EVA > 0, bernilai positif terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
Berarti ada nilai tambah ekonomis, setelah perusahaan membayarkan
semua kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sesuai
ekspektasinya.
EVA = 0, bernilai BEP tidak ada nilai tambah ekonomis, namun
perusahaan mampu membayar semua kewajiban kepada para kreditur
sesuai ekspetasi.
EVA < 0, bernilai negatif tidak terjadi proses nilai tambah pada
perusahaan. Artinya perusahaan tidak mampu membayarkan kewajibannya
kepada para penyandang dana atau kreditur sebagaimana nilai yang
diharapkan ekspektasi return saham tidak dapat tercapai.
Perhitungan EVA:
Parameter MVA:
Perhitungan MVA:
MVA = (Nilai pasar – Nilai nominal per lembar saham) × Jumlah Saham
Comments:
Nilai MVA yang positif menandakan bahwa nilai pasar perusahaan lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai buku perusahaan. Hal ini seharusnya membuat para
investor tertarik untuk melakukan investasi pada perusahaan. Banyaknya investor
yang tertarik seharusnya mampu menaikkan jumlah permintaan terhadap saham
tersebut sehingga mampu menaikkan harga saham tersebut. Dengan naiknya harga
saham akan membawa pengaruh positif terhada return perusahaan dari sisi capital
gainnya.
Parameter WAI:
Perhitungan WAI:
Perhitungan RWA:
Comments:
Melalui pengukuran RWA, kita dapat dengan mudah untuk mengetahui kualitas
manajemen, produktivitas dan sebagainya yang relatif terhadap peer grup. RWA
bermanfaat pula bagi para manajer aset perusahaan, penanam modal, analis saham
dan anggota-anggota lainnya dari komunitas investasi untuk menilai kinerja relatif
perusahaan. Singkatnya, untuk mengetahui siapakah yang terbaik di industri
tersebut, maka dapat diketahui dari angka RWA tadi. Sebuah perusahaan yang
mempunyai economic value-added (EVA) sangat bagus, berarti sangat profitable
dan sukses, maka mereka dapat menjadi yang terbaik di industrinya. Jika mereka
menjadi yang terbaik di industrinya, tentu akan memiliki angka RWA positif.
Apabila perusahaan berhasil memperoleh angka RWA bagus secara kontinu, pada
akhirnya perlahan tapi pasti tentu akan memiliki angka WAI yang tinggi pula.
5. Financial Distress
Hasil dari perhitungan diatas akan diklasifikasikan. Perusahaan dengan skor Z >
2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang sehat, sedangkan perusahaan yang
mempunyai skor Z > 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan dengan potensi
bangkrut (Financial Distress). Sedangkan perusahaan dengan skor Z diantara 1,81
sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang masuk pada grey area
(Muslich, 2000:60). Namun, Z-Score ini tidak dipergunakan untuk perusahaan
jenis jasa keuangan atau lembaga keuangan, baik swasta maupun pemerintah. Hal
ini karena adanya kecenderungan perbedaan yang cukup besar antara neraca suatu
institusi keuangan dengan institusi keuangan lainnya.
Comments:
Semua perusahaan bisa saja mengalami financial distress, tidak melulu hanya
pada perusahaan kecil atau yang masih berkembang. Perusahaan besar pun, tidak
memiliki jaminan bisa terhindar atau terlepas dari masalah yang satu ini.
Alasannya pun cukup sederhana, karena financial distress erat kaitannya dengan
kondisi keuangan sebuah perusahaan dan semua perusahaan pastinya berurusan
dengan keuangan, entah untuk mencapai target laba atau sekadar sebagai sumber
keberlangsungan hidup perusahaan.