Anda di halaman 1dari 67

ANALISA LAPORAN

KEUANGAN

#W7
Prosedur Analisis Dasar
Laporan keuangan dasar memberikan banyak informasi
yang dapat dipakai oleh para pengguna dalam
membuat keputusan ekonomis mengenai perusahaan.
Ada tiga metode untuk menganalisis suatu perusahaan
yaitu:

1. Analisis Horizontal

2. Analisis Vertikal

3. Analisis Common-Sized
Analisis Horizontal
Analisis persentase untuk kenaikan dan penurunan dalam pos-
pos terkait di laporan keuangan komparatif disebut analisis
horizontal (horizontal analysis). Jumlah masing-masing pos di
laporan keuangan terakhir dibandingkan dengan pos-pos terkait
di laporan keuangan satu periode sebelumnya atau lebih, yang
dibuat dalam bentuk berikut ini.
1. Jumlah kenaikan dan penurunan
2. Persentase kenaikan atau penurunannya.

Tampilan 1 merupakan laporan posisi keuangan komparatif singkat


untuk periode 31 Desember 2015 dan 2014 dari PT Larita, dengan
analisis horizontal. Di Tampilan 1, laporan posisi keuangan 31
Desember 2014 (periode yang lebih awal) digunakan sebagai tahun
dasar.
TAMPILAN 1 Laporan Posisi Keuangan
Komparatif – Analisis Horizontal
Tampilan 1 mengindikasikan bahwa total aset berkurang
sebesar Rp91.000.000 (7,4%), liabilitas berkurang sebesar
Rp133.000.000 (30,0%), dan ekuitas pemegang saham
meningkat sebesar Rp42.000.000 (5,3%). Investasi jangka
panjang berkurang sebesar Rp82.500.000. Terlihat
pengurangan sebesar Rp100.000.000 dalam liabilitas jangka
panjang terutama disebabkan oleh penjualan investasi jangka
panjang.

Laporan posisi keuangan dalam Tampilan 1 dapat didukung


dengan tabel tambahan yang meliputi akun aset dan
liabilitas. Sebagai contohnya, Tampilan 2 merupakan tabel
pendukung akun aset lancar PT Larita.
TAMPILAN 2 Tabel Komparasi Aset
Lancar—Analisis Horizontal
Tampilan 2 mengindikasikan bahwa kas dan investasi
meningkat, sementara piutang dan persediaan mengalami
penurunan. Penurunan dalam piutang dapat disebabkan oleh
perubahan dalam persyaratan kredit atau perbaikan kebijakan
penagihan yang mungkin menyebabkan kas meningkat.
Demikian pula, penurunan dalam persediaan mungkin
disebabkan oleh peningkatan penjualan atau menunjukkan
adanya perbaikan dalam manajemen persediaan.
TAMPILAN 3 Laporan Laba Rugi—
Analisis Horizontal
• Tampilan 3 mengilustrasikan analisis horizontal untuk laporan laba rugi
PT Larita tahun 2015 dan 2014. Tampilan 3 mengindikasikan adanya
kenaikan dalam penjualan sebesar Rp296.500.000 atau 24,0%. Namun,
persentase kenaikan dalam penjualan neto (24,0%) PT Larita disertai
dengan persentase kenaikan yang lebih besar dalam beban pokok
penjualan (27,2%).
• Hal ini berdampak pada laba bruto yang hanya naik sebesar 19,7%
meskipun penjualan meningkat sebesar 24,0%. Tampilan 3 juga
mengindikasikan adanya peningkatan beban penjualan sebesar 29,0%
sehingga peningkatan pada penjualan mungkin disebabkan oleh
adanya kampanye iklan yang meningkatkan beban penjualan. Beban
administrasi meningkat hanya 6,8%, total beban operasional
meningkat 20,7%, dan laba dari operasional meningkat sebesar 18,0%.
Beban bunga berkurang 50,0%. Hal ini dapat disebabkan oleh
penurunan sebesar 50,0% dari liabilitas jangka panjang (Tampilan 1).
Secara keseluruhan, laba neto meningkat 19,0% menunjukkan hasil
yang menguntungkan.
TAMPILAN 4 Laporan Laba Ditahan
Komparatif—Analisis Horizontal
Tampilan 4 mengilustrasikan analisis horizontal untuk tahun
2015 dan 2014 atas laporan laba ditahan PT Larita. Laporan
tersebut menunjukkan laba ditahan tahun tersebut
meningkat sebesar 30,5% karena adanya laba neto tahun
berjalan sebesar Rp91.000.000 dikurangi dengan dividen
sebesar Rp49.000.000.
Analisis Vertikal
Analisis persentase juga dapat digunakan untuk menunjukkan
hubungan masing-masing pos terhadap jumlah total dalam satu
laporan. Jenis analisis seperti ini disebut analisis vertikal (vertical
analysis). Analisis vertikal terbatas pada laporan individual.

Dalam analisis vertikal terhadap laporan posisi keuangan berikut.


1. Masing-masing pos aset dinyatakan sebagai persentase dari
total aset.
2. Masing-masing pos liabilitas dan ekuitas pemegang saham
dinyatakan sebagai persentase dari total liabilitas dan ekuitas
pemegang saham.
TAMPILAN 5 Laporan Posisi Keuangan
Komparatif—Analisis Vertikal
Tampilan 5 mengilustrasikan analisis vertikal laporan posisi
keuangan PT Larita pada 31 Desember 2015 dan 2014.
Tampilan 5 menunjukkan bahwa aset lancar naik dari 43,3%
menjadi 48,3% dari total aset. Investasi jangka panjang turun
dari 14,4% menjadi 8,3% dari total aset. Ekuitas pemegang
saham meningkat dari 64% menjadi 72,8% dari total liabilitas
dan ekuitas pemegang saham yang disertai penurunan
liabilitas yang dapat dibandingkan.
TAMPILAN 6 Laporan Laba Rugi
Komparatif—Analisis Vertikal
Tampilan 6 menunjukkan penurunan laba bruto dari 37,1% di
2014 menjadi 30,4% di 2015. Meskipun penurunannya hanya
1,3% (31,7% – 30,4%), dalam bentuk rupiah menunjukan
angka penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar
Rp19.500.000 (1,3% × Rp1.498.000) dari penjualan neto tahun
2014. Jadi. penurunan persentase yang kecil dapat
menyebabkan efek yang besar dalam jumlah rupiah.
Rasio Common-Sized
Dalam rasio common-sized, semua pos dinyatakan dalam
persentase tanpa nilai rupiah. Rasio common-sized sering kali
digunakan untuk membandingkan satu perusahaan dengan
perusahaan lain atau untuk membandingkan suatu perusahaan
dengan rata-rata industri.

Tampilan 7 mengilustrasikan rasio common-sized terhadap laporan


laba rugi PT Larita dan PT Marita. Tampilan 7 menununjukkan
bahwa PT Larita memiliki tingkat laba bruto sedikit lebih tinggi
(30,4%) daripada PT Marita (30,0%). Akan tetapi PT Larita memilki
persentase beban penjualan (12,8%) dan beban administrasi (6,9%)
yang lebih tinggi dari pada PT Marita (11,5% dan 4,1%) sehingga
laba dari operasional PT Larita (10,7%) lebih rendah daripada PT
Marita (14,4%).
TAMPILAN 7
Rasio Common-Sized
terhadap Laporan Laba Rugi

PT. LARITA PT. MARITA


Ukuran Analisis Lainnya
Hasil dari proses analisis bukanlah suatu kesimpulan
yang pasti dan satu-satunya. Ukuran-ukuran analisis
tersebut hanyalah panduan dalam mengevaluasi data
operasional dan keuangan. Banyak faktor-faktor lainnya
seperti tren industri dan keadaan ekonomi secara
umum yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menganalisis suatu perusahaan.
Analisis Solvabilitas dan Likuiditas
Seluruh pengguna laporan keuangan tertarik dengan
kemampuan perusahaan untuk
1. Membayar liabilitasnya saat jatuh tempo (likuiditas
dan solvabilitas) dan
2. Menghasilkan laba (profitabilitas)

Likuiditas : Kemampuan perusahaan untuk mengubah aset


menjadi kas.
Solvabilitas : kemampuan perusahaan untuk membayar
liabilitasnya.
Analisa Likuiditas dan
Solvabilitas
Likuiditas dan solvabilitas biasanya dapat dinilai dengan menggunakan:
1. Analisis posisi lancar
1. Modal kerja (working capital)
2. Rasio lancar (current ratio)
3. Rasio cepat (quick ratio)
2. Analisis piutang usaha
1. Perputaran piutang usaha (accounts receivable turnover)
2. Jumlah hari penjualan dalam piutang (number of days’ sales in receivable)
3. Analisis persediaan
1. Perputaran persediaan (inventory turnover)
2. Jumlah hari penjualan dalam persediaan (number of days’ sales in inventory)
4. Rasio aset tetap terhadap liabilitas jangka panjang
5. Rasio liabilitas terhadap ekuitas pemegang saham
6. Ukuran berapa kali beban bunga diperoleh
Analisis Posisi Lancar
Kemampuan perusahaan untuk membayar liabilitas lancarnya disebut sebagai
analisis posisi lancar (current position analysis). Analisis ini sering dilakukan oleh
kreditur jangka pendek yang meliputi:
1. Modal kerja (working capital)
2. Rasio lancar (current ratio)
3. Rasio cepat (quick ratio)
Modal Kerja
Modal Kerja (Working Capital) Modal kerja suatu perusahaan adalah selisih
antara aset lancar dengan liabilitas lancar.
Modal Kerja = Aset Lancar – Liabilitas Lancar/jangka pendek

Sebagai ilustrasi, modal kerja PT Astra International Tbk. untuk tahun 2016 dan
2015 adalah sebagai berikut.
Dalam Miliar Rupiah 2016 (Rp) 2015 (Rp)
Aset Lancar 110.403 105.161
Liabilitas Jangka Pendek (89.079) (76.242)
Modal Kerja 21.324 28.919

Kenaikan modal kerja meningkatkan likuiditas, karena asset lancar tersedia


untuk peggunaan selain pembayaran liabilitas jangka pendek.
• Modal kerja sering kali digunakan dalam mengevaluasi
kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang telah
jatuh tempo dan terutama berguna dalam membuat
perbandingan bulanan atau antara periode satu dengan
lainnya untuk sebuah perusahaan.
• Akan tetapi, jumlah modal kerja sulit dinilai saat
membandingkan perusahaan dengan ukuran yang berbeda
atau dalam membandingkan angka perusahaan dengan
angka industri.
Rasio Lancar
• Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar sering kali disebut sebagai rasio modal
kerja dengan perhitungan sebagai berikut.

• Rasio lancar merupakan indikator yang lebih dapat diandalkan daripada modal
kerja untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan membayar liabilitas
lancarnya dan rasio lancar lebih mudah digunakan untuk membandingkan
antarperusahaan.
Contoh
PT. Indofood Sukses PT. Nippon Indosari PT. Tiga Pilar Sejahtera
Makmur Tbk. Corporindo Tbk. Food Tbk.
Tahun 2 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 1
Aset Lancar 42.816.745 41.014.127 812.991 420.316 4.463.635 3.977.086
Liabilitas Jangka Pendek 25.107.538 22.658.835 395.920 307.609 2.750.456 1.493.308
Modal Kerja
Rasio Lancar

Interpreasikan hasilnya!.
Bandingkan ukuran perusahaan dengan rasio lancarnya.
Rasio Cepat (Quick Ratio)
• Keterbatasan modal kerja dan rasio lancar adalah tidak
mempertimbangkan jenis asset lancer yang dimiliki perusahaan dan
tingkat kemudahan untuk mengubahnya menjadi kas.
Dalam Miliar Rupiah PT. Astra International, PT. Mobil Karya
Tbk. (Rp) (Perusahaan Fiktif) (Rp)
Kas 29.357 11.341
Investasi 899 123
Piutang Usaha 56.126 32.145
Persediaan 17.771 53.212
Beban dibayar dimuka 6.250 13.582
Total Aset Lancar 110.403 110.403
Liabilitas Jangka Pendek (89.079) (89.079)
Modal Kerja 21.324 21.324
Rasio Lancar 1,24 1,24
Rasio Cepat (Quick Ratio) (cont.)
• Merupakan suatu rasio yang mengukur secara “instan” kemampuan
suatu perusahaan untuk membayar liabilitasnya.
• Biasanya disebut sebagai acid test ratio

• Aset cepat (quick asset), adalah kas dan asset lancer lainnya yang
dapat dengan mudah dan cepat diubah menjadi kas.
• Aset cepat, biasanya terdiri atas kas, investasi temporer, dan piutang
• Yang tidak termasuk :Persediaan dan beban dibayar dimuka
Contoh

Dalam Miliar Rupiah PT. Astra International, PT. Mobil Karya


Tbk. (Rp) (Perusahaan Fiktif) (Rp)
Kas 29.357 11.341
Investasi 899 123
Piutang Usaha 56.126 32.145
Persediaan 17.771 53.212
Persediaan & Beban dibayar dimuka:
Beban dibayar dimuka Tidak termasuk
6.250 13.582
Total Aset Cepat 86.382 80.591
Liabilitas Jangka Pendek (89.079) (89.079)
Modal Kerja (2.697) 4.349
Rasio Lancar 0,97 1,06
Analisis Piutang Usaha
Kemampuan perusahaan untuk menagih (mendapatkan pelunasan)
piutang usahanya disebut sebagai analisis piutang usaha (account
receivable analysis). Perhitungan dan analisisnya meliputi:
1. Perputaran piutang usaha (accounts receivable turnover)
2. Jumlah hari penjualan dalam piutang (number of days’ sales in
receivables)

• Dengan mendapatkan pelunasan piutang usaha secepat


mungkin, hal tersebut akan meningkatkan likuiditas
perusahaan. Selain itu, kas yang didapatkan dari piutang dapat
digunakan untuk mengembangkan atau memperluas kegiatan
operasional perusahaan. Penagihan yang cepat juga akan
mengurangi risiko kerugian akibat piutang yang tak tertagih.
Perputaran Piutang Usaha (Accounts
Receivable Turnover)
Mengukur berapa kali piutang dapat diubah menjadi kas selama
tahun berjalan.
Dengan syarat kredit n/30, piutang seharusnya dapat berputar lebih
dari 12 kali per tahun.

• Piutang usaha rata2 dapat dihitung menggunakan data bulanan, atau


rata2 dari piutang usaha awal tahun dan akhir tahun.
• Ketika penjualan terjadi secara musiman yang mengakibatkan
adanya variasi sepanjang tahun, maka saldo bulanan piutang yang
sering kali digunakan. Selain itu, jika dalam transaksi penjualan kredit
termasuk wesel tagih dan piutang usaha, maka wesel tagih dan
piutang usaha biasanya dikombinasikan untuk melakukan analisis.
Contoh: PT. Holcim Indonesia
2016 (Rp) 2015 (Rp)
Penjualan 9.458,4 9.239,0
Piutang Usaha
Awal Tahun 1.113,7 1.058,2
Akhir Tahun 1.040,5 1.113,7
Piutamg Usaha Rata2
Perputaran Piutang Usaha

Interpreasikan hasilnya!.
Bandingkan efisiensi penagihan piutang PT. Holcim dari tahun ke tahun
Jumlah Hari Penjualan dalam Piutang
Usaha (Number of Days’ Sales in Receivable).
• Merupakan estimasi lamanya piutang belum dibayar.
• Dengan syarat kredit n/30, jumlah hari penjualan dalam
piutang seharusnya kurang dari 30 hari
𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑈𝑠𝑎h𝑎 𝑅𝑎𝑡𝑎2
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑈𝑠𝑎h𝑎=
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑎2

• Penjualan harian rata2 dhitung dengan membagi penjualan


dengan 365 hari.
• Secara umum, efisiensi dalam penagihan piutang usaha
meningkat ketika perputaran piutang usaha meningkat atau
jumlah hari penjualan dalam piutang turun
Contoh: PT. Holcim Indonesia (lanjutan)
Dalam Miliar Rupiah 2016 (Rp) 2015 (Rp)
Penjualan harian rata2
Jumlah hari Penjualan dalam Piutang Usaha

Interpreasikan hasilnya!.
Bandingkan efisiensi dalam penagihan piutang usaha PT. Holcim dari tahun ke tahun
Analisis Persediaan
Kemampuan suatu perusahaan untuk mengatur efisiensi persediaan
dievaluasi dengan menggunakan analisis persediaan (inventory
analysis).
Perhitungan dan analisisnya meliputi:
1. Perputaran persediaan (inventory turnover)
2. Jumlah Hari Penjualan Dalam Persediaan (number of days’
sales in inventory)

• Kelebihan persediaan mengurangi likuiditas. karena kas masih terpakai untuk


persediaan atau melekat di persediaan. Selain itu kelebihan persediaan meningkatkan
beban asuransi, pajak properti, beban penyimpanan, dan beban lain yang berkaitan
dengan persediaan. Beban-beban tersebut nantinya akan mengurangi dana yang
dapat digunakan untuk keperluan lain misalnya perluasan operasional.
• Kelebihan persediaan juga meningkatkan risiko kerugian karena penurunan harga
atau kerusakan persediaan. Di sisi lain, suatu perusahaan sebaiknya tetap menjaga
jumlah kecukupan persediaan sehingga tidak kehilangan pelanggan karena kekurangan
persediaan.
Perputaran Persediaan (Inventory
Turnover)
Perhitungan perputaran persediaan adalah sebagai berikut.

• Perputaran persediaan meningkat karena adanya peningkatan beban


pokok penjualan yang mengindikasikan adanya peningkatan penjualan
dan penurunan persediaan rata-rata.
• Perbedaan jenis persediaan, perusahaan, dan industri menyebabkan
terlalu sulit untuk menentukan suatu tingkat perputaran persediaan yang
dianggap baik.
• Secara umum, semakin besar nilai perputaran persediaan, semakin
efisien dan efektif pengelolaan persediaan.
Contoh: PT. Matahari Dept. Store
Dalam Jutaan Rupiah Untuk tahun yang berakhir pada: 2015
2016
Beban Pokok Penjualan 3.685.279 3.335.638
Persediaan:
Awal tahun 1.007.811 955.231
Akhir Tahun 995.276 1.007.811
Persediaan Rata2
Perputaran Persediaan

Interpretasikan!
Bagaimana efisiensi dan efektifitas perusahaan dalam mengelola persediaan dari tahun ke tahun?
Jumlah Hari Penjualan dalam Persediaan
(Number of Days’ Sales in Inventory)
Mengukur jumlah waktu yang diperlukan untuk memperoleh, menjual, dan
mengganti persediaan.
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑎2
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h h𝑎𝑟𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛=
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑎 2 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛

Beban Pokok Penjualan Rata2 harian ditentukan dg membagi beban pokok


penjualan dengan 365
Umumnya, semakin rendah Jumlah hari penjualan dalam persediaan, semakin
efisien dan efektif perusahaan dalam mengelola persediaan.
Contoh: PT. Matahari Dept. Store (lanjutan)
Dalam Jutaan Rupiah Untuk tahun yang berakhir pada: 2015
2016
Beban Pokok Penjualan 3.685.279 3.335.638
Beban Pokok Penjualan rata2
Persediaan rata2
Jumlah hari penjualan dalam persediaan

Interpretasikan!
Bagaimana efisiensi dan efektifitas perusahaan dalam mengelola persediaan dari tahun ke tahun?
Rasio Aset Tetap terhadap Liabilitas
Jangka Panjang
• Rasio aset tetap terhadap liabilitas jangka panjang (ratio
of fixed assets to long-term liabilities) merupakan suatu
ukuran mengenai kemampuan untuk membayar surat
utang atau obligasi jangka panjang. Aset tetap digunakan
karena sering kali dijadikan sebagai jaminan untuk surat
utang dan obligasi jangka panjang. Perhitungannya adalah
sebagai berikut.
Contoh: PT. Astra International, Tbk
Dalam Miliar Rupiah 2016 (Rp) 2015(Rp)
Aset tetap (neto) 43.237 41.702
Liabilitas jangka Panjang 32.870 42.660
Rasio Aset Tetap terhadap Liabilitas Jangka Panjang 1,32 0,98

• Selama 2016, rasio asset terhadap liabilitas jangka panjang PT. Astra
mengalami kenaikan dari 0,98 menjadi 1,32.
• Kenaikan ini dikarenakan adanya pembayaran kurang lebih seperempat dari
liabilitas jangka Panjang PT Astra di tahun 2016
Rasio Liabilitas terhadap Ekuitas
Pemegang Saham
• Rasio liabilitas terhadap ekuitas pemegang saham (ratio of liabilities to
stockholders’ equity) merupakan suatu ukuran berapa banyak aset dan kegiatan
perusahaan yang dibiayai dengan liabilitas dan ekuitas. Perhitungannya adalah
sebagai berikut.

Semakin kecil nilai nya:


- semakin baik kemampuan bertahan perusahaan dalam kondisi bisnis yang buruk
- Dan semakin baik kemampuannya dalam membayar kreditur.
Contoh
Dalam Miliar Rupiah Tahun Berjalan (Rp) Tahun Sebelumnya (Rp)
Ace Hardware Indonesia
Total Liabilitas 682,4 638,7
Total Ekuitas Pemegang Saham 3.048,7 2.628,8
KFC
Total Liabilitas 1.354,6 1.195,6
Total Ekuitas Pemegang Saham 1.223,2 1.114,9

Berapa Rasio Liabilitas terhadap Ekuitas Pemegang Saham diantara ke-2 perusahaan tersebut.
Mana yang lebih berisiko terhadap pemegang sahamnya?
Interpretasikan hasilnya!
Berapa Kali Beban Bunga Diperoleh
• Atau rasio laba sebelum pajak terhadap beban bunga
• Pengukuran risiko atas beban bunga yang tidak terbayar jika laba
menurun disebut sebagai berapa kali beban bunga diperoleh
(number of times interest charges are earned) atau rasio tertutupnya
beban tetap (fixed charged coverage ratio). Perhitungannya adalah
sebagai berikut.
Berapa kali beban bunga diperoleh

• Beban bunga dibayar sebelum pembayaran pajak penghasilan. Dengan


kata lain, beban bunga menjadi pengurang dalam menentukan
penghasilan kena pajak. Semakin tinggi rasionya maka kemungkinan
beban bunga terbayar akan semakin tinggi jika laba menurun.
Contoh: PT. Astra International, Tbk
Dalam Miliar Rupiah 2016 (Rp) 2015(Rp)
Laba sebelum pajak penghasilan 22.263 19.630
Beban Bunga 1.745 1.370
Jumlah yang tersedia untuk membayar beban bunga 24.008 21.000
Rasio laba sebelum pajak terhadap beban bunga 13,75 15,32

• Rasio laba sebelum pajak terhadap beban bunga PT. Astra International, Tbk. Menurun.
• Hal ini mengindikasikan bahw peningkatan risiko atas pembayaran bunga,
• Tetapi PT Astra memiliki cukup laba untuk membayar beban bunganya.
Rasio Laba Netto terhadap Saham
Preferen
• Rasio Laba neto terhadap saham preferen, atau
• Berapa kali dividen saham preferen diperoleh dapat digunakan untuk perhitungan
berapa kali dividen atas saham preferen diperoleh (the number of times preferred
devidends are earned). Perhitungannya adalah sebagai berikut.

• Dividen dibayarkan setelah pajak, sehingga laba neto digunakan dalam perhitungan
berapa kali dividen saham preferen diperoleh. Semakin tinggi rasionya, maka
kemungkinan dividen saham preferen terbayar akan semakin tinggi jika terjadi
penurunan laba.
Analisis Profitabilitas
Analisis profitabilitas menitikberatkan pada kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba. Kemampuan ini dapat dilihat dari hasil kegiatan operasional perusahaan
yang dilaporkan di dalam laporan laba rugi. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba juga bergantung pada aset yang tersedia untuk kegiatan operasional perusahaan yang
dilaporkan di laporan posisi keuangan. Dengan demikian hubungan antara laporan laba rugi
dan laporan posisi keungan sering kali digunakan dalam mengevaluasi profitabilitas.
Analisis utama untuk profitabilitas antara lain:
1. Rasio penjualan terhadap aset
2. Tingkat pengembalian terhadap total aset
3. Tingkat pengembalian terhadap ekuitas pemegang saham
4. Tingkat pengembalian terhadap ekuitas pemegang saham biasa
5. Laba per saham biasa
6. Rasio harga terhadap laba
7. Dividen per saham
8. Dividend Yield
Rasio Penjualan terhadap Aset
• Rasio penjualan neto terhadap aset (ratio of net sales to assets) mengukur
seberapa efektif perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan
pernjualan.

• Aset yang digunakan dalam perhitungan : bisa berupa asset pada akhir tahun,
rata2 asset pada awal tahun, atau rata2 asset pada awal bulan.
• Dalam perhitungan tersebut investasi jangka panjang tidak dimasukkan karena
investasi jangka panjang tidak memiliki hubungan dengan kegiatan operasional
normal dan penjualan neto.
Contoh
• PT. Midi Utama Indonesia (AlfaMidi)
Dalam Miliar Rupiah 2016 (Rp) 2015 (Rp)
Total Pendapatan (Penjualan) 8.493,1 7.171,9
Total Aset
Awal Tahun 3.232,6 2.575,9
Akhir Tahun 4.261.3 3.232,6

• Hypermart
Dalam Miliar Rupiah 2016 (Rp)
Total Pendapatan (Penjualan) 13.527
Total Aset
Awal Tahun 6.033
Akhir Tahun 6.702

Interpretasikan!.
Mana yang lebih efisien dalam menggunakan asetnya?
Tingkat Pengembalian terhadap Total Aset
• Tingkat pengembalian terhadap total aset (rate earned on total assets)
mengukur profitabilitas total aset tanpa mempertimbangkan bagaimana
aset didanai. Dengan kata lain, ukuran ini tidak terpengaruh pada porsi aset
yang didanai oleh kreditur atau pemegang saham. Perhitungannya adalah
sebagai berikut.

• Tingkat pengembalian terhadap total aset dihitung dengan menambahkan


beban bunga ke laba neto sehingga dampak dari apakah aset dibiayai dari
kreditur atau pemegang saham dapat dieliminasi. Oleh karena laba neto
termasuk laba yang diperoleh dari investasi jangka panjang maka total aset
rata-rata termasuk total investasi jangka panjang dan juga aset operasional
neto.
• Sebagai ilustrasi, tingkat pengembalian atas total asset PT. Astra
International, Tbk. Adalah sebagai berikut.
• Total asset pada awal tahun 2015 adalah Rp. 236.027 miliar
Dalam Miliar Rupiah 2016 (Rp) 2015 (Rp)
Laba neto 18.302 15.613
Beban Bunga 1.745 1.370
Total 20.047 16.983
Total Aset
Awal Tahun 245.435 246.027
Akhir Tahun 261.855 245.435
Total 507.290 481.462
Total asset rata2
Total Pengembalian terhadap asset rata2

Interpretasikan!.
Tingkat Pengembalian Terhadap Total asset, dari tahun ke tahun
Tingkat pengembalian terhadap aset
untuk kegiatan operasional
• Tingkat pengembalian terhadap aset untuk kegiatan
operasional (rate earned on operating assets) dihitung ketika
terdapat jumlah laba dan beban yang besar yang berasal dari
selain kegiatan operasional. Perhitungannya adalah sebagai
berikut.
Tingkat Pengembalian terhadap Ekuitas
Pemegang Saham
• Tingkat pengembalian terhadap ekuitas pemegang saham (rate earned on
stockholders’ equity) mengukur tingkat laba yang diperoleh terhadap
jumlah investasi pemegang saham. Perhitungannya adalah sebagai berikut.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑁𝑒𝑡𝑜
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑡h𝑑 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑎h𝑎𝑚=
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝑅𝑎𝑡𝑎− 𝑟𝑎𝑡𝑎

• Tingkat pengembalian terhadap ekuitas pemegang saham biasanya lebih


tinggi daripada tingkat pengembalian terhadap total aset. Hal ini terjadi
karena dampak dari adanya leverage yaitu suatu keadaan ketika perusahaan
menggunakan utang untuk meningkatkan pengembalian investasi. Leverage
dihitung dari selisih antara tingkat pengembalian terhadap ekuitas
pemegang saham dengan tingkat pengembalian terhadap total aset.
• Sebagai ilustrasi, tingkat pengembalian terhadap ekuitas pemegang
saham PT. Astra International, Tbk. Adalah sebagai berikut.
• Total ekuitas pemegang saham pada awal tahun 2015 adalah Rp.
120.187 miliar
Dalam Miliar Rupiah 2016 (Rp) 2015 (Rp)
Laba neto 18.302 15.613
Ekuitas pemegang saham 1.745 1.370
Awal Tahun 126.533 120.187
Akhir tahun 139.906 126.533
Total 266.439 246.720
Ekuitas Pemegang Saham Rata2
Tingkat Pengembalian terhadap ekuitas
pemegang saham

Interpretasikan!.
Tingkat Pengembalian Terhadap ekuitas pemegang saham, dari tahun ke tahun
Tingkat Pengembalian terhadap
Ekuitas Pemegang Saham Biasa
• Tingkat pengembalian terhadap ekuitas pemegang saham biasa (rate earned on
common stockholder’s equity) mengukur tingkat laba yang diperoleh terhadap
jumlah investasi pemegang saham biasa. Perhitungannya adalah sebagai berikut.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑁𝑒𝑡𝑜− 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝑃𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛


𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑡h𝑑 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎=
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

• Pemegang saham preferen memiliki klaim atas laba di atas pemegang saham
biasa
• Sehingga dalam perhitungan tersebut, dividen saham preferen akan dikurangkan
dari laba netto
31 Desember
2016 (Rp) 2015(Rp) 2014(Rp)
Saham biasa, nilai pari Rp. 50 2.024 2.024 2.024
Saldo laba 101.642 92.989 87.342
Ekuitas Pemegang Saham Biasa 103.666 95.013 89.366

• Dengan menggunakan informasi tersebut, perhitungan tingkat pengembalian terhadap ekuitas


pemegang saham biasa, adalah sbb;

Dalam Miliar Rupiah 2016 (Rp) 2015 (Rp)


Laba neto 18.302 15.613
Ekuitas pemegang saham biasa: 1.745 1.370
Awal Tahun
Akhir tahun
Total 266.439 246.720
Ekuitas Pemegang Saham biasa Rata2
Tingkat Pengembalian terhadap ekuitas
pemegang saham biasa

Interpretasikan!.
Tingkat Pengembalian Terhadap ekuitas pemegang saham biasa, dari tahun ke tahun
Laba per Saham Biasa
• Laba per saham biasa (earning per share on common stock) mengukur pembagian laba
yang diperoleh oleh setiap lembar saham biasa. Laba per saham biasa merupakan
informasi yang harus dilaporkan di dalam laporan laba rugi sehingga laba per saham
seringkali muncul dalam berita-berita keuangan untuk publik. Perhitungannya adalah
sebagai berikut.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑁𝑒𝑡𝑜 − 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝑃𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛


𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

• Ketika saham biasa dan preferen beredar, dividen saham preferen dikurangkan dari laba
neto untuk menentukan laba yang berkaitan dengan saham biasa.
• Sebagai ilustrasi, perhitungan laba per saham biasa PT. Astra
International, Tbk. Adalah sebagai berikut.

Dalam Miliar Rupiah 2016 (Rp) 2015 (Rp)


Laba neto 18.302 15.613

Jumlah lembar saham biasa yang beredar 60.000.000.000 60.000.000.000


(dinyatakan dalam jumlah saham)
Laba per saham biasa (dinyatakan dalam rp)

Interpretasikan!.
Laba per saham biasa PT. Astra, dari tahun ke tahun
Rasio Harga terhadap Laba
• Rasio harga saham biasa terhadap laba (price-earnings ratio)
mengukur prospek laba perusahaan di masa depan. Seringkali
rasio ini ditampilkan pada berita keuangan dengan perhitungan
sebagai berikut.

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑡h𝑑 𝐿𝑎𝑏𝑎 ( )


𝑃
𝐸
=
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎
• Sebagai contoh, rasio harga saham biasa terhadap laba PT. Astra
International, Tbk. Adalah sebagai berikut.

Dalam Miliar Rupiah 2016 (Rp) 2015 (Rp)


Harga pasar per lembar saham biasa 8.275 6.000

Harga per lembar saham biasa 305 206


Rasio harga saham biasa per laba

Interpretasikan!.
Rasio harga saham biasa per laba PT. Astra, dari tahun ke tahun
Dividen per Saham
• Dividen per saham (devidends per share) mengukur berapa banyak
bagian laba yang didistribusikan kepada pemegang saham biasa.
Perhitungannya adalah sebagai berikut

𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎


𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑆𝑎h𝑎𝑚=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
• Sebagai ilustrasi, perhitungan dividen per lembar saham PT. Astra
International, Tbk. Adalah sebagai berikut.

Dalam Miliar Rupiah 2016 (Rp) 2015 (Rp)


Dividen saham biasa 8.144 10.590

Jumlah lembar saham biasa yang beredar 60.000.000.000 60.000.000.000


(dinyatakan dalam jumlah saham)
Dividen per saham biasa (dinyatakan dalam rp)

Interpretasikan!.
Dividen per saham biasa PT. Astra, dari tahun ke tahun
Dividend Yield
• Dividend yield pada saham biasa mengukur tingkat pengembalian
kepada pemegang saham biasa yang berupa dividen kas. Hal ini
penting bagi investor yang tujuan utamanya adalah untuk menerima
pengembalian (dividen) dari investasinya. Perhitungannya adalah
sebagai berikut.

𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎


𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑=
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎h𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎
• Sebagai ilustrasi, perhitungan dividen yield PT. Astra International,
Tbk. Adalah sebagai berikut.

Dalam Miliar Rupiah 2016 (Rp) 2015 (Rp)


Dividen per saham biasa 135,73 176,5

Harga saham per lembar saham biasa 8.275 6.000


Dividen yield terhadap saham biasa

Interpretasikan!.
Dividen yield PT. Astra, dari tahun ke tahun
Laporan Tahunan Perusahaan
Perusahaan publik menerbitkan laporan tahunan yang merangkum
kegiatan operasional perusahaan selama tahun sebelumnya dan
rencana untuk kedepannya. Laporan tahunan tersebut terdiri atas
laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Selain itu,
laporan tahunan biasanya terdiri atas:
1. Pembahasan dan analisis oleh manajemen
2. Laporan pengendalian internal
3. Laporan atas kewajaran laporan keuangan
Terima Kasih

67

Anda mungkin juga menyukai