Anda di halaman 1dari 19

Analisis laporan

keuangan
BAB 14
Kelompok 10
Wd. Utami Wardani (202130122)
Era Lusiana Sianipar (202130214)
Jendra Argubie (202130140)
Vilia Devita Lamalelang (202130008)
Debora Lessu (202130406)
Irna Raja (202130438)
Gweyneth Latumaenssa (202130112)
Sherly Prisilda Huwae (202130011)
Erna Watngil (202130102)
Dion Alvaro Mainake (202130505)
Haikal Abduh Pattimura (202130153)
Dasar-Dasar Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan termasuk di dalamnya mengevaluasi tiga


karakteristik: likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas. Kreditur jangka pendek, seperti
bank, sangat tertarik dengan likuiditas-kemampuan peminjam untuk membayar utang
ketika sudah jatuh tempo. Likuiditas peminjam sangat penting untukmengevaluasi
keamanan pinjaman. Kreditur jangka panjang, seperti pemegang obligasi, mementingkan
profitabilitas dan solvabilitas yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk
bertahan dalam waktu yang lama. Kreditur jangka panjang mempertimbangkan hal
tersebut sebagai jumlah utang dalam struktur modal perusahaan dan kemampuan untuk
membayar bunga. Serupa dengan itu, pemegang saham juga melihat profitabilitas dan
solvabilitas suatu perusahaan. Pemegang saham ingin mengukur kemungkinan dividen
dan pertumbuhan investasi mereka.
Pentingnya Analisis Perbandingan
Perbandingan dapat dilakukan berdasarkan beberapa basis. Tiga perbandingan
yang dijelaskan dalam bab ini adalah:
• Basis intraperusahaan.
Perbandingan dalam perusahaan kerap berguna untuk mendeteksi perubahan
pada posisi keuangan dan tren yang signifikan
• Rata-rata industri.
Perbandingan dengan rata-rata industri (industry averages) menyediakan
informasi mengenai posisi relatif perusahaan di antara industri-industri lain
yang sejenis.
• Intercompany basis (basis antar perusahaan).
Perbandingan dengan perusahaan lain memberikan pengetahuan mengenai
posisi kompetitif perusahaan.
Alat Analisis
Terdapat berbagai alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi seberapa penting data
laporan keuangan. Tiga alat yang biasa digunakan yaitu:
 Analisis horizontal
mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama periode waktu tertentu.
 Analisis vertikal
mengevaluasi data laporan keuangan dengan mengungkapkan masing-masing komponen
pada laporan keuangan sebagai persentase dari nilai dasarnya.
 Analisis rasio
mengungkapkan hubungan antara komponen-komponen tertentu pada data laporan
keuangan.
Analisis Horizontal
1. Laporan Posisi keuangan
Laporan Posisi keuangan yang dianalisis menggunakan dua atau tiga periode dimana periode yang lebih awal
digunakan sebagai dasar pembandingnya.
2. Laporan Saldo Laba
Analisis horizontal perubahan dari periode ke periode relatif sederhana dan cukup berguna. Tetapi, kerumitan
dapat terjadi saat melakukan perhitungan. Jika sebuah pos tidak memiliki nilai di tahun dasar atau tahun
sebelumnya tetapi memiliki nilai pada tahun berikutnya, persentase perubahan tidak dapat dihitung.
3. Laporan Laba Rugi
Untuk menjaga kelangsungan usaha dan untuk melunasi utang-utang yang akan jatuh tempo dalam jangka
pendek dan panjang, secara keseluruhan, kinerja keuangan dapat dikatakan sehat, karena mampu mencetak
penjualan, meminimalkan beban, sehingga dapat mencetak laba bersih. Yang perlu diperhatikan adalah rasio
utang yang cenderung tinggi.
Analisis Vertikal
Analisis vertikal (vertical analysis), atau disebut juga common-size analysis,

adalah teknik untuk mengungkapkan setiap pos pada laporan keuangan sebagai

persentase pada sebuah nilai dasar. Pada suatu laporan posisi keuangan, kita dapat

mengatakan bahwa aset lancar suatu perusahaan adalah 22% dari total aset-total aset-

sebagai nilai dasar. Atau pada sebuah laporan laba-rugi, dapat dikatakan bahwa beban

penjualan adalah 16% dari penjualan neto-penjualan neto sebagai nilai dasar.
Analisis Vertikal
1. Laporan Posisi Keuangan
Analisis vertikal menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing kategori pada laporan
posisi keuangan. Analisis vertikal juga dapat menunjukkan ekuitas perubahan (percentage
change) pada setiap pos pada aset, liabilitas.
2. Laporan Laba rugi
Manfaat terkait analisis vertikal yaitu, analisis tersebut memungkinkan dibuatnya
perbandingan berbagai jenis perusahaan dengan ukuran yang berbeda.
Analisis Rasio
Analisis rasio (ratio analysis) mengungkapkan hubungan antara pos-pos yang dipilih
pada laporan keuangan. Sebuah rasio (ratio) mengungkapkan hubungan matematis antara suatu
jumlah dengan yang lainnya. Hubungan tersebut dapat diungkapkan dalam persentase, angka, atau
proporsi sederhana.
Rasio dapat memberikan petunjuk bagi kondisi dasar yang mungkin tidak terlihat oleh
masing-masing komponen pada laporan keuangan, dalam membahas mengenai rasio akan digunakan
jenis perbandingan berikut:
1. Perbandingan intraperusahaan
2. Perbandingan rata-rata perusahaan
3. Perbandingan antarperusahaan
Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas (liquidity ratio) mengukur kemampuan jangka pendek


perusahaan untuk membayar utang-utang yang mendekati jatuh tempo serta memenuhi
kebutuhan kas yang tidak terduga. Kreditur jangka pendek seperti bank dan pemasok
tertarik kepada tingkat likuiditas suatu perusahaan.
Rasio Likuiditas
1. RASIO LANCAR
Rasio lancar (current ratio) banyak digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan dan kemampuan untuk membayar
utang dalam jangka pendek.
2. RASIO CEPAT
Rasio cepat (acid-test ratio atau quick ratio) merupakan suatu cara untuk mengukur likuiditas jangka pendek terdekat
suatu perusahaan. Rasio ini dihitung dengan cara membagi jumlah kas, investasi jangka pendek, dan piutang neto
dengan liabilitas lancar.
3. PERPUTARAN PIUTANG USAHA
Likuiditas dapat diukur dengan seberapa cepat sebuah perusahaan mengubah aset tertentu menjadi kas. Rasio yang
digunakan untuk mengukur likuiditas piutang adalah perputaran piutang usaha (account receivable turnover).
4. PERPUTARAN PERSEDIAAN
Perputaran persediaan (inventory turnover) mengukur berapa kali, rata-rata, persediaan terjual dalam periode tertentu.
Tujuannya adalah mengukur likuiditas persediaan. Perputaran persediaan dihitung dengan cara membagi beban pokok
penjualan dengan rata-rata persediaan.
Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas (profitability ratio) mengukur laba atau keberhasilan


operasi perusahaan dalam periode waktu tertentu. Laba, atau rugi, memengaruhi
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pendanaan melalui utang dan ekuitas. Hal
tersebut juga memengaruhi posisi likuiditas dan kemampuan perusahaan untuk tumbuh.
Akibatnya, kreditur dan investor tertarik mengevaluasi kemampuannya dalam
menghasilkan laba-profitabilitas. Analis kerap menggunakan profitabilitas sebagai tes
terakhir untuk mengevaluasi efektivitas operasi perusahaan.
Rasio Profitabilitas
5. MARGIN KEUNTUNGAN
Margin laba juga disebut sebagai imbal hasil penjualan (rate of return on sales). Margin keuntungan (profit margin) adalah perhitungan
persentase setiap euro penjualan yang menghasilkan laba neto. Margin keuntungan dapat dihitung dengan membagi laba neto dengan
penjualan neto.
6. PERPUTARAN ASET
Perputaran aset (asset turnover) mengukur seberapa efisien perusahaan memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini
diperoleh dengan cara membagi penjualan neto dengan rata-rata aset.
7. IMBAL HASIL ATAS ASET
Sebuah perhitungan profitabilitas yang menyeluruh adalah imbal hasil atas aset (return on asset). Rasio ini dapat dihitung dengan membagi
laba neto dengan aset rata-rata.
8. IMBAL HASIL ATAS EKUITAS PEMEGANG SAHAM BIASA
Rasio profitabilitas lain yang sering digunakan adalah imbal hasil atas ekuitas pemegang saham biasa (return on ordinary shareholder's
equity). Rasio tersebut mengukur profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
9. LABA PER LEMBAR SAHAM
Laba per lembar saham (earning per share-EPS) mengukur besaran laba neto yang diperoleh setiap lembar saham biasa. Dapat dihitung
dengan cara membagi laba neto yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar (outstanding
shares) dalam tahun tersebut. Jumlah laba yang diraih berdasarkan basis lembar saham menghasilkan sudut pandang yang berguna untuk
menentukan profitabilitas.
10. RASIO HARGA SAHAM TERHADAP LABA
Rasio harga saham terhadap laba (price-earnings ratio-PER) adalah cara yang sering digunakan untuk menghitung rasio harga pasar setiap
saham biasa dibandingkan dengan pendapatan per lembar saham. Rasio harga saham terhadap laba mencerminkan pengamatan investor atas
pendapatan suatu perusahaan di masa depan. Penghitungan rasio ini dilakukan dengan cara membagi harga pasar setiap lembar saham dengan
pendapatan per lembar saham.
11. RASIO PEMBAYARAN
Rasio pembayaran (payout ratio) mengukur persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen. Kita dapat menghitungnya dengan cara
membagi dividen tunai dengan laba neto.
Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas (solvency ratios) mengukur kemampuan perusahaan untuk


bertahan dalam waktu yang lama. Kreditur jangka panjang dan pemegang saham tertarik
pada kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan nilai nominal utang pada saat
jatuh tempo. Utang pada total aset dan berapa kali bunga akan diperoleh adalah dua rasio
yang memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar utang.
Rasio Solvabilitas

12. RASIO UTANG TERHADAP TOTAL ASET


Rasio utang terhadap total aset (debt to total assets ratio) mengukur persentase total aset yang dibiayai oleh kreditur.
Rasio ini dapat dihitung dengan cara membagi total utang (baik liabilitas lancar maupun tidak lancar) dengan total aset.
Rasio ini menunjukkan tingkat leverage perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
bertahan dari kerugian tanpa mengganggu pembayaran bunga kepada kreditur. Semakin tinggi persentase rasio utang
pada total aset, semakin besar risiko perusahaan tidak mampu membayar utangnya.
13. RASIO KELIPATAN BUNGA
Rasio kelipatan bunga (times interest earned) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga saat jatuh
tempo. Rasio ini dapat dihitung dengan cara membagi laba sebelum beban bunga dan pajak dengan beban bunga.
Kemampuan laba dan pos pos tidak
biasa
Pengguna laporan keuangan tertarik dengan konsep kemampuan laba.
Kemampuan laba (earning power) berarti level laba yang normal untuk diraih di masa
depan. Kemampuan laba berbeda dengan laba neto aktual sebesar pendapatan, beban,
laba, dan rugi yang tidak biasa. Pengguna tertarik dengan kemampuan laba karena
kemampuan laba membantu memperkirakan laba di masa depan tanpa "gangguan" dari
pos-pos yang tidak biasa (irregular items).
Kemampuan laba dan pos pos tidak
 Operasi yang Dihentikan
biasa
Operasi yang dihentikan mengacu kepada penghapusan komponen yang signifikan dalam sebuah bisnis, seperti
eliminasi konsumen kelas tinggi, atau keseluruhan operasi.
 Perubahan dalam Prinsip Akuntansi
Untuk memudahkan perbandingan, pengguna laporan keuangan mengharapkan perusahaan menyiapkan laporan dengan
basis yang konsisten dengan periode sebelumnya. Perubahan dalam prinsip akuntansi terjadi ketika prinsip yang
digunakan pada tahun berjalan berbeda dengan yang digunakan di tahun sebelumnya. Peraturan akuntansi mengijinkan
perubahan ketika manajemen dapat menunjukkan bahwa prinsip yang baru lebih baik daripada prinsip yang lama.
Contohnya adalah perubahan metode penentuan nilai persediaan (seperti FIFO menjadi harga rata-rata).
 Laba Komprehensif
Laporan laba rugi memuat sebagian besar pendapatan, beban, laba, dan rugi yang tercatat selama periode tertentu.
Tetapi, seiring berjalannya waktu, pengecualian spesifik atas praktik umum tersebut telah dikembangkan. Beberapa pos
saat ini melewati laba dan langsung dilaporkan pada modal.
Kualitas Laba

Dalam mengevaluasi kinerja keuangan suatu perusahaan, kualitas laba perusahaan sangat
penting bagi para analis. Perusahaan yang memiliki kualitas laba (quality of earnings) tinggi
menyediakan informasi yang menyeluruh dan transparan yang tidak akan membingungkan atau
menyesatkan pengguna laporan keuangan.
Permasalahan kualitas laba menjadi sangat penting karena skandal akuntansi terbaru
menyatakan beberapa perusahaan menghabiskan terlalu banyak waktu mengelola pendapatannya dan
tidak cukup waktu untuk mengelola bisnisnya. Inilah beberapa faktor yang memengaruhi kualitas
laba.
Kualitas Laba
 Metode Akuntansi Alternatif
Variasi di antara perusahaan-perusahaan dalam penerapan IFRS (International Financial Reporting Standards-Standar
Laporan Keuangan Internasional) dapat menghambat perbandingan dan mengurangi kualitas laba. Sebagai contoh,
sebuah perusahaan dapat menggunakan metode harga rata-rata (average-cost) dalam menghitung persediaan, sedangkan
perusahaan lain dalam industri yang sama dapat menggunakan FIFO.

 Pendapatan Pro Forma


Perusahaan yang sahamnya terbuka untuk publik harus menyajikan laporan laba ruginya sesuai dengan IFRS. Beberapa
perusahaan juga menerapkan cara kedua untuk melaporkan pendapatan, disebut pendapatan pro forma. Pendapatan pro
forma biasanya tidak memuat pos yang menurut perusahaan tidak wajar atau pro Untuk menghitung pendapatan pro
forma, perusahaan biasanya dapat tidak tidak berulang.

 Pengakuan yang Tidak Wajar


Karena beberapa manajer merasa tertekan oleh analis untuk meningkatkan pendapatan secara terus-menerus, mereka
memanipulasi angka pendapatan untuk memenuhi harapan tersebut. Penyalahgunaan yang sering terjadi adalah
pengakuan pendapatan yang tidak wajar. Salah satu praktik yang sering dilakukan perusahaan adalah penggelembungan
volume penjualan (channel stuffing): Menawarkan diskon yang tinggi kepada konsumen, perusahaan mendorong
konsumen untuk membeli barang di awal (menggelembungkan volume penjualan) dibanding di akhir.

Anda mungkin juga menyukai