AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Intelektual
Terhadap Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi Keperilakuan
(Studi Kasus Pada Jurusan Akuntansi Universitas Pattimura)
KELOMPOK 7
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
reformasi ekonomi, yaitu terkait dengan usaha bagaimana untuk menciptakan SDM yang
berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global.
Dalam kaitannya tersebut, setidaknya ada dua hal penting mengenai kondisi SDM Indonesia,
yaitu adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja, serta tingkat
pendidikan angkatan kerja yang masih relatif rendah. Masalah daya saing dalam pasar dunia
yang semakin terbuka merupakan tantangan yang berat. SDM yang berkualitas dan memiliki
daya saing yang tinggi sehingga mampu menjadi energi bagi organisasi untuk bersaing
dengan kompetitornya di tengah arus perubahan yang semakin dinamis. Tuntutan SDM yang
berkualitas dan berdaya saing bukan hanya merupakan tuntutan organisasi dan
kompetitornya, namun juga tuntutan pelanggan organisasi itu sendiri, terutama pelanggan
eksternalnya. Saat ini pelanggan eksternal organisasi dihadapkan pada banyaknya alternatif
untuk mengambil keputusan sehingga memiliki banyak pilihan dalam menentukan produk
dan jasa organisasi mana yang di konsumsi. Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan kualitas
sumber daya manusia, yaitu dengan meningkatkan mutu pendidikan nasional pada umumnya
dan meningkatkan prestasi akademik atau keahlian dalam berbagai bidang ilmu seperti
keahlian di bidang ilmu akuntansi.
Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan tinggi akuntansi yang diselenggarakan di
perguruan tinggi ditujukan untuk mendidik mahasiswa agar dapat bekerja sebagai seorang
akuntan profesional yang memiliki pengetahuan dibidang Akuntansi Keuangan, Akuntansi
Manajemen, Sistem Informasi Akuntansi, Auditing, dan Akuntansi Sektor Publik, serta ilmu
pengetahuan yang relevan dengan bidang akuntansi. Hal itu penting bagi mahasiswa untuk
memahami bidang-bidang akuntansi terutama lulusan akuntansi, pada beberapa dekade
terakhir manajer dan akuntan profesional telah mengakui pentingnya informasi ekonomi
tambahan yang dapat dikuantifikasikan yang tidak dihasilkan oleh sistem akuntansi atau
pelaporan keuangan. Diyakini bahwa informasi tersebut tidak selalu berbentuk finansial akan
memberikan lebih banyak arti pada data yang dilaporkan dan karenanya akan memberikan
informasi lebih mendalam dalam pembuatan keputusan. Sebagian dari informasi non-
finansial (yang dapat dikuantitifkan dan merupakan pelengkap dari data finansial) termasuk
dalam area akuntansi keperilakuan (Yuniani, 2016). Akuntansi keperilakuan merupakan
1
bagian dari akuntansi yang mengintegrasaikan dimensi perilaku dengan akuntansi
tradisional.
Tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dinyatakan dengan seberapa mengerti
seseorang mahasiswa terhadap apa yang sudah dipelajari dalam konteks ini mengacu pada
mata kuliah akuntansi keperilakuan. Tanda seorang mahasiswa memahami akuntansi tidak
hanya ditujukan dari nilai-nilai yang didapatkannya di mata kuliah tetapi juga apabila
mahasiswa mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang terkait timbul adanya
kelemahan mahasiswa. Oleh karena itu, pendidikan tinggi akuntansi keperilakuan
bertanggung jawab mengembangkan keterampilan mahasiswa untuk tidak hanya memiliki
kemampuan lain yang di perlukan untuk berkarir di lingkungan yang selalu berubah dan ketat
persaingannya. (Setyowati, 2007).
Universitas Pattimura yang berlokasi di kota Ambon merupakan lembaga pendidikan
tinggi di bawah bimbingan pemerintah dan berstatus PTN (Perguruan Tinggi Negeri).
Universitas Pattimura memiliki beberapa fakultas, salah satunya yaitu Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis memiliki beberapa jurusan yaitu Akuntansi, Manajemen
dan Ekonomi Pembangunan. Jurusan tersebut membahas tentang segala bidang keuangan
terutama dalam jurusan akuntansi, namun dalam jurusan tersebut terdapat bidang-bidang lain
yang dipelajari, yang masih berhubungan dengan kecerdasan intelektual dan emosional yang
dikaji dalam bentuk mata kuliah akuntansi keperilakuan yang membahas tentang pentingnya
konsep pemikiran (kecerdasan emosional) atau yang biasa disebut EQ dimana hal ini
dianggap bisa mengantar seseorang mencapai puncak kesuksesan yang selaras dengan tingkat
IQ seseorang dalam hal ini berkaitan dengan bidang keuangan dan perilaku dalam segi
ekonomi dan bisnis.
Studi-studi tentang perilaku memberikan pencerahan penting pada karakteristik dan
penyebab perilaku manusia dan mungkin berpengaruh pada cara akuntan mendisain sistem
informasinya. Riset akuntansi keperilakuan memiliki dampak yang cukup mendalam pada
teori dan praktik akuntansi dimasa yang akan datang. Faktor yang dapat meningkatkan
pemahaman akuntansi mahasiswa, salah satunya adalah kecerdasan emosional (emotional
intellegence). Weisinger (2006) menyatakan bahwa kecerdasan emosional (Emotional
intelligence) adalah penggunaan emosi secara cerdas, dengan maksud membuat emosi
tersebut bermanfaat dengan menggunakannya sebagai pemandu perilaku dan pemikiran kita
sedemikian rupa sehingga hasil kita meninggkat. Kecerdasan emosional digunakan untuk
kepentingan interpersonal (membantu diri kita sendiri) dan juga interpersonal (membantu
orang lain). Menurut Goleman (2003), kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali
2
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan orang lain.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.2 Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi Keperilakuan
Behavioral Accounting Research merupakan studi terhadap perilaku akuntan atau
perilaku non-akuntan sebagaimana mereka dipengaruhi oleh fungsi akuntansi dan pelaporan
(T. Hofstedt & J.Kinard, 1970). Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah
cabang akuntansi yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan sistem
akuntansi (Siegel, G. et al. 1989). Istilah sistem akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti
yang luas yang meliputi seluruh desain alat pengendalian manajemen yang meliputi sistem
pengendalian, sistem penganggaran, desain akuntansi pertangungjawaban, desain organisasi
seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja
serta pelaporan keuangan.
Ilmu akuntansi merupakan ilmu yang selalu berkembang. Perkembangan ilmu akuntansi
seiring dengan perkembangan di dalam dunia bisnis sekarang ini. Pada perkembangannya,
akuntansi berperan dalam menghasilkan informasi keuangan maupun non-keuangan yang
digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Akuntansi
tidak bisa dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi
yang dapat dihasilkan oleh akuntansi. Akuntansi keperilakuan dapat didefinisikan sebagai
subdisiplin ilmu akuntansi yang melibatkan aspek-aspek keperilakuan manusia terkait dengan
proses pengambilan keputusan ekonomi (Lubis, 2018).
Berikut ini dijelaskan faktor-faktor sosiologi, psikologi, psikologi sosial yang relevan
dengan akuntansi keperilakuan (Siegel dan Marconi, 1986). Berikut penjelasannya :
1. Sikap Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan,
baik yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan, tujuan manusia,
objek, gagasan, dan situasi.
2. Motivasi Motivasi merupakan proses yang menentukan intensitas, arah, dan
ketekunan individu dalam usaha mencapai sasaran.
3. Persepsi Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterpretasikan
peristiwa, objek, serta manusia.
4. Pembelajaran Pembelajaran didefinisikan sebagai proses dimana perilaku baru
diperlukan.
5. Kepribadian Kepribadian mengacu pada bagian karakteristik psikologi dalam diri
seseorang yang menentukan dan mencerminkan bagaimana orang tersebut merespon
lingkungannya.
5
2.1.2 Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshall (2007) adalah kecerdasan untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dalam hidup kita dalam kontek makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain, (Zohar & Marshall, 2007). Kecerdasan spiritual tidak selalu
berhubungan dengan agama. Bagi sebagian orang, kecerdasan spiritual mungkin menemukan
cara pengungkapan melalui agama formal, tetapi beragama tidak menjamin Spiritual
Intelligence (SI) tinggi; sebaliknya hanyak orang yang aktif beragama memiliki 51 sangat
rendah.
Beberapa penelitian oleh psikolog Gordon Allport, lima puluh tahun silam, menunjukkan
bahwa orang memiliki pengalaman keagamaan lebih banyak di luar batas-batas arus utama
lembaga keagamaan daripada di dalamnya (Zohar & Marshall, 2007). Kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan jiwa. Ia adalah kecerdasan yang dapat membantu kita menyembuhkan dan
membangun diri kita secara utuh. Banyak sekali diantara kita saat ini menjalani hidup yang
penuh luka dan berantakan. Kita merindukan apa yang disebut oleh penyair T.S Elliot
"penyatuan yang lebih jauh, keharmonisan yang lebih mendalam" (Zohar & Marshall, 2007).
6
Kekuatan emosi sangat luar biasa, emosi dapat menuntun saat menghadapi masa-masa
kritis dan tugas-tugas yang terlalu riskan apabila hanya diserahkan kepada otak atau
intellectual quotients (IQ) semata. Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
kesanggupan untuk menghitungkan atau menyadari kondisi setempat untuk membaca emosi
orang lain dan diri kita sendiri, dan untuk bertindak dengan cepat. Emosi sendiri merupakan
setiap kegiatan atau pergolakan pemikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan mental yang
hebat dan meluap-luap, sehingga emosi menjadi dorongan untuk bertindak. Lebih lanjut
goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosi berhubungan dengan kemampuan mengelola
emosi yang berupa ketakutan, kemarahan, agresi dan kejengkelan (Goleman, 2007). Manusia
memiliki 2 pikiran yaitu pikiran rasional/kognitif yang biasa disebut sebagai IQ dan pikiran
emosional yaitu impulsif dan kadang-kadang tidak logis, dapat membaca realitas emosi
dalam sekejap, membuat penilaian singkat secara naluriah dan sadar terhadap bahaya yang
terjadi. Tidak semua orang yang mempunyai IQ tinggi bisa mencapai sukses, sebaliknya
orang yang mempunyai IQ rata-rata bisa mencapai keberhasila yang lebih dari orang-orang
yang mempunyai IQ lebih tinggi.
7
informasi menjadi fakta. Kecerdasan ini akan mampu menghasilkan analisis yang tajam dan
mampu menyusun starategi yang baik, dan IQ tidak melibatkan perasaan atau emosi dalam
memproses informasi.
8
Hasil penelitian ini menunjukkan
3 Maryam, S. (2020). Pengaruh Kecerdasan
bahwa Kecerdasan Emosional
Emosional, Kecerdasan
berpengaruh positif signifikan
Spiritual, Perilaku Belajar,
terhadap tingkat Pemahaman
Terhadap Tingkat
Akuntansi, Kecerdasan Spiritual
Pemahaman Akuntansi (Studi
berpengaruh signifikan terhadap
Kasus Pada Mahasiswa
tingkat Pemahaman Akuntansi,
Akuntansi STIE Sutaatmadja
Pembelajaran mempunyai
Subang).
hubungan positif signifikan
terhadap tingkat Pemahaman
Akuntansi.
9
5 Sonya Ariska Pengaruh Kecerdasan Hasil penelitian ini menunjukkan
Wijaya, Gde Herry Emosional, Kecerdasan bahwa Kecerdasan Emosional,
Sugiarto Asana Intelektual, dan Kecerdasan Kecerdasan Intelektual, dan
(2019). Spiritual terhadap tingkat Kecerdasan Spiritual secara
pemahaman Akuntansi bersama-sama berpengaruh
mahasiswa program studi signifikan.
Akuntansi di STIE Triatma
Mulya.
10
2.3.2 Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi
Keperilakuan
Kecerdasan emosional adalah kemampuan menerima, mengevaluasi, mengelola dan
mengendalikan emosi diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan emosional dapat diukur dengan
menggunakan tes yang terstandar atau dengan mengajukan pertanyaan untuk menilai
kecerdasan emosional seseorang. Menurut beberapa penelitian yang dilakukan, kecerdasan
emosional mempunyai pengaruh terhadap pemahaman mata kuliah akuntansi
behavioral. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh
positif terhadap pemahaman perilaku mata kuliah akuntansi perilaku, sedangkan penelitian
lainnya menunjukkan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap pemahaman
perilaku mata kuliah akuntansi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman mata kuliah akuntansi
behavioral.
Namun, hasil penelitian saat ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berperan
penting dalam memahami mata kuliah akuntansi perilaku. Beberapa komponen kecerdasan
emosional yang mempengaruhi pemahaman pada mata kuliah akuntansi behavioral antara
lain pemahaman diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat ditarik hipotesis sebagai berikut.
H2: Kecerdasan Emosional Berpengaruh Terhadap Pemahaman Mata Kuliah
Akuntansi Keperilakuan
11
mempengaruhi pemahaman mata kuliah akuntansi behavioral meliputi kemampuan verbal,
kemampuan komputasi, dan kemampuan berpikir analitis.
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat ditarik hipotesis sebagai berikut.
H3: Kecerdasan Intelektual Berpengaruh Terhadap Pemahaman Mata Kuliah
Akuntansi Keperilakuan
Kecerdasan Spiritual
(X1)
Kecerdasan Inntelektual
(X3)
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh suatu
data/informasi yang sangat berguna untuk mengetahui sesuatu, untuk memecahkan persoalan
atau untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (Supranto, 1997). Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif berbentuk penelitian deskriptif untuk mendeskripsikan fenomena
sesuai dengan rumusan masalah. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena
metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga mentradisi sebagai metode untuk
penelitian. Metode kuantitatif sebagai metode konkrit/empiris, objektif, terukur rasional dan
sistematis (Sugiyono,2018:13). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan intelektual, sedangkan variabel
terikat adalah pemahaman mata kuliah akuntansi keperilakuan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Penentuan jumlah sampel dari populasi ini dihitung dengan menggunakan rumus
slovin sebagai berikut :
n =
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Nilai Kritis (Batas Ketelitian) yang diinginkan atau persentase (%) toleran ketidaktelitian
karena kesalahan pengambilan contoh populasi. Nilai e yang digunakan sebesar 10% = 0,1
13
Maka sampel dapat hitung sebagai berikut
n= ) )
= 90,61 dibulatkan menjadi 90 responden
14
ulntulkmelngawasi pelrilakul sulbjelk pelnellitian selpelrti pelrilakul dan lingkulngan
ataul rulang, waktul dan keladaan telrtelntul.
b. Kuesioner
Menurut (Bimo Walgito, 1987) Kuesioner adalah kumpulan pertanyaan dalam sebuah
penelitian yang diwajibkan ulntulk dijawab oleh target atau responden penelitian.
Penellitian ini menggunakan skala Likert, dimana seltiap responden mengisi setiap
jawaban dari setiap pertanyaan yang diberikan dengan tingkatan yang ditentukan.
15
3.5.2 Kecerdasan Spiritual
Secara terminologi kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan pokok yang
dengannya dapat memecahkan masalah-masalah makna dan nilai menempatkan tindakan
dalam konteks yang lebih luas, kaya, dan bermakna. Kecerdasan spiritual merupakan sebuah
konsep yang berhubungan dengan bagaimana seseorang dalam mengelola dan
mendayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dan kualitas kehidupan spiritual.
16
statistik deskriptif dan ditindaklanjuti dengan analisis yang lebih spesifik untuk mendapatkan
lebih banyak wawasan. Melalui penelitian kuantitatif, memungkinkan untuk mengumpulkan
sampai menganalisis sejumlah besar data.
17
3.6.2.4 Uji Autokorelasi
Bertujuan menguji apakah dalam regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi(Ghozali dan Ratmono, 2017:
121). Uji Autokorelasi berkaitan dengan pengaruh observer atau data dalam satu variable
yang saling berhubungan satu sama lain (Gani dan Amalia, 2015: 124). Besarnya nilai sebuah
data dapat saja dipengaruhi atau berhubungan dengan data lainnya. Regresi secara klasik
mensyaratkan bahwa variable tidak boleh tergejala autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi,
maka model regresi menjadi buruk karena akan menghasilkan parameter yang tidak logis dan
diluar akal sehat. Autokorelasi umumnya terjadi pada data time series, karena data time series
terikat dari waktu-waktu, beda halnya dengan data cross section yang tidak terikat oleh
waktu. Mendeteksi autokorelasi dengan menggunakan nilai Durbin Watson. Kriteria dalam
pengujian Durbin Watson yaitu(Sujarweni, 2016: 232) :
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar
residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau
random.
18
e = Error
i = Data Cross Section
t = Data Time Series
KD = 𝑅2 x 100%
KD = Koefisien determinasi
𝑅2 = Koefisien korelasi
19
DAFTAR PUSTAKA
Fahratun, F., Afifudin, A., & Anwar, S. A. (2021) Pengaruh Kecerdasan Emosional, Motivasi
Belajar Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Pemahaman Mata Kuliah Akuntansi
Halawa F (2020), Pengaruh kecerdasan emosi, lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar
dan dampaknya terhadap prestasi belajar mahasiswa. Jurnal Pengabdian dan
kewirausahaan
Keperilakuan Mahasiswa FEB Universitas Islam Malang. Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi
ii