Anda di halaman 1dari 12

RESUME

FINANCIAL STATEMENTS ANALYSIS AND FINANCIAL MODELS

Perbandingan harga saham dengan pendapatan adalah contoh penggunaan rasio keuangan.
Berbagai macam rasio keuangan semua dirancang untuk meringkas aspek-aspek tertentu dari
posisi keuangan perusahaan. Bab ini akan membahas cara menganalisis laporan keuangan
dan menghitung rasio keuangan, serta menjelaskan tentang siapa yang menggunakan
informasi ini dan mengapa.

Financial Statements Analysis

Tujuan bab ini untuk memperluas pemahaman tentang penggunaan (dan penyalahgunaan)
informasi laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sarana utama untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan baik di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan. Hal inilah yang menjadi tujuan penting akuntan untuk melaporkan informasi
keuangan kepada pengguna dalam pengambilan keputusan. Namun ironisnya, informasi
tersebut seringkali tidak sampai kepada pengguna karena tidak dilengkapi dengan panduan
pengguna.

Standardizing Statements

Kegunaan laporan keuangan adalah untuk saling diperbandingkan, tetapi hampir tidak
mungkin karena perbedaan ukuran perusahaan. Oleh karena itu diperlukannya
menstandarisasi laporan keuangan dan salah satu cara umum dan dianggap berguna untuk
melakukan pembandingan ini adalah dengan mem-percentages baru membandingkannya.

Common-Size Balance Sheets & Income Statement

Menyimpulkan dan membandingkan kinerja dalam laporan keuangan pertahun dari 1


perusahaan lebih mudah jika menggunakan persentase. Contoh :

Ratio Analysis

Cara lain untuk menghindari masalah saat membandingkan perusahaan adalah dengan
perhitungan dan membandingkannya dengan rasio keuangan. Rasio tersebut adalah cara
membandingkan dan menyelidiki hubungan antara bagian yang berbeda dari informasi
keuangan. Satu masalah penggunaan rasio adalah bahwa tiap orang dan sumber laporan
keuangan yang berbeda sering tidak menghitungnya dengan cara yang persis sama dan dapat
menyebabkan kebingungan. Rasio keuangan biasanya dikelompokkan ke dalam kategori
sebagai berikut:

1. Rasio likuiditas
2. Rasio Solvabilitas
3. Manajemen aset, atau rasio perputaran.
4. Rasio profitabilitas.
5. Rasio nilai pasar.

1. Short-Term Solvency or Liquidity Measures

Rasio solvabilitas jangka pendek memberikan informasi tentang likuiditas perusahaan.


Tujuan utamanya untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar tagihannya
dalam jangka pendek tanpa tekanan yang berarti. Sehingga rasio ini fokus pada aset lancar
dan kewajiban lancar. Menjadikan rasio ini sangat menarik bagi kreditur jangka pendek.
Karena manajer keuangan terus-menerus bekerja dengan bank dan pemberi pinjaman jangka
pendek. Tak hanya itu, salah satu keuntungan dari melihat aset dan kewajiban lancar adalah
nilai buku dan nilai pasarnya cenderung serupa (tingkat likuiditasnya yang tinggi).

a) Current Ratio

Rasio likuiditas yang paling banyak digunakan adalah current ratio. Karena aset dan
kewajiban lancar dapat dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu kurang dari 12 bulan.
Satuan pengukuran adalah nominal atau kali. Bagi kreditur jangka pendek seperti pemasok,
semakin tinggi current rasio, maka lebih baik. Sedangkan untuk perusahaan, current ratio
yang tinggi menunjukkan likuiditas, tetapi juga dapat menunjukkan\ penggunaan yang kas
dan aset jangka pendek yang tidak efisien. Apabila current ratio kurang dari 1 menandakan
bukan perusahaan yang sehat karena modal kerja bersih (saat ini aset dikurangi kewajiban
lancar) adalah negatif. Seperti rasio lainnya, current ratio dipengaruhi oleh berbagai jenis
transaksi. Misalnya,perusahaan meminjam dalam jangka panjang untuk mengumpulkan uang.
Efek jangka pendeknya adalah peningkatan kas dari hasil penerbitan dan peningkatan utang
jangka panjang. Kewajiban lancar tidak akan terpengaruh, jadi current rasio akan naik.

b) Quick (or Acid-Test) Ratio


Persediaan seringkali merupakan aset lancar yang paling tidak likuid dan juga nilai bukunya
paling tidak bisa diandalkan sebagai ukuran nilai pasar karena kualitas persediaan tidak
dipertimbangkan (kemungkinan rusak, usang, atau hilang). Apalagi persediaan yang relatif
besar sering kali merupakan tanda masalah jangka pendek. Perusahaan mungkin telah
melebih-lebihkan penjualan dan overbought atau overproduced sebagai hasilnya. Dengan
indikasi perusahaan mungkin memiliki sebagian besar likuiditasnya terikat dalam persediaan
yang bergerak lambat. Rumus perhitungannya sama dengan current ratio hanya persediaan
tidak dihitung. Perlu diperhatikan bahwa menggunakan uang tunai untuk membeli persediaan
tidak mempengaruhi rasio lancar, tetapi mengurangi quick perbandingan.

c) Cash Ratio

Kreditur jangka pendek mungkin tertarik dengan cash ratio karena menggambarkan
kemampuan kas perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya.

2. Long-Term Solvency Measures

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan jangka panjang perusahaan untuk memenuhi


kewajibannya (leverage).

a. Total Debt Ratio

Berguna untuk mengukur total kewajiban perusahaan sebagai persentase dari total asetnya
(menunjukkan beban utang perusahaan secara keseluruhan).

b. Debt Equity Ratio (DER)

Rasio keuangan yang membandingkan jumlah hutang dengan ekuitas. Ekuitas dan jumlah
hutang yang digunakan untuk operasional perusahaan harus berada dalam jumlah yang
proporsional. Semakin tinggi rasio yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula jumlah hutang
atau kewajiban perusahaan untuk melunasi hutang yang harus dibayar baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.

c. Equity Multiplayer

Rasio yang membandingkan antara total aset yang dimiliki dengan jumlah ekuitas yang
dimiliki perusahaan. Semakin kecil nilai rasio ini, maka semakin besar pendanaan yang
digunakan dalam bentuk ekuitas untuk membiayai aset. Dari 3 rasio solvabilitas di atas dapat
memperhitungkan 2 rasio lainnya yaitu:
a. Times Interest Earned

Rasio yang membandingkan antara pendapatan sebelum dipotong bunga, pajak, depresiasi
dan amortisasi (EBITDA) dengan bunga pinjaman. Melalui rasio ini dapat diketahui
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga pinjaman. Jika nilainya semakin tinggi,
maka perusahaan tersebut dianggap semakin mampu membayar bunga pinjaman.

b. Cash Coverage

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaannya untuk melunasi kewajibannya dengan


kas dan setara kas yang ada. Kreditur terutama lebih suka menggunakan cash coverage ratio
karena mengidentifikasi kemampuan bisnis untuk melunasi utangnya dengan cepat. Jika hasil
rasio menunjukkan nilai di bawah 1 dianggap sangat kuat dan nilai di bawah 5 dianggap
lemah.

3. Asset Management or Turnover Measures

Efisiensi penggunaan aset atau kadang disebut manajemen aset atau rasio pemanfaatan.
Menggambarkan adalah seberapa efisien, atau intensif, perusahaan menggunakan asetnya
untuk menghasilkan penjualan.

a. Inventory Turnover and Days’ Sales in Inventory

Mengukur seberapa cepat perusahaan menjual persediaan dan bagaimana analis


membandingkannya dengan rata-rata industri. Hal ini nantinya akan memberikan hasil
seberapa efektif persediaan barang yang dikelola. Hasil rasio yang rendah umumnya
menyiratkan penjualan yang lemah sehingga terjadi overstocking dan sebaliknya menandakan
terjadinya penjualan yang kuat. Days sales in inventory menunjukkan menunjukan rata-rata
waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengubah inventory, menjadi penjual berapa yang
dimaksud adalah seberapa lama inventory berada dalam gudang sebelum terjual.

b. Receivables Turnover and Days’ Sales in Receivables

Digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa
kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin cepat
perputarannya artinya semakin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang, sehingga
untuk mempertahankan penjualan bersih tertentu dengan naiknya turnover dibutuhkan jumlah
modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang. Days sales in receivable
menunjukkan menunjukan rata-rata waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengubah
inventory, menjadi piutang usaha berapa yang dimaksud adalah seberapa lama inventory
berada dalam gudang sebelum terjual secara piutang.

c. Payables Turnover

Menunjukkan berapa kali suatu perusahaan membayar utang usahanya dalam suatu periode
hingga lunas. Hasil perhitungan ini yang biasanya di pertimbangkan bagi calon kreditur.

d. Total Asset Turnover

Rasio efisiensi yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari
total asetnya dengan membandingkan penjualan bersih dengan total aset rata-rata. Rasio yang
tinggi menunjukkan aktivitas perusahaan yang semakin baik. Hal ini karena perusahaan dapat
menghasilkan lebih banyak penjualan dengan beberapa tingkat aset tertentu, begitu juga
sebaliknya.

e. Capital Intensity

Jumlah modal perusahaan yang diinvestasikan pada aktiva tetap perusahaan yang biasanya
diukur dengan menggunakan rasio aktiva tetap dibagi dengan penjualan. Salah satu informasi
yang penting bagi investor karena dapat menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan modal
yang telah ditanamkan.

4. Profitability Measures

Mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya dan seberapa efisien


perusahaan mengelola operasinya.

a. Profit Margin
 Gross profit margin (margin laba kotor), yaitu perbandingan antara laba kotor dengan
penjualan. Semakin tinggi nilainya, maka perusahaan dianggap memiliki kondisi
keuangan yang baik. perusahaan tersebut dianggap semakin efektif mengendalikan
biaya operasionalnya.
 Operating profit margin (margin laba operasional), yaitu perbandingan antara laba
operasional dengan penjualan bersih. Rasio ini mengukur perusahaan menghasilkan
laba operasional dari penjualan bersihnya. Semakin tinggi nilainya, maka perusahaan
dianggap semakin mampu mengendalikan biaya produksi dan operasional untuk
menghasilkan laba.
 Net profit margin (margin laba bersih), yaitu perbandingan antara laba bersih dengan
penjualan bersih. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih dari penjualan bersihnya. Semakin tinggi nilainya maka semakin baik kegiatan
operasional perusahaan.
 EBITDA margin, rasio yang mencerminkan tingkat keuntungan perusahaan setelah
pendapatan/penghasilan usaha dikurangi dengan biaya produksi dan biaya
operasional, namun beban depresiasi dan amortisasi tidak dimasukkan dalam biaya
produksi dan biaya operasional untuk perhitungan ini, sehingga keduanya tidak
menjadi pengurang laba . Perhitungan marjin EBITDA adalah EBITDA dibagi
dengan pendapatan dan hasilnya dinyatakan dalam satuan persentase (%).
b. Return on Assets
Perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rasio ini mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aset untuk menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi
nilainya, maka semakin baik produktivitas aset perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih.
c. Return on Equity
Perbandingan laba bersih dengan jumlah ekuitas yang dipegang pemilik perusahaan.
Rasio ini mengukur efektivitas perusahaan dalam memberikan tingkat pengembalian dari
dana yang diinvestasikan oleh pemegang saham. Jika nilainya semakin tinggi, maka
perusahaan dianggap semakin efektif dalam menggunakan ekuitas untuk menghasilkan
keuntungan. Return on equity (ROE) adalah ukuran bagaimana nasib pemegang saham
sepanjang tahun.
5. Market Value Measures

Ukuran nilai pasar terkandung dalam harga pasar per lembar saham yang beredar dipasaran.
Jelas, langkah-langkah ini dapat dihitung hanya untuk perusahaan go-publik.

a. Price–Earnings Ratio

Rasio yang digunakan untuk menilai mahal murahnya saham berdasarkan


kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih. Laba bersih dalam hal ini adalah laba
bersih per saham. PER yang tinggi mengindikasikan investor mengharapkan pertumbuhan
laba bersih yang tinggi dari perusahaan. Tingginya rendahnya PER perusahaan dapat
ditentukan dengan membandingkannya dengan PER saham lain atau rata-rata PER
sektor/pasarnya. Perusahaan yang merugi tidak memiliki price earning ratio.

b. Market-to-Book Ratio

Rasio dari nilai perlembar saham biasa atas nilai buku perlembar ekuitas. Nilai pasar
per lembar saham mencerminkan kinerja perusahaan di masyarakat umum, dimana nilai
pasar pada suatu saat dapat dipengaruhi oleh pilihan dan tingkah laku dari mereka yang
terlibat dipasar, suasana psikologi yang ada di pasar, sengitnya perang pengambilalihan,
perubahan ekonomi, perkembangan industri, kondisi politik, dan sebagainya. Sedangkan
nilai buku perlembar ekuitas mencerminkan nilai ekuitas pemilik yang tercatat pada
neraca perusahaan, dan mencerminkan klaim pemilik yang tersisa atas suatu aktiva. Perlu
diperhatikan bahwa nilai buku per saham adalah total ekuitas (bukan hanya saham biasa)
dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Jika nilai kurang dari 1 dapat berarti bahwa
perusahaan belum berhasil secara keseluruhan dalam menciptakan nilai bagi
perusahaannya pemegang saham.

c. Market Capitalization

Kapitalisasi pasar (market cap) adalah sebuah ukuran yang didasarkan pada nilai agregat
suatu perusahaan. Market cap didapatkan dari total pengalian jumlah outstanding shares
(saham) perusahaan yang beredar dengan harga satu lembar saham di pasaran. Istilah ini
seringkali dimanfaatkan oleh para investor untuk mengukur kualitas suatu perusahaan.
Dengan mengetahui nilai market cap, investor bisa menentukan berapa total uang yang
harus dikeluarkan untuk membeli semua saham dari perusahaan yang diinginkan.
Mudahnya begini, jika seorang investor ingin mengambil 100% kepemilikan suatu
perusahaan, maka Ia harus membayar sebesar nilai market cap. Itu berarti, semakin besar
nilai market cap makin besar pula potensi perusahaan tersebut untuk dijadikan tujuan
investasi.

d. Enterprise Value

EV adalah nilai total yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang perhitungannya diambil
dari kapitalisasi pasar perusahaan itu. Bisa dikatakan nilai ini lebih kompleks
dibandingkan PER. Dalam EV juga melihat nilai seluruh utang perusahaan dan kasnya.
Tujuannya untuk memperkirakan dengan lebih baik berapa banyak yang diperlukan untuk
membeli semua saham perusahaan yang beredar dan juga untuk melunasi hutang.
Penyesuaian untuk kas adalah untuk mengakui bahwa jika: kami adalah pembeli uang
tunai dapat digunakan segera untuk membeli kembali utang atau membayar dividen.

e. Enterprise Value Multiples

EV multiples atau biasa disebut enterprise value to EBITDA (earning earning before
interest tax, depreciation, and amortization) adalah rasio valuasi yang digunakan untuk
menilai mahal murahnya suatu perusahaan berdasarkan kemampuannya menghasilkan
laba usaha atau kas operasi. Hasil rasio yang kecil mengindikasikan bahwa perusahaan
masih murah pada harga saham saat ini.

Hasil perhitungannya dapat berguna untuk memungkinkan perbandingan satu perusahaan


dengan perusahaan lain ketika ada adalah perbedaan struktur modal (beban bunga), pajak,
atau belanja modal. Kelipatannya tidak langsung dipengaruhi oleh perbedaan tersebut.

The Du Pont Identity

Perbedaan antara dua ukuran profitabilitas ROA & ROE dalam penggunaan hutang sebagai
sumber pembiayaan.

A Closer Look at ROE

ROE berasal dari 2 rasio yaitu ROA dan Equity multiplier

ROE = ROA × Equity multiplier = ROA × (1 + Utang—rasio ekuitas)

Perbedaan antara ROE dan ROA bisa sangat besar, terutama untuk bisnis tertentu.
Selanjutnya ROE dapat menguraikan dengan mengalikan bagian atas dan bawah dengan total
penjualan. ROA terbagi menjadi dua bagian komponennya, profit margin dan total asset
turnover. Dan ini lah yang disebut dengan Du Pont identity. Identitas Du Pont memberitahu
kita bahwa ROE dipengaruhi oleh tiga hal:

1. Efisiensi operasi (diukur dengan profit margin).


2. Efisiensi penggunaan aset (diukur dengan total asset turnover).
3. Leverage keuangan (diukur dengan equity multiplier).

Kelemahan dalam efisiensi operasi atau penggunaan aset akan muncul dalam berkurangnya
ROA, yang akan membuat ROE yang lebih rendah. Mempertimbangkan Du Pont identity,
ROE dapat ditingkatkan dengan meningkatkan jumlah hutang di perusahaan. Namun,
perhatikan bahwa peningkatan utang juga meningkatkan beban bunga, yang mengurangi
margin keuntungan, yang bertindak untuk mengurangi ROE. Jika hasil ROE tidak
memuaskan dalam beberapa hal, maka Du Pont identity memberitahu penggunanya untuk tau
dimana penyebab ROEnya rendah.

Problems with Financial Statement Analysis

Masalah dasar dengan analisis laporan keuangan:

1. Tidak ada teori yang mendasari untuk membantu mengidentifikasi jumlah mana yang
harus dilihat dan panduan menetapkan tolak ukur. Inilah sebabnya mengapa tidak dapat
mengatakan rasio mana yang paling penting dan berapa nilainya yang dianggap tinggi
atau rendah.
2. banyak perusahaan adalah yang konglomerat (memiliki lebih atau kurang lini bisnis yang
tidak terkait). Membuat laporan keuangan konsolidasi tidak benar-benar sesuai dengan
kategori industri tertentu. Secara umum, jenis analisis menggunakan rasio ini paling baik
ketika perusahaan benar-benar berada di lini bisnis yang sama, industri ini kompetitif, dan
hanya ada satu cara untuk beroperasi.
3. kelompok persaingan industri yang tersebar di seluruh dunia dan adanya standar dan
prosedur yang berbeda membuat sulit untuk dibandingkan laporan keuangan lintas batas
negara. Bahkan perusahaan yang jelas berada di lini bisnis yang sama mungkin tidak bisa
dibandingkan. Contoh, listrik yang utamanya mengelola pembangkit listrik yang sering
dianggap relatif homogen dan beroperasi monopoli yang diatur. Dalam kata lain tidak
terjadi persaingan antara satu sama lain. Akhirnya, profitabilitasnya dipengaruhi oleh
peraturan di lingkungannya. Beberapa masalah umum lainnya sering muncul:
a. perusahaan yang berbeda menggunakan akuntansi yang berbeda prosedur—untuk
inventaris, misalnya. Hal ini membuat sulit untuk membandingkan pernyataan.
b. berbeda perusahaan mengakhiri tahun fiskal mereka pada waktu yang berbeda.

Financial Models

Perencanaan keuangan adalah penggunaan penting lain dari laporan keuangan. Laporan
keuangan adalah bentuk yang digunakan untuk meringkas proyeksi status keuangan masa
depan dari sebuah perusahaan.

A Simple Financial Planning Model


Contoh : interaksi antara pertumbuhan penjualan dan kebijakan keuangan.)

 Diasumsikan bahwa semua variabel terikat langsung ke penjualan dan berhubungan


optimal dan penjualan mengalami kenaikan 20 persen
 Sehingga diperoleh total sales 1200 dan cost 960 menjadi net income 240
 Oleh karena itu semua variabel mengalami peningkatan 20% . asset dari 500 mjd 600
untuk equity dari 250 mjd 300 hanya meningkat 50 walaupun net income yang di
dapat 240 mungkin perusahaan telah membayarkan 240-50=190 sebagai dividen.
Deviant dianggap VARIABEL PLUG (penyeimbang neraca)
 Di asumsikan perusahaan tidak membayarkan dividen maka total equity dari 250
menjadi 490 (250+240=490). Dan untuk membalancekannya hutang/debt yang
tadinya 250 turun 140 menjadi 110. Debt dianggap VARIABEL PLUG (penyeimbang
neraca)
 kewajiban dan ekuitas bergantung pada kebijakan pendanaan perusahaan dan
kebijakan dividennya. Pertumbuhan aset mengharuskan perusahaan memutuskan
bagaimana pembiayaannya didapatkan.

The Percentage of Sales Approach

Contoh : menghitung berapa banyak pembiayaan yang diperlukan untuk mendukung tingkat
penjualan yang diprediksi

 Pada asumsi sebelumnya tidak berlaku untuk pinjaman jangka panjang ditentukan oleh
keputusan manajemen dan tidak selalu berhubungan langsung dengan tingkat penjualan.
 Diasumsikan memisahkan akun laporan laba rugi yang berhubungan langsung dengan
tingkat penjualan dan neraca yang tidak langsung berhubungan. The Income Statement
 Prediksi peningkatan penjualan 25% ($1.000 × 1,25 = $1.250) dengan total cost 80 % dari
penjualan ($800/1.000 = 80 %) menjadi 80%*1.250=$1.000, dan margin keuntungan
yang konstan $132/1.000 = 13,2 % menjadi $165/1.250 = 13,2 % (tidak ada perubahan)
 Alokasi pembagian net income adalah 1/3 dividen dan ⅔ Retained earning (plowback
ratio). The Balance Sheet
 Item yang dipengaruhi oleh tingkat penjualan ditandai dengan persentase dan yang tidak
terpengaruh ditandai dengan ―n/a‖ .
 Di sisi aset persediaan adalah 60% dari penjualan (600/1.000). Jadi setiap penjualan $1
persediaan akan naik $0.6 dan rasio total aset terhadap penjualan / capital intensity ratio
sebesar 300% ($3.000/1.000 = 300%). semakin tinggi rasionya, semakin padat modal
perusahaan. Oleh karena itu, jika penjualan meningkat sebesar $100, perusahaan harus
meningkatkan total aset sebanyak tiga kali lipat dari jumlah ini, atau $300.
 Di Sisi liabilities account payable dapat berubah sewaktu-waktu jika terjadi peningkatan
penjualan.
 Perkiraan penjualan meningkat 25% otomatis cash meningkat 25% (160 menjadi 200),
inventory 60%*1.250 = $750 dan aset tetap adalah 180% dari total penjualan maka terjadi
peningkatan $450 dari 1.800 menjadi 2.250 (180%*1.250), serta sisanya adalah account
receivable (440 menjadi 550, meningkat 110).
 Return earning meningkat $110 (⅔*165) dan account payable $75 (30%*1.250), yang
jika di total menjadi $185 meninggalkan kekurangan dari $750 – 185 = $565. Kami
memberi label jumlah ini pembiayaan eksternal yang dibutuhkan/ external financing
needed (EFN).

EFN terdiri dari 3 bagian :

1. Proyeksi peningkatan aset, yang dihitung dengan menggunakan capital intensity ratio.

2. Proyeksi peningkatan spontan dalam kewajiban.

3. produk margin dan proyeksi penjualan, yaitu proyeksi laba bersih, dikalikan dengan rasio

retensi.(proyeksi penambahan laba ditahan)

External Financing and Growth

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan atau aset, semakin besar kebutuhan akan
pembiayaan eksternal. Namun kali ini kebijakan keuangan perusahaan sebelumnya diperiksa
hubungannya dengan kemampuan perusahaan untuk membiayai investasi baru dan
perkembangannya. Fokus pada pertumbuhan bukan karena pertumbuhan adalah tujuan yang
tepat melainkan hanyalah sarana yang nyaman untuk memeriksa interaksi antara keputusan
investasi dan pembiayaan. Akibatnya, diasumsikan bahwa penggunaan pertumbuhan sebagai
dasar perencanaan hanya mencerminkan tingkat agregasi yang sangat tinggi yang digunakan
dalam proses perencanaan. EFN and Growth

 hubungan antara EFN dan pertumbuhan


 Contoh laporan neraca dan laba rugi perusahaan yang sudah disederhanakan
 Diasumsikan penjualan tahun depan meningkat 20% menjadi $600 maka dibutuhkan
$100 dalam aset baru. Tambahan ini yang diproyeksikan untuk RE adalah $52,8 sehingga
pembiayaan eksternal yang dibutuhkan / EFN $47,2 (100-52,8).
 Hutang meningkat menjadi $297,2 (250+47,2) dan equitas menjadi $302,8 (250+52,8).
Maka rasio debt to equity adalah 0,98 (297,2/302,8), kurang dari 1 (turun dari rasio
sebelumnya adalah 1 (250/250)).
 Tabel di atas menunjukkan EFN untuk beberapa tingkat pertumbuhan yang berbeda.
Tambahan yang diproyeksikan untuk laba ditahan dan rasio utang-ekuitas diasumsikan
bahwa dana yang dibutuhkan adalah dipinjam dan kelebihan dana digunakan untuk
melunasi utang. Bagian increase in asset didasarkan aset $500+pertumbuhan.
 menunjukkan bahwa untuk persentase tingkat pertumbuhan penjualan yang relatif rendah,
perusahaan akan mengalami surplus, dan debt to equity menurun. Namun, pada tingkat
pertumbuhan 10 persen, surplus menjadi defisit. Dan pada pertumbuhan melebihi 20
persen, debt to equity melewati nilai aslinya 1,0, mengilustrasikan hubungan antara
pertumbuhan penjualan dan pembiayaan eksternal berdasarkan tabel sebelumnya. Namun
masih dibutuhkan lebih banyak detail dengan merencanakan kebutuhan akan aset dan
penambahan laba ditahan (karena ada deviden dan biaya hutang).

Anda mungkin juga menyukai