Anda di halaman 1dari 10

NAMA : INTAN NITA ISBACH

NIM : 041924253005
KELAS : A2M

Chapter 4 : Financial Analysis

Financial Analysis =➔ penilaian kinerja dan kondisi keuangan suatu perusahaan (berdasarkan tujuan
dan strateginya). Dalam hal ini financial analysis memiliki beberapa tujuan, seperti : membandingkan
kinerja masa lalu, memberikan dasar untuk membuat perkiraan kinerja di masa depan dam sebagai
“forecasts of future performance” dalam penilaian perusahaan, evaluasi kredit, financial distress
prediction, security analysis, serta analisis merger dan akuisisi. Selain itu financial analysis juga untuk
lebih memahami bagaimana kinerja perusahaan yang berkaitan dengan strateginya.
Terdapat dua alat utama analisis keuangan, yaitu :

Ratio Analysis Cash Flow Analysis


Melibatkan penilaian laporan laba rugi dan neraca Memungkinkan analis untuk memeriksa
perusahaan (penilaian tentang bagaimana berbagai likuiditas perusahaan. Selain itu juga
item dalam sebuah laporan keuangan perusahaan menilai pengelolaan operasi, investasi, dan
satu dengan yang lain). arus kas pendanaan.

A. RATIO ANALYSIS
Analisis rasio bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana efektivitas kebijakan perusahaan pada
masing-masing bidang. Analisis yang efektif tersebut melibatkan hubungan antara “financial numbers”
dengan faktor-faktor bisnis yang mendasarinya sedetail mungkin. Dalam analisis rasio, analis dapat :
• Membandingkan rasio untuk perusahaan selama beberapa tahun (perbandingan deret waktu)
Dalam perbandingan deret waktu, analis dapat mempertahankan faktor spesifik perusahaan tetap
konstan dan memeriksa efektivitas strategi perusahaan dari waktu ke waktu.
• Membandingkan rasio untuk perusahaan maupun perusahaan lain di industri ( perbandingan cross-
sectional)
Perbandingan cross-sectional memfasilitasi pemeriksaan kinerja relatif perusahaan dalam industrinya
dengan menahan faktor-faktor tingkat industri yang konstan.
• Membandingkan rasio dengan beberapa tolok ukur absolut.
Dalam hal ini untuk sebagian besar rasio tidak terdapat tolok ukur absolut. Adapun pengecualiannya
ialah menggunakan ukuran tingkat pengembalian yang dapat dibandingkan dengan biaya modal (terkait
investasi). Misalnya, tunduk pada distorsi yang disebabkan oleh akuntansi serta Return on Equity
(ROE) yang dapat dibandingkan dengan biaya modal ekuitas.
1. Measuring Overall Profitability
Titik awal untuk melakukan analisis kinerja perusahaan ialah dengan menggunakan Return on
Equity (ROE). Hal tersebut merupakan indikator yang komprehensif dari kinerja suatu perusahaan
karena memberikan indikasi seberapa baik manajer menggunakan dana yang diinvestasikan oleh
pemegang saham untuk menghasilkan keuntungan.

Dalam jangka panjang, nilai ekuitas perusahaan ditentukan oleh hubungan antara ROE dan cost of
equity capital. Perbandingan tersebut tidak hanya berguna untuk menganalisis nilai perusahaan tetapi
juga dalam mempertimbangkan profitabilitas di masa depan. Dalam hal ini menganggap bahwa cost of
equity capital sebagai patokan untuk ROE dalam ekuilibrium kompetitif jangka panjang. Meskipun
demikian dalam hal ini terdapat beberapa alasan yang dapat menjadi penyimpangan. Salah satunya ialah
kondisi industri dan strategi bersaing yang menyebabkan perusahaan menghasilkan keuntungan
ekonomi supernormal (atau subnormal) dalam jangka pendek. Selain itu juga adanya distorsi karena
akuntansi.
2. Decomposing Profitability: Traditional Approach
Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi ROE suatu perusahaan, yaitu : seberapa
menguntungkan perusahaan menggunakan asetnya dan seberapa besar basis aset perusahaan relatif
terhadap investasi pemegang saham. Untuk memahami pengaruh kedua faktor tersebut, ROE dapat
diuraikan menjadi return on asset (ROA) dan ukuran financial leverage.

Dengan ROA perusahaan akan mengetauhi seberapa banyak keuntungan yang dapat dihasilkan
oleh perusahaan untuk setiap dolar dari aset yang diinvestasikan. Sementara itu financial leverage
menunjukkan seberapa banyak dolar aset yang dapat digunakan perusahaan untuk setiap dolar yang
diinvestasikan oleh pemegang sahamnya. Selanjutnya terdapat dua faktor dari ROA, yaitu :

3. Decomposing Profitability: Alternative Approach


Pendekatan untuk menguraikan ROE yang telah dijelaskan sebelumnya memiliki beberapa
keterbatasan. Dalam perhitungannya (ROA), penyebut mencakup aset yang diklaim oleh semua
penyedia modal dalam perusahaan, sementara itu pembilang hanya memasukkan pendapatan yang
tersedia bagi pemegang ekuitas. Selanjutnya, laba bersih (termasuk pendapatan dari aktivitas operasi)
serta pendapatan dan beban bunga merupakan konsekuensi dari keputusan pendanaan. Hal tersebut
seringkali berguna untuk membedakan antara dua pendorong kinerja ini. Akhirnya, rasio financial
leverage yang digunakan tidak hanya mengakui fakta bahwa kas perusahaan dan investasi jangka
pendek merupakan "negative debt" karena dapat digunakan untuk membayar hutang pada neraca
perusahaan. Masalah- masalah tersebut dapat diatasi dengan pendekatan alternatif untuk
mendekomposisi ROE.

• Operating ROA sebagai ukuran untuk menunjukkan seberapa menguntungkan perusahaan dapat
menggunakan aset operasinya dalam menghasilkan keuntungan operasi. Hal ini dapat menjadi
ROE nya perusahaan apabila dibiayai sepenuhnya dengan ekuitas.
• Spread : efek ekonomi tambahan dari memasukkan hutang ke dalam struktur modal. Efek ekonomi
dari pinjaman tersebut positif selama pengembalian aset operasi lebih besar daripada biaya
pinjaman. Perusahaan yang tidak memperoleh pengembalian operasi yang memadai untuk
membayar biaya bunga dapat mengurangi ROE
• Rasio hutang bersih terhadap ekuitas dapat memberikan ukuran “net financial leverage”
Selanjutnya tolok ukur yang tepat untuk mengevaluasi ROA ialah dengan biaya rata-rata
tertimbang dari hutang dan modal ekuitas, atau WACC. Dalam jangka panjang, nilai aset perusahaan
ditentukan oleh bagaimana operasi ROA apabila dibandingkan dengan hal tersebut. Selain itu, dalam
jangka panjang dan tidak adanya hambatan bagi kekuatan kompetitif, operasi ROA akan cenderung
didorong dengan arah biaya modal rata-rata tertimbang karena WACC biasanya lebih rendah daripada
biaya modal ekuitas. Selain itu operasi ROA dari waktu ke waktu cenderung didorong dengan tingkat
yang lebih rendah daripada ROE.
4. Assessing Operating Management: Decomposing Net Profit Margins
Net profit margin atau Return on Sales (ROS) dapat menunjukkan profitabilitas aktivitas operasi
suatu perusahaan. Dekomposisi lebih lanjut dari ROS ini memungkinkan seorang analis untuk menilai
efisiensi manajemen operasi suatu perusahaan. Dalam hal ini, alat analisis yang digunakan ialah
“common-sized income statement” dimana semua item dinyatakan sebagai presentasi dari pendapatan
penjualan. Laporan laba rugi tersebut memungkinkan untuk membandingkan tren dalam hubungan
laporan laba rugi dari waktu ke waktu untuk perusahaan dan tren pada berbagai perusahaan di industri
yang lainnya.
• Gross Profit Margins
Memiliki indikasi sejauh mana pendapatan dapat melebihi biaya langsung yang terkait dengan
penjualan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi : (1) harga premium suatu produk perusahaan atau
jasa di pasar. Harga premium tersebut dipengaruhi oleh adanya tingkat persaingan dan sejauh
mana produknya unik; (2) efisiensi pengadaan perusahaan dan proses produksi. Biaya penjualan
perusahaan dapat menjadi rendah apabila perusahaan dapat membeli inputnya dengan biaya yang lebih
rendah daripada pesaing. Selain itu mereka juga menjalankan proses produksinya dengan lebih
efisien. Pada umumnya hal tersebut terjadi ketika perusahaan memiliki strategi biaya rendah.
• Selling, General, and Administrative Expenses (SG & A)
Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya aktivitas operasi yang harus dilakukan untuk menerapkan
strategi kompetitifnya. Misalnya : perusahaan dengan strategi diferensiasi harus melakukan aktivitas
untuk mencapai diferensiasi tersebut. Perusahaan yang bersaing atas dasar kualitas dan pengenalan
produk baru secara cepat kemungkinan besar akan memiliki biaya R&D yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan perusahaan yang bersaing murni berdasarkan biaya. Demikian pula, perusahaan
yang mencoba membangun citra merek, mendistribusikan produknya melalui pengecer layanan penuh,
dan menyediakan layanan pelanggan yang signifikan cenderung memiliki biaya penjualan dan
administrasi yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan perusahaan yang menjual melalui pengecer
gudang (tidak memberikan banyak dukungan pelanggan).
Selanjutnya pengeluaran SG&A perusahaan juga dipengaruhi oleh efisiensi yang digunakannya
dalam mengelola aktivitas overhead. Pengendalian biaya operasi kemungkinan besar menjadi
sangat penting bagi perusahaan yang bersaing atas dasar biaya rendah. Meskipun demikian, penting
untuk menilai apakah biaya diferensiasi sudah sepadan dengan harga premium yang diperoleh di pasar
atau belum.
• Tax Expense
Melalui berbagai macam teknik perencanaan pajak, perusahaan dapat mencoba untuk mengurangi
biaya pajak mereka. Dalam hal ini terdapat dua ukuran yang dapat digunakan untuk mengevaluasi biaya
pajak perusahaan. Salah satunya adalah rasio beban pajak terhadap penjualan dan yang lainnya ialah
rasio beban pajak terhadap laba sebelum pajak (tarif pajak rata-rata).
• Key Analysis Questions
Berikut ini beberapa pertanyaan bisnis yang dapat digunakan oleh analis dalam menilai berbagai elemen
terkait dengan manajemen operasi:
a. Apakah margin perusahaan konsisten dengan strategi bersaing? Misalnya, strategi diferensiasi
biasanya harus menyebabkan margin kotor lebih tinggi daripada strategi dengan biaya rendah.
b. Apakah margin perusahaan berubah? Mengapa ? Apa penyebab bisnis yang mendasari perubahan
tersebut?
c. Apakah perusahaan mengelola biaya overhead dan administrasi dengan baik?
d. Apakah kebijakan pajak perusahaan berkelanjutan, atau apakah tarif pajak saat ini dipengaruhi oleh
adanya kredit pajak satu kali?
e. Apakah strategi perencanaan pajak perusahaan menyebabkan biaya bisnis lainnya?
5. Evaluating Investment Management: Decomposing Asset Turnover
Analisis terkait asset turnover disini memungkinkan analis untuk mengevaluasi bagaimana
efektivitas manajemen investasi suatu perusahaan.
• Working Capital Management

Fokus utama analis dalam komponen “operating working capital” adalah piutang, persediaan, dan
hutang. Pada umumnya sejumlah investasi dalam modal kerja diperlukan agar perusahaan dapat
menjalankan operasi normalnya. Misalnya sebuah perusahaan dengan kebijakan kredit dan kebijakan
distribusi menentukan tingkat yang optimal dari piutang. Sifat proses produksi dan kebutuhan “buffer
stocks” menentukan tingkat persediaan yang optimal. Akhirnya hutang menjadi sumber rutin
pembiayaan modal kerja suatu perusahaan dan praktik pembayaran yang menentukan tingkat normal
hutang. Berikut ialah rasio yang digunakan untuk menganalisis “working capital management” suatu
perusahaan :

1). Operating working capital turnover : menunjukkan seberapa banyak dollar dari penjualan yang dapat
dihasilkan perusahaan untuk setiap dollar yang diinvestasikan dalam modal kerja operasi ; 2) Accounts
receivable turnover, inventory turnover, dan accounts payable turnover : memungkinkan analis untuk
memeriksa seberapa produktif tiga komponen utama modal kerja digunakan; 3) Days’ receivables,
days’ inventory, and days’ payables : cara lain untuk mengevaluasi efisiensi “working capital
management” suatu perusahaan.
• Long-Term Assets Management
Bidang lain dari manajemen investasi menyangkut pemanfaatan aset jangka panjang suatu perusahaan.
Adapun efisiensi perusahaan dalam pengukuran net long-term assets dengan menggunakan rasio
sebagai berikut :
a. Net long-term assets sebagai persentase penjualan dan perputaran aset jangka panjang bersih :

b. Property plant and equipment (PP&E) (aset jangka panjang paling penting dalam neraca suatu
perusahaan). Adapun pengukurannya dengan menggunakan rasio (PP & E) untuk penjualan atau
dengan PP&E turnover ratio :

• Key Analysis Questions


Rasio yang dibahas dalam dua bagian sebelumnya memungkinkan analis untuk mengeksplorasi
sejumlah pertanyaan seperti :
a. Seberapa baik perusahaan mengelola inventarisnya? Apakah mereka menggunakan teknik
manufaktur modern serta memiliki vendor dan sistem manajemen logistic yang baik?
b. Seberapa baik perusahaan mengelola kebijakan kreditnya? Apakah kebijakan tersebut konsisten
dengan strategi pemasarannya?
c. Apakah perusahaan memanfaatkan kredit perdagangan? Apabila iya berapa biaya implisitnya?
d. Apakah investasi perusahaan pada pabrik dan peralatan konsisten dengan strategi kompetitifnya?
e. Apakah perusahaan memiliki kebijakan akuisisi dan divestasi yang baik?
6. Evaluating Financial Management: Analyzing Financial Leverage
Financial leverage memungkinkan perusahaan memiliki aset yang lebih besar daripada ekuitasnya.
Selama “cost of liability” suatu perusahaan kurang dari pengembalian dana investasi maka financial
leverage tersebut dapat meningkatkan ROE. Selain itu financial leverage juga berpotensi mendapatkan
keuntungan perusahaan “pemegang saham” sehingga dapat meningkatkan risiko mereka. Tidak seperti
ekuitas, kewajiban memiliki ketentuan pembayaran yang telah ditentukan sebelumnya dan perusahaan
menghadapi risiko kesulitan keuangan apabila gagal memenuhi komitmen tersebut. Berikut ini terdapat
sejumlah rasio untuk mengevaluasi tingkat risiko yang timbul dari financial leverage suatu perusahaan
:
• Current Liabilities and Short-Term Liquidity
Berikut ini terdapat rasio yang digunakan untuk mengevaluasi risiko terkait dengan kewajiban
lancar suatu perusahaan:
Rasio di atas mencoba untuk mengukur bagaimana kemampuan suatu perusahaan dalam
melakukan pembayaran kembali kewajiban saat ini. Adapun tiga rasio yang pertama membandingkan
kewajiban lancar perusahaan dengan aset jangka pendek yang dapat digunakan untuk membayar
kewajiban. Selain itu rasio keempat berfokus pada kemampuan operasi perusahaan untuk menghasilkan
sumber daya yang dibutuhkan dalam melakukan pembayaran kewajiban saat ini.
Selanjutnya rasio lancar digunakan sebagai dasar dalam indeks likuiditas perusahaan jangka
pendek. Dalam hal ini analis melihat rasio lancar lebih dari satu yang menjadi indikasi bahwa
perusahaan dapat menutupi kewajiban lancarnya dari kas yang direalisasikan (aset lancarnya).
Meskipun demikian perusahaan dapat menghadapi masalah likuiditas jangka pendek bahkan dengan
rasio lancar yang melebihi satu ketika beberapa aset lancar tidak mudah dilikuidasi.
• Debt and Long-Term Solvency
Financial leverage suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh adanya kebijakan pembiayaan
hutangnya. Ada beberapa keuntungan potensial dari pembiayaan hutang, yaitu :
a. Hutang biasanya lebih murah daripada ekuitas karena perusahaan menjanjikan persyaratan
pembayaran yang telah ditentukan sebelumnya kepada pemegang hutang
b. Pada kebanyakan negara, bunga atas pembiayaan hutang dapat dikurangkan dari pajak sedangkan
dividen kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan dari pajak
c. Pembiayaan hutang dapat memberlakukan disiplin pada manajemen perusahaan dan memotivasi
perusahaan untuk dapat mengurangi pengeluaran yang boros
d. Untuk hutang non-publik, kemungkinan akan lebih mudah bagi manajemen untuk
mengkomunikasikan informasi kepemilikan mereka mengenai strategi dan prospek perusahaan
kepada pemberi pinjaman swasta daripada ke dalam pasar modal publik. Komunikasi semacam
itu berpotensi mengurangi biaya modal perusahaan
e. Semua alasan di atas dapat menguntungkan bagi perusahaan untuk menggunakan setidaknya
beberapa hutang dalam struktur modalnya. Apabila terlalu banyak ketergantungan pada
pembiayaan hutang dapat berpotensi merugikan pemegang saham suatu perusahaan. Selain itu
perusahaan akan menghadapi kesulitan keuangan apabila tidak berhasil membayar bunga dan
pembayaran pokok.
Berikut ini terdapat sejumlah rasio yang dapat membantu analis untuk mengevaluasi campuran
hutang dan ekuitas dalam struktur modal suatu perusahaan :
• Key Analysis Questions
Beberapa pertanyaan bisnis yang ditanyakan pada saat analis memeriksa kebijakan hutang suatu
perusahaan :
a. Apakah perusahaan memiliki hutang yang cukup? Apakah hal tersebut mengeksploitasi manfaat
potensial dari hutang (interest tax shields, management discipline, dan komunikasi yang lebih
mudah?
b. Apakah perusahaan memiliki terlalu banyak hutang dalam risiko bisnisnya? Jenis pembatasan
perjanjian hutang apa yang dihadapi perusahaan? Apakah menanggung biaya terlalu banyak
hutang, mempertaruhkan potensi adanya financial distress serta mengurangi fleksibilitas bisnis?
c. Apa yang dilakukan perusahaan dengan dana pinjaman? Apakah akan berinvestasi dalam “working
capital” atau aset tetap? Apakah investasi tersebut menguntungkan
d. Apakah perusahaan meminjam uang untuk membayar dividen? Apabila iya, apa justifikasinya?
7. Ratios of Disaggregated Data
Disaggregated ratios sangat berguna untuk perusahaan dan industri yang baru (seperti perusahaan
Internet) di mana data akuntansi kemungkinan idak sepenuhnya menangkap ekonomi bisnis
karena adanya aturan akuntansi yang konservatif. Misalnya untuk perusahaan multibisnis, seseorang
dapat menganalisis informasi berdasarkan segmen bisnis individu. Analisis semacam itu dapat
mengungkapkan potensi perbedaan dalam kinerja masing-masing unit bisnis serta memungkinkan
analis untuk menentukan area di mana strategi perusahaan (dapat dan tidak bekerja). Selain itu apabila
dimungkinkan untuk menyelidiki rasio keuangan lebih lanjut maka dapat dilakukan dengan menghitung
rasio data fisik yang berkaitan dengan operasi perusahaan.
8. Putting It All Together: Assessing Sustainable Growth Rate
Secara komprehensif analis sering menggunakan konsep pertumbuhan berkelanjutan sebagai cara
untuk mengevaluasi rasio perusahaan. Adapun tingkat pertumbuhan tersebut dimana perusahaan dapat
tumbuh dengan menjaga profitabilitas dan kebijakan keuangannya (tidak berubah). Dalam hal ini laba
perusahaan atas ekuitas dan kebijakan pembayaran dividen menentukan “the pool of funds” yang
tersedia untuk pertumbuhan. Apabila profitabilitas, kebijakan pembayaran, atau leverage keuangannya
berubah maka tentu saja perusahaan dapat tumbuh pada tingkat yang berbeda dari tingkat pertumbuhan
berkelanjutan. Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan berkelanjutan dapat memberikan tolok ukur
terhadap rencana pertumbuhan perusahaan yang dievaluasi.

Gambar di atas menunjukkan bagaimana tingkat pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan


dapat dihubungkan dengan semua rasio dalam pembahasan ini. Keterkaitan tersebut memungkinkan
seorang analis untuk memeriksa pendorong tingkat pertumbuhan berkelanjutan perusahaan saat ini.
Apabila perusahaan bermaksud untuk tumbuh pada tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat
pertumbuhan yang berkelanjutan maka seoarang analis dapat menilai rasio mana yang dalam prosesnya
kemungkinan dapat berubah.
• Key Analysis Questions
Analisis pertumbuhan berkelanjutan dapat mengarah pada pertanyaan sebagai berikut :
a. Seberapa cepat perusahaan dapat mengembangkan bisnisnya dengan menjaga profitabilitas
dan kebijakan keuangan yang tidak berubah?;
b. Apabila ingin tumbuh lebih cepat, dari mana asal pertumbuhan tersebut ? Apakah manajemen
mengharapkan kenaikan profitabilitas atau produktivitas aset yang meningkat?
c. Apabila perusahaan berencana untuk meningkatkan leverage keuangannya, apa kemungkinan
dampak dari perubahan kebijakan keuangan tersebut?

B. CASH FLOW ANALYSIS


Analis dapat memperoleh wawasan lebih jauh mengenai kebijakan operasi, investasi, dan
pembiayaan perusahaan dengan memeriksa arus kasnya. Selain itu analisis arus kas juga dapat
memberikan indikasi kualitas informasi dalam laporan laba rugi dan neraca suatu perusahaan.
1. Cash Flow and Funds Flow Statements
Laporan keuangan semua perusahaan AS diharuskan untuk memasukkan laporan arus kas
berdasarkan SFAS 95 (Statement of Financial Accounts Standard No. 95). Sementara itu beberapa
perusahaan di luar Amerika Serikat melaporkan laporan arus dana (funds flow yang menunjukkan arus
modal kerja) daripada laporan arus kas. Sebelum SFAS 95, perusahaan AS juga melaporkan pernyataan
yang serupa. Dalam hal ini penting bagi analis untuk mengetahui bagaimana cara mengubah laporan
arus dana menjadi laporan arus kas.
Funds flow statements biasanya memberikan informasi mengenai working capital dari operasi
suatu perusahaan. Arus kas dari operasi tersebut pada dasarnya melibatkan penyesuaian akrual saat
ini. Oleh karena itu, relatif mudah untuk mengubah working capital dari operasi menjadi arus kas dari
operasi dengan membuat penyesuaian yang relevan untuk akrual saat ini yang terkait dengan operasi.
Adapun informasi mengenai akrual saat ini dapat diperoleh dengan memeriksa perubahan dalam aktiva
lancar dan kewajiban lancar suatu perusahaan. Biasanya, akrual operasi mewakili perubahan pada
semua akun aset lancar (selain kas dan setara kas) serta perubahan pada semua liabilitas lancar (selain
wesel bayar dan hutang jangka panjang).

Selanjutnya funds flow statements juga sering tidak mengklasifikasikan arus investasi dan
pendanaan. Dalam kasus seperti ini, analis harus mengklasifikasikan item funds flow statement ke
dalam dua kategori dengan mengevaluasi sifat transaksi bisnis yang menimbulkan arus dan yang
direpresentasikan oleh item baris yang ada.
2. Analyzing Cash Flow Information
Analisis arus kas dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai dinamika
arus kas suatu perusahaan :
a. Seberapa kuat arus kas internal perusahaan? Apakah arus kas dari operasi positif atau negatif?
b. Apakah perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya
(seperti pembayaran bunga dari arus kas operasinya) ? Dapatkah perusahaan terus
memenuhi kewajiban tersebut tanpa mengurangi fleksibilitas operasinya?
c. Berapa banyak uang tunai yang diinvestasikan perusahaan untuk pertumbuhan? Apakah investasi
tersebut konsisten dengan strategi bisnis yang ada?
d. Apakah perusahaan dapat membayar dividen dari internal free cash flow ? atau harus
bergantung pada pembiayaan eksternal?
e. Jenis pembiayaan eksternal apa yang diandalkan perusahaan?
f. Apakah perusahaan memiliki arus kas berlebih setelah melakukan investasi modal?
Dalam hal ini meskipun informasi dalam laporan arus kas dapat digunakan untuk
menjawab pertanyaan di atas, dalam beberapa kasus perusahaan mungkin tidak mudah untuk selalu
melakukannya dengan sejumlah alasan.
Pertama, meskipun PSAK 95 memberikan pedoman yang luas mengenai format laporan arus kas
namun masih terdapat variasi yang signifikan di seluruh perusahaan dalam cara pengungkapan data arus
kas. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi analisis dan perbandingan sistematis di seluruh perusahaan,
analis sering menyusun kembali informasi dalam laporan arus kas dengan menggunakan model arus
kas mereka sendiri. Kedua, perusahaan memasukkan beban bunga dan pendapatan bunga
dalam menghitung arus kas dari aktivitas operasi. Meskipun demikian kedua item tersebut
tidak sepenuhnya terkait dengan operasi perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk menyajikan
kembali laporan arus kas yang ada.
Berikut akan dijelaskan mengenai sejumlah pendekatan yang digunakan oleh analis dalam
menyajikan kembali data arus kas.
a. Model pertama menghitung arus kas dari operasi sebelum mengoperasikan investasi modal kerja.
Dalam perhitungan ini model tersebut tidak termasuk beban bunga dan pendapatan bunga. Adapun
perhitungannya dimulai dengan laba bersih perusahaan. Dalam hal ini seorang analis
menambahkan kembali tiga jenis item, yaitu : (1) beban bunga bersih setelah pajak karena termasuk
item pembiayaan yang akan dipertimbangkan kemudian; (2) keuntungan atau kerugian non-
operasional yang biasanya timbul dari pelepasan atau penghapusan aset (dilakukan karena item-
item tersebut terkait dengan investasi dan akan dipertimbangkan kemudian); dan (3) akrual operasi
jangka panjang seperti penyusutan dan pajak tangguhan karena merupakan biaya operasi non tunai.
b. Model analisis arus kas selanjutnya berfokus pada arus kas yang terkait dengan investasi jangka
panjang. Investasi ini berupa belanja modal, investasi antar perusahaan, serta merger dan akuisisi.
Selanjutnya pendekatan di atas menunjukkan bahwa analis harus fokus pada sejumlah pengukuran
arus kas, seperti :
a. Arus kas dari operasi sebelum investasi dalam modal kerja dan pembayaran bunga. Hal ini untuk
memeriksa apakah perusahaan mampu menghasilkan kas atau tidak dari operasi
b. Arus kas dari operasi setelah investasi dalam modal kerja. Hal ini untuk menilai bagaimana modal
kerja perusahaan dikelola dan apakah perusahaan tersebut memiliki fleksibilitas atau tidak untuk
berinvestasi dalam aset jangka panjang untuk pertumbuhan di masa depan
c. Free cash flow yang tersedia bagi pemegang hutang dan ekuitas untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga dan pokoknya
d. Free cash flow yang tersedia bagi pemegang ekuitas untuk menilai kemampuan keuangan
perusahaan dalam mempertahankan kebijakan dividen dan mengidentifikasi masalah keagenan
potensial dari free cash flow berlebih.
• Key Analysis Questions
Pendekatan model arus kas yang telah dijelaskan sebelumnya dapat digunakan untuk menilai
kualitas laba suatu perusahaan. Berikut ini beberapa pertanyaan yang dapat diselidiki oleh seorang
analis, yaitu :
a. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara laba bersih perusahaan dengan arus kas operasinya?
b. Apakah terdapat hubungan antara arus kas dan laba bersih seiring dengan adanya perubahan waktu?
c. Apakah terdapat jeda waktu antara pengakuan pendapatan dan beban serta penerimaan arus kas?
d. Apakah perubahan piutang, persediaan, dan hutang normal? Apabila tidak apakah terdapat
penjelasan yang memadai untuk perubahan tersebut?

Anda mungkin juga menyukai