal mencerminkan praktik bank sebagai agen yang

memberikan sinyal tentang kondisinya melalui laporan keuangan, sehingga dapat

dipahami dan dinilai oleh pemegang saham dan pihak eksternal.


 Pembahasan tentang pengawasan eksternal dan internal, serta pengawasan publik,

sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, menghubungkan teori dengan

praktek dalam rangka pencegahan dan pemberantasan kejahatan perbankan.

3. Pembahasan:

Pembahasan mengenai dampak pandemi COVID-19 terhadap perbankan syariah

menyoroti risiko bahwa kondisi ekonomi yang sulit dapat memperburuk keadaan keuangan

bank. Dalam konteks ini, pembahasan juga mencakup langkah-langkah pencegahan dan

pengawasan yang Bank Indonesia terapkan untuk mengatasi kejahatan perbankan, termasuk

penguatan pengawasan eksternal, internal, dan publik. Kesimpulan yang dapat diambil dari

penerapan teori dan pembahasan adalah bahwa efektivitas upaya penguatan dalam

pencegahan dan pengawasan kejahatan perbankan memiliki korelasi positif dengan

penurunan tingkat kejahatan perbankan selama sidang ke-19, dengan fokus utama pada

menjaga kepercayaan masyarakat dan stabilitas nilai tukar rupiah. Penting untuk diingat

bahwa pemahaman dan implementasi teori perlu diikuti oleh evaluasi yang hati-hati terhadap

efektivitas tindakan yang diambil dalam praktek. Selain itu, adaptasi terhadap situasi

kontemporer seperti pandemi COVID-19 juga menjadi unsur kunci dalam memastikan

keberlanjutan keberhasilan pengawasan perbankan.


BAB IV

1. Kesimpulan:

Berdasarkan uraian pada Bab I dan II, dapat disimpulkan bahwa kejahatan perbankan

menjadi perhatian serius di tengah dinamika sektor ekonomi, terutama dalam konteks

pandemi COVID-19. Kejahatan bisnis, khususnya kejahatan perbankan, memiliki dampak

yang signifikan terhadap stabilitas perekonomian, terutama dalam kondisi krisis seperti

pandemi. Penelitian ini difokuskan pada penguatan upaya pencegahan dan pengawasan

kejahatan perbankan, dengan memanfaatkan teori-teori seperti teori keagenan, teori sinyal,

dan teori kejahatan.

2. Saran:

1) Perluasan Pengawasan:

Dalam menghadapi tantangan pandemi, perlu diperluas dan diperkuat pengawasan

terhadap sektor perbankan. Hal ini melibatkan regulator, manajemen internal bank,

dan partisipasi masyarakat untuk memastikan kepatuhan dan mengidentifikasi potensi

kejahatan perbankan.

2) Adaptasi terhadap Konteks Pandemi:

Penerapan teori dan praktik pengawasan perlu diadaptasi sesuai dengan konteks

pandemi COVID-19. Langkah-langkah preventif dan pengawasan harus dapat

berjalan efektif dalam kondisi pembatasan sosial dan perubahan pola aktivitas

ekonomi.

3) Penguatan Pengawasan Internal:

Bank perlu memperkuat pengawasan internal mereka untuk mencegah potensi

kejahatan perbankan, termasuk risiko internal seperti kecurangan oleh pihak internal.

Sistem pengawasan berbasis risiko perlu diperkuat untuk mengidentifikasi dan

mengelola risiko dengan lebih efektif.


4) Evaluasi Berkala:

Diperlukan evaluasi berkala terhadap efektivitas upaya pencegahan dan pengawasan

kejahatan perbankan. Penelitian lebih lanjut dan peninjauan regulasi secara berkala

dapat membantu menyesuaikan strategi pencegahan kejahatan dengan dinamika yang

terus berubah.

5) Kesadaran Masyarakat:

Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kejahatan perbankan dan peran mereka

dalam pengawasan dapat membantu menciptakan lingkungan di mana kolaborasi

antara bank, regulator, dan masyarakat dapat berjalan efektif.

Melalui penerapan saran-saran di atas, diharapkan bahwa upaya pencegahan dan

pengawasan terhadap kejahatan perbankan dapat ditingkatkan, menjaga kepercayaan

masyarakat, dan mendukung stabilitas perekonomian dalam kondisi pandemi dan masa

depan.
DAFTAR PUSTAKA
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Racial diversity and its asymmetry within and
across hierarchical levels: The effects on financial performance. Journal of Financial
Economics 3 (1976) 305-360., 305–360. https://doi.org/10.1177/001872671881 2602

Spence, Michael. 1973. Job Market Signaling. The Quarterly Journal of Economics, Vol. 87,
No. 3. (Aug., 1973), pp. 355-374.

Ramadhan, R. J. T., & Yushita, A. N. (2022). ANALISIS KOMPARATIF KINERJA


KEUANGAN BANK BPD SEBELUM DAN SELAMA PANDEMI COVID-19 DI
INDONESIA. Jurnal Profita: Kajian Ilmu Akuntansi, 10(4), 61-85.

Hasan, A., & Febriany, L. (2021). Identifikasi Tindakan Pengawasan Dan Pencegahan
Terhadap Kejahatan Finansial Perbankan Syariah Selama Masa Pandemi COVID
19. Fair Value: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan, 4(4), 1078-1090.

Anda mungkin juga menyukai