Anda di halaman 1dari 5

Nama : Andika Putra H

NIM : F0222021
Manajemen A
RMK Manajemen Keuangan BH 4
4.1 Ratio Analysis
Ada lima kategori rasio yang penting:
1. Rasio likuiditas: Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi utang dalam
satu tahun.
2. Rasio manajemen aset: Mengukur efisiensi penggunaan aset perusahaan.
3. Rasio pengelolaan utang: Menilai cara perusahaan membiayai aset dan membayar
utang jangka panjang.
4. Rasio profitabilitas: Mengukur profitabilitas operasi perusahaan dan pemanfaatan
aset.
5. Rasio nilai pasar: Menggambarkan pandangan investor tentang perusahaan dan
prospeknya.
Perusahaan memerlukan likuiditas yang memadai dan manajemen aset yang efektif
untuk operasi yang lancar dan profitabilitas. Rasio pengelolaan utang mencerminkan risiko dan
kewajiban, sementara rasio profitabilitas memengaruhi ROE. Rasio nilai pasar mencerminkan
pandangan investor.
Semua rasio penting, namun prioritasnya berbeda-beda antara perusahaan. Misalnya,
rasio utang menjadi fokus jika ada risiko kebangkrutan akibat utang yang besar. Di sisi lain,
perusahaan dengan pertumbuhan cepat dan masalah persediaan atau kapasitas produksi lebih
fokus pada rasio manajemen aset. ROE penting, tetapi tergantung pada faktor seperti likuiditas,
manajemen aset, dan pengelolaan utang. Manajer berpengaruh lebih besar terhadap ROE
daripada harga saham, sehingga ROE sering menjadi fokus utama.

4.2 Liquidity Ratios


Aset likuid adalah aset yang dapat dengan cepat diubah menjadi uang tunai di pasar
aktif. Analisis likuiditas sering memerlukan anggaran kas, tetapi rasio likuiditas mengukur
likuiditas dengan cepat dan sederhana dengan membandingkan kas dan aset lancar lainnya
dengan kewajiban lancar. Ada dua rasio likuiditas yang umum digunakan, yaitu :
A. Current Ratio
Current Ratio (Rasio Lancar) adalah perbandingan aset lancar dengan kewajiban
lancar, mengindikasikan kemampuan melunasi kewajiban dengan aset yang dapat dikonversi
menjadi uang tunai dalam waktu dekat. Aset lancar termasuk uang tunai, surat berharga,
piutang, dan persediaan. Penurunan rasio ini saat kewajiban lancar tumbuh lebih cepat dari
aset lancar menandakan masalah keuangan.
B. Quick, or Acid Test, Ratio
Quick Ratio dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aset lancar, kemudian
dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan adalah aset lancar paling tidak likuid dan berisiko
sulit dikonversi menjadi uang tunai saat penjualan melambat, serta dapat mengakibatkan
kerugian saat dilikuidasi. Oleh karena itu, rasio ini sangat penting karena mengukur
kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek tanpa bergantung pada
penjualan persediaan.

4.3 Asset Management Ratios


Rasio manajemen aset mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola asetnya,
yang penting karena memperoleh aset memerlukan modal yang mahal. Jika terlalu banyak
aset, biaya modal tinggi dan mengurangi keuntungan. Sebaliknya, terlalu sedikit aset dapat
menghilangkan penjualan yang menguntungkan. Rasio ini membantu perusahaan menjaga
keseimbangan yang tepat antara jumlah aset yang dimiliki.

4.1 Debt Management Ratios


Penggunaan utang akan meningkatkan, atau “leverage up”, ROE perusahaan jika
perusahaan memperoleh pendapatan lebih besar pada asetnya daripada tingkat bunga yang
dibayarkan atas hutangnya. Namun, utang mengekspos perusahaan risiko yang lebih besar
dibandingkan jika dibiayai hanya dengan ekuitas.

4.2 Profitability Ratios


Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan pengaruh
likuiditas, manajemen aset, dan utang terhadap hasil operasi. Rasio profitabilitas
mencerminkan hasil bersih dari seluruh kebijakan pendanaan dan keputusan operasional
perusahaan.
A. Operating Margin
Operating margin mengukur pendapatan operasional, atau EBIT, per dolar penjualan.
Operating margin dihitung dengan membagi pendapatan operasional dengan penjualan.

B. Profit Margin
Profit Margin mengukur laba bersih per dolar penjualan dan dihitung dengan
membagi laba bersih dengan penjualan, dengan laba bersih setelah bunga. Dua perusahaan
dengan operasi identik dalam penjualan, biaya operasi, dan pendapatan operasional dapat
memiliki laba atas penjualan yang tinggi, tetapi harga produk yang terlalu tinggi dapat
mengurangi penjualan dan menghasilkan laba bersih yang rendah.
C. Return on Total Assets (ROA)
Return on Total Assets (ROA) adalah rasio laba bersih terhadap total aset. ROA
mengukur tingkat pengembalian aset perusahaan. ROA yang rendah dapat disebabkan oleh
keputusan sadar untuk menggunakan utang dalam jumlah besar, yang mana beban bunga yang
tinggi akan menyebabkan laba bersih menjadi relatif rendah.
D. Return on Common Equity (ROE)
Return on Common Equity (ROE) ialah rasio laba bersih untuk ekuitas bersama. ROE
digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi para pemegang saham biasa.
E. Return on Invested Capital (ROIC)
ROIC adalah rasio pendapatan operasional setelah pajak dibandingkan dengan total
modal yang diinvestasikan, mengukur pengembalian total perusahaan kepada investor.
Berbeda dari ROA, ROIC menggunakan total modal yang diinvestasikan dan pendapatan
operasional setelah pajak (NOPAT) daripada total aset dan laba bersih. Perbedaan utamanya
adalah bahwa laba bersih memperhitungkan beban bunga perusahaan setelah pajak,
sedangkan NOPAT adalah dana yang tersedia untuk membayar pemegang saham dan
pemegang hutang.
F. Basic Earning Power (BEP) Ratio
Basic Earning Power (BEP) Ratio, Rasio ini menunjukkan kemampuan aset perusahaan
untuk menghasilkan pendapatan operasional yang dihitung dengan membagi EBIT dengan
total aktiva. Rasio ini menunjukkan kekuatan pendapatan mentah dari aset perusahaan sebelum
pengaruh pajak dan utang, dan berguna ketika membandingkan perusahaan dengan situasi
utang dan pajak yang berbeda.

4.3 Market Values Ratios


ROE adalah indikator utama kinerja akuntansi yang dipengaruhi oleh semua rasio
lainnya. Investor suka ROE tinggi yang berhubungan dengan harga saham yang tinggi.
Namun, faktor lain juga penting. Jika rasio likuiditas, manajemen aset, manajemen utang, dan
profitabilitas positif, dan investor percaya akan perbaikan di masa depan, rasio nilai pasar
tinggi, harga saham sesuai ekspektasi, dan manajemen dianggap berhasil.

4.4 Tying the Ratios Together : The DuPont Equation


Dalam keterangan di atas telah membahas banyak rasio, jadi akan bermanfaat jika kita
melihat cara kerjanya bersama-sama untuk menentukan ROE. Untuk ini, kami menggunakan
persamaan DuPont, sebuah rumus dikembangkan oleh staf keuangan raksasa kimia tersebut
pada tahun 1920an.

4.5 Potential Misuses of ROE


Pertama, ROE tidak mempertimbangkan risiko. Pemegang saham peduli dengan ROE,
tapi mereka juga peduli dengan risiko. Kedua, ROE tidak mempertimbangkan besarnya modal
yang ditanam. Menggambarkan, pertimbangkan sebuah perusahaan yang memilih antara dua
proyek yang saling eksklusif. Ketiga, fokus pada ROE dapat menyebabkan manajer menolak
proyek yang menguntungkan.

4.6 Using Financial Ratios to Assess Performance


Rasio keuangan membantu mengevaluasi laporan keuangan, tetapi melihat hanya
rasio saja seringkali tidak cukup. Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam hal ini, yaitu:
A. Comparison to Industry Average
Salah satu cara menilai kinerja adalah dengan membandingkan rasio-rasio utama
perusahaan dengan rata-rata industry.
B. Benchmarking
Benchmarking adalah proses membandingkan suatu perusahaan dengan pesaing
terkemuka dalam industri yang sama. Rasio-rasio dihitung dan dibandingkan dalam
urutan menurun. Setiap organisasi data menggunakan rasio yang berbeda sesuai
dengan tujuannya, dan seringkali ada perbedaan definisi rasio dari sumber yang
berbeda.
C. Trend Analysis
Penting untuk menganalisis tren dalam rasio serta tingkat absolutnya, karena
tren memberikan petunjuk mengenai apakah kondisi keuangan perusahaan akan
membaik atau memburuk.

4.7 Uses and Limitations of Ratios


Analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama: (1) manajer, yang menggunakan
rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan dengan demikian meningkatkan
operasi perusahaan mereka, (2) analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis
pemeringkatan obligasi, yang menganalisis rasio untuk membantu menilai kemampuan
perusahaan membayar utangnya, dan (3) analisis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko,
dan prospek pertumbuhan perusahaan.
Berikut merupakan beberapa potensi masalah yang muncul dalam analisis rasio, yakni:
1. Banyak perusahaan memiliki divisi yang beroperasi di industri berbeda.
2. Kebanyakan perusahaan ingin menjadi lebih baik dari rata-rata, sehingga
mencapai kinerja rata-rata saja belum tentu baik.
3. Inflasi telah mendistorsi neraca banyak perusahaan.
4. Faktor musiman juga dapat mendistorsi analisis rasio.
5. Perusahaan dapat menerapkan teknik window dressing untuk memperbaiki
laporan keuangannya. Window dressing adalah teknik yang digunakan oleh
perusahaan untuk membuat laporan keuangannya terlihat lebih baik dari yang
sebenarnya.
6. Praktik akuntansi yang berbeda dapat mendistorsi perbandingan.
7. Sulit untuk menggeneralisasi apakah suatu rasio tertentu baik atau buruk.
8. Perusahaan seringkali memiliki beberapa rasio yang terlihat “baik” dan rasio
lainnya terlihat “buruk”, sehingga sulit untuk mengetahui apakah perusahaan
tersebut, dalam keadaan seimbang, kuat atau lemah.

4.8 Looking Beyond the Number


Analisis keuangan yang baik melibatkan lebih dari sekedar angka. Analisis yang baik
memerlukan faktor kualitatif tertentu yang juga dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut,
sebagaimana dirangkum oleh American Association of Individual Investors (AAII), antara lain
sebagai berikut:
1. Apakah pendapatan perusahaan terikat pada satu pelanggan utama? Jika demikian,
kinerja perusahaan bisa menurun drastis jika pelanggan tersebut pergike tempat lain.
2. Sejauh mana pendapatan perusahaan terikat pada satu produk utama? Perusahaan
yang berfokus pada satu produk seringkali efisien, namun kurangnya diversifikasi
juga meningkatkan risiko karena memiliki pendapatandari beberapa produk.
3. Sejauh mana perusahaan bergantung pada satu pemasok? Bergantung pada satu
pemasok dapat menyebabkan kekurangan yang tidak terduga dan berdampak pada
penjualan dan keuntungan.
4. Berapa persentase bisnis perusahaan yang dihasilkan di luar negeri?
5. Berapa besar persaingan yang dihadapi perusahaan? Meningkatnya persaingan
cenderung menurunkan harga dan margin keuntungan.
6. Apakah perusahaan perlu terus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan?
Jika demikian, prospek masa depannya akan sangat bergantung pada keberhasilan
produk-produk baru yang akan diluncurkan.

Anda mungkin juga menyukai