Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2 Analisis Informasi Keuangan EKSI4204

Jawaban Soal No 1:
Rasio keuangan, menurut James C. Van Horne, adalah indeks yang menghubungkan
dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.
Rasio keuangan memberikan wawasan tentang kesehatan keuangan suatu perusahaan
dan digunakan sebagai alat analisis yang penting. Berikut adalah beberapa jenis rasio
keuangan utama dan keterbatasannya:

Jenis-Jenis Rasio Keuangan:


1. Rasio Likuiditas:
a. Contoh: Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio Cepat (Quick Ratio).
b. Tujuan: Mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek dengan aset lancarnya.
c. Keterbatasan: Tidak memberikan gambaran menyeluruh tentang efisiensi
operasional atau profitabilitas.

2. Rasio Profitabilitas:
a. Contoh: Rasio Laba Bersih terhadap Penjualan, Return on Equity (ROE).
b. Tujuan: Menilai efisiensi dan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan.
c. Keterbatasan: Tidak memberikan informasi tentang risiko atau kualitas
pendapatan.

3. Rasio Solvabilitas:
a. Contoh: Rasio Utang terhadap Ekuitas, Rasio Utang terhadap Aset Total.
b. Tujuan: Menilai tingkat risiko keuangan dan kemampuan perusahaan untuk
membayar utang.
c. Keterbatasan: Tidak memberikan gambaran tentang likuiditas atau keberlanjutan
bisnis.

4. Rasio Aktivitas:
a. Contoh: Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan.
b. Tujuan: Menilai efisiensi pengelolaan aset perusahaan.
c. Keterbatasan: Tidak memberikan gambaran tentang profitabilitas atau risiko.

Keterbatasan Rasio Keuangan:

1. Tergantung pada Data Akuntansi:


Rasio keuangan sangat bergantung pada akurasi dan kualitas data akuntansi. Jika data
akuntansi tidak akurat, rasio keuangan dapat memberikan analisis yang bias atau
salah.
2. Tidak Menunjukkan Sebab dan Akibat:
Rasio keuangan memberikan gambaran tentang kesehatan keuangan, tetapi tidak
menjelaskan penyebab atau akibat dari perubahan dalam rasio tersebut.

3. Tidak Mengukur Faktor Non-Finansial:


Rasio keuangan tidak mencakup aspek non-finansial seperti manajemen, kualitas
produk, atau inovasi, yang juga penting dalam penilaian keseluruhan kinerja
perusahaan.

4. Tidak Mempertimbangkan Perbedaan Industri:


- Setiap industri memiliki karakteristik unik, dan rasio yang baik untuk satu
industri mungkin tidak sesuai untuk industri lainnya. Rasio keuangan perlu dinilai
dalam konteks industri tertentu.

5. Mungkin Tidak Mencerminkan Perubahan Cepat:


- Rasio keuangan dapat menjadi kurang relevan dalam situasi perubahan cepat
atau ketika ada faktor-faktor tak terduga yang dapat memengaruhi kinerja perusahaan.

Meskipun rasio keuangan memiliki keterbatasan, mereka tetap menjadi alat yang
berguna dalam menganalisis kesehatan dan kinerja keuangan perusahaan. Penggunaan
rasio keuangan yang bijak melibatkan evaluasi yang cermat terhadap konteks bisnis
dan data akuntansi yang mendukung.

Jawaban Soal No 2:
Konsep likuiditas (liquidity) dalam analisis kas mengacu pada kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau kebutuhan keuangan lainnya dengan
menggunakan aset kasnya. Likuiditas adalah indikator penting dalam mengukur
sejauh mana perusahaan dapat mengonversi asetnya menjadi uang tunai atau aset
yang sangat likuid dengan cepat.

Dalam konteks kas untuk utang, peralatan, dan kebutuhan ekspansi, likuiditas
memiliki relevansi yang berbeda:

1. Kas untuk Membayar Utang:


- Likuiditas di sini mencerminkan sejauh mana perusahaan dapat memenuhi
kewajiban jangka pendek, seperti pembayaran utang, gaji, atau tagihan lainnya.
- Jika perusahaan memiliki likuiditas yang tinggi, itu memberikan keleluasaan
untuk membayar utang tepat waktu tanpa mengalami kesulitan keuangan.
- Kas yang cukup juga memberikan kepercayaan diri kepada kreditur dan dapat
meningkatkan citra keuangan perusahaan.

2. Kas untuk Mengganti Peralatan:


- Likuiditas dalam konteks penggantian peralatan mencerminkan kemampuan
perusahaan untuk membiayai pembelian atau penggantian peralatan tanpa harus
bergantung pada pembiayaan eksternal.
- Pemeliharaan tingkat likuiditas yang memadai memastikan bahwa perusahaan
dapat menjalankan operasinya tanpa gangguan akibat kekurangan peralatan atau
fasilitas yang diperlukan.

3. Kas untuk Memperluas Fasilitas:


- Likuiditas di sini berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membiayai
ekspansi atau pembangunan fasilitas baru tanpa harus mengandalkan utang yang
signifikan.
- Keberadaan kas yang cukup memberikan fleksibilitas kepada manajemen untuk
mengambil keputusan strategis dan taktis terkait dengan pertumbuhan perusahaan.

Likuiditas dalam konteks ini tidak hanya mengacu pada jumlah kas yang dimiliki
perusahaan, tetapi juga pada sejauh mana perusahaan dapat mengakses dana dengan
cepat dan tanpa kerumitan. Oleh karena itu, pengelolaan likuiditas yang baik
melibatkan strategi alokasi kas yang tepat, pengelolaan utang dengan bijak, dan
pemantauan yang cermat terhadap siklus kas perusahaan.

Dengan memiliki likuiditas yang cukup, perusahaan dapat merespons lebih baik
terhadap peluang dan tantangan bisnis tanpa terlalu tergantung pada pembiayaan
eksternal, yang dapat membantu menciptakan kestabilan dan ketangguhan dalam
pengelolaan keuangan.

Jawaban Soal No 3:
1. Earnings Per Share (EPS):
- Earnings Per Share (EPS) mengukur laba bersih yang dapat diatribusikan kepada
setiap lembar saham biasa yang beredar.
- Rumus EPS: Laba Bersih/Jumlah Lembar Saham Biasa yang Beredar
- Dalam kasus ini, EPS = Rp10.000.000.000/ Rp5.000.000 = Rp 2.000 per lembar
saham.

2. Price Earnings Ratio (P/E Ratio):


- Price Earnings Ratio (P/E Ratio) memberikan gambaran tentang seberapa mahal
atau murahnya saham perusahaan di pasar saham.
- Rumus P/E Ratio: P/E Ratio = Harga Saham di Pasa/EPS
- Dalam kasus ini, P/E Ratio = Rp 3.750/ Rp 2.000 = 1,875
- Interpretasi: P/E Ratio 1,875 berarti investor membayar Rp 1,875 untuk setiap Rp
1 laba yang dihasilkan per lembar saham.

3. Kekayaan Pemegang Saham Sebelum Dividen dan Pemecahan Saham:


- Kekayaan pemegang saham sebelum dividen dan pemecahan saham dapat diukur
dengan menggunakan nilai buku per lembar saham.
- Rumus Nilai Buku per Lembar Saham: Ekuitas Pemegang Saham/Jumlah
Lembar Saham Biasa yang Beredar
- Jika kita memiliki informasi lebih lanjut tentang ekuitas pemegang saham
(misalnya, Ekuitas Pemegang Saham = Rp 50.000.000.000 , kita bisa menghitung Nilai
Buku per Lembar Saham.
- Nilai Buku per Lembar Saham = Rp 50.000.000.000/5.000.000} = Rp 10.000 per
lembar saham.

Demikianlah perhitungan sederhana untuk EPS, P/E Ratio, dan nilai buku per lembar
saham. Perlu dicatat bahwa informasi lebih lanjut, seperti dividen yang dibayarkan
atau potensi pemecahan saham, dapat memengaruhi nilai kekayaan pemegang saham
dan perhitungan lainnya.

Jawaban Soal No 4:
Perbedaan antara laba akuntansi dan laba ekonomi berkaitan dengan prinsip dasar
yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Laba akuntansi diukur
berdasarkan prinsip akrual, yang mencatat pendapatan dan biaya ketika terjadi, bukan
ketika uang berpindah. Sementara itu, laba ekonomi lebih fokus pada aliran kas aktual
dan mencerminkan pendapatan dan biaya seiring dengan pergerakan uang tunai.

Penyebab Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Ekonomi:

1. Pencatatan Akrual vs. Uang Kas:


- Laba Akuntansi: Mencatat pendapatan dan biaya pada saat transaksi terjadi,
terlepas dari apakah uang tunai sudah diterima atau dibayarkan.
- Laba Ekonomi: Menekankan pada aliran kas aktual, yaitu uang tunai yang
masuk atau keluar perusahaan.

2. Pendapatan Dalam Proses:


- Laba Akuntansi: Mungkin mencatat pendapatan yang masih dalam proses atau
belum diterima secara penuh.
- Laba Ekonomi: Hanya mencatat pendapatan yang sudah diterima atau diterima
secara aktual.

3. Penyusutan dan Amortisasi:


- Laba Akuntansi: Menggunakan metode penyusutan dan amortisasi untuk
mencatat depresiasi aset dan amortisasi beban dengan cara tertentu.
- Laba Ekonomi: Menilai nilai ekonomis aset berdasarkan pengurangan nilai
aktual tanpa mengikuti metode akuntansi tertentu.

4. Pendanaan Eksternal:
- Laba Akuntansi: Tidak selalu mencerminkan kondisi keuangan aktual karena
melibatkan elemen akrual.
- Laba Ekonomi: Lebih mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mendanai
operasinya, mengembangkan bisnis, atau membayar utang dengan uang tunai yang
diterima.
5. Biaya yang Belum Dibayar dan Pendapatan yang Belum Diterima:
- Laba Akuntansi: Mencatat biaya yang belum dibayar dan pendapatan yang
belum diterima, menciptakan selisih antara laba akuntansi dan aliran kas aktual.
- Laba Ekonomi: Hanya memasukkan biaya yang telah dibayarkan dan
pendapatan yang telah diterima.

Perbedaan ini memberikan gambaran bahwa laba akuntansi lebih bersifat "paper
profit," mencerminkan hasil transaksi akrual dan pencatatan, sementara laba ekonomi
lebih menekankan pada kondisi keuangan aktual dan keberlanjutan operasional
perusahaan. Dalam menganalisis kesehatan finansial, investor dan analis sering kali
mempertimbangkan kedua konsep ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
lengkap tentang kinerja suatu perusahaan.

Jawaban Soal No 5:
Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan terkait dengan sejauh mana dan
dalam bentuk apa dividen akan dibayarkan kepada pemegang saham. Kebijakan ini
sering dikaitkan dengan beberapa teori dividen yang telah dikembangkan oleh
ekonomi keuangan. Berikut adalah dua teori dividen utama yang relevan:

1. Teori Dividen Relevansi:


- Menurut teori ini, kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan dan
keputusan pembagian dividen dapat mempengaruhi harga saham.
- Jika perusahaan membayar dividen, pemegang saham mungkin mendapat
manfaat dalam bentuk arus kas tunai, yang dapat digunakan untuk investasi lain atau
kebutuhan pribadi.
- Bagi sebagian investor, dividen yang stabil dan tinggi dapat meningkatkan
kepercayaan terhadap kinerja perusahaan dan menarik bagi investor yang mencari
pendapatan tunai reguler.
- Kebijakan dividen yang relevan berkaitan dengan kebijakan pembayaran dividen
yang mempertimbangkan kebutuhan investor dan dampaknya terhadap nilai
perusahaan.

2. Teori Dividen Irrelevansi:


- Teori ini, dikembangkan oleh Modigliani dan Miller, menyatakan bahwa, dalam
kondisi pasar yang efisien dan tanpa pajak, kebijakan dividen tidak mempengaruhi
nilai perusahaan.
- Argumennya adalah bahwa investor dapat membuat "dividend policy" sendiri
dengan menjual sebagian saham jika mereka memerlukan arus kas tunai, sehingga
pembayaran dividen atau tidak tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
- Fokusnya lebih pada proyeksi investasi dan potensi pertumbuhan perusahaan,
bukan pada pembagian dividen.
- Kebijakan dividen dianggap tidak relevan karena nilai perusahaan ditentukan
oleh laba bersih dan prospek pertumbuhan.
Kaitannya dengan pembagian dividen dalam bentuk saham dan pemecahan saham
(stock split):

- Dividen Saham (Stock Dividend):


- Perusahaan membayar dividen dalam bentuk saham tambahan kepada pemegang
saham yang ada, bukan dalam bentuk uang tunai.
- Tujuan mungkin termasuk mempertahankan likuiditas kas perusahaan atau
menunjukkan komitmen perusahaan terhadap pemegang saham tanpa mengurangi kas
yang tersedia.

- Pemecahan Saham (Stock Split):


- Perusahaan meningkatkan jumlah lembar saham yang beredar dengan memecah
nilai nominal saham.
- Tujuannya adalah membuat harga saham per lembar menjadi lebih terjangkau dan
likuiditas saham meningkat.
- Pemecahan saham tidak berdampak pada nilai total perusahaan atau nilai
kepemilikan pemegang saham.

Dalam prakteknya, kebijakan dividen dan tindakan seperti dividen saham atau
pemecahan saham dapat mencerminkan strategi dan kondisi keuangan perusahaan.
Perusahaan mungkin memilih berbagai kebijakan dividen berdasarkan kondisi pasar,
kebutuhan investasi, dan preferensi pemegang saham.

Sumber: BMP EKSI4204

Anda mungkin juga menyukai