Anda di halaman 1dari 7

NAMA : INTAN NITA ISBACH

NIM : 041924253005
KELAS : A2M

PROSPECTIVE ANALYSIS: FORECASTING

Langkah pertama dari analisis prospektif dan berfungsi


FORECASTING
untuk meringkas pandangan ke depan yang berasal
dari analisis strategi bisnis, analisis akuntansi, dan
analisis keuangan. Meskipun tidak setiap analisis
laporan keuangan disertai dengan ringkasan eksplisit
tentang pandangan masa depan, peramalan masih
menjadi alat utama bagi para manajer, konsultan,
analis sekuritas, bankir investasi, bankir komersial,
dan analis kredit lainnya.

Forecasting dibutuhkan manajer untuk merumuskan rencana bisnis dan memberikan target
kinerja. Selain itu juga dapat juga sebagai bantuan untuk mengkomunikasikan pandangan mereka
terkait prospek perusahaan bagi investor serta bankers dan debt market participants yang membutuhkan
peramalan (perkiraan) untuk menilai kemungkinan pembayaran kembali pinjaman. Selanjutnya
terdapat berbagai konteks namun tidak terbatas pada security analysis dimana peramalan yang berguna
dapat diringkas sebagai bentuk perkiraan dari nilai suatu perusahaan. Perkiraan tersebut dapat dilihat
sebagai upaya terbaik untu mencerminkan single summary statistic manager atau pandangan analisis
terkait prospek suatu perusahaan.
Analisis prospektif mencakup dua tugas, yaitu : forecasting dan valuation (bersama-
sama mewakili pendekatan yang secara eksplisit meringkas bagaimana pandangan analisis ke
depan). Forecasting bukanlah merupakan analisis yang terpisah karena merupakan “a way of
summarizing” dari apa yang telah dipelajari melalui business strategy analysis, accounting analysis, and
financial analysis. Meskipun demikian terdapat teknik dan pengetahuan tertentu yang dapat membantu
manajer atau analis guna menyusun peramalan terbaik berdasarkan apa yang telah dipelajari
pada langkah sebelumnya.

A. THE OVERALL STRUCTURE OF THE FORECAST


Cara terbaik untuk meramalkan kinerja masa depan adalah dengan melakukannya secara
komprehensif (tidak hanya menghasilkan earnings forecast, tetapi juga ramalan untuk arus kas dan
neraca). Pendekatan komprehensif dapat melindungi dari asumsi implisit yang tidak realistis. Misalnya,
apabila seorang analis meramalkan pertumbuhan dalam penjualan dan pendapatan selama beberapa
tahun tanpa mempertimbangkan peningkatan yang diperlukan dalam modal kerja, aset pabrik
dan pembiayaan yang terkait, kemungkinan peramalan tersebut akan menanamkan asumsi yang tidak
masuk akal mengenai bagaimana equity capital infusions., leverage, dan asset turnovernya.
Selain itu pendekatan komprehensif juga melibatkan banyak peramalan (base on the behavior of a
few key “drivers.”). Hal-hal yang menjadi faktor pendorong tersebut berbeda-beda tergantung dari jenis
bisnisnya namun untuk bisnis di luar sektor jasa keuangan, sales forecast hampir selalu menjadi salah
satu pendorong utama (profit margin atau lainnya). Pada saat perputaran aset yang diharapkan tetap
stabil (asumsi yang realistis), akun modal kerja dan investasi pabrik harus melacak pertumbuhan
penjualan dengan cermat. Sebagian besar pengeluaran juga melacak penjualan (tergantung pada
pergeseran margin laba yang diharapkan). Dengan menghubungkan perkiraan jumlah tersebut pada sale
forecast, seseorang dapat menghindari inkonsistensi internal dan asumsi implisit yang tidak realistis.
Selanjutnya dalam beberapa hal, manajer atau analis tertarik pada forecast of cash flows.
Peramalan tersebut cenderung didasarkan pada perkiraan angka-angka akuntansi termasuk penjualan,
pendapatan, aset, dan kewajiban (walaupun pada prinsipnya kemungkinan dapat secara langsung untuk
beralih ke perkiraan arus kas baik arus masuk dari pelanggan, arus keluar ke pemasok dan buruh, dan
lain sebagainya). Dalam kebanyakan kasus, bagaimana pun prospek pertumbuhan, profitabilitas, dan
kebutuhan investasi serta pendanaan perusahaan lebih siap dibingkai dalam hal penjualan berbasis
akrual, pendapatan operasi, aset, dan kewajiban. Jumah tersebut kemudian dapat dikonversi dalam
langkah-langkah arus kas dengan menyesuaikan dampak dari biaya non-kas dan pengeluaran untuk
modal kerja serta tanaman, properti, dan peralatan.
1. A Practical Framework for Forecasting
Pendekatan paling praktis dalam meramalkan laporan keuangan suatu perusahaan ialah dengan
fokus pada “projecting condensed financial statements” (proyeksi laporan keuangan yang di "ringkas").
Berikut ini terdapat beberapa alasan terkait rekomendasi tersebut. Pertama, melibatkan
sekumpulan asumsi yang relatif kecil mengenai masa depan perusahaan sehingga analis memiliki
kemampuan lebih untuk memikirkan setiap asumsi dengan berhati-hati. Perkiraan tiap item baris yang
mendetail kemungkinan akan sangat membosankan. Selain itu bagi analis mungkin tidak
memiliki dasar yang baik untuk membuat semua asumsi yang diperlukan dalam perkiraan tersebut.
Kedua, untuk sebagian besar tujuan, condensed financial statements adalah semua yang dibutuhkan
untuk analisis dan berguna dalam pengambilan keputusan.
a. Frecast the condensed income statement : memulai dengan asumsi mengenai penjualan periode
berikutnya, NOPAT margin dan suku bunga utang awal. Selain itu tarif pajak juga diperlukan untuk
menyusun laporan laba rugi yang diringkas pada periode tersebut
b. Forecast the condensed balance sheet (perlu membuat asumsi tambahan sebagai berikut) :
i) Rasio modal kerja operasional bersih terhadap penjualan (memperkirakan tingkat modal kerja
yang dibutuhkan untuk mendukung penjualan)
ii) Rasio aset jangka panjang operasi bersih untuk penjualan tahun berikutnya (menghitung tingkat
yang diharapkan dari aset jangka panjang operasi bersih)
iii) Rasio utang bersih terhadap modal (memperkirakan tingkat utang dan ekuitas yang dibutuhkan
untuk membiayai taksiran jumlah aset yang ada di neraca).
Setelah analis memiliki laporan laba rugi ringkas dan neraca, relatif mudah untuk menghitung
condensed cash flow statement (termasuk arus kas dari operasi sebelum dan setelah investasi modal
kerja, arus kas bebas yang tersedia untuk hutang dan ekuitas serta arus kas bebas yang tersedia untuk
ekuitas). Selanjutnya pada saat memanfaatkan sepenuhnya informasi yang dihasilkan melalui
dekomposisi laba atas ekuitas, tugas peramalan harus mengikuti proses yang sama, yaitu dengan
meramalkan item operasi terlebih dahulu, kemudian item investasi non-operasional, dan
akhirnya item pembiayaan.
a. Operating items
Ketika meramalkan bagian operasi dari condensed income statement, seorang analis perlu memulai
dengan asumsi mengenai penjualan pada periode berikutnya. Selain itu asumsi mengenai NOPAT
margin ialah semua yang diperlukan untuk menyiapkan item laporan laba rugi operasi untuk periode
tersebut. Selanjutnya untuk meramalkan bagian operasi tersebut untuk akhir periode (atau yang setara,
awal periode berikutnya), analis perlu membuat asumsi tambahan sebagai berikut :
• Rasio “operating working capital” terhadap penjualan : memperkirakan tingkat modal kerja yang
dibutuhkan untuk mendukung penjualan tersebut;
• Rasio “net operating non-current assets” terkait penjualan : menghitung tingkat yang diharapkan
dari net operating non-current assets.
b. Non-operating investment items
Peramalan terkait investasi yang merupakan bagian dari condensed income statement dan neraca
mengharuskan seseorang analis untuk membuat asumsi sebagai berikut :
• The ratio of investment assets terhadap penjualan : menghitung tingkat yang diharapkan net
operating non-current assets;
• The return on investment assets.
Selanjutnya NIPAT margin sebagai produk dari ratio of investment assets terhadap penjualan dan return
on investment assets (setelah pajak).
c. Financing Items
Pada saat meramalkan bagian ini, seorang analis perlu membuat asumsi mengenai :
• Ratio of debt to capital : memperkirakan tingkat hutang dan ekuitas yang dibutuhkan untuk
membiayai perkiraan jumlah aset pada neraca.
• Tingkat bunga rata-rata (setelah pajak) yang akan dibayar perusahaan atas hutang-hutangnya
tersebut
Dengan menggunakan perkiraan di atas, beban bunga bersih setelah pajak dapat dihitung sebagai
produk dari tingkat bunga rata-rata setelah pajak dan rasio hutang terhadap modal.
2. Information for forecasting
Forecasting dapat dilihat sebagai langkah atau upaya untuk melakukan reverse financial analysis,
terutama menjawab pertanyaan mengenai efek apa yang akan terjadi dari perubahan yang dapat
diantisipasi faktor ekonomi yang relevan pada kinerja masa depan dan posisi keuangan suatu
perusahaan. Semua ini tergantung pada hubungan historis yang diidentifikasi dalam analisis keuangan.
Dengan demikian, banyak informasi dalam analisis strategis, akuntansi dan keuangan yang berguna
ketika melalui langkah-langkah dalam proses forecasting.
• Step 1: Predict changes in environmental and firm-specific factors
Langkah pertama dalam forecasting dilakukan dengan cara menilai bagaimana lingkungan ekonomi
suatu perusahaan, seperti kondisi makro ekonomi dan daya saing industri yang akan berubah di tahun-
tahun mendatang dan bagaimana perusahaan dapat menanggapi adanya perubahan tersebut.
• Step 2: Assess the relationship between step 1 factors and financial performance
Langkah kedua yaitu menilai bagaimana perubahan masa depan suatu perusahaan akan diterjemahkan
ke dalam financial performance trends. Hal tersebut dilakukan setelah memperoleh pemahaman
mengenai faktor ekonomi apa yang relevan dan bagaimana faktor-faktor tersebut dapat diharapkan
berubah pada tahun-tahun mendatang. Langkah kedua ini sangat didasarkan pada analisis keuangan.
• Step 3: Forecast condensed financial statements
Berdasarkan hasil langkah 1 dan 2 di atas, seseorang dapat menghasilkan prakiraan item baris
dalam condensed financial statements (terutama item laporan operasi). Misalnya perusahaan X
memiliki tantangan dalam membuat peramalan mengenai prediksi apakah perusahaan tersebut akan
mampu mempertahankan superior marginnya? dapatkah meningkatkan penjualannya pada tingkat yang
sama ketika ia memperluas jaringan tokonya? atau apakah persaingan, penurunan ekonomi, kenaikan
harga input, atau kelanjutan memperluas jaringan toko dapat menyebabkan penurunan lebih lanjut
dalam kinerja operasinya? Perkiraan mengenai non-operating investment performance dan struktur
pembiayaan biasanya kurang bergantung pada informasi strategi bisnis.
B. PERFORMANCE BEHAVIOR: A STARTING POINT
Setiap peramalan secara implisit setidaknya memiliki tolak ukur awal (initial benchmark yang
berisi gagasan mengenai bagaimana jumlah tertentu, seperti penjualan atau pendapatan diharapkan
dapat memiliki pengaruh apabila tida terdapat informasi yang terperinci. Selanjutnya pada saat
seseorang menyelesaikan analisis strategi bisnis, analisis akuntansi, dan analisis keuangan, peramalan
yang dihasilkan secara signifikan kemungkinan dapat berbeda beda dari “starting poin”. Meskipun
demikian titik awal tersebut dapat membantu menggambarkan analisis secara terperinci dan mengetauhi
bagaimana statistik keuangan tertentu berperilaku "rata-rata" untuk semua perusahaan.
1. Sales Growth Behavior
Tingkat pertumbuhan penjualan cenderung menjadi "mean reverting" ketika perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan penjualan di atas rata-rata atau di bawah rata-rata cenderung kembali pada
tingkat "normal" dari waktu ke waktu.

Gambar di atas menunjukkan bahwa :


• Kelompok perusahaan yang pada awalnya memiliki pertumbuhan tertinggi (sekitar di atas 70%) —
mengalami penurunan hingga sekitar 8% dalam tiga tahun dan tidak pernah jauh di atas 20% dalam
tujuh tahun ke depan
• Selanjutnya mereka yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan awal terendah (negatif
10%) segera meningkat pada pertumbuhan penjualan yang sedikit positif di tahun ke-2 dan
menunjukkan pertumbuhan positif selama tahun 10.
Satu penjelasan untuk pola pertumbuhan penjualan yang terlihat pada gambar di atas ➔ sebagai
industri dan perusahaan yang menjadi dewasa. Tingkat pertumbuhan mereka melambat karena adanya
kejenuhan permintaan dan persaingan dalam intra-industri. Oleh karena itu, ketika sebuah perusahaan
tumbuh pesat saat ini, umumnya tidak realistis untuk mengasumsikan bahwa pertumbuhan tersebut
akan bertahan tanpa batas. Tentu saja, seberapa cepat tingkat pertumbuhan perusahaan kembali ke rata-
rata tergantung pada karakteristik industri dan posisi kompetitifnya sendiri dalam suatu industri.
2. Earnings Behavior
Penghasilan rata-rata ditunjukkan untuk mengikuti proses yang dapat diperkirakan
dengan "random walk" atau "random walk with drift". Hal tersebut menyiratkan bahwa pendapatan
tahun sebelumnya merupakan titik awal yang baik dalam mempertimbangkan potensi pendapatan di
masa depan. Bahkan secara sederhana random walk forecast yang melakukan prediksi pendapatan
tahun depan akan sama dengan pendapatan tahun lalu sehingga perkiraan pendapatan akhir biasanya
tidak akan berbeda dari random walk benchmark. Selain itu, wajar untuk menyesuaikan tolok
ukur sederhana sebagai perubahan pendapatan kuartal terbaru (perubahan relatif terhadap kuartal yang
sebanding dengan tahun sebelumnya setelah mengontrol tren jangka panjang dalam rangkaian tersebut).
Selanjutnya meskipun tingkat pendapatan rata-rata selama beberapa tahun sebelumnya tidak berguna,
tren pendapatan jangka panjang rata-rata cenderung dipertahankan dan layak untuk dipertimbangkan.
Apabila data triwulanan juga disertakan, maka beberapa pertimbangan biasanya harus diberikan
untuk setiap penyimpangan dari tren jangka panjang yang terjadi pada triwulan terakhir. Untuk
sebagian besar perusahaan, perubahan tersebut cenderung diulangi pada sebagian kuartal berikutnya
3. Return on Equity Behavior
Sebelumnya pendapatan berfungsi sebagai tolok ukur yang berguna untuk pendapatan masa depan.
Dalam hal ini kemungkinan orang akan mengharapkan hal yang sama berlaku untuk ukuran laba atas
investasi (seperti ROE). Meskipun demikian hal tersebut tidak akan terjadi karena beberapa alasan.
Pertama, meskipun rata-rata perusahaan cenderung mempertahankan tingkat pendapatan saat ini, tidak
demikian dengan perusahaan yang memiliki tingkat ROE yang tidak biasa. Perusahaan dengan ROE
yang sangat tinggi (rendah) cenderung mengalami penurunan laba (kenaikan).
Kedua, perusahaan dengan ROE yang lebih tinggi cenderung memperluas basis investasinya lebih
cepat daripada yang lain. (menyebabkan penyebut ROE meningkat). Dalam hal ini apabila perusahaan
dapat memperoleh pengembalian atas investasi baru yang sesuai dengan pengembalian investasi
lama, maka tingkat ROE akan dipertahankan. Namun perusahaan akan mengalami kesulitan untuk terus
menghasilkan ROE yang mengesankan tersebut. Perusahaan dengan ROE yang lebih tinggi cenderung
menemukan bahwa seiring berjalannya waktu, pertumbuhan pendapatan mereka tidak sejalan dengan
pertumbuhan basis investasi mereka, dan akhirnya ROE akan turun.
• The Behavior of Components of ROE
Perilaku dari “rates of return on equity” yang telah dijelaskan di atas dapat dianalisis lebih lanjut
dengan melihat perilaku dari komponen kunci. Profit margin dan ROE cenderung didorong oleh adanya
persaingan pada level normal dari waktu ke waktu. Dalam hal ini, apa yang dianggap normal sangat
bervariasi sesuai dengan teknologi dan strategi yang digunakan oleh suatu industri. Keduanya dapat
mempengaruhi turnover dan leverage. Dalam ekuilibrium yang sangat kompetitif, profit margin
seharusnya tetap tinggi untuk perusahaan yang beroperasi dengan rendah dan sebaliknya.

Pembahasan mengenai tingkat return dan margin di atas menyiratkan bahwa titik awal yang masuk
akal untuk melakukan peramalan statistic semacam itu seharusnya mempertimbangkan lebih dari
sekadar pengamatan yang terbaru. Dalam hal ini seseorang juga harus mempertimbangkan apakah
tingkat atau margin tersebut di atas atau di bawah tingkat normal. Apabila demikian, maka tidak ada
informasi rinci yang sebaliknya, orang akan mengharapkan beberapa pergerakan dari waktu ke waktu
menuju sesuatu yang normal tersebut. Tentu saja tendensi sentral ini dapat diatasi dalam beberapa
kasus, seperti : di mana perusahaan telah menetapkan batasan persaingan yang dapat melindungi margin
(bahkan untuk waktu yang lama).
Selanjutnya selain tingkat return dan margin, analis juga dapat mengasumsikan bahwa asset
turnover, financial leverage, dan net interest rate tetap relatif konstan dari waktu ke waktu (kecuali
apabila terdapat perubahan secara eksplisit dalam teknologi atau kebijakan keuangan yang sedang
dipertimbangkan pada periode mendatang). Titik awal yang masuk akal untuk asumsi variabel-variabel
ini adalah tingkat periode saat ini. Satu-satunya pengecualian adalah perusahaan dengan asset turnover
yang sangat tinggi (mengalami penurunan rasio sebelum stabil), atau perusahaan dengan hutang bersih
terhadap modal yang sangat rendah (biasanya negatif) yang tampaknya dapat meningkatkan
leverage sebelum stabil. Selain itu, perusahaan dengan tingkat leverage yang sangat tinggi cenderung
bertahan pada tingkat yang lebih rendah daripada perusahaan yang didanai secara konservatif sehingga
dapat menurunkan rata-rata seiring berjalanya waktu.
C. OTHER FORECASTING CONSIDERATIONS
Secara umum perilaku “mean-reverting” terkait pertumbuhan penjualan dan return on equity
(ROA) yang ditunjukkan oleh pasar seharusnya berlaku untuk masing-masing perusahaan dari waktu
ke waktu. Oleh karena itu, titik awal untuk setiap peramalan harus menjadi perilaku rangkaian
waktu dari berbagai ukuran kinerja perusahaan. meskipun demikian terdapat beberapa faktor lain
yang harus dipertimbangkan oleh analis dalam membuat peramalan. Hal termasuk pemahaman
mengenai implikasi dari tiga tingkat analisis sebelum analisis prospektif (strategi, akuntansi, dan kinerja
keuangan serta pertimbangan makroekonomi).
1. Strategy, Accounting, and Financial Analysis and Forecasting
Analisis terkait strategi perusahaan, akuntansi, dan kinerja keuangan dapat menghasilkan
pertanyaan dan wawasan penting mengenai bagaimana kinerja dari masa depan suatu perusahaan. Oleh
karena itu, proyeksi kinerja masa depan dari setiap perusahaan harus didasarkan pada pemahaman atas
pertanyaan yang diajukan oleh analisis, seperti:
• Dari analisis strategi bisnis : apa karakteristik industri tempat dimana perusahaan tersebut
beroperasi?; apakah terdapat hambatan yang signifikan (cenderung menghalangi persaingan di
masa depan)?; apabila ada, berapa lama mereka dapat bertahan?; bagaimana prospek pertumbuhan
industrinya?; bagaimana dampaknya terhadap persaingan di masa depan?; serta apakah perusahaan
tersebut memiliki strategi yang jelas yang dapat memposisikannya untuk kesuksesan di masa
depan?
• Dari analisis akuntansi : memberikan analisis pemahaman mengenai bagaimana akuntansi
perusahaan dapat mempengaruhi kinerja keuangan yang dilaporkan. Apakah aset yang dibesar-
besarkan membutuhkan penghapusan (write-down) di masa depan?; apakah perusahaan memiliki
off–balance sheet assets, seperti R&D yang melebih-lebihkan tingkat pengembalian yang
dilaporkan?; apabila iya, apa implikasinya terhadap laporan akuntansi masa depan ?
• Dari analisis keuangan : apa sumber dari kinerja perusahaan yang buruk atau kuat baru-baru ini?;
apakah kinerja tersebut berkelanjutan?; apakah terdapat pola yang terlihat dalam kinerja perusahaan
di masa lalu?; apabila iya, adakah alasan mengapa tren tersebut cenderung berlanjut atau berubah?
Wawasan di atas membantu analis menjawab pertanyaan apakah dan untuk berapa
lama perusahaan akan mampu mempertahankan keunggulan kompetitifnya dan tingkat kinerja saat ini
yang sangat penting untuk peramalan. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut menentukan
kecepatan kinerja perusahaan mengikuti tren rata-rata umum yang telah dibahas sebelumnya.
2. Macroeconomic Factors and Forecasting
Analis juga ingin mempertimbangkan kondisi makroekonomi pada saat membuat peramalan. Hal
ini dilakukan untuk perusahaan yang kinerja keuangannya sangat sensitif terhadap siklus ekonomi.
Meskipun demikian, faktor makroekonomi tersebut tidak dapat diramalkan dengan tingkat kepastian
yang tinggi. Akibatnya, untuk tujuan peramalan, secara umum disarankan untuk mengasumsikan
bahwa dampak perubahan dalam siklus bisnis tersebut akan merata dalam jangka panjang.
D. SENSITIVITY ANALYSIS
Salah satu pendekatan sistematis untuk analisis sensitivitas adalah memulai dengan asumsi kunci
yang mendasari serangkaian peramalan. Kemudian memeriksa sensitivitas terhadap asumsi dengan
ketidakpastian terbesar dalam situasi tertentu. Misalnya, apabila suatu perusahaan pernah mengalami
pola variabel margin kotor di masa lalu, penting untuk membuat proyeksi dengan menggunakan
kisaran margin tersebut. Alternatifnya, apabila perusahaan telah mengumumkan perubahan signifikan
dalam strategi ekspansinya, asumsi pemanfaatan aset mungkin lebih tidak pasti. Oleh karena itu, dalam
menentukan tempat untuk menginvestasikan waktu seseorang dalam melakukan analisis sensitivitas,
maka penting untuk mempertimbangkan pola kerja historis, perubahan kondisi industri, dan bagaimana
perubahan strategi bersaing yang dijalankan oleh suatu perusahaan.
1. Seasonality and Interim Forecasts
Sejauh ini, kami memperhatikan peramalan tahunan. Hal ini berbeda dengan security analysts
Amerika Serikat yang melakukan peramalan setiap tiga bulan. Forecasting quarter (peramalan kuartal
demi kuartal menimbulkan serangkaian pertanyaan baru. Seberapa pentingkah “seasonality”? apa titik
awal yang berguna untuk kinerja kuartal baru tersebut? Apakah kuartal ini sebanding dengan tahun
sebelumnya? beberapa kombinasi dari keduanya? bagaimana seharusnya data triwulanan digunakan
untuk menghasilkan peramalan tahunan? apakah pendekatan item per item untuk peramalan yang
digunakan untuk data tahunan berlaku sama baiknya untuk data kuartalan?. Seasonality adalah
fenomena yang lebih penting dalam perilaku penjualan dan penghasilan daripada yang dapat diduga
atau prediksi. Hal tersebut hadir untuk lebih dari sekedar perusahaan sektor ritel yang mendapat
keuntungan atas holiday sales.
Seasonality juga dihasilkan dari fenomena yang berhubungan dengan cuaca (misalnya, untuk
utilitas listrik dan gas, perusahaan konstruksi, dan produsen sepeda motor), pola pengenalan produk
baru (misalnya, untuk industri mobil ), dan faktor yang lainnya. Analisis perilaku deret waktu
pendapatan untuk perusahaan AS menunjukkan bahwa setidaknya beberapa seasonality hampir hadir
(terdapat) dalam setiap industri besar.
Adapun implikasi dari peramalan adalah bahwa seseorang tidak dapat hanya fokus pada
kinerja kuartal terakhir sebagai titik awal. Faktanya, terdapat bukti yang meramalkan pendapatan,
apabila seseorang hanya harus memilih kinerja satu kuartal sebagai dasar untuk meramalkan maka hal
tersebut menjadi kuartal yang sebanding pada tahun sebelumnya (bukan kuartal terakhir).
Perhatikan bagaimana temuan ini konsisten dengan laporan para analis atau pers keuangan pada saat
mereka membahas pengumuman pendapatan triwulanan, hampir selalu dievaluasi secara relatif
terhadap kinerja triwulan yang sebanding pada tahun sebelumnya (bukan triwulan terakhir)
Penelitian telah menghasilkan model yang dapat meramalkan penjualan, pendapatan, atau EPS
(berdasarkan pengamatan kuartal sebelumnya). Model-model ini tidak digunakan oleh banyak analis
karena mereka memiliki akses yang lebih banyak pada informasi daripada yang terdapat dalam model
sederhana tersebut. Meskipun demikian model tersebut berguna untuk membantu mereka yang tidak
terbiasa dengan behavior of earnings data untuk memahami bagaimana peramalan cenderung
berkembang dari waktu ke waktu. Selanjutnya terdapat salah satu model dari proses pendapatan yang
cocok untuk berbagai industri (Model Foster). Model tersebut menggunakan Qt untuk menunjukkan
pendapatan (atau EPS) untuk kuartal t, dan E (Qt) sebagai nilai yang diharapkan.

Foster menunjukkan bahwa model dengan formulir yang sama juga berfungsi baik dengan data
penjualan triwulanan. Bentuk model ini menegaskan pentingnya seasonality karena menunjukkan
bahwa titik awal peramalan untuk kuartal t adalah pendapatan empat kuartal yang lalu, Qt4. Hal tersebut
menyatakan bahwa ketika dibatasi hanya untuk menggunakan data pendapatan sebelumnya,
perkiraan pendapatan yang wajar untuk kuartal t mencakup elemen-elemen sebagai berikut:
• Pendapatan kuartal yang sebanding dengan tahun sebelumnya (Qt4);
• Tren jangka panjang dalam peningkatan pendapatan kuartalan dari tahun ke tahun (δ);
• Sebagian kecil (φ) dari peningkatan pendapatan kuartalan dari tahun ke tahun yang dialami baru-
baru ini (Qt 1 Qt 5)

Anda mungkin juga menyukai