Anda di halaman 1dari 51

PERMASALAHAN KETENAGAKERJAAN DI DINAS TENAGA KERJA

KOTA BANDUNG

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas pengganti Ujian Akhir Semester (UAS)


mata kuliah Praktik Pekerjaan Sosial dalam Bidang Industri

Dosen Pengampu:
Drs. Suhendar, MP

Oleh:
Irma Clara Yuniar Pakpahan
17.04.265
Kelas A-Industri

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PEKERJAAN SOSIAL


POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Permasalahan
Ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung” tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan tugas sebagai pengganti Ujian Akhir Semester (UAS) Mata
Kuliah Praktik Pekerjaan Sosial dalam Bidang Industri.
Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami dan
mengetahui tentang permasalahan ketenagakerjaan yang sering terjadi di Kota
Bandung dan sering dihadapi oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung serta
bagaimana pelaksanaan program dan kegiatan untuk penyelesaian masalah
tersebut. Semoga makalah ini dapat berguna untuk para pembaca pada umumnya
dan untuk penulis pada khususnya. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Praktik Pekerjaan Sosial dalam Bidang Industri, Bapak Drs.
Suhendar, MP atas bimbingan dan pengarahannya selama penyusunan makalah ini
serta pihak-pihak yang telah membantu.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang
akan datang lebih baik lagi.

Bandung, 12 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 3
1.1 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
2.1 Ketenagakerjaan ........................................................................................ 4
2.1.1 Tenaga Kerja .................................................................................... 4
2.1.2 Angkatan Kerja ................................................................................ 5
2.1.3 Pemberi Kerja .................................................................................. 6
2.1.4 Kesempatan Kerja ............................................................................ 6
2.1.5 Hubungan Kerja ............................................................................... 7
2.1.6 Hak dan Kewajiban Pekerja ............................................................. 9
2.2 Masalah Ketenagakerjaan ......................................................................... 12
BAB III DESKRIPSI LEMBAGA .................................................................... 15
3.1 Profil Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung ................................................ 15
3.1.1 Visi, Misi, dan Sasaran .................................................................... 15
3.1.2 Dasar Hukum ................................................................................... 15
3.1.3 Sejarah .............................................................................................. 16
3.1.4 Tugas Pokok, Fungsi, dan Tujuan.................................................... 18
3.1.5 Struktur Organisasi .......................................................................... 19
3.1.6 Kebijakan dan Strategi ..................................................................... 20
3.1.7 Sumber Daya Manusia ..................................................................... 21
3.1.8 Jenis Pelayanan ................................................................................ 22

iii
3.1.9 Program dan Kegiatan...................................................................... 24
3.1 Pelaksanaan Kegiatan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung ...................... 25
3.2.1 Bidang Pelatihan dan Produktivitas Kerja ....................................... 25
3.2.2 Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi ...................... 29
3.2.3 Bidang Pembinaan Hubungan Industrial & Persyaratan Kerja ........ 30
3.2.4 Bidang Norma Ketenagakerjaan & Jamsostek................................. 32
3.2.5 UPT Balai Latihan Kerja (BLK) ...................................................... 32
3.2.6 UPT Higine Perusahaan dan Kesehatan (Hyperkes)........................ 33
BAB IV ANALISIS ............................................................................................. 36
4.1 Permasalahan Ketenagakerjaan................................................................. 36
4.2 Analisis Permasalahan Ketenagakerjaan .................................................. 38
4.1 Solusi Permasalahan Ketenagakerjaan...................................................... 41
BAB V PENUTUP............................................................................................... 43
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 43
5.2 Saran ......................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Daftar Pegawai Menurut Eselon ........................................................... 10


Tabel 2.2 Daftar Pegawai Menurut Golongan ...................................................... 11
Tabel 3.1 Permasalahan Ketenagakerjaan ........................................................... 25

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat
menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara
berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan selalu
mengetengahkan isu-isu tentang pengangguran, kesempatan kerja dan
partisipasi angkatan kerja yang tentunya berkaitan dengan kualitas sumber
daya manusia (SDM). Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal
yang sangat penting dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha
yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan lapangan kerja yang
cukup untuk dapat mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk
ke pasar kerja.
Kesempatan kerja, kuantitas, serta kualitas tenaga kerja menjadi
indikator penting dalam pembangunan ekonomi karena mempunyai fungsi
yang menentukan dalam pembangunan, diantaranya tenaga kerja sebagai
sumber daya untuk menjalankan proses produksi serta distribusi barang dan
jasa, dan tenaga kerja sebagai sasaran untuk menghidupkan dan
mengembangkan pasar. Kedua fungsi tersebut memungkinkan
berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus dalam jangka
panjang, atau dapat dikatakan bahwa tenaga kerja merupakan motor
penggerak dalam pembangunan (Suroto, 1992).
Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar
keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas,
namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Semakin
besar kesempatan kerja bagi tenaga kerja, maka kemajuan kegiatan ekonomi
masyarakat akan semakin baik, dan sebaliknya. Di sisi lain, meningkatnya
jumlah angkatan kerja dalam waktu yang cepat dan jumlah yang tinggi,
sementara kesempatan kerja yang tersedia sangat terbatas akan
menyebabkan timbulnya pengangguran (Roni, 2010).

1
Jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan kualitas penduduk
yang memadai, akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas yang
rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan
nasional (Simanjuntak, 1985). Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan tersebut ialah dengan cara meningkatkan daya
saing, baik dalam segi keterampilan maupun kemampuan. Oleh karena itu,
tenaga kerja tidak bisa bersaing hanya dengan keterampilan seadanya, tetapi
mereka harus dibekali keterampilan yang baik yang sesuai dengan keahlian
mereka.
Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, merupakan salah satu organisasi
pemerintah yang menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di
Kota Bandung. Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung merupakan suatu
lembaga Dinas Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Bandung yang
mengemban tugas di bidang ketenagakerjaan, tugas dan kewajiban Dinas
Tenaga Kerja yaitu untuk membantu calon tenaga kerja mendapatkan suatu
keterampilan dan kemampuan dengan melaksanakan pelatihan,
meningkatkan perlindungan ketenagakerjaan, dan meningkatkan kualitas
kinerja tenaga kerja. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama yang baik
antara calon tenaga kerja dan Pemerintah dalam meningkatkan daya saing
calon tenaga kerja lokal.
Kinerja pemerintah yang baik akan sangat berpengaruh terhadap
peningkatan keterampilan dan kemampuan calon tenaga kerja di Bandung.
Peningkatan keterampilan dan kemampuan calon tenaga kerja di Kota
Bandung membuat mereka mampu bersaing dalam dunia kerja, dan
pemerintah diuntungkan dengan banyaknya tenaga kerja yang
berketerampilan dan berkemampuan akan mengurangi jumlah angka
pengangguran di Kota Bandung.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana profil Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung?

2
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan di Dinas Tenaga Kerja Kota
Bandung?
3. Bagaimana masalah ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Kerja Kota
Bandung?
4. Bagaimana analisis dari masalah ketenagakerjaan di Dinas Tenaga
Kerja Kota Bandung?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui profil Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan di Dinas Tenaga Kerja
Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui masalah ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Kerja
Kota Bandung.
4. Untuk mengetahui analisis dari masalah ketenagakerjaan di Dinas
Tenaga Kerja Kota Bandung.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman dan pengembangan teori atau konsep yang berkaitan
dengan masalah ketenagakerjaan. Serta sebagai bahan masukan atau
sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu di bidang
ketenagakerjaan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan
dan rekomendasi sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan, juga sebagai sumbangan
pemikiran dalam merumuskan kebijakan atau program secara
konseptual dan sebagai bahan, data, dan informasi bagi berbagai
pihak.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketenagakerjaan
2.1.1 Tenaga Kerja
Badan Pusat Statistik mendefinisikan tenaga kerja
(manpower) sebagai seluruh penduduk dalam usia kerja (15 tahun
keatas) yang berpotensi memproduksi barang dan jasa. BPS (Badan
Pusat Statistik) membagi tenaga kerja (employed), yaitu:
1. Tenaga kerja penuh (full employed), adalah tenaga kerja
yang mempunyai jumlah jam kerja > 35 jam dalam seminggu
dengan hasil kerja tertentu sesuai dengan uraian tugas;
2. Tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran
(under employed), adalah tenaga kerja dengan jam kerja <
35 jam seminggu; dan
3. Tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak
bekerja (unemployed), adalah tenaga kerja dengan jam kerja
0 > 1 jam perminggu.
Menurut undang-undang No 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan Pasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Undang-Undang No. 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 8 mengenai
perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan meliputi:
Kesempatan kerja, Pelatihan kerja, Produktivitas tenaga kerja,
Hubungan industrial, Kondisi lingkungan kerja, Pengupahan dan
Kesejahteraan tenaga kerja.
Tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia
kerja (work-ing age population) (Sumarsono, 2009). Tenaga kerja
memiliki beberapa definisi, pada UU No. 25 tahun 1997

4
mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk usia 15 tahun atau
lebih, sedangkan pada undang-undang terbaru tentang
ketenagakerjaan yaitu UU No. 13 tahun 2003 tidak memberikan
batasan umur dalam definisi tenaga kerja, namun pada undang-
undang tersebut melarang mempekerjakan anak – anak.
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan
kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga
(Simanjuntak, 1985). Tenaga kerja atau manpower terdiri dari
angkata kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor
force adalah bagian tenaga kerja yang ingin dan yang benar-benar
menghasilkan barang dan jasa.

2.1.2 Angkatan Kerja


Angkatan kerja adalah penduduk berumur 10 tahun keatas
yang mampu terlibat dalam proses produksi. Yang digolongkan
bekerja yaitu mereka yang sudah aktif dalam kegiatannya
menghasilkan barang atau jasa atau mereka yang selama seminggu
sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau bekerja dengan
maksud memperoleh penghasilan selama paling tidak 1 jam dalam
seminggu yang lalu dan tidak boleh terputus. Sedangakan pencari
kerja adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak
bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan (Subri, 2003).
Yang dimaksud bukan angkatan kerja adalah kelompok
penduduk selama seminggu yang lalu mempunyai kegiatan yakni,
pertama, sekolah yaitu mereka yang kegiatan utamanya sekolah.
Kedua, mengurus rumah tangga yaitu mereka yang kegiatan
utamanya mengurus rumah tangga atau membantu tanpa
mendapatkan upah. Ketiga, penerima pendapatan yaitu mereka yang
tidak melakukan suatu kegiatan tetapi memperoleh penghasilan
misalnya pensiunan, bunga simpanan dan sebagainya. Keempat,

5
yaitu mereka yang sudah tidak dapat melakukan kegiatan seperti
yang termasuk dalam kategori sebelumnya seperti sudah lanjut usia,
cacat jasmani atau lainnya (Simanjuntak, 1985).

2.1.3 Pemberi Kerja


Pemberi Kerja berdasarkan kententuan Undang – undang No
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka (4) pemberi
kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau
badan – badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Adanya istilah
“perseorangan” dalam pengertian pemberi kerja oleh Undang –
undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ini tampaknya
memberikan nuansa baru dalam ketenagakerjaan. Berdasarkan Pasal
1 angka (5) Undang – undang No 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan pengusaha adalah:
1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.
2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan
miliknya.
3. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 dan 2 yang berkedudukan di luar
wilayah Indonesia.

2.1.4 Kesempatan Kerja


Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat
ditampung untuk bekerja pada suatu perusahaan. Kesempatan kerja
ini akan menampung semua tenaga kerja apabila lapangan pekerjaan
yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga
kerja yang ada. Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan

6
usaha, instansi, dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja (BPS,
2016). Menurut Sumarsono (2009), kesempatan kerja yang dapat
diciptakan oleh suatu perekonomian tergantung pada pertumbuhan
dan daya serap masing-masing sektor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya serap tenaga kerja antara lain:
1. Kemungkinan subtitusi tenaga kerja dengan faktor produksi
yang lain.
2. Elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan.
3. Proporsi biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi.
4. Elastisitas persediaan faktor produksi perlengkap lainnya.

2.1.5 Hubungan Kerja


Hubungan kerja merupakan satu ikatan pekerjaan antara
seorang (pekerja/buruh) yang melakukan pekerjaan tertentu, dengan
seseorang (pengusaha) yang menyediakan pekerjaan atau memberi
perintah untuk suatu pekerjaan yang harus dikerjakan dengan baik
dan benar. Sedangkan menurut Undang – undang No 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka (15) menjelaskan bahwa
hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah, dan perintah. Berdasarkan pengertian tersebut
terdapat 3 unsur dari Hubungan Kerja, yaitu:
1. Pekerjaan
2. Perintah
3. Upah
Dari ketiga unsur tersebut ketiga – tiganya harus terpenuhi
dan tidak boleh berkurang satupun agar dapat dikategorikan sebagai
hubungan kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
timbulnya hubungan kerja disebabkan adanya suatu perjanjian kerja
secara tertulis maupun lisan antara pekerja dengan pemberi kerja
yang telah mengikatkan diri, saling bekerja sama untuk pelaksanan

7
pekerjaan yang menghasilkan produk barang dan atau jasa.
Hubungan kerja pada dasarnya meliputi hal-hal mengenai:
1. Pembuatan Perjanjian Kerja (merupakan titik tolak adanya
suatu hubungan kerja).
2. Kewajiban Pekerja (yaitu melakukan pekerjaan, sekaligus
merupakan hak dari pengusaha atas pekerjaan tersebut).
3. Kewajiban Pengusaha (yaitu membayar upah kepada
pekerja, sekaligus merupakan hak dari si pekerja atas upah).
4. Berakhirnya Hubungan Kerja.
5. Cara Penyelesaian Perselisihan antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
1) Hubungan Sesama Pekerja
Hubungan sesama pekerja di lingkungan perusahaan
memegang peranan yang sangat penting. Sesama pekerja
harus menjalin hubungan dengan baik agar suatu pekerjaan
dapat terselesaikan dengan baik juga. Sesama pekerja harus
memiliki rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang tinggi,
karena hal tersebut dapat meningkatkan semangat bekerja.
Dengan adanya hubungan yang baik antar pekerja maka akan
menimbulkan rasa nyaman dan menimbulkan kerjasama
yang baik. Sebaliknya jika hubungan antar pekerja tidak baik
dan menimbulkan suatu pertengkaran dapat mengendorkan
semangat bekerja, persatuan, dan persaudaraan anatar
pekerja.
2) Hubungan Bawahan dengan Atasan
Dalam lingkungan perusahaan tentunya pekerja
mempunyai atasan. Tidak hanya menjalin hubungan kerja
yang baik dengan sesama pekerja, pekerja juga harus
membangun hubungan yang baik dengan atasannya.
Menjalin hubungan yang baik dengan atasan akan
menimbulkan rasa nyaman dalam bekerja. Pekerja akan

8
dengan senang hati menjalankan atau melaksanakan tugas
yang diberikan oleh atasannya dan akan dikerjakan dengan
baik oleh pekerja.
Menjalin hubungan dengan baik harus selalu dibina
oleh setiap pekerja, karena apabila timbul permasalahan
maka dapat dipecahkan bersama dan dapat ditempuh dengan
cara musyawarah. Kesalahpahaman dapat dihindari,
keterbukaan dapat dilakukan bersama yang pada akhirnya
membuat semua pihak akan merasa puas.
3) Hubungan Pengusaha dengan Pekerja
Dalam rangka mengembangkan usahanya, seorang
pengusaha harus selalu kreatif dan mengetahui cara
memasarkan barang – barang hasil produksi ke masyarakat
sehingga barang tersebut dapat memberikan keuntungan dan
usahanya dapat terus berlanjut. Untuk mewujudkan hal yang
demikian seorang pengusaha dibantu oleh pekerjanya.
Menjalin hubungan kerja yang baik antara pengusaha
dengan pekerja sangat penting. Hubungan dengan pekerja
harus terjalin dengan harmonis, saling memberikan
informasi, dan ada rasa keterbukaan apabila ada masalah
sehingga akan berdampak positif pada hasil produksi.
Pengusaha harus memiliki sikap mental sosial, seperti apa
yang diharapkan dalam Pedoman Hubungan Industrial
Pancasila, artinya bahwa seorang pekerja dihargai dan
dihormati sebagaimana manusia yang mempunyai harkat
dan martabat.

2.1.6 Hak dan Kewajiban Pekerja Dalam Undang-Undang


Ketenagakerjaan
Setiap tenaga kerja atau buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun

9
2003 Pasal 86 ayat 1, menyebutkan bahwa: “Setiap pekerja/buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
1. keselamatan dan kesehatan kerja;
2. moral dan kesusilaan; dan
3. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama.
Menurut Darwan Prints, yang dimaksud dengan hak di sini adalah
sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang sebagai akibat dari
kedudukan atau status dari seseorang, sedangkan kewajiban adalah
suatu prestasi baik berupa benda atau jasa yang harus dilakukan oleh
seseorang karena kedudukan atau statusnya.
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan menjelaskan tentang hak dan kewajiban seorang
tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya, yang mana
Undang-Undang tersebut berfungsi untuk melindungi dan
membatasi status hak dan kewajiban para tenaga kerja dari para
pemberi kerja (pengusaha) yang sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan dalam ruang lingkup kerja. Hak-hak dan kewajiban
para tenaga kerja didalam ruang lingkup Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terdiri dari:
1. Hak-hak para tenaga kerja
1) Pasal 5: Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan
yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh
pekerjaan.
2) Pasal 6: Setiap pekerja berhak memperoleh
perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari
pengusaha.
3) Pasal 11: Setiap tenaga kerja berhak untuk
memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau
mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan
bakat, minat dan kemampuannya melalui pelatihan

10
kerja.
4) Pasal 12 (ayat 3): Setiap pekerja memiliki
kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan
kerja sesuai dengan bidang tugasnya.
5) Pasal 18 (ayat 1): Tenaga kerja berhak memperoleh
pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti
pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga
pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja
swasta atau pelatihan ditempat kerja.
6) Pasal 27: Tenaga kerja yang telah mengikuti program
pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi
kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga
sertifikasi.
7) Pasal 31: Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan
kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan
atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan
yang layak di dalam atau di luar negeri.
2. Kewajiban Tenaga Kerja
1) Pasal 102 (ayat 2): Dalam melaksanakan hubungan
industrial, pekerja dan serikat pekerja mempunyai
fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan
kewajibannya, menjaga ketertiban demi
kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara
demokrasi, mengembangkan keterampilan dan
keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan
memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta
keluarganya.
2) Pasal 26 (ayat 1): Pengusaha, serikat pekerja dan
pekerja wajib melaksanakan ketentuan yang ada
dalam perjanjian kerja bersama.
3) Pasal 136 (ayat 1): Penyelesaian perselisihan

11
hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh
pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja secara
musyawarah untuk mufakat.
4) Pasal 40 (ayat 1): Sekurang-kurangnya dalam waktu
7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja
dilaksanakan, pekerja dan serikat pekerja wajib
memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha
dan instansi yang bertanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan setempat.

2.2 Masalah Ketenagakerjaan


Masalah ketenagakerjaan terus menerus mendapat perhatian dari
berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat dan
keluarga. Pemerintah melihat masalah ketenagakerjaan sebagai salah satu
bahkan sentral pembangunan nasional, karena ketenagakerjaan itu pada
hakikatnya adalah tenaga pembangunan yang banyak sumbangannya
terhadap keberhasilan pembangunan bangsa termasuk pembangunan di
sektor ketenagaan itu sendiri. Dimana pembangunan ketenagakerjaan
bertujuan untuk:
1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara
optimum.
2. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan
tenaga kerja yang sesuai dengan pembangunan nasional.
3. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam
mewujudkan kesejahteraannya, dan
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
Dalam pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah diharapkan
dapat menyusun dan menetapkan perencanaan tenaga kerja. Perencanaan
tenaga kerja dimaksudkan agar dapat dijadikan dasar dan acuan dalam
penyusunan kebijakan. Strategi dan implementasi program pembangunan
ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Sebagian besar manusia di muka

12
bumi Indonesia menyadari bahwa dalam pelaksanaan pembangunan
nasional, tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting
sebagai pelaku (actor) dalam mencapai tujuan pembangunan. Sejalan
dengan itu, pembangunan ketenagakerjaan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas dan kontribusinya dalam pembangunan serta melindungi hak dan
kepentingannya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas
keterpaduan dan kemitraan. Tenaga kerja adalah orang yang bekerja atau
mengerjakan sesuatu, orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja. Pengertian tenaga kerja tersebut
meliputi mereka yang bekerja untuk dirinya sendiri ataupun keluarga yang
tidak menerima bayaran berupa upah atau mereka yang bersedia bekerja dan
mampu untuk bekerja namun tidak ada kesempatan kerja sehingga terpaksa
menganggur. Dapat dipahami bahwa tenaga kerja merupakan kelompok
orang-orang dari masyarakat yang mampu melakukan kegiatan serta
mampu menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Manusia tidak hanya menggunakan tenaga jasmani, melainkan
juga tenaga rohani. Tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang
mengandalkan fisik atau jasmani dalam proses produksi. Sedangkan tenaga
kerja rohani adalah tenaga kerja yang memerlukan pikiran untuk melakukan
kegiatan proses produksi.
Sitanggang dan Nachrowi memberikan ciri-ciri tenaga kerja yang
antara lain:
1. Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar tenaga kerja dan biasanya
siap untuk digunakan dalam suatu proses produksi barang dan jasa.
Kemudian perusahaan atau penerima tenaga kerja meminta tenaga
kerja dari pasar tenaga kerja. Apabila tenaga kerja tersebut telah
bekerja, maka mereka akan menerima imbalan berupa upah atau
gaji.
2. Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya
manusia (SDM) yang sangat dibutuhkan pada setiap perusahaan

13
untuk mencapai tujuan. Tenaga kerja atau manpower terdiri dari
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Salah satu masalah mendasar yang dihadapai Indonesia disepanjang
perjalanan menjadi bangsa yang merdeka adalah masalah pengangguran,
dimana pemerintah dengan berbagai upaya yang telah dilakukan untuk
mengurangi akan tingkat pengangguran. Upaya yang ditempuh pemerintah
dalam persoalan pengganguran dari waktu ke waktu ditempuh melalui
berbagai pendekatan pembangunan bertumpu pada pertumbuhan ekonomi
(productioncontered development). Namun pada kenyataanya masalah
ketenagakerjaan di Indonesia masih banyak yang belum bisa diatasi oleh
pemerintah. Permasalahan yang timbul dalam dunia ketenagakerjaan di
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Perluasan lapangan pekerjaan;
2. Peningkatan mutu dan kemampuan kerja;
3. Penyebaran tenaga kerja; dan
4. Perlindungan tenaga kerja.

Sendjun H Manululang (1995).

14
BAB III

DESKRIPSI LEMBAGA

3.1 Profil Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung


Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung merupakan suatu lembaga Dinas
Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung yang mengemban tugas
di bidang ketenagakerjaan. Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung berada di Jl.
R.A.A. Marta Negara No.4, Turangga Kec. Lengkong Kota Bandung, Jawa
Barat 40264. Telp. (022) 7311330 / (022) 7313130.

3.1.1 Visi, Misi, dan Sasaran


1. Visi
“Terwujudnya Penyelenggara Ketenagakerjaan Terbaik”.
2. Misi
1) Meningkatkan kompetensi dan produktifitas tenaga
kerja dalam upaya peningkatan kesempatan kerja.
2) Meningkatkan perlindungan ketenagakerjaan.
3) Meningkatkan kualitas kinerja dengan prinsip tata
kelola kepemerintahan yang baik atau (good
governance).
3. Sasaran
1) Meningkatnya Kompetensi Tenaga Kerja.
2) Meningkatnya Penempatan Tenaga Kerja.
3) Meningkatnya Perlindungan Ketenagakerjaan.
4) Meningkatnya Akuntabilitas dan kualitas pelayanan
publik.

3.1.2 Dasar Hukum


1. Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi Dinas Daerah, diubah dengan Peraturan
Daerah Kota Bandung No. 13 Tahun 2009 tentang Perubahan

15
Atas Perda Kota Bandung No. 13 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi Dinas Daerah, diubah
kembali dengan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2013 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Bandung No. 13
Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi
Dinas Daerah Kota Bandung;
2. Peraturan Walikota Bandung No. 265 Tahun 2008 tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi UPT pada Lembaga
Teknis Daerah dan Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah
Kota Bandung, diubah Dengan Peraturan Walikota Bandung
No. 413 Tahun 2010 tentang Pembentukan dan Susunan
Organisasi UPT pada Lembaga Teknis Daerah dan Dinas
Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung;
3. Peraturan Walikota Bandung No. 475 Tahun 2008 tentang
Rincian Tupoksi Satuan Organisasi pada Dinas Daerah Kota
Bandung;
4. Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan
Ketenagakerjaan pada Dinas Daerah Kota Bandung.

3.1.3 Sejarah
Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung merupakan suatu
lembaga Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Bandung
yang mengemban tugas di bidang ketenagakerjaan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi Dinas Daerah; diubah dengan
Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi Dinas Daerah; diubah kembali
dengan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2013 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Bandung No. 13 Tahun 2007
tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota

16
Bandung. Sejarah berdirinya instansi ketenagakerjaan tidak terlepas
dari sejarah perjuangan bangsa dan tatanan politik yang berkembang
sejak proklamasi 17 Agustus 1945. Sejak berdirinya Pemerintahan
Republik Indonesia sampai sekarang, Departemen atau Kementerian
yang diserahi tugas untuk menangani masalah ketenagakerjaan
berulangkali mengalami perubahan, baik berupa pembentukan baru,
penyesuaian maupun penggabungan. Perubahan organisasi tersebut
disebabkan oleh berkembangnya beban kerja yang harus ditangani.

Historis perubahan struktur organisasi yang membidangi


ketenagakerjaan adalah sebagai berikut: pertama, berdasarkan
Keputusan Presiden No. 44 Tahun 1974 tentang Organisasi
Departemen Tenaga Kerja berubah menjadi Departemen Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Koperasi, struktur organisasinya diatur
dalam Keputusan Menteri NAKERTRANSKOP Nomor: Kep-
100/MEN/1975. Dalam perkembangannya, organisasi Departemen
NAKERTRANSKOP mengalami perubahan dengan
dipindahkannya urusan koperasi ke Departemen Perdagangan,
kemudian disempurnakan kembali setelah urusan transmigrasi
dilimpahkan ke Departemen Transmigrasi.

Dengan peninjauan kembali Undang-Undang No. 25 Tahun


1997, selain itu telah diratifikasi konvensi International Labour
Organization (ILO) No. 87 ke dalam KEPPRES No. 83 Tahun 1997
tentang Kebebasan Berserikat bagi Para Pekerja. Pengesahan
Konvensi ILO No. 105 ke dalam Undang-undang No. 19 Tahun
1999 mengenai Penghapusan Kerja Paksa, pengesahan konvensi
ILO No. 138 ke dalam Undang-undang No. 20 Tahun 1999
mengenai Upah Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja dan
pengesahan konvensi ILO No. 111 Tahun 1985 ke dalam Undang-
undang No. 21 Tahun 1999 mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan
dan Jabatan.

17
Bahkan telah dilakukan beberapa kali perubahan dan
penyempurnaan nomenklatur mengacu pada Peraturan Perundang-
undangan Ketenagakerjaan dan berdasarkan Undang-undang No. 22
Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yaitu:

1) Departemen Tenaga Kerja Kotamadya Bandung;


2) Departemen Transmigrasi Propinsi Dati I Jawa Barat
Cabang Kotamadya Bandung;
3) Dinas Tenaga Kerja Propinsi Dati I Jawa Barat Cabang
Kotamadya Bandung;
4) Digabung menjadi satu dengan nama DINAS TENAGA
KERJA KOTA BANDUNG.
Dinas Tenaga Kerja merupakan salah satu lembaga
Pemerintahan yang membawahi ruang lingkup bidang
ketenagakerjaan.

3.1.4 Tugas Pokok, Fungsi, dan Tujuan


1. Tugas Pokok
Melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang
ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.
2. Fungsi
1) Perumusan kebijakan teknis lingkup pelatihan dan
produktivitas kerja, penempatan kerja dan transmigrasi,
pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial
ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan;
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum di bidang pelatihan dan produktivitas kerja,
penempatan kerja dan transmigrasi, pembinaan
hubungan industrial dan jaminan sosial
ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan;
3) Pembinaan dan pelaksanaan di bidang pelatihan dan
produktivitas kerja, penempatan kerja dan transmigrasi,

18
pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial
ketenagakerjaan, serta pengawasan ketenagakerjaan;
4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya;
5) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan laporan
penyelenggaraan kegiatan Dinas.
3. Tujuan
1) Menyiapkan tenaga kerja yang kompeten, produktif,
sesuai dengan perkembangan pasar kerja dalam upaya
peningkatan penempatan tenaga kerja, dan perluasan
kesempatan kerja.
2) Meningkatkan perlindungan ketenagakerjaan.
3) Meningkatkan kualitas kinerja dengan prinsip good
governance di lingkungan Dinas Tenaga Kerja.

3.1.5 Struktur Organisasi


Susunan Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah diatur
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No. 8 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota
Bandung, struktur Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung adalah
sebagai berikut:
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat Dinas, membawahi:
1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2) Sub Bagian Keuangan dan
3) Sub Bagian Program data dan Informasi
3. Bidang Pelatihan dan Produktivitas Kerja, membawahi:
1) Seksi Pembinaan Kelembagaan dan Pelatihan Kerja
2) Seksi Pemagangan dan Kompetensi Kerja
3) Seksi Produktivitas dan Kewirausahaan
4. Bidang Penempatan Tenaga Kerja, membawahi:

19
1) Seksi Informasi dan Pasar Kerja
2) Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi
3) Seksi Perluasan Kesempatan Kerja
5. Bidang Hubungan Industrial dan Persyaratan Kerja,
membawahi:
1) Seksi Pembinaan Hubungan Industrial dan Lembaga
Ketenagakerjaan
2) Seksi Persyaratan Kerja
3) Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
6. Bidang Norma Ketenagakerjaan dan Jaminan Sosial
Ketenagakerja membawahi:
1) Seksi Pembinaan Norma Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
2) Seksi Kesejahteraan Pekerja/Buruh
3) Seksi Norma Kerja
7. UPT Balai Latihan Kerja (BLK), dan Sub Bagian Tata Usaha
UPT BLK

3.1.6 Kebijakan dan Strategi


1. Kebijakan
1) Pemerataan kesempatan pelatihan, peningkatan
produktifitas, dan kompetensi kerja terhadap tenaga
kerja, mengarahkan lembaga pelatihan kerja untuk
memenuhi standar akreditasi LLK serta menciptakan
wirausaha baru.
2) Perluasan kesempatan memperoleh pekerjaan, dan
fasilitasi terciptanya perluasan kerja.
3) Mengupayakan hubungan industrial harmonis,
dinamis, berkeadilan dalam suasana kemitraan dengan
lembaga ketenagakerjaan dan dunia usaha serta
meningkatnya kesejahteraan pekerja.

20
4) Mewujudkan kesadaran dan kepatuhan pengusaha dan
pekerja dalam melaksanakan norma kerja, norma
kesehatan dan keselamatan kerja, serta melaksanakan
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
5) Peningkatan pelayanan administrasi perkantoran,
sarana prasarana aparatur, kompetisi sumber daya
aparatur, dan ketepatan pelaporan kinerja dan
keuangan.
2. Strategi
1) Meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga kerja,
serta profesionalisme kepelatihan.
2) Meningkatkan perluasan kesempatan kerja dan
penempatan kerja.
3) Mewujudkan hubungan industrial yang harmonis,
dinamis dan berkeadilan.
4) Meningkatkan pembinaan, pengembangan lembaga
ketenagakerjaan, dan penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.
5) Meningkatkan Akuntabilitas kinerja dan kualitas
pelayanan publik.

3.1.7 Sumber Daya Manusia


Susunan Kepegawaian Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung
posisi Mei 2018 berjumlah 72 orang, Dengan rincian sebagaimana
tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Daftar Pegawai Menurut Eselon

NO JABATAN ESELON JUMLAH


1. Kepala Dinas II/b 1 orang
2. Sekretaris Dinas III/a 1 orang
3. Kepala Bidang III/b 4 orang

21
4. Kepala Sub Bagian/Kepala IV/a 16 orang
Seksi/Ka.UPT
5. Kepala Tata Usaha UPT IV/b 1orang
6. Fungsional :
- Pengantar Kerja 2 orang
- Mediator 2 orang

7. Pelaksana 45 orang
Jumlah PNS 72 orang
Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung didominasi oleh
golongan III, sebanyak 47 orang atau 65,27 % dari jumlah seluruh
pegawai, yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2.2 Daftar Pegawai Menurut Golongan
NO. GOLONGAN JUMLAH

1. Golongan IV 11 Orang

2. Golongan III 47 Orang

3. Golongan II 14 Orang

4 Golongan I - Orang

Jumlah 72 Orang

3.1.8 Jenis Pelayanan


1. Perijinan dan Pelayanan Bidang Pelatihan dan Produktivitas
Kerja:
1) Prosedur Pelayanan Pelatihan;
2) Prosedur Penyelenggaraan Pemagangan Dalam Negeri;
3) Prosedur Perijinan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK)
Swasta;
4) Prosedur Pembinaan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK);

22
5) Prosedur Pelayanan Tanda Daftar LPK
Perusahaan/Pemerintah;
6) Prosedur Tata Cara Perizinan Dan Penyelenggaraan
Pemagangan di Luar Negeri;
7) Prosedur Pelayanan Penandatanganan Sertifikat
Pelatihan;
8) Prosedur Pelayanan Rekomendasi.
2. Perijinan dan Pelayanan Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan
Transmigrasi:
1) Prosedur Pelayanan Penerbitan Ijin Perpanjangan
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA);
2) Prosedur Perijinan Persetujuan Bursa Kerja Khusus
(BKK);
3) Prosedur Pelayanan Ijin Tempat Penampungan Calon
Tenaga Kerja Indonesia (CTKI);
4) Prosedur Pelayanan Pembuatan Kartu Tanda Pencari
Kerja (Kartu AK-1);
5) Prosedur Rekomendasi Permohonan Ijin Operasional
Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta Antar
Kerja Lokal (LPTKS-AKL) dan Antar Kerja Antar
Daerah (LPTKS-AKAD);
6) Prosedur Rekomendasi Permohonan Ijin Pendirian
Kantor Cabang Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia Swasta (PPTKIS);
7) Prosedur Rekomendasi Paspor bagi Calon Tenaga
Kerja Indonesia (CTKI);
8) Prosedur Rekomendasi Pelaksanaan Bursa Kerja/Job
Fair;
9) Prosedur Pelayanan Pendaftaran Transmigrasi.
3. Perijinan dan Pelayanan Bidang Pembinaan Hubungan
Industrial dan Jamsostek:

23
1) Prosedur Permohonan Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial;
2) Prosedur Pencatatan LKS Bipartit;
3) Prosedur Pencatatan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT);
4) Prosedur Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh
(SP/SB);
5) Prosedur Pengesahan Peraturan Perusahaan (PP);
6) Prosedur Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama (PKB);
7) Prosedur Pencatatan Pelaporan Jenis Pekerjaan
Penunjang;
8) Prosedur Pendaftaran Perjanjian Pemborongan
Pekerjaan.

3.1.9 Program dan Kegiatan


1. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
1) Penyusunan database tenaga kerja daerah.
2) Pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi pencari
kerja.
3) Peningkatan kompetensi dan produktivitas Tenaga
Kerja serta kompetensi Lembaga Latihan Kerja.
4) Pemagangan Dalam Negeri.
2. Program Peningkatan Kesempatan Kerja
1) Penyusunan Informasi Bursa Tenaga Kerja.
2) Penyebarluasan Informasi Bursa Tenaga Kerja.
3) Penyiapan Tenaga Kerja Siap Pakai.
4) Pengembangan kelembagaan produktivitas dan
pelatihan kewirausahaan.
5) Pemberian fasilitasi dan mendorong sistem pendanaan
pelatihan berbasis masyarakat.
6) Perluasan kesempatan kerja.

24
3. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga
Ketenagakerjaan
1) Fasilitasi penyelesaian prosedur, penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
2) Fasilitasi Penyelesaian prosedur pemberian
perlindungan hukum dan jaminan sosial
ketenagakerjaan.
3) Sosialisasi berbagai peraturan pelaksanaan tentang
ketenagakerjaan.
4) Peningkatan pengawasan perlindungan dan penegakan
hukum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
5) Penyusunan dan perumusan UMK Kota Bandung.
6) Peningkatan higiene dan kesehatan lingkungan kerja.
4. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi
1) Peningkatan kerjasama Antar Wilayah, Antar Pelaku
dan Antar Sektor dalam rangka pengembangan
kawasan transmigrasi.
2) Pengerahan dan fasilitas perpindahan serta penempatan
transmigrasi untuk memenuhi kebutuhan SDM.
5. Program Transmigrasi Regional
1) Penyuluhan transmigrasi regional.

3.2 Pelaksanaan Kegiatan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung


3.2.1 Bidang Pelatihan Dan Produktivitas Tenaga Kerja
Bidang pelatihan dan produktivitas kerja mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pelatihan dan
produktivitas kerja.
1. Prosedur Pelatihan Kerja
Pelatihan Kerja Adalah keseluruhan kegiatan untuk
memberi, memperoleh, meningkatkan serta mengembang
kan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos

25
kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai
dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
1) Persyaratan mengikuti pelatihan
a. Fotocopy KTP (warga Kota Bandung)
b. Fotocopy Ijazah terakhir
c. Usia 18 s.d 40 tahun
d. Riwayat hidup
e. Pas photo ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar
2) Jenis Pelatihan Yang Dilaksanakan
a. Pelatihan Tata Rias Wajah
b. Pelatihan Tata Rias Rambut
c. Pelatihan Tata Rias Pengatin
d. Pelatihan Tata Boga (Pastry & Catering)
e. Pelatihan Sulam Pita
f. Pelatihan Menjahit
g. Pelatihan Design Grafis
h. Pelatihan Bordir
i. Pelatihan Boneka kain
j. Pelatihan Hantaran
k. Pelatihan Teknisi Automotif
l. Pelatihan Service Komputer
m. Pelatihan Public Speaking
n. Pelatihan Produktivitas
2. Prosedur Pelatihan Pemagangan
Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan
kerja terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan
bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan
pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih
berpengalaman dalam proses produksi barang dan/atau jasa
di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau
keahlian tertentu.

26
1) Tujuan Pemagangan
Pemagangan dimaksudkan untuk
meningkatkan dan/atau mengembangkan
keterampilan dan keahlian kerja tenaga kerja dengan
bekerja secara langsung dalam proses produksi
barang dan/atau jasa di perusahaan dalam rangka
menguasai keterampilan atau keahlian tertentu.
2) Syarat Mengikuti Pelatihan Pemagangan:
a. Usia minimal 15 tahun
b. Sehat jasmani dan rohani
c. Menandatangani perjanjian pemagangan
d. Memiliki bakat dan minat yang sesuai dengan
program
e. Peserta berstatus pekerja/buruh harus
memiliki surat rekomendasi dari atasan
f. Lulus seleksi bagi pencari kerja
3) Penyelenggara Program Pemagangan:
a. Lembaga Latihan Kerja
b. Perusahaan (dalam dan luar negeri)
c. Lama Pemagangan Maksimal 1 tahun
3. Prosedur Perijinan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK)
Prosedur perijinan lembaga pelatihan kerja yaitu
LPK mengusulkan permohonan secara tertulis kepada
Disnaker Kota Bandung dengan melampirkan:
1) Copy akte pendirian dan/atau akte perubahan sebagai
badan hukum dan tanda bukti pengesahan dari
instansi yang berwenang;
2) Daftar nama yang dilengkapi dengan riwayat hidup
penanggungjawab LPK;
3) Copy surat tanda bukti kepemilikan atau penugasan
sarana dan prasarana dan fasilitas pelatihan kerja

27
untuk sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sesuai
dengan program pelatihan yang akan
diselenggarakan;
4) Program pelatihan kerja berbasis kompetensi;
5) Profil LPK yang meliputi antara lain: struktur
organisasi, alamat, telephone dan faximili;
6) Daftar instruktur dan tenaga kepelatihan.
4. Prosedur Pembinaan LPK
Pembinaan LPK dilaksanakan dengan kunjungan
kerja ke LPK dan melalui koordinasi kebijakan-kebijakan
tertentu.
5. Prosedur Pelayanan Tanda Daftar LPK
Perusahaan/Pemerintah
Prosedur Pelayanan Tanda Daftar LPK
Perusahaan/Pemerintah dengan mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Disnaker Kota Bandung dengan
melampirkan:
1) Surat keterangan keberadaan lembaga/unit pelatihan
kerja dari Instansi yang membawahi unit pelatihan
kerja;
2) Struktur organisasi induk dan/atau unit yang
menangani pelatihan;
3) Nama penanggung jawab;
4) Program pelatihan berbasis kompetensi;
5) Daftar instruktur dan tenaga kepelatihan;
6) Daftar inventaris sarana dan prasarana pelatihan
kerja.
6. Prosedur Tata Cara Perijinan dan Penyelenggaraan
Pemagangan di Luar Negeri
7. Prosedur Pelayanan Penandatanganan Sertifikat Pelatihan
1) Pelatihan oleh Lembaga Pelatihan Kerja:

28
a. Pelatihan dilaksanakan oleh LPK ditempat /
LPK yang bersangkutan.
b. Peserta pelatihan adalah masyarakat umum
dengan membayar biaya pelatihan sendiri.
c. Setelah pelatihan dilakukan uji Kompetensi
untuk mata kuliah / kejuruan yang dilatihkan.
d. Bagi yang lulus dalam ujian tersebut
diberikan sertifikat kelulusan yang
ditandatangani oleh Ketua LPK dan diketahui
oleh Dinas Tenaga Kerja.
2) Pelatihan oleh Pemerintah/Dinas:
a. Pelatihan dilaksanakan oleh Dinas bekerja
sama dengan LPK sesuai Kejuruan.
b. Peserta pelatihan adalah masyarakat pencari
kerja / umum.
c. Pelaksanaan pelatihan tidak dipungut biaya /
gratis.
d. Setelah pelatihan, kepada peserta pelatihan
diberikan sertifikat sebagai tanda peserta
(yang bersangkutan) telah mengikuti
pelatihan secara baik yang ditandatangani
oleh Kepala Dinas.
8. Prosedur Pelayanan Rekomendasi

3.2.2 Bidang Penempatan Tenaga Kerja & Transmigrasi


Bidang Penempatan Kerja dan Transmigrasi mempunyai
tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup
Penempatan Kerja dan Transmigrasi.
1. Prosedur Pelayanan Pembuatan Kartu Tanda Pencari Kerja
(Kartu AK-1)

29
2. Prosedur Pelayanan Penerbitan Ijin Perpanjangan
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)
3. Prosedur Perijinan Persetujuan Bursa Kerja Khusus (BKK)
4. Prosedur Rekomendasi Pelaksanaan Bursa Kerja/ Job Fair
5. Prosedur Pelayanan Ijin Tempat Penampungan Calon
Tenaga Kerja Indonesia (CTKI)
6. Prosedur Rekomendasi Permohonan Ijin Operasional
Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta Antar Kerja
Lokal (LPTKS-AKL) dan Antar Kerja Antar Daerah
(LPTKS-AKAD)
7. Prosedur Rekomendasi Permohonan Ijin Pendirian Kantor
Cabang Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Swasta (PPTKIS)
8. Prosedur Rekomendasi Paspor bagi Calon Tenaga Kerja
Indonesia (CTKI)
9. Penanganan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
10. Prosedur Bekerja Ke Luar Negeri
Pencari kerja yang ingin bekerja ke luar negeri harus
melewati prosedur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah.

3.2.3 Bidang Pembinaan Hubungan Industrial & Persyaratan Kerja


Bidang Pembinaan Hubungan Industrial dan Persayaratan
Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala
Dinas lingkup Pembinaan Hubungan Industrial dan Persyaratan
Kerja.
1. Prosedur Permohonan Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial dan Persyaratan Kerja
2. Prosedur Pencatatan LKS Bipartit
Lembaga Kerja Sama Bipartit adalah forum
komunikasi, konsultasi dan musyawarah, mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu

30
perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan
serikat pekerja/serikat buruh yang sudah tercatat di instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan atau
unsur pekerja/buruh.
3. Prosedur Pencatatan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT)
Kesepakatan/Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(K/PKWT) adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan
pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu
tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.
4. Prosedur Pencatatan Serikat Pekerja/ Serikat Buruh (SP/SB)
Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang
dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di
perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan
kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan
kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
5. Prosedur Pengesahan Peraturan Perusahaan (PP)
Peraturan Perusahaan adalah suatu peraturan yang
dibuat secara tertulis yang memuat ketentuan-ketentuan
tentang syarat-syarat kerja serta tata tertib perusahaan di
perusahaan.
6. Prosedur Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah perjanjian
yang merupakan hasil perundingan antara serikat
pekerja/serikat buruh atau gabungan serikat pekerja/serikat
buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau
perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja,
hak dan kewajiban kedua belah pihak.

31
7. Prosedur Pencatatan Pelaporan Jenis Pekerjaan Penunjang
8. Prosedur Pendaftaran Perjanjian Pemborongan Pekerjaan
Pemborongan Pekerjaan adalah perjanjian dengan
mana pihak yang satu di pomborong, mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain,
pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga
yang ditentukan.

3.2.4 Bidang Norma Ketenagakerjaan dan Jamsostek


Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas lingkup
pengawasan norma kerja serta pengawasan kesehatan dan
keselamatan kerja.

3.2.5 UPT Balai Latihan Kerja (BLK)


Unit Pelaksana Teknis Balai Latihan Kerja (UPT. BLK)
merupakan salah satu unit organisasi di lingkungan Dinas Tenaga
Kerja Kota Bandung yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas di bidang Latihan Kerja. Pelayanan yang
dilaksanakan pada UPT BLK yaitu pelayanan pendaftaran pelatihan
berbasis kompetensi.
1. Persyaratan mengikuti pelatihan di BLK:
1) Jenis Kelamin Pria/Wanita
2) Usia Minimal 15 s.d 40 tahun
3) Fotocopy KTP (warga Kota Bandung)
4) Fotocopy Ijazah Terakhir
5) Pas photo berwarna ukuran 3x4 sebanyak 3 buah
6) Berkelakuan baik
2. Jenis Pelatihan Yang Telah Dilaksanakan BLK:
1) Pelatihan Teknisi Automotif sepeda motor
2) Pelatihan Teknisi Automotif Mobil

32
3) Pelatihan Teknisi Hardware Komputer
4) Pelatihan Teknisi Handphone
5) Pelatihan Teknisi Laptop
6) Pelatihan Teknisi Televisi
7) Pelatihan IT
8) Pelatihan Las Listrik
9) Pelatihan Sablon

3.2.6 UPT Higine Perusahaan dan Kesehatan (Hyperkes)


UPT Hiperkes merupakan salah satu unit organisasi di
lingkungan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung yang mempunyai
tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang Higiene
Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
1. Program Kerja
1) Sosialisasi implementasi Hiperkes dan Keselamatan
Kerja di Kota Bandung bagi pekerja, pengusaha dan
paramedis;
2) Pelatihan profesional Hiperkes dan Keselamatan
Kerja bagi dokter perusahaan, paramedis,
teknisi, pengelola kantin di tempat kerja;
3) Memberikan bantuan teknis kepada perusahaan
dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan
selamat;
4) Penelitian di bidang Hiperkes & Keselamatan Kerja;
5) Pembinaan program, sarana, profesi, Hiperkes dan
keselamatan Kerja;
6) Rekayasa Teknologi terapan Hiperkes dan
Keselamatan Kerja;
7) Pembentukan kelembagaan forum komunikasi
optimalisasi Hiperkes dan keselamatan Kerja.

33
2. Implementasi Kebijakan Hiperkes
Implementasi kebijakan Hiperkes di Kota Bandung,
kerjasama dengan:
1) Ditjen Binwasnaker – Kemenakertrans RI
2) Balai Pusat Pengembangan KK & Hiperkes
Kemenakertrans RI,
3) Balai Hiperkes dan K3 Bandung
4) Disnakertrans Prov.Jawa Barat
5) Pihak-pihak lain yang terkait
3. Pengujian Lingkungan Kerja Dan Kesehatan Kerja
Jenis pelatihan yang diselenggarakan:
1) Pengujian Lingkungan Kerja
Lingkup pengujian Laboratorium pengujian
Hiperkes dan Keselamatan Kerja adalah:
a. Faktor Fisika: pengujian kebisingan,
pengujian intensitas cahaya, pengujian
tekanan panas, pengujian tekanan dingin,
pengujian getaran, pengujian sinar ultra
violet, pengujian gelombang
elektromagnetik.
b. Faktor Kimia: pengujian kadar debu,
pengujian gas, pengujian uap, pengujian
asap, pengujian logam-logam berat,
pengujian asbestos, pengujian emisi
cerobong.
2) Pengujian Kesehatan Kerja
Lingkup pengujian Kesehatan Kerja adalah:
pengujian kesehatan umum tenaga kerja, pengujian
fungsi paru (spirometri), pengujian fungsi
pendengaran (audiometri), pengujian gizi kerja,
pengujian ketahanan fisik, pengujian bahan kimia

34
berbahaya dalam darah/urin, pengujian Hb tenaga
kerja.
3) Penyelesaian Laporan Pengujian Lingkungan Kerja
dan Kesehatan Kerja.
4) Penyelesaian laporan pengujian berdasarkan
parameter yang diuji diselesaikan dalam waktu 1
bulan dari pelaksanaan.
5) Penyelesaian laporan pengujian kesehatan kerja
diselesaikan dalam waktu 2 minggu s/d 1 bulan.

35
BAB IV
ANALISIS

5.1 Permasalahan Ketenagakerjaan


Permasalahan ketenagakerjaan yang masih sering terjadi di Kota
Bandung menurut Sub Bagian Program Data dan Informasi Dinas Tenaga
Kerja Kota Bandung, yaitu sebagai berikut:
1. Masih tingginya tingkat pengangguran;
2. Masih rendahnya kompetensi, kemampuan dan keterampilan tenaga kerja;
3. Masih kurangnya perlindungan dan kesejahteraan pekerja/buruh; dan
4. Terbatasnya lokasi transmigrasi dan minimnya pemberangkatan
transmigran.
Untuk lebih jelasnya, permasalahan-permasalahan tersebut dimuat
dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Permasalahan Ketenagakerjaan
No. Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
1 2 3 4
1. Tingginya tingkat 1. Kurangnya kualitas, 1. Pendidikan dan
pengangguran. kompetensi dan keterampilan tidak
produktivitas tenaga kerja sesuai kebutuhan
serta profesionalisme kerja.
pelatihan. 2. Terbatasnya
2. Kurangnya kesempatan lowongan pekerjaan.
kerja dan penempatan 3. Kurangnya minat
kerja. untuk berwirausaha.
4. Masih kurangnya
Investasi yang
berbasis padat karya.
5. Dampak teknologi
modern (penggantian

36
tenaga kerja manusia
dengan mesin).
1 2 3 4
2. Kurangnya 1. Belum terwujudnya 1. Masih banyaknya
perlindungan dan hubungan industrial yang pelanggaran
kesejahteraan harmonis, dinamis dan ketenagakerjaan.
pekerja/buruh. berkeadilan. 2. Masih banyaknya
2. Belum terwujudnya kasus perselisihan
pembinaan, hubungan industrial.
pengembangan lembaga 3. Kurangnya
ketenagakerjaan dan sosialisasi dan
penyelesaian perselisihan pembinaan hubungan
hubungan industrial. industrial,
3. Kesejahteraan rendah. kelembagaan dan
norma
ketenagakerjaan.

4. Banyak perusahaan
yang mengalami
kelesuan usaha.
5. Meningkatnya
biaya hidup dan
kebutuhan
pekerja/buruh.
6. Belum semua
perusahaan
mengikutsertakan
pekerja/buruhnya
pada program BPJS.
1 2 3 4

37
3. Tingkat 1. Keterbatasan lokasi 1. Terbatasnya lokus
penempatan transmigrasi. wilayah transmigrasi.
transmigrasi masih 2. Kuota transmigrasi 2. Penetapan kuota
sangat rendah ditentukan oleh transmigrasi
Pemerintah Pusat. merupakan kebijakan
Pemerintah Pusat.

4.2 Analisis Permasalahan Ketenagakerjaan


Permasalahan utama yang dihadapi dalam dunia ketenagakerjaan
yaitu masih tingginya tingkat pengangguran. Pengangguran bisa disebabkan
oleh berbagai faktor, yaitu faktor pendidikan, kurangnya keterampilan dan
kemampuan, terbatasnya lapangan pekerjaan, dll. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, dibutuhkan berbagai pelatihan kerja, peningkatan
minat dan bakat, peningkatan kualitas kinerja, perluasan lapangan
pekerjaan, serta peningkatan daya saing para tenaga kerja. Untuk
meningkatkan daya saing, dibutuhkan kompetensi kerja dari para tenaga
kerja. Tenaga kerja Kota Bandung masih sulit untuk bersaing dengan tenaga
kerja luar daerah dan Tenaga Kerja Asing, khususnya jenis pekerjaan yang
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tinggi, perusahaan-
perusahaan di Kota Bandung masih menggunakan tenaga kerja asing.
Dunia usaha diharuskan melaksanakan efisiensi dan peningkatan
produktivitas yang ditandai oleh adanya pengalihan tenaga kerja dengan
teknologi mesin. Untuk dapat melakukan efisiensi, maka dunia usaha perlu
melaksanakan perubahan melalui re-engineering. Untuk mengantisipasi
perubahan dunia usaha, dunia pendidikan pun harus melakukan re-
engineering dari yang bersifat umum menjadi kejuruan dan keterampilan,
khususnya untuk jangka pendek dan menengah. Pembaharuan bentuk
pelatihan dari yang umum menjadi aplikasi teknologi, merupakan terobosan
untuk mengimbangi percepatan laju perkembangan teknologi, elektronika
dan manajemen. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan berbagai pelatihan

38
kerja dan pemberian pengetahuan kepada para angkatan kerja agar dapat
bekerja sebagaimana mestinya sesuai dengan kebutuhan kerja, sehingga hal
tersebut dapat menekan angka pengangguran yang tinggi di Kota Bandung.
Permasalahan ketenagakerjaan yang kedua yaitu masih rendahnya
kompetensi, kemampuan, dan keterampilan tenaga kerja. Perubahan yang
terjadi di dunia kerja, perlu diikuti dengan perubahan sikap, perilaku dan
peningkatan keterampilan tenaga kerja, yang secara tidak langsung
berkaitan dengan perubahan sistem pendidikan dan pelatihan kerja.
Selanjutnya, lembaga pendidikan sebagai salah satu institusi penghasil
tenaga kerja terdidik yang masuk pasar kerja, harus memperhatikan proses
pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja yang mempunyai daya saing di
pasar kerja global. Dunia pendidikan harus lebih banyak melihat
perkembangan yang terjadi di dalam dunia usaha. Dengan demikian,
kurikulum yang digunakan paling tidak harus dapat mencerminkan apa
yang diinginkan oleh dunia kerja yang harus mengandung unsur knowledge,
skills dan attitudes. Perlu ada kerjasama dari berbagai pihak, seperti
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan para tenaga kerja itu sendiri untuk
berupaya meningkatkan kompetensi, kemampuan, dan keterampilan tenaga
kerja. Perlu dibentuk berbagai upaya seperti program dan kegiatan pelatihan
untuk para tenaga kerja.
Permasalahan ketenagakerjaan yang ketiga yaitu masih kurangnya
perlindungan dan kesejahteraan pekerja/buruh. Sering kali terjadi
perselisihan antara para pekerja dengan pimpinan perusahaan karena para
pekerja merasa belum mendapatkan hak-haknya, khususnya perlindungan
dan kesejahteraan. Permasalahan yang sering terjadi yaitu pembayaran upah
yang tidak sesuai dengan upah minimum, pemutusan hubungan kerja (PHK)
sepihak dan tidak diberikannya jaminan sosial tenaga kerja. Bahkan
permasalahan lainnya yaitu berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan
kerja yang tidak diterapkan di suatu perusahaan, sehingga para pekerja tidak
bekerja dalam kondisi yang aman dan sehat, ada beberapa pekerja yang
mengalami sakit atau terluka saat melakukan pekerjaanya. Masalah ini

39
timbul karena belum terwujudnya hubungan industrial yang baik antara
kedua belah pihak. Seharusnya pimpinan perusahaan berkewajiban
memberikan perlindungan dan kesejahteraan untuk para pekerjanya
sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-undang No 13. Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Hal tersebut juga bisa terjadi karena kurangnya
sosialisasi, kurang memahami norma ketenagakerjaan, serta kurangnya
pembinaan hubungan. Perselisihan tersebut dapat diselesaikan melalui
lembaga yang berwenang dan bahkan dapat melibatkan pemerintah dalam
penyelesaian masalah tersebut.
Permasalahan ketenagakerjaan yang keempat yaitu terbatasnya
lokasi transmigrasi dan minimnya pemberangkatan transmigran.
Permasalahan ini lebih berkaitan dengan para tenaga kerja yang akan
bekerja di luar negeri. Penyerapan angkatan kerja antara lain juga
dipengaruhi oleh ketidakpastian kualitas pencari kerja itu sendiri dalam
mengisi peluang atau kesempatan kerja. Berdasarkan laporan penempatan
ketenagakerjaan, diketahui bahwa terdapat lowongan-lowongan pada
sektor-sektor industri pengolahan, yang tidak sepenuhnya dapat terisi oleh
para pencari kerja dikarenakan kriteria kualitas tenaga kerja yang
dibutuhkan tidak memenuhi persyaratan. Mobilitas tenaga kerja, baik
penempatan dalam daerah, antar daerah maupun antar negara yang
bertumpu pada kualitas SDM menjadi faktor penentu keberhasilan dalam
persaingan global.
Menghadapi tantangan yang berat demikian, kita perlu melakukan
reposisi dengan meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif SDM.
Reposisi ini penting untuk mengetahui posisi tepat selanjutnya dapat
dijadikan pijakan dalam menetapkan kebijakan dan strategi di bidang
ketenagakerjaan, khususnya penempatan tenaga kerja baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Sementara itu, untuk meningkatkan kualitas SDM
diperlukan strategi pengembangan ketenagakerjaan paling tidak dilakukan
melalui 4 jalur yaitu; jalur pendidikan, pelatihan kerja, pengembangan
karier dan perbaikan gizi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Akhirnya,

40
dengan peningkatan kualitas SDM tenaga kerja yang kompetitif akan dapat
memecahkan permasalahan ketenagakerjaan selama ini.

4.3 Solusi dari Permasalahan Ketenagakerjaan


Mutu dan kemampuan tenaga kerja Indonesia masih tergolong
rendah yang tercermin dari rendahnya produktivitas kerja, baik tingkatnya
maupun pertumbuhanya. Dalam era modernisasi peningkatan mutu dan
kemampuan kerja tidak hanya berkaitan dengan besarnya jumlah angkatan
kerja yang harus dididik dan dilatih, tetapi juga berkaitan dengan kesesuain
serta kualitas hasil pendidikan dan latihan dengan kebutuhan lapangan kerja
dan persyaratan kerja.
Permasalahan ini kadang-kadang bersifat dilematis mengingat
terbatasnya sumber daya yang tersedia. Namun demikian disinilah letak
tantangan yang harus dihadapi, yaitu bagaimana dengan sumber daya yang
terbatas kita dapat meningkatkan mutu dan kemampuan tenaga kerja
Indonesia secara merata, sehingga dapat dicapai peningkatan produktivitas
dan mutu tenaga kerja Indonesia. Menyadari akan masih rendahnya mutu
tenaga kerja Indonesia maka diperlukan akan adanya peningkatan
pendidikan formal, pendidikan formal yang bersifat umum maupun
kejuruan dalam upaya membangun dan mengembangkan pengetahuan.
Di samping pendidikan formal, jalur latihan kerja juga sangat
penting perananya dalam peningkatan mutu tenaga kerja Indonesia. Latihan
kerja merupakan proses pengembangan keahlian dan keterampilan kerja
yang langsung dikaitkan dengan pekerjaan dan persyaratan kerja atau
dengan kata lain, latihan kerja erat hubunganya dengan pengembangan
profesionalisme tenaga kerja, dan berfungsi sebagai suplemen atau
komplemen dari pendidikan formal, selanjutnya dari keduanya disusun dan
dikembangkan secara terpadu sebagai satu kesatuan sistem pembinaan
sumber daya manusia.
Penyebaran dan pendayagunaan kerja, telah dikembangkan melalui
berbagai program dan kebijakan yang tujuan untuk meningkatkan

41
pendayagunaan serta penyebaran tenaga kerja yang lebih merata baik secara
sektoral maupun regional. Secara sektoral pembangunan sektor-sektor di
luar sektor pertanian terus ditingkatakan untuk dapat memperbesar
perananya baik menghasilkan nilai lebih atau penyerapan tenaga kerja.
Penyebaran angkatan kerja yang kurang merata baik secara sektoral maupun
regional menyulitkan penyediaan dan pendayahgunaan tenaga kerja secara
maksimal, sehingga menimbulkan situasi pasar kerja paradoksal “sesuatu
yang bersifat bertolak belakang”.
Untuk maksud penyebaran tenaga kerja secara regional, kebijakan
dan program yang dikembangkan antara lain program kerja antar daerah,
transmigrasi, pengupahan dan sebagaianya. Sedang untuk penyebaran
tenaga kerja secara sektoral dilakukan melalui latihan kerja dan
permagangan. Di samping itu juga diperlukan pengembangan sistem
informasi ketenagakerjaan dan pasar kerja.
Perlindungan tenaga kerja yang dimaksudkan agar tenaga kerja
dapat bekerja lebih produktif, sehat dan sejahtera, sehingga mereka dapat
hidup layak bersama keluarganya. Para tenga kerja sering merasa dirugikan
atupun dieksploitasi oleh pemimpin atau para pengusaha yang semena-
mena mentapkan kebijakan bagi para karyawan maupun para buruh,
minimnya upah dan jaminan akan keselamatan kerja sering menjadi
masalah dalam dunia tenaga kerja Indonesia.
Perlu adanya peningkatan kondisi lingkungan kerja dimaksudkan
untuk menciptakan kondisi lingkngan kerja yang aman dan sehat, sehingga
para pekerja dapat bekerja dengan tenang dan produktif sesuai dengan pasal
27 ayat (2) UUD 1945 apabila tenaga kerja dapat hidup layak, maka
motivasi dan produktivitas kerjanya akan meningkat.

42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia masih menjadi
perhatian atau fokus utama agar dapat diatasi atau diminimalisir, khususnya
permasalahan ketenagakerjaan di Kota Bandung. Permasalahan yang ada
bermacam-macam, yaitu tingginya tingkat pengangguran, kurangnya
kompetensi, keterampilan dan kemampuan tenaga kerja, kurangnya
perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja, serta terbatasnya lokasi
transmigrasi dan minimnya pemberangkatan transmigran. Permasalahan
tersebut masih dalam upaya penyelesaian masalah oleh Dinas Tenaga Kerja
Kota Bandung melalui pelaksanaan program dan kegiatan yang dibentuk
untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, Dinas Tenaga Kerja Kota
Bandung akan terus berusaha untuk mengatasi permasalahan
ketenagakerjaan di Kota Bandung. Berbagai program dan kegiatannya
sudah berjalan dengan baik, salah satunya yaitu pelaksanaan program
pelatihan kerja untuk peningkatan keterampilan dan kemampuan tenaga
kerja.

5.2 Saran
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus lebih berupaya
untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia, khususnya di
Kota Bandung. Diperlukan perluasan lapangan pekerjaan serta optimalisasi
program dan kegiatan mengenai ketenagakerjaan agar dapat berjalan secara
efektif dan efisien sehingga dapat memecahkan permasalahan
ketenagakerjaan baik yang dialami para tenaga kerja maupun suatu
perusahaan.

43
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, Roni. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan
Tenaga Kerja di Indonesia. Sumatera Barat: Fakultas Ekonomi Universitas
Andalas.
Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 2018. Profil Dinas Tenaga Kerja. Kota
Bandung.
Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung. 2018. Rencana Strategi Dinas Tenaga Kerja
Tahun 2018-2023. Kota Bandung.
Manulang, H. Sendjun. 1995. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Simanjuntak, Payaman. 1985. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Subri. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumarsono, S. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suroto. 1992. Hukum Ketenagakerjaan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
https://disnaker.bandung.go.id diakses pada tanggal 10 Desember 2019.
www.bps.go.id diakses pada tanggal 12 Desember 2019

44
LAMPIRAN

Gambar 1: Proses wawancara dengan Narasumber di Dinas Tenaga Kerja Kota


Bandung

45
Gambar 2: Foto bersama Narasumber di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung

46

Anda mungkin juga menyukai