1. Retention Ratio (Rasio Retensi): Rasio Retensi mengukur sejauh mana laba
bersih yang diperoleh oleh perusahaan dipertahankan dan diinvestasikan
kembali dalam bisnis, dibandingkan dengan jumlah laba bersih yang
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Rasio Retensi dihitung
dengan rumus berikut:
Rasio Retensi=Labas Bersih Tidak DibagikanLabas BersihRasio Reten
si=Labas BersihLabas Bersih Tidak Dibagikan
Jika Rasio Retensi tinggi, artinya perusahaan lebih cenderung mempertahankan lebih
banyak laba untuk reinvestasi dalam operasional dan pertumbuhan bisnis. Jika Rasio
Retensi rendah, perusahaan lebih cenderung membayar dividen kepada pemegang
saham.
ROE yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang
signifikan dari modal yang ditanamkan oleh pemegang saham.
Dalam kaitannya dengan pertumbuhan, hubungan antara Rasio Retensi dan ROE
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dengan kata lain, Retention Ratio (Rasio Retensi) mempengaruhi seberapa banyak
laba yang diinvestasikan kembali dalam bisnis, sementara Return on Equity (ROE)
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari modal sendiri. Jika
keduanya berada pada tingkat yang tinggi, maka pertumbuhan perusahaan dapat
ditingkatkan secara substansial.
Namun, penting untuk diingat bahwa faktor-faktor lain seperti risiko, siklus bisnis,
dan lingkungan ekonomi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan perusahaan.
Sebutkan satu kekurangan masing-masing model penghitungan nilai saham dengan dividend
growth model dan PE ratio
ChatGPT
Dividend Growth Model (Model Dividen Pertumbuhan) dan Price-to-Earnings (PE) Ratio adalah
dua metode yang umum digunakan dalam analisis valuasi saham. Namun, keduanya memiliki
kekurangan masing-masing, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
Selain itu, Dividend Growth Model juga tidak mempertimbangkan perubahan kondisi ekonomi
atau risiko yang mungkin mempengaruhi arus kas masa depan atau tingkat pertumbuhan
dividen. Model ini juga bergantung pada asumsi tentang tingkat pertumbuhan yang konstan
dalam jangka panjang, yang mungkin tidak selalu terjadi dalam situasi nyata.
Kesimpulannya, baik Dividend Growth Model maupun PE Ratio memiliki kekurangan dan asumsi
yang perlu diperhatikan saat melakukan analisis valuasi saham. Penting untuk menggunakan
berbagai metode dan melengkapi dengan informasi lainnya untuk mendapatkan pandangan
yang lebih komprehensif tentang nilai suatu saham.