Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Intelektual
Terhadap Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi Keperilakuan
(Studi Kasus Pada Jurusan Akuntansi Universitas Pattimura)

KELOMPOK 7

1. Syarifa Maranti Wama (202030055) 10. Dian Ma’ruf (202130453)


2. Dominggas G C Untayana (202030155) 11. Hapsa Ediyarno (202130148)
3. Sukaiman Tualepe (202030296) 12. Wd Utami Wardani (202130122)
4. Siti Kania Ratuohaling (202030326) 13. Sri W Ngabalin (202130520)
5. Etly D Kelyombar (202030205) 14. Karmila Rahayu(202130054)
6. Hasnawati Mony (202030353) 15. Indira Saleh (202130472)
7. M Fadli Rakasiwi (202030231) 16. Priska Uniplaita (202130375)
8. Asjul A Laitupa (202030298) 17. Vitashela M Izaac (202130007)
9. Chairita A L Mainuru (202030090)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori................................................................................................................ 4


2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................................................... 8
2.3 Pengembangan Hipotesis .............................................................................................. 10
2.4 Model Penelitian ........................................................................................................... 12

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................................. 13


3.2 Populasi dan Sampel ..................................................................................................... 13
3.3 Sumber dan Jenis Data .................................................................................................. 14
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................................................ 14
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................................................ 15
3.6 Metode Analisis Data .................................................................................................... 17
3.7 Pengujian Hipotesis ...................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ ii

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
reformasi ekonomi, yaitu terkait dengan usaha bagaimana untuk menciptakan SDM yang
berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global.
Dalam kaitannya tersebut, setidaknya ada dua hal penting mengenai kondisi SDM Indonesia,
yaitu adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja, serta tingkat
pendidikan angkatan kerja yang masih relatif rendah. Masalah daya saing dalam pasar dunia
yang semakin terbuka merupakan tantangan yang berat. SDM yang berkualitas dan memiliki
daya saing yang tinggi sehingga mampu menjadi energi bagi organisasi untuk bersaing
dengan kompetitornya di tengah arus perubahan yang semakin dinamis. Tuntutan SDM yang
berkualitas dan berdaya saing bukan hanya merupakan tuntutan organisasi dan
kompetitornya, namun juga tuntutan pelanggan organisasi itu sendiri, terutama pelanggan
eksternalnya. Saat ini pelanggan eksternal organisasi dihadapkan pada banyaknya alternatif
untuk mengambil keputusan sehingga memiliki banyak pilihan dalam menentukan produk
dan jasa organisasi mana yang di konsumsi. Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan kualitas
sumber daya manusia, yaitu dengan meningkatkan mutu pendidikan nasional pada umumnya
dan meningkatkan prestasi akademik atau keahlian dalam berbagai bidang ilmu seperti
keahlian di bidang ilmu akuntansi.
Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan tinggi akuntansi yang diselenggarakan di
perguruan tinggi ditujukan untuk mendidik mahasiswa agar dapat bekerja sebagai seorang
akuntan profesional yang memiliki pengetahuan dibidang Akuntansi Keuangan, Akuntansi
Manajemen, Sistem Informasi Akuntansi, Auditing, dan Akuntansi Sektor Publik, serta ilmu
pengetahuan yang relevan dengan bidang akuntansi. Hal itu penting bagi mahasiswa untuk
memahami bidang-bidang akuntansi terutama lulusan akuntansi, pada beberapa dekade
terakhir manajer dan akuntan profesional telah mengakui pentingnya informasi ekonomi
tambahan yang dapat dikuantifikasikan yang tidak dihasilkan oleh sistem akuntansi atau
pelaporan keuangan. Diyakini bahwa informasi tersebut tidak selalu berbentuk finansial akan
memberikan lebih banyak arti pada data yang dilaporkan dan karenanya akan memberikan
informasi lebih mendalam dalam pembuatan keputusan. Sebagian dari informasi non-
finansial (yang dapat dikuantitifkan dan merupakan pelengkap dari data finansial) termasuk
dalam area akuntansi keperilakuan (Yuniani, 2016). Akuntansi keperilakuan merupakan

1
bagian dari akuntansi yang mengintegrasaikan dimensi perilaku dengan akuntansi
tradisional.
Tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dinyatakan dengan seberapa mengerti
seseorang mahasiswa terhadap apa yang sudah dipelajari dalam konteks ini mengacu pada
mata kuliah akuntansi keperilakuan. Tanda seorang mahasiswa memahami akuntansi tidak
hanya ditujukan dari nilai-nilai yang didapatkannya di mata kuliah tetapi juga apabila
mahasiswa mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang terkait timbul adanya
kelemahan mahasiswa. Oleh karena itu, pendidikan tinggi akuntansi keperilakuan
bertanggung jawab mengembangkan keterampilan mahasiswa untuk tidak hanya memiliki
kemampuan lain yang di perlukan untuk berkarir di lingkungan yang selalu berubah dan ketat
persaingannya. (Setyowati, 2007).
Universitas Pattimura yang berlokasi di kota Ambon merupakan lembaga pendidikan
tinggi di bawah bimbingan pemerintah dan berstatus PTN (Perguruan Tinggi Negeri).
Universitas Pattimura memiliki beberapa fakultas, salah satunya yaitu Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis memiliki beberapa jurusan yaitu Akuntansi, Manajemen
dan Ekonomi Pembangunan. Jurusan tersebut membahas tentang segala bidang keuangan
terutama dalam jurusan akuntansi, namun dalam jurusan tersebut terdapat bidang-bidang lain
yang dipelajari, yang masih berhubungan dengan kecerdasan intelektual dan emosional yang
dikaji dalam bentuk mata kuliah akuntansi keperilakuan yang membahas tentang pentingnya
konsep pemikiran (kecerdasan emosional) atau yang biasa disebut EQ dimana hal ini
dianggap bisa mengantar seseorang mencapai puncak kesuksesan yang selaras dengan tingkat
IQ seseorang dalam hal ini berkaitan dengan bidang keuangan dan perilaku dalam segi
ekonomi dan bisnis.
Studi-studi tentang perilaku memberikan pencerahan penting pada karakteristik dan
penyebab perilaku manusia dan mungkin berpengaruh pada cara akuntan mendisain sistem
informasinya. Riset akuntansi keperilakuan memiliki dampak yang cukup mendalam pada
teori dan praktik akuntansi dimasa yang akan datang. Faktor yang dapat meningkatkan
pemahaman akuntansi mahasiswa, salah satunya adalah kecerdasan emosional (emotional
intellegence). Weisinger (2006) menyatakan bahwa kecerdasan emosional (Emotional
intelligence) adalah penggunaan emosi secara cerdas, dengan maksud membuat emosi
tersebut bermanfaat dengan menggunakannya sebagai pemandu perilaku dan pemikiran kita
sedemikian rupa sehingga hasil kita meninggkat. Kecerdasan emosional digunakan untuk
kepentingan interpersonal (membantu diri kita sendiri) dan juga interpersonal (membantu
orang lain). Menurut Goleman (2003), kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali

2
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan orang lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan spiritual terhadap pemahaman mata kuliah
akuntansi keperilakuan?
2. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman mata kuliah
akuntansi keperilakuan?
3. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan intelektual terhadap pemahaman mata kuliah
akuntansi keperilakuan?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap mata kuliah akuntansi
keperilakuan.
2. Mengetahui apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap mata kuliah
akuntansi keperilakuan.
3. Mengetahui apakah kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap mata kuliah
akuntansi keperilakuan.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan wawasan peneliti
mengenai kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual
terhadap pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan pada jurusan akuntansi
universitas pattimura.
2. Bagi Universitas dan Akademisi
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan
menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dengan variabel terkait.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Teori Pengharapan (Expectancy Theory)
Konsep dari pemilihan profesi ini berhubungan dengan teori motivasi yakni teori
pengharapan (expectancy theory). Motivasi merupakan konsep yang menguraikan tentang
kekuatan-kekuatan individu untuk memulai dan mengarahkan perilakunya terhadap pekerjaan
tertentu (Gibson et al, 1997; Setiyani 2005). Menurut (Robbins dan Judge, 2017) motivasi
adalah aktivitas perilaku yang bekerja dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
diinginkan. Teori pengharapan merupakan salah satu dari teori motivasi, definisi dari teori
pengharapan adalah kekuatan dari kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu
bergantung pada kekuatan pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh output tertentu
dan tergantung pada daya tarik output tersebut bagi individu itu (Robbins dan Judge, 2017).
Menurut Kreitner & Kinicki (2014) teori motivasi harapan yang dikembangkan Vroom
merupakan teori mengenai proses motivasi kerja. Pada teori motivasi kerja ini ditekankan
pada proses yang terjadi mulai dari timbulnya kebutuhan sampai tercapainya tujuan dan
penghargaan yang diinginkan. Teori harapan ini membantu menjelaskan mengapa banyak
karyawan yang tidak termotivasi pada pekerjaan mereka sehingga tidak memberikan yang
terbaik dari potensi yang mereka miliki. Teori harapan ini berasumsi bahwa seseorang
mempunyai keinginan untuk menghasilkan suatu karya pada waktu tertentu tergantung pada
tujuantujuan khusus yang ingin dicapainya, dan juga pemahamannya tentang nilai suatu
prestasi kerja sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian harapan adalah
keyakinan bahwa upaya yang lebih baik akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Harapan
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepemilikan keterampilan yang sesuai untuk
melakukan pekerjaan, ketersediaan sumber daya yang tepat, ketersediaan informasi penting
dan mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan (Utami, 2015).
Secara singkat, kunci dari teori pengharapan adalah pemahaman sasaran individu dan
keterkaitan antara upaya dan 5 kinerja, antara kinerja dan imbalan. Oleh karena itu pemilihan
karir mahasiswa akuntansi ditentukan oleh pengharapan akan karir yang akan mereka pilih
apakah karir tersebut dianggap dapat memenuhi kebutuhan individu mereka dan apakah karir
tersebut mempunyai daya tarik bagi mereka (Robbins dan Judge, 2017).

4
2.1.2 Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi Keperilakuan
Behavioral Accounting Research merupakan studi terhadap perilaku akuntan atau
perilaku non-akuntan sebagaimana mereka dipengaruhi oleh fungsi akuntansi dan pelaporan
(T. Hofstedt & J.Kinard, 1970). Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah
cabang akuntansi yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan sistem
akuntansi (Siegel, G. et al. 1989). Istilah sistem akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti
yang luas yang meliputi seluruh desain alat pengendalian manajemen yang meliputi sistem
pengendalian, sistem penganggaran, desain akuntansi pertangungjawaban, desain organisasi
seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja
serta pelaporan keuangan.
Ilmu akuntansi merupakan ilmu yang selalu berkembang. Perkembangan ilmu akuntansi
seiring dengan perkembangan di dalam dunia bisnis sekarang ini. Pada perkembangannya,
akuntansi berperan dalam menghasilkan informasi keuangan maupun non-keuangan yang
digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Akuntansi
tidak bisa dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi
yang dapat dihasilkan oleh akuntansi. Akuntansi keperilakuan dapat didefinisikan sebagai
subdisiplin ilmu akuntansi yang melibatkan aspek-aspek keperilakuan manusia terkait dengan
proses pengambilan keputusan ekonomi (Lubis, 2018).
Berikut ini dijelaskan faktor-faktor sosiologi, psikologi, psikologi sosial yang relevan
dengan akuntansi keperilakuan (Siegel dan Marconi, 1986). Berikut penjelasannya :
1. Sikap Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan,
baik yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan, tujuan manusia,
objek, gagasan, dan situasi.
2. Motivasi Motivasi merupakan proses yang menentukan intensitas, arah, dan
ketekunan individu dalam usaha mencapai sasaran.
3. Persepsi Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterpretasikan
peristiwa, objek, serta manusia.
4. Pembelajaran Pembelajaran didefinisikan sebagai proses dimana perilaku baru
diperlukan.
5. Kepribadian Kepribadian mengacu pada bagian karakteristik psikologi dalam diri
seseorang yang menentukan dan mencerminkan bagaimana orang tersebut merespon
lingkungannya.

5
2.1.2 Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshall (2007) adalah kecerdasan untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dalam hidup kita dalam kontek makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain, (Zohar & Marshall, 2007). Kecerdasan spiritual tidak selalu
berhubungan dengan agama. Bagi sebagian orang, kecerdasan spiritual mungkin menemukan
cara pengungkapan melalui agama formal, tetapi beragama tidak menjamin Spiritual
Intelligence (SI) tinggi; sebaliknya hanyak orang yang aktif beragama memiliki 51 sangat
rendah.
Beberapa penelitian oleh psikolog Gordon Allport, lima puluh tahun silam, menunjukkan
bahwa orang memiliki pengalaman keagamaan lebih banyak di luar batas-batas arus utama
lembaga keagamaan daripada di dalamnya (Zohar & Marshall, 2007). Kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan jiwa. Ia adalah kecerdasan yang dapat membantu kita menyembuhkan dan
membangun diri kita secara utuh. Banyak sekali diantara kita saat ini menjalani hidup yang
penuh luka dan berantakan. Kita merindukan apa yang disebut oleh penyair T.S Elliot
"penyatuan yang lebih jauh, keharmonisan yang lebih mendalam" (Zohar & Marshall, 2007).

2.1.3 Kecerdasan Emosional


Kecerdasan Emosional atau yang lebih dikenal dengan Emotional Intellegence (EI)
merupakan bagian dari bakat individu yang telah berkembang selama dua dekade terakhir.
Perkembanganya bisa menjawab banyak masalah tidak hanya dalam aspek teoritis dan
psikologis, tetapi juga masalah kesehatan, pendidikan, dan manajemen (Miri, et al., 2013).
Istilah EI pertama kali dilontarkan Salovey dan Mayer (1990). Kecerdasan emosional
didefinisikan sebagai kemampuan untuk merasakan, menggunakan, membangkitan,
memahami, dan merefleksikan emosi serta mengemukakan gagasan secara teratur sehingga
dapat meningkatkan perkembangan emosi dan intelektual. Kemudian tahun 1997, mereka
menyatakan bahwa kecerdasan emosional meliputi:
1. Kemampuan untuk memahami secara akurat, menilai dan mengekspresikan emosi.
2. Kemampuan untuk mengakses atau menghasilkan perasaan ketika mereka
memfasilitasi pemikiran.
3. Kemampuan untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional
4. Kemampuan untuk mengatur emosi untuk meningkatkan pertumbuhan emosional dan
intelektual (Mayer & Salovey, 1997).

6
Kekuatan emosi sangat luar biasa, emosi dapat menuntun saat menghadapi masa-masa
kritis dan tugas-tugas yang terlalu riskan apabila hanya diserahkan kepada otak atau
intellectual quotients (IQ) semata. Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
kesanggupan untuk menghitungkan atau menyadari kondisi setempat untuk membaca emosi
orang lain dan diri kita sendiri, dan untuk bertindak dengan cepat. Emosi sendiri merupakan
setiap kegiatan atau pergolakan pemikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan mental yang
hebat dan meluap-luap, sehingga emosi menjadi dorongan untuk bertindak. Lebih lanjut
goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosi berhubungan dengan kemampuan mengelola
emosi yang berupa ketakutan, kemarahan, agresi dan kejengkelan (Goleman, 2007). Manusia
memiliki 2 pikiran yaitu pikiran rasional/kognitif yang biasa disebut sebagai IQ dan pikiran
emosional yaitu impulsif dan kadang-kadang tidak logis, dapat membaca realitas emosi
dalam sekejap, membuat penilaian singkat secara naluriah dan sadar terhadap bahaya yang
terjadi. Tidak semua orang yang mempunyai IQ tinggi bisa mencapai sukses, sebaliknya
orang yang mempunyai IQ rata-rata bisa mencapai keberhasila yang lebih dari orang-orang
yang mempunyai IQ lebih tinggi.

2.1.4 Kecerdasan Intelektual


Kecerdasan intelektual atau sering disebut dengan Intelligence Quotiente (IQ),merupakan
kemampuan seseorang dalam berpikir yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan
seseorang berbuat dengan cara tertentu, serta kemampuan yang dapat diukur dalam suatu tes.
Dalam Bahasa psikologi Inteligensi merupakan kecerdasan atau kecakapan. Menurut
Nyoman Suadnyana, Kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotiente (IQ) adalah
pengkualifikasian kecerdasan manusia yang didominasi oleh kemampuan daya pikir rasional
dan logika. Kurang lebih 80%, IQ diturunkan dari orang tua, sedangkan selebihnya dibangun
pada usia sangat dini yaitu 0-2 tahun kehidupan manusia yang pertama. Dalam sifatnya
digunakan sebagai predictor keberhasilan individu dimasa depan. Implikasinya, sejumlah
riset untuk menentukan alat (tes IQ) dirancang sebagai tiket untuk memasuki dunia
pendidikan sekaligus dunia kerja.
IQ mengukur kecepatan kita mempelajari hal-hal baru, berinovasi, fokus pada berbagai
tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat informasi objektif, melakukan proses berpikir
logis, memproses angka, berpikir abstrak dan analitis, memecahkan masalah, dan
menerapkan pengetahuan yang ada. Jadi, Kecerdasan Intelektual (IQ) merupakan suatu
kemampuan yang dapat diukur menggunakan tes yang melalui kemampuan berpikir,
memahami, dan menganalisis informasi untuk menerima, menyimpan dan mengolah

7
informasi menjadi fakta. Kecerdasan ini akan mampu menghasilkan analisis yang tajam dan
mampu menyusun starategi yang baik, dan IQ tidak melibatkan perasaan atau emosi dalam
memproses informasi.

2.2 Penelitian Terdahulu


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Lanseana Kale, Pengaruh Kecerdasan Hasil penelitian menunjukan


Yosefina Andia Emosional dan Kecerdasan bahwa kecerdasan emosional dan
Dekrita, Yoseph Intelektual Terhadap kecerdasan intelektual
Darius P Rangga Pemahaman Mata Kuliah berpengaruh secara signifikan
(2023). Akuntansi Keperilakuan terhadap pemahaman mata kuliah
(Studi Kasus Pada Program akuntansi keperilakuan pada
Studi Akuntansi Universitas program studi akuntansi di
Nusa Nipa). Universitas Nusa Nipa.

2 Fahratun, F., Pengaruh Kecerdasan Hasil penelitian ini menunjukan


Afifudin, A., & Emosional, Motivasi Belajar bahwa kecerdasan emosional,
Anwar, S. A. Dan Kecerdasan Spiritual motivasi belajar dan kecerdasan
(2021). Terhadap Pemahaman Mata spiritual berpengaruh terhadap
Kuliah Akuntansi tingkat pemahaman akuntansi
Keperilakuan Mahasiswa keperilakuan pada mahasiswa
FEB Universitas Islam prodi akuntansi Feb Universitas
Malang. Islam Malang.

8
Hasil penelitian ini menunjukkan
3 Maryam, S. (2020). Pengaruh Kecerdasan
bahwa Kecerdasan Emosional
Emosional, Kecerdasan
berpengaruh positif signifikan
Spiritual, Perilaku Belajar,
terhadap tingkat Pemahaman
Terhadap Tingkat
Akuntansi, Kecerdasan Spiritual
Pemahaman Akuntansi (Studi
berpengaruh signifikan terhadap
Kasus Pada Mahasiswa
tingkat Pemahaman Akuntansi,
Akuntansi STIE Sutaatmadja
Pembelajaran mempunyai
Subang).
hubungan positif signifikan
terhadap tingkat Pemahaman
Akuntansi.

4 Inriawati Parauba Pengaruh Kecerdasan Hasil penelitian ini menunjukkan


(2019) Intelektual, Kecerdasan bahwa Kecerdasan Intelektual
Emosional, Kecerdasan berpengaruh signifikan dan
Spiritual, dan Perilaku belajar searah/positif, Kecerdasan
terhadap pemahaman Emosional tidak berpengaruh
Akuntansi mahasiswa secara signifikan dan tidak
Fakultas Ekonomi dan Bisnis searah/negative, Kecerdasan
Universitas Sam Ratulangi Spiritual tidak berpengaruh
Manado. secara signifikan / tidak searah,
Perilaku belajar tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap pemahaman mahasiswa
Akuntansi FEB Sam Ratulangi.

9
5 Sonya Ariska Pengaruh Kecerdasan Hasil penelitian ini menunjukkan
Wijaya, Gde Herry Emosional, Kecerdasan bahwa Kecerdasan Emosional,
Sugiarto Asana Intelektual, dan Kecerdasan Kecerdasan Intelektual, dan
(2019). Spiritual terhadap tingkat Kecerdasan Spiritual secara
pemahaman Akuntansi bersama-sama berpengaruh
mahasiswa program studi signifikan.
Akuntansi di STIE Triatma
Mulya.

2.3 Pengembangan Hipotesis


Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diprediksi secara wajar antara
dua variabel atau lebih, yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Uma
Sekaran, 2006). Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan keterkaitan yang
ditentukan dalam kerangka teori yang dikembangkan untuk penelitian ini.

2.3.1 Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi


Keperilakuan
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan, kecerdasan spiritual mempunyai
pengaruh terhadap pemahaman mata kuliah akuntansi behavioral. Namun hasil penelitian
tersebut tidak selalu sama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual
berdampak positif terhadap pemahaman perilaku mata kuliah akuntansi perilaku, sedangkan
penelitian lainnya menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual berdampak negatif terhadap
pemahaman perilaku mata kuliah akuntansi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual terhadap pemahaman mata kuliah
akuntansi behavioral. Namun hasil penelitian saat ini menunjukkan bahwa kecerdasan
spiritual berperan penting dalam memahami mata kuliah akuntansi perilaku.
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat ditarik hipotesis sebagai berikut.
H1: Kecerdasan Spiritual Berpengaruh Terhadap Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi
Keperilakuan

10
2.3.2 Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi
Keperilakuan
Kecerdasan emosional adalah kemampuan menerima, mengevaluasi, mengelola dan
mengendalikan emosi diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan emosional dapat diukur dengan
menggunakan tes yang terstandar atau dengan mengajukan pertanyaan untuk menilai
kecerdasan emosional seseorang. Menurut beberapa penelitian yang dilakukan, kecerdasan
emosional mempunyai pengaruh terhadap pemahaman mata kuliah akuntansi
behavioral. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh
positif terhadap pemahaman perilaku mata kuliah akuntansi perilaku, sedangkan penelitian
lainnya menunjukkan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap pemahaman
perilaku mata kuliah akuntansi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman mata kuliah akuntansi
behavioral.
Namun, hasil penelitian saat ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berperan
penting dalam memahami mata kuliah akuntansi perilaku. Beberapa komponen kecerdasan
emosional yang mempengaruhi pemahaman pada mata kuliah akuntansi behavioral antara
lain pemahaman diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat ditarik hipotesis sebagai berikut.
H2: Kecerdasan Emosional Berpengaruh Terhadap Pemahaman Mata Kuliah
Akuntansi Keperilakuan

2.3.3 Kecerdasan Intelektual Terhadap Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi


Keperilakuan
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan, kecerdasan intelektual memiliki
pengaruh terhadap pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan. Salah satu penelitian
menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pemahaman akuntansi. Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa kecerdasan
intelektual tidak berpengaruh terhadap pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan. Oleh
karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan pengaruh kecerdasan
intelektual terhadap pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan. Namun, hasil dari
penelitian yang ada menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual memiliki peran penting
dalam pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan. Sebuah penelitian menemukan bahwa
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan minat belajar secara simultan berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan akuntansi. Komponen kecerdasan intelektual yang

11
mempengaruhi pemahaman mata kuliah akuntansi behavioral meliputi kemampuan verbal,
kemampuan komputasi, dan kemampuan berpikir analitis.
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat ditarik hipotesis sebagai berikut.
H3: Kecerdasan Intelektual Berpengaruh Terhadap Pemahaman Mata Kuliah
Akuntansi Keperilakuan

2.4 Model Penelitian

Kecerdasan Spiritual

(X1)

Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi


Kecerdasan Emosional
Keperilakuan
(X2)
(Y)

Kecerdasan Inntelektual

(X3)

12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh suatu
data/informasi yang sangat berguna untuk mengetahui sesuatu, untuk memecahkan persoalan
atau untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (Supranto, 1997). Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif berbentuk penelitian deskriptif untuk mendeskripsikan fenomena
sesuai dengan rumusan masalah. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena
metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga mentradisi sebagai metode untuk
penelitian. Metode kuantitatif sebagai metode konkrit/empiris, objektif, terukur rasional dan
sistematis (Sugiyono,2018:13). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan intelektual, sedangkan variabel
terikat adalah pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan.

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswa aktif jurusan akuntansi fakultas
ekonomi dan bisnis universitas pattimura yang terdaftar di PDDIKTI. Berdasarkan PDDIKTI,
jumlah keseluruhan mahasiswa aktif jurusan akuntansi fakultas ekonomi dan bisnis
universitas pattimura sebanyak 965 orang dengan rincian 823 orang yang berkuliah di
kampus utama di kota ambon, 80 orang di kepulauan aru dan 62 orang di MBD.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Penentuan jumlah sampel dari populasi ini dihitung dengan menggunakan rumus
slovin sebagai berikut :

n =

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Nilai Kritis (Batas Ketelitian) yang diinginkan atau persentase (%) toleran ketidaktelitian
karena kesalahan pengambilan contoh populasi. Nilai e yang digunakan sebesar 10% = 0,1

Jadi e = (nilai kritis untuk penelitin deskriptif).

13
Maka sampel dapat hitung sebagai berikut

n= ) )
= 90,61 dibulatkan menjadi 90 responden

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan non-probability sampling


dimana tidak semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk bisa menjadi sampel
penelitian. Sampel dipilih menggunakan teknik convenience sampling.

Teknik convenience sampling adalah teknik pengambilan sampel sebagai responden


didasarkan pada siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan
sebagai sampel apabila orang tersebut cocok dengan sumber data dan sesuai dengan kriteria
utama (Sugiyono, 2018). Kriteria utamanya adalah Mahasiswa aktif jurusan akuntansi
Universitas Pattimura yang terdaftar di PDDIKTI.

3.3 Sumber Data dan Jenis Data


Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, kuantitafif menurut
(sugiyono, 2015b) adalah penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme untuk meneliti
populasi atau sampel tertentu, pengambilan sampell selcara random delngan pelngulmpullan
data melnggulnakan instrumen, atau kuesioner analisis data ini belrsifat statistik
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data primer dan sekunder, data
primer yang didapatkan ditempat penelitian dengan memberi kuesioner kepada para
responden baik secara eksternal maupun internal,dan data primer didapatkan dari
bahan bacaan saat penelitian, literature, telori ahli, dan julrnal yang tersedia.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Menurut sugiyono dalam (Rafika Dyana 2022, n.d.) Telknik pengumpullan data
merupakan Langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tunjuan utama dari
penelitian ini adalah mendapatkan data yang memenuhi standar. Data yang ditetapkan,
berikut ini adalah metode pengumpulan data yang penulis terapkan:
a. Obselrvasi (pelngamatan)
Melnulrult (Prof. Dr. Bimo Walgito, n.d.) obselrvasi adalah sulatul pelnellitian yang
dijalankan selcara sistelmatis dan diselngaja diadakan delngan melnggulnakan alat
indelra (telrultama mata) atas keljadian-keljadian yang langsulng dapat ditangkap pada
waktul keljadian belrlangsulng. Meltodel obselrvasi melrulpakan cara yang telpat

14
ulntulkmelngawasi pelrilakul sulbjelk pelnellitian selpelrti pelrilakul dan lingkulngan
ataul rulang, waktul dan keladaan telrtelntul.
b. Kuesioner
Menurut (Bimo Walgito, 1987) Kuesioner adalah kumpulan pertanyaan dalam sebuah
penelitian yang diwajibkan ulntulk dijawab oleh target atau responden penelitian.
Penellitian ini menggunakan skala Likert, dimana seltiap responden mengisi setiap
jawaban dari setiap pertanyaan yang diberikan dengan tingkatan yang ditentukan.

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Menurut (sugiyono, 2015a) Pengertian definisi operasional dalam variabel penelitian


adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya, adanya
variabel operasional berdasarkan variabel yang akan diteliti yaitu X1,X2 yang terikat dengan
variabel Y. Definisi operasional variabel ditemukan item-item yang dituangkan dalam
instrumen atau kuesioner penelitian

Pengukuran variabel adalah proses menentukan jumlah atau intensitas informasi


mengenai orang, peristiwa, gagasan, dan atau obyek tertentu serta hubungannya dengan
masalah atau peluang bisnis.

3.5.1 Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi Keperilakuan

Akuntansi Keperilakukan merupakan bidang multidisipliner yang berasal dari


konstruk teori behavioral sciences sehingga akuntansi keperilakuan merupakan pertemuan
antara ilmu akuntansi dan ilmu sosial. Menurut Hofstedt dan Kinard (1970) definisi akuntansi
keperilakuan adalah The study of the behavior of accountants or the behavior of
nonaccountants as they are influenced by accounting functions and reports. Dari definisi
tersebut maka akuntansi keperilakuan adalah studi mengenai perilaku akuntan atau perilaku
non akuntan ketika mereka dipengaruhi oleh fungsi akuntansi dan pelaporan akuntansi. Dari
definisi ini menyimpulkan bahwa area riset ini berbicara mengenai perilaku manusia sebagai
individu yang mencakup perilaku individu dalam organisasi dan aktivitas terpisah akibat
pengaruh fungsi akuntansi dan pelaporan akuntansi.

15
3.5.2 Kecerdasan Spiritual
Secara terminologi kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan pokok yang
dengannya dapat memecahkan masalah-masalah makna dan nilai menempatkan tindakan
dalam konteks yang lebih luas, kaya, dan bermakna. Kecerdasan spiritual merupakan sebuah
konsep yang berhubungan dengan bagaimana seseorang dalam mengelola dan
mendayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dan kualitas kehidupan spiritual.

3.5.3 Kecerdasan Emosional


Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai,
mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi
mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan.
Menurut Hamzah B. Uno bahwasanya pengertian emosi adalah perasaan dan pikiran
khas; suatu keadaan biologis dan psikologis; suatu rentang kecendrungan-kecendrungan
untuk bertindak (Uno, 2012 : 116). Sedangkan Santrock mengatakan bahwa emosi adalah
perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau
suatu interaksi yang dianggap penting olehnya yang mewakili kenyamanan atau ketidak
nyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami (Santrock, 2007 : 6-7).

3.5.4 Kecerdasan Intelektual


Kecerdasan intelektual (IQ) merupakan pengkualifikasian kecerdasan manusia yang
didominasi oleh kemampuan daya pikir rasional dan logika. Lebih kurang 80%, IQ
diturunkan dari orangtua, sedangkan selebihnya dibangun pada usia sangat dini yaitu 0-2
tahun kehidupan manusia yang pertama. Sifatnya relatif digunakan sebagai predictor
keberhasilan individu dimasa depan. Implikasinya, sejumlah riset untuk menemukan alat (tes
IQ) dirancang sebagai tiket untuk memasuki dunia pendidikan sekaligus dunia kerja (Pasek
2015). Raymond Bernard Chattel mengklasifikasikan kemampuan tersebut menjadi dua
macam, yaitu: a) Inteligensi Fuild, yan merupakan faktor biologis b) Inteligensi crystallized,
yang merefleksikan adanya pengaruh pengalaman, pendidikan, dan kebudayaan dalam diri
seseorang (Nur Asfiarni 2009).

3.6 Metode Analisis Data


Pada penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif, metode analisis data
kuantitatif adalah metode komputasi dan statistik yang berfokus pada analisis statistik,
matematik atau numerik dari kumpulan data. Dalam metode ini penelitian dimulai dari fase

16
statistik deskriptif dan ditindaklanjuti dengan analisis yang lebih spesifik untuk mendapatkan
lebih banyak wawasan. Melalui penelitian kuantitatif, memungkinkan untuk mengumpulkan
sampai menganalisis sejumlah besar data.

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif merupakan analisis statistik yang memberikan gambaran secara
umum mengenai karakteristik dari masing-masing variabel penelitian yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), maximum, dan minimum. Statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,2019). Uji statistik deskriptif mencakub
nilai rata-rata nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai standar defisiasi dari data penelitian.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik ini merupakan uji prasyarat yang dilakukan sebelum melakukan
analisis lebih lanjut terhadap data yang telah dikumpulkan. Pengujian asumsi klasik ini
ditujukan agar dapat menghasilkan model regresi yang memenuhi kriteria BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator).

3.6.2.1 Uji Normalitas


Bertujuan untuk menguji tingkat kenormalan variabel terikat dan variabel bebas.
Menurut Ghoizali (2001) model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal.

3.6.2.2 Uji Multikolinearitas


Bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antara variabel bebas. Jika variabel
bebas saling berkorelasi di atas 0,09 mengindikasikan terjadinya multikolinieritas. Model
regresi mensyaratkan tidak terjadinya multikolinieritas.

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas


Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian
dari reisidual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi mensyaratkan tidak terjadi
heteroskedastisitas.

17
3.6.2.4 Uji Autokorelasi
Bertujuan menguji apakah dalam regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi(Ghozali dan Ratmono, 2017:
121). Uji Autokorelasi berkaitan dengan pengaruh observer atau data dalam satu variable
yang saling berhubungan satu sama lain (Gani dan Amalia, 2015: 124). Besarnya nilai sebuah
data dapat saja dipengaruhi atau berhubungan dengan data lainnya. Regresi secara klasik
mensyaratkan bahwa variable tidak boleh tergejala autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi,
maka model regresi menjadi buruk karena akan menghasilkan parameter yang tidak logis dan
diluar akal sehat. Autokorelasi umumnya terjadi pada data time series, karena data time series
terikat dari waktu-waktu, beda halnya dengan data cross section yang tidak terikat oleh
waktu. Mendeteksi autokorelasi dengan menggunakan nilai Durbin Watson. Kriteria dalam
pengujian Durbin Watson yaitu(Sujarweni, 2016: 232) :

1. Jika 0 < d < dL, berarti ada autokorelasi positif


2. Jika 4 – dL < d < 4, berarti ada auto korelasi negative
3. Jika 2 < d < 4 – dU atau dU < d < 2, berarti tidak ada autokorelasi positif atau
negatif
4. JikadL≤d≤dUatau4–dU≤d≤4–dL,pengujiantidakmeyakinkan.Untuk
itu dapat digunakan uji lain atau menambah data
5. Jika nilai du < d < 4-du maka tidak terjadi autokorelasi
Run test juga merupakan bagian dari statistik non-parametik dapat pula

digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar
residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau
random.

3.6.3 Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis regrelsi linear belrganda digunakan untuk menentukan pengaruh yang ditimbulkan
oleh indikator variabel bebas terhadap variabel terikat dengan formulasi sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keltelrangan:
Y = Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi Keperilakuan
A = Nilai konstanta
b1,2,3 = Koefisien Regresi masing-masing variabel independen

18
e = Error
i = Data Cross Section
t = Data Time Series

3.7 Pengujian Hipotesis


Untuk melakukan pembuktian hipotesis tersebut dapat dilakulkan dengan
menggunakan uji statistik.
3.7.1 Uji T
Ulji t (parsial) Ulji statistik-t digunakan untuk mengetahui pengaruh atau mengetahui
hubungan antara variabel independen dan dependen, dimana salah satu variabel
independennya dibulat tetap atau dikendalikan. Jadi korelasi parsial yaitu langkah yang
menulnjukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih, setelah satu variabel
yang diduga dapat mempengaruhi hubungan variabel tersebut. (sugiyono 2017) Dalam
penelitian ini pengujian pengaruh variabel independen (X) yang terdiri dari (X1), (X2) secara
parsial berpengaruh terhadap perubahan nilai variabel dependen (Y).

3.7.2 Uji Koefisien Determinasi

Menurut Widarjono, Uji Koefisien Determinasi (R-Squared) adalah uji untuk


menjelaskan besaranproporsi variasi dari variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel
independen. Selain itu, uji koefisien determinasi juga bisa digunakan untuk mengukur
seberapa baik garis regresi yang kita miliki.Dapat digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh variable X terhadap Y. Yang dapatdiketahui dengan rumus sebagai berikut:

KD = 𝑅2 x 100%

KD = Koefisien determinasi

𝑅2 = Koefisien korelasi

19
DAFTAR PUSTAKA

Fahratun, F., Afifudin, A., & Anwar, S. A. (2021) Pengaruh Kecerdasan Emosional, Motivasi
Belajar Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi

Halawa F (2020), Pengaruh kecerdasan emosi, lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar
dan dampaknya terhadap prestasi belajar mahasiswa. Jurnal Pengabdian dan
kewirausahaan

Keperilakuan Mahasiswa FEB Universitas Islam Malang. Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi

Ikhsan, A, dan M. Ishak (2005). Akuntansi Keperilakuan, Jakarta. Salemba Empat.


Kale L (2023), Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan
Intelektual Terhadap Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi Keperilakuan, Jurnal
Accounting UNIPA
Maryam, S. (2020). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Perilaku Belajar,
Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi
STIE Sutaatmadja Subang) , Jurnal Akuntansi
Puspito, A (2017), Pengaruh Kecerdasan Emosional, Motivasi Belajar, dan Kecerdasan
Spiritual terhadap pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan. Jurnal sains
manajemen dan bisnis Indonesia
Parauba, I. (2019). Pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan
spiritual, dan perilaku belajar terhadap pemahaman akuntansi mahasiswa fakultas
ekonomi dan bisnis universitas sam ratulangi manado. Going Concern: Jurnal Riset
Akuntansi, 9(2).
Sugiyono (2022). Metode Penelitian Kuantitatif. Buku tentang metode penelitian kuantitatif
tahun 2022.
Sugiyono (2019) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, D. (2018). Metode penelitian kuatintatif, kualitatif dan R & D/Sugiyono. Bandung:
Alfabeta, 15(2010).
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Uma Sekaran (2006). Metodologi Penelitian untuk bisnis. Buku penelitian untuk bisnis edisi
ke 4 oleh Uma Sekaran (hal 111-127) Edisi keempat

ii

Anda mungkin juga menyukai